Pandu pajak agustus 2013

12

description

Buletin Bulanan Kanwil DJP Jakarta Selatan

Transcript of Pandu pajak agustus 2013

Page 1: Pandu pajak agustus 2013
Page 2: Pandu pajak agustus 2013

JAKSEL MENYAPA

Pasca diterbitkannya PP 46 berbagai kontra langsungmuncul. Banyak tanggapan hingga kritik mengiringiterbitnya PP tersebut. Anggapan miring bahwa tidakada keberpihakan pemerintah kepada masyarakat

dalam penetapan kebijakan PP 46 terus menggelayuti. Intinyahampir semua tanggapan, kritik dan masukan disuarakanhanya untuk kontra terhadap terbitnya PP ini.

Semua tanggapan memang tak salah diajukan ketika kitamembahas sebuah kebijakan. Tentunya kritik dan masukanterhadap terbitnya suatu kebijakan pun bukanlah hal yangmasygul untuk diucapkan di negara yang penuh demokrasi.Tak ada yang salah dan benar dalam kritik maupun tangga-pan tersebut. Namun yang perlu dipertanyakan apakah benarcara kita menyikapi terbitnya PP 46 dengan sedramatisirsekarang dan penuh keragu-raguan? Inilah pertanyaan pokokyang harus kita cermati.

Menerawang lebih jauh, tak seharusnya kita selalumemberikan kritik berlebihan terhadap terbitnya suatukebijakan. Akan lebih bijak lagi jika kita mau melihat "AsbabunNuzul" yang mendasari kebijakan tersebut diterapkan. Dalamkaitannya dengan PP 46, banyak dugaan bahwa PP ini adalahrancangan bom waktu yang dibuat tanpa memikirkan efekkepada wajib pajak, terutama Usaha Mikro, Kecil, danMenengah (UMKM). Namun sesungguhnya jawaban itu keliru.

Sebagai sebuah bangsa yang sangat mengandalkan unsurpajak dalam pembiayaannya sudah sewajarnya kita semuamenyadari bahwa beban penerimaan pajak itu harusdibebankan secara rata. Pada sisi ini, Asbabun Nuzul PP 46lebih ditegaskan sebagai tonggak keadilan horizontal denganmengenakan pajak yang tidak pandang bulu terhadap semuasektor usaha. Kalau dicermati dalam PP 46 tak hanya men-cakup UMKM yang dipajaki, PP 46 pun berlaku bagiperusahaan-perusahaan lainnya dan inilah bukti AsbabunNuzul tadi.

Sebuah filosofi penerbitan PP 46 pun tak lepas dariketerkaitan Asbabun Nuzul pembelajaran. Pembelajarandimaknai dalam PP 46 dengan memberikan sebuah kesim-pelan dalam penerapan PP 46 yang hanya mengenal satutarif, satu cara, dan satu persen dalam pengenaannya. Inimerupakan kesederhanaan di tengah banyaknya pihak yangsering mengeluhkan sistem teknis perpajakan yang rumit,kaku dan flesibel.

Melihat kondisi ini, Pandu Pajak edisi kali ini akan mem-fokuskan pembahasan terhadap PP 46. Pembahasan secaradetail terkait PP ini akan dijelaskan dengan gamblang di kolomPandu Utama. Lewat tulisan berjudul "Rasa Keadilan danAsa Kemandirian", Pandu Pajak mengajak pembaca menyi-kapi terbitnya PP ini secara lebih netral. Pandu Pajak akan

memberikan pandangan tentang baik dan buruknya PP inidan bagaimana sudut pandang kita dalam menepisanggapan PP ini tak pro kepada UMKM.

Selain itu, tepisan anggapan PP 46 yang tidak pro rakyatpun semakin disuarakan oleh Nasril Bahar, anggota KomisiVI DPR RI, yang secara langsung komisinya diamanahi untukmengurusi UMKM. Beliau memberikan pandangan bahwapeletakan dasar PP 46 sebenarnya merupakan insentif bagipelaku usaha. Buah pikiran lengkap beliau dapat dinikmatipada kolom Opini.

Selain itu, anggapan PP 46 yang tidak pro rakyat semakindipertegas di kolom sumbang suara. Suhastin, Kepala SeksiBimbingan Penyuluhan Kanwil DJP Jakarta Selatan me-nyuarakan bahwa penerapan PP 46 sesungguhnya tidak perluditanggapi dengan nada pesimis atau teriakan penolakan.Lewat tulisannya "PP 46, Bukan Barang Baru", beliau mem-bagi pendapatnya bahwa penerapan PP tersebut bukanlahhal yang aneh dan mencolok.

Untuk lebih menyadarkan pembaca akan penerapan PP46,seperti biasa Pandu Pajak pun tak sungkan memberikaninformasi pengetahuan bagaimana sesungguhnya sisi teknisperpajakan PP 46. Semuanya dapat pembaca nikmati di kolomEdu Pajak.

Pada sisi terakhir tetap akan ada hasil jepretan para cam-eraman anyar. Jika biasanya jepretan yang dipajangmerupakan hasil karya para cameraman Kanwil DJP JakartaSelatan, kali ini giliran cameraman Kantor Pelayanan Pajak(KPP) di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Selatan yang beraksiTema foto yang diusung masih seputar aktivitas kelas pajake-spt yang tengah digalakkan di tiap-tiap KPP.

Tak lupa juga di penghujung bulan yang penuh dengankeberkahan ini, kami segenap keluarga besar Kanwil DJPJakarta Selatan mengucapkan "Selamat Hari Raya Idul Fitri1434 Hijriyah, Mohon Maaf Lahir dan Batin". Semoga kitasemua kembali fitri dan terbebas dari dosa. Amin. Maribersama-sama kita dukung kebijakan PP 46. Tak boleh meng-eluh atau merasa tak adil. Ini semua demi bangsa, demikemakmuran negeri. • (Dedy Antropov)

Pembina: Kepala Kanwil DJP Jakarta Selatan • Pengarah: Kepala Bidang P2Humas • Dewan Redaksi: KasiPenyuluhan, Kasi Pelayanan, Kasi Humas • Redaktur Berita: Dedy Antropov, Aris Hidayat Kurniawan, • RedakturFoto: Eko Cahyo Putranto, Mahyudin • Tim Layout: Firmania Ayu Ambari • Sekretariat: Fera Fanda • AlamatRedaksi: Bidang P2 Humas Kanwil DJP Jakarta Selatan Gedung Utama KPDJP Lantai 24 Jalan Jenderal GatotSubroto Kav. 40-42 Jakarta Selatan 12190 • email: [email protected].

www.kanwiljaksel.pajak.go.id

Kanwil DJP Jakarta Selatan

@djpjaksel

“““““AsbaAsbaAsbaAsbaAsbabbbbbun Nun Nun Nun Nun Nuzul”uzul”uzul”uzul”uzul”

Redaksi menerima tulisan Saudara, baik opini,artikel maupun pendapat. Silakan mengirimkanke [email protected]

Page 3: Pandu pajak agustus 2013

Pemerintah melalui PeraturanPemerintah Nomor 46 tahun2013 (PP 46) baru saja member-lakukan pajak sebesar satu

persen bagi sektor usaha Mikro, Kecildan Menengah (UMKM). Penerapantersebut akan didasarkan pada pereda-ran usaha (omset) tidak seperti biasa-nya yang diterapkan kepada Penghasi-lan Kena Pajak (PKP) wajib pajak.Penerapan kebijakan ini bagi saya tidakakan menyulitkan UMKM.

Banyak anggapan yang menilaibahwa penerapan PP 46 akan membe-ratkan beban wajib pajak UMKM,padahal sebenarnya dengan terbitnyaPP 46 pelaku UMKM seharusnyamerasa diuntungkan. Pelaksanaan PP46 adalah gambaran bagaimana usahapemerintah membantu sektor UMKMtumbuh menjadi sektor formal sehing-ga lebih mapan dan sejahtera dalamusahanya.

Tujuan mulia ini pun menepis isubahwa penerapan PP 46 sarat denganisu peningkatan revenue negara yangkurang optimal dari pajak. Memang

unsur pendapatan negara selalu men-dapat porsi dalam pengkajian pene-rapan kebijakan ini, akan tetapi tujuanutamanya tetap mendukung UMKMtumbuh menjadi sektor usaha yangmampu berkontribusi juga bagi per-ekonomian tidak seperti selama iniyang lebih banyak bergelut di industridasar dan gampang tergerus olehkondisi perekonomian.

Kita bersama mengetahui bahwaUMKM selama ini masih bergelutdengan akses keuangan dan aksespasar. Kedua akses tersebut kerap men-jadi penyakit laten akibat kesalahanlegal prosedur pada saat pengajuanmodal ke lembaga keuangan.

Atas dasar ini inisiatif menjadikanUMKM sebagai sektor formal merupa-kan langkah brilian dalam meretassedikit demi sedikit permasalahantersebut.

Kita juga mengetahui bahwabanyak UMKM yang kandas usahanyaakibat struktur permodalan dan gagalmemperoleh pasar. Permasalahan inimengakibatkan banyak UMKM kitacenderung dibina oleh pihak asing danmematikan potensi pelaku UMKMlokal. Misalnya seperti UMKM yang adadi Jepara dan Bali.

Di daerah tersebut memang UMKMberkembang cukup pesat namun pesat-nya perkembangan tersebut diotakioleh pihak asing. Pihak asing yangmemiliki modal dan akses pasar dinegara asalnya bergabung denganpengusaha lokal yang hanya bermodalskill. Lewat simbiosis ini memang sektorUMKM menjadi berkembang namunakhirnya kembali yang menikmati tidakseutuhnya pengusaha lokal.

Jadi tidak seharusnya kita menyalah-kan penerapan tarif pajak 1 % lewat PP46. Kita seharusnya mendukung danUMKM pun juga harus patuh dengan

PANDU PAJAK KANWIL DJP JAKARTA SELATAN AGUSTUS 2013 3

OPINI

PP 46/2013, InsentifPP 46/2013, InsentifPP 46/2013, InsentifPP 46/2013, InsentifPP 46/2013, InsentifBagi PBagi PBagi PBagi PBagi Pelaku Uelaku Uelaku Uelaku Uelaku UsahasahasahasahasahaOleh: Nasril Bahar (Anggota Komis VI DPR RI)

penerapan pajak ini. Secara ekonomipun penerapan pajak ini tidak terlalumemberatkan.

Pelaku UMKM cukup membayar 1%saja dari peredaran usahanya yang sayaanggap jauh lebih menguntungkanketimbang mereka memanfaatkantarif pajak yang berlaku sesuai UndangUndang Pajak Penghasilan yang meng-gunakan tarif efektif 12,5 %.

Ini merupakan insentif yang harusdimanfaatkan UMKM. Kebijakan inisudah sangat meringankan dan bagusuntuk diterapkan agar UMKM jugasadar dalam perannya memberikankontribusi pada penerimaan negara.

Sebagai tambahan juga, penerapanPP 46 turut memberikan keseder-hanaan bagi wajib pajak dalam menghi-tung pajaknya. Gambaran saat ini yangmelihat perhitungan pajak dengananggapan ribet, tidak simple, kaku dankurang fleksibel mengakibatkan banyakpelaku UMKM kurang tertarik denganpajak dapat diatasi dengan berlakunyaPP 46 yang memberikan kesederhaandalam sistem perpajakan secara finaldan tarifnya yang 1 %.

Tentunya juga, Ditjen Pajak punharus berbenah. Sebisa mungkin harusterus dilakukan sosialisasi kebijakan-kebijakan terkait UMKM dan kalau bisadiberikan sebuah Kantor PelayananPajak yang khusus untuk pelaku UMKM.

Kalau ini ada, pelaku UMKM akancenderung mudah mendapat aksesinformasi dan merasa dibantu dalampembayaran pajaknya.

•(pp)

Page 4: Pandu pajak agustus 2013

Walaupun secara eksplisitUMKM tidak disebutkansecara langsung dalam PPtersebut namun peng-

atasnamaan wajib pajak yang memilikiperedaran usaha dengan peredaranbruto tidak melebihi Rp 4,8 M dalamsatu tahun pajak secara tidak langsungmenyinggung para pelaku UMKM yangmenjadi sasaran utama dalam pene-rapannya.

Atas pelaksanaan peraturan ini,terjadi keresahan bagi para pelakuUMKM. Pelaksanaan peraturan inidianggap menambah beban bagipelaku UMKM ditengah kondisi usahamereka yang masih bisa dikatakanmegap-megap akibat keterbatasanmodal dan masih harus dibebani lagidengan pemberlakuan pajak ini.

Para pelaku UMKM pun merasapemerintah seakan-akan memberat-kan peran mereka dalam mengem-bangkan usaha padahal seharusnya

mereka sangat mengharapkan peranpemerintah sebagai salah satu unsurpendukung usaha mereka.

Pro dan kontra pun terus bersliwe-ran terkait pelaksanaan PP ini. Kalang-an ekonom hingga akademisi meng-ganggap kebijakan ini kurang mengun-tungkan bagi pertumbuhan ekonomi In-donesia. Memang sampai saat ini peranUMKM belum terlalu mencolok dalamhal penyumbang pajak ke negaranamun peran mereka sangat kentaraterlihat dalam pengentasan pengang-guran hingga penyerapan lapangankerja lewat basis bisnis mereka yangkebanyakan masih menggunakan tena-ga manual. Berdasarkan data Kemen-terian Koperasi dan Usaha Kecil danMenengah, UMKM telah berhasil men-yerap hingga 101 juta penggangguran.

Secara ekonomi kita bersama tahubahwa jika terjadi penerapan bebanyang terlalu tinggi kebanyakan per-usahaan akan cenderung mengambil

PANDU UTAMA

4 PANDU PAJAK KANWIL DJP JAKARTA SELATAN AGUSTUS 2013

Rasa KRasa KRasa KRasa KRasa Keaeaeaeaeadilan dan dilan dan dilan dan dilan dan dilan dan Polemik pelaksanaan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46

tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan DariUsaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang

Memiliki Peredaran Bruto Tertentu terus menjadipembahasan di kalangan akademisi hingga pelaksana

lapangan yaitu para pelaku Usaha Mikro, Kecil danMenengah (UMKM).

keputusan untuk mengurangi penyera-pan biaya yang berasal dari tenagakerjanya.

Misalnya seperti saat Indonesiamemasuki era krisis moneter di tahun98-an. Kondisi ekonomi yang tidakmenguntungkan akibat kenaikan hargadan biaya-biaya lainnya membuattenaga kerja yang menjadi korban.Tingkat pertumbuhan pengangguranlangsung melesat naik pada saat itu.

Pertimbangan inilah yang membuatpara ekonom merasa kebijakan ini di-anggap salah kaprah. Penerapan kebija-kan ini berpeluang menghambat ke-langsungan usaha banyak UMKM yangmasih belum bisa dikatakan berdikaridengan usahanya selama ini.

Terhambatnya kelangsungan UMKMini nantinya akan berdampak muncul-nya banyak pengangguran yang ber-

Rasa KRasa KRasa KRasa KRasa Keaeaeaeaeadilan dan dilan dan dilan dan dilan dan dilan dan

foto

rep

ro;w

ww

w.k

emen

kop

Page 5: Pandu pajak agustus 2013

potensi mengacaukan kondisi pereko-nomian Indonesia ke depannya.

Pembebanan biaya pajak yangdibebankan kepada peredaran usaha(omset) pun menjadi kendala selanjut-nya. Penerapan ini dirasakan sangatmenyusahkan melihat usaha UMKMyang sering bermasalah denganperedaran usahanya. Permasalahantimbul akibat para pelaku UMKMbelum menguasai teknis perhitunganperpajakannya yang membutuhkanpembukuan atau pencatatan sebagaidasar dalam menghitung pajaknya.

Sebagai usaha yang kebanyakanmasih berkutat di lini produksi dasar,UMKM kerap kesulitan dalam mene-rapkan metode pembukuan atau pen-catatan yang menjadi dasar dalampembayaran pajaknya. Kendala ini bisajadi diakibatkan sisi pengetahuan

sumber daya manusia pengelolaUMKM yang kurang mendukung,kondisi lingkungan UMKM hinggametode transaksi yang lebih memakaikonsep tunai tanpa ada pencatatanhingga rincian transaksi. Padahal PP46 sangat memperhitungkan unsurperedaran usaha sebagai dasar pe-majakannya sementara di sisi parapelaku UMKM sendiri masih kesulitanmenerapkannya.

Selain itu penerapan kebijakan inipun dirasa kurang tepat waktu. Kondisikenaikan harga Bahan Bakar Minyak(BBM) yang baru saja diumumkantentunya berdampak pada para pelakuUMKM. Tingginya harga bahan bakupasca kenaikan BBM yang sudahmemusingkan para pelaku UMKMmasih harus ditambah dengan penera-pan kebijakan PP 46.

Berbagai kekurangan-kekuranganini menjadi pembahasan yang terusmenerus disuarakan oleh pihak - pihakyang kontra akan penerapannya. Per-tanyaan mengarah kepada instansiDirektorat Jenderal Pajak (DJP), apakahmasih pantas penerapan kebijakan inidiberlakukan?

Keadilan HorizontalPertimbangan pemerintah atas

pengenaan PPh dengan tarif 1 % danbersifat final terhadap UMKM padadasarnya diawali atas rasa keadilanyang ingin diberikan kepada seluruhwajib pajak. Peran UMKM dirasakanbelum terlalu memuaskan jika diban-dingkan dengan jumlah pelaku UMKMyang ada di Indonesia. Beban peneri-maan masih diarahkan kepada pelakuusaha besar sehingga persentase

PANDU PAJAK KANWIL DJP JAKARTA SELATAN AGUSTUS 2013 5

PANDU UTAMA

Asa K Asa K Asa K Asa K Asa Kesaesaesaesaesadardardardardarananananan Asa K Asa K Asa K Asa K Asa Kesaesaesaesaesadardardardardarananananan

Page 6: Pandu pajak agustus 2013

PANDU UTAMAkontribusi pajak UMKM kepada peneri-maan negara menjadi timpang.

Perumusan PP 46 secara tidaklangsung memang menyasar pelakuUMKM untuk turut serta memberikankontribusi terhadap penerimaanperpajakan. Berdasarkan data yangada, saat ini UMKM menyumbangkan61 % dari Produk Domestik Brutonamun kontribusi terhadap pajak barumencapai 5 % terhadap total seluruhpenerimaan negera.

Atas dasar ini, kebijakan PP 46dianggap sebagai cara ampuh peme-rintah untuk memaksimalkan peranUMKM dalam menggali potensi perpa-jakan mereka yang selama ini belumtergali dan peran serta mereka untukberkontribusi dalam pembangunan.

Penggalian potensi pajak padaUMKM inilah yang sebenarnya masukdalam tahap rancangan potensi yangingin lebih dikembangkan oleh DJP.Dalam penggalian ini, DJP tetap meng-gunakan sisi keadilan pada pengenaanpajaknya. Pengenaan tarif 1% terhadapperedaran usaha adalah sisi keadilanyang ditawarkan.

Lewat penerapan 1%, awalnya DJPhanya ingin memberikan pembelajaranpada pelaku UMKM untuk turut sertamembayar pajak. Unsur 1% dianggapsebagai jumlah yang tidak terlalusignifikan untuk kategori menyadarkanwajib pajak akan kesadaran pembaya-ran pajaknya.

Nilai 1% dianggap sebagai insentifyang diberikan kepada pelaku UMKMdimana jika dibandingkan denganperaturan sebelumnya pada Pasal 31 EUndang - Undang Nomor 36 Tahun 2008(UU PPh). Pada pasal tersebut diaturbahwa wajib pajak badan dalam negeridengan peredaran bruto sampai deng-an Rp 50 milyar mendapat fasilitasberupa pengurangan tarif sebesar 50%dari tarif umum sebagaimana diaturdalam Pasal 17 ayat (2) UU PPh yangdikenakan atas Penghasilan Kena Pajakdari bagian peredaran bruto sampaidengan Rp 4,8 milyar. Lewat penerapanperaturan ini, tarif efektif yang berlakumenjadi 12,5% atas penghasilan sampaidengan 4,8 milyar.

Lewat pengenaan 1 % harapan adilbagi para pelaku usaha di Indonesiaberusaha diretas. Jika selama ini kon-tribusi pajak lebih banyak dibebankan

kepada pelaku usaha besar, saatnyakeadilan itu terbagi rata kepada pelakuUMKM yang belum terlalu berkon-tribusi bagi penerimaan.

Harapan untuk melakukan peng-enaan pajak kepada seluruh sektorusaha di Indonesia akan dimulai denganterbitnya kebijakan PP 46. Kebijakanhorizontal adalah tujuan yang ingindicapai dengan mulai memajaki seluuhwajib pajak tanpa terkecuali jenis sektorusahanya.

Presumptive Taxation MethodPenerapan PP 46 pun menawarkan

konsep yang lebih sederhana dalampemungutan pajaknya. Administrasiperpajakan bagi wajib pajak akan lebihmudah dimana pengenaan pajak 1%diberlakukan secara final sehinggamembuat kewajiban perpajakan selesaipada saat melunasi pajaknya. Tentunyaini sangat memudahkan wajib pajak.

Pengenaan secara final diterapkan

dengan metode perhitungan pajakdengan perkiraan (Presumptive Taxa-tion Method) dalam penentuan besarkecilnya pajak. Pertimbangan menggu-nakan metode ini dalam PP 46 adalahterkait dengan penciptaan sistem pajakyang lebih sederhana seperti amanahpenjelasan PP 46.

Kesederhanaan tersebut menunjuk-kan bahwa PP 46 memiliki keberpiha-kan kepada pelaku UMKM. Memper-timbangakan jarangnya pelaku UMKMmenggunakan pembukuan dan sistemakuntansi yang baik serta ditakutkanakan memberatkan wajib pajak dalamcompliance cost -nya pengenaan pajaksecara final adalah jawaban terbaik.

Selain itu, penerapan pajak secarafinal seperti sebuah jalan pemulus niatpemerintah untuk memberikan insentif.Bayangkan jika menggunakan tarifumum yang ada dalam UU PPh makakemungkinan yang terjadi sepertipenjelasan diatas (tariff 12,5%). Peng-

6 PANDU PAJAK KANWIL DJP JAKARTA SELATAN AGUSTUS 2013

Page 7: Pandu pajak agustus 2013

PANDU UTAMA

enaan secara final memberi peluanguntuk memanfaatkan tarif yang jauhlebih kecil yaitu 1 %.

Kesulitan-kesulitan teknis dalamperhitungan pajak yang sering dikeluh-kan oleh wajib pajka pun terpangkasdengan penerapan PP 46. Jika wajibpajak masih sering kesusahan denganperhitungaan bruto, netto hinggapembuktian transaksi pendukungnya,lewat penerapan tariff 1 % finalkesulitan-kesulitan teknis tersebutdapat diabaikan.

Keadilan secara horizontal telahdiberikan lewat PP 46, kesederhaandalam teknis perhitungan perpajakanjuga turut disertakan. Ini semuamenunjukkan bahwa pemerintahmemang memberikan perhatian ter-hadap wajib pajak terutama UMKM.Kritik boleh saja diberikan terkaitpelaksanaan PP 46.

Namun, kita pun tak boleh lupa akanniat mulia yang sebenarnya ada di balik

penerapan kebijakan ini. Kita haruslebih memandang bahwa penerapankebijakan ini sebagai sebuah kesunggu-han dari pemerintah untuk memberi-kankesadaran kepada seluruh pelaku usahatanpa terkecuali besar atau kecilnyausahanya agar membayar pajak.

Pembangunan yang sedang dica-nangkan, berbagai fasilitas pendidikandna kesehatan yang selalu menjadiobsesi dari banyak masyarakat hingga

berbagai kepentingan bersama lainnyahanya bisa terwujud ketika semua wajibpajak tersadarkan akan kewajibanmembayar pajaknya.

Penerapan PP 46 adalah pendukungasa kita melihat bangsa ini makmurdan sejahtera. Asa yang dibangunlewat memperkenalkan sistem pema-jakan yang memberikan rasa keadilanhorizontal sehingga seluruh sektorusaha sadar akan perannya bagipenerimaan pajak.

Jika seluruh hasil pembangunanpajak yang menunjang proses kegiatanekonomi secara langsung dinikmatioleh seluruh pelaku usaha baik kecil danbesar. Namun terasa aneh jika pem-bagian porsi penerimaan pajak lebihdibebankan pada pelaku usaha besar.Inilah sisi yang ingin disentuh oleh PP46. Sudah saatnya pelaku UMKM untuksadar pajak dan tidak hanya sembunyidi balik anggapan mikro, kecil ataumenengahnya usaha mereka. •(pp)

PANDU PAJAK KANWIL DJP JAKARTA SELATAN AGUSTUS 2013 7

”“Pertimbangan pemerintah

atas pengenaan PPh dengantarif 1 % dan bersifat final

terhadap UMKM padadasarnya diawali atas rasa

keadilan yang ingindiberikan kepada

seluruh wajib pajak

foto

rep

ro;w

ww

w.k

emen

kop

Page 8: Pandu pajak agustus 2013

SUMBANG SUARA

Artikel tersebut pun mengiring pendapat masyarakatuntuk menolak kebijakan pemerintah dalam PP 46tersebut. Perihal tarif pajak 1% yang dikenakansecara final bagi pengusaha dengan omset sampai

dengan 4,8 milyar menjadi jualan utama dalam penolakantersebut.

Tarif tersebut dianggap sangat membebani para pelakuUsaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sehingga pelakuusaha UMKM seakan-akan mendramatisir pemberlakuanpera-turan ini. Benarkan PP 46 menyulitkan bagi pelakuUMKM? Tidak pantaskah penerapan tarif pajak 1% tersebut?

Beban PP 46Sampai saat ini siapapun tidak bisa menutup mata bahwa

kewajiban pem-bayaran pajak yang dibebankan kepada parapengusaha merupakan sesuatu yang sangat tidak menye-nangkan. Tidak menyenangkan ketika pelaku usaha yangtelah bersusah payah mencari laba tetapi dengan mudahsaja langsung dipalak lewat pemungutan legal bernama"pajak".

Atas dasar ini wajar jika pelaku UMKM ketarketir sejakberlakunya PP 46. Industri mereka yang masih seringdikatakan "hidup segan mati tak mau" dan sering bergelutdengan kesulitan modal sebagai masalah-masalah utamamasih harus dibebani lagi dengan kewajiban pajak setelahterbitnya PP 46. Pada sisi ini anggapan PP 46 memberatkanbisa diterima.

Pada sisi lain, para pelaku UMKM sering terlihat sangatantusias ketika Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkopdan UKM) berinisiatif memberikan bantuan dana milyaranrupiah untuk menyokong permodalan dan pemasaranmereka. Ketika menyuarakan kebijakan ini seakan tidak adapelaku UMKM yang kontra. Semuanya terangguk setujudengan kebijakan pendanaan ini bahkan sangat mendukung.

Kedua sisi yang ditampilkan oleh pelaku UMKM ini terlihatseperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Salingmengikat dan tak bisa dipisahkan satu sama lain. Secaraeksplisit dalam dunia nyata, kedua sisi ini tak bisa dipisahkansemudah itu. Para pelaku UMKM seharusnya menyadaribahwa atas kebahagian pembagian dana yang diberikan olehKemenkop dan UKM tersebut pada dasarnya adalah dana-dana yang terkumpul dalam wadah APBN. Lantas selanjutnyaditarik ke belakang wadah APBN tersebut diisi kebanyakandari dana pajak. Inilah titik penting yang belum terlalu pelakuUMKM sadari.

Sebagian besar masyarakat tidak tahu pajak bahkan tidakmau tahu tentang pajak karena mengannggapnya sebagaibeban. Masyarakat pada umumnya cenderung menghindardari pajak karena tidak mengetahui perannya. Masyarakatbahkan tak sadar bahwa setiap harinya telah ikut secaralangsung menikmati hasil pajak, seperti fasilitas jalan rayadengan aspal mulus, fasilitas kesehatan murah atau yangbaru dibahas, dana bantuan yang sering dialirkan kepadaUMKM. Semua lupa dan menutup mata atas kenikmatan-kenikmatan ini.

Pandangan lebih diarahkan kepada nilai tarif 1% yangdinilai membebankan. Padahal secara utak atik pembiayaan,nilai uang yang harus dibayarkan dari tarif 1% tersebut takjauh lebih besar dari beban yang harus mereka tanggungsetiap hari atau setiap bulannya atas biaya preman yangmengatasnamakan keamanan sebagai biaya dengan tarifyang tak tentu.

PP 46, PP 46, PP 46, PP 46, PP 46, BukanBukanBukanBukanBukanPPPPPajak Baruajak Baruajak Baruajak Baruajak BaruPP 46 Virus pembunuh masal...., 50 juta UKMterancam bangkrut...., dan masih banyak lagiberbagai artikel yang termuat di media terkaitkebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 46 (PP46) Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan AtasPenghasilan Dari Usaha Yang Diterima AtauDiperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Pereda-ran Bruto Tertentu. Gambaran artikel-artikeltersebut menunjukkan symptom negatif yangsangat mengerikan bagi perkembangan duniausaha mikro, kecil dan menengah.

8 PANDU PAJAK KANWIL DJP JAKARTA SELATAN

Suhastin, Kepala Seksi Bimbingan PenyuluhanKanwil DJP Jakarta Selatan

Page 9: Pandu pajak agustus 2013

SUMBANG SUARARasa Keadilan

Beranjak ke masa lalu, dengan meli-hat sisi historis asas pendirian Koperasidan UKM terdapat beberapa asas yangselalu dipegang kukuh yaitu asas keke-luargaan dan gotong royong denganmelebarkan sayapnya kepada sektorUMKM yang memiliki asas keke-luargaan, demokrasi ekonomi, keber-samaan, efisiensi keadilan, berkelan-jutan, berwawasan lingkungan,kemandirian, keseimbangan ke-majuan dan kesatuan ekonominasional.

Begitu pun juga denganasas perpajakan. Pada per-pajakan asas penekanandiberikan kepada sisi bud-geter/regular, asas keadi-lan, dan asas pemerataan.Ketiga asas ini menjadi dasarpembentukan sistem perpajakan yangbaik dan pantas untuk diterapkan dimasyarakat.

Lewat kedua perbadingan asas ini,kita bisa menarik sebuah benang merahbahwa pada dasarnya ada kesamaanantara pajak dan UKM yakni keadilan.Asas keadilan diambil karena setiapwarga negara Indonesia yang menik-mati fasilitas negara seharusnya mem-bayar pajak.

Pajak adalah kontribusi wajib kepa-da negara yang terutang oleh orangpribadi atau badan yang bersifat me-maksa berdasarkan undang-undangdengan tidak mendapatkan imbalansecara langsung dan digunakan untukkeperluan negara bagi kemak-muranrakyat. Jadi secara pemahaman kitasemua sudah seharusnya paham akanpentingnya pajak tersebut.

Kebijakan PP 46 pun pada dasarnyasama saja dengan pemahaman ke-adilan yang diterapkan pada asasUMKM dan pajak. PP yang telah diran-cang sejak dua setengah tahun yanglalu itu bukan merupakan pajak baru.

Kebijakan PP ini pun tetap memper-timbangkan hal yang sama yaitu menja-ga prinsip keadilan pada setiap warganegara karena secara bersama kitamengetahui bahwa pemanfaatan atashasil pajak pun secara adil dapat dira-sakan oleh seluruh warga negara lantasmengapa pada sisi pembayaran pajak-nya UMKM terkesan masih mendapatporsi yang kurang dibandingkan usaha

besar. Apakah ini adil?PP 46 adalah media sarana peme-

rintah untuk memberi porsi yang adiltersebut. Dalam dunia usaha yangtumbuh semakin berkembang munculbanyak inovasi dan kreativitas bangsaIndonesia sehingga menghasilkanproduk-produk home industri yangbagus-bagus. Akibat perkembangan iniUMKM pun terkerek naik.

UMKM mendapat banyak porsikeuntungan saat mengembangkanusahanya selain tentunya tetap men-dapat dukungan pemerintah lewatKemenkop dan UKM.

Namun, kemajuan ini tidak diba-rengi dengan peran UMKM dalam per-

pajakan. Tercatat atas 56,5juta UMKM yang terdaftar diKemenkop dan UKM, tidakkurang dari 10% yang barumemiliki Nomor Pokok WajibPajak (NPWP). Dari sini terlihatbahwa apabila 90% dari mere-ka tidak berkontribusi kepadanegara dengan membayar pajaksungguh dirasakan tidak adil.Mengapa demikian?

Sebagai perbandingan, buruhpabrik dengan gaji diatasi Rp 2 jutasaja sudah harus dipotong pajak. Iniartinya para buruh yang denganpenghasilan tersebut saja sudahberkontribusi kepada negara semen-tara mengapa para pengusaha yangjelas-jelas memiliki peredaran usahayang berada pada kisaran 4,8 milyarbaru dibawah 10% yang membayarpajak. Tidak adil kan? PP 46 adalahjawaban atas ketimpangan tersebut.

Melalui PP ini, pemerintah meng-harapkan keadilan tersebut bisa di-dapatkan lewat penerapan tarif 1% fi-nal dari peredaran usaha per bulan.Selain unsur keadilan PP 46 pun mem-beri catatan lain bahwa ada keuntung-an tidak langsung yang bisa diperoleholeh pelaku UMKM.

Lewat legalitas pembayaran pajakdan kelengkapan administrasi perpaja-kannya, pelaku UMKM berpeluanguntuk lebih dimudahkan saat pengam-bilan kredit di bank. Struktur permo-dalan yang sering menjadi kendalautama pengembangan UMKM sedikitdemi sedikit dapat diatasi.

Dari sini pelaku UMKM bisa mulaibermimpi tinggi untuk dapat bersaingdengan produk-produk luar negeriterutama pada saat menyongsongKomunitas Ekonomi ASEAN (ASEANEconomic Comunity/AEC) di tahun2015. UMKM bisa memainkan peran-nya untuk bersaing sebagai wakil In-donesia.

Seharusnya inilah inti pembahasanyang dipahami oleh UMKM, bukanburu-buru menolak peran PP 46 tetapiharus menelisik lebih dalam tujuanmulia dari peneran kebijakannya.Semoga dengan berhasilnya penera-pan PP 46 kita semua bisa menjadibangsa yang bangga menggunakanproduk negeri sendiri dan pastinyabangga membayar pajak. •(PP)

PANDU PAJAK KANWIL DJP JAKARTA SELATAN AGUSTUS 2013 9

Page 10: Pandu pajak agustus 2013

EDU PAJAK

Termasuk jenis Pajak Penghasilan apakah ketentuan PP Nomor46 Tahun 2013?

Pajak Penghasilan yang diatur oleh PP Nomor 46 Tahun 2013termasuk dalam:

PPh Pasal 4 ayat (2), bersifatFINAL,

setoran bulanan dimaksud merupakan PPh Pasal 4 ayat (2), bukanPPh Pasal 25.

Jika penghasilan semata-mata dikenai PPh final, tidak wajib PPhPasal 25.

Bagaimana penyetoran dan pelaporan PPh sesuai ketentuanPP Nomor 46 Tahun 2013?

Penyetoran paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya denganmenggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Jika SSP sudah validasiNTPN, Wajib Pajak tidak perlu melaporkan SPT Masa PPh Pasal 4ayat (2) karena dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPhPasal 4 ayat (2) sesuai tanggal validasi NTPN.

Penyetoran dimaksud dengan mencantumkan kode padaSSP sebagai berikut:

Kode Akun Pajak : 411128Kode Jenis Setoran : 420

Penghasilan yang dibayar berdasarkan PP Nomor 46 Tahun2013 dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh pada kelompokpenghasilan yang dikenai pajak final dan/atau bersifat final.

Hal apa sajakah yang diatur dalam PP No 46 Tahun 2013?Ketentuan Pajak Penghasilan yang diatur dalam Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013, merupakan kebijakanPemerintah yang mengatur mengenai Pajak Penghasilan atasPenghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajakyang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

Apakah maksud dan tujuan kebijakan Pemerintah terkaitdengan pemberlakuan PP Nomor 46 Tahun 2013 ini?

Kebijakan Pemerintah dengan pemberlakuan PP ini didasaridengan:1. Maksud:

a. untuk memberikan kemudahan dan penyederhanaanaturan perpajakan;

b. mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi;c. mengedukasi masyarakat untuk transparansi;d. memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi

dalam penyelenggaraan negara.2. Tujuan:

a. kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakankewajiban perpajakan;

b. meningkatnya pengetahuan tentang manfaat perpajakanbagi masyarakat;

c. terciptanya kondisi kontrol sosial dalam memenuhikewajiban perpajakan.

Objek Pajak apa saja yang dikenai Pajak Penghasilanberdasarkan ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013?

Yang dikenai Pajak Penghasilan (PPh) ini adalah Penghasilandari USAHA yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan

peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam1 tahun Pajak. Peredaran bruto (omzet) merupakan jumlahperedaran bruto (omzet) semua gerai/counter/outlet atausejenisnya baik pusat maupun cabangnya. Pajak yang terutangdan harus dibayar adalah:

1 % dari jumlah peredaran bruto (omzet)

Catatan: Usaha meliputi usaha dagang, industri, dan jasa, seperti misalnyatoko/kios/los kelontong, pakaian, elektronik, bengkel, penjahit, waruing/rumah makan, salon, dan usaha lainnya.

Objek Pajak yang tidak dikenai PPh ini harus memenuhikriteria sebagai berikut:

Objek Pajak yang tidak dikenai PPh ini harus memenuhikriteria sebagai berikut:a. Penghasilan dari jasa sehubungan dengan Pekerjaan Bebas,

seperti misalnya: dokter, advokat/pengacara, akuntan, notaris,PPAT, arsitek , pemain musik , pembawa acara, dansebagaimana diuraikan dalam penjelasan PP tersebut;

b. Penghasilan dari usaha yang dikenai PPh Final (Pasal 4 ayat(2), seperti misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasakonstruksi (perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan), PPhusaha migas, dan lain sebagainya yang diatur berdasarkanPeraturan Pemerintah tersendiri.

c. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.Catatan: Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecualibila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahunkalender

Siapa yang dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuanPP Nomor 46 Tahun 2013?

Yang dikenai Pajak Penghasilan sesuai PP Nomor 46 Tahun2013, adalah:a. Orang Pribadi;b. Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang

menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto(omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 (satu) TahunPajak.

Siapa yang TIDAK dikenai Pajak Penghasilan berdasarkanketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013?

Yang tidak dikenai Pajak Penghasilan sesuai PP Nomor 46Tahun 2013 adalah:a. Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan

dan/atau jasa yang menggunakan sarana yang dapatdibongkar pasang dan menggunakan sebagian atau seluruhtempat untuk kepentingan umum. misalnya: pedagangkeliling, pedagang asongan, warung tenda di area kaki lima,dan sejenisnya.

b. Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yangdalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secarakomersial memperoleh peredaran bruto (omzet) melebihiRp4,8 miliar.

Catatan: Orang Pribadi atau Badan yang diterangkan di atas wajibmelaksanakan ketentuan Perpajakan sesuai dengan UU KUP maupun UUPPh secara umum.

10 PANDU PAJAK KANWIL DJP JAKARTA SELATAN AGUSTUS 2013

• Panduan ini hanya bersifat informasi untuk memudahkan pemaha-man masyarakatatas peraturan terkait.

• Beberapa ketentuan dalam panduan ini dapat berubah mengikuti peraturanperundang-undangan yang berlaku.

• Tahun pencetakan leaflet 2013.• Nomor:PJ.091/PPh/L/002/2013-00

Aspek Perpajakan Sesuai PeraturanPemerintah No 46 Tahun 2013

Page 11: Pandu pajak agustus 2013

Dipandu Oleh Narasumber Peserta Kelas Pajak KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu Mempraktikkan Aplikasi e-SPT

Penjelasan Materi Kelas Pajak Oleh Narasumber KPP PratamaJakarta Setiabudi Dua

Seorang Wajib Pajak Memperhatikan Materi Kelas PajakKPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama

Praktik Langsung Penggunaan e-spt di KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu

SOROT LENSA

PANDU PAJAK KANWIL DJP JAKARTA SELATAN AGUSTUS 2013 11

Page 12: Pandu pajak agustus 2013

KPP Madya Jakarta Selatan Jalan Ridwan Rais No. 5A-7, Gambir, Jakarta Pusat 10110, Telp: 021-3447971, 3447972, 3504170. Fax: 021-3447971•KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu Jalan Rasuna Said Blok B Kav. 8, Jakarta Selatan 12190, Telp: 021-5254237-5253622, Fax: 021-5252825 •KPPPratama Jakarta Setiabudi Dua Jalan Rasuna Said Blok B Kav. 8, Jakarta Selatan 12190, Telp: 021-5254237-5253622, Fax: 021-5252825 •KPPPratama Jakarta Setiabudi Tiga Jalan Raya Pasar Minggu No. 11, Pancoran, Jakarta Selatan 12780, Telp: 021-7993028-7992961, Fax: 021-7994253 •KPP Tebet Jalan Tebet Raya No. 9, Jakarta Selatan, Telp: 021-8296869,8296937, Fax: 021-8296901 •KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru SatuGedung Patra Jasa Lantai 1 & 14, Jalan Jend. Gatot Subroto-Jakarta, Telp: 021-52920983, 52921276, Fax: 021-52921274 •KPP Pratama Jakarta KebayoranBaru Dua Jalan Ciputat Raya No. 2 Pondok Pinang, Jakarta Selatan 12310, Telp: 021-75818842,75908704, Fax: 021-75818874 •KPP Kebayoran BaruTiga Jalan K.H. Ahmad Dahlan No. 14 A, Jakarta Selatan 12130, Tel: 021-7245735,7245785, Fax: 021-7246627 •KPP Pratama Jakarta KebayoranLama Jalan Ciledug Raya No. 65, Jakarta Selatan 12250, Telp: 021-5843105-5843109, Fax: 021-5860786 •KPP Pratama Jakarta Mampang PrapatanJalan Raya Pasar Minggu No. 1, Jakarta Selatan 12780, Telp: 021-79191232 /7949574-5/7990020, Fax: 021-7949575 •KPP Pratama Jakarta PancoranJalan T.B. Simatupang Kav. 5 Kebagusan, Jakarta Selatan 12520, Telp: 021-7804462, 7804667, 7804451. Fax: 021-7804862 •KPP Pratama JakartaCilandak Jalan T.B. Simatupang Kav. 32, Jakarta Selatan 12560, Telp: 021-78843521-23, Fax: 021-78836258 •KPP Pratama Jakarta Pasar MingguJalan T.B. Simatupang Kav. 39, Jakarta Selatan 12510, Telp: 021-7816131-4 /78842674, Fax: 021-78842440.

www.kanwiljaksel.pajak.go.id

Kanwil DJP Jakarta Selatan

@djpjaksel

www.kanwiljaksel.pajak.go.id

Kanwil DJP Jakarta Selatan

@djpjaksel