BAB II Seismik Darat

20
BAB II SEISMIK DARAT II.1. Pengertian Seismik darat adalah kegiatan seismik yang dilakukan sepenuhnya di area darat, baik itu survey 2 (dua) dimensi maupun 3 (tiga) dimensi. Sumber energi yang digunakan adalah eksplosive. II. 2. Peralatan Adapun peralatan yang digunakan dalam survey seismik darat adalah sebagai berikut : 1. Seismic source : a. Palu seismik

Transcript of BAB II Seismik Darat

Page 1: BAB II Seismik Darat

BAB II

SEISMIK DARAT

II.1. Pengertian

Seismik darat adalah kegiatan seismik yang dilakukan sepenuhnya

di area darat, baik itu survey 2 (dua) dimensi maupun 3 (tiga) dimensi.

Sumber energi yang digunakan adalah eksplosive.

II. 2. Peralatan

Adapun peralatan yang digunakan dalam survey seismik darat

adalah sebagai berikut :

1. Seismic source :

a. Palu seismik

Gambar 2.1 Palu Seismik

Palu yang digunakan pada saat survey seismik darat. Digunakan

untuk menghantamkan pelat besi diatas tanah.

Page 2: BAB II Seismik Darat

b. Peledak

Gambar 2.2 Peledak

Peledak adalah bahan yang digunakan dalam survey seismik. Dapat

digunakan sebagai sumber energi seismik.

c. Truk seismik

Gambar 2.3 Truk Seismik

Truk seismik adalah truk yang yang dipasang sebagai dampak tanah

yang dapat digunakan untuk menyediakan sumber gempa.

Page 3: BAB II Seismik Darat

2. Penerima gelombang seismik :

a. Geophone

Gambar 2.4 geophone

Geophone adalah alat pemantau gerakan atau pergeseran tanah yang

mengonversikannya menjadi tegangan listrik sehingga pergerakan

itu dapat direkam.

II. 3. Operasional Pengukuran

Berikut gambaran umum pekerjaan survey seismik :

1. Topografi

Dalam survey seismik posisi koordintat SP (shot point) dan TR

(trace) sangat penting sekali diperhatikan, karena hal ini menyangkut

dengan kualitas data yang akan dihasilkan. Departemen Topografi

melakukan pengeplotan /pematokan koordinat-koordinat SP dan TR

teoritik yang telah didesain.

Program kerja yang dilakukan oleh departemen Topografi antara lain:

a. Survey Lokasi

Posisi Lokasi Survey

Kondisi Daerah Survey

Akses kelokasi survey

Perencanaan Pekerjaan

Page 4: BAB II Seismik Darat

Pembuatan peta kerja

b. Pengukuran Titik Kontrol

Langkah pertama dalam pembuatan titik kontrol adalah

mendistribusikan pilar-pilar GPS pada seluruh area. Kemudian BM

GPS ini dipasang pada area survai sesuai dengan distribusi dimana

pilar tersebut dipasang. Titik BM yang telah diketahui digunakan untuk

menentukan koordinat-koordinat lain yang belum diketahui, misalnya

koordinat shoot point atau koordinat receiver.Pada dasarnya

pengukuran GPS selalu diikatkan dengan titik dari Bakosurtanal yang

bertujuan untuk mengikatkan titik koordinat secara global sehingga

titik koordinat tersebut dapat dikorelasikan dengan titik koordinat peta

yang lain.

c. Pengukuran Lintasan Seismik

Page 5: BAB II Seismik Darat

Pengukuran Lintasan Seismik & Pemasangan patok SP dan TR

Pengukuran lintasan seismik yang meliputi pengukuran titik tembak

(SP) dan titik rekam (TR) dilakukan dengan menggunakan peralatan

total station.

Pembuatan Titian dan Rintisan titian dibuat untuk mempermudah

dan memperlancar kerja ketika survey menemukan lokasi yang tidak

bisa dilewati sepeti: irigasi, parit, sungai atau rawa Sehingga

mengefektifkan waktu dan kerja crew baik drilling maupun recording.

Pengukuran Lintasan

2. Drilling Dan Preloading

Pemboran dangkal pada survey Seismik bertujuan untuk membuat

tempat penanaman dinamit sebagai sumber energi (source) pada

perekaman. Kedalaman lubang bor biasanya 30 m dengan diameternya

sekitar 11 cm. Penentuan kedalaman lubang bor ini berdasarkan test

percobaan yang dilakukan sebelumnya. Kedalaman ini terletak di bawah

lapisan lapuk (weathering zone).

Page 6: BAB II Seismik Darat

 

Drilling

3. Preloading

Pada survey seismik digunakan sumber energi dinamit untuk di

darat, dan airgun digunakan khusus untuk daerah survey di dalam air.

Dinamit yang digunakan bermerk Power Gel ini terbungkus dalam tabung

plastik dan dapat disambung-sambung sesuai dengan berat yang

diinginkan untuk ditanam. Di dalam tabung ini dinamit diisi dengan

detenator atau ‘cap’ sebagai sumber ledakan pertama, serta dipasang

pula anchor agar dinamit tertancap kuat di dalam tanah.

Pemasangan dinamit (preloading) dilakukan langsung setelah

pemboran selesai, dengan tujuan untuk menghindari efek pendangkalan

dan runtuhan di dalam lubang. Pengisian dinamit dilakukan oleh regu

loader yang dipimpin oleh seorang shooter yang telah mempunyai

pengetahuan keamanan yang berhubungan dengan bahan peledak dan telah

memiliki lisensi tertulis dari MIGAS.

Page 8: BAB II Seismik Darat

4. Recording

Perekaman merupakan pekerjaan akhir dari akuisisi data seismik,

yaitu merekam data seismik ke dalam pita magnetik (tape) yang nantinya

akan diproses oleh pusat pengolahan data (processing centre). Sebelum

melakukan perekaman kabel dibentangkan sesuai dengan posisi dan

lintasannya berdasarkan desain survey 2D. Pada saat perekaman, yang

memegang kendali adalah observer dengan memakai perlengkapan alat

recording yang disebut LABO.

a. Persiapan peralatan

Peralatan yang digunakan dalam proses recording antara lain:

1. Kabel Trace: Kabel penghubung antar trace.

2. Geophone: Penerima getaran dari gelombang sumber yang berupa

sinyal analog.

3. SU (Stasiun Unit): Pengubah sinyal analog dari trace ke dalam

Page 9: BAB II Seismik Darat

digital yang akan ditransfer ke LABO.

4. PSU (Power Stasiun Unit): Berfungsi memberikan energi pada SU

70 A / 16 Volt.

b. Penembakan (Shooting)

Saat peledakan dan perekaman tidak semua data terekam

sempurna, kadang-kadang dinamit tidak meledak, Up Hole tidak

terekam dengan baik, banyak noise, dsb. Kejadian ini disebut misfire,

beberapa istilah misfire yang sering digunakan di lapangan:

Cap Only : dinamit tidak meledak, detenator meledak

Dead Cap : hubungan pendek, dinamit tidak meledak

Loss wire : kabel deto tidak ditemukan

Weak Shot : tembakan lemah, frekuensi rendah

Line Cut : kabel terputus saat shooting

Parity Error : instrumen problem

No CTB : no confirmation time break

Loss Hole : lubang dinamit tidak ditemukan

Reverse Polaritty : polaritas terbalik

Bad/No Up Hole : UpHole jelek atau tidak ada (pada monitor

record atau blaster)

Dead Trace : trace mati

Noise Trace : terdapat noise pada trace

5. Field Processing

Field processing adalah proses yang dilakukan di lapangan

sebelum dilakukan proses selanjutnya di pusat. Perhatian utama di field

processing adalah pada geometri penembakan dimana jika ada

penembakan terdapat wrong ID, wrong coordinate, wrong spread dsb,

dapat diketahui dan segera dikonfirmasikan ke Field Seismologist dan

TOPO untuk dilakukan perbaikan. Proses pengolahan data seismik di

lapangan biasanya hanya dilakukan sampai pada tahapan final

stacktergantung dari permintaan client. Langkah-langkah yang umum

Page 10: BAB II Seismik Darat

dilakukan dalam memproses data seismic di lapangan adalah sebagai

berikut:

a. Loading Tape

Data sesimik dalam teknologi masa ini selalu disimpan

dalam pita magnetik dalam format tertentu. Pita magnetik yang

memuat data lapangan ini disebut field tape. SEG (Society of

Ekploration Geophysics) telah menetukan suatu standar format

penulisan data pada pita magnetic.

b. Geometri Up Date

Geometri up date adalah proses pendefinisian identitas

setiap trace yang berhubungan dengan shotpoint, koordinat X,Y,Z

di permukaan, kumpulan CDP, offset terhadap shot-point, dan

sebagainya.

c. Trace Editing

Proses editing dan mute bertujuan untuk merubah atau

memperbaiki trace atau record dari hal-hal yang tidak diinginkan

yang diperoleh dari perekaman data di lapangan. Editing dapat

dilakukan pada sebagian trace yang jelek akibat dari adanya noise,

terutama koheren noise, misfire, atau trace yang mati, polariti yang

terbalik. Pelaksanaan pengeditan dapat dilakukan dengan 2 cara

yaitu, pertama membuat trace-trace yang tidak diinginkan tersebut

menjadi berharga nol (EDIT) dan atau membuang / memotong

bagian-bagian trace pada zona yang harus didefinisikan (MUTE).

Hal-hal yang perlu diedit dari suatu data dapat diperoleh

dari catatan pengamatan di lapangan (observer report) maupun

dengan pengamatan dari display raw recordnya.

Page 11: BAB II Seismik Darat

Raw Data

d. Koreksi Statik

Tujuan koreksi statik ini adalah untuk memperoleh arrival

time bila penembakan dilakukan dengan titik tembak dan group

geophone yang terletak pada bidang horizontal dan tanpa adanya

lapisan lapuk. Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan

pengaruh dari variasi topografi, tebal lapisan lapuk dan variasi

kecepatan pada lapisan lapuk. Suatu reflector yang datar (flat) akan

terganggu oleh adanya kondisi static yang disebabkan adanya efek

permukaan (near surface efects).

Secara garis besar koreksi static ini dapat dibagi menjadi dua

bagian koreksi :

- Koreksi Lapisan Lapuk (weathering layer)

- Koreksi Ketinggian

e. Amplitudo Recovery (Proses Pemulihan Amplitudo)

Proses ini bertujuan memulihkan kembali nilai amplitudo

yang berkurang yang hilang akibat perambatan gelombang seismic

dari sumber sampai kepenerima (geophone), sedemikian rupa

sehingga pada setiap trace dikalikan dengan besaran tertentu,

Page 12: BAB II Seismik Darat

sehingga nilai amplitudo relatif stabil dare time break hingga

kedalaman target.

Pengurangan intensitas gelombang seismic ini disebabkan karena

hal-hal sebagai berikut:

- Peredaman karena melewati batuan yang kurang elastik

sehingga mengabsorbsi energi gelombang.

- Adanya penyebaran energi kesegala arah (spherical

spreading atau spherical divergence).

f. Deconvolution

Energi getaran yang dikirim kedalam bumi mengalami

proses konvolusi (filtering) bumi bersikap sebagai filter terhadap

energi seismik tersebut. Akibat efek filter bumi, maka bentuk

energi seismik (wavelet) yang tadinya tajam dan tinggi

amplitudonya di dalam kawasan waktu (time domain). Kalau

ditinjau dalam kawasan frekuensi, tampak bahwa spektrum

amplitudonya menjadi lebih sempit karena amplitudonya frekuensi

tinggi diredam oleh bumi dan spektrum fasenya berubah tidak rata.

Dekonvolusi adalah suatu proses untuk kompensasi efek filter

bumi, berarti di dalam kawasan waktu bentuk wavelet dipertajam

kembali, atau di dalam kawasan frekuensi spektrum amplitudonya

diratakan dan spektrum fase dinolkan atau diminimumkan.

g. Analisa Kecepatan

Analisa kecepatan (velocity analysis) adalah metode yang

dipakai untuk mendapatkan stacking velocity dari data seismik

yang dilakukan dengan menggunakan Interactive Velocity Analisis

diperoleh dari kecepatan NMO dengan asumsi bahwa kurva NMO

adalah hiperbolik. Analisa kecepatan ini sangat penting, karena

dengan analisa kecepatan ini akan diperoleh nilai kecepatan yang

cukup akurat untuk menetukan kedalaman, ketebalan, kemiringan

dari suatu reflektor. Analisis kecepatan ini dilakukan dalam CDP

gather, harga kontur semblance analisis sebagai fungsi dari

Page 13: BAB II Seismik Darat

kecepatan NMO dan CDP gather stack dengan kecepatan NMO

yang akan diperoleh pada waktu analisa kecepatan. Didalam CDP

gather titik reflektor pada offset yang berbeda akan berupa garis

lurus (setelah koreksi NMO).

h. Residual static

Kesalahan perkiraan penentuan kecepatan dan kedalaman

pada weathering layer saat melakukan koreksi statik dan adanya

sisa deviasi static pada data seismik serta Data Upholedan First

break yang sangat buruk juga dapat mempengaruhi kelurusan

reflektor pada CDP gather sehingga saat stacking akan

menghasilkan data yang buruk. Pada prinsipnya perhitungan

residual static didasarkan pada korelasi data seismik yang telah

terkoreksi NMO dengan suatu model. Dimana model ini diperoleh

melalui suatu Picking Autostatic Horizon yang mendefinisikan

besar pergeseran time shift yang dinyatakan sebagai statik sisa

yang akan diproses.

i. Stacking

Proses stacking adalah menjumlahkan seluruh komponen

dalam suatu CDP gather, seluruh trace dengan koordinat midpoint

yang sama dijumlahkan menjadi satu trace. Setelah semua trace

dikoreksi statik dan dinamik, maka di dalam format CDP gather

setiap refleksi menjadi horizontal dan noise-noisenya tidak

horizontal, seperti ground roll dan multiple. Hal tersebut

dikarenakan koreksi dinamik hanya untuk reflektor-reflektornya

saja. Dengan demikian apabila trace-trace refleksi yang datar

tersebut disuperposisikan (distack) dalam setiap CDP-nya, maka

diperoleh sinyal refleksi yang akan saling memperkuat dan noise

akan saling meredam sehingga S/N ratio naik. Kecepatan yang

dipakai dalam proses stacking ini adalah stacking velocity.Stacking

velocity adalah kecepatan yang diukur oleh hiperbola NMO.

Page 14: BAB II Seismik Darat

j. Migrasi

Migrasi dilakukan setelah proses stacking, migrasi

merupakan tahap akhir dalam metode Post Stack Time

Migration yang bertujuan untuk memindahkan event-event data

pada section seismic ke posisi yang sebenarnya. Dengan kata lain

migrasi diperlukan karena rumusan pemantulan pemantulan pada

CMP yang diturunkan berasumsi pada model lapisan datar, apabila

lapisannya miring maka letak titik-titik CMP / reflektornya akan

bergeser. Untuk mengembalikan titik-titik reflektor tersebut

keposisi yang sebenarnya dilakukan proses migrasi.