BAB II Seismik Darat
-
Upload
zella-navtalia -
Category
Documents
-
view
114 -
download
3
Transcript of BAB II Seismik Darat
BAB II
SEISMIK DARAT
II.1. Pengertian
Seismik darat adalah kegiatan seismik yang dilakukan sepenuhnya
di area darat, baik itu survey 2 (dua) dimensi maupun 3 (tiga) dimensi.
Sumber energi yang digunakan adalah eksplosive.
II. 2. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam survey seismik darat
adalah sebagai berikut :
1. Seismic source :
a. Palu seismik
Gambar 2.1 Palu Seismik
Palu yang digunakan pada saat survey seismik darat. Digunakan
untuk menghantamkan pelat besi diatas tanah.
b. Peledak
Gambar 2.2 Peledak
Peledak adalah bahan yang digunakan dalam survey seismik. Dapat
digunakan sebagai sumber energi seismik.
c. Truk seismik
Gambar 2.3 Truk Seismik
Truk seismik adalah truk yang yang dipasang sebagai dampak tanah
yang dapat digunakan untuk menyediakan sumber gempa.
2. Penerima gelombang seismik :
a. Geophone
Gambar 2.4 geophone
Geophone adalah alat pemantau gerakan atau pergeseran tanah yang
mengonversikannya menjadi tegangan listrik sehingga pergerakan
itu dapat direkam.
II. 3. Operasional Pengukuran
Berikut gambaran umum pekerjaan survey seismik :
1. Topografi
Dalam survey seismik posisi koordintat SP (shot point) dan TR
(trace) sangat penting sekali diperhatikan, karena hal ini menyangkut
dengan kualitas data yang akan dihasilkan. Departemen Topografi
melakukan pengeplotan /pematokan koordinat-koordinat SP dan TR
teoritik yang telah didesain.
Program kerja yang dilakukan oleh departemen Topografi antara lain:
a. Survey Lokasi
Posisi Lokasi Survey
Kondisi Daerah Survey
Akses kelokasi survey
Perencanaan Pekerjaan
Pembuatan peta kerja
b. Pengukuran Titik Kontrol
Langkah pertama dalam pembuatan titik kontrol adalah
mendistribusikan pilar-pilar GPS pada seluruh area. Kemudian BM
GPS ini dipasang pada area survai sesuai dengan distribusi dimana
pilar tersebut dipasang. Titik BM yang telah diketahui digunakan untuk
menentukan koordinat-koordinat lain yang belum diketahui, misalnya
koordinat shoot point atau koordinat receiver.Pada dasarnya
pengukuran GPS selalu diikatkan dengan titik dari Bakosurtanal yang
bertujuan untuk mengikatkan titik koordinat secara global sehingga
titik koordinat tersebut dapat dikorelasikan dengan titik koordinat peta
yang lain.
c. Pengukuran Lintasan Seismik
Pengukuran Lintasan Seismik & Pemasangan patok SP dan TR
Pengukuran lintasan seismik yang meliputi pengukuran titik tembak
(SP) dan titik rekam (TR) dilakukan dengan menggunakan peralatan
total station.
Pembuatan Titian dan Rintisan titian dibuat untuk mempermudah
dan memperlancar kerja ketika survey menemukan lokasi yang tidak
bisa dilewati sepeti: irigasi, parit, sungai atau rawa Sehingga
mengefektifkan waktu dan kerja crew baik drilling maupun recording.
Pengukuran Lintasan
2. Drilling Dan Preloading
Pemboran dangkal pada survey Seismik bertujuan untuk membuat
tempat penanaman dinamit sebagai sumber energi (source) pada
perekaman. Kedalaman lubang bor biasanya 30 m dengan diameternya
sekitar 11 cm. Penentuan kedalaman lubang bor ini berdasarkan test
percobaan yang dilakukan sebelumnya. Kedalaman ini terletak di bawah
lapisan lapuk (weathering zone).
Drilling
3. Preloading
Pada survey seismik digunakan sumber energi dinamit untuk di
darat, dan airgun digunakan khusus untuk daerah survey di dalam air.
Dinamit yang digunakan bermerk Power Gel ini terbungkus dalam tabung
plastik dan dapat disambung-sambung sesuai dengan berat yang
diinginkan untuk ditanam. Di dalam tabung ini dinamit diisi dengan
detenator atau ‘cap’ sebagai sumber ledakan pertama, serta dipasang
pula anchor agar dinamit tertancap kuat di dalam tanah.
Pemasangan dinamit (preloading) dilakukan langsung setelah
pemboran selesai, dengan tujuan untuk menghindari efek pendangkalan
dan runtuhan di dalam lubang. Pengisian dinamit dilakukan oleh regu
loader yang dipimpin oleh seorang shooter yang telah mempunyai
pengetahuan keamanan yang berhubungan dengan bahan peledak dan telah
memiliki lisensi tertulis dari MIGAS.
Preloading
4. Recording
Perekaman merupakan pekerjaan akhir dari akuisisi data seismik,
yaitu merekam data seismik ke dalam pita magnetik (tape) yang nantinya
akan diproses oleh pusat pengolahan data (processing centre). Sebelum
melakukan perekaman kabel dibentangkan sesuai dengan posisi dan
lintasannya berdasarkan desain survey 2D. Pada saat perekaman, yang
memegang kendali adalah observer dengan memakai perlengkapan alat
recording yang disebut LABO.
a. Persiapan peralatan
Peralatan yang digunakan dalam proses recording antara lain:
1. Kabel Trace: Kabel penghubung antar trace.
2. Geophone: Penerima getaran dari gelombang sumber yang berupa
sinyal analog.
3. SU (Stasiun Unit): Pengubah sinyal analog dari trace ke dalam
digital yang akan ditransfer ke LABO.
4. PSU (Power Stasiun Unit): Berfungsi memberikan energi pada SU
70 A / 16 Volt.
b. Penembakan (Shooting)
Saat peledakan dan perekaman tidak semua data terekam
sempurna, kadang-kadang dinamit tidak meledak, Up Hole tidak
terekam dengan baik, banyak noise, dsb. Kejadian ini disebut misfire,
beberapa istilah misfire yang sering digunakan di lapangan:
Cap Only : dinamit tidak meledak, detenator meledak
Dead Cap : hubungan pendek, dinamit tidak meledak
Loss wire : kabel deto tidak ditemukan
Weak Shot : tembakan lemah, frekuensi rendah
Line Cut : kabel terputus saat shooting
Parity Error : instrumen problem
No CTB : no confirmation time break
Loss Hole : lubang dinamit tidak ditemukan
Reverse Polaritty : polaritas terbalik
Bad/No Up Hole : UpHole jelek atau tidak ada (pada monitor
record atau blaster)
Dead Trace : trace mati
Noise Trace : terdapat noise pada trace
5. Field Processing
Field processing adalah proses yang dilakukan di lapangan
sebelum dilakukan proses selanjutnya di pusat. Perhatian utama di field
processing adalah pada geometri penembakan dimana jika ada
penembakan terdapat wrong ID, wrong coordinate, wrong spread dsb,
dapat diketahui dan segera dikonfirmasikan ke Field Seismologist dan
TOPO untuk dilakukan perbaikan. Proses pengolahan data seismik di
lapangan biasanya hanya dilakukan sampai pada tahapan final
stacktergantung dari permintaan client. Langkah-langkah yang umum
dilakukan dalam memproses data seismic di lapangan adalah sebagai
berikut:
a. Loading Tape
Data sesimik dalam teknologi masa ini selalu disimpan
dalam pita magnetik dalam format tertentu. Pita magnetik yang
memuat data lapangan ini disebut field tape. SEG (Society of
Ekploration Geophysics) telah menetukan suatu standar format
penulisan data pada pita magnetic.
b. Geometri Up Date
Geometri up date adalah proses pendefinisian identitas
setiap trace yang berhubungan dengan shotpoint, koordinat X,Y,Z
di permukaan, kumpulan CDP, offset terhadap shot-point, dan
sebagainya.
c. Trace Editing
Proses editing dan mute bertujuan untuk merubah atau
memperbaiki trace atau record dari hal-hal yang tidak diinginkan
yang diperoleh dari perekaman data di lapangan. Editing dapat
dilakukan pada sebagian trace yang jelek akibat dari adanya noise,
terutama koheren noise, misfire, atau trace yang mati, polariti yang
terbalik. Pelaksanaan pengeditan dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu, pertama membuat trace-trace yang tidak diinginkan tersebut
menjadi berharga nol (EDIT) dan atau membuang / memotong
bagian-bagian trace pada zona yang harus didefinisikan (MUTE).
Hal-hal yang perlu diedit dari suatu data dapat diperoleh
dari catatan pengamatan di lapangan (observer report) maupun
dengan pengamatan dari display raw recordnya.
Raw Data
d. Koreksi Statik
Tujuan koreksi statik ini adalah untuk memperoleh arrival
time bila penembakan dilakukan dengan titik tembak dan group
geophone yang terletak pada bidang horizontal dan tanpa adanya
lapisan lapuk. Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan
pengaruh dari variasi topografi, tebal lapisan lapuk dan variasi
kecepatan pada lapisan lapuk. Suatu reflector yang datar (flat) akan
terganggu oleh adanya kondisi static yang disebabkan adanya efek
permukaan (near surface efects).
Secara garis besar koreksi static ini dapat dibagi menjadi dua
bagian koreksi :
- Koreksi Lapisan Lapuk (weathering layer)
- Koreksi Ketinggian
e. Amplitudo Recovery (Proses Pemulihan Amplitudo)
Proses ini bertujuan memulihkan kembali nilai amplitudo
yang berkurang yang hilang akibat perambatan gelombang seismic
dari sumber sampai kepenerima (geophone), sedemikian rupa
sehingga pada setiap trace dikalikan dengan besaran tertentu,
sehingga nilai amplitudo relatif stabil dare time break hingga
kedalaman target.
Pengurangan intensitas gelombang seismic ini disebabkan karena
hal-hal sebagai berikut:
- Peredaman karena melewati batuan yang kurang elastik
sehingga mengabsorbsi energi gelombang.
- Adanya penyebaran energi kesegala arah (spherical
spreading atau spherical divergence).
f. Deconvolution
Energi getaran yang dikirim kedalam bumi mengalami
proses konvolusi (filtering) bumi bersikap sebagai filter terhadap
energi seismik tersebut. Akibat efek filter bumi, maka bentuk
energi seismik (wavelet) yang tadinya tajam dan tinggi
amplitudonya di dalam kawasan waktu (time domain). Kalau
ditinjau dalam kawasan frekuensi, tampak bahwa spektrum
amplitudonya menjadi lebih sempit karena amplitudonya frekuensi
tinggi diredam oleh bumi dan spektrum fasenya berubah tidak rata.
Dekonvolusi adalah suatu proses untuk kompensasi efek filter
bumi, berarti di dalam kawasan waktu bentuk wavelet dipertajam
kembali, atau di dalam kawasan frekuensi spektrum amplitudonya
diratakan dan spektrum fase dinolkan atau diminimumkan.
g. Analisa Kecepatan
Analisa kecepatan (velocity analysis) adalah metode yang
dipakai untuk mendapatkan stacking velocity dari data seismik
yang dilakukan dengan menggunakan Interactive Velocity Analisis
diperoleh dari kecepatan NMO dengan asumsi bahwa kurva NMO
adalah hiperbolik. Analisa kecepatan ini sangat penting, karena
dengan analisa kecepatan ini akan diperoleh nilai kecepatan yang
cukup akurat untuk menetukan kedalaman, ketebalan, kemiringan
dari suatu reflektor. Analisis kecepatan ini dilakukan dalam CDP
gather, harga kontur semblance analisis sebagai fungsi dari
kecepatan NMO dan CDP gather stack dengan kecepatan NMO
yang akan diperoleh pada waktu analisa kecepatan. Didalam CDP
gather titik reflektor pada offset yang berbeda akan berupa garis
lurus (setelah koreksi NMO).
h. Residual static
Kesalahan perkiraan penentuan kecepatan dan kedalaman
pada weathering layer saat melakukan koreksi statik dan adanya
sisa deviasi static pada data seismik serta Data Upholedan First
break yang sangat buruk juga dapat mempengaruhi kelurusan
reflektor pada CDP gather sehingga saat stacking akan
menghasilkan data yang buruk. Pada prinsipnya perhitungan
residual static didasarkan pada korelasi data seismik yang telah
terkoreksi NMO dengan suatu model. Dimana model ini diperoleh
melalui suatu Picking Autostatic Horizon yang mendefinisikan
besar pergeseran time shift yang dinyatakan sebagai statik sisa
yang akan diproses.
i. Stacking
Proses stacking adalah menjumlahkan seluruh komponen
dalam suatu CDP gather, seluruh trace dengan koordinat midpoint
yang sama dijumlahkan menjadi satu trace. Setelah semua trace
dikoreksi statik dan dinamik, maka di dalam format CDP gather
setiap refleksi menjadi horizontal dan noise-noisenya tidak
horizontal, seperti ground roll dan multiple. Hal tersebut
dikarenakan koreksi dinamik hanya untuk reflektor-reflektornya
saja. Dengan demikian apabila trace-trace refleksi yang datar
tersebut disuperposisikan (distack) dalam setiap CDP-nya, maka
diperoleh sinyal refleksi yang akan saling memperkuat dan noise
akan saling meredam sehingga S/N ratio naik. Kecepatan yang
dipakai dalam proses stacking ini adalah stacking velocity.Stacking
velocity adalah kecepatan yang diukur oleh hiperbola NMO.
j. Migrasi
Migrasi dilakukan setelah proses stacking, migrasi
merupakan tahap akhir dalam metode Post Stack Time
Migration yang bertujuan untuk memindahkan event-event data
pada section seismic ke posisi yang sebenarnya. Dengan kata lain
migrasi diperlukan karena rumusan pemantulan pemantulan pada
CMP yang diturunkan berasumsi pada model lapisan datar, apabila
lapisannya miring maka letak titik-titik CMP / reflektornya akan
bergeser. Untuk mengembalikan titik-titik reflektor tersebut
keposisi yang sebenarnya dilakukan proses migrasi.