Bab II refferat.docx

download Bab II refferat.docx

of 69

Transcript of Bab II refferat.docx

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    1/69

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Definisi

    II.1.1 Definisi Kekerasan

    Kekerasan berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan salah. Menurut

    WHO (dalam Bagong. S, dkk, 2000, kekerasan adalah penggunaan kekuatan !isik 

    dan kekuasaan, an"aman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau

    sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar 

    mengakibatkan memar#trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan

     perkembangan atau perampasan hak.

    II.1.2 Definisi Anak 

    Menurut Kitab $ndang% undang Hukum &idana pasal 2' ayat ()anak 

    diba*ah umur adalah seseorang yang belum berumur tu+uh belas tahun, sedangkan

    menurut pasal 2' ayat () anak adalah seseorang yang belum berusia )- tahun.

    Menurut Kitab $ndang% undang Hukum &erdata pasal 0 K$H& yang dimaksud

    anak adalah seseorang yang belum genap men"apai usia 2) tahun, dan tidak lebih

    dahulu telah ka*in, sedangkan menurut $ndang% undang o.) /ahun )1 tentang

     perka*inan, anak adalah seseorang yang belum men"apai )' tahun atau belum

     pernah melaksanakan perka*inan ada diba*ah kekuasaan orang tuanya. Menurut

    undang% undang o. 2 tahun 2002 tentang perlindungan anak, anak adalah seseorang

    yang belum berumur )' tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan

    II.1.3 Definisi Kekerasan pada Anak di Sekolah

    Menurut WHO, kekerasan pada anak adalah semua bentuk perlakuan

    menyakitkan yang mengakibatkan "edera atau kerugian nyata maupun potensial

    terhadap kesehatan, kelangsungan hidup, tumbuh kembang, atau martabat anak yang

    4

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    2/69

    5

    dilakukan dalam hal hubungan tanggung +a*ab keper"ayaan, dan kekuasaan.

    Kekerasan pada anak dapat ter+adi di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di

    lingkungan pendidikan, yakni sekolah.

    II.2 Jenis-jenis Kekerasan pada Anak di Sekolah

    II.2.1 !k!"an #isik dan Psikolo$i

    Hukuman !isik menurut The Committe on the Rights of the Children  adalah

    hukuman dalam bentuk apapun dengan tekanan !isik yang digunakan dan

     bermaksud untuk menyebabkan beberapa dera+at nyeri#sakit atau ketidaknyamanan,

    *alaupun berat. Beberapa diantaranya memukul anak%anak ( smacking, snapping,

     spanking , dengan tangan atau peralatan. /etapi dapat +uga berupa, menendang,

    melempar, men"akar, men"ubit, menggigit, men+ambak rambut atau menon+ok 

    telinga, memaksa anak%anak dalam keadaan yang tidak nyaman, membakar,

    menyiram air mendidih atau memaksa meminum#meneguk sesuatu (seperti

    menuangkan "airan sabun atau memaksa anak%anak untuk meneguk makanan

     pedas.Selain itu ada bentuk hukuman non !isik, seperti meremehkan, menghina atau

    memalukan, mengan"am, men"emarkan nama baik, di!itnah sebagai penyebab

    kesalahan, menakut%nakuti atau menge+ek anak%anak. Hukuman !isik atau psikologi

    digunakan kepala sekolah dan guru untuk menertibkan anak%anak di sekolah.Berdasarkan Global Initiative to End All Corporal Punishment of Children ,

    dari 22 negara, )0 ngera diantaranya telah memiliki Hukum yang melarang

    adanya kekerasan !isik di sekolah, dan negara diantaranya memiliki Hukum per 

     pro3insi. /etapi, Hukum yang melarang kekerasan !isik pada anak sering tidak 

    e!ekti!. Sebagai "ontoh Kamerun, pada tahun )' membuat larangan tentang

    kekerasan !isik di sekolah, namun 4 pela+ar dilaporkan mendapat kekerasan !isik 

    di sekolah.

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    3/69

    6

    Beberapa bentuk hukuman yang ke+am dan bersi!at menghina, selain

    kekerasan !isik, belum banyak diteliti. The Children’s Consultations  menyatakan

     bah*a bentuk penghinaan pada anak sangat melekat pada ingatan mereka dan akan

    teringat hingga de*asa dengan memori#ingatan yang menyakitkan bagaimana

    meraka dipermalukan atau dihina, baik dengan kata%kata atau tindakan oleh kepala

    sekolah atau guru atau teman sekolahnya.Beberapa kasus melaporkan bah*a kekerasan !isik pada anak sering di+adikan

    alasan untuk mengontrol anak%anak, seperti telat membayar uang sekolah dan +uga

    gagal dalam akademik atau untuk mengkoreksi kelakuan anak yang buruk atau +ahat.

    &enelitian yang dilakukan di Mesir, 5esotho dan /ogo melaporkan bah*a kekerasan!isik sering digunakan karena kekurangan dalam hal akademik. Sedangkan di /imur 

    /engah dan 6!rika $tara, sepertiga dari pela+arnya dihukum karena buruk dalam

    u+ian di sekolah.

    II.2.2 Diskri"inasi dan Kekerasan %erdasarkan &ender

    6da bukti yang menun+ukkan bah*a hukuman !isik di sekolah kadang%kadang

    diberikan lebih parah atau lebih sering kepada anak%anak dari kelompok yang

    memiliki stigma dan diskriminasi di seluruh masyarakat. 7i 8ndia, )',  Public

     Report on asic Education (&9OB: menemukan bah*a guru dengan kasta yang

    lebih tinggi "enderung untuk mempermalukan anak%anak dari 7alit (;tak tersentuh;,

    atau yang terendah dari empat kasta dan kasta yang lebih rendah lainnya dengan

    menandai mereka sebagai sebagai anak yang membosankan dan tidak mampu

    dididik. 7alam 2 negara bagian 6merika Serikat di mana hukuman !isik di sekolah

    masih sah, anak%anak 6!rika%6merika lebih sering men+adi korban daripada yang

    lain. 6nak%anak pengungsi di 6ngola,

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    4/69

    7

    mengalami hukuman !isik di sekolah%sekolah? di Barbados, -4 anak laki%laki yang

    di*a*an"arai dan 24 anak perempuan yang di*a*an"arai mengatakan mereka

     pernah di"ambuk di sekolah. Sebuah sur3ei yang meliputi .- sis*a di enam

     pro3insi di @ina menemukan bah*a ),-4 mengalami satu atau lebih bentuk 

    hukuman !isik oleh guru sebelum mereka berusia ) tahun? )-4 pernah dipukul,

    ditendang atau dihukum tanpa menggunakan obyek? 4 telah dipukuli dengan

     benda? 0,14 telah dikurung di tempat yang ke"il, atau diikat dengan tali atau rantai?

    0,)4 tersedak, dibakar atau ditusuk. &ersentase sis*a laki%laki (2,4 yang

    mengalami satu atau lebih dari bentuk%bentuk dari hukuman !isik, lebih besar 2,-

    kali dari persentase sis*a perempuan ()0,)4.Kepala sekolah dan guru dapat menerapkan hukuman !isik dan bentuk 

    hukuman lain yang ke+am atau merendahkan dengan "ara yang berbeda, sesuai

    dengan +enis kelamin anak. 7i Bots*ana, sebagai "ontoh, tidak ada guru laki%laki

    tetapi kepala sekolah dapat mengelola hukuman !isik untuk seorang gadis? dan di

    sekolah dasar, anak laki%laki dapat dipukuli di pantat tapi gadis%gadis hanya di

     punggung betis dan telapak tangan mereka. 6nak laki%laki dan perempuan +uga dapat

    dihukum karena pelanggaran ringan yang berbeda, misalnya, anak laki%laki dapat

    dihukum karena kegagalan dalam prestasi atletik di kelas pendidikan +asmani

    sedangkan seorang gadis mungkin dihukum karena gaduh dan perilaku tidak *a+ar 

     bagi seorang *anita.

    II.2.3  Bullying 

    Bera*al dari Skandina3ia di tahun )0 dan kemudian dari 8nggris, Aepang,

    6ustralia, dan 6merika Serikat, telah menganalisis karakteristik pelaku dan korban,

    dan indi3idu lainnya dan !aktor%!aktor risiko sosial yang berkontribusi terhadap

    bull!ing . Hal ini +uga memperluas de!inisi bullying untuk menyertakan bentuk%

     bentuk yang lebih halus dan kompleks kekerasan psikologis, dan memeriksa

    karakteristik pelaku dan korban untuk melihat pendidikan mereka, keluarga dan

    sosial lingkungan mereka, termasuk lingkungan sekolah.  ull!ing   +uga dibedakan

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    5/69

    8

    dari bentuk%bentuk kekerasan lain karena lebih merupakan pola perilaku daripada

     peristi*a. 5iteratur mengungkapkan bah*a hampir semua  bull!ing   merupakan

     bentuk seksual atau berbasis gender.

    II. 2.3.1 Bullying  'an$ "enar$e(kan jenis kela"in a(a! seks!ali(as anak 

    uru dan anak%anak lain sering memberikan tekanan pada anak%anak untuk 

    membuat mereka sesuai dengan nilai%nilai budaya dan sikap sosial, untuk 

    memberitahu apa artinya ;maskulin; atau ;!eminin;. Selain itu, bull!ing   dapat +uga

    menggunakan kata%kata seperti anak laki%laki bertindak seperti seorang gadis atau

    mungkin  ga!, dan seorang gadis bertindak seperti anak laki%laki atau mungkin

    lesbian. Aibes Kata%kata tersebut sering untuk menghukum atau menggertak anak%

    anak karena mereka ;terlalu ban"i;, ;terlalu maskulin;, atau diketahui atau diduga gay

    atau lesbian, atau hanya berbeda dalam sesuatu.Sebuah penelitian di 6!rika Selatan menemukan bah*a anak%anak perempuan

    mengeluh dile"ehkan se"ara seksual atau dile"ehkan oleh sis*a laki%laki yang sering

    disebut lesbians. 7emikian pula, anak laki%laki dapat disebut gay +ika mereka

    menun+ukkan rasa hormat terlalu banyak untuk anak perempuan.  ull!ing dapat

     berupa bentuk e+ekan, pen"abulan, gra!iti, perkosaan, menge+ek dan dapat

    menyebabkan serangan !isik brutal.Bentuk yang paling umum dari bullying adalah 3erbal, +ika dibiarkan, verbal 

    bull!ing  dapat menyebabkan kekerasan yang ekstrem. &enelitian terakhir, berasal

    dari penembakan di sekolah terkenal di 6merika Serikat dan Kanada pada akhir 

    )0%an. Satu penyelidikan menemukan bah*a ketidakmampuan untuk mengatasi

    e+ekan sosial dan penolakan pribadi telah memi"u penembakan tersebut.

    II.2.) Kekerasan Seks!al Terhadap Anak di Sekolah

    Kekerasan seksual anak di sekolah adalah pelibatan anak yang belum

    men"apai usia )' tahun, (pasal ) $$ o 2 tahun 2002 tentang perlindungan anak

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    6/69

    9

    dalam kegiatan seksual, di mana ia sendiri tidak sepenuhnya memahami, atau tidak 

    mampu memberi persetu+uan yang ter+adi di lingkungan sekolah. Kekerasan seksual

    ditandai dengan adanya akti3itas seksual antara anak dengan orang de*asa atau anak 

    lain. 6kti3itas tersebut ditu+ukan untuk memberikan kepuasan bagi orang tersebut.

    Kekerasan seksual meliputi eksploitasi seksual dalam prostitusi atau pornogra!i,

     pemaksaan anak untuk melihat kegiatan seksual, memperlihatkan kemaluan kepada

    anak untuk tu+uan kepuasan seksual, stimulasi seksual, perabaan, memaksa anak 

    untuk memegang kemaluan orang lain, hubungan seksual, perkosaan, hubungan

    seksual yang dilakukan oleh orang yang mempunyai hubungan darah (in"est, dan

    sodomi.

    II.2.).1 Perlind!n$an !k!"

    Ta%el Undan$-!ndan$ no 23*2++2 Perlind!n$an Anak 

    Pasal Tindakan !k!"an

    7iskriminasi &enelantaran 6nak - tahun, )00 +uta

    ' Senga+a anak dalam situasi darurat - tahun, )00 +uta

    '0

    Kekerasan terhadap anak,

    luka berat,

    mati

    ,- tahun, denda 2 +uta

    - tahun, )00 +uta

    )0 tahun, 200 +uta

    ' Men+ual, men"ulik %)- tahun, 0%00 +uta

    ,, ksploi(asi ekono"i*seks!al II ah!n 2++ j!(a

    II.2.).2 Pelak! Kekerasan Seks!al pada Anak 

    Kekerasan dibagi men+adi 2 berdasarkan pelakunya, Camilial dan

    :kstra!amilial (/o*er 2002, pada kekerasan seksual anak di sekolah, termasuk 

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    7/69

    10

    ekstra!amilial karena dilakukan oleh orang diluar hubungan darah dengan korban.

    Biasanya kekerasan ini dilakukan oleh orang yang memiliki gangguan mental yang

    disebut pedo!ilia.

    &edo!ilia adalah kelainan seksual berupa hasrat ataupun !antasi impuls seksual

    yang melibatkan anak di ba*ah umur (berumur ) tahun atau lebih muda (anak 

     prepubertas.

    Klasi!ikasi pedo!ilia yaituD

    ). &edo!ilia menetap

    Mengganggap bah*a pelaku ter+ebak pada lingkungan anak%anak 

    2. &edo!ilia regresi

    &elaku tidak tertarik pada anak laki%laki, pelaku bersi!at heteroseks dan lebih

    suka pada anak perempuan umur '% tahun

    . &edo!ilia la*an +enis

    /ermasuk dalam pedo!ilia regresi dan umumnya pelaku akan berusaha

    men+adi teman baik korban. Khususnya anak perempuan. Sehingga se"ara

     bertahap melibatkan anak tersebut dalam hubungan seksual dalam si!atnya

    tidak memaksa

    1. &edo!ilia sesama +enis

    &elaku lebih suka berhubungan seksual dengan anal laki%laki

    -. &edo!ilia *anita

    &elakunya adalah perempuan, tapi pedo!il *anita +arang ditemukan

    Berdasarkan 7SM%8E, seseorang dikatakan sebagai penderita pedo!ilia bila D

    6. Selama *aktu sekurangnya bulan, terdapat khayalan yang merangsang

    se"araseksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa

    akti3itas seksualdengan anak pre%pubertas atau anak%anak (biasanya berusia

    ) tahun atau kurang

    B. Khayalan, dorongan seksual atau perilaku menyebabkan penderitaan yang

     bermaknase"ara klinis atau gangguan dalam !ungsi sosial, peker+aan atau

    !ungsi penting lainnya.

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    8/69

    11

    /. Orang sekurangnya berusia ) tahun dan sekurangnya berusia - tahun lebih

    tua darianak%anak yang men+adi korban

    II.2.). 3 Iden(ifikasi Pola 0!ka Kekerasan Seks!al

    Kekerasan seksual adalah salah satu bentuk dari kekerasan tubuh yang

    merugikan kesehatan dan nya*a manusia. 8lmu Kedokteran Corensik berguna dalam

    !ungsi penyelidikan, yaitu untukD

    ). Menentukan adanya tanda%tanda persetubuhan

    &ersetubuhan merupakan peristi*a masuknya alat kelamin laki%laki ke

    dalam alat kelamin perempuan, baik sebagian atau seluruhnya, baik keluar air 

    mani atau tidak keluar air mani. Hal%hal yang dapat mempengaruhi adanya

     persetubuhan ini adalah besarnya alat kelamin laki%laki dengan

    ketegangannya, se+auh mana alat kelamin laki % laki masuk, keadaan selaput

    dara, dan posisi persetubuhan yang ter+adi. Aika alat kelamin laki%laki masuk 

    ke dalam alat kelamin perempuan seluruhnya dan keadaan selaput dara masih

     baik, maka pemeriksaan yang diperkirakan adalah adanya robekan pada

    selaput dara. Aika ditemukan adanya sperma dalam alat kelamin perempuan

    dapat diartikan telah ter+adinya persetubuhan. Aika tidak ditemukan adanya

    sperma dalam alat kelamin perempuan dapat dikatakan tidak ter+adi

     persetubuhan. (8dries dan /+iptomartono, 20))

    &emeriksaan dipengaruhi oleh besarnya Fakar dengan ketegangannya,

    seberapa +auh Fakar masuk, keadaan selaput dara serta posisi persetubuhan.

    Aika selaput dara yang dimiliki oleh perempuan yang men+adi korban

     bentuknya elastik, tentu tidak akan ditemukan robekan. Sehingga dapat

    disebut bukan sebagai tanda pasti adanya persetubuhan. 6danya robekan pada

    selaput dara hanya menun+ukkan adanya benda padat#kenyal yang masuk 

    (%!kan "er!pakan (anda pas(i perse(!%!han. Aika Fakar masuk 

    seluruhnya G keadaan selaput dara masih "ukup baik, pada pemeriksaan

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    9/69

    12

    diharapkan adanya robekan pada selaput dara. Aika elastis, tentu tidak akan

    ada robekan.

    6danya pan"aran air mani (e+akulasi di dalam 3agina merupakan

    (anda pas(i  adanya persetubuhan. &ada orang mandul, +umlah spermanya

    sedikit sekali (aspermia, sehingga pemeriksaan ditu+ukan adanya Fat%Fat

    tertentu dalam air mani seperti asam !os!atase, spermin dan kholin. amun

    nilai persetubuhan lebih rendah karena tidak mempunyai nilai deskripti! yang

    mutlak atau tidak khas.

    • Sperma masih dapat ditemukan dalam keadaan bergerak dalam 3agina 1  

    - +am setelah persetubuhan.

    • &ada orang yang masih hidup, sperma masih dapat ditemukan (tidak 

     bergerak sampai sekitar 21 +am setelah persetubuhan, sedangkan

     pada orang mati sperma masih dapat ditemukan dalam 3agina paling lama

    ' hari setelah persetubuhan.

    • &ada laki%laki yang sehat, air mani yang keluar setiap e+akulasi sebanyak 2

      - ml, yang mengandung sekitar 0 +uta sperma setiap mililiter dan 04

     bergerak (motile

    • $ntuk men"ari ber"ak air mani yang mungkin ter"e"er di /K&, misalnya

     pada sprei atau kain maka barang%barang tersebut disinari dengan "ahaya

    ultra3iolet dan akan terlihat ber!luoresensi putih, kemudian dikirim ke

    laboratorium.

    • Aika pelaku kekerasan segera tertangkap setelah ke+adian, kepala Fakar 

    harus diperiksa, yaitu untuk men"ari sel epitel 3agina yang melekat pada

    Fakar. 8ni diker+akan dengan menempelkan gelas ob+ek pada gland penis(tepatnya sekeliling korona glandis dan segera dikirim untuk 

    mikroskopis.

    • 9obekan baru pada selaput dara dapat diketahui +ika pada daerah robekan

    tersebut masih terlihat darah atau hiperemi#kemerahan. 5etak robekan

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    10/69

    13

    selaput dara pada persetubuhan umumnya di bagian belakang ("omisura

     posterior, letak robekan dinyatakan sesuai menurut angka pada +am.

    9obekan lama diketahui +ika robekan tersebut sampai ke dasar (insertio

    dari selaput dara.

    • Ee9 yang baik harus men"akup keempat hal tersebut di atas (!ungsi

     penyelidikan, dengan disertai perkiraan *aktu ter+adinya persetubuhan.

    hal ini dapat diketahui dari keadaan sperma serta dari keadaan normal luka

    (penyembuhan luka pada selaput dara, yang pada keadaan normal akan

    sembuh dalam %)0 hari.

    2. Menentukan adanya tanda%tanda kekerasan

    Kekerasan tidak selamanya meninggalkan bekas # luka, tergantung dari

     penampang benda, daerah yang terkena kekerasan, serta kekuatan dari

    kekerasan itu sendiri. /indakan membius +uga termasuk kekerasan, maka

     perlu di"ari +uga adanya ra"un dan ge+ala akibat obat bius # ra"un pada korban.

    7alam hal ini, fak(or ak(! sangat berperan penting. Karena semakin lama

    suatu tindakan kekerasan, semakin tidak dapat ditemukan luka yang tersisa

     pada tubuh korban kekerasan seksual, dan semakin tidak dapat ditemukan +uga ra"un yang digunakan untuk bius. (8dries dan /+iptomartono, 20))

    . Memperkirakan umur 

    &enentuan umur pada tiap korban kekerasan terutama kekerasan

    seksual termasuk sulit untuk dilakukan, karena dibutuhkan tenaga ahli untuk 

    melakukannya. Seperti pada saat penentuan umur dengan gigi, dibutuhkan

    dokter gigi untuk melakukan tindakan pemeriksaan. &ada korban kekerasan

    seksual, apabila seorang korban dalam keadaan tidak berdaya, maka

     penentuan umur tidak diharuskan. &emeriksaan penentuan umur ini dilakukan

    untuk lebih mengetahui apakah korban sudah de*asa atau belum. (8dries dan

    /+iptomartono, 20))

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    11/69

    14

    &erkiraan umur digunakan untuk menentukan apakah seseorang

    tersebut sudah de*asa (I 2) tahun khususnya pada homoseksual # lesbian

    serta pada kasus pelaku kekerasan. Sedangkan pada kasus korban perkosaan

     perkiraan umur tidak diperlukan.

    1. Menentukan pantas tidaknya korban buat ka*in

    &enentuan seorang korban kekerasan seksual ini pantas atau tidak 

    untuk ka*in sama sulitnya untuk penentuan umur. Maksud dan tu+uan

    dilakukannya penentuan pantas atau tidaknya korban untuk ka*in ini adalah

    apakah korban telah siap untuk ka*in yang ditu+ukan pada korban yang telah

    menstruasi. Sesuai dengan $$ &erka*inan pada Bab 88 pasal ayat )

    disebutkan bah*a perka*inan hanya diiFinkan +ika pihak pria sudah men"apai

    ) tahun dan pihak *anita sudah men"apai umur ) tahun. (8dries dan

    /+iptomartono, 20))

    Se"ara biologis +ika persetubuhan bertu+uan untuk mendapatkan

    keturunan, pengertian pantas # tidaknya buat ka*in tergantung dariD apakah

    korban telah siap dibuahi yang artinya telah menstruasi, namun untuk bukti

    hal ini korban perlu diisolir untuk *aktu "ukup lama.

    &ola luka kekerasan seksual dapat diketahui dengan dilakukannya

     pemeriksaan yang terdiri dari anamnesis, pemeriksaan pakaian, pemeriksaan tubuh

    korban (pemeriksaan umum, kandungan dan kebidanan, dan kesehatan mental, dan

     pemeriksaan penun+ang (pemeriksaan laboratorium dan pen"itraan radiologi.

    a 6namnesis

    &ada anamnesis, dokter akan menanyakan identitas pasien yang akan

    dilaporkan dalam "isum et Repertum. 6namnesis terbagi men+adi 2 ma"am,

    yaitu umum dan khusus. 6namnesis umum berisi umur, tempat dan tanggal

    lahir, status pernikahan, siklus menstruasi, ri*ayat penyakit ("ongenital,

    herediter, &MS, dll, penggunaan obat%obatan tertentu, ri*ayat hubungan

    seksual (pernah atau belum, !rekuensi, hubungan seks terakhir, dan ri*ayat

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    12/69

    15

     penggunaan alat kontrasepsi. &ada anamnesis khusus berisi tentang *aktu

    ke+adian (tanggal dan +am, tempat ke+adian, kronologi ke+adian (ada atau

    tidaknya perla*anan, kesadaran korban, penetrasi, e+akulasi, dan apa yang

    dilakukan korban atau pasien setelah ke+adian.

     b &emeriksaan pakaian

    &ada pemeriksaan ini yang harus diperhatikan se"ara seksama dan

    teliti adalah apakah terdapat robekan ba+u, kan"ing yang terlepas,

     ber"ak#noda, dan kondisi pakaian.

    " &emeriksaan tubuh korban

    a. &emeriksaan umum

    &ada pemeriksaan ini yang perlu dilakukan adalah deskripsi

     penampilan meliputi rambut, ekspresi *a+ah, emosi pasien, rasa tenang

    atau gelisah pada pasien, kemudian tanda pernah hilang kesadaran, tanda

     bekas kekerasan dan perla*anan pada daerah predileksi (mulut, leher,

     pergelangan tangan, lengan, paha bagian dalam, dan pinggang,

     pemeriksaan antropometri, tanda 3ital, pemeriksaan pupil, pemeriksaan

    sistem organ tubuh, pengumpulan sampel (benda asing, semen, helaian

    rambut, +aringan pada kuku, dan pemeriksaan daerah anus pada kasus

    sodomi (didapatkan luka yang khas apabila adanya penetrasi.

     b. &emeriksaan kandungan dan kebidanan

    &emeriksaan ini dilakukan oleh spesialis obstetri" ginekologis meliputi

    area genital (rambut pubis, semen yang mongering, dan dilakukan s*ab,

     pada 3ul3a 3agina (tanda kekerasan seperti hiperemi, edema, memar, luka

    le"et, dan lakukan s*ab pada 3estibulum, pada hymen (penentuan +enis

    hymen, keutuhan hymen, lokasi ruptur, tentukan besar ori!isium, dan ada

    atau tidaknya de!lorasi, pada frenulum labiorum pudenda dan commisura

    labiorum  apakah utuh atau tidak, dan dilakukan pemeriksaan dengan

    spe"ulum untuk mengetahui apakah ada in!eksi pada 3agina dan ser3iks.

    ". &emeriksaan kesehatan mental

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    13/69

    16

    &ada pemeriksaan mental, pasien akan diru+uk oleh seorang psikolog

    atau psikiater untuk mengetahui kemungkinan trauma psikis dan

     perubahan tingkah laku yang ter+adi pada korban.

    d &emeriksaan penun+ang

    a. &emeriksaan laboratorium

    &ada pemeriksaan ini dilakukan analisis sampel yang didapatkan pada

    tubuh dan pakaian, seperti semen, rambut pubis, kemudian dilakukan pula

     pemeriksaan ada tidaknya in!eksi kumen, darah korban, tes kehamilan, dan

    ke"o"okan 76 pria dengan 76 pada tubuh korban dan ada atau tidaknya

    epitel 3agina pada penis tersangka.

     b. &emeriksaan radiologi

    &emeriksaan ini dilakukan +ika diperlukan dan +ika ditemukan adanya

    kemungkinan kekerasan selama ke+adian atau dapat +uga untuk mendeteksi

    kehamilan.

    7ari pemeriksaan yang telah dilakukan akan didapatkan hasilnya kemudian

    dilakukan interpretasi oleh pihak dokter !orensik. 6pabila ditemukan

    robekan lama selaput dara dengan adanya erosi dan peradangan +aringan

    3ul3a menandakan adanya persetubuhan, sedangkan keluhan sakit yang

    ter+adi pada saat buang air ke"il merupakan tanda  se#ual transmitted 

    disease$  &ada pemeriksaan !isik dinyatakan kekerasan seksual apabila

    adanya tanda kekerasan berupa memar, bekas gigitan, tanda kuku dan lain%

    lain, sedangkan pada pemeriksaan lab kemungkinan ditemukan sisa sperma,

    "airan mani pada usap 3agina di bagian  forni# posterior  atau pada pakaian

    dalam pasien atau korban. 8nterpretasi ini dilakukan oleh dokter yang

    memeriksa baik spesialis obsgyn, !orensik, psikiatri, atau psikolog yang

    melakukan pemeriksaan. &emeriksaan yang dilakukan, hasil, dan

    interpretasinya yang akan dituliskan dalam lembar "isum et Repertum (:pi,

    20)2.

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    14/69

    17

    Selain itu masih ada beberapa poin yang harus diketahui pada seorang korban

    kekerasan seksual, yaituD

    a. Seorang korban kekerasan seksual tidak diperkenankan untuk melakukan

     pembersihan diri atau mengganti pakaiannya, selimut, seprai, atau tempat duduk 

    kendaraan, hal ini tu+uannya adalah agar ber"ak air mani tidak hilang, begitu +uga

    dengan barang bukti yang lain seperti ber"ak darah, pasir, atau potongan rambut.

    Sehingga pada saat dilakukan pemeriksaan dengan sinar ultra violet   akan

    ditemukan e!lorensensi ber*arna putih pada barang barang bukti tersebut dan

    dapat ditentukan adanya kekerasan seksual.

     b. 7itemukan adanya luka pada selaput dara, normalnya akan mengalami

     penyembuhan sekitar )0 hari. &ada robekan selaput dara ini dapat menentukan

    apakah robekan tersebut robekan lama atau robekan baru. 6pabila robekan baru

    akan ditemukan luka yang hiperemi pada commisura posterior dan ditentukan

    lukanya berdasarkan arah +am. Sedangkan robekan lama biasanya ditemukan

    lukanya sampai ke insertion.

    ". 6danya luka bite marks#gigitan pada korban atau pada pelaku kekerasan seksual.

    Selain itu +uga dapat ditentukan dari sisa makanan yang ada pada sekitar /K&.

    d. &erlu dilakukan pemeriksaan pada lubang dubur (apabila korban disodomi atau

    melakukan hubungan melalui dubur dan rongga mulut (apabila korban

    mengalami fellatio atau melakukan hubungan melalui mulut.

    e. 9ambut kemaluan +uga perlu dilakukan pemeriksaan dengan penyisiran untuk 

    mengumpulkan rambut yang terlepas, kemungkinan rambut pelaku menempel

     pada bagian pubis korban.

    II.2.) Kekerasan #isik Pada Anak di Sekolah

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    15/69

    18

    Kekerasan Cisik pada anak adalah kekerasan yang mengakibatkan "edera

    !isik nyata ataupun potensial terhadap anak, sebagai akibat dari interaksi atau tidak 

    adanya interaksi, yang layaknya berada dalam kendali orang tua atau dalam posisi

    tanggung +a*ab, keper"ayaan atau kekuasaan. @ontoh yang paling +elas dari tindak 

    kekerasan yang dialami anak%anak adalah pemukulan atau penyerangan se"ara !isik 

     berkali%kali sampai ter+adi luka atau goresan. Kekerasan !isik pada anak dapat ter+adi

    di mana sa+a, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun sekolah. Kekerasan

    di sekolah misalnya kasus perkelahian dan ta*uran pela+ar di sebagian di 8ndonesia

    kini semakin marak ter+adi, tidak hanya terbatas di lingkungan sekolah menengah atas

    (SM6 dan perguruan tinggi sa+a, tetapi +uga pela+ar sekolah menengah pertama

    (SM&.

    Aenis kekerasan !isik yang sering kali dilakukan oleh para pela+ar itu antara

    lain berupaD

    () &engeroyokan dan perkelahian se"ara berkelompok (ta*uran,

     berkembang dari keributan%keributan ke"il, apabila salah satu kelompok merasa tidak 

    dapat menyaingi kekuatan la*an. &ada perkembangan selan+utnya, ta*uran ini tidak 

    terbatas meman!aatkan keterampilan tangan, akan tetapi telah mempergunakan

     berbagai alat bantu, mulai benda yang ada di sekeliling seperti batu ataupun kayu,

    sampai memba*a dari rumah seperti sen+ata ta+am.

    (2 &enganiayaan terhadap sesama pela+ar, penganiayaan adalah seseorang

    dengan senga+a menimbulkan luka%luka berat dan luka parah orang lain (SudarsonoD

    )0. 7alam praktek kekerasan !isik pela+ar sering ter+adi kontak !isik antara pela+ar 

    yang mengakibatkan kematian, setelah ter+adinya penganiayaan.

    1. Perkelahian dan (a!ran pelajar

    Menurut :r*andi (Ma*ar Sheila, 200)D 2 kata ta*uran mengandung

     pengertian berkelahinya dua kelompok sis*a atau pela+ar se"ara masal di sertai kata%

    kata yang merendahkan dan perilaku yang ditu+ukan untuk melukai la*annya. Bentuk 

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    16/69

    19

     perkelahian tersebut dapat berupa kekerasan 3erbal (men"a"i maki, menghina,

    menge+ek maupun kekerasan !isik (memukul, menin+u, melempar batu, membunuh.

    &enganiaayaan !isik yang lebih umum dilakukan laki%laki mun"ul akibat kekerasan

    dari seseorang atau yang lain akibat kemarahan atau "emburu, !rustasi, hinaan yang

    dilakukan korban. Se"ara umum dampak dari ta*uran dapat menyababkan kematian

    dan luka berat bagi para sis*a, kerusakan yang parah pada kendaraan dan ka"a

    gedung atau rumah yang terkena lemparan batu, merusak mental para generasi muda,

    dan menurunkan kualitas pendidikan di 8ndonesia.

    6nalisis data dari tahun 200) 2002, sur3ey HBS@ menun+ukkan bah*a 2-4

     pela+ar di Cinlandia dan 1 4 pela+ar di 5ihtuania pernah melakukan kekerasan !isik 

    selama dua bulan terakhir. SHS pada sur3ey nya baru%baru ini menyebutkan

     perkelahian ini umum ter+adi, dan anak perempuan dari negara berkembang lebih

    mudah berkelahi diandingkan negara tradisonal.

    /erdapat sedikitnya 1 !aktor psikologis mengapa seorang rema+a terlibat

     perkelahian pela+ar, diantaranya !aktor internal yaitu kurang mampu melakukan

    adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks yakni keanekaragaman pandangan,

     budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama

    makin beragam. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Mereka

     biasanya mudah putus asa, sangat membutuhkan pengakuan, memiliki emosi yang

    labil,melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang#pihak lain pada setiap

    masalahnya, dan memilih menggunakan "ara singkat untuk meme"ahkan masalah.

    Selain itu, anak laki%laki "enderung melakukan perkelahian karena ingin dianggap

    kuar oleh lingkungan di sekitarnya. Caktor kedua yaitu keluarga. 9umah tangga yang

    dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya +elas berdampak padaanak. Cuhrmann, Barbara dalam bukunya menyebutkan =&arenting yang sangat

    otoriter atau terlalu mengiFinkan, antagonisme, penolakan dan komunikasi yang

    kurang baik di rumah berkaitan dengan tertariknya rema+a kepada teman sebaya

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    17/69

    20

    karena mereka berhubungan dengan konsep diri negati! rema+a dan penyesuaian

    emosional yang kurang memadai>

    Caktor ketiga adalah !aktor sekolah. 5ingkungan sekolah yang tidak kondusi! 

    untuk kegiatan bela+ar menga+ar, seperti tindak otoriter guru dalam melaksanakan

    aturan dan hukuman dalam mendidik sis*a, maupun pergaulan seperti gang dan

    mengatasnamakan solidaritas untuk membela teman sebaya maupun alumni. Hal ini

    senada dengan penelitian yang dilakukan Klaster &enelitian Humaniora $M

    menun+ukan bah*a potensi kekerasan di Jogyakarta terbangun dengan banyaknya

    !enomena geng dan pengkaderan yang dilakukan alumni dibanyak sekolah. (9adar 

    Aog+a, 7esember 200. Caktor keempat adalah !aktor lingkungan. 5ingkungan di

    antara rumah dan sekolah yang sehari%hari rema+a +uga memba*a dampak terhadap

    mun"ulnya perkelahian, seperti kurangnya teladan dari orang tua maupun keluarga,

    dan tayangan kekerasan di /E yang hampir tiap hari disaksikan pela+ar. Menurut

    teori beha3iorisme bah*a tabeat dan tingkah laku manusia terbentuk dari hasil proses

     pembela+aran dan e3olusi lingkungan. /ingkah laku manusia men+adi masalah apabila

    mereka menerima pembela+aran dan lingkungan yang salah @orey ()'. Semuanya

    itu dapat merangsang rema+a untuk bela+ar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian

    reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk mun"ulnya perilaku berkelahi..

    2. Pen$ania'aaan (erhadap sesa"a pelajar

    &embunuhan dan penyerangan yang mengakibatkan luka !isik serius relati! 

     +arang di sekolah, dan hanya sebagian ke"il dari kekerasan kriminal di masyarakat.

    &enelitian di Aamaika menemukan bah*a )4 sis*a mengaku terdapat kekerasan di

    sekolahnya, 24 dari kekerasan tersebut menyebabkan luka, dan banyak anak yang

    merasa tidak aman di sekolah. /ingkat pembunuhan di negara Aamaika adalah -- per 

    )00.000 pada tahun 2001, dan 2-4 dari yang ditangkap karena semua ke+ahatan

    kekerasan adalah anak%anak usia sekolah, terutama anak laki%laki. Meskipun sebagian

     besar kekerasan tersebut ter+adi di luar lingkungan sekolah, penelitian lain di Aamaika

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    18/69

    21

    menyimpulkan kekerasan yang tidak ter+adi di sekolah dipengaruhi !aktor%!aktor lain

    di masyarakat Aamaika yang memi"u kekerasan.

    3. Senja(a di Sekolah

    Kepemilikan dan penggunaan sen+ata +uga marak di+umpai pada pela+ar.

    &enelitian pada tahun 20)1 di 6merika Serikat menyebutkan 4 sampai )04 pela+ar 

    di 6merika memba*a sen+ata di properti sekolah, sementara )24 sampai 2-4 sen+ata

    di luar sekolah. &enelitian yang sama menyebutkan )4 pela+ar terlibat dalam

     perkelahian di properti sekolah setidaknya sekali pada tahun sebelumnya dan 4

    telah terlibat dalam perkelahian di luar sekolah.

    Kepemilikan dan penggunaan seen+ata +uga sering dikaitkan dengan

    kekerasan oleh gang. Kekerasan oleh gang di sekolah kebanyakan akan ter+adi di

    daerah di mana kekerasan di masyarakat sering ter+adi. Menurut Carribean Regional 

    Consultation, kekerasan gang di luar sekolah sebanding dengan kekerasan gang di

    sekolah. Kekerasan ini dapat berupa pemukulan, penusukan, penembakan, akan

    semakin leih berat dibandingkan kekerasan lain di sekolah karena kekerasan oleh

    geng bekaitan dengan perdagangan obat dan barang terlarang.

    II.2.).1 Ana"nesis dan Pe"eriksaan Kekerasan #isik pada Anak 

    7iagnosis kekerasan !isik pada anak dapat disimpulkan berdasarkan

    anamnesis dan pemeriksan !isik,

     yang teliti, dokumentasi ri*ayat psikologik yang lengkap, dan laboratorium.

    6namnesis yang teliti, "ermat, dan rin"i berupa *a*an"ara dan obser3asi

    mutlak dilakukan sebagai a*al diagnosis kekerasan pada anak. /erdapat beberapa

    indikator yang dapat ditemukan dalam anamnesis yang dapat men+adi tanda

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    19/69

    22

     patogno monis seoran g anak menga lami kekerasan. 8ndikator%indikator 

    tersebut di+elaskan sebagai berikutD

    • 8ndikator !isik D 5uka memar, gigitan manusia, patah tulang, rambut yang

    ter"abut,"akaran dapat ditemukan pada anak yang timbul akibat ke"elakaan

    yang sebenarnya dapat merupakan kekerasan !isik. 9i*ayat bagaimana

    ter+adinya ke"elakaan tersebut pada anamnesis ran"u mengingat seringkali

    tidak "o"ok dengan +enis atau beratnya trauma, bagaimana ke"elakaan ter+adi

    tidak +elas, tidak masuk akal, serta ri*ayat ke"elakaan berubah%ubah,

    • 8ndikator perilaku D 6nak di"urigai mengalami kekerasan !isik bila

    menun+ukkan perilaku *aspada saat bertemu dengan

    orang de*asa, berperilaku ekstrem seperti agresi! atau menyendiri, takut pada

    orang tua, takut untuk pulang ke rumah, menipu, berbohong, dan men"uri.

    6pabila saat anamnesis orang tua +ika ditanya se"ara terpisah memberi

    keterangan yang saling bertentangan dengan keterangan yang diberikan anak 

    ataupun orang lain +uga dapat men+adi indikator anak tersebut mengalami

    kekerasan !isik.

    Menurut  American Academ! of Child Adolescent Ps!chiatr! (200 anak telah

    mengalami penganiayaan dapat menun+ukkan "iri%"iri D

    • Mempunyai gambaran diri yang lemah G tidak bisa men+alankan peran

    • Ketidakmampuan untuk per"aya atau men"intai orang lain

    • 6gresi!, mengganggu, dan berperilaku tidak benar

    • Kemarahan dan amuk, merusak diri sendiri, pemikiran tentang bunuh diri

    • &asi!, menarik diri, dan perilaku mengandung kutukan

    • Ketakutan melakukan akti3itas atau hubungan interpersonal yang baru

    • Kha*atir dan takut, merasa sedih yang berlebih atau merasa tertekan

    • &ermasalahan sekolah atau kegagalan dan penyalahgunaan 6&

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    20/69

    23

    • Menun+ukkan adanya perubahan yang mendadak di dalam perilaku atau presta

    si sekolah

    • Belum atau tidak menerima bantuan baik se"ara !isik maupun

     permasalahanmedis yang seharusnya diberikan oleh orang tua

    • Selalu dalam ke*aspadaan seolah%olah bersiap mengahadapi sesuatu yangtida

    k menyenangkan#mengan"amnya akan ter+adi

    • Menuntut yang berlebihan, pasi!, menarik diri

    • 7atang ke sekolah dan akti!itas lain lebih a*al dan pulang terlambat

    (sepertiingin pergi dari rumah.2. Orang tua

    • &enga*asan orang tua yang kurang, menun+ukkan perhatian yang sedikit

     padaanak

    • Menyangkal keberadaan anak dan menyalahkan anak baik tentang permasalah

    an di sekolah maupun di rumah

    • Meminta pada guru atau pe+abat di sekolah untuk menggunakan kekerasan

    !isik dalam menegakkan disiplin pada anak yang berbuat nakal#+ahat

    • Selalu melihat anak tidak baik, tidak berharga atau membebani

    • Menuntut tingkatan !isik serta pen"apaian akademis yang tidak mungkindi"ap

    ai oleh anak.

    . Orang tua dan anak• Aarang bersentuhan atau saling berpandangan

    • Memandang hubungan antara orang tua dan anak sebagai hal negati! seluruhn

    ya

    • Mengatakan tidak suka satu sama lain.

    Obser3asi pada perubahan tingkah laku dan keseharian penting dilakukan

    mengingat penderita kekerasan !isik biasanya mempunyai "iri khas. &erubahan

    tersebut diantaranya kontak mata anak kurang (lack of e!e contact , takut sentuhan,

     bahasa tidak teratur, gelisah berlebihan, pakaian tidak teratur, dan perubahan suasana

    hati yang drastis. Selain pada anak, obser3asi +uga perlu dilakukan pada orang tua,

    diantaranya apakah ada keterlambatan dalam men"ari pertolongan medis, orang tua

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    21/69

    24

    tidak memberikan kepedulian yang memadai sesuai dera+at berat trauma, serta

    interaksi pengasuh dalam hal ini orang tua dan anak yang patologis.

    &emeriksaan !isik terhadap anak yang mengalami kekerasan !isik harus

    dilakukan dengan hati%hati, dengan upaya membuat anak merasa nyaman# Sebelum

    dilakukan pemeriksaan, anak harus dilindungi dari per"akapan mengenai luka yang

    dialaminya. 9uangan yang dipakai untuk pemeriksaan harus mempunyai

     pen"ahayaan yang "ukup untuk membantu menentukan *arna dan tekstur kulit.

    /anda dan indikator !isik yang bisa di+umpai pada kekerasan !isik D

    • @idera Kulit

    @idera kulit adalah tanda%tanda penganiayaan anak yang paling umum dan paling mudah dikenali dan dapat memberi in!ormasi mengenai lokasi

    kekerasan, stadium penyembuhan dan kon!igurasi perlukaan. @idera kulit

    tersebut dapat berupa +e+as di kulit pada daerah yang tiak laFim terkena

    ke"elakaan, perlukaan dengan berbagai tingkat penyembuhan serta tanda

    dengan kon!igurasi. Bekas gigitan manusia tampak sebagai

    daerah lon+ong dengan bekas gigi, tanda hisapan atau tanda dorongan lidah

    atau berbentuk bulan sabit berhadapan. Memar   multiple  atau memar pada

    tempat%tempat yang tidak ter+angkau dengan dua atau tiga garis parallel di

    dalamnya menun+ukkan bah*a anak itu telah mengalami penganiayaan

    misalnya pada tamparan. Memar yang ada dalam berbagai tahap

     penyembuhan menun+ukkanadanya trauma yang ter+adi berulang kali. Memar 

     berbentuk ob+ek yang dapat dikenaliumumnya bukan suatu kebetulan.

    • Bekas trauma benda tumpul

    5uka akibat trauma benda tumpul dapat berupa memar, robek, dan le"et.

    Memar merupakan luka yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul,

    ditandai dengan perdarahan dalam +aringan kutis akibat pe"ahnya kapiler dan

    3ena sehingga darah keluar dan meresap ke +aringan sekitarnya, tanpa

    robeknya permukaan tubuh. Memar kekerasan akibat trauma paling mungkin

    ditemukan pada permukaan utama yang melapisi tepi permukaan tulang,

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    22/69

    25

    seperti tulang betis, lengan ba*ah, punggung, pinggul, bokong, paha, betis,

    dan kening. Selain itu terdapat baik memar # bilur yang baru maupun yang

    sudah mulai menyembuh. Bentuk +e+as ataupun "orak%"orak memar # bilur 

    dapat memberi kesan ob+ek yang dipakai untuk kekerasan dan menyebabkan

    memar. Memar berubah *arna menurut *aktu. Warna memar dapat

    digunakan untuk memperikirakan *aktu ter+adinya luka tersebut. 6pabila ada

    "ekikan, dapat ditemukan tanda berupa lingkaran atau tanda lilitan tali di

    leher. 5uka le"et adalah luka yang disebabkan rusaknya atau lepasnya lapisan

    luar kulit (epidermis, karena kekerasan benda tumpul yang memiliki

     permukaan kasar, sedangkan luka robek disebabkan kekerasan benda tumpul

    yang menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan apabila batas elastisitas

    kulit terlampaui, maka akan mampu merobek selurus lapisan kuli dan +aringan

    di ba*ahnya. 5uka le"et dan robek akibat kekerasan !isik sering di+umpai di

    mulut, bibir, mata, kuping, lengan, tangan, genitalia, maupun di bagian tubuh

    lain, baik luka yang baru atau yang berulang.

    • Kerontokan 9ambut /raumatik (6lopesia /raumatik

    Kerontokan rambut traumatik ter+adi ketika rambut anak ditarik, atau dipakai

    untuk menyeret atau menyentak anak dan mungkin terdapat kerontokan baik 

    yang baru atau berulang. &ada kulit kepala dapat ter+adi pe"ahnya pembuluh

    darah di ba*ah kulit kepala, misalnya hematoma

    subgaleal. 6danya akumulasi darah dapat membantu membedakan antara

    kerontokan rambut akibat penganiayaan atau non%penganiayaan.

    • &etekie

    &etekie merupakan bintik perdarahan di kulit yang dapat ter+adi apabila

    setelah muntah%muntah atau menangis hebat setelah anak mengalami

    kekerasan !isik.• Aatuh

    Aika seorang anak dilaporkan mengalami ke+atuhan biasa, namun yang tampak 

    adalah "idera yang tidak biasa, maka ketidaksesuaian ri*ayat dengan trauma

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    23/69

    26

    yang dialami tersebut menimbulkan ke"urigaan adanya penganiayaan

    terhadap anak.

    • @idera :ksternal pada Kepala, Muka dan Mulut5uka, perdarahan, kemerahan atau pembengkakan pada kanal telinga luar,

     bibir pe"ah%pe"ah, gigi yang goyang atau patah, laserasi pada lidah dan kedua

    mata biru tanpatrauma pada hidung, semuanya dapat mengindikasikan adanya

     penganiayaan. Bila trauma mengenai mata dapat menyebabkan perdarahan

    retina.

    • @idera /ermal 7isenga+a atau 7iketahui Sebabnya

    6nak +uga dapat se"ara senga+a dibakar, dilukai atau ditusuk selain dipukul

    atau dilempar dan menimbulkan luka bakar yang menyerupai benda padat

     penyebab,misalnya bekas sudutan rokok, dan akibat aliran listrik pada luka

     bakar setrika. 5uka bakar daerah perineum akibat men"elupkan perineum

    anak ke air panas, ter+adi akibat hukuman mengompol.

    5uka bakar ter"ulap, dengan garis batas +elas, luka bakar sirkuler ke"il% ke"il,

    menon+ol kemerahan, dan banyak dalam berbagai tahap penyembuhan, luka

     bakar setrikaan, dan luka bakar tali semuanya memberikan kesan adanya

    tindakan +ahat yang disenga+a.

    • /rauma intraabdominal

    /rauma abdomen dan toraks lebih +arang dibanding trauma kepala dan

    tulang pada penganiayaan anak. &enganiayaan !isik lebih dominan pada anak 

    di atas usia 2 tahun. /anda%tanda anak mengalami trauma intraabdominal

    akibat kekerasan di bagian perut adalah muntah berulang, distensi perut

    !leksibel, daya pukulan diserap organ interna, kulit di atas tanpa memar.

    • Craktur dan 7islokasi

    /anda kekerasan !isik lainnya adakah !raktur dan dislokasi yang tidak dapat

    di+elaskan. Craktur paling sering ter+adi akibat luka renggutan atau tarikan

    yang men"ederai meta!isis. Craktur yang menyebabkan sudut meta!isis tulang

     pan+ang terpe"ah sampai epi!isis dan periosteum merupakan tanda klasik 

    kekerasan anak. Craktur 8ga &osterior dalam berbagai tahap penyembuhan,

    !raktur spiral atau dislokasi karena terpelintirnya ekstremitas merupakan bukti

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    24/69

    27

    "idera pada anak yang tidak ter+adi se"ara kebetulan. Hematoma subdural

    dapat ditemukan apabila anak mengalami trauma hebat di bagian kepala

     berupa anak datang dalam keadaan koma dan tekanan intra "ranial meningkat.

    Craktur tulang tengkorak +uga dapat ter+adi. 7islokasi atau lepas sendi bahu

    atau pinggul pada kekerasan dapat ter+adi kemungkinan akibat tarikan.

    :3aluasi diagnostik berupa pemerikasaan penun+ang dapat dilakukan untuk 

    menilai tingkat keparahan dan prognosis "edera maupun trauma akibat kekerasan

    !isik anak. @/%

    s"an lebih sensiti! dan spesi!ik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanya

    diindikasikan pada pengniayaan anak atau seorang bayi yang mengalami trauma

    kepala yang berat. M98 ( 'agnetik Resonance Imaging  lebih sensiti! pada lesi yang

    subakut dan kronik seperti perdarahan subdural dan sub arakhnoid. $ltrasonogra!i

    digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi 3is"eral. &emeriksaan kolposkopi untuk 

    menge3aluasi anak yang mengalami penganiayaan seksual.

    II.3 Da"pak Kekerasan Anak di Sekolah

    II.3.1 Da"pak #isik 

    Kekerasan di sekolah dapat berdampak pada !isik seseorang akibat tekanan

     psikologis, "a"at !isik permanen dan gangguan kesehatan +angka pan+ang. 7ampak 

    !isik yang paling +elas yaitu luka ringan atau luka serius, memar, patah tulang dan

    kematian yang dapat diakibatkan karena pembunuhan atau bunuh diri. Kekerasan

    seksual dapat mengakibatkan kehamilan dini yang tak diharapkan, penyakit menular seksual akibat in!eksi termasuk H8E%687S, dan gangguan#kerusakan organ

    reproduksi. Kekerasan di kalangan anak%anak sekolah +uga memiliki dampak yang

    signi!ikan pada kesehatan !isik dan mental, terutama +ika itu kekerasan berulang atau

     berat, dan +ika tidak ada yang memberi dukungan untuk korban. Sebuah studi tentang

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    25/69

    28

     penindasan di 2' negara :ropa menemukan bah*a ge+ala !isik yang sering timbul

     pada korban penindasan yaitu sakit kepala, sakit perut, sakit punggung, dan pusing.

    &ada studi yang sama berdasarkan laporan sis*a itu sendiri, semakin sering mereka

    ditindas semakin banyak ge+ala dari gangguan kesehatan yang dirasakan.

    II.3.2 Da"pak Sosial

    &enelitian dari banyak negara menun+ukkan bah*a dampak sosial terhadap

    hukuman dan segala bentuk kekerasan terhadap anak di sekolah adalah negati! dari

     banyak sisi. Bentuk hukuman yang tidak *a+ar dan kekerasan di rumah dan sekolah

    terhadap anak akan mengakibatkan terhambatnya perkembangan keterampilan sosial.

    Korban "enderung untuk men+adi pasi! dan terlalu takut untuk mengekspresikan ide

    serta apa yang dirasakannya.)

    6nak yang sering dihukum se"ara !isikal akan mengalami kesulitan untuk 

    menerapkan nilai%nilai moral. Mereka lebih "enderung untuk terlibat dalam

     pelanggaran tertib dan berperilaku agresi! seperti memukul saudara mereka, orang

    tua, teman sekolah maupun pa"ar mereka. Mereka bisa men+adi orang de*asa yang

    akan menggunakan hukuman !isik terhadap anak%anak mereka sendiri, dan

    menurunkan kebiasaan kekerasan tersebut.

    6nak yang mengalami tindak kekerasan di sekolah tanpa adanya penangangan

    lebih lan+ut bukan tidak mungkin menarik dirinya dari pergaulan. Hal ini bisa

    dikarenakan anak merasa takut, malu, merasa teran"am dan tidak senang apabila

     berada di tengah%tengah masyarakat atau teman%temannya. Selain itu, ia men+adi

     pendiam, sulit berkomunikasi dengan teman dan guru. /ingkat keper"ayaannya

    kepada orang lain +uga mungkin akan berkurang akibat perlakuan kasar orang lain

    kepadanya.

    II.3.3 Da"pak Pendidikan

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    26/69

    29

    Kekerasan terhadap sis*a yang dilakukan guru di sekolah berdampak pada

    hilangnya moti3asi bela+ar dan kesulitan dalam memahami pela+aran, sehingga

    umumnya prestasi bela+ar mereka +uga rendah. Kekerasan guru terhadap sis*a +uga

    menyebabkan sis*a ben"i dan takut pada guru. /indak kekerasan di sekolah +uga

     berdampak pada ingin pindahnya atau keluarnya seorang sis*a dari sekolah dan

    sering tidak masuk sekolah. Selain itu +uga mengakibatkan perasaan rendah diri, dan

     prestasi akademik terganggu. Aika pola bull!ing   terus berlan+ut dan tidak di"egah,

    akan menimbulkan konsekuensi +angka pan+ang bagi korban. :!ek bull!ing di sekolah

    antara lain D bolos sekolah sampai tara! tinggi, tidak hormat kepada guru, melarikan

    diri dari sekolah saat +am pela+aran berlangsung, dan sis*a memba*a sen+ata sebagai

     bentuk pertahanan diri.

    II.3.) Da"pak Psikolo$is

    Selain dapat menimbulkan dampak !isik, kekerasan +uga dapat berdampak 

     pada psikis anak seperti trauma, merasa takut, tidak nyaman, dendam, menurunkan

    rasa per"aya diri, stres, menurunkan semangat bela+ar. 7alam +angka pan+ang,

    dampak kekerasan dapat terlihat dari menurunnya prestasi anak dan adanya

     perubahan perilaku pada anak.

    6gustin 7.& (20)0 mengatakan bah*a dampak kekerasan korban biasanya

    akan merasakan berbagai emosi negati3e, seperti marah, dendam, tertekan, takut,

    malu, sedih, tidak nyaman, teran"am, tetapi tidak berdaya menghadapinya. 7alam

     +angka pan+ang, kondisi ini dapat mengembangkan perasaan rendah diri dan tidak 

     berharga. Bahkan tak +arang ada yang ingin pergi dari rumah. 6da yang men"oba

    untuk bunuh diri seperti yang dilakukan Eita (Ki"k 6ndy, Metro /E, Minggu )

    Oktober 20)0. 7ampak psikologis yang lebih berat adalah kemungkinan timbulnya

    masalah pada korban seperti rasa "emas berlebihan, selalu merasa takut, depresi dan

    ingin bunuh diri.

    &ara orang tua dan guru yang melakukan kekerasan mungkin tidak menyadari

    tindakannya bisa berdampak pan+ang pada anak. Kekerasan yang dilakukan akan

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    27/69

    30

    membekas pada benak anak dan bisa mempengaruhi perkembangan ke+i*aannya.

    6nak yang sering menerima tindakan kekerasan kemungkinan besar men+adi pribadi

    yang kurang per"aya diri, minder, peragu dan bergantung pada orang lain. 6nak yang

    sering mendapat kekerasan se"ara !isik, ketika de*asa bisa tumbuh men+adi pribadi

    yang agresi! dan suka melakukan kekerasan. Mereka mendapat "ontoh kekerasan di

    masa ke"ilnya sehingga pola dan "ara hidup mereka akan di+alani dengan kerasan

     pula.

    Sedangkan untuk dampak psikologis kasus bull!ing , menurunnya

    kese+ahteraan psikologis, semakin buruknya penyesuaian sosial, mengalami emosi

    negati! seperti marah, dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman,

    teran"am, dan "emas. amun korban merasa tidak berdaya menghadapinya. /indak 

    kekerasan di sekolah +uga berdampak pada ingin pindahnya atau keluarnya seorang

    sis*a dari sekolah dan sering tidak masuk sekolah. Selain itu +uga mengakibatkan

     perasaan rendah diri, dan prestasi akademik terganggu.

    II.) #ak(or 'an$ e"pen$ar!hi Kekerasan Anak di Sekolah

    II.).1 #ak(or esiko !n(!k Terjadin'a Kekerasan pada Anak di Sekolah

    6danya !aktor resiko akan meningkatkan kemungkinan seorang anak untuk 

    men+adi korban ataupun pelaku kekerasan di sekolah, sedangkan !aktor protekti! akan

    menurunkannya. Karakteristik indi3idu dan eksternal sangat berhubungan dalam

    meningkatkan atau menurunkan kemungkinan seorang anak untuk terlibat dalam

    kekerasan di sekolah. &enelitian mengenai !aktor resiko kekerasan terhadap anak 

    yang spesi!ik di sekolah masih kurang dalam konteks internasional dan "enderung

    untuk ber!okus pada setiap kasus sa+a. 6kan tetapi se"ara umum, penelitian yang

    kebanyakan telah dilakukan di negara ma+u menun+ukkan bah*a adanya pengaruh

    "enderung untuk berubah sesuai tingkat perkembangan seseorang seperti pengaruh

    kelurga lebih kuat untuk kasus pada orang de*asa. Hasil signi!ikan yang selalu

    didapatkan dalam !aktor resiko ter+adinya kekerasan pada anak di sekolah adalah

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    28/69

    31

    hasil akademik yang kurang, tingginya angka absen, pulang sekolah lebih dini, dan

    *aktu kosong yang tidak terorganisir. Selain itu, terdapat !aktor%!aktor mengenai

    aspek hidup yang berhubungan dengan sekolah seperti sikap pro terhadap kekerasan,

     pengambilan resiko, hubungan sosial yang lemah, pergaulan dengan teman%teman

    yang anti sosial, hubungan orang tua dan anak yang buruk, penyalahgunaan obat%

    obatan terlarang, kurangnya disiplin, dan kurangnya penga*asan orang tua. Sebuah

     penelitian di 6merika Serikat yang melakukan *a*an"ara dengan ).1 anak usia )2

    sampai ) tahun menun+ukan bah*a seorang anak mungkin telah men+adi korban dari

     beberapa ma"am +enis kekerasan sekaligus seperti hukuman !isik yang dilakukan oleh

    orang tua, pele"ehan seksual oleh keluarga, kekerasan oleh teman, dan intimidasi

    yang dilakukan oleh teman di sekolah. 6danya hal ini berhubungan dengan tingginya

    kemarahan anak, masalah keluarga, dan pengalaman hidup yang tidak 

    menyenangkan.

    II.).2 #ak(or Pro(ek(if !n(!k Terjadin'a Kekerasan pada Anak di sekolah

    Kekerasan pada anak berhubungan dengan ketahanan seorang anak.

    Ketahanan anak dapat diartikan sebagai kemampuan anak untuk mampu mele*ati

    tantangan setiap hari termasuk perubahan hidup, adanya stres yang menumpuk, dan

    kesulitan yang berma"am%ma"am. Se"ara umum, ketahanan anak dapat dikenali dari

    tingginya keper"ayaan diri, kontrol terhadap diri sendiri, optimistis, orientasi kepada

    tu+uan dan penghargaan, kapasitas peme"ahan masalah, komunikasi yang baik, dan

    kemampuan untuk men"ari hubungan mentor dengan orang de*asa. Sekolah +uga

    memainkan peranan penting dalam ketahanan anak dan perasaan se+ahtera yang

     berhubungan dengan menurunnya kemungkinan ter+adinya kekerasan pada anak.

    Orang tua, teman didalam keluarga, dan teman dalam komunitas anak akan

    membangun ketahanan seorang anak. Karena itu pengasuhan orang tua yang baik 

    sangatlah penting. 8katan orang tua dan anak yang terbentuk lebih dini dalam suasana

    yang hangat serta tingginya kepedulian orang tua ketika masa a*al anak penting

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    29/69

    32

    dalam membangun ketahanan anak. Aika keluarga ataupun komunitas tidak mampu

    untuk membangun ketahanan anak, maka sekolah dapat mengkompensasi hal tersebut

    terutama apabila sekolah memberikan dukungan yang kuat pada masa%masa a*al

    anak. Sekolah +uga mampu menghubungkan keluarga dan komunitas anak untuk 

    memahami bagaimana "ara mereka untuk lebih mendukung ketahanan anak.

    &enelitian yang dilakukan di 6ustralia menunu+ukkan bah*a pentingnya pendekatan

    sekolah yang komprehensi! dalam mengurangi dan meningkatkan !aktor protekti! 

    kekerasan pada anak. 7ukungan dari guru, orang tua, teman%teman, dan kelompok 

    yang pro sosial +uga penting dalam pembentukan ketahanan anak. Beberapa

     penelitian menun+ukkan pendekatan sekolah yang komprehensi! akan memperbaiki

    kesehatan mental anak. Banyak !aktor%!aktor lain yang mempengaruhi seperti

    kepedulian dan mentoring oleh orang de*asa serta sanksi yang +elas apabila

    melakukan pelanggaran di sekolah, *alaupun hal ini belum diketahui apakah

     berpengaruh se"ara global. Sekolah +uga dapat meningkatkan ketahanan anak melalui

     pengembangan kelompok teman yang kuat, empati, keahlian mana+emen kon!lik, dan

     berpikir kritis.

    II.4 espon sis(e"a(is (erhadap kekerasan pada anak di sekolah

    Sementara dukungan dari keluarga dan rekan%rekan mereka sangat penting

    untuk membuat anak%anak men+adi kurang rentan terhadap kekerasan di sekolah,

    sebuah badan penelitian menegaskan bah*a perhatian yang sistematis terhadap

     perilaku kepala sekolah, guru dan sta! sekolah lainnya +uga penting untuk mengurangi

    kekerasan. Aika mereka terlibat dalam perilaku kasar dan menun+ukkan rasa tidak 

    hormat terhadap hak, kenyamanan dan keamanan lain, maka anak%anak akan

    men"ontoh mereka. Banyak penelitian di 6merika $tara telah menemukan korelasi

    langsung antara kurangnya inter3ensi dan pre3alensi kekerasan anak. &ada penelitian

    yang dilakukan di Jaman ditemukan korelasi yang sama. &enelitian di Bots*ana dan

    hana telah menemukan bah*a ketika guru mentolerir pemisahan +enis kelamin dan

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    30/69

    33

    ketegangan antara kedua +enis kelamin, mereka membantu untuk mempertahankan

     budaya bullying dan kekerasan seksual berbasis gender.

    7i 6merika, 6!rika Selatan, dan tempat%tempat kon!lik kekerasan sipil seperti

     epal dan

    Sierra 5eone, bagaimanapun, banyak kekerasan anak%anak di sekolah masuk dari

    dunia kekerasan di sekitar lingkungan sekolah. &ergolakan dan perpindahan sosial

    yang dikombinasikan dengan prestasi akademik yang rendah dapat menyebabkan

    sis*a melakukan kekerasan. 7alam kesibukan *ilayah &alestina dan 6l+aFair, anak 

    laki%laki yang pindah dari sekolah lain dan mengulang kelas lebih rentan terhadap

    kekerasan dibandingkan rekan%rekan mereka.

      6da bukti yang menun+ukkan bah*a kompetisi yang sengit, kekerasan

     berbasis gender dan geng kekerasan di dalam sekolah, sampai batas tertentu, terkait

    dengan tekanan yang berkaitan dengan modernisasi dan industrialisasi. Cenomena ini

    semua lebih sering dilaporkan dari daerah industri perkotaan atau negara dengan

    industrialisasi yang "epat daripada dari negara%negara berkembang dan daerah

     pedesaan. /anggapan negara atas kuesioner yang dibagikan kepada pemerintah

    dengan penelitian ini menun+ukkan bah*a negara%negara di daerah industrialisasi

    yang "epat, seperti 6sia /imur, baru mulai prihatin tentang bullying dan bentuk%

     bentuk kekerasan terhadap anak%anak.

    II.4.1 Anak-anak 'an$ ren(an kekerasan

      Kerentanan anak terhadap kekerasan berubah saat mereka tumbuh de*asa.

    Selama masa bayi dan anak masa kanak%kanak kemampuan kogniti! anak kurang

     berkembang dan tingkat akti3itas tinggi, sehingga pelatihan untuk menghindari

     bahaya dan menyakiti diri atau berperilaku dengan "ara yang dapat diterima oleh

    orang de*asa lebih mungkin akan diberikan oleh an"aman, dan sarana !isik lainnya.

    &ada a*al usia pra%sekolah, anak%anak mengembangkan sikap kepada orang

    lain, termasuk sikap diskriminati!, dan ini "enderung men+adi lebih +elas selama

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    31/69

    34

    sekolah primer, mungkin berkembang men+adi intimidasi (atau men+adi korban. 6da

     +uga mungkin kekerasan berbasis gender yang bersi!at lisan pada usia dini, dan dapat

     berkembang sampai, menu+u atau setelah pubertas, itu men+adi an"aman kekerasan

    !isik. @erita Simon menggambarkan bagaimana pengalaman unik kekerasan masing%

    masing anak tetapi pengalaman tersebut akan berubah tahun%tahun berikutnya(lihat

     boks.

    Karakteristik indi3idu anak +uga bisa meningkatkan kerentanan. Menurut

     penelitian di 6merika $tara, anak%anak "a"at dan kesulitan bela+ar sering men+adi

    sasaran untuk diskriminasi dan intimidasi. 6nak%anak dengan "a"at bi"ara atau yang

    gerakannya dipengaruhi oleh suatu kondisi seperti multiple distro!i +uga sering

    men+adi sasaran bullying. Banyak bukti yang diperoleh dari sekolah untuk anak 

     berkebutuhan khusus. Sekolah dengan kebi+akan eksplisit integrasi dan inklusi

    "enderung lebih !okus pada pengurangan stigma, diskriminasi dan intimidasi pada

    anak%anak, meskipun belum tersedia bukti untuk itu. Aarang ada data dari negara%

    negara berkembang, tetapi penelitian dari 6sia Selatan menemukan bah*a anak%anak 

     penyandang "a"at kadang%kadang dipanggil dengan sebutan ke"a"atan mereka

    seolah%olah itu nama mereka. penelitian yang men"akup tu+uh negara di /imur 

    /engah dan 6!rika $tara menemukan bah*a anak%anak dengan kesulitan bela+ar 

     berisiko tinggi men+adi korban dan pelaku bullying di dalam dan di luar sekolah.

    6nak%anak +alanan, termasuk pengungsi atau kaum minoritas pribumi, yang

    terutama mungkin dike"ualikan, mela*an diskriminasi dan intimidasi. Bukti dari

    6ustralia menun+ukkan bah*a sis*a 6borigin lebih mungkin menerima pele"ehan

    3erbal dari guru dan dari rekan%rekan non%6borigin lain. &enelitian di Bots*ana telah

    menemukan bah*a angka putus sekolah dari anak%anak Basar*a sangat tinggi, dan

    mereka putus terutama karena prasangka dan bullying, meskipun +uga karena

    hukuman yang di+atuhkan sekolah asing bagi budaya mereka.

      6nak%anak dari masyarakat nomaden mungkin kehilangan pendidikan !ormal

    sama sekali

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    32/69

    35

    atau dike"ualikan, didiskriminasi, atau diganggu. 7i 6sia Selatan, anak%anak dari

    kasta resmi dan suku%suku asli menderita pengu"ilan, diskriminasi dan bullying di

    sekolah. 7i 6merika 5atin, seperti di tempat lain, anak%anak pribumi sering dilarang

    memakai pakaian dan gaya rambut tradisional. 7i negara industri, anak%anak 

    minoritas atau orang%orang yang memakai pakaian muslim, seperti +ilbab atau burka,

     +uga menghadapi diskriminasi oleh egara atau otoritas pendidikan. 7iskriminasi

    tersebut dapat disebut sebagai bentuk kekerasan psikologis karena penyampaikan

     pesan bah*a anak%anak entah bagaimana kurang layak karena mereka berbeda, dan

    apa yang membuat mereka berbeda harus ditekan.

      6nak%anak yatim lebih berisiko untuk putus sekolah atau mengulang kelas,

    dan kontras antara kehadiran anak yatim dan tidak yatim sangat besar di negara%

    negara di mana kehadirannya rendah. 7i 6!rika, anak%anak yatim piatu atau yang

    terkena dampak dari H8E dan 687S mungkin menderita stigma di sekolah sementara

    mereka +uga memikul beban tambahan yaitu ras sedih, miskin dan diasuh oleh

    saudaranya. Sebuah laporan baru% baru ini dari Human 9ights Wat"h mengenai

    dampak H8E dan 687S pada anak%anak yang mendapat akses terhadap pendidikan di

    Kenya, 6!rika Selatan, dan $ganda, dokumen bagaimana stigma di sekolah

    menyebabkan sis*a menge+ek, dan membuat anak%anak sulit untuk berkomunikasi

    dengan guru mereka tentang penyakit dalam keluarga. 7alam konteks diam dan malu

    yang mengelilingi in!eksi H8E, takut oleh stigma, diskriminasi dan mungkin

    kekerasan dapat menyebabkan anak%anak yang terin!eksi H8E terkena dampak 

     penarikan dari sekolah, seperti yang dilaporkan tidak hanya di Southern 6!rika, tetapi

    di tempat lain, termasuk Boli3ia, :l Sal3ador, hana, Haiti, 8ndia dan epal.

    II.4.2 Si(!asi kh!s!s anak pere"p!an 

    7i banyak tempat, ada yang di sekolah lokal untuk anak%anak, anak%anak yang

    harus meninggalkan rumah untuk bersekolah di boarding school  , atau hidup dengan

    kerabat untuk sekolah di tingkat yang lebih tinggi dan sekolah menengah. Hal ini

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    33/69

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    34/69

    37

     II.5.1 Ke%ijakan !k!"

    6nak adalah amanah sekaligus karunia /uhan Jang Maha :sa, yang

    senantiasa harus kita +aga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak%hak 

    sebagai manusia yang harus di+un+ung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari

    hak asasi manusia yang termuat dalam $ndang%$ndang 7asar )1- dalam &asal 2'b

    ayat 2 menyatakan bah*a =Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan

     berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi dan

    Kon3ensi &erserikatan Bangsa%Bangsa tentang Hak%Hak 6nak. 7ari sisi kehidupan

     berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus "ita%

    "ita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan

     berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan

    diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

    6tas dasar pertimbangan untuk melindungi anak dalam segala aspek maka

    dibentuk peraturan yang mengatur mengenai perlindungan anak yaitu $$ o. 2

    /ahun 2002. 7alam &asal ) angka ) $$ o. 2 /ahun 2002 tentang &erlindungan

    6nak ($$ tentang &erlindungan 6nak anak adalah menurut 6nak adalah seseorang

    yang belum berusia )' (delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam

    kandungan. Berdasarkan $$ tentang &erlindungan 6nak maka semua pihak baik 

     pemerintah, orang tua, keluarga maupun masyarakat *a+ib memberikan perlindungan

    kepada anak dari segala tindakan yang akan merugikan anak.7asar hukum dalam

    kasus kekerasan terhadap anak diuraikan sebagai barikut.

    ). $$7 )1-

    &asal%pasal dalam $$7 )1- yang mengatur perlindungan terhadap anak antara

    lain D

    a. &asal 2'B(2

    Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta

     berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi

     b. &asal 2'7 ()

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    35/69

    38

    Setiap orang berhak atas pengakuan, +aminan, perlindungan, dan kepastian

    hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.

    ". &asal 2' () dan (2

    &asal 2' ()

    Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,

    martabat, dan harta benda yang diba*ah kekuasaannya, serta berhak atas rasa

    aman dan perlindungan dari an"aman ketakutan untuk berbuat atau tidak

     berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

    &asal 2' (2

    Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang

    merendahkan dera+at martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik 

    dari negara lain.

    d. &asal 2'H ()

    Setiap orang berhak hidup se+ahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

    medapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh

     pelayanan kesehatan.

    e. &asal 2' 8 () dan (2

    &asal 2'8 ()

    Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati

    nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai

     pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum

    yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi

    dalam keadaan apa pun.

    &asal 2'8 (2

    Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersi!at diskriminati! atas

    dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan

    yang bersi!at diskriminati! itu.

    !. &asal 1

    Cakir miskin dan anak%anak yang terlantar dipelihara oleh negara

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    36/69

    39

    2. Kon3ensi Hak 6nak 

    &asal )' mengharuskan negara%negara peserta untuk melakukan upaya yang

    men+amin agar orang tua bertanggung +a*ab untuk membesarkan dan

    mengembangkan anak dan kepentingan terbaik bagi anak akan di+adikan

     perhatian utamanya.

    &asal ) menyatakan perlunya upaya untuk melindungi anak dari kekerasan,

     penyalahgunaan, penelantaran dan eksploitasi, serta menguraikan langkah%

    langkah dalam men"apai perlindungan tersebut.

    Bidang yang berkaitan dengan anak dengan ke"a"atan, tanggung+a*ab orang tua,

    eksploitasi anak, anak%anak dalam daerah kon!lik, rehabilitasi anak dan lain%lain

    diuraikan dalam pasal yang berkaitan dengan keberlangsungan hidup, tumbuh

    kembang dan hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan.

    . $$ o. 2 /ahun 2002 tentang &erindungan 6nak 

    1. &eraturan Menteri egara &emberdayaan &erempuan 7an &erlindungan 6nak 

    9epublik 8ndonesia omor 0 /ahun 20))

    -. Ketentuan pidana pada kasus kekerasan terhadap anak digolongkan sebagai

     berikut

    a. Kekerasan seksual

    7apat dipidana dengan &asal 2'-, 2', 2', 20, 2), 22, 2, 21, 2-

    K$H&, serta &asal ') dan '2 $$ o. 2 /ahun 2002

     b. Kekerasan !isik 

    7apat dipidana dengan &asal -), -2, -, -1, --, -, 0, ) K$H&,

    serta &asal '0 $$ o. 2 /ahun 2002

    ". &en"ulikan dan perdagangan anak 

    7apat dipidana dengan &asal 2, 2', 0, 2, K$H&, serta &asal '

    $$ o. 2 /ahun 2002

    d. &enelantaran, diskriminasi, dan pidana lain

    7apat dipidana dengan &asal , ', '0, '-, '', ', 01, 0' K$H&, serta $$

     o. 2 /ahun 2002

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    37/69

    40

    Meskipun telah ada berbagai peraturan yang memberikan +aminan untuk 

    melindungi anak, namun !akta membuktikan bah*a peraturan tersebut belum dapat

    melindungi anak dari tindakan kekerasan. Hal ini terbukti dari +umlah kasus

    kekerasan yang ter+adi terhadap anak tiap tahun +usru mengalami peningkatan. Oleh

    karena itu, diperlukan penanganan kasus kekerasan tersebut se"ara komprehensi! 

    dengan melibatkan berbagai pihak dimulai dari proses identi!ikasi sebuah kasus

    hingga kasus tersebut ditutup. &roses penanganan kasus kekerasan terhadap anak 

    akan diuraikan sebagai berikut.

    ). 8denti!ikasi

    8denti!ikasi merupakan langkah a*aldalam sistem respon perlindungan anak dan

    dapat dilakukan oleh &ro!esional (medis, kesehatan mental, penegak hukum,

    dll,penga+ar dan pendidik, pengasuh anak, agama*an, orang a*am (anggota

    keluarga lain, teman, tetangga

    2. &elaporan

    7alam melaporkan sebuah kasus tentunya diperlukan peraturan perundang%

    undangan yang dilanggar sehingga unsur hukum dalam hal ini bersi!ar mutlak.

    &eraturan perundang%undangan yang biasanya dapat digunakan dalam hal ini

    adalah $$ o 2 /ahun 2002. 6danya SK#&eraturan Menteri tentang

    =Wa+ib5apor> untuk mendukung tenaga kesehatan dapat beker+a di lapangan

    se"ara pro!esional dan aman dapat dipertimbangkan.

    . Masukan

    Masukan merupakan tahapan sebuah laporan ke"urigaan kasus kekerasan

    terhadap anak yang diterima oleh suatu 5ayanan &erlindungan 6nak (5&6

    seperti &2/&26, &K/#&&/, $&&6, kemudian dibuat 2 keputusan primer, yaitu

    laporan atau in!ormasi tersebut sudah memenuhi kriteria sesuai pedoman

    (pengumpulan in!ormasi dari pelapor, e3aluasi in!ormasi dan penilaian

    kredibilitas pelapor dan penilaian si!at kedaruratan kasus (+ika termasuk kasus

    darurat, maka harus segera diru+uk

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    38/69

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    39/69

    42

    inter3ensi yang sama yakni mengembalikan korban ke lingkungan keluarga dan

    komunitas se"ara aman. 8su yang harus dipertimbangkan dalam peren"anaan

    kasus antara lain D

    a. 6pakah tu+uan yang harus di"apai untuk mengurangi risiko kekerasan

    terhadap anak dan sesuai kebutuhan penanganan

     b. 6pakah prioritas diantara tu+uan yang ingin di"apai

    ". 8nter3ensi atau pelayanan apakah yang akan digunakan untuk men"apai

    tu+uan

    d. 5angkah%langkah apakah yang harus dilalui

    e. Bagaimana pen+ad*alannya dan kapan kasus tersebut die3aluasi

    . &enanganan

    &enanganan merupakan tahapanyg paling kompleks dimana semua disiplin dapat

    mengambil peran. Kekuatan ker+a multidisiplin sangat tergantung adanya

    komunikasi terbuka antara korban, keluarga, komunitas dan 5&6#&&/ yang

    terdiri dari berbagai pro!essional disiplin ilmu. /indakan beker+a diba*ah ) atap

    menyebabkan tahapan ini ber+alan lebih e!ekti! 

    '. :3aluasi kema+uan keluarga

    :3aluasi kema+uan keluarga berlangsung terus menerus selama tahap

     penanganan ber+alan dan bertu+uan untuk menilai keamanan dan keselamatan

    anak, pen"apaian tu+uan dan tugas, penurunan risiko pengulangan kasus dalam

    keluarga atau komunitas dan mengembalikan korban dalam kehidupan yang

    *a+ar atau normal dalam lingkungan sendiri

    . &enutupan kasus

    Kasus ditutup apabila dapat dipastikan bah*a risiko kekerasan terhadap anak 

    telah menurun se"ara bermakna atau dapat dihilangkan sehingga keluarga dapat

    memenuhi kebutuhan anak dalam proses tumbuhkembang dan melindungi anak 

    dari kekerasan tanpa inter3ensi masyarakat. &enutupan kasus sering tidak tuntas

    apabila keluarga tidak lagi dapat melindungi dan memenuhi kebutuhan dasar 

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    40/69

    43

    tumbuh kembang anak sehingga proses hokum untuk per*alian men+adi

     pertimbangan tim untuk men+amin tumbuhkembang korban.

    II.5.2 Peran Sekolah

    7alam &asal -1 $$ tentang &erlindungan anak mengamanatkan bah*a =6nak 

    di dalam dan di lingkungan sekolah *a+ib dilindungi dari tindakan kekerasan yang

    dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman%temannya di dalam sekolah yang

     bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya>, selain itu dalam &asal 2 $ndang%

    $ndang tentang &erlindungan 6nak mengamanatkan masyarakat dan lembaga

     pendidikan untuk berperan dalam perlindungan anak, termasuk di dalamnya

    melakukan upaya pen"egahan kekerasan terhadap anak di lingkungannya.>

    7ari kedua pasal tersebut sangat +elas bah*a anak dilindungi dari kekerasan

    yang dilakukan oleh pihak%pihak yang berada di dalam sekolah, dan dalam hal ini

    yang melindungi anak dari perbuatan kekerasan di sekolah adalah lembaga

     pendidikan itu sendiri, akan tetapi pada kenyataannya di masyarkat dan lembaga

     pendidikan masih banyak anak yang mengalami kekerasan !isik maupun psikis.

    Berkaitan dengan pengaturan di atas, saat ini banyak media yang memberitakan

    mengenai tindakan ke+ahatan yang menimpa anak di sekolah berupa pele"ehan

    seksual, pemerkosaan, pengroyokan, dan penyiksaan. Hal ini dilakukan oleh teman

    sepermainan, senior, guru atau pen+aga kebersihan sekolah.

    7engan meningkatnya kekerasan yang ter+adi pada anak di lingkungan

    sekolah tentunya 8ndonesia masih +auh dari kondisi yang disebutkan dalam pasal%

     pasal tersebut atau dengan kata lain pasal%pasal tersebut belum dilaksanakan se"ara

    optimal. Kasus%kasus kekerasan terhadap anak sering ter+adi di sekolah disebabkan

    karena pihak sekolah yaitu pengurus sekolah, kepala sekolah, maupun guru

    menganggap bah*a masalah kekerasan yang ter+adi pada anak merupakan tindak 

     pidana yang men+adi tugas dari pihak kepolisian untuk menyelesaikannya dan tugas

    sekolah hanya menga+ar anak didik.

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    41/69

    44

    &ola pikir seperti ini yang tertanam di lembaga pendidikan. Selama ini +ika

    ter+adi kekerasan ataupun pele"ehan seksual terhadap anakdi sekolah, pihak sekolah

    dengan begitu mudah menyerahkan kasus tersebut kepada pihak kepolisian, setelah

    ditangani oleh pihak kepolisian maka pihak sekolah merasa kasus tersebut sudah

    selesai. Sehingga dalam hal ini pihak lembaga pendidikan atau sekolah mengabaikan

    atau tidak mematuhi ketentuan dalam &asal -1 dan &asal 2 $$ tentang &erlindungan

    6nak. &ihak kepolisianpun dalam menangani kasus%kasus tersebut hanya

    menitikberatkan pada pihak pelaku maupun korban sedangkan pihak sekolah tidak 

    tersentuh oleh pihak kepolisian, bahkan dinas pendidikan yang memba*ahi lembaga

     pendidikan tidak ikut terlibat dalam menyelesaikan masalah kekerasan terhadap anak 

    didik di sekolah.

    /entunya kondisi seperti ini tidak kita kehendaki, agar kekerasan tidak ter+adi

    di sekolah maka ketentuan &asal 2 $$ tentang &erlindungan 6nak *a+ib

    dilaksanakan oleh pihak penegak hukum. Sehingga atas dasar &asal 2 $$ tentang

    &erlindungan 6nak +ika ter+adi tindakan kekerasan baik yang berupa kekerasan

    3erbal, !isik, mental maupun pele"ehan seksual terhadap anak di sekolah maka pihak 

    kepolisian tidak hanya menitikberatkan pada pihak korban maupun pihak pelaku

    tetapi *a+ib pula menyelidiki pihak sekolah, +ika ternyata terdapat kelalain pihak 

    sekolah dalam men+alankan tugasnya atau pembiaran ter+adinya kekerasan terhadap

    anak maka pihak sekolah dapat dikenai sanksi, yaitu sanksi pidana sebagaimana yang

    telah diatur dalam K$H&.

    Kasus kekerasan maupun pele"ehan seksual yang ter+adi pada anak,

     penanganannya seharusnya tidak hanya tertumpu pada $$ tentang &erlindungan

    6nak, tetapi +uga dikaitkan dengan peraturan perundang%undangan yang lainnya

    misalnya $ndang%$ndang o. 20 /ahun 200 tentang Sistem &endidikan asional

    ($$ tentang Sistem &endidikan asional dan peraturan pelaksananya tetapi antara

    $$ tentang &erlindungan 6nak dan $$ tentang Sistem &endidikan asional tidak 

    saling terkait dalam memberikan perlindungan kepada anak dari tindakan kekerasan.

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    42/69

    45

    7alam $$ tentang Sistem &endidikan asional hanya menekankan pada mutu

     pendidikan dan penga*asan atas penyelenggaraan pendidikan pada semua +en+ang

    dan +enis pendidikan sebagaimana yang diatur dalam &asal &asal ayat ().

    Berdasarkan pada peraturan tersebut maka pihak lembaga pendidikan atau sekolah

    hanya !okus melakukan penga*asan terhadap penyelenggaraan pendidikan dalam hal

    akademiknya sa+a. Seharusnya dalam $$ tentang Sistem &endidikan asional dan

     peraturan pelaksananya baik yang berbentuk peraturan pemerintah, peraturan

     presiden atau peraturan menteri memberikan pengaturan bah*a pihak sekolah *a+ib

    memberikan penga*asan tidak hanya berkaitan dengan mutu pendidikan tetapi +uga

    melakukan penga*asan terhadap segala hal perilaku anak didik dan lingkungan

    sekolah sehingga aman untuk anak didik. Oleh sebab itu agar penga*asan

    terhadapperilaku anak didik terpantau maka +umlah penerimaan anak didikpun

    disesuaikan dengan +umlah tenaga penga+ar di sekolah, bukan malah sebaliknya,

    menerima anak didik sebanyak%banyaknya tanpa memperhatikan +umlah penga+ar di

    sekolah tersebut. 6kibatnya pihak sekolah atau guru tidak bisa memperhatikan atau

    menga*asi anak didik se"ara maksimal.

    Selain itu diatur pula mengenai sanksi administrati! bagi pihak sekolah yang

    tidak melakukan penga*asan yang ber!ungsi untuk melindungi anak didik. 7engan

    adanya pengaturan seperti ini maka pemerintah daerah dalam hal ini SK&7 yang

     bertanggung +a*ab di bidang pendidikan dapat mengambil sikap atau tindakan untuk 

     pihak lembaga pendidikan atau sekolah yang lalai dalam memberikan perlindungan

    kepada anak didik. 7engan adanya keterkaitan $$ tentang &erlindungan anak dan

    $$ tentang Sistem &endidikan asional diharapkan dapat meminimalisir kekerasan

    yang ter+adi di lembaga pendidikan atau sekolah karena semua pihak terlibat se"ara

    langsung dalam memberikan perlindungan kepada anak.

    Semakin meningkatnya +umlah kasus kekerasan terhadap anak terutama dalam

    hal pele"ehan seksual maka kini diperlukan penyusunan kebi+akan mengenai

     pele"ehan seksual di sekolah yang dapat dimulai dari pernyataan bah*a distrik 

    sekolah berkomitmen untuk memelihara lingkungan pendidikan yang bebas dari

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    43/69

    46

     pele"ehan seksual, pernyataan bah*a pele"ehan seksual itu ilegal, dan pernyataan

     +elas bah*a pele"ehan seksual tidak ditoleransi serta ada tindakan disiplin untuk itu.

    Kemudian, men+elaskan de!inisi pele"ehan seksual terhadap sis*a oleh guru maupun

    teman sebaya dan "ontohnya. &rosedur detail untuk menangani keluhan semua pihak 

    yang terlibat dan +aminan kerahasiaan. 7isini pihak sekolah harus mampu mendorong

    sis*a untuk berani melaporkan setiap pele"ehan seksual yang dialami disertai

     pernyataan yang melarang pembalasan dendam terhadap mereka yang melaporkan

     pele"ehan seksual.

    II.5.3 Peran Kel!ar$a

    &rogram pen"egahan kekerasan terhadap anak oleh keluarga dapat dilakukan dengan

    "ara sebagai berikut.

    ). &eningkatan pemahaman hak asasi manusia termasuk di dalamnya hak%hak anak 

    dan kesetaraan gender 

    a. Setiap anggota keluarga memahami hak dan ke*a+ibannya masing%masing.

     b. Keluarga memahami bah*a anak mempunyai hak yang harus dihargai,

    dihormati dan dipenuhi.

    ". Keluarga memahami tentang kesetaraan dan keadilan gender yang harus

    dihargai, dihormati dan dipenuhi.

    $paya tersebut dapat dilaksanakan melalui kegiatan di ba*ah ini.

    a. &eningkatan pemahaman anggota keluarga (pendidikan keorangtuaan, pola

    asuh, komunikasi dengan anak

     b. &eningkatan peran anggota keluarga dalam melindungi dan memenuhi hak 

    anak dan gender

    2. &eningkatan kesadaran hukum dan dampak kekerasan terhadap anak 

    $paya tersebut dapat dilaksanakan melalui kegiatan di ba*ah ini.

    a. Keluarga mengembangkan keharmonisan, budaya damai dalam keluarga

     b. Keluarga mengembangkan pola asuh yang ramah anak ("hild !riendly

    Hasil yang diharapkan sebagai berikut.

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    44/69

    47

    a. Keluarga menyadari bah*a kekerasan terhadap anak adalah tindakan pidana

     b. Keluarga menyadari bah*a perlunya perlindungan bagi anak dari segala

     bentuk kekerasan

    . &enguatan pendidikan anti kekerasan se+ak dini di tingkat keluarga

    6nak memahami, mampu men"egah dan melaporkan kekerasan yang ter+adi pada

    dirinya, di lingkungan atau dalam keluarga

    1. &eningkatan pemahaman konsek*ensi hukum pelaku kekerasan terhadap anak

    Meningkatkan pemahaman keluarga terhadap konsek*ensi hukum bagi pelaku

    kekerasan terhadap anak.

    II.5.) Peran as'araka(

    &rogram &en"egahan Kekerasan /erhadap 6nak di 5ingkungan Masyarakat

    a. &eningkatan pemahaman hak asasi manusia termasuk didalamnya hak%hak 

    anak dan kesetaraan gender  b. &eningkatan kesadaran masyarakat tentang hukum dan dampak kekerasan

    terhadap anak?

    Hasil yang diharapkan D

    a. Masyarakat menyadari bah*a kekerasan terhadap anak adalah tindakan pidana

     b. Masyarakat menyadari bah*a perlunya perlindungan bagi anak dari segala

     bentuk kekerasan

    Kegiatan yang dilakukan yaitu dengan mengerakkan anggota masyarakat untuk 

    mensosialisasikan anti kekerasan

    II.5.4 Peran Tena$a Keseha(an

    /enaga kesehatan baik pihak medis maupun paramedis berperan dalam

    melakukan upaya%upaya penanggulangan kekerasan terhadap anak. &eran 7okter 

    anak sangat penting mengingat kasus%kasu kekerasan anak ter+adi disekitar kita.

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    45/69

    48

    Karenanya Kementerian kesehatan beker+a sama dengan && 8katan 7okter 6nak 

    8ndonesia (Satgas perlindungan 6nak sedang menyusun dua panduman bagi tenaga

    kesehatan dalam &erlindungan khusus bayi baru lahir berbasis Hak 6nak dan

    &edoman &enanganan Kekerasan 6nak di &uskesmas dan 9umah Sakit bagi petugas

    kesehatan serta Wa+ib lapor tenaga Kesehatan yang menangani Kasus kekerasan pada

    6nak. Setiap dokter dapat membantu dalam pembuatan 3isum et repertum dalam

    kasus kekerasan terhadap anak bila se*aktu%*aktu diminta oleh penyidik. Hal ini

    diatur dalam K$H6& pasal ).

    II.5.5 Pen6e$ahan dan In(er7ensi B!ll'in$

    &enelitian%penelitian terdahulu menun+ukkan bah*a program pen"egahan dan

    inter3ensi yang diran"ang dan didesain dengan baik bisa mengurangkan masalah

     perilaku buli di sekolah, dan selan+utnya meningkatkan suasana lingkungan sekolah

    yang selamat, nyaman dan kondusi!. &rogram ini +uga mempunyai pengaruh

     pen"egahan, penurunan persentase kasus%kasus buli yang baru dan kasus%kasus

     perilaku menyimpang serta pelanggaran disiplin yang lain, seperti bergaduh,

    3andalisme, dan bolos sekolah.

    6da banyak model program pen"egahan yang dita*arkan oleh para ahli

    diantaranya Model Ol*eus dan Model 9igby. &rogram pen"egahan perilaku buli

    Ol*eus ialah program berbagai tingkatan dan komponen yang berbasis sekolah.

    Model ini dibentuk bagi men"egah perilaku buli di Sekolah 7asar dan SekolahMenengah. &rogram ini menggunakan kombinasi inter3ensi keseluruhan sekolah,

    inter3ensi dalam kelas dan inter3ensi indi3idu. 8nter3ensi keseluruhan sekolah

    melibatkan seluruh *arga sekolah. &rogram ini dimulai dengan pembentukan

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    46/69

    49

    kepanitiaan pen"egahan buli di sekolah bagi memantau keseluruhan program anti buli

    di sekolah.

    Sementara itu inter3ensi dalam ruang kelas dapat dilaksanakan guru dengan

    mengadakan diskusi dan "eramah mengenai perilaku buli di sekolah. uru +uga dapat

    membahas tentang dampak terhadap peraturan sekolah. uru +uga dapat melakukan

     pertemuan dengan orang tua murid atau komite sekolah guna mendapatkan

     pandangan dan dukungan mereka tentang langkah%langkah pen"egahan dan tindakan

     berkaitan dengan perilaku buli. Manakala inter3ensi pada tataran indi3idu pula

    melibatkan indi3idu yang melakukan buli atau pembuli dan korban buli. &embuli

     perlu mendapatkan penanganan se"ara indi3idual begitu pula korban buli dengan

    melibatkan orang tua masing%masing.

    Model pen"egahan lain misalnya dita*arkan oleh 9igby (2002 yang menyarankan

    sepuluh garis panduan bagi sekolah untuk menangani masalah perilaku buli di

    sekolah. aris panduan tersebut antara lain?

    ). Mulai dengan pende!inisian perilaku buli yang +elas dan dapat diterima2. Mengakui bah*a perilaku buli berlaku dalam berbagai bentuk. Mengenali apa yang berlaku di sekolah1. Menyusun ren"ana tindakan-. Menyediakan kebi+akan anti bull!ing. Menyediakan media bagi murid atau kelompok murid tentang apa yang akan

    dilakukan bagi membantu mereka. Mendorong tingkah laku yang dapat mendatangkan pengaruh positi! terhadap

    tingkah laku interpersonal murid'. Mengatasi setiap ke+adian bull!ing se"ara bi+aksana. Menyediakan bantuan kepada murid yang men+adi korban buli)0. Beker+a se"ara konstrukti! dengan pihak lain terutama orang tua atau komite

    sekolah

    II.5.8  Model Pemulihan Citizens Responsibility Program

    Selain model pen"egahan seperti disebutkan di atas, terdapat program

    inter3ensi yang menggunakan pendekatan pemulihan (rehabilitation. Hal ini penting

    sebagai peringatan kepada kita bah*a tidak +arang ditemukan kasus dimana korban

  • 8/18/2019 Bab II refferat.docx

    47/69