BAB II Ratna

download BAB II Ratna

of 28

Transcript of BAB II Ratna

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Ekstra Kurikuler adalah merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan diluar jam pelajaran baik disekolah maupun diluar sekolah untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran. Ekstra Kurikuler sebagai bagian dari kegiatan sekolah yang dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa, yang dapat memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan serta kemampuan siswa. Kegiatan Ekstra Kurikuler bukanlah mata pelajaran yang terpisah dari pelajaran-pelajaran disekolah, ia merupakan bagian dari kurikulum pendidikan, kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler. Motivasi belajar merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar. Oleh karena itu sudah Seharusnya untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan motivasi dan semangat belajar dan diri siswa serta ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatankegiatan pendidikan. Salah satu kegiatan pendidikan yang perlu diikuti adalah implementasi Ekstra Kurikuler yang diselenggarakan di sekolah maupun di luar jam sekolah. Hal ini perlu dilakukan karena keberhasilan siswa terletak pada kesadaran sendiri. Kegiatan belajar bukan hanya terletak pada menghafal dan menulis pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Akan tetapi, lebih dari itu dengan peristiwa belajar siswa harus berusaha membentuk dirinya demi masa depan yang akan mereka hadapi kelak.1 Penyelenggaraan implementasi Ekstra Kurikuler di MTsN Ulim telah dilaksanakan. Namun demikian masih sangat terbatas, mengingat jumlah pendidik (guru), 11

Jumhur I, Pengantar Bimbingan dan Penyeluhan, (Surabaya : Bina Ilmu, 1982), hal. 36

2

siswa, waktu, tempat, sarana dan prasarana lainnya yang kurang memungkinkan dan memadai. Disamping itu, guru juga masih mempunyai hambatan-hambatan dalam mengimplementasikan Ekstra Kurikuler. Dipihak siswa juga belum meningkat motivasi belajar, walaupun Ekstra Kurikuler telah diterapkan di MTsN Ulim. Selain itu masih banyak masalah lain yang timbul dan belum terdeteksi. Dan sudah seharusnya dilakukan evaluasi guna mengungkapkan akar-akar masalahnya. Namun sampai sekarang belum ada upaya untuk mengevaluasi kinerja dan hasil-hasil dari penerapan kegiatan Ekstra Kurikuler. Oleh karena itu, penelitian ini amat penting dilakukan agar dapat terungkap dan di ketahui bentuk-bentuk problema yang dihadapi oleh penyelenggara kegiatan Ekstra Kurikuler serta faktor-faktornya. Dan jika kegiatan Ekstra Kurikuler diterapkan. Sejauh mana pengaruhnya terhadap motivasi belajar siswa. Jadi berdasarkan latar belakang dan masalah di atas serta mengingat begitu besarnya pengaruh implementasi Ektra Kurikuler terhadap motivasi belajar siswa, maka penulis tertarik untuk membahas tentang implementasi ektra kurikuler tersebut yang penulis rangkum dalam sebuah karya tulis ilmiah berjudul: Implementasi Ektra Kurikuler dan Pengaruhnya Terhadap Motivasi Belajar Siswa MTsN Ulim Kabupaten Pidie Jaya.

B. Rumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas dapat diangkat beberapa masalah yang menjadi pokok penelitian yaitu: 1. Apa saja kegiatan Ekstra Kurikuler yang diselenggarakan di MTsN Ulim ? 2. Bagaimana motivasi dan prestasi belajar siswa MTsN Ulim ? 3. Apa saja kendala yang dihadapi Guru dalam Mengimplementasikan kegiatan Ektra Kurikuler ?

3

4. Upaya apa saja yang ditempuh Guru dalam Mengimplementasikan Ekstra Kurikuler di MTsN Ulim ? C. Penjelasan Istilah Sehubungan dengan judul Skripsi yang akan di bahas yaitu "Implementasi Ektra Kurikuler dan Pengaruhnya Terhadap Motivasi Belajar Siswa MTsN Ulim Kabupaten Pidie Jaya". Di pandang perlu dijelaskan mengenai istilah-istilah yang dipakai untuk menghindari kesimpangsiuran pemahamannya yaitu : 1. Implementasi Implementasi merupakan suatu proses penerapan, ide, konsep, kebijaksanaan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis. Sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Dalam oxford Advance Learner's Dictionary di kemukakan bahwa implementasi adalah : "Put something into effect" (Penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak).2 Adapun implementasi yang penulis maksudkan dalam pembahasan ini adalah Implementasi Penerapan Ektra Kurikuler yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa MTsN Ulim Kabupaten Pidie Jaya. 2. Ekstra Kurikuler Ekstra Kurikuler berasal dari Bahasa inggris yaitu "Ekstra Curriculer" yang artinya di luar rencana pelajaran.3 Ekstra Kurikuler adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di luar jam pelajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dan biasanya

2

Mulyasa, Kurikulum berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung: 2002, Bab 5), hal. 53

John M. Echols dan Hasan Syarily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta : Pt. Gramedia, 1996), hal. 1580

4

kegiatan Ekstra Kurikuler ini lebih mengarah atau mengacu pada perkembangan kreativitas fisik dan mental untuk kematangan skill atau keahlian siswa-siswi nantinya. Dengan demikian kegiatan Ekstra Kurikuler merupakan bagian integral dan kebijaksanaan. Pendidikan dasar, sekolah menengah yang akan berjalan searah dengan program kurikuler. Ekstra Kurikuler yang penulis maksudkan dalam pembahasan ini adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di luar jam pelajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah. Seperti kegiatan belajar pada kegiatan les Bahasa Arab, Inggris, Computer dan sebagainya pada tempat privat tertentu ataupun pada sekolah tersebut yang kegiatannya dilaksanakan sore hari. 3. Motivasi Pada umumnya dalam diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mental, kekuatan itu berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita yang tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi dan pendidikan yang menyebutkan kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai minat atau motivasi belajar.4 Adapun motivasi yang penulis maksukan dalam pembahasan ini adalah dorongan belajar siswa-siswi dengan adanya kegiatan Ekstra Kurikuler yang di implementasikan di MTsN Ulim Kabupaten Pidie Jaya. 4. Belajar Dalam kamus bahasa Indonesia, belajar mempunyai arti berusaha (berlatih) supaya mendapat sesuatu kepandaian.

4

Dimyati. Dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hal 80

5

Belajar dalam bahasa Latin disebut studium, yang artinya menuntut, mengusahakan, mempelajari. Dalam bahasa Inggris disebut to learn yang berarti ajar.5 Adapun pengertian belajar secara psikologis merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam menemukan kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku".6 Belajar yang penulis maksudkan adalah suatu proses perubahan belajar siswa dengan adanya implementasi Ekstra Kurikuler yang yang dilakukan guru di di Madrasah Tsanawiyah Negeri Ulim Kabupaten Pidie Jaya. 4. Siswa Siswa adalah subjek, murid (anak) yang menduduki bangku sekolah.7 Dengan demikian pengertian siswa berarti subjek anak didik yang menerima pendidikan dan para pengajar yang disebut dengan guru, serta dapat juga kita artikan sebagai anak didik. Adapun penulis maksudkan dengan siswa disini adalah anak usia Sekolah Menengah yang masih menduduki bangku sekolah MTsN Ulim. D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Maksud dan tujuan penulisan dalam penyusunan penulisan skripsi ini di samping untuk memenuhi tugas-tugas dalam melengkapkan gelar kesarjanaan pada Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah PTI AL-Hilal Sigli, penulis juga mempunyai maksud sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kegiatan Ektra Kurikuler yang diselenggarakan di MTsN

5

Kamaruddin, Dkk, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), hal.145

6

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta :Bineka Cipta, 2003), hal. 27

WJS. Poerwadarminth, Kamus Umum Bahasa Indonesia,( Jakarta : Balai Pustaka, 1999), hal.53

6

Ulim 2. Untuk mengetahui motivasi dan prestasi belajar siswa MTsN Ulim 3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan Ektra Kurikuler 4. Untuk mengetahui upaya upaya yang ditempuh guru dalam

mengimplementasikan Ekstra Kurikuler di MTsN Ulim. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi sumbangan yang berharga bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang kegiatan Ekstra Kurikuler yang diselenggarakan disekolah-sekolah. b. Manfaat Praktis 1) Hasil penelitian ini nantinya dapat menambah informasi dan menjadi

pedoman bagi guru MTsN Ulim untuk dapat menerapkan kegiatan Ekstra Kurikuler secara optimal guna mencapai keberhasilan siswa. 2) Menambah referensi yang bisa digunakan sebagai acuan untuk penelitian

selanjutnya. E. Postulat dan Hipotesis Postulat dalam suatu penelitian sangat diperlukan karena postulat atau anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti di dalam pelaksanaan penelitian.8 Adapun anggapan dasar ( postulat ) penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Kegiatan Ektra Kurikuler telah diselenggarakan pada MTsN Ulim meskipun masih sangat minim (sedikit)8

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993), hal.17

7

2. penyelenggaraan Ektra Kurikuler akan ikut mempengaruhi motivasi belajar siswa secara positif. 3. Setiap sekolah perlu menyelenggarakan Ekstra Kurikuler. Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Adapun hipotesis adalah kebenaran yang dibetulkan oleh peneliti tetapi masih harus dibuktikan atau dites, diuji kembali kebenarannya.9 Untuk menyempurnakan penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan beberapa hipotesis sebagai berikut : 1. Prestasi siswa bertambah meningkat dengan adanya kegiatan Ekstra Kurikuler. 2. Penyelenggaraan Ekstra Kurikuler sangat berperngaruh terhadap motivasi belajar siswa. F. Populasi dan Sampel Menurut Suharsimi Arikunto, Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.10 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTsN Ulim Kabupaten Pidie Jaya yang berjumlah 245 siswa. dan 28 orang guru yang mengajar di MTsN Ulim, serta 1 orang kepala sekolah. Jadi total populasi dalam penelitian ini berjumlah 274 orang. Sampel adalah bagian dari objek penelitian yang akan diteliti dan yang akan mewakili seluruh populasi.11 Menurut Koentjaraningrat, mengatakan sampel adalah bagian kecil dari populasi yang merupakan objek sesungguhnya dari suatu penelitian, sampel yang dipilih adalah yang mewakili dari populasi.129 10 11

Ibid,. hal. 62 Suharsimi Arikunto, Prosedur..., hal. 133.

Ibid,. hal. 144.12

Koentjaraningrat (ed), Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1987), hal. 155.

8

Mengingat populasi terlalu banyak melebihi dari 100, maka pengambilan sampel dalam penelitian ini bersifat Representatif Sampling (sampel yang mewakili) sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto mengatakan apabila subjek kurang dari 100 orang maka diambil 10%-15% atau 20%-25% dari populasi yang diambil secara random.13 Berdasarkan pendapat di atas, penulis mengambil sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 10% dari jumlah populasi yaitu 28 orang, yang terdiri dari 25 siswa, seorang Kepala Sekolah, dan 2 orang Guru yang mengajar di MTsN Ulim Kabupaten Pidie Jaya. G. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, karena penulis mengungkapkan masalah yang ada saat sekarang. Sebagaimana diungkapkan Suharmini Arikunto sebagai berikut : Penyelidikan deskriptif tertuju kepada pemecahan masalah pada masa sekarang karena banyak program pendidikan, metode penelitian deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai tehnik deskriptif, diantaranya penyelidikan menuturkan, menganalisa, mengklasifikasi dengan interview, angket dan observasi.14 Dalam penelitian tersebut penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : 1. Library Research (penelitian perpustakaan), yaitu penelaahan buku-buku di perpustakaan untuk memperoleh teori-teori atau konsep-konsep yang ada kaitannya dengan penelitian dimaksud. 2. Field Research (penelitian lapangan), yaitu usaha untuk

mengumpulkan data/informasi di lapangan yang ada hubungannya dengan tujuan13 14

Suharsimi Arikunto, Prosedur..., hal. 120

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), hal 120.

9

dari penelitian tersebut. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : a. Wawancara, yaitu : percakapan yang diarahkan pada suatu

masalah tertentu antara penelitian dan subjek dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang tidak tertulis yang menyangkut masalah yang ingin diminta keterangan padanya. b. penelitian. c. Analisa dokumen, yaitu : suatu tehnik untuk memperoleh Observasi, yaitu : dengan mengamati langsung terhadap objek

keterangan tertulis dan fakta resmi dengan meneliti ke lokasi penelitian yaitu MTsN Ulim Kabupaten Pidie Jaya. Selanjutnya untuk adanya keseragaman dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada buku pedoman penulisan karya ilmiah yang yang diterbitkan Fakultas Tarbiyah IAIN Ar Raniry tahun 2002.

BAB II EKSTRA KURIKULER DAN PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

10

Pengertian Extra Kurikuler Ekstra Kurikuler merupakan suatu kegiatan pelajaran yang dilaksanakan diluar jam pelajaran baik disekolah maupun diluar sekolah untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran.15 Adapun istilah Ekstra Kurikuler menurut Wahjasuinidje adalah : Kegiatan-kegiatan siswa diluar jam pelajaran, yang dilakukan disekolah atau diluar sekolah dalam rangka memperluas pengetahuan, memahami keterkaitan antara berbagai mata pelajaran. Penyaluran bakat dan minat serta usaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan siswa terhadap Tuhan yang Maha Esa, kesadaran berbangsa dan bernegara, berbudi pekerti yang luhur dan sebagainya.16 Ekstra Kurikuler sebagai bagian dari kegiatan sekolah yang dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa, yang dapat memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan serta kemampuan siswa. "Kegiatan Ekstra Kurikuler bukanlah mata pelajaran yang terpisah dari pelajaran-pelajaran disekolah, ia merupakan bagian dart kurikulum pendidikan, kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler."17 Oleh karna itu, alangkah baiknya apabila program Ekstra Kurikuler dilaksanakan diluar jam yang dijadwalkan dan dapat diselenggarakan didalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

1015

Departemen Agama RI, Kegiatan Ekstra Kurikuler Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum dan Madrasah, 2004. hal. 10 Wahosuinidjo, Kepemimpanan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritis dan Permasahalannya, Cet. I, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1990 ), hal. 25617 16

Ibid, hal. 162

11

Adapun tujuan kegiatan tersebut untuk memantapkan dan mengembangkan keterkaitan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikuler dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan. Disamping itu guru yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan Ekstra Kurikuler biasanya harus memiliki kemampuan dan wawasan yang luas tentang pelajaran yang asuhnya karena tujuan dari implementasi Ekstra Kurikuler adalah untuk mengantarkan anak didik. Pada pertumbuhan simultan terpadu dan seimbang, disamping dapat pula di jadikan sarana untuk mengembangkan kepribadian. Dengan demikian kegiatan Ekstra Kurikuler merupakan bagian Integral dari pada kebijaksanaan pendidikan dasar sekolah menengah akan berjalan searah dengan program kurikuler. Dengan tujuan pendidikan nasional yang ingin menciptakan manusia Indonesia menjadi cerdas dan berakar pada budaya bangsa di samping di laksanakan melalui program-program Ekstra Kurikuler sebagai bagian yang tak terpisahkan. B. Jenis-jenis Ekstra Kurikuler di Sekolah Sebagaimana telah disebutkan bahwa Ekstra Kurikuler tidak hanya bertujuan mencetak kader-kader yang memiliki bekal pembangunan dan peradaban mempersiapkan pelajar agar menjadi kreatif, matang, mandiri dan bertanggung jawab.18 Kegiatan Ekstra Kurikuler dapat dikembangkan dalam beragam cara dan isi. Penyelenggaraan kegiatan yang memberikan kesempatan luas kepada pihak sekolah. Pada gilirannya menuntut kepala sekolah, guru, siswa, dan pihak-pihak yang18

Ibid, hal. 257

12

berkepentingan lainnya untuk secara kreatif merancang sejumlah kegiatan Ekstra Kurikuler. Macam-macam implementasi Ekstra Kurikuler yang dapat dirancang oleh guru antara lain : 1. Program Keagamaan Program ini bermanfaat bagi peningkatan kesadaran moral beragama peserta didik. Kegiatan Ekstra Kurikuler pendidikan agama islam akan memberikan dampak kualitas keberagaman terhadap aktivitas sekolah. Guru dan siswa secara aktif menyelenggarakan sejumlah kegiatan keagamaan yang didukung oleh tersedianya fasilitas mesjid sekolah yang cukup luas akan mendorong sejumlah siswa aktivis mesjid dan guru yang peduli terhadap kegiatan keagamaan didorong untuk berkreasi merancang kegiatan yang melibatkan banyak peserta.19 Secara lebih terperinci, kultur keagamaan sekolah dapat diidentifikasi dari sejumlah aktivitas sekolah, seperti : a. Ceramah umum/perayaan hari-hari besar islam Ceramah umum adalah salah satu program yang populer bagi penyabaran fitrah islamiah secara massal dikalangan pelajar. Biasanya ceramah umum ini diadakan dalam rangka menyambut momen tertentu, seperti peringatan hari-hari besar islam (PHBI), yaitu peringatan Israk Mi'raj Nabi SAW, Tahun Besar Islam,Maulid Nabi SAW, dan sebagainya.b. Studi dasar Islam dan pesantren kilat

Studi Dasar Islam atau Pesantren Kilat (SANLAT) adalah program kajian dasar islam dalam jangka waktu tertentu antara 2 hingga 5 hari tergantung dengan situasi19

Rahmad Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai ( Bandung : Alfabeta, 2004), hal. 211

13

dan kondisi. Kegiatan ini dapat dilaksanakan disekolah atau diluar sekolah dengan lokasi yang tenang dan luas. Pesantren kilat biasanya dilaksanakan pada masa liburan sekolah. Baik liburan semester maupun liburan akhir tahun atau dalam bulan Ramadhan. Pada bulan Ramadhan, umumnya dalam setiap sekolah, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga menengah ikut menyelenggarakan Pesantren Kilat Ramadhan (PKR)c. Kursus membaca Al-Qur'an

Program ini sangat penting mengingat kemampuan membaca Al-Qur'an merupakan langkah awal untuk mendalami islam dengan lebih baik. Ketidakmampuan siswa dalam membaca Al-Qur'an dapat menghambat motivasi mereka untuk mendalami islam lebih jauh, kursus ini dapat menggunakan metode yang berkembang saat ini. Program itu dapat dilaksanakan melalui kerja sama Osis, Rohis dan guru agama Islam disekolah sebagai bagian dari penilaian mata pelajaran agama Islam.

2. Pelatihan ProfesionalPelatihan profesional yang ditujukan pada pengembangan kemampuan bermanfaat bagi peserta didik dalam pengembangan keahlian khusus. Jenis kegiatan ini misalnya : aktivitas jurnalistik, kaderisasi kepemimpinan, pelatihan manajemen, dan kegiatan sejenis yang membekali kemampuan profesional peserta didik. Mentoring merupakan salah satu kegiatan untuk melatih keprofesionalan siswa. Tujuannya adalah untuk memotivasi dan mengajak para siswa untuk mengkaji serta memperdalam dan mencari jati diri sehingga terciptalah kesungguhan dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai insan yang beriman dan bertaqwa yang memiliki tanggung jawab pribadi maupun sosia1.2020

Ibid, hal. 219

14

3. Organisasi SiswaOrganisasi siswa dapat menyediakan sejumlah program dan tanggung jawab yang dapat mengarahkan siswa pada pembiasaan berorganisasi. Seperti halnya yang berlaku saat ini, OSIS, Pramuka, Rois, kepanitiaan PHBI dan kelompok pecinta alam merupakan jenis organisasi yang dapat lebih diefektifkan fungsinya sebagai wahana pernbelajaran riilai dalam berorganisasi. Salah satu kegiatan tersebut adalah perkumpulan majelis ta'lim

(pengayaan/pembinaan), adalah bentuk tarbiyah tsakawiyah (pembinaan wawasan) program ini menyertakan peserta lebih banyak, bersifat umum dan menghadirkan nara sumber yang ahli dalam bidangnya. Kegiatannya antara lain mempelajari kitab-kitab, baik kitab hadist, tafsir dan sebagainya. Ta'lim ini biasanya dilaksanakan rutin secara berkala. Adapun tujuan pembentukan organisasi majelis ta'lim ini adalah agar para siswa muslim dapat memahami dan mengamalkan aqidah, amal ibadah maupun mu'amaliah secara kaffah.214.

Rekreasi dan waktu luang Rekreasi dapat membimbing peserta didik untuk penyadaran nilai kehidupan

manusia, alam, menghayati kebesaran pencipta dan keagungan Allah SWT. Rekreasi tidal( hanya sekedar berkunjung pada suatu tempat yang indah atau unik, tetapi dalam kegiatan itu perlu dikembangkan cara-cara seperti menulis laporan singkat tentang apa yang disaksikan untuk kemudian dibahas oleh guru atau didiskusikan oleh siswa. Demikian pula, waktu luang perlu diisi dengan kegiatan olah raga atau hiburan yang dikelola dengan baik.

21

Ibid, hal. 218

15

Rihlah (wisata) adalah salah satu kegiatan rekreasi yang bertujuan untuk refreshing atau menyegarkan kembali jiwa yang penat sambil menghayati kebesaran pencipta, dan keagungan Allah SWT. Acara ini juga bertujuan untuk menyambung silaturahmi dan persaudaraan antara sesama pelajar. Program ini biasanya berlansung 1-2 hari dengan lkasi pantai, pegunungan, taman atau kebun raya, hutan wisata, arena bermain keluarga, pabrik, dan lingkungan industri ataupun tempat bersejarah dan sebagainya.5.

Kegiatan Kultural Kegiatan kultural adalah kegiatan yang berhubungan dengan penyadaran

peserta didik terhadap nilai-nilai budaya. Kegiatan orasi seni, kursus seni, kunjungan ke museum, kunjungan ke candi atau tempat-tempat bersejarah lainnya merupakan program kegiatan Ekstra Kurikuler yang dapat dikembangkan. Kegiatan-kegiatan inipun sebaiknya disiapkan secara matang sehingga dapat menumbuhkan kecintaan terhadap budaya sendiri.22 6. Program Perkemahan Kegiatan ini dapat mendekatkan peserta didik dengan alam karena itu agar kegiatan ini tidak hanya sekedar hiburan atau menginap dialam terbuka, sejumlah kegiatan seperti perlombaan olah raga, kegiatan intelektual, uji ketahanan, uji keberanian dan penyadaran spiritual merupakan jenis kegiatan yang dapat dikembangkan selama program ini berlangsung misalnya :a. Mukhayam (camping)

Kegiatan ini dilaksanakan ditempat perkemahan, selama beberapa hari dengan menu acara yang bervariasi. Bentuknya bisa penggabungan antara kegiatan fisik

22

Departemen Agama RI, Kegiatan Ekstra Kurikuler Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum dan Madrasah, 2004.

16

rohani, sekaligus pemikiran kegiatan ini dibimbing oleh para pelatih olah raga, pembinibing rohani sekaligus pebimbing diskusi ilmiah.b. Perlombaan

Program perlombaan biasanya diadakan dalam program utama perayaan hari-hari besar islam atau masa menjelang pembagian rapor semester, namun demikian program ini bisa di adakan dalam kegiatan perkemahan. Program ini merupakan wahana menyaring bakat dan minat para siswa dibidang Ekstra Kurikuler juga ajang perkenalan, silaturahmi antar kelas. Perlombaan ini bisa berupa antara lain pidato, nasyid atau cerdas cermat dan lain sebagainya. 7. Program life-in-eksposure Life in-eksposure adalah program yang dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyingkap nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Nilai itu biasanya yang berkaitan dengan nilai keagamaan, sosial-budaya, politik yang berkembang dalam konsep masyarakat tersebut, yaitu tempat dimana peserta didik melakukan pengkajian. Peserta didik ikut serta dalam kehidupan masyarakat untuk beberapa lama. Mereka secara aktif mengamati, melakukan wawancara dan mencatat itu dalam kaitannya dengan kehidupan sekolah. Menurut Rahmad Mulyana, "Program ini pernah dilaksanakan pada suatu sekolah katolik dan hasilnya cukup efektif."23 C. Fungsi dan Tujuan Ekstra Kurikuler Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan diluar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah.23

Rohmat mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, ( Bandung ), Alfabeta, 2004, hal.221

17

Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan bahwa kegiatan Ekstra Kurikuler dapat berfungsi sebagai berikut :a. Memperdalam dan memperluas kemampuan siswa, dalam arti memperkaya, mempertajam, serta memperbaiki pengetahuan para siswa yang berkaitan dengan mata pelajaran-pelajaran sesuai dengan program kurikuler yang ada. Kegiatan ini dilaksanakan melalui berbagai macam bentuk seperti lomba mengarang baik yang bersifat esay maupun bersifat ilmiah. b. Untuk melengkapi usaha pembinaan, pemantapan dan pembentukan kepribadian siswa. Kegiatan ini dapat diusahakan melalui baris-baris kegiatan yang berkaitan dengan usaha mempertebal ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, latihan kepeminpinan. c. Membina dan meningkatkan bakat, minat dan keterampilan kegiatan ini untuk memacu kearah kemampuan mandiri, percaya diri dan kreatif.24

Adapun tujuan penyelenggaraan kegiatan Ekstra Kurikuler secara umum bertujuan sebagai kegiatan altematif untuk pemenuhan pendidikan bagi pelajar. Selain itu kegiatan Ekstra Kurikuler keagamaan akan menjadi penunjang pendidikan agama yang didapat secara formal sehingga kualitas pemahaman dan pengetahuan agama Islam dapat terus meningkat. Di samping itu orang tua, lingkungan dan masyarakat yang bertanggung jawab terhadap pendidik dan tempat hidupnya proses belajar-mengajar harus memainkan peran yang sangat besar dalam membentuk kepribadian belajar. Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dan kegiatan Ekstra Kurikuler mencakup aspek yang tidak saja sebagai kegiatan tambahan untuk pemenuhan pendidikan bagi belajar anak didik, melainkan kegiatan Ekstra Kurikuler keagamaan menjadi wahana penunjang pendidikan agama sehingga kualitas pemahaman dan pengetahuan agama Islam akan terus meningkat.25

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritis dan Permasahalannya, Cet I, (Jakarta PT. Raja Grafindo Persada ), hal 23925

24

Badudu dan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Pustaka Sinar Harapan 2001), hal. 875

18

Pengembangan kepribadian peserta didik merupakan inti dan pengembangan kegiatan Ekstra Kurikuler. Karena itu profil kepribadian yang matang atau kaffah merupakan tujuan utama kegiatan Ekstra Kurikuler. Kalau meminjam istilah Badudu dan Muharnmad Zain "Matang berarti mampu mengaktualisasikan diri." Sedangkan kaffah menurut Departemen Pendidikan Nasional adalah "Perwujudan segala perilaku, ucapan, pikiran dan tindakan yang selalu diperhadapkan kepada Allah SWT.26 Pengembangan kepribadian yang matang dan kaffah dalam konteks pengembangan kegiatan Ekstra Kurikuler tentunya dalam tahap-tahap kemampuan peserta didik. Mereka dituntut memiliki kematangan dan keutuhan dalam lingkup dunia pendidikan yaitu sebagai anak yang sedang belajar. Mereka mampu mengembangkan bakat dan minat, menghargai orang lain, bersikap kritis terhadap suatu kesenjangan, berani mencoba hal-hal positif yang menantang, peduli terhadap lingkungan sampai pada melakukan kegiatan-kegiatan intelektual dan ritual keagamaan. Dalam konteks pendidikan nasional semua cara, kondisi dan peristiwa dalam kegiatan Ekstra Kurikuler sebaiknya selalu diarahkan pada kesadaran nilai-nilai universal agama sekaligus pada upaya pemeliharaan fitrah beragama. Karena itu pada beberapa sekolah dan madrasah, program Ekstra Kurikuler dikembangkan secara integral baik dalam penataan fisik maupun pengalaman psikis. Sebagai sebuah contoh posisi sebuah mesjid sekolah yang dibangun berdekatan dengan tempat olah raga memiliki arti strategis bagi pengembangan bakat olah raga sekaligus kesadaran untuk26

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta Halal Pustaka, 2003), hal. 488

19

melakukan shalat. Demikian pula kegiatan berkemah yang diisi acara tazkiyah (pensucian diri) pada malam hari dan kegiatan seni yang mengembangkan lagu-lagu nasyid, pada sekolah tertentu terbukti efektif untuk membimbing peserta didik kearah perilaku yang positif Itu sebabnya model pengembangan Ekstra Kurikuler pada sejumlah sekolah unggul selalu dilakukan secara integral untuk mencapai tahapantahapan perkembangan kepribadian peserta didik yang matang dan kaffah.27 Dari uraian tersebut diatas dapat diketahui beberapa tujuan kegiatan Ekstra Kurikuler antara lain : 1. Menyalurkan bakat dan minat Hal ini tentu sangat beralasan karena Ekstra Kurikuler merupakan salah satu wadah untuk menampung dan mengembangkan bakat atau minat melalui kegiatan-kegiatan yang diprogramkan diluar jam pelajaran baik itu kegiatan olah raga, kesenian, keagamaan, atau kegiatan-kegiatan lain yang langsung berhubungan dengan pengembangan bidang studi tertentu28 2. Meningkatkan prestasi belajar Diharapkan dengan kegiatan-kegiatan yang diprogramkan di sore hari, terbentuknya kelompok belajar, pelatihan dan kursus-kursus yang dilaksanakan pada Ekstra Kurikuler dapat membantu siswa lebih terpacu untuk meningkatkan prestasinya. 3. Mengisi waktu luang dengan hal-hal yang positif Biasanya para siswa sangat mudah terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat balikan hal-hal yang berbahaya bagi dirinya, oleh karena itu kegiatan Ekstra Kurikuler harus digalakkan di sekolah-sekolah sehingga siswa tidak27

Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, ( Bandung : Alfabeta, 2004 ), hal. 214 Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-7, hal. 13628

20

tertarik lagi untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang cenderung merugikan dirinya sendiri. Tetapi cenderung mengikuti hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri. 4. Menjalin hubungan silaturahmi antara siswa dan guru salah Satu tujuan Ekstra Kurikuler menjadi ajang silaturahmi antara guru dan siswa sehingga akan terbangun interaksi dan komunikasi yang baik yang penuh kekluargaan dan keakraban. 5. Meningkatkan pemahaman agama Ekstra Kurikuler yang bernuansa agama sangat membantu siswa untuk dapat belajar dan memahami lebih banyak tentang islam karena Ekstra Kurikuler dapat meningkatkan semangat siswa untuk membiasakan diri dengan budaya-budaya islam. Sedangkan secara khusus Ektra Kurikuler bukan hanya bertujuan dalam rangka memperbaiki kepribadian, tetapi juga membina pelajar dalam rangka mempersiapkan diri menjadi seorang yang kreatif, pemberani, bertanggung jawab dan membangun potensi sehingga dapat berguna bagi diri, masyarakat dan agama.29 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa beberapa tujuan kegiatan Ekstra Kurikuler Ekstra Kurikuler merupakan salah satu wadah untuk menampung dan mengembangkan bakat atau minat melalui kegiatan-kegiatan yang diprogramkan diluar jam pelajaran baik itu kegiatan olah raga, kesenian, keagamaan, atau kegiatankegiatan lain yang langsung berhubungan dengan pengembangan bidang studi tertentu. D. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar. Dalam Psikologi, istilah motif sering29

Usnawanti dan Nugroho Widyantoro, Dakwah Sekolah di Era Baru, Cetakan I, Era Intermedia, 2002, hal. 27

21

dibedakan dengan istilah motivasi. Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan motif dan motivasi, berikut ini penulis akan memberikan pengertian dari kedua istilah tersebut. Kata "motif" diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.30 Atau seperti dikatakan oleh Sardiman dalam bukunya Psychology Understanding of Human Behavior yang dikutip M. Ngalim Purwanto : motif adalah tingkah laku atau perbuatan suatu tujuan atau perangsang.31 Sedangkan S. Nasution, motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.32 Dengan demikian motif adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang yang dapat menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu. Adapun pengertian motivasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, adalah keinginan atau dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan tujuan tertentu.33 Pendapat-pendapat para ahli tentang definisi motivasi diantaranya adalah : M. Alisuf Sabri, motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan.34

30

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : C.V. Rajawali, 1990), Cet. Ke-12, hal. 7331

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1998), Cet. Ke5, hal. 6032

S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke-1, Ed. 2, hal. 7333

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta : Modern English, 1991), hal. 997 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2001), Cet. Ke-3, hal. 9034

22

WS Winkel, motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat tertentu, bahkan kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau dihayati.35 Selanjutnya, M. Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia menjadi tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mecapai hasil atau tujuan tertentu.36 Menurut MC. Donald, yang dikutip oleh Sardiman A.M, motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan.37 Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahwa motivasi adalah suatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Dapat diketahui bahwa motivasi sebagai suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan adanya tujuan, menurut WS. Winkel motivasi terkandung tiga unsur penting, yaitu :1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system "neurophysiological" yang ada pada organisme manusia. 2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling", afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. 3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini35

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : C.V. Rajawali, 1990), Cet. Ke-12, hal. 8736

WS. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta : PT. Gramedia, 1986), Cet. Ke-3, hal. 7137

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1998), Cet. Ke5,. hal.71

23

sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan.38 Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. E. Jenis-jenis Motivasi Belajar Dilihat dari berbagai sudut pandang, para ahli psikologi berusaha untuk menggolongkan motif-motif yang ada pada manusia atau suatu organisme kedalam beberapa golongan menurut pendapatnya masing-masing. Diantaranya menurut Woodwort dan Marquis sebagaimana dikutip oleh Ngalim Purwanto, motif itu ada tiga golongan yaitu : 1. Kebutuhan-kebutuhan organis yakni, motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari tubuh seperti : lapar, haus, kebutuhan bergerak, beristirahat atau tidur, dan sebagainya. 2. Motif-motif yang timbul yang timbul sekonyong-konyong (emergency motives) inilah motif yang timbul bukan karena kemauan individu tetapi karena ada rangsangan dari luar, contoh : motif melarikan diri dari bahaya,motif berusaha mengatasi suatu rintangan. 3. Motif Obyektif yaitu motif yang diarahkan atau ditujukan ke suatu objek atau tujuan tertentu di sekitar kita, timbul karena adanya dorongan dari dalam diri kita.39 Arden N. Frandsen yang dikutip oleh Sardiman, A.M, mengemukakan jenis motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, yaitu : motif bawaan, (motive

38

Sardirman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : C.V. Rajawali, 1990), Cet. Ke-12,hal. 7439

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1998), Cet. Ke5,., hal.64

24

psychological drives) dan motif yang dipelajari (affiliative needs), misalnya : dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan dan sebagainya.40 Selanjutnya Sartain membagi motif-motif itu menjadi dua golongan sebagai berikut : a. Psychological drive adalah dorongan-dorongan yang bersifat fisiologis atau jasmaniah seperti lapar, haus dan sebagainya. b. Sosial Motives adalah dorongan-dorongan yang ada hubungannya dengan manusia lain dalam masyarakat seperti : dorongan selalu ingin berbuat baik (etika) dan sebagainya.41 Adapun bentuk motivasi belajar di Sekolah dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Motivasi Intrinsikb. Motivasi Ekstrinsik42

1. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar.43 Dalam buku lain motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya : ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan dan sebagainya.44 Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah:40

Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : C.V. Rajawali, 1990), Cet. Ke-12, hal. 8641

Ibid., hal. 62 H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal. 96

42

43

Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-7, hal. 13644

H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan..., hal. 85

25

a. Adanya kebutuhan b. Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiric. Adanya cita-cita atau aspirasi.45

2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu siswa, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.46 Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar, misalnya siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya, pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan lain-lain merupakan contoh konkrit dari motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Dalam perspektif kognitif, motivasi intrinsik lebih signifikan bagi siswa karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Perlu ditegaskan, bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting, karena kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga siswa tidak bersemangat dalam melakukan proses belajar mengajar baik di sekolah maupun di rumah. Bahwa setiap siswa tidak sama tingkat motivasi belajarnya, maka motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dan dapat diberikan secara tepat.45

Akyas Azhari, Psikologi Pendidikan, (Semarang : Dina Utama Semarang, 1996), Cet. Ke-1, Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru..., hal. 82

hal. 7546

26

Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsic maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif sehingga dapat mengarahkan dan memelihara kerukunan dalam melakukan kegiatan belajar. Motivasi sangat berperan dalam belajar, siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pelajaran itu. Maka motivasi senantiasa akan menentukan intensitas usaha belajar bagi siswa. Adapun fungsi motivasi ada tiga, yaitu : 1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. 2. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. 3. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.47 Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan. Selain itu ada juga fungsi lain yaitu, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi, karena secara konseptual motivasi berkaitan dengan prestasi dan hasil belajar. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

47

Sardirman, A.M, Intraksi dan Motivas Belajar Mengajari...,hal. 88

27

Motivasi merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi siswa. Apalah artinya bagi seorang siswa pergi ke sekolah tanpa mempunyai motivasi belajar. Bahwa diantara sebagian siswa ada yang mempunyai motivasi untuk belajar dan sebagian lain belum termotivasi untuk belajar. Seorang guru melihat perilaku siswa seperti itu, maka perlu diambil langkah-langkah untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Membangkitkan motivasi belajar tidaklah mudah, guru harus dapat menggunakan berbagai macam cara untuk memotivasi belajar siswa. Cara membangkitkan motivasi menurut Tadjab adalah : 1. Menjelaskan kepada siswa, alasan suatu bidang studi dimasukkan dalam kurikulum dan kegunaannya untuk kehidupan. 2. Mengkaitkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa di luar lingkungan sekolah. 3. Menunjukkan antusias dalam mengajar bidang studi yang dipegang. 4. Mendorong siswa untuk memandang belajar di sekolah sebagai suatu tugas yang tidak harus serba menekan, sehingga siswa mempunyai intensitas untuk belajar dan menjelaskan tugas dengan sebaik mungkin. 5. Menciptakan iklim dan suasana dalam kelas yang sesuai dengan kebutuhan siswa. 6. Memberikan hasil ulangan dalam waktu sesingkat mungkin. 7. Menggunakan bentuk-bentuk kompetisi (persaingan) antar siswa. 8. Menggunakan intensif seperti pujian, hadiah secara wajar.48 Menurut Sardiman A.M, ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah. Beberpa bentuk dan cara motivasi tersebut diantaranya :1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.48

Memberi angka Hadiah Saingan/kompetisi Memberi ulangan Mengetahui hasil Pujian Hukuman Hasrat untuk belajar

Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Surabaya: Karya Abitama, 1994), cet. Ke-1, hal. 103

28

9. Minat 10. Tujuan yang diakui.49

Demikian pembahasan tentang upaya dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa dan bentuk-bentuk motivasi yang dapat dipergunakan oleh guru agar berhasil dalam proses belajar mengajar serta dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna bagi kehidupan siswa.

49

Sardiman A.M, Intraksi dan Motivas Belajar Mengajari..., hal. 92-95