BAB II REKLAMASI LAHAN RAWA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

13
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Kondisi Ketahanan Pangan Indonesia Saat Ini Banyak sekali pendapat mengenai keadaan ketahanan pangan Indonesia saat ini. Menurut Media Informasi Kompasiana Agrobisnis (18 Mei 2014, 23:56 WIB) Kondisi ketahanan pangan indonesia pada saat ini semakin memburuk, dikarenakan beralih fungsinya lahan pertanian di indonesia. pemerintah indonesia seharusnya lebih sensitif terhadap kondisi ini, bukan hanya permasalahan lahan, seperti yg diposting FAO (Food and Agriculture Organisation), Indonesia berada di level serius dalam indeks kelaparan global. Hal ini diprediksi akan terus memburuk dengan terus bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Di masa depan diprediksi akan terjadi kelangkaan pangan yang diakibatkan oleh beberapa hal seperti kerusakan lingkungan, konversi lahan, tingginya harga bahan bakar fosil, pemanasan iklim dan lain-lain. 4

description

Banyak sekali pendapat mengenai keadaan ketahanan pangan Indonesia saat ini. Menurut Media Informasi Kompasiana Agrobisnis (18 Mei 2014, 23:56 WIB) Kondisi ketahanan pangan indonesia pada saat ini semakin memburuk, dikarenakan beralih fungsinya lahan pertanian di indonesia. pemerintah indonesia seharusnya lebih sensitif terhadap kondisi ini, bukan hanya permasalahan lahan, seperti yg diposting FAO (Food and Agriculture Organisation), Indonesia berada di level serius dalam indeks kelaparan global. Hal ini diprediksi akan terus memburuk dengan terus bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Di masa depan diprediksi akan terjadi kelangkaan pangan yang diakibatkan oleh beberapa hal seperti kerusakan lingkungan, konversi lahan, tingginya harga bahan bakar fosil, pemanasan iklim dan lain-lain.

Transcript of BAB II REKLAMASI LAHAN RAWA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA

9

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Kondisi Ketahanan Pangan Indonesia Saat IniBanyak sekali pendapat mengenai keadaan ketahanan pangan Indonesia saat ini. Menurut Media Informasi Kompasiana Agrobisnis (18 Mei 2014, 23:56 WIB) Kondisi ketahanan pangan indonesia pada saat ini semakin memburuk, dikarenakan beralih fungsinya lahan pertanian di indonesia. pemerintah indonesia seharusnya lebih sensitif terhadap kondisi ini, bukan hanya permasalahan lahan, seperti yg diposting FAO (Food and Agriculture Organisation), Indonesia berada di level serius dalam indeks kelaparan global. Hal ini diprediksi akan terus memburuk dengan terus bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Di masa depan diprediksi akan terjadi kelangkaan pangan yang diakibatkan oleh beberapa hal seperti kerusakan lingkungan, konversi lahan, tingginya harga bahan bakar fosil, pemanasan iklim dan lain-lain. Menurut Republika (Rabu, 25 September 2013, 06:05 WIB) Indonesia saat ini berada pada fase krisis pangan stadium empat atau sudah dalam kondisi sangat mengkhawatirkan. Alasannya, Indonesia sudah terlalu banyak mengimpor berbagai produk pangan.Menurut Natioan Geographic Indonesia, bahwa produksi beras lebih rendah daripada pertambahan penduduk yang pesat. Sementara lahan pertanian terus berkurang, akibat alih fungsi. Oleh karena itu tanpa adanya perluasan atau penambahan lahan, Indonesia akan tetap dibayangi dengan ancaman defisit pangan.

Dari informasi-informasi tersebut dapat diketahui bahwa ketahan pangan yang baik harus dipenuhi oleh setiap negara untuk kesejahteraan masyarakatnya. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Dengan pangan manusia dapat melangsungkan hidupnya dan terus melangsungkan keturunannya.Ada tiga aspek penting unsur ketahanan pangan, yaitu:1. KetersediaanSetiap penduduk dalam suatu negara harus terpenuhi kebutuhan pangannya baik dari segi kuantitas dan kualitasnya.2. DistribusiSuatu negara harus menyalurkan kebutuhan pangan penduduknya dengan rata, artinya menjangkau semua wilayah hingga wilayah-wilayah pelosok3. KonsumsiSetiap keluarga harus bijak dalam mengelola kebutuhan pangannya sehari-hariDari ketiga aspek diatas maka dapat diketahui bagaimana keadaan ketahanan pangan suatu negara, khususnya Indonesia. Dari tahun ke tahun, peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sangat tinggi. Tingginya jumlah penduduk tentu menyebabkan meningkatnya kebutuhan pangan dan tempat tinggal. Lahan-lahan yang awalnya digunakan untuk lahan pertanian, kini beralih fungsi menjadi pemukiman, jalan, sarana pendidikan, industri dan lain-lain. Seharusnya alih fungsi lahan tersebut harus diikuti dengan mencetak lahan pertanian yang baru. Namun pada kenyataannya di Indonesia upaya untuk mencetak sawah baru belum optimal. Ketiga aspek tersebut harus dipenuhi oleh suatu negara untuk menjaga ketahanan pangannya dan menjamin kesejahteraan penduduknya.2.2 Penyebab Krisis Pangan Di IndonesiaPangan adalah kebutuhan utama setiap manusia yang harus dipenuhi agar kelangsungan hidupnya terjamin. Krisis pangan adalah keadaan dimana manusia mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangannya atau dalam artian lain kebutuhan pangan manusia mengalami kelangkaan. Penyebab utama krisis pangan yang terjadi di Indonesia saat ini antara lain:1. Pertumbuhan PendudukLaju pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat pesat. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1970 berkisar 100.000.000 jiwa dan meningkat hingga mencapai 250.000.000 jiwa pada tahun 2010. Hal ini disebabkan karena tingkat kelahiran yang tinggi di Indonesia (Yoan Friska Angel Tulenan, 2014)

Besarnya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan sandang, pangan dan papan juga meningkat. Kebutuhan tempat tinggal, sarana pendidikan maupun kesehatan juga meningkat, sehingga lahan lahan pertanian yang sudah ada dialih fungsikan menjadi pemukiman, gedung sekolah, industri dan lain lain. Permasalahan yang besar selanjutnya adalah tidak diimbangi dengan pencetakan lahan lahan pertanian yang baru. Sehingga lahan pertanian semakin berkurang dan produktifitas makanan pokok beras semakin berkurang mengingat kebutuhan pangan yang sangat tinggi.2. Bencana AlamMusibah juga merupakan penyebab terjadinya krisis pangan di Indonesia. Diantaranya adalah musibah banjir dan kekeringan. Banjir adalah aliran debit yang besar dan melebihi kapasitas saluran air atau badan air sehingga debit air tersebut meluap dan menggenangi area tertentu.Banyak sekali lahan lahan pertanian di Indonesia yang tergenang oleh banjir. Banjir yang menggenang lahan pertanian akan menyebabkan padi menjadi rusak karena kelebihan air dan terseret arus yang deras. Tentunya akan mengurangi produktifitas panen para petani di Indonesia.Musibah penyebab krisis pangan selanjutnya adalah kekeringan. Kekeringan adalah fenomena dimana suatu daerah mengalami kekurangan air, baik air permukaan maupun air tanah. Hubungannya dengan krisis pangan adalah jika lahan lahan pertanian mengalami kekeringan, maka akan menghambat pertumbuhan tanaman padi bahkan dapat menyebabkan kematian bagi padi. Tentunya juga akan menyebabkan penurunan produktifitas panen para petani di Indonesia.Dalam dua kasus tersebut sistem pengairan yang baik sangat dibutuhkan. Peran sistem pengairan disini untuk mengurangi kelebihan air saat banjir terjadi dan menyediakan air saat terjadi musim kemarau agar memenuhi kebutuhan air bagi tanaman padi.2.3 Dampak Krisis Pangan Yang Terjadi Di IndonesiaKrisis pangan memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan negara terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia. Dampak yang paling sering terjadi di Indonesia adalah kelaparan dan gizi buruk. Mengingat beras merupakan makanan pokok bagi penduduk Indonesia maka manusia mempunyai kebiasaan bahwa mereka tidak akan merasa kenyang sebelum makan nasi.Kurangnya persediaan pangan membuat harga makanan pokok menjadi mahal. Masyarakat menengah kebawah tidak mampu lagi membeli kebutuhan pangannya sehingga kebutuhan pangan mereka sehari hari berkurang. Hal ini menyebabkan kebutuhan nutrisi bagi seseorang berkurang khususnya bagi anak anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan. Pertumbuhan anak menjadi tidak optimal selain itu banyak anak anak di Indonesia yang mengalami gizi buruk. Tentunya akan mengurangi kualitas Sumber Daya Manusianya.2.4 Upaya Menangani Krisis Pangan Dan Meningkatkan Ketahanan Pangan Di IndonesiaBanyak sekali upaya pemerintah untuk mengatasi masalah krisis pangan di Indonesia, antara lain menciptakan program Keluarga Berencana (KB dengan dua anak cukup) guna menekan pertumbuhan jumlah penduduk, mengajak masyarakat untuk mencari alternatif pengganti nasi, mengimpor kebutuhan beras dari negara tetangga. Namun semua itu tidak bertahan lama. Pada kenyataannya program KB tidak berjalan lancar, masih banyak masyarakat menengah kebawah yang memiliki anak lebih dari dua yang tentunya akan menambah beban perekonomian keluarganya. Pola pikir masyarakat tentang tidak kenyak jika belum makan nasi juga jika nasi adalah makan orang terhormat masih dipercaya oleh masyarakat. Seseorang tidak akan kenyang jika belum makan nasi walaupun dia sudah makan karbohidrat dan seseorang akan merasa lebih terhormat jika nasi adalah makanan pokoknya. Impor beras yang terus menerus juga dapat mengakibatkan beras lokal kalah bersaing dengan beras impor. Hal ini akan merugikan para petani dan harga beras lokal menjadi mahal.Di samping usaha intensifikasi juga harus dilakukan usaha ekstensifikasi yaitu dengan menambah luas lahan pertanian. Reklamasi rawa merupakan salah satu upaya saat ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas lahan dan menambah luas lahan pertanian sehingga dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan pangan yang semakin meningkat (Suhardjono dkk, 2010: 6).2.4.1. Reklamasi Lahan Rawa Menjadi Lahan PertanianRawa adalah lahan genangan air secara ilmiah yang terjadi terus-menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisika, kimiawi dan biologis (Wikipedia). Jadi rawa adalah suatu dataran rendah atau cekungan yang tergenang air dalam waktu yang lama dan kandungan garam pada tanah menjadi tinggi sehingga tidak cocok untuk kegiatan pertanian.Rawa dibagi menjadi dua yaitu rawa lebak dan rawa pasang surut. Rawa lebak adalah wilayah daratan yang mempunyai genangan hampir sepanjang tahun, minimal selama tiga bulan dengan tinggi genangan minimal 50 cm (Khairatul Muqsitha , 2011). Menurut Siswapedia Rawa pasang surut merupakan rawa yang jumlah kandungan airnya selalu berubah-ubah (pasang-surut), hal ini dikarenakan oleh adanya pengaruh pasang surutnya air laut.Reklamasi dapat didefiniskan sebagai suatu usaha perbaikan, pemanfaatan, pemulihan kemampuan, dan peningkatan kualitas lahan melalui pemberdayaan berbagai teknologi dan pemberdayaan masyarakat yang difokuskan pada lahan yang secara alami berkualitas rendah atau sebagai akibat dari pengaruh manusia yang menyebabkan lahan tersebut kurang produktif (Suhardjono dkk, 2010: 3).

Sumber: http://syekhfanismd.lecture.ub.ac.id/files/2013/11/02.jpg

Dalam arti lain reklamasi adalah pemanfaatan lahan yang tidak ekonomis untuk kepentingan pertanian, pemukiman, industri, rekreasi dan sebagainya, mencakup antara lain pengawetan tanah, pengawetan sumber air, pembebasan tanah tandus, drainase daerah rawa atau lembah dan proyek pasang surut. (Save M Dagun, 1997: 952). Jadi Reklamasi adalah usaha untuk menciptakan suatu daratan baru yang awalnya merupakan lahan yang kurang produktif atau tidak produktif menjadi lahan yang produktif.Menurut Pusdatarawa, pengembangan daerah rawa di Indonesia tersebar di beberapa pulau, yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Luas lahan rawa Indonesia diperkirakan mencapai 33.393.570 hektar yang terdiri dari 20.096.800 hektar (60,2%) lahan pasang surut dan 13.296.770 hektar (39,8%) lahan rawa non-pasang surut (lebak). Dari luasan tersebut, total lahan rawa yang dikembangkan pemerintah adalah 1.8 juta ha dan oleh masyarakat sekitar 2.4 juta ha.Menurut Koran Jakarta (Minggu, 16 Pebruari 2014), bahwa survei mencatat luas lahan rawa di Indonesia yang sesuai untuk kegiatan pertanian mencapai sekitar 9,53 juta ha. Dari angka tersebut, lahan yang dimanfaatkan untuk kegiatan budi daya pertanian hanya 2,27 juta ha (baru 23,8 persen).Seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan semakin terbatasnya lahan produktif yang potensial untuk lahan pertanian, di masa datang akan menjadi keharusan bagi pemerintah untuk memikirkan kembali perlunya pembukaan lahan pertanian baru, khususnya daerah rawa. Upaya tersebut layak dilakukan berdasarkan pada pengalaman reklamasi rawa sebelumnya yang telah terbukti mampu menambah produksi pangan, khususnya beras (Suhardjono dkk, 2010: 27).Dengan mereklamasi lahan rawa yang berpotensi untuk kegiatan pertanian maka dapat menambah sawah sawah baru yang dapat menghasilkan beras sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia. Hal ini dapat mengurangi permasalahan krisis pangan di Indonesia dan mengurangi jumlah impor beras bahkan Indonesia akan mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri.

4