BAB II RIWAYAT HIDUP HAJI SUPRIYANTO HADIBROTO A. Latar ...repository.ump.ac.id/1244/3/Kartika...
-
Upload
duongkhanh -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
Transcript of BAB II RIWAYAT HIDUP HAJI SUPRIYANTO HADIBROTO A. Latar ...repository.ump.ac.id/1244/3/Kartika...
32
32
BAB II
RIWAYAT HIDUP HAJI SUPRIYANTO HADIBROTO
A. Latar Belakang Keluarga Haji Supriyanto Hadibroto
Supriyanto Hadibroto lahir dari sebuah keluarga yang memiliki
perjuangan hidup yang berat. Ayahnya bernama Martosiswoyo, berasal dari
Desa Tlepok, Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen. Martosiswoyo
merupakan seorang lulusan dari sekolah CVO. CVO sendiri singkatan dari
Cursus Voor Onxerwijzes yaitu sekolah kejuruan pada masa pemerintahan
Belanda. Karena ia lulusan dari CVO, maka ia bekerja menjadi seorang guru
Sekolah Rakyat (SR). Sedangkan ibunya bernama Aminah. Aminah merupakan
seorang gadis yang berasal dari Desa Krakal, Kecamatan Karangsambung,
Kabupaten Kebumen. Dari pernikahannya tersebut, mereka dikaruniai 10 orang
anak yaitu Munjiyah, Supriyono, Katriyah, Supriyadi, Katiyah, Rahadi, Slamet
Suradi, Wasono, Supriyanto dan Suprihno. Tetapi Wasono yang merupakan
anak ke-8 telah meninggal dunia tidak lama setelah dilahirkan (Wawancara
Supriyanto Hadibroto, 16 April 2016).
Keluarga Martosiswoyo hidup serba kekurangan. Terlebih dengan
menanggung biaya hidup 9 orang anak. Tetapi hal tersebut tidak mengurungkan
niatnya untuk selalu giat bekerja dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Martosiswoyo menginginkan semua anaknya dapat menempuh pendidikan.
Karena pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Ia selalu mengingatkan
kepada semua anaknya bahwa ia hanya bisa mewariskan pendidikan atau ilmu.
Dengan dibekali pendidikan diharapkan mereka mampu untuk menyongsong
32
Biografi Haji Supriyanto..., Kartika Rahmadhani, FKIP ,2016
33
masa depan yang lebih baik. Semua anaknya pun menyadari akan pentingnya hal
tersebut (Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16 April 2016).
Selain memberikan fasilitas untuk melanjutkan sekolah, orang tua pun
memberikan nilai-nilai moral kepada semua anaknya seperti kesederhanaan,
kedisiplinan dan ketegasan. Melihat bahwa keluarganya hidup serba kekurangan
maka semua anaknya terbiasa hidup sederhana dengan membatasi pergaulan
karena mereka selalu mengingat apa yang ayahnya katakan. Sehingga mereka
lebih memprioritaskan pendidikan. Martosiswoyo yang bekerja hanya
mengandalkan gaji Rp 7,5 sebagai guru SR dengan gaji sebesar itu tidak mampu
untuk membiayai semua biaya pendidikan anak. Hal tersebut menjadikan
dorongan bagi semua anaknya agar dapat masuk ke sekolah ikatan dinas yang
dibiayai oleh pemerintah. Sehingga mampu meringankan biaya pendidikan dan
beban orang tua. Berkaca pada saudara yang dapat masuk ke sekolah ikatan
dinas menjadikan Supriyanto beserta saudara yang lainnya semangat dan
bersungguh-sungguh dalam belajar (Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16 April
2016).
Mendidik 9 anak bukanlah hal yang mudah. Dengan sifat keibuan yang
dimiliki oleh Ibu Aminah menjadikannya mampu bersabar membesarkan dan
merawat semua anaknya. Martosiswoyo sebagai kepala keluarga selalu
memberikan garis-garis ketegasan dalam menghadapi dan menentukan segala
sesuatu. Terlebih bagi seorang anak laki-laki yang pasti akan menjadi seorang
pemimpin harus mempunyai ketegasan dan kedisiplinan. Anak diberi kebebasan
dalam menentukan masa depan dengan tujuan agar menjadi pribadi mandiri dan
Biografi Haji Supriyanto..., Kartika Rahmadhani, FKIP ,2016
34
bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Latar belakang keluarga
Martosiswoyo termasuk dalam kategori berkekurangan. Namun, orang tuanya
mampu menghantarkan semua anaknya menempuh pendidikan minimal SLTA.
B. Masa Kanak-kanak Haji Supriyanto Hadibroto
Haji Supriyanto Hadibroto atau dikenal sebagai Supriyanto merupakan
pria Kebumen (Jawa Tengah) kelahiran 6 April 1942. Supriyanto merupakan
keturunan orang Jawa asli yaitu Desa Langse, Kecamatan Karangsambung,
Kabupaten Kebumen. Dimasa kecil, Supriyanto telah menunjukkan kecerdasan
dan semangat tinggi pada pendidikan (Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16
April 2016). Rasa semangat tersebut tempaan atau didikan dari seorang ayah
kepada anaknya. Dengan didikan tersebut menjadikannya bersungguh-sungguh
dalam menempuh pendidikan. Karena ia pun selalu mengingat akan pentingnya
pendidikan bagi kehidupan di masa depan.
Seperti layaknya anak kecil seusianya Supriyanto pun gemar bermain
bersama teman-teman tetangga di sekitar rumahnya. Setelah pulang sekolah, ia
sempatkan waktu untuk bermain. Tetapi Supriyanto membatasi diri dalam
bergaul, karena ia merasa bahwa tidak pantas jika ia bermain bersama dengan
anak yang status sosialnya lebih tinggi. Dari situlah ia berpikir bahwa dirinya
harus memiliki kemampuan lebih yang dapat meningkatkan kualitas dirinya,
yaitu melalui pendidikan (Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16 April 2016).
Pada tahun 1950-an permainan olahraga sangat digemari oleh anak-anak
Sekolah Rakyat seperti utat, sepak bola, dan bola voli. Tetapi tidak dengan
Biografi Haji Supriyanto..., Kartika Rahmadhani, FKIP ,2016
35
Supriyanto, dengan memiliki postur tubuh yang kecil menjadikannya tidak
pernah diikutsertakan dalam permainan olahraga, sehingga dalam bidang
olahraga, Supriyanto tidak memiliki prestasi apapun. Supriyanto adalah anak
biasa yang memiliki hobi sangat sederhana, yaitu menonton wayang. Pernah
suatu ketika, saat ia disuruh belajar oleh orangtuanya dan pada saat yang
bersamaan terdapat tontonan wayang, Supriyanto tidak ingin ketinggalan
menonton wayang, dengan sigap dan cepat akhirnya ia pergi menonton wayang
dengan melewati jendela rumah. Sumber suara wayang pada zaman dahulu
tidaklah menggunakan pengeras suara sehingga untuk mendengar dalang
haruslah dengan jarak yang sangat dekat, oleh sebab itu ia datang lebih awal
(Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16 April 2016).
Semua anak memiliki cita-cita, sama halnya dengan Supriyanto. Dengan
latar belakang orang tua terutama ayah yang bekerja sebagai guru SR
menjadikan diri Supriyanto kecil bercita-cita jika besar nanti ingin menjadi
serorang guru. Cita-cita kecil Supriyanto tersebut diketahui oleh orangtua dan ia
diberi dorongan hingga suatu ketika Ayahnya mengatakan sembari memakaikan
topi gambus ke kepala Supriyanto yang saat itu ia masih duduk di kelas 2 SR
bahwa ia menginginkan Supriyanto menjadi seorang School Opsiner atau Penilik
Sekolah (Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16 April 2016). Untuk menjadi
seorang guru tidaklah mudah, harus melewati perjalanan yang sangat panjang
dan menempuh pendidikan sekolah guru.
Keinginan untuk menjadi seorang guru semakin besar. Sampai saat
menempuh pendidikan SMP, Supriyanto tidak aktif dalam mengikuti organisasi
Biografi Haji Supriyanto..., Kartika Rahmadhani, FKIP ,2016
36
intrakurikuler atau ekstrakurikuler (Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16 April
2016). Ia hanya fokus pada pendidikan karena ia sangat prihatin terhadap
kondisi keluarga yang serba kekurangan sehingga ia jarang bermain dengan
anak-anak orang kaya. Hari-harinya dipenuhi dengan semangat belajar agar
ujian sekolah lulus dan tidak memalukan keluarga.
Jerih payahnya dalam semangat belajarpun membuahkan hasil. Setelah
lulus pendidikan SGA (1960) di Yogyakarta. Supriyanto dipercaya menjadi
seorang pengajar di SMP PGRI Kebumen dalam kurun waktu 1 tahun (1961).
Kemudian ia pindah ke Kantor Sosial dan bekerja sebagai penggerak sosial
untuk wilayah distrik Pejagoan yang meliputi 4 kecamatan yaitu Kecamatan
Pejagoan, Kecamatan Sruweng, Kecamatan Petanahan, dan Kecamatan Klirong
(1962). Tetapi nasib berkata lain, karena ingin tetap menjadi seorang pengajar
dan ingin tetap menggapai cita-cita awal. Akhirnya, Supriyanto pun mengirim
surat kepada Kantor Inspeksi Pendidikan di Semarang dan karena ia lulusan dari
SGA yang ingin mengajar di daerah Jawa Tengah, ia harus melampirkan surat
lulus butuh dari DIY (Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16 April 2016).
Selanjutnya ia diharuskan memilih salah satu pilihan dari 4 daerah yaitu
Kabupaten Tegal, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Brebes, dan Kabupaten
Cilacap. Supriyanto pun memilih Kabupaten Cilacap dengan alasan Kabupaten
Cilacap merupakan daerah yang paling dekat dengan Kebumen. Maka ia
diangkat menjadi seorang guru di SD N Kutabima (1962). Dari sinilah awal
mula karir Supriyanto Hadibroto mulai naik. Ia dipindah tugas ke SD N Jenang 1
(1963 – 1965), pindah lagi ke SD N Jenang 2, lalu pada tahun 1973 ia diangkat
Biografi Haji Supriyanto..., Kartika Rahmadhani, FKIP ,2016
37
menjadi Kepala Sekolah di Cisema. Kepala Sekolah SD N Cileumeuh (1976)
dan akhirnya tahun 1990 cita-citanya tercapai dengan diangkatnya ia menjadi
Penilik Sekolah TK/SD di Kecamatan Cimanggu (Wawancara Supriyanto
Hadibroto, 16 April 2016).
Ketika ia menjadi Kepala Sekolah di Cisema tahun 1973, ia pun diangkat
menjadi Ketua KPN Tunas dan Ketua PGRI, tahun 1980 menjadi Ketua Kwaran
Pramuka Kecamatan Cimanggu, dan tahun 1977 menjadi Ketua Komcab Golkar
Kecamatan Cimanggu. Puncaknya pada tahun 1975, Supriyanto dan 4 orang
lainnya mendirikan sebuah Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera dengan dirinya
sendiri sebagai ketua (Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16 April 2016). Dari
sinilah telah terlihat kinerja Supriyanto dan sifat kepemiminannya. Tidak hanya
di dalam organisasi ia disegani oleh para bawahannya tetapi dilingkungan
masyarakat ia disegani dan menjadi panutan karena di masyarakat ia selalu
memberikan petuah yang mudah dipahami bagi yang mendengarkan dan selalu
menasehati dalam kebaikan disegala bidang (Wawancara Wahyudin Anam, 17
April 2016).
C. Riwayat Perkawinan Haji Supriyanto Hadibroto
Dibalik laki-laki sukses terdapat perempuan hebat yang selalu
memberikan dorongan. Begitu pun dengan kesuksesan yang diraih oleh Haji
Supriyanto Hadibroto tidak luput dari peran seorang istri yang selalu
menyemangati dan mendorongnya dalam meniti karir. Haji Supriyanto
Hadibroto menikah dengan seorang perempuan bernama Khotimatun yang
Biografi Haji Supriyanto..., Kartika Rahmadhani, FKIP ,2016
38
berasal dari Desa Ciawitali. Khotimatun lahir pada tanggal 1 April 1944.
Perkenalannya dengan Khotimatun sangatlah singkat dan tanpa disengaja. Tidak
seperti pada zaman sekarang yang berkenalan lewat media sosial (Wawancara
Supriyanto Hadibroto, 16 April 2016).
Pada tahun 1962, Supriyanto seorang pemuda yang baru saja diangkat
menjadi seorang guru di SD N Kutabima, ia diajak oleh seorang kawannya
bernama Supirman untuk bermain ke Desa Ciawitali. Ketika ditengah
perjalanan, Supirman yang mengetahui bahwa Supriyanto belum memiliki
pendamping hidup dikenalkan kepada seorang gadis bernama Khotimatun.
Perkenalannya dengan gadis tersebut pun berlanjut. Khotimatun yang hanya
lulusan SR dapat meluluhkan hati Supriyanto. Adanya kecocokan dan rasa
sepersaudaraan yang berasal dari Kebumen yang membuat mereka memutuskan
untuk menikah pada tanggal 11 Desember 1963. Mereka memutuskan untuk
menikah tanpa memerlukan waktu yang lama hanya berselang waktu 6 bulan
dari perkenalan (Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16 April 2016).
Banyak kendala yang mereka lalui pada awal pernikahan, terutama pada
sektor ekonomi dalam keluarga. Tahun 1963, gaji seorang guru SD tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan selama 1 bulan. Gaji tersebut hanya
cukup untuk 10 hari. Untuk memenuhi kebutuhan diluar 10 hari tersebut,
Supriyanto sangat terbantu dengan istrinya. Karena sebelum menikah dan
sampai setelah menikah istrinya membuka kursus menjahit khusus pakaian
wanita atau pada waktu itu lebih dikenal dengan rudiste. Kursus menjahit masih
menjadi tren dikalangan anak muda terutama perempuan. Karena anak
Biografi Haji Supriyanto..., Kartika Rahmadhani, FKIP ,2016
39
perempuan diarahkan oleh orang tuanya untuk mengikuti kursus menjahit.
Banyaknya murid yang mengikuti kursus, mengharuskan ia membuka 2 kelas
yaitu kelas pagi dan sore. Dari situlah cara untuk memenuhi kebutuhan hidup
(Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16 April 2016).
Dari pernikahannya, mereka dikarunia 5 orang anak, yaitu 2 putri dan 3
putra. Anak pertama bernama Niken Listiyarini, lahir pada tanggal 29 Mei 1965.
Kuliah di UNS melalui jalur PMDK pada tahun 1984 dan lulus tahun 1988. Ia
bekerja sebagai guru di salah satu SMP N di Bekasi. Anak kedua bernama Niken
Listiyawati, lahir pada tanggal 22 Oktober 1967. Ia lulusan dari UNS tahun 1990
dan bekerja sebagai guru di SMP N 3 Banyumas. Anak ketiga bernama Sigit
Margono, lahir pada tanggal 25 Agustus 1969. Lulusan dari STIKER
Yogyakarta dan bekerja di PDAM. Ia meninggal dunia pada tanggal 1
November 2013 karena serangan jantung. Anak keempat lahir pada tanggal 12
Maret 1972 bernama Teguh Jatmiko. Lulusan dari STIKER Yogyakarta dan
meninggal dunia pada tanggal 13 Desember 2002 karena gagal operasi kanker di
RS Sarjito. Anak kelima bernama Priya Cahyadi, lahir pada tanggal 30 Mei
1981. Lulusan dari UNS dan bekerja sebagai Kepala WOM Finance di Jakarta
(Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16 April 2016).
Kebutuhan hidup dan biaya pendidikan yang terus meningkat
mengharuskan Supriyanto lebih giat bekerja. Meskipun ia sudah menjadi orang
tua, tetapi ia selalu mengingat pesan orang tuanya ketika ia sekolah dulu. Ia pun
menerapkan hal yang sama kepada anaknya bahwa mereka harus selalu
semangat dalam belajar agar meraih sukses. Semua anak Supriyanto berhasil dan
Biografi Haji Supriyanto..., Kartika Rahmadhani, FKIP ,2016
40
lulus dalam menempuh pendidikan. Mereka hidup sangat prihatin dengan
keadaan yang terbatas. Tetapi mereka tidak mengeluh dengan keterbatasan yang
ada. Mereka justru selalu semangat dalam belajar (Wawancara Supriyanto
Hadibroto, 16 April 2016).
Kesuksesan dapat diraih tidak hanya melalui pendidikan tetapi harus
diikuti pula dengan kedisiplinan terutama kedisiplinan waktu. Karena apabila
seseorang disiplin terhadap waktu, orang tersebut akan lebih mudah mengatur
dirinya sendiri dan akan lebih menghargai waktu. Supriyanto sebagai seorang
ayah selalu mendongengkan cerita rakyat seperti Timun Emas kepada anak-
anaknya sebelum mereka tidur malam. Rutinitas tersebut sangat disukai oleh
anak-anaknya. Dalam dongeng tersebut terdapat pesan-pesan moral yang dapat
Supriyanto ajarkan kepada anaknya seperti rasa saling menghormati. Sehingga
didalam keluarga sesama anggota keluarga saling menghormati (Wawancara
Niken Listiyawati, 22 Mei 2016).
Supriyanto selalu mengatakan kepada anaknya bahwa ia tidak pernah
mewarisi harta, tapi hanya bisa mewarisi ilmu kepada anaknya. Karena harta
bisa saja habis tetapi kalau ilmu bisa dipakai dan bermanfaat selama kita masih
hidup. Jadi ia selalu mengedepankan pentingnya pendidikan. Tidak hanya
kepada anaknya, ia pun menerapkan hal yang sama kepada cucunya (Wawancara
Yani, 17 April 2016).
Kesuksesan anak pun tidak luput dari peran seorang ibu yang mendidik
anak-anaknya. Dengan keadaan serba terbatas tidak mengurangi perhatian dan
pengertian Khotimatun sebagai istri kepada Supriyanto dan sebagai ibu kepada
Biografi Haji Supriyanto..., Kartika Rahmadhani, FKIP ,2016
41
semua anaknya. Menurut Supriyanto, seorang istri haruslah bisa seperti genuk
(dalam Bahasa Indonesia tempat beras) yaitu ia harus mampu berhemat dalam
membelanjakan gaji suami dan mencari tambahan pendapatan agar biaya hidup
tercukupi (Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16 April 2016). Dan dalam
kehidupan berumah tangga harus selalu menjaga kerukunan agar kehidupan
menjadi harmonis karena dari kerukunan tersebut dapat menumbuhkan
kedekatan sesama anggota keluarga(Wawancara Yani, 17 April 2016)
Dalam menjalani hidup, Supriyanto memiliki target atau keinginan
kepada semua anaknya, terutama anak perempuan. Bahwa mereka harus menjadi
seorang guru karena guru itu pekerjaan yang sangat mulia sehingga sebagai
perempuan menjadi seorang guru adalah pekerjaan terhormat dan bisa
membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari. Dengan mendidik anak yang
paling besar sampai ia meraih sukses akan memberikan contoh kepada adik-
adiknya bahwa mereka harus bisa sukses (Wawancara Yani, 17 April 2016).
Ketika semua anaknya masih kecil, Supriyanto selalu mengatakan kepada
mereka supaya jangan menjadi guru SD karena pada waktu itu terdapat jurang
pemisah antara guru SD dan SMP yaitu guru SD dibawah naungan pemerintah
daerah dan guru SMP dibawah pemerintah pusat serta dengan menjadi seorang
guru SMP/SMA dapat menaikkan status sosial orang tua di lingkungan
masyarakat (Wawancara Niken Listiyawati, 22 Mei 2016).
Supriyanto pun selalu menerapkan apa yang ayahnya katakan dulu.
Untuk merubah status sosial seseorang, maka orang tersebut paling tepat masuk
ke keguruan, kesehatan atau tentara. Karena dari situlah seseorang dapat
Biografi Haji Supriyanto..., Kartika Rahmadhani, FKIP ,2016
42
berbakti kepada lingkungan dan masyarakat disekitarnya. Ia pun selalu
mengajarkan kepada anaknya agar senantiasa menjaga sifat jujur dan berusaha,
kedisiplinan serta jangan sampai melalaikan shalat. Karena pangkal keberhasilan
adalah kejujuran. Jika seseorang memiliki sifat jujur maka orang tersebut akan
dipercaya oleh orang tetapi jika tidak memiliki sifat jujur, orang tersebut akan
hancur martabatnya. Dari ajaran yang sering ia ajarkan kepada anaknyalah
menghasilkan sebuah jati diri Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera yang ia dirikan
yaitu sportivitas, kedisiplinan yang tinggi, kejujuran dan setia kawan dalam
kebersamaan. Jika seseorang sudah memiliki sifat-sifat tersebut maka akan
disenangi oleh teman. Dengan didikan Supriyanto menjadikan semua anaknya
mempunyai sifat kepemimpinan (Wawancara Niken Listiyawati, 22 Mei 2016).
Menurut Supriyanto dalam menjalani kehidupan kita sebagai manusia
memiliki kelemahan disalah satu bidang, dari kelemahan tersebut kita harus
memiliki kelebihan dibidang lain. Hal tersebut dilakukan agar hidup menjadi
lebih seimbang. Dan dalam kehidupan keluarga sangat berperan penting karena
keluarga adalah satu himpunan yang harus saling menghargai dan menghormati
satu sama lain. Misalnya terdapat prinsip yang muda yang dicintai dan yang tua
dihargai, di dalam sebuah keluarga haruslah seperti itu. dan sebagai orang tua
tidaklah boleh memaksakan kehendak kepada anak dari sini fungsi demokratis
digunakan agar hidup berkeluarga selalu harmonis. Melalui keluarga,
kesuksesan seseorang dapat diraih karena dalam meniti kesuksesan tersebut
terdapat anak dan istri yang selalu memberi dorongan. Akhirnya Supriyanto
pada tahun 1975 mampu mendirikan Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera dan
Biografi Haji Supriyanto..., Kartika Rahmadhani, FKIP ,2016
43
menjadi ketua dari tahun 1975-2001 dan tahun 2006-2008. Serta pada tahun
2002-2005 ia menjadi Ketua Fraksi Partai Golkar di DPRD Kabupaten Cilacap
tetapi hanya 1 periode. Pada tahun 2004, Supriyanto bersama istri pergi
menunaikan haji untuk pertama kalinya (Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16
April 2016).
D. Riwayat Pendidikan Haji Supriyanto Hadibroto
Haji Supriyanto Hadibroto bercita-cita menjadi seorang guru. Untuk
menjadi seorang guru yang berkompeten tidaklah mudah, harus melalui tahapan
atau proses yang panjang. Tetapi Supriyanto tetap meyakini bahwa ia dapat
menjadi seorang guru kelak. Ia menempuh pendidikan SR selama 6 tahun dan
lulus pada tahun 1954. SR yaitu Sekolah Rakyat, setara dengan Sekolah Dasar
(SD) pada masa sekarang. Ia bersekolah di SR Banioro Kecamatan Sadang
Kabupaten Kebumen. Kehidupan sekolah pada masa SR, ia jalani seperti anak
lain seusianya. Tetapi tidak serta merta ia mengisinya dengan hal yang sia-sia. Ia
tetap menyadari pada tujuan awalnya ia masuk sekolah untuk menyongsong
masa depan yang cerah. Layaknya anak kecil pada umumnya, Supriyanto
sepulang sekolah tetap menjalin silaturahmi dengan teman sebayanya
(Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16 April 2016).
Ketika Supriyanto bersekolah di SR, ia tidak memakai seragam dan
sepatu tetapi ia memakai pakaian seadanya. Hal itulah yang menguatkan niat
awalnya untuk menjadi guru. Untuk menjadi seorang guru, tidaklah cukup hanya
berpendidikan SR. Menyadari hal tersebut, Supriyanto menjelang kelulusannya
Biografi Haji Supriyanto..., Kartika Rahmadhani, FKIP ,2016
44
sangat rajin dan bersemangat dalam belajar. Karena ia tidak ingin
mengecewakan kedua orang tuanya. Setelah lulus dari SR, ia melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi. Pada awalnya ia bersama 3 teman lainnya yang berasal
dari SR Banioro mencoba mendaftar ke SGB (Sekolah Guru Bawah) Kebumen.
Tetapi dari 4 anak yang mendaftar tersebut, hanya 2 anak yang tidak diterima,
termasuk Supriyanto. Ia tidak diterima karena sistem penerimaan siswa baru
pada SGB tidaklah dilihat hanya dari nilai mata pelajaran tetapi dari tes
wawancara. Keinginannya untuk tetap melanjutkan pendidikan memutuskannya
mendaftar di SMP PGRI Kebumen yang jaraknya cukup jauh dari rumah.
Sehingga mengharuskan ia hidup kos di Kebumen (Wawancara Supriyanto
Hadibroto, 16 April 2016).
Tidak seperti teman SMP lainnya yang bebas bermain dan mengikuti
organisasi. Supriyanto dengan sosok polosnya pada saat SMP hanya
mementingkan belajar. Meskipun sesekali ia pergi bermain bersama temannya.
Tetapi waktu luang ia manfaatkan untuk belajar. Dengan sosoknya yang rendah
hati dan prihatin terhadap keadaan ekonomi keluarganya serta ia pun berpikiran
bahwa ia harus rajin belajar supaya ketika ulangan tidak terlalu disepelekan.
Karena ia memiliki kualitas yang lebih tinggi dalam belajar. Tahun 1957,
Supriyanto lulus dari SMP PGRI Kebumen (Wawancara Supriyanto Hadibroto,
16 April 2016).
Impiannya untuk menjadi guru tetap berkobar, sehingga ia memutuskan
untuk melanjutkan sekolah ke SGA (Sekolah Guru Atas). Karena di Kebumen
tidak ada SGA maka ia mendaftar ke SGA Purwokerto. Tetapi harapan tidak
Biografi Haji Supriyanto..., Kartika Rahmadhani, FKIP ,2016
45
semulus jalan yang harus ditempuh. Supriyanto pun tidak diterima karena syarat
nilai yang tidak memenuhi. Akhirnya ia mendaftar di SGA Perguruan Islam
Republik Indonesia atau lebih dikenal dengan SGA PIRI Yogyakarta.
Supriyanto semenjak SMP sudah terbiasa hidup mandiri dan jauh dari orang tua,
sehingga ia sudah terbiasa dengan kehidupan kosan. Selama menempuh
pendidikan SGA di Yogyakarta ia telah mengalami 3 kali berpindah kosan. Satu
bulan pertama di Yogyakarta ia hidup menumpang dikosan teman. Meskipun
hidup menumpang tetapi ia tetap membayar biaya sewa layaknya kosan pada
umumnya. Beruntunglah ia mempunyai teman yang baik hati. Pada waktu itu
Yogyakarta merupakan kota yang baru ia kunjungi untuk menempuh
pendidikan. Sehingga ia belum tahu pasti seluk beluk kota Yogyakarta.
Selanjutnya, 2 tahun berikutnya ia pun mulai mengekos di Terban. Pada tahun
terakhir pendidikan ia berpindah kos lagi (Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16
April 2016).
Pada tahun 1960-an, kendaraan umum belum marak di Indonesia, hanya
orang golongan tertentu saja yang dapat menikmati kendaraan tersebut. Untuk
memudahkan akomodasi, Supriyanto hanya bermodalkan sepeda onthel yang
dibawanya dari rumah Kebumen. Sepeda onthel lah yang menemaninya kemana
saja ia pergi. Jika hari libur sekolah tiba, ia tidak dapat pulang ke kampung
halaman. Karena biaya tiket kereta api Yogya-Kebumen pada waktu itu 12,5
rupiah merupakan biaya tiket yang cukup mahal. Akhirnya ia habiskan waktu
liburan sekolah dengan bermain bersama temannya dengan menggunakan
sepeda onthel (Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16 April 2016).
Biografi Haji Supriyanto..., Kartika Rahmadhani, FKIP ,2016
46
Sosok Supriyanto pada saat pendidikan SGA sangat berbeda pada saat
SMP. Ketika SMP ia tidak pernah mengikuti organisasi apa pun. Tetapi saat
SGA ia merupakan siswa yang aktif dalam organisasi. Awal mula ia
berorganisasi dengan mengikuti organisasi PII (Persatuan Islam Indonesia). Pada
saat kelas 1 SGA, ia mengikuti organisasi tersebut karena SGA PIRI merupakan
sekolah berbasis pendidikan Islam yang mewajibkan semua siswanya mengikuti
organisasi tersebut. Ketika kenaikan kelas 2 SGA ia ditunjuk menjadi ketua
PPSG (Persatuan Pelajar Sekolah Guru). Dari sinilah ia mulai aktif dalam
berorganisasi dan mulai terlihat sifat kepemimpinan. Dengan mengikuti kegiatan
organisasi tersebut ia pun mulai dikenal oleh siswa lainnya dan memiliki banyak
teman (Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16 April 2016).
Ketika kelas 2 SGA ia ditunjuk menjadi Sekretaris Badan Pemutaran
Film PII Cabang Kota Besar Yogyakarta. Selain aktif mengikuti kegiatan
organisasi, pada awalnya ia mengikuti kursus dalam komunitas tari pergaulan
seperti tari serampang dua belas. Ia pun ikut aktif tampil di acara pementasan
seperti perpisahan sekolah. Ternyata Supriyanto pun memiliki bakat dalam
menggambar. Terkadang ia diminta bantuan oleh gurunya untuk membuat
gambar tulisan indah. Pada awalnya ia mengikuti kegiatan kesenian itu diajak
oleh temannya, tetapi dengan kesadarannya pun ia menyukai seni. Dari sinilah ia
dikenal dalam organisasi (Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16 April 2016).
Dalam menjalankan organisasi dan berkedudukan sebagai ketua,
Supriyanto merupakan sosok yang sangat menjunjung tinggi sportivitas,
kejujuran, disiplin tinggi dan setia kawan. Hal inilah yang ia selalu terapkan
Biografi Haji Supriyanto..., Kartika Rahmadhani, FKIP ,2016
47
dalam organisasi dan sampai ia mendirikan koperasi. Supriyanto orang yang
sangat ramah dan mudah bergaul. Karena bagi dirinya bermain dengan siapapun
tanpa membatasi dapat mempererat tali silaturahmi dan menambah pengetahuan.
Ketika kenaikan kelas 3 SGA, ia memutuskan untuk tidak aktif dalam
berorganisasi karena bagi dirinya jika ia terlalu lama aktif dalam organisasi akan
menurunkan nilai akademiknya. Dan ia selalu mengingat pesan kedua orang
tuanya. Sehingga ia tidak mengabaikan tujuan awal belajar. Ia pun membatasi
diri ketika bergaul dengan lawan jenis karena ia menyadari terhadap dirinya
yang belum pantas. Selama menempuh pendidikan di SGA, Supriyanto tidak
memiliki prestasi apa pun tetapi pada saat kelulusan tahun 1960 ia merupakan
siswa terbaik kedua dengan nilai yang memuaskan. Setelah lulus dari SGA, ia
berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu
perguruan tinggi. Tetapi setelah lulus dari SGA, Ayah Supriyanto pensiun dari
guru SR. Sehingga tidak ada biaya untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat
perguruan tinggi (Wawancara Supriyanto Hadibroto, 16 April 2016).
Biografi Haji Supriyanto..., Kartika Rahmadhani, FKIP ,2016