Bab II Rancangan Awal RKPD

213
BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU BAB II 2015 2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1.1 Luas dan Batas Wilayah Administrasi Luas Wilayah Kota Banjar berdasarkan penjelasan Undang- Undang nomor 27 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Banjar di Provinsi Jawa Barat adalah kurang lebih 113,49 km 2 atau 11.349 hektar. Sementara berdasarkan pengukuran pada Peta Rupa Bumi Bakosurtanal tahun 2003, luas wilayah Kota Banjar adalah 131,972 km 2 atau 13.197,23 hektar. Secara administrasi, Pemerintahan Kota Banjar terdiri atas 4 (empat) kecamatan yaitu: Kecamatan Banjar, Purwaharja, Pataruman dan Kecamatan Langensari. Gambar 2.1 Berdasarkan letak administrasi, Kota Banjar mempunyai batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara, Berbatasan dengan Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis serta Kecamatan Dayeuhluhur; Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Banjar Tahun 2016 II - 1

description

-

Transcript of Bab II Rancangan Awal RKPD

BABII EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU

BAB II 2015

2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1.1 Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Luas Wilayah Kota Banjar berdasarkan penjelasan Undang-Undang nomor 27 Tahun

2002 tentang Pembentukan Kota Banjar di Provinsi Jawa Barat adalah kurang lebih

113,49 km2 atau 11.349 hektar. Sementara berdasarkan pengukuran pada Peta

Rupa Bumi Bakosurtanal tahun 2003, luas wilayah Kota Banjar adalah 131,972 km2

atau 13.197,23 hektar. Secara administrasi, Pemerintahan Kota Banjar terdiri atas 4

(empat) kecamatan yaitu: Kecamatan Banjar, Purwaharja, Pataruman dan

Kecamatan Langensari.

Gambar 2.1

Berdasarkan letak administrasi, Kota Banjar mempunyai batas wilayah sebagai

berikut:

Sebelah Utara, Berbatasan dengan Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis serta

Kecamatan Dayeuhluhur;

Sebelah Timur, Berbatasan dengan Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis dan

kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah;

Sebelah Selatan, Berbatasan dengan Kecamatan Lakbok dan Kecamatan

Pamarican kabupaten Ciamis;

Sebelah Barat, Berbatasan dengan Kecamatan Cimaragas dan Kecamatan

Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

II - 1

2015 BAB II

2.1.1.2 Letak dan Kondisi Geografis

Secara geografis Kota Banjar terletak diantara 108°28’00” - 108°40’00” Bujur Timur

dan 07°19‘30” - 07°26’30” Lintang Selatan (berdasarkan Peta Rupa Bumi

Bakosurtanal). Kota Banjar adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa

Barat dengan ketinggian antara 20 sampai dengan 500 meter di atas permukaan

laut serta beriklim tropis dan menjadi salah satu kawasan andalan (yaitu kawasan

yang mampu berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut

dan kawasan sekitarnya).

Sebagian besar wilayah Kota Banjar berada pada ketinggian kurang dari 100 mdpl

yaitu mencapai 87,10 persen dan sisanya sebesar 12,90 persen berada di ketinggian

100-500 mdpl. Kecamatan yang wilayahnya berada di ketinggian 100 hingga 500

mdpl diantaranya Kecamatan Pataruman yaitu seluas 11,83 km2 atau sekitar 21,89

persen dari luas wilayah kecamatan tersebut. Sedangkan kecamatan yang seluruh

permukaan wilayahnya berada pada ketinggian kurang dari 25 mdpl adalah

Kecamatan Langensari sehingga sangat cocok sebagai daerah basis pertanian

dengan irigasi teknis yang memadai.

Tingkat kesuburan tanah Kota Banjar pada umumnya tergolong sedang (baik)

dengan tekstur tanah sebagian besar halus dengan jenis tanah alufial kecuali

Kecamatan Langensari selain memiliki jenis tanah alufial juga berjenis tanah

podsonik merah kuning meski tidak mempengaruhi tingkat kesuburannya.

2.1.1.3 Kondisi Tofografi

Bentangan morfologi/topografi wilayah Kota Banjar bervariasi sejak dari puncak

perbukitan hingga hamparan dataran. Ketinggian Kota Banjar berkisar antara 0 - 500

mdpl. Posisi tertinggi di atas permukaan laut adalah puncak bukit Gunung Sangkur,

dengan ketinggian +356 mdpl, sementara posisi terendah adalah di bagian timur di

tepi Sungai Citanduy (Desa Waringinsari Kecamatan Langensari), dengan ketinggian

+16 m dpl.

Ada 2 kompleks perbukitan yang utama, dan sejumlah perbukitan/bukit minor (yang

lebih kecil). Komplek perbukitan utama yang pertama adalah komplek perbukitan

Gunung Sangkur, yang terletak di Kecamatan Pataruman, dan terdiri atas beberapa

puncak bukit, yaitu : Gunung Sangkur (+356 m), Pasir Huni (+227 m), Pasir Sireum

(+226 m), Pasir Cabe (+251 m), Pasir Batukarut (+253 m), dan lainnya. Komplek

perbukitan utama yang kedua adalah komplek perbukitan Gunung Babakan, yang

terletak di Kecamatan Purwaharja, dengan puncaknya yaitu Gunung Babakan (+243

m).

II - 2

BAB II 2015

Beberapa bukit/perbukitan minor, terutama terletak di Kecamatan Pataruman dan

Kecamatan Banjar, serta sedikit di Kecamatan Langensari bagian barat. Perbukitan

minor yang terdapat di Kecamatan Pataruman antara lain adalah:

Pasir Tumpeng (perbatasan Kelurahan Hegarsari – Kelurahan Pataruman);

Pasir Jengkol/Pasir Loklok (Kelurahan Pataruman);

Pasir Leutik (Kelurahan Pataruman);

Bukit-bukit di Kampung Pananjung (Desa Sinartanjung);

Bukit-bukit di Kampung Cibuntu (perbatasan Desa Sinartanjung – Desa Rejasari

dan Kelurahan Bojongkantong Kecamatan Langensari);

Bukit di sebelah selatan PT Alba (Desa Batulawang).

Perbukitan minor di Kecamatan Banjar antara lain adalah :

Pasir Riunggunung (Desa Binangun);

Pasir Batugending/Pasir Semir (Desa Binangun);

Bukit di sebelah selatan Kampung Pamongkoran (Desa Binangun);

Pasir Tugel/Pasir Pugag (Desa Balokang dan Desa Cibeureum).

Sementara bukit minor di Kecamatan Langensari bagian barat adalah Bukit-bukit di

perbatasan Desa Rejasari dengan Desa Sinartanjung, dan Bukit di Kampung

Bojongsari (Kelurahan Bojongkantong).

Selain perbukitan tersebut di atas, bentang morfologi/topografi yang cenderung

merupakan kelerengan atau kemiringan yang cukup signifikan adalah bentang

memanjang dengan kelerengan sampai sekitar 30 % yang relatif paralel dengan

Sungai Ciseel – Sungai Cikembang – Sungai Cimaragas, yang terletak di Desa-Desa

Binangun, Neglasari, dan Kelurahan Situbatu. Bentangan morfologi/topografi

selanjutnya adalah kompleks lahan bergelombang yang diselingi datar setempat-

setempat. Bentang morfologi ini relatif tersebar, yang antara lain terdapat di :

Kelurahan Situbatu, Neglasari, Cibeureum, dan Balokang Kecamatan Banjar;

Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja;

Desa Binangun, Batulawang, Karyamukti Kecamatan Pataruman.

Bentangan morfologi datar relatif tersebar di wilayah Kota Banjar, dan yang

menonjol terdapat di :

Desa Balokang, Desa Cibeureum, Kelurahan Banjar, Kelurahan Mekarsari di

Kecamatan Banjar;

Kelurahan Hegarsari, Kelurahan Pataruman, Desa Sinartanjung di Kecamatan

Pataruman;

Desa Mekarharja, Desa Raharja, Kelurahan Purwaharja di Kecamatan

Purwaharja;

II - 3

2015 BAB II

Desa Kujangsari, Kelurahan Bojongkantong, Desa Rejasari, Desa Langensari,

Kelurahan Muktisari, Desa Waringinsari di Kecamatan Langensari.

2.1.1.4 Kondisi Geologi

Aspek fisik dasar wilayah selanjutnya yang diperhatikan adalah aspek geologi.

Sebaran batuan secara geologis di Kota Banjar yang menonjol adalah :

Alluvium, yang tersebar di wilayah Kota Banjar, yaitu pada bagian wilayah

dengan morfologi datar;

Batuan beku bersusunan andesit berupa lava, breksi aliran, sumbat gunung api,

yaitu pada bagian wilayah yang merupakan perbukitan utama (komplek Gunung

Sangkur dan komplek Gunung Babakan) dan sebagian perbukitan minor (Pasir

Tumpeng, Pasir Jengkol, Pasir Leutik, Pasir Gembok, dan perbukitan Mandalareh-

Cadasgantung);

Endapan lahar, yaitu di sebelah barat komplek Gunung Babakan, pada morfologi

bergelombang di Kecamatan Purwaharja bagian barat;

Formasi Tapak, terdiri dari batupasir kehijauan kasar (bawah), batupasir dengan

sisipan napal (atas), yaitu di bagian barat dan selatan wilayah Kota Banjar di

Kecamatan Banjar dan Kecamatan Pataruman pada morfologi perbukitan minor

dan bergelombang.

Dari struktur geologi penting dikemukakan bahwa di wilayah Kota Banjar

diidentifikasikan adanya kelurusan diperkirakan dan sesar geser dengan arah relatif

tenggara – barat laut yang melintasi sisi timur komplek Gunung Sangkur dan sisi

timur komplek Gunung Babakan.

2.1.1.5 Kondisi Hidrologi

Pola aliran air menunjukkan arah aliran yang masing-masing menuju ke sungai-

sungai utama yang melintasi dan di sekitar wilayah Kota Banjar, yang selanjutnya

dapat disebut sebagai sistem hidrologi/aliran air wilayah. Batas area tangkapan

(catchment area) antara sistem hidrologi/aliran air tersebut adalah gugusan

punggungan perbukitan dan khusus di tepi Sungai Citanduy ada juga yang dibatasi

oleh tanggul Sungai Citanduy. Secara umum penjelasan cakupan area masing-

masing sistem tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Sistem Citanduy, yaitu arah aliran hidrologi/aliran air yang menuju langsung ke

Sungai Citanduy, yang areanya mencakup : bagian sebelah barat Kecamatan

Purwaharja dan yang dibatasi tanggul Sungai Citanduy, sebagian besar

Kecamatan Banjar di sebelah utara, sebagian kecil Kecamatan Pataruman bagian

II - 4

BAB II 2015

barat dan yang dibatasi tanggul Sungai Citanduy, sebagian kecil Kecamatan

Langensari yaitu yang dibatasi tanggul Sungai Citanduy.

Sistem Cijolang, yaitu arah aliran hidrologi/aliran air yang menuju ke Sungai

Cijolang melalui Sungai Citapen dan yang dibatasi tanggul Sungai Cijolang, yang

areanya mencakup : sebagian sebelah timur dan utara Kecamatan Purwaharja.

Sistem Ciseel-Cikembang-Cimaragas, yaitu arah aliran hidrologi/aliran air yang

menuju langsung ke Sungai Ciseel-Cikembang-Cimaragas di sebelah selatan, yang

areanya mencakup : sebagian kecil Kecamatan Banjar di bagian selatan

(sebagian Kelurahan Situbatu dan Neglasari), sebagian kecil Kecamatan

Pataruman bagian selatan (sebagian Desa Binangun, Batulawang).

Sistem Cilisung, yaitu arah aliran hidrologi/aliran air yang menuju ke Sungai

Cilisung yang selanjutnya ke Ciseel/Citanduy di bagian hilir di luar wilayah Kota

Banjar, yang areanya mencakup : sebagian terbesar Kecamatan Langensari,

sebagian Kecamatan Pataruman bagian timur.

2.1.1.6 Kondisi Klimatologi

Curah hujan yang terdapat di Kota Banjar cukup tinggi, yaitu berkisar antara 250 –

400 mm/tahun dan beriklim tropis. Curah hujan yang terdapat di Kota Banjar pada

umumnya sedang dengan hari hujan relatif sedikit. Berdasarkan data dari Dinas

Pekerjaan Umum Kota Banjar, pada Tahun 2011 tercatat rata-rata curah hujan

dalam setahun mencapai 408,4 milimeter. Curah hujan pada tahun 2011 secara

umum menunjukkan peningkatan yang cukup besar bila dibandingkan dengan

keadaan tahun 2009, yang mencapai rata-rata 235,7mm. Intensitas curah hujan di

Kota Banjar sepanjang tahun 2011 terlihat bahwa curah hujan di wilayah ini tinggi

yang terjadi bulan Januari dan berangsur menurun pada pertengahan tahun 2011,

sementara bulan Desember merupakan puncaknya yang mencapai angka 574mm.

Tingginya intensitas curah hujan sangat membantu usaha sektor pertanian yang

mengandalkan ketersediaan air yang cukup untuk menanam padi dan palawija,

serta tanaman hortikultura (sayuran dan buah-buahan). Walaupun demikian, curah

hujan yang tinggi ternyata menjadi dilema pula bagi sebagian masyarakat Kota

Banjar yang tinggal di lereng-lereng perbukitan dan sepanjang aliran Sungai

Citanduy. Mereka senantiasa didera rasa was-was karena bencana longsor dapat

mengintai setiap saat dan sulit diduga.

Oleh karena itu, upaya preventif selayaknya terus dilakukan untuk menghindari

kejadian bencana yang lebih besar dan merugikan. Salah satunya adalah

memberikan informasi yang cukup pada masyarakat tentang titik-titik wilayah

rawan bencana dan ketersediaan lembaga tanggap bencana di tiap-tiap

desa/kelurahan mutlak pula diperlukan.

II - 5

2015 BAB II

2.1.1.7 Penggunaan Lahan dan Potensi Pengembangan Wilayah

1) Penggunaan lahan, antara lain terdiri dari:

a) Kawasan lindungb) Kawasan budidaya

2) Kawasan lindung di Kota Banjar meliputi :

a) kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya di Kota

Banjar adalah kawasan resapan airyang terdapat di Kecamatan Pataruman

dan Kecamatan Banjar. Pengelolaan kawasan resapan air di Kota Banjar

direncanakan meliputi:

pemantapan fungsi lindung;

perlindungan fungsi ekologis dan hidrologis kawasan resapan air; dan

melakukan rehabilitasi kawasan resapan air.

b) kawasan perlindungan setempat;

Kawasan perlindungan setempat di Kota Banjar meliputi, sempadan

sungai dan sempadan situ. Kawasan sempadan sungai terdiri atas sungai

Citanduy beserta anak sungainya, sungai Ciseel beserta anak sungainya,

dan sungai Cijolang beserta anak sungainya. Sempadan situ terdiri atas

sempadan Situ Mustika di Kecamatan Purwaharja dan sempadan Situ

Leutik di Kecamatan Banjar. Pengelolaan sempadan sungai diarahkan

untuk :

perlindungan dan penguatan dinding pembatas sungai;

mengembalikan fungsi ekologis dan hidrologis sempadan sungai di

seluruh wilayah kota secara bertahap; dan

pengembangan jalan inspeksi.

Pengelolaan sempadan situ diarahkan untuk :

perlindungan dan penguatan dinding pembatas situ;

penghijauan sempadan situ sebagai perlindungan fungsi ekologis dan

hidrologis; dan

pengembangan jalan inspeksi.

c) ruang terbuka hijau;

Rencana ruang terbuka hijau kota terdiri dari ruang terbuka hijau publik

dan ruang terbuka hijau privat.

Ruang terbuka hijau publik di Kota Banjar, meliputi :

ruang terbuka hijau taman, terdapat di setiap kecamatan dengan

alokasi terpadu dengan area pusat pelayanan kecamatan;

II - 6

BAB II 2015

ruang terbuka hijau tempat pemakaman (TPU);

ruang terbuka hijau sempadan jalan;

ruang terbuka hijau sempadan sungai; dan

ruang terbuka hijau hutan kota.

Ruang terbuka hijau kota di Kota Banjar, meliputi :

ruang terbuka hijau pekarangan rumah; dan

halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha.

Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau, meliputi

:

mempertahankan luasan dan kualitas RTH eksisting;

membangun taman kota di pusat kota dan subpusat kota;

membangun lapangan olah raga di setiap sub pusat kota dengan

jumlah dan luasan sesuai ketentuan berlaku; dan bekerjasama dengan

lembaga pemerintah baik Pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi

maupun Pemerintah Kota, lembaga penelitian, perguruan tinggi, pihak

swasta dan masyarakat dalam perwujudan RTH publik.

d) kawasan cagar budaya; dan

Kawasan Cagar Budaya di Kota Banjar, meliputi :

Situs Batu Peti di Desa Sukamukti Kecamatan Pataruman;

Situs Rawa Onom di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja;

Situs Rajegwesi di Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman;

Situs Pulo Majeti di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja;

Makam Tambakbaya di Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman;

Makam Cikabuyutan di Kelurahan Hegarsari Kecamatan Pataruman;

Tugu/Menara Pompa Air di Kompleks Pasar Banjar Patroman;

Kantor Lama Walikota (Pendopo) di Kelurahan Banjar;

Stasiun Besar Kereta Api di Kelurahan Hegarsari Dan Terowongan

Kereta Api Santiong di Desa Binangun;

Kampung Budaya Lembah Pajamben di Desa Binangun Kecamatan

Pataruman;

Gedong Opat di Kelurahan Hegarsari Kecamatan Pataruman; dan

Gedong Dalapan di Kelurahan Hegarsari Kecamatan Pataruman.

Kawasan Cagar Budaya di Kota Banjar diharapkan untuk mempertahankan

karakteristik bangunan dan lingkungan sekitarnya serta merevitalisasi

kawasan cagar budaya.

Rencana pengembangan kawasan budidaya di Kota Banjar meliputi :

II - 7

2015 BAB II

Kawasan peruntukan perumahan;

Kawasan peruntukan hutan produksi;

Kawasan peruntukan industri;

Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;

Kawasan peruntukan perkantoran;

Kawasan peruntukan pariwisata;

Kawasan peruntukan sektor informal;

Kawasan peruntukan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH);

Kawasan peruntukan evakuasi bencana;

Kawasan peruntukan pertanian;

Kawasan peruntukan perikanan budi daya;

Kawasan peruntukan fasilitas pendidikan;

Kawasan peruntukan fasilitas kesehatan;

Kawasan peruntukan fasilitas peribadatan; dan

Kawasan pertahanan dan keamanan negara.

Kawasan peruntukan perumahan kepadatan tinggi, meliputi Kelurahan

Banjar, Kelurahan Mekarsari, Kelurahan Pataruman, Kelurahan Hegarsari,

Kelurahan Bojongkantong, Kelurahan Muktisari, Kelurahan Purwaharja,

Kelurahan Karangpanimbal, Desa Balokang Bagian Tenggara, Desa

Cibeureum Bagian Tengah, Desa Jajawar Bagian Barat, Desa Neglasari

Bagian Barat, Desa Mekarharja, Desa Raharja, Desa Langensari, Desa

Waringinsari, dan Desa Rejasari.

Perumahan kepadatan sedang, meliputi Desa Balokang Bagian Utara,

Desa Jajawar Bagian Tengah, Desa Neglasari Bagian Selatan, Desa

Binangun, Desa Sukamukti, Kelurahan Purwaharja, Desa Sinartanjung

Bagian Selatan, Desa Mulyasari Bagian Utara dan Timur, Desa Batulawang,

Desa Neglasari, dan Desa Pataruman; dan

Perumahan kepadatan rendah, meliputi Desa Neglasari Bagian Selatan,

Desa Balokang Bagian Selatan dan Tenggara, Kelurahan Situbatu,

Kelurahan Bojongkantong Bagian Barat laut, dan Desa Karyamukti.

Pengembangan kawasan perumahan kepadatan tinggi terdiri atas :

peningkatan kualitas prasarana lingkungan perumahan (sistem

pengelolaan limbah cair domestik dan sistem penanganan

persampahan) dan penyediaan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka

non hijau;

peningkatan kualitas hunian di kawasan perumahan melalui

pembangunan secara vertikal;

II - 8

BAB II 2015

menyediakan prasarana dan sarana umum dengan proporsi 20 % (dua

puluh persen) dari keseluruhan luas lahan perumahan; dan

menetapkan koefisien dasar bangunan maksimal 80% dalam setiap

pembangunan kawasan perumahan.

Pengembangan kawasan perumahan kepadatan sedang terdiri atas :

peningkatan kualitas prasarana lingkungan perumahan dan penyediaan

ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau;

menyediakan prasarana dan sarana umum dengan proporsi 40%

(empat puluh persen) dari keseluruhan luas lahan perumahan;

menetapkan koefisien dasar bangunan maksimal 60% dalam setiap

pembangunan kawasan perumahan; dan

mewajibkan bagi para pengembang perumahan untuk menyediakan

sumur/ kolam resapan bagi setiap pembangunan kawasan perumahan.

Pengembangan kawasan perumahan kepadatan rendah terdiri atas :

peningkatan kualitas prasarana lingkungan perumahan dan penyediaan

ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau;

menyediakan prasarana dan sarana umum dengan proporsi 60% (enam

puluh persen) dari keseluruhan luas lahan perumahan;

menetapkan koefisien dasar bangunan maksimal 40% dalam setiap

pembangunan kawasan perumahan; dan

mewajibkan bagi para pengembang perumahan untuk menyediakan

sumur/ kolam resapan bagi setiap pembangunan kawasan perumahan.

Kawasan peruntukan hutan produksi hutan produksi di Kecamatan

Purwaharja seluas kurang lebih 418,82 hektar, di Kecamatan Pataruman

seluas kurang lebih 506,99 hektar dan di Kecamatan Langensari seluas

kurang lebih 84,01 hektar.

Kawasan Peruntukan industri di Kota Banjar, meliputi:

kawasan industri dan pergudangan; dan

pengembangan industri kecil dan rumah tangga.

Pengembangan kawasan industri ditetapkan sebagai berikut :

mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro sesuai

komoditas unggulan kawasan dan kebutuhan pasar (agroindustri dan

agrobisnis);

mengembangkan industri pengolahan berbasis agro di Kecamatan

Langensari dan Kecamatan Pataruman;

mengarahkan lokasi untuk kawasan industri di Desa Sinartanjung

Kecamatan Pataruman, kawasan pergudangan di Desa Langensari

II - 9

2015 BAB II

Kecamatan Langensari dan Kelurahan Pataruman Kecamatan

Pataruman;

mengendalikan kegiatan industri yang telah ada dari dampak polusi dan

lalu lintas. (mengendalikan dan pencegahan pencemaran dan atau

kerusakan komponen lingkungan hidup dari dampak kegiatan industri

yang telah ada);

mewajibkan kepada kegiatan industri yang baru untuk membuat

dokumen lingkungan hidup sebagai arahan dalam hal upaya

pengelolaan dan pemantauan terhadap kualitas lingkungan hidup; dan

membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis untuk kawasan industri

untuk melihat kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan

hidup, prakiraan mengenai dampak dan resiko lingkungan hidup,

efisiensi pemanfaatan sumber daya alam, tingkat kerentanan dan

kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim dan tingkat ketahanan

dan potensi keanekaragaman hayati.

Kawasan Industri dan pergudangan di Kota Banjar antara lain :

kawasan industri di Kecamatan Pataruman seluas kurang lebih 100

Hektar;

kawasan industri di Kecamatan Banjar seluas kurang lebih 70,38

Hektar;

kawasan industri di Kecamatan Purwaharja seluas kurang lebih 20,00

Hektar; dan

kawasan industri di Kecamatan Langensari seluas kurang lebih 25,42

Hektar.

Rencana pengembangan Industri Kecil dan rumah tangga di Kota

Banjar, meliputi:

mempertahankan dan mengembangkan industri kecil yang

berkembang di perumahan dengan syarat tidak menimbulkan dampak

negatif; dan

menata industri kecil di Desa Langensari, Desa Neglasari, Desa

Cibeureum, Desa Balokang, dan Kelurahan Purwaharja.

Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa di Kota Banjar meliputi:

pasar tradisional;

pusat perbelanjaan modern;

toko modern; dan

perdagangan dan jasa lainnya.

Rencana pengembangan pasar tradisional di Kota Banjar meliputi :

II - 10

BAB II 2015

pengembangan kegiatan pasar agro di Kecamatan Pataruman dan

Kecamatan Langensari;

peningkatan kualitas Pasar Bojongkantong dan Pasar Batulawang; dan

peningkatan kualitas pasar skala pelayanan regional dan/atau kota di

Pasar Banjar Patroman.

Rencana pengembangan pusat perbelanjaan modern, meliputi :

pengembangan kawasan pusat perbelanjaan berkualitas regional pada

koridor jalan arteri yaitu sepanjang Jalan Brigjen M. Isya, Jalan

Siliwangi, Jalan Letjen Suwarto dan Jalan Batulawang;

pengembangan pusat perbelanjaan supermarket di setiap pusat

pelayanan kota, sub pusat pelayanan kota dan pusat lingkungan; dan

pengembangan pusat perbelanjaan direncanakan secara terpadu

dengan kawasan sekitarnya dan wajib memperhatikan kepentingan

semua pelaku sektor perdagangan dan jasa termasuk pedagang

informal atau kegiatan sejenis lainnya.

Rencana pengembangan toko modern, meliputi di Jalan Didi Kartasasmita

dan Jalan Husen Kartasasmita, rencana pengembangan perdagangan dan

jasa lainnya meliputi pengembangan jasa pameran (exhibition center) dan

jasa pertemuan (convention center) di Desa Langensari, Kelurahan

Mekarsari dan Kelurahan Banjar untuk meningkatkan dan mengarahkan

pengembangan jasa penginapan di pusat kota dan sub pusat kota.

Kawasan peruntukan di Kota Banjar, terdiri atas :

kawasan peruntukan perkantoran pemerintahan; dan

kawasan peruntukan perkantoran swasta.

Kawasan peruntukan perkantoran pemerintahan, meliputi :

pengembangan kawasan peruntukan perkantoran Pemerintah Kota di

Kecamatan Purwaharja, Kecamatan Pataruman dan Kecamatan Banjar;

peningkatan kawasan peruntukan perkantoran pemerintah skala

kelurahan dan kecamatan di setiap kecamatan; dan

penyediaan ruang terbuka publik di kawasan peruntukan perkantoran

pemerintahan.

Kawasan peruntukan perkantoran swasta , meliputi:

pengembangan kegiatan perkantoran swasta di Kota Banjar; dan

II - 11

2015 BAB II

kawasan peruntukan perkantoran swasta kecil dapat berlokasi di

kawasan peruntukan perumahan atau kawasan lainnya dengan

memperhatikan akses pelayanan.

Rencana pengembangan kawasan peruntukan perkantoran, meliputi :

penataan kawasan perkantoran di pusat kota;

penambahan kawasan perkantoran baru skala kota di Kecamatan

Banjar, Purwaharja Pataruman, dan Kecamatan Langensari; dan

mendorong penciptaan RTH di kawasan perkantoran.

Kawasan peruntukan pariwisata, meliputi :

pengembangan dan peningkatan wisata air di Sungai Citanduy, Situ

Mustika di Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja dan Situ

Leutik di Desa Cibeureum Kecamatan Banjar;

pengembangan dan peningkatan Waterpark di Lingkungan

Parunglesang Kelurahan Banjar;

pengembangan dan peningkatan wisata kuliner dan belanja di Pusat

Kota dan Doboku;

pengembangan dan Peningkatan wisata agro di Desa Batulawang dan

di Desa Binangun (Santiong);

pengembangan dan peningkatan wisata religi di Rawa Onom

Kecamatan Purwaharja; dan

Kawasan peruntukan ruang sektor informal di Kota Banjar, meliputi :

jalan Dr. Husen Kartasasmita;

Desa Karyamukti dan Desa Mekarharja; dan

jalan R. Hamara Efendi, kawasan alun-alun Kota Banjar, Alun-alun

Langensari, jalan Barisan Keamanan Rakyat, dan jalan Dr. Didi

Kartasasmita serta disetiap lokasi perkantoran dan sekolah.

pengembangan kawasan peruntukan sektor informal diarahkan melalui :

menempatkan sektor informal di lokasi yang direncanakan;

menata kawasan yang dimanfaatkan untuk kegiatan sektor informal;

membatasi pemanfaatan ruang terbuka publik untuk kegiatan sektor

informal dengan pembatasan area dan pengaturan waktu berdagang;

mengoptimalkan fungsi pasar untuk mengakomodir kebutuhan ruang

sektor informal; dan

mewajibkan setiap pengembang mengalokasikan ruang untuk kegiatan

sektor informal.

Kawasan peruntukan ruang terbuka non hijau, meliputi :

II - 12

BAB II 2015

pelataran parkir depan alun-alun Kota Banjar di Kecamatan Banjar;

alun-alun Langensari di Kecamatan Langensari; dan

kawasan Terminal Kota Banjar berupa pelataran terbuka seluas kurang

lebih 2 hektar.

Kawasan parkir yang terdapat di wilayah kota meliputi pusat-pusat

kegiatan perdagangan dan jasa, pariwisata, dan pemerintahan.

Rencana pengembangan kawasan peruntukan ruang terbuka non hijau,

melalui :

menata kembali RTNH yang telah mengalami degradasi secara fungsi

ataupun kualitas ruang;

mengoptimalkan pemanfaatan RTNH untuk kegiatan sosialisasi

masyarakat; dan

mengembangkan RTNH di kawasan komersial, perkantoran, dan

perumahan yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat berinteraksi

masyarakat.

Ruang peruntukan evakuasi bencana, terdiri atas :

kantor Kecamatan, alun-alun Kota Banjar, Mesjid Agung Kota Banjar di

Kecamatan Banjar;

kantor Kecamatan, Puskesmas Pataruman, Sekolah Tinggi, di

Kecamatan Pataruman;

kantor Kecamatan, Puskesmas Purwaharja 2 di Kecamatan Purwaharja;

dan

kantor Kecamatan, alun-alun Langensari, dan Lapangan Sepakbola di

Kecamatan Langensari.

Rencana pengembangan kawasan peruntukan evakuasi, diarahkan

melalui:

menyediakan jalur evakuasi bencana yang terjangkau oleh kendaraan

roda empat pada wilayah-wilayah rawan bencana untuk menjamin

keamanan dan keselamatan pengungsi;

meningkatkan kapasitas kelembagaan dan aparatur penanggulangan

bencana; dan

menyediakan prasarana sarana penunjang proses evakuasi bencana.

Penyediaan ruang dan jalur evakuasi bencana secara rinci diatur dalam

Peraturan Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kawasan peruntukan pertanian, meliputi :

kawasan pertanian hortikulture;

II - 13

2015 BAB II

kawasan pertanian perkebunan;

kawasan pertanian tanaman pangan; dan

kawasan peternakan.

Kawasan pertanian hortikulture memiliki luas 3.249 Hektar.

Kawasan pertanian perkebunan berupa pertanian lahan kering

Kawasan pertanian tanaman pangan Rencana pengembangan tanaman

pangan , diarahkan pada :

mempertahankan pertanian lahan basah sawah beririgasi; dan

rehabilitasi kawasan pertanian.

Rencana pengembangan kawasan perternakan meliputi:

lingkungan Cipadung di Kelurahan Purwaharja, Desa Waringinsari, dan

Kelurahan Bojongkantong untuk pengembangan kawasan ternak sapi,

ternak ungags (bebek dan itik);

desa Karyamukti, Sukamukti, Binangun, dan Desa Balokang untuk

pengembangan ternak domba dan ayam buras; dan

kelurahan Bojongkantong dan Kelurahan Muktisari untuk

pengembangan kawasan ternak kambing dan itik.

Kawasan peruntukan perikanan kawasan peruntukan perikanan budidaya.

Rencana kawasan peruntukan perikanan budidaya .

Pengembangan kawasan pendidikan berupa rencana pengembangan

kawasan pendidikan tinggi di seluruh Kota. Pengembangan kawasan

pendidikan, meliputi:

peningkatan kualitas kawasan pendidikan di Pusat Kota, Sub Pusat Kota

dan Pusat Lingkungan melalui pengaturan kawasan dan penataan

lingkungan;

pengembangan danpeningkatan status pendidikan tinggi di Pusat Kota

yang diarahkan dengan pengintegrasian prasarana pendukungnya

berupa asrama mahasiswa, kegiatan komersial pendukung kegiatan

pendidikan dan RTH dalam satu kawasan; dan

merelokasi prasarana dan sarana pendidikan yang tidak mampu

menyediakan prasarana, sarana dan parkir yang sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Kawasan peruntukan fasilitas kesehatan, meliputi :

peningkatan Rumah Sakit Tipe A di Kota Banjar;

peningkatan kualitas dan kuantitas Rumah Sakit tipe C dan B di Kota

Banjar; dan

II - 14

BAB II 2015

rencana peningkatan Puskesmas Non DTP menjadi Puskesmas DTP di

Kecamatan Pataruman;

rencana peningkatan Puskesmas DTP menjadi Rumah Sakit;

rencana penyediaan puskesmas yang tersebar di seluruh wilayah kota.

Kawasan peruntukan fasiltas peribadatan, meliputi :

pengembangan prasarana dan sarana peribadatan dengan

memperhatikan ketersediaan lahan yang layak, memperhitungkan

kebutuhan umat dan keharmonisan antar umat beragama; dan

penyediaan fasilitas parkir sesuai hierarki dan ketentuan yang berlaku.

Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan meliputi :

Pangkalan Udara TNI AU Langensari;

Batalyon 323 Raider BP di Kecamatan Purwaharja;

Koramil Banjar dan Langensari; dan

Polres, Polsek, dll

Rencana pengembangan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan

negara diarahkan melalui larangan alih fungsi lahan RTH di kawasan

pertahanan dan keamanan menjadi fungsi lain.

2.1.1.8 Wilayah Rawan Bencana

Berdasarkan karakteristik wilayah di Kota Banjar maka lokasi daerah rawan bencana

alam meliputi :

Banjir pada umumnya meliputi wilayah Kecamatan Purwaharja, Pataruman dan

Langensari;

Longsor pada umumnya meliputi wilayah kecamatan Pataruman, Banjar.

Patahan terdapat pada Kecamatan Purwaharja.

Kawasan rawan bencana di Kota Banjar meliputi :

Kawasan rawan bencana alam; dan

Kawasan rawan bencana lainnya.

Kawasan rawan bencana alam di Kota Banjar meliputi :

Kawasan rawan longsor;

Kawasan rawan banjir; dan

Kawasan rawan patahan aktif.

Kawasan rawan bencana lainnya, meliputi :

Kawasan rawan kebakaran; dan

Kawasan rawan kegagalan teknologi.

II - 15

2015 BAB II

Rencana pengelolaan ruang Kawasan rawan bencana secara umum dilaksanakan

melalui:

Pengurangan dampak bencana karena bencana alam dan bencana lainnya;

Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis dan

ancaman bencana;

Pengurangan dampak bencana melalui penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari

permukiman penduduk dan pusat-pusat kegiatan perkotaan;

Pengurangan dan pengendalian pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman

dan fasilitas umum penting lainnya; dan

Pelaksanaan rekayasa teknik dan penyediaan fasilitas guna mengantisipasi

terjadinya bencana.

Kawasan rawan bencana longsor di Kota Banjar meliputi:

Kelurahan Karangpanimbal Kecamatan Purwaharja;

Kelurahan Situbatu, Desa Neglasari (Cikapundung) Kecamatan Banjar; Dan

Desa Batulawang, Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman.

Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana longsor dilakukan, melalui :

menetapkan tingkat bahaya gerakan tanah dan longsor pada masing-masing

kawasan;

memindahkan bangunan dan atau rumah di kawasan rawan gerakan tanah dan

longsor; dan

menetapkan kawasan rawan gerakan tanah dan longsor sebagai ruang terbuka

hijau.

Kawasan rawan bencana banjir di Kota Banjar, meliputi:

Kelurahan Karangpanimbal dan Desa Mekarharja Kecamatan Purwaharja; dan

Desa Langensari Kecamatan Langensari, Desa Binangun, dan Desa Batulawang di

Kecamatan Pataruman.

Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana banjir dilakukan melalui :

Menetapkan tingkat bahaya banjir per masing-masing kawasan;

Memindahkan bangunan dan atau rumah yang ada di kawasan rawan banjir

permanen;

Melakukan perlindungan dan penataan fungsi daerah resapan yang ada di sekitar

lokasi rawan banjir untuk meningkatkan infiltrasi air larian (run off) ke dalam

tanah;

Membuat kanal pengendali banjir; dan

Melakukan normalisasi saluran drainase dan sungai.

II - 16

BAB II 2015

Kawasan rawan bencana patahan aktif terdapat di Kelurahan Purwaharja

Kecamatan Purwaharja dan Desa Binangun Kecamatan Pataruman. Rencana

pengelolaan kawasan rawan bencana patahan aktif dilakukan melalui :

menetapkan tingkat bahaya rawan bencana patahan aktif;

memindahkan bangunan dan/ atau rumah di kawasan rawan bencana patahan;

dan

menetapkan kawasan-kawasan rawan gerakan tanah dan longsor sebagai ruang

terbuka hijau.

Kawasan rawan kebakaran, meliputi :

kawasanpenanggulangankebakaran di kota;

kawasan penanggulangan kebakaran di lingkungan; dan

kawasan penanggulangan kebakaran di bangunan gedung termasuk ketentuan

mengenai satuan relawan kebakaran, serta pembinaan dan pengendaliannya.

Kawasan rawan kegagalan teknologi di Kota Banjar, meliputi :

kawasan yang berada didekat instalasi militer;

kawasan disekitar gardu listrik;

kawasan disekitar depo bahan bakar; dan

kawasan yang diidentifikasi ada penerapan rekayasa tenologi dan berpotensi

bencana.

Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana kegagalan teknologi dilakukan

melalui:

pengaturan pemanfaatan lahan pada kawasan rawan kegagalan teknologi

melalui penerapan rekayasa teknologi; dan

penerapan fungsi sistem deteksi dan peringatan dini pada kawasan rawan

kegagalan teknologi.

2.1.1.9 Profil Demografi

Menurut data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Banjar, jumlah

penduduk Kota Banjar tahun 2013 tercatat sebanyak 187.183 jiwa dengan rincian

sebanyak 94.416 jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 92.767 jiwa

berjenis kelamin perempuan, sehingga angka sex ratio (perbandingan penduduk

laki-laki dan perempuan) mencapai sebesar 101,78. Artinya, dari 100 penduduk

perempuan di Kota Banjar terdapat 101 penduduk laki-laki.

Gambar 2.2Perkembangan Sex Ratio Penduduk Di Kota Banjar Tahun 2009-2013

II - 17

2015 BAB II

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Banjar

Perkembangan sex ratio penduduk di Kota Banjar yang selalu lebih dari 100 mulai

tahun 2009 sampai 2013 menunjukkan bahwa pertambahan penduduk laki-laki yang

tercatat dalam administrasi kependudukan lebih dominan dibandingkan dengan

penduduk perempuan. Dari sisi kelahiran misalnya, penduduk yang lahir dalam

kurun waktu 2009-2013 ternyata lebih banyak berjenis kelamin laki-laki

dibandingkan perempuan, pada tahun 2009 misalnya persentasenya mencapai

sebesar 52,20 persen kemudian melambat menjadi 52,00 persen di tahun 2010, dan

meningkat lagi di tahun 2011 menjadi 52,04 persen dan sedikit melambat di tahun

2012 menjadi 51,72 persen. Sementara untk tahun 2013 sendiri menurun menjadi

48,63 persen.

Sementara itu, distribusi penduduk menurut kecamatan, kecamatan yang paling

banyak jumlah penduduknya adalah Kecamatan Pataruman, yaitu mencapai

sebanyak 57.410 jiwa atau mencapai 30,67 persen dari total penduduk Kota Banjar,

disusul oleh Kecamatan Banjar yang mencapai sebanyak 53.939 jiwa (28,82 persen),

Kecamatan Langensari 53.490 jiwa (28,58 persen) dan yang paling sedikit adalah

Kecamatan Purwaharja, yaitu sebanyak 22.334 jiwa (11,93 persen).

II - 18

BAB II 2015

Gambar 2.3Perkembangan Kelahiran dan kematian Penduduk

Kota Banjar Tahun 2009-2013

Sumber: Dinas Kependudukan dan CapilKota Banjar

Mencermati konstruksi piramida penduduk Kota Banjar tahun 2013 terlihat bahwa

panjang batang penduduk usia muda (0-4) tahun relatif lebih pendek dibandingkan

dengan kelompok usia penduduk diatasnya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

kelahiran semakin terus menurun ditiap generasinya, sehingga upaya-upaya

pemerintah dalam menggalakkan program KB masih terus berjalan walaupun relatif

tersendat semenjak era reformasi. Upaya menurunkan tingkat kelahiran dan

menekan angka kematian pada bayi dan balita sangat penting untuk meningkatkan

kualitas hidup penduduk selanjutnya.

Sedangkan semakin besarnya komposisi penduduk usia produktif (15-64 tahun) di

Kota Banjar yang ditunjukkan dengan panjangnya batang piramida pada kelompok

usia tersebut membutuhkan perhatian yang serius pemerintah terutama dalam

rangka menanggulangi angkatan kerja baru agar tidak berimplikasi membludaknya

jumlah pengangguran.

Gambar 2.4Persentase Piramida Penduduk Di Kota BanjarTahun 2013

Sumber : Dinas Kependudukandan capil Kota Banjar

II - 19

2015 BAB II

2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

a. Pertumbuhan PDRB

Kemajuan ekonomi secara makro seringkali banyak dilihat dari besaran Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) dan laju pertumbuhan ekonominya. Secara konsepsi, PDRB

menggambarkan seberapa besar proses kegiatan ekonomi (tingkat produktivitas

ekonomi) di suatu wilayah, yang dihitung sebagai akumulasi dari pencapaian nilai

transaksi dari berbagai sektor ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu,

PDRB merupakan gambaran nyata hasil aktivitas pelaku ekonomi dalam memproduksi

barang dan jasa. Indikator ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi perkembangan

ekonomi dan sebagai landasan penyusunan perencanaan pembangunan ekonomi.

Tabel 2.1Nilai dan Kontribusi Sektoral dalam PDRB Tahun 2009 s.d 2013

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kota Banjar(dalam milyar)

No Sektor2009 2010 2011 2012 2013

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

1 Pertanian 143.24 20.11 149.50 19.94 153.96 19.49 148.66 17.88 147.80 16.87

2 Pertambangan & Penggalian 2.05 0.29 2.15 0.29 2.11 0.25 2.00 0.24 2.08 0.24

3 Industri Pengolahan 82.53 11.59 86.66 11.56 92.23 11.93 101.18 12.17 106.27 12.13

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 7.27 1.02 7.67 1.02 8.05 1.02 8.42 1.01 8.78 1.00

5 Konstruksi 37.89 5.32 40.70 5.43 43.85 5.55 47.01 5.65 51.47 5.88

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 237.03 33.28 253.81 33.85 40.70 34.06 293.35 35.28 313.63 35.81

7 Penganggkutan dan Komunikasi 50.63 7.11 52.37 6.98 38.11 6.92 58.94 7.09 62.92 7.18

8 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 45.95 6.45 47.49 6.33 47.49 6.40 53.68 6.46 58.90 6.50

9 Jasa-jasa 105.63 14.83 109.48 14.60 109.48 14.37 118.24 14.22 126.03 14.39

PDRB 712.21 100.00 749.85 100.00 789.96 100.00 831.48 100.00 100.00 100.00

Sumber: BPS Kota Banjar, 2009-2013

Selama periode 2009-2013, PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 bergerak dari

712,21 milyar rupiah pada tahun 2009 menjadi sebesar 875,90 milyar rupiah atau

mengalami pertumbuhan sebesar 5,34 persen di tahun 2013.

Tabel 2.2Pertumbuhan PDRB ADHB dan ADHK

Tahun 2012 – 2013 Kota Banjar

No Sektor2012 2013

Hb Hk Hb Hk% % % %

1 Pertanian 3,55 -3,46 10,16 -0,582 Pertambangan & Penggalian 5,99 0,06 11,19 3,383 Industri Pengolahan 12,60 7,33 9,67 5,034 Listrik, Gas dan Air Bersih 8,29 4,52 11,41 4,355 Konstruksi 11,77 7,19 14,74 9,496 Perdagangan, Hotel dan Restoran 10,89 9,02 10,89 6,927 Penganggkutan dan Komunikasi 11,03 7,89 11,01 6,758 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 9,10 6,12 10,55 6,019 Jasa-jasa 10,10 4,18 12,79 6,59

Pertumbuhan PDRB 9,65 5,26 12,33 5,34

Sumber: BPS Kota Banjar, 2009-2013

II - 20

BAB II 2015

Secara agregat, tren laju pertumbuhan ekonomi Kota Banjar selama periode 2009-2013

terlihat terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perekonomian Kota Banjar

tidak mudah goyah terhadap faktor eksternal seperti perubahan gejolak ekonomi

nasional dan ekonomi dunia secara global. Salah satu faktor penyebabnya antara lain

karena perekonomian Kota Banjar telah mempunyai pondasi ekonomi yang kuat yang

ditopang dan digerakkan oleh kemajuan sektor perdagangan dan industri utamanya

usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang telah menjadi urat nadi ekonomi

masyarakat.

Tabel 2.3Nilai dan Kontribusi Sektoral dalam PDRB Tahun 2009 s.d 2013

Atas Dasar Harga Berlaku Kota Banjar(dalam milyar)

No Sektor2009 2010 2011 2012 2013

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

1 Pertanian 274.66 17.24 303.73 17.16 331.47 17.01 343.244 16.07 378.127 15.762 Pertambangan & Penggalian 4.84 0.30 5.37 0.30 5.50 0.28 5.83 0.27 6.481 0.27

3 Industri Pengolahan 187.37 11.76 206.01 11.64 232.03 11.91 261.26 12.23 286.519 11.94

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 16.28 1.02 18.03 1.02 19.05 0.98 20.63 0.97 22.987 0.96

5 Konstruksi 109.07 6.85 121.69 6.88 135.48 6.95 151.43 7.09 173.755 7.24

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 537.29 33.73 609.99 34.47 672.52 34.51 141.72 34.90 850.969 35.46

7 Penganggkutan dan Komunikasi 112.19 7.04 119.15 6.73 127.64 6.55 24.79 6.63 157.318 6.56

8 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 93.58 5.87 100.39 5.67 108.92 5.59 118.83 5.56 131.360 5.47

9 Jasa-jasa 257.59 16.17 285.17 16.12 315.98 16.22 347.89 11.53 392.387 16.35

PDRB 1,592.88 100.00 1,769.54 100.00 1,948.59 100.00 2,136.56 100.00 2.399.906 100.00

Sumber: BPS Kota Banjar, 2009-2013

Secara nominal, selama periode 2009-2013, Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar

Harga Berlaku (PDRB ADHB) Kota Banjar mampu meningkat lebih dari setengah triliun

rupiah, yaitu dari Rp.1.592,88 milyar rupiah di tahun 2009 meningkat menjadi

Rp.2.399,90 milyar rupiah di tahun 2013.

Jika melihat distribusi persentase PDRB Kota Banjar, kontribusi sektor perdagangan,

hotel dan restoran begitu dominan dan terus meningkat, yaitu dari 33,73 persen pada

tahun 2009 meningkat jadi sebesar 35,96 persen pada tahun 2013. Kemudian disusul

oleh sektor jasa yang memiliki pangsa terbesar kedua, yaitu sebesar 16,17 persen di

tahun 2009 meningkat jadi sebesar 16,35 persen di tahun 2013. Sedangkan kontributor

PDRB Kota Banjar terbesar ketiga diperoleh dari sektor pertanian yang memiliki

sumbangan sebesar 15,76 persen pada tahun 2013 yang menurun dari 17,55 persen di

tahun 2009.

b. PDRB Perkapita

Perkembangan PDRB per kapita Kota Banjar selama 5 (lima) tahun terakhir seperti yang

terlihat dalam Tabel 2.4 menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi. PDRB per kapita

Kota Banjar Atas Dasar Harga Berlaku tumbuh sekitar 28,47 persen per tahun pada

II - 21

2015 BAB II

periode 2009 – 2013 yang ditunjukkan dengan adanya kenaikan yang terus menerus tiap

tahun dari Rp.9,48 juta di tahun 2009 menjadi Rp. 13,2 juta rupiah di tahun 2013.

Tabel 2.4 PDRB perkapita Kota BanjarTahun 2009 – 2013 (Rupiah)

PDRB PerkapitaTahun ADH Berlaku ADH Konstan

(1) (2) (3)2009*) 9.482.538 4.239.8762010*) 10.102.587 4.281.0072011*) 10.928.06 4.430.4522012*) 11.867.837 4.618.575

2013**) 13.213.381 4.822.530

*) angka perbaikan**) angka sementaraSumber : Badan Pusat Statistik Kota Banjar

Sementara jika dilihat berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 (dengan

anggapan tidak ada perubahan harga/inflasi), pertumbuhan PDRB per kapita Kota Banjar

selama 5 tahun terakhir bergerak relatif lebih lambat namun laju pergerakannya lebih ke

arah positif. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berada di kisaran 4 (empat) jutaan

rupiah. Pada tahun 2009, PDRB per kapita Kota Banjar masih sebesar 4,24 juta rupiah,

kemudian meningkat perlahan menjadi 4,28 juta rupiah pada tahun 2010, 4,43 juta

rupiah pada tahun 2011, 4,62 juta rupiah pada tahun 2012 dan terakhir pada tahun 2013

telah mencapai 4,82 juta rupiah.

Kondisi tersebut menjelaskan bahwa walaupun secara nominal PDRB per kapita

mengalami peningkatan yang cukup tinggi, tapi secara rill, PDRB per kapita tidak

mengalami perubahan yang signifikan selama periode 2009–2013. Namun demikian,

secara umum pertumbuhan perekonomian Kota Banjar tumbuh jauh lebih cepat

dibandingkan pertumbuhan penduduk yang hanya sekitar 0,89 persen di periode yang

sama.

c. Persentase Penduduk Miskin

Menurut data Susenas 2009 - 2011, dilihat menurut laju angka propinsi jumlah penduduk

miskin Kota Banjar secara agregat cenderung berfluktuatif yaitu dari 14,6 ribu orang

pada tahun 2009, dan bertambah lagi di tahun 2010 menjadi sebanyak 14,8 ribu orang

dan berkurang lagi pada tahun 2011 sebesar 14,6 ribu orang. Masih banyaknya jumlah

penduduk miskin selama periode tahun 2011 seiring bertambahnya jumlah penduduk

dan dipengaruhi dengan harga-harga kebutuhan pokok selama periode tersebut yang

fluktuatif yang digambarkan oleh inflasi umum sebesar 4,17 persen. Akibatnya penduduk

yang tergolong hampir miskin namun penghasilannya berada di sekitar garis kemiskinan

ada yang yang bergeser dari posisi semula . Namun secara relatif selama periode tahun

2009 – 2012 terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 8,64 persen pada tahun

II - 22

BAB II 2015

2009 dan terus menurun menjadi 8,47 persen pada tahun 2010, 8,21 persen pada tahun

2011, 7,80 persen pada tahun 2012 dan 7,11 persen pada tahun 2013.

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Miskin di Kota Banjar

Tahun 2009 - 2013

TahunPenduduk Miskin

Jumlah(Orang) Persen

(1) (2) (3)2009 14.643 8,642010 14.863 8,472011 14.655 8,21

2012*2013*

14.00012.800

7,807.11

Sumber : Susenas dan Penduduk Miskin Jawa Barat 2009-2011 Data dari BPS Kota Banjar

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan,

selama periode 2009-2013. Garis Kemiskinan mengalami perubahan dari 179,144

perkapita per bulan di tahun 2009 menjadi sebesar 193.305 perkapita per bulan di tahun

2010, pada tahun 2011 menjadi sebesar 189.658, tahun 2012 sebesar 234.687 dan tahun

2013 menjadi sebesar 250.311, hal tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi

perubahan harga rata-rata barang komoditas kebutuhan pokok minimum pembentuk

garis kemiskinan (2.100 kilokalori perkapita per hari; Widia Karya Pangan dan Gizi 1978),

yang sejatinya harus terus dipantau dan dikendalikan oleh pemerintah Kota Banjar.

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk

miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan

dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan

kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari

kemiskinan. Tingkat kedalaman kemiskinan diindikasikan oleh Indeks Kedalaman

Kemiskinan (Proverty Gap Index-P1) yang merupakan ukuran rata-rata kesenjangan

pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi

nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

Kemudian tingkat keparahan kemiskinan diindikasikan oleh Indeks Keparahan

Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) yang memberikan gambaran mengenai

penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin

tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

Pada periode tahun 2009 – 2013 Indeks Kedalaman Kemiskinan menunjukan

kecenderungan yang berfluktuatif dimana pada tahun 2009 sebesar 0,86, naik menjadi

1,21 di tahun 2010, naik lagi pada tahun 2011 menjadi 1,24, turun menjadi 0,80 pada

tahun 2012 dan naik kembali pada tahun 2013 menjadi 1,33. Hal tersebut

II - 23

2015 BAB II

mengindikasikan bahwa pada tahun 2010 terjadi kenaikan angka indeks sebesar 0,35

poin, yang artinya rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin menjauh dari garis

kemiskinan kemudian menjauh lagi sebesar 0,03 poin di tahun 2011. Pada tahun 2012

terjadi penurunan angka indeks sebesar 0,44 poin dan pada tahun 2013 terjadi kenaikan

kembali angka indeks sebesar 0,53 poin. Idealnya garis kemiskinan turun diikuti dengan

mengecil juga angka kedalaman kemiskinan, kalau Ini terus diperbaiki maka pengentasan

kemiskinan bisa terwujud.

Pada periode yang sama kecenderungan Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukan

trend yang sama pula, dimana pada tahun 2009 indeks sebesar 0,15 naik di tahun 2010

menjadi 0,25 dan beranjak 0.01 poin pada tahun 2011. Pada tahun 2012 Indeks

Keparahan Kemiskinan turun sebesar 0.13 poin dan pada beranjak naik 0.18 poin pada

tahun 2013. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ketimpangan rata-rata pengeluaran di

antara penduduk miskin pada periode 2009 - 2010 semakin melebar dan tipis

perubahanya pada periode berikutnya. Hal ini menjadi pekerjaan kita sampai sejauh

mana program kemiskinan sampai pada masyarakat yang ada di bawah garis kemiskinan.

Tabel 2.6 Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan

dan Indeks Keparahan Kemiskinan

TahunGaris Kemiskinan Indeks Kedalaman

Kemiskinan

Indeks Keparahan Kemiskinan(Rp)

[1] [2] [3] [4]

2009 179.144 0,86 0,15

2010 193.305 1,21 0,25

2011

2012*

2013*

189.658

234.687

250.311

1,24

0,80

1,33

0,26

0,13

0,31

Sumber : Susenas dan Penduduk Miskin Jawa Barat 2009-2011 Data dari BPS Kota Banjar

2.1.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial

a. Perkembangan Angka Melek Huruf

Angka Melek Huruf (AMH) merupakan angka yang memperlihatkan kemampuan penduduk

dalam membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis merupakan bekal paling

dasar yang harus dimiliki untuk dapat menambah serta mengasah ilmu pengetahuan.

Cakupan penghitungan angka melek huruf disini adalah bagi penduduk usia 15 tahun ke atas

yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya.

Dalam kurun waktu empat tahun terakhir angka melek huruf Kota Banjar mengalami

perkembangan positif. Angka melek huruf pada tahun 2013 mencapai 98,41 persen. Adanya

II - 24

Sumber: Susenas 2010-2013, Badan Pusat Statistik

Sumber: Susenas 2010-2012, Badan Pusat Statistik Suseda 2008-2009, Bappeda dan BPS Provinsi Jawa Barat

BAB II 2015

peralihan dari penduduk usia sekolah 14 tahun menjadi 15 tahun mendorong peningkatan

AMH tersebut. Disisi lain, penduduk buta huruf pada usia lanjut merupakan penghambat

peningkatan AMH.

Gambar 2.5 Persentase Angka Melek Huruf di Kota Banjar Tahun 2010-2013.

b. Perkembangan Angka Rata-rata Lama Sekolah

Sejalan dengan capaian AMH, rata-rata lama sekolah di Kota Banjar juga mengalami

perkembangan positif. Rata-rata lama sekolah Kota Banjar pada tahun 2012 adalah 8,07. Hal

ini berarti bahwa rata-rata penduduk Kota Banjar usia 15 tahun ke atas hanya menempuh

pendidikan sampai kelas 2 SMP. Keadaan tersebut masih jauh dari target program

pendidikan dasar 9 tahun. Program kejar paket A dan B harus terus digalakkan untuk

mencapai target tersebut. Kesabaran dan keuletan sangat dibutukan untuk memotivasi dan

menumbuhkan kembali minat belajar penduduk usia lanjut.

Gambar 2.6 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atasdi Kota Banjar Tahun 2008-2012

II - 25

2008 2009 2010 2011 20127.96

7.98

8.00

8.02

8.04

8.06

8.08

8.01

8.028.03

8.07 8.07

2015 BAB II

c. Perkembangan Angka Partisipasi Kasar

APS hanya menunjukkan partisipasi sekolah secara umum berdasarkan kelompok usia

sekolah. Tidak menutup kemungkinan adanya penduduk yang bersekolah tidak sesuai

dengan jenjang sekolah yang seharusnya ditempuh. Keadaan ini bisa terlihat dari Angka

Partisipasi Kasar (APK). APK menyajikan partisipasi sekolah sesuai jenjang pendidikan yang

sedang ditempuh. Apabila APK bernilai lebih dari 100 persen bisa dipastikan banyak

penduduk bersekolah di luar kelompok usia yang seharusnya. Sebagai contoh umur 6 tahun

sudah sekolah SD. Padahal sesuai ketentuan yang bersekolah pada jenjang SD adalah

penduduk berusia 7-12 tahun. Dimungkinkan juga umur 12 tahun sudah bersekolah SLTP.

Ada juga umur 13 tahun yang masih duduk di SD. Namun jangan diartikan jika APK bernilai

kurang dari 100 persen bermakna bahwa penduduk yang bersekolah pada jenjang sekolah

tersebut sudah sesuai dengan kelompok usia sekolahnya.

Tabel 2.7Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Jenis Kelamin

di Kota Banjar Tahun 2011-2012

Jenjang Pendidikan

Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan

2011 2012 2011 2012 2011 2012

SD 95.33 102.43 106.46 106.20 100.63 104.38SLTP 98.89 105.29 103.17 75.86 100.40 89.40SLTA 82.25 72.20 61.42 79.51 70.48 75.57

PT 18.78 10.34 7.95 12.26 13.51 11.21Sumber: Susenas 2010-2012, Badan Pusat Statistik

Pada tahun 2012 hanya APK SD dan SMA yang mengalami peningkatan dibandingkan

keadaan APK SD dan SMA pada tahun 2011. Nilai APK SD mencapai 104,38 persen pada

tahun 2012. Sementara pada tahun 2011 nilai APK SD 100,63, sedangkan APK SMA

mencapai 75,57 persen pada tahun 2012.

Penurunan nilai APK SMP dan APK PT pada tahun 2012 menunjukkan bahwa penduduk yang

bersekolah di SMP dan PT semakin tepat bersekolah sesuai kelompok usianya dibandingkan

periode sebelumnya. APK SMP turun dari 100,40 persen pada tahun 2011 menjadi 89,10

persen pada tahun 2012. APK PT turun dari 13,51 persen pada tahun 2011 menjadi 11,21

persen pada tahun 2012.

Namun jika dilihat menurut jenis kelaminnya, APK SMP dan APK PT menunjukkan gerak

berbeda. APK SMP jenis kelamin perempuan mengalami penurunan, sesuai dengan APK

SMP total. APK SMP penduduk perempuan turun dari 103,17 persen pada tahun 2011

menjadi 75,86 persen pada tahun 2012. APK SMP penduduk laki-laki naik dari 98,89 persen

pada tahun 2011 menjadi 105,29 persen pada tahun 2012. Pada APK PT, hanya APK PT

penduduk laki-laki yang mengalami penurunan. APK PT penduduk laki-laki turun dari 18,78

persen pada tahun 2011 menjadi 10,34 persen pada tahun 2012. Sementara APK PT

penduduk perempuan menunjukkan peningkatan dari 7,95 persen pada tahun 2011

II - 26

BAB II 2015

menjadi 12,26 persen pada tahun 2012. Peningkatan tersebut berarti semakin banyak

penduduk perempuan di luar usia PT yang bersekolah di jenjang PT.

Pada bahasan APK disebutkan bahwa APK dibawah 100 persen bukan berarti penduduk

yang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu sudah sesuai dengan kelompok usia

pendidikan di jenjang tersebut. Jumlah penduduk bersekolah yang sesuai dengan kelompok

usia dan jenjang sekolah terlihat pada Angka Partisipasi Murni (APM).

d. Perkembangan Angka Partisipasi Murni

Pada bahasan APK disebutkan bahwa APK dibawah 100 persen bukan berarti penduduk

yang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu sudah sesuai dengan kelompok usia

pendidikan di jenjang tersebut. Jumlah penduduk bersekolah yang sesuai dengan kelompok

usia dan jenjang sekolah terlihat pada Angka Partisipasi Murni (APM). Dengan demikian

APM memperlihat penduduk usia 7-12 tahun bersekolah di SD, penduduk usia 13-15 tahun

bersekolah di SLTP dan penduduk usia 16-18 tahun bersekolah di SMA.

Perkembangan APM serupa dengan perkembangan APK. Semakin tinggi jenjang pendidikan

semakin kecil nilai APM yang terbentuk. Pada tahun 2012, APM SD dan APM SMA

mengalami peningkatan. Sementara APM SLTP dan APM PT mengalami penurunan.

Tabel 2.8 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenis Kelamin

diKota Banjar Tahun 2011-2012

Jenjang Pendidikan

Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan

2011 2012 2011 2012 2011 2012SD 91.19 91.01 94.75 97.93 92.89 94.59

SLTP 81.58 83.21 78.37 68.94 80.44 75.50SLTA 60.44 61.23 50.41 58.89 54.78 60.15

PT 13.82 8.55 6.87 9.36 9.85 8.92Sumber: Susenas 2010-2012, Badan Pusat Statistik

APM SD pada tahun 2012 mencapai 94,59 persen. APM SD sebesar 94,59 persen berarti

hanya sekitar 95 dari 100 penduduk berusia 7-12 tahun yang bersekolah di SD. Sementara

sisanya sudah menginjak jenjang pendidikan SMP atau belum bersekolah, putus sekolah dan

alasan lainya yang menyebabkan mereka tidak bersekolah. Keadaan tersebut mengalami

peningkatan sebesar 1,70 poin dibandingkan APM SD tahun 2011. Peningkatan tersebut

didorong oleh peningkatan APM SD penduduk perempuan. Sementara APM SD laki-laki

justru mengalami sedikit penurunan. Nilai APM yang terus meningkat semakin

menunjukkan ketaatan pengelola sekolah mengenai pelaksanaan peraturan usia minimum

masuk SD, yaitu 7 tahun. Apabila hal ini terus meningkat maka di tahun mendatang, usia

sekolah di jenjang pendidikan selanjutnya akan sesuai dengan kelompok usia yang

seharusnya terkecuali adanya siswa yang telat usia masuk sekolah SD atau siswa yang

mengulang.

II - 27

Sumber: Susenas 2011-2012, Badan Pusat Statistik

2015 BAB II

Makna APM diatas dapat menggambarkan ketersediaan tempat/daya tampung sarana

pendidikan yang diisi oleh kelompok usia pada jenjang pendidikan yang bersesuaian. Hal ini

bisa dilihat dengan membandingkan angka APM dengan APS dan APK. Sebagai contoh

keadaan tahun 2012 pada jenjang SMA yang bersesuaian dengan kelompok usia 16-18

tahun: Nilai APS 66,07 persen, APK 75,57 persen dan nilai APM 60,15 persen. Nilai APK

didapat dari perbandingan jumlah siswa yang bersekolah di SMA dengan jumlah penduduk

usia 16-18 tahun. Sehingga bisa diartikan sebagai daya tampung maksimal untuk jenjang

pendidikan SMA. Daya tampung tersebut hanya diisi sebanyak 60,15 persen oleh kelompok

usia 16-18 tahun. Sehingga sisa daya tampung sebanyak 15,42 persen diisi oleh kelompok

usia lainnya. Sebaliknya ada sekitar 5,92 persen kelompok usia 16-18 tahun yang masih

bersekolah di jenjang SLTP atau bahkan sudah kuliah.

Program pendidikan gratis untuk jenjang pendidikan dasar belum bisa dinikmati secara

merata. Hal ini terlihat dari partisipasi sekolah usia 15 tahun ke bawah. Pada kelompok usia

SD masih terdapat satu persen penduduk yang belum bersekolah. Artinya satu diantara 100

penduduk usia 7-12 tahun tidak bersekolah. Jangan sampai daya tampung sekolah menjadi

alasannya. Mengingat nilai APK SD yang lebih dari 100 persen. Artinya ketersediaan kursi di

jenjang SD bisa menampung seluruh penduduk usia 7-12 tahun. Sementara pada usia 13-15

tahun masih ada 5 dari 100 penduduk usia tersebut yang belum mengenyam pendidikan.

e. Perkembangan Angka Pendidikan Yang Ditamatkan

Kualitas sumber daya manusia terlihat dari tingkat pendidikan yang dimiliki. Semakin tinggi

tingkat pendidikan yang ditamatkan maka semakin baik pula kualitas pendidikan

manusianya sehingga semakin baik sumber daya manusia yang dimiliki. Namun dalam

kenyataannya semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin sedikit pula persentase

penduduk yang tamat pada jenjang pendidikan tersebut. Indikator yang digunakan untuk

melihat keadaan di atas adalah ijazah tertinggi yang ditamatkan penduduk usia 10 tahun ke

atas.

Gambar 2.7 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan di Kota Banjar Tahun 2011-2012

II - 28

Sumber: Susenas 2011-2012, Badan Pusat Statistik

BAB II 2015

Dari gambar 2.7 terlihat bahwa mayoritas penduduk usia 10 tahun ke atas berpendidikan SD

ke bawah, lebih dari 55 persen, baik pada tahun 2011 maupun 2012. Perkembangan cukup

menggembirakan diperlihatkan pada jenjang pendidikan tinggi. Persentase penduduk yang

tamat SMA dan akademi/PT meningkat. Penduduk yang tamat SMA sekitar 17,45 persen

pada tahun 2011, menurun dibandingkan keadaan tahun 2012 yang hanya 17,17 persen.

Sementara penduduk yang tamat akademi/PT meningkat dari 5,50 persen pada tahun 2011

menjadi 6,65 persen pada tahun 2012.

Apabila dilihat berdasarkan gender, terlihat bahwa penduduk perempuan yang berijasah SD

kebawah lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki. Hal ini sejalan dengan nilai APK SD

dan APK SMP pada bahasan sebelumnya. Siswa yang bersekolah di tingkat SLTP tentu

memiliki ijasah SD dan siswa yang bersekolah di tingkat SD belum memiliki ijasah.

Sementara pada tingkat yang lebih tinggi terjadi hal sebaliknya. Persentase penduduk laki-

laki berijasah SLTP ke atas cenderung lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan.

Walaupun pada tahun 2012 penduduk perempuan yang berijasah akademi/PT ternyata

lebih tinggi dibandingkan penduduk laki-laki.

Gambar 2.8 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

di Kota Banjar Tahun 2012.

f. Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB)

Ada dua angka kematian bayi yang berbeda pada tabel 2.9. Angka pertama didapatkan dari

penghitungan data yang berasal dari Dinas Kesehatan Kota Banjar. Sementara angka kedua

didapatkan dari pengolahan Susenas yang dilakukan BPS. Perlu dipahami, perbedaan

tersebut terjadi karena metode pengumpulan data yang berbeda. Dinas Kesehatan Kota

Banjar secara rutin memonitor dan meregistrasi setiap kelahiran dan kematian berdasarkan

laporan bidan desa. Sementara penghitungan BPS didasarkan hasil survei dan diharapkan

angka yang terbentuk dapat mencerminkan keadaan sesungguhnya di lapangan.

II - 29

Sumber: *Dinas Kesehatan Kota Banjar Susenas 2011-2012, Badan Pusat Statistik Suseda 2008-2009, Bappeda dan BPS Provinsi Jawa Barat

2015 BAB II

Tabel 2.9 Angka Kematian Bayi (AKB) dan Rata-rata Umur Perkawinan Pertama Wanita

di Kota Banjar Tahun 2007-2012

Tahun AKB* AKBRata-rata Umur

Perkawinan Pertama2007 21.53 35.02 21.742008 18.18 31.50 21.222009 19.43 28.94 20.982010 17.54 n/a 20.632011 16.92 27.33 21.672012 14.06 22.67 23.93

Jika dilihat secara nominal memang menunjukkan perbedaan yang signifikan. Namun

sebenarnya kedua angka tersebut memberikan makna yang sama. Selama tiga tahun

terakhir menunjukkan bahwa angka kematian bayi berada di bawah 30 per seribu kelahiran

hidup sehingga masuk klasifikasi daerah hardrock. Dalam lima tahun terakhir kedua angka

tersebut juga memberikan informasi angka kematian bayi yang semakin kecil tiap tahunnya.

Angka kematian bayi yang semakin kecil mengindikasikan tingkat kesehatan bayi yang

meningkat. Sementara tingkat kesehatan bayi sangat dipengaruhi oleh tingkat

kesejahteraan dan kesadaran orang tua terhadap arti penting kesehatan itu sendiri. Dengan

demikian juga bisa diartikan bahwa tingkat kesejahteraan dan pengetahuan masyarakat

meningkat pula.

Penurunan angka kematian bayi juga diindikasikan sangat berkorelasi dengan umur

perkawinan pertama. Semakin tinggi umur perkawinan pertama maka tingkat kematian bayi

semakin kecil. Dengan logika bahwa semakin dewasa seseorang maka semakin siap secara

fisik dan mental untuk melahirkan, semakin tinggi pula pemahamannya terhadap informasi

penting mengenai segala hal terkait perawatan bayi. Dengan demikian kesehatan bayi akan

lebih diperhatikan.

Rata-rata umur perkawinan pertama Kota Banjar selama kurun waktu lima tahun terakhir

berada di kisaran umur 20 tahun ke atas. Sehingga diperkirakan usia ibu melahirkan juga

berada di kisaran umur tersebut. Usia tersebut merupakan usia ideal melahirkan sesuai

dengan usia melahirkan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) yaitu umur 20-30 tahun.

g. Perkembangan Angka Usia Harapan Hidup (AHH)

Kemajuan di bidang kesehatan seringkali dilihat dari perkembangan indikator angka

harapan hidup. Angka harapan hidup adalah perkiraan rata-rata banyaknya tahun yang

dapat ditempuh seseorang selama hidup. Angka harapan hidup yang tinggi merupakan

target pemerintah. Namun untuk mencapai target tersebut diperlukan usaha menyeluruh

terhadap peningkatan kualitas kesehatan dan pola hidup masyarakat.

II - 30

Sumber: Susenas 2011-2012, Badan Pusat Statistik Suseda 2008-2009, Bappeda dan BPS Provinsi Jawa Barat

BAB II 2015

Angka harapan hidup penduduk Kota Banjar pada tahun 2012 mencapai 71,09 tahun.

Artinya bayi yang dilahirkan pada tahun 2012 di Kota Banjar berpeluang dapat menjalani

hidup lebih dari 71 tahun. Bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2011, angka harapan

hidup Kota Banjar mengalami kemajuan 0,16 poin selama satu tahun. Peningkatan tersebut

lebih tinggi dibandingkan peningkatan pada tahun 2011 yang hanya 0,10 poin. Perlu

diketahui bahwa semakin tinggi angka harapan hidup maka perubahan/kemajuan yang

dicapai akan semakin rendah. Sehingga peningkatan yang terjadi walaupun sedikit demi

sedikit merupakan suatu prestasi.

Gerak indeks angka harapan hidup sejalan dengan gerak angka harapan hidup. Hal ini

ditunjukkan oleh grafik angka harapan hidup dan indeks angka harapan hidup. Namun jika

diamati perubahannya, secara umum menunjukkan trend perubahan yang melambat. Hal

ini sesuai dengan pernyataan sebelumnya bahwa semakin tinggi angka harapan hidup maka

perubahan/kemajuan yang dicapai akan cenderung semakin rendah. Perubahan indeks

angka harapan hidup pada tahun 2012 mencapai 0,27 poin, terjadi peningkatan lebih dari

50 persen dibandingkan perubahan pada tahun 2011.

Gambar 2.9 Angka Harapan Hidup, Indeks Angka Harapan HidupBeserta Perubahannya di Kota Banjar Tahun 2008-2012

Peningkatan angka harapan hidup pada tahun 2012 didukung data penurunan angka

kematian bayi, peningkatan kualitas pada penanganan proses persalinan, pemberian ASI.

Hal ini dikarenakan data penghitungan angka harapan hidup berdasarkan rata-rata anak

lahir hidup dan masih hidup. Sehingga program dan kegiatan untuk peningkatan kualitas

kesehatan bayi dan anak sangat tepat untuk mendongkrak capaian angka harapan hidup.

h. Perkembangan Daya Beli Masyarakat

Daya beli merupakan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uang untuk barang

dan jasa. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh harga-harga riil antar wilayah karena nilai

tukar yang digunakan dapat menaikkan atau menurunkan daya beli.

II - 31

Sumber: Susenas 2011-2012, Badan Pusat Statistik Suseda 2008-2009, Bappeda dan BPS Provinsi Jawa Barat

2015 BAB II

Paritas daya beli Kota Banjar tahun 2012 adalah sebesar Rp. 581.057,- meningkat seiring

dengan semakin tingginya kebutuhan hidup dibandingkan tahun 2011 yang mencatat

paritas daya beli sebesar Rp. 578.360,-. Kenaikan paritas daya beli ini diperkirakan

dipengaruhi oleh semakin membaiknya kondisi ekonomi penduduk. Keadaan tersebut sudah

selaras dengan peningkatan riil PDRB per Kapita. Semakin baik keadaan ekonomi

masyarakat maka kualitas hidup masyarakat pun akan terdorong meningkat.

Gerak indeks daya beli yang tercipta mengikuti nilai paritas daya beli. Selama periode 2008-

2012, peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2009 yang mencapai 0,78 poin, dari 62,18

pada tahun 2008 menjadi 62,96 pada tahun 2009. Peningkatan terendah terjadi pada tahun

2011, yang meningkat 0,61 poin. Sementara pada tahun 2012 terjadi peningkatan sebesar

0,62 poin dari 64,33 pada tahun 2011 menjadi 64,95 pada tahun 2012.

Gambar 2.10 Indeks Daya Beli dan Perubahannyadi Kota Banjar Tahun 2008-2012

i. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia

Secara umum perkembangan IPM Kota Banjar cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Namun jika dilihat dari trend perubahan nilai IPM, perubahan IPM Kota Banjar cenderung

mengalami perlambatan. Nilai IPM Kota Banjar yang berada di kisaran 50,00-79,99

menandakan bahwa IPM Kota Banjar termasuk IPM skala menengah. IPM Kota Banjar pada

tahun 2012 sebesar 75,24. Kondisi tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,29 poin

selama setahun dibandingkan keadaan tahun 2011. Peningkatan tertinggi sebesar 1,04 poin

setahun terjadi pada tahun 2008 dibandingkan tahun 2007.

II - 32

Sumber: Susenas 2011-2012, Badan Pusat Statistik Suseda 2008-2009, Bappeda dan BPS Provinsi Jawa Barat

BAB II 2015

Gambar 2.11 IPM, Peningkatan IPM dan Reduksi Shortfall IPM Kota BanjarTahun 2008 – 2012

Besar kemajuan atau kemunduran dari pencapaian sasaran pembangunan manusia di suatu

daerah selama kurun waktu tertentu dapat dilihat melalui reduksi shortfall. Dengan kata

lain, melalui reduksi shortfall ini dapat dilihat kecepatan perkembangan IPM suatu daerah.

Terdapat sebuah kecenderungan dalam pencapaian IPM, jika nilai IPM semakin mendekati

nilai maksimumnya (100 persen), maka pertumbuhannya akan semakin lambat. Sebaliknya

jika angka capaian IPM masih berada pada level yang rendah maka kemampuan untuk

memacu pertumbuhan yang tinggi dalam capaian IPM akan lebih mudah.

Reduksi shortfall Kota Banjar mencapai 1,18 pada tahun 2012. Reduksi shortfall tersebut

lebih tinggi dibandingkan keadaan pada tahun 2011. Keadaan tersebut berarti usaha-usaha

yang dilakukan pemerintah Kota Banjar untuk meningkatkan capaian nilai IPM pada tahun

2012 lebih besar pengaruhnya dibandingkan usaha pada tahun 2011. Bila dilihat dalam

kurun waktu lima tahun terakhir, pencapaian reduksi shortfall terbesar terjadi pada tahun

2009, mencapai 3,77.

j. Perkembangan Penduduk Pencari Kerja

Dinas Sosnaker Kota Banjar mencatat, jumlah pencari kerja yang terdaftar dari tahun 2009

sampai dengan tahun 2011, untuk pencari kerja laki-laki terus mengalami penurunan. Di

tahun 2009 misalnya, jumlah pencari kerja di Kota Banjar baru tercatat sebanyak 2.006

orang, dan berkurang di tahun berikutnya menjadi 1.906 orang (2010) dan berkurang lagi di

tahun 2011 menjadi sebanyak 1.720 orang. Sedangkan untuk para pencari kerja wanita

pada tahun 2010 sempat mengalami kenaikan sebesar 200 orang dari tahun sebelumnya,

hal dikarenakan adanya pabrik/industri PMA yang banyak memperkerjakan tenaga wanita.

II - 33

2015 BAB II

Tabel : 2.10 Banyaknya Penduduk Pencari Kerja Menurut Jenis Kelamin

Di Kota Banjar Tahun 2011 – 2013

Kecamatan2011 2012 2013

Laki-Laki Perem-puan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]

01 Banjar 513 453 580 456 521 44202 Purwaharja 410 341 335 291 371 33303 Pataruman 488 435 519 455 531 44404 Langensari 309 338 363 290 356 335

Jumlah 1 720 1 567 1 797 1 492 1779 1554Sumber : Dinas Sosial, dan Tenaga Kerja Kota Banjar

Jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikannya, data Dinas Sosnaker menunjukkan bahwa

pencari kerja terdaftar adalah mereka yang sebagian besar memiliki bekal pendidikan cukup

tinggi (SMP/SMA/univ keatas), yaitu mencapai sebesar 70,25 persen. Artinya lebih dari

tujuh puluh persen penganggur di Kota Banjar adalah para pencari kerja terdidik, yang

tentunya diperlukan penanganan yang lebih kompleks, terutama penyediaan lapangan kerja

yang kompeten dan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki. Karena terdapat

kecenderungan biasanya pencari kerja terdidik relatif lebih selektif mencari lowongan kerja

dan memerlukan proses panjang dalam menentukan pekerjaan yang sesuai dengan

keahliannya.

Tabel : 2.11Banyaknya Penduduk Pencari Kerja Yang Terdaftar

Menurut Tingkat Pendidikan Di Kota Banjar Tahun 2013

TingkatPendidikan

Penduduk Pencari KerjaLaki-Laki Perempuan Jumlah

[1] [2] [3] [4]01 Tidak Tamat SD - - -02 SD/Sdrjt 89 87 17603 SLTP/Sdrjt 296 238 53404 SLTA/Sdrjt 1.077 909 1.98605 D1-D3 80 88 16806 S1 235 213 46607 S2 2 1 308 Lain-lain - - -

Jumlah 1.779 1.554 3.3332012 1.797 1.492 3.2892011 1.720 1.567 3.2872010 1.906 1.964 3 .70

Sumber : Dinas Sosial, dan Tenaga Kerja Kota Banjar

Sampai saat ini, sub sektor pekerjaan yang sangat diminati oleh para pencari kerja terdidik

adalah jasa pemerintahan. Cukup banyak lulusan pendidikan tinggi menggantungkan cita-

citanya agar dapat bekerja sebagai PNS, mereka berlomba-lomba mengikuti testing CPNS

setiap tahunnya. Akan tetapi, seiring dengan peningkatan efektifitas dan efiensi kinerja PNS,

rekrutmen CPNS relatif sangat terbatas dan kuotanya relatif sangat minim dibandingkan

II - 34

BAB II 2015

dengan membludaknya animo masyarakat (pencari kerja terdidik) yang berhasrat menjadi

PNS.

2.1.2.3 Fokus Seni, Budaya dan Olahraga

Ragam kesenian tradisional terorganisir yang berada di Kota Banjar antara lain kesenian

karawitan berupa degung, kliningan, calung, anguk, lingkung seni dan lain-lain. Begitupun seni

teater modern yang terorganisir tercatat ada 1 (satu) buah di Kecamatan Banjar.

Tumbuh kembangnya variasi peminat hiburan seni musik cukup membantu bertahannya

beberapa organisasi seni musik ditengah derasnya hiburan media televisi dan media digital

lainnya. Data tahun 2011 mencatat masih terdapat sebanyak 8 lingkung seni calung, 13 seni

anguk. Disamping itu terdapat pula organisasi seni musik modern seperti orkes melayu, orkes

pongdut dan entertainment dan 1 gedung olahraga yang dapat membantu masyarakat kota

Banjar dalam berolahraga disamping fasiltas umum seperti taman terbuka kota dan jogging track

serta lapangan stadion patroman.

Tabel 2.12Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2008 s.d 2012

Kota Banjar

No Capaian Pembangunan 2009 2010 2011 2012 2013

1 Jumlah grup kesenian 19 21 21 116 1162 Jumlah gedung kesenian - - - - -3 Jumlah klub olahraga - - - - -4 Jumlah gedung olahraga - - 1 1 1

Sumber : BDA 2013

Pada tahun 2013 perkembangan seni di kota Banjar cukup signifikan yakni sebanyak 116 jumlah

grup kesenian yang tersebar diberbagai kecamatan yakni 41 grup seni terdapat di kecamatan

Banjar, 9 grup seni terdapat di kecamatan Purwaharja, 33 grup seni yang berada di kecamatan

Pataruman dan 33 grup seni yang berada di kecamatan Langensari

Tabel 2.13Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Tahun 2013

Menurut Kota/Kecamatan kota Banjar

No Kabupaten/Kota/Kecamatan*)Jumlah grup

kesenianJumlah gedung

kesenianJumlah klub

olahragaJumlah gedung

olahraga

1 Kecamatan Banjar 41 - - -2 Kecamatan Purwaharja 9 - - -3 Kecamatan Pataruman 33 - - 14 Kecamatan Langensari 33 - - -

Jumlah 116Sumber : BDA 2013

Berdasarkan perkembangan Seni , Budaya dan Olahraga yang terorganisir di kota Banjar dapat

menunjang peran serta masyarakat dalam mempertahankan kearifan budaya Tradisional

ditengah-tengah Modernisasi dan budaya-budaya luar yang dapat mempengaruhi kearifan

budaya lokal tersebut.

II - 35

2015 BAB II

2.1.3 Aspek Pelayanan Umum

2.1.3.1 Capaian Kinerja Layanan Urusan Wajib

a. Pendidikan

Pembangunan pendidikan memiliki fungsi strategis untuk meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia. Keberhasilan pembangunan pendidikan akan mampu memberikan

kontribusi bagi terciptanya insan yang mandiri dan bermartabat. Pendidikan diharapkan dapat

meningkatkan kompetensi masyarakat terutama kemampuan memecahkan masalah.

Perkembangan pembangunan pendidikan salah satunya dapat terlihat dari indikator

tingkat partisipasi sekolah. Angka Partisipasi Sekolah (APS) menunjukkan tingkat partisipasi

penduduk yang bersekolah. Biasanya APS disajikan menurut kelompok umur sekolah yaitu usia

7-12 tahun untuk tingkat SD sederajat, usia 13-15 tahun untuk SLTP sederajat, umur 16-18 tahun

untuk SMA sederajat dan usia 19-24 untuk tingkat akademi/perguruan tinggi.

Tabel 2.14

No Jenjang PendidikanTahun

Rata-rata2008 2009 2010 2011 2012

1 SD/MI (7-12 th)Jumlah siswa kelompok usia 7-12 th yg sekolah

21.304 22.584 19.489 21.223 19.691

Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 th

22.061 22.789 19.736 21.555 20.393

APS SD/MI 96,57 99,10 98,75 98,46 96,56 98,362 SMP/MTs (13-15 th)

Jumlah siswa kelompok usia 13-15 th yg sekolah

10.973 9.940 10.488 8.850 10.338

Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 th

11.985 11.185 11.840 9.628 9.556

APS SMP/MTs 91,56 88,87 88,58 91,92 108,18 91,103 SMA/MA (16-18 th)

Jumlah siswa kelompok usia 16-18 th yg sekolah

4.651 5.143 6.600 5.582 10.733

Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 th

9.358 9.455 10.408 9.316 9.841

APS SMA/k/MA 49,7 54,40 63,42 59,92 109,06 58,70 Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kota Banjar Tahun 2008-2012

APS 100 persen merupakan kondisi ideal yang ingin dicapai, terutama untuk pendidikan

dasar 9 tahun (SD dan SMP). Apabila APS kurang dari 100 persen maka selisih angka tersebut

menunjukkan persentase penduduk yang tidak bersekolah pada setiap kelompok umur.

Selama kurun waktu 2008-2012, perkembangan APS memang fluktuatif untuk semua

jenjang pendidikan, untuk APS SD/MI misalnya, APS tertinggi dicapai pada tahun 2009 dengan

persentase sebesar 99,10 persen sementara APS terendah pada tahun 2008 dengan persentase

sebesar 96,57 persen. Dalam kurun waktu tersebut, rata-rata APS SD/MI sebesar 98,36 persen

yang berarti bahwa sebanyak 1,64 persen dari penduduk usia 7-12 tahun tidak/belum

bersekolah.

Semakin tinggi kelompok usia sekolah semakin rendah nilai APS yang tercipta. Dengan kata

lain semakin tinggi kelompok usia sekolah semakin tinggi pula jumlah siswa yang tidak

II - 36

BAB II 2015

bersekolah. Hal ini sangat wajar mengingat semakin tinggi jenjang sekolah semakin tinggi pula

biaya sekolah yang dibutuhkan. Apalagi adanya kendala pada keadaan ekonomi keluarga yang

memaksa penduduk usia sekolah untuk ikut bekerja. Untuk memperkecil tingkat putus sekolah

terutama pada sekolah lanjutan atas dan sekolah tinggi, berbagai program pendidikan baik dari

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah digulirkan.

Namun faktor daya tampung sekolah turut mempengaruhi tingkat partisipasi sekolah.

Semakin tinggi jenjang pendidikan semakin sedikit sarana pendidikan yang tersedia. Disamping

ada alasan lainnya yang menyebabkan tidak melanjutkan sekolah. APS hanya menunjukkan

partisipasi sekolah secara umum berdasarkan kelompok usia sekolah. Tidak menutup

kemungkinan adanya penduduk yang bersekolah tidak sesuai dengan jenjang sekolah yang

seharusnya ditempuh.

Di lihat dari peningkatan ketersediaan sekolah dan penduduk usia sekolah di Kota Banjar

dari tahun ketahun Pemerintah Kota Banjar selalu meningkatkan ketersediaan gedung-gedung

sekolah di seluruh Kota Banjar yang ditunjang dengan peningkatan sarana dan prasarana yang

memadai untuk terselenggaranya dan terciptanya masyarakat yang berpendidikan dan

berakhlaq sesuai dengan Visi Misi Kota Banjar menyongsong era globalisasi dengan memiliki

sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan jenjang pendidikan yang telah ditempuh

oleh berbagai lapisan masyarakat Kota Banjar.

Secara keseluruhan ketersediaan gedung-gedung sekolah di Kota Banjar baik itu untuk

gedung SD, SMP ataupun SMA sejak 5 (lima) Tahun terahir ini ada penambahan jumlah, pada

tahun 2008 terdapat 88 gedung sekolah tingkat SD/MI, 16 gedung SMP/MTs dan 15 gedung

SMA/MA/SMK. Sampai dengan tahun 2012, gedung SD/MI bertambah 3 gedung menjadi 91

gedung sekolah, untuk gedung SMP/MTs bertambah 1 unit menjadi 17 gedung. Sementara untuk

gedung SMA/MA/SMK bertambah 2 gedung menjadi 17 gedung pada tahun 2012.

Tabel 2.15 Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah

Tahun 2008 s.d .2012 Kota Banjar

No Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012

1 SD/MI1.1 Jumlah Gedung Sekolah 88 89 91 91 911.2 Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 thn 22.061 22.789 19.736 21.555 20.3931.3 Rasio 250,69 256,06 216,88 236,87 224,09

2 SMP/MTs

2.1 Jumlah Gedung Sekolah 16 16 16 16 172.2 Jumlah penduduk kelompok usia 13-15 thn 11.985 11.185 11.840 9.628 9.5562.3 Rasio 749,06 699,06 740,00 16,62 562,12

3 SMA/MA/SMK3.1 Jumlah Gedung Sekolah 15 15 16 15 173.2 Jumlah penduduk kelompok usia 16-18 thn 9.358 9.455 10.408 9.316 9.8413.3 Rasio 623,87 630,33 650,50 621,07 578,88

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Banjar

II - 37

2015 BAB II

Tabel 2.16 Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2012

Menurut Kabupaten/Kota/Kecamatan Kota Banjar

NoKabupaten/Kota/

Kecamatan*)

SD/MI SMP/MTsJumlah gedung sekolah

jumlah penduduk

usia 7-12 thRasio

Jumlah gedung sekolah

jumlah penduduk

usia 13-15 thRasio

(1) (2) (3) (4) (5=3/4) (6) (7) (8=6/7

)1 Kecamatan Banjar 26 5.514 1 : 212 11 2.918 1 : 2652 Kecamatan Purwaharja 11 2.125 1 : 193 5 996 1 : 199

3 Kecamatan Pataruman 38 6.127 1 : 161

9 2.837 1 : 317

4 Kecamatan langensari 38 5.758 1 : 152 4 3.019 1 : 755

Jumlah 113 19.524 1 : 173 29 9.770 1 : 337

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Banjar

Adapun untuk menunjang terselenggaranya pencapaian jenjang pendidikan yang sesuai

dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, Pemerintah Kota Banjar selalu meningkatkan

kemampuan SDM guru dan jumlah guru yang ditempatkan sesuai dengan jenjang usia

pendidikan yang ada. Pada jenjang pendidikan dasar 5 tahun terahir ini ketersedian tenaga

pengajar yang ada di Kota Banjar terus meningkat dimana pada tahun 2009 dari jumlah

murid tingkat SD/MI sebanyak 20.082 orang guru yang membidangi sesuai dengan tingkat

pedidikan sebanyak 1.307 dengan perbandingan rasio 1:15 ini menunjukan penanganan

akan kebutuhan pendidikan cukup baik pada rombel di ruang kelas yang rata-rata 1 orang

guru bidang. Dan pada tahun 2013 ketersedian guru sebagai tenaga pengajar menunjukan

peningkatan yang cukup memadai yakni sebanyak 1.204 guru dengan perbandingan rasio

1:16 pada tingkatan jumlah murid sebanyak 19.295 orang siswa. Untuk jenjang SMP/MTs

tidak jauh berbeda dengan tingkat SD/MI dimana untuk tahun 2009 jumlah guru sebanyak

751 orang dengan jumlah siswa 10.049 orang pada kisaran rasio 1:14 menjadi 703 orang

guru pada tahun 2013 dengan jumlah siswa 10.651 pada rasio 1:15.

Tabel 2.17 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar

Tahun 2009 s.d .2013 Kota Banjar

NO Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013

1 SD/MI1.1. Jumlah Guru 1.307 1.270 1.285 1.270 1.2041.2. Jumlah Murid 20.082 19.986 20.104 19.691 19.2951.3. Rasio 1 : 15 1 : 15 1 : 16 1 : 16 1 : 16

2 SMP/MTs2.1. Jumlah Guru 751 763 715 747 7032.2. Jumlah Murid 10.049 10.352 10.270 10.338 10.6512.3. Rasio 1 : 14 1 : 14 1 : 14 1 : 14 1 : 15

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Banjar

Penyebaran guru di kota Banjar berdasarkan data dari Dinas Pendidikan juga semakin merata

pada tingkat kecamatan dan tersebar sesuai dengan ketersedian guru dan jumlah siswa

II - 38

BAB II 2015

dimana ketersedian guru paling banyak terdapat di Kecamatan Pataruman untuk tingkat

SD/MI sebanyak 325 orang guru dengan jumlah siswa 5.855 dan jumlah guru terbanyak untuk

tingkat SMP/MTS terdapat di Kecamatan Langensari sebanyak 253 orang Guru dengan

jumlah siswa sebanyak 3.670 orang.

Tabel 2.18 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan DasarMenurut Kabupaten/Kota/Kecamatan tahun 2013

NOKabupaten/Kota/

Kecamatan*)

SD/MI SMP/MTsJumlah Guru

Jumlah Murid Rasio Jumla

h GuruJumlah Murid Rasio

(1) (2) (3) (4)(5=3/4

) (6) (7)(8=6/7

)1 Kecamatan Banjar 325 5.855 1 : 18 261 3.820 1 : 152 Kecamatan Purwaharja 108 1.902 1 : 18 52 765 1 : 153 Kecamatan Pataruman 397 5.987 1 : 15 163 2.229 1 : 144 Kecamatan langensari 374 5.551 1 : 15 227 3.837 1 : 17

Jumlah 1.204 19.295 1 : 16 703 10.651 1 : 15Sumber Data : Dinas Pendidikan Kota Banjar

b. Kesehatan

Di sektor kesehatan pemerintah Kota Banjar menunjukan keseriusannya dalam memberikan

pelayanan kesehatan pada masyarakat dengan meningkatkan jumlah Posyandu yang tersebar

di seluruh tingkatan tatanan kemasyarakatan dengan tujuan untuk menekan tingkat kematian

Balita dan Gizi buruk, dengan ketersedian Posyandu yang cukup memadai diharapkan

terciptanya generasi Pemerintah Kota Banjar yang sehat dan cerdas.

Tabel 2.19 Jumlah Posyandu dan Balita

Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar

No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

1. Jumlah posyandu 189 192 196 199 2092. Jumlah balita 14.760 14.373 14.503 14.093 14.0953. Rasio 86,31 76,04 73,19 71,90 66,80

Sumber : Dinas Kesehatan kota Banjar

Secara keseluruhan penyebaran posyandu di tingkat Kecamatan-kecamatan di Kota Banjar

tiap tahun nya menunjukan peningkatan dengan pelayanan kesehatan yang beragam dan

jumlah Balita yang terlayani dari tahun 2013 menurut data dari Data dari Dinas Kesehatan di

Kecamatan Banjar ada 82 Posyandu dengan jumlah Balita yang terlayani sebanyak 4.704

orang dari jumlah penduduk sebanyak 53.939 orang. Di Kecamatan Purwaharja ada 25

posyandu dan melayani 1.889 orang Balita dengan jumlah penduduk sebanyak 22,334

orang. Adapun di kecamatan Pataruman dan Kecamatan Langensari masing-masing 49 dan

53 Posyandu yang ada dapat melayani Kesehatan balita sebanyak 4.247 dan 3.885 orang dari

jumlah penduduk 57.410 orang dan 53. 904 orang, dari data tersebut dengan rasio rata-rata

di atas 50% dengan jumlah tenaga Medis yang cukup sesuai dengan bidang nya maka

II - 39

2015 BAB II

pelayanan kesehatan di Kota Banjar dapat dikatakan cukup Baik dan ini dapat dilihat dari

berbagai penghargaan di bidang Kesehatan yang dapat di peroleh oleh Pemerintah Kota

Banjar seperti MDGs Kesehatan Ibu dan Anak berdasarkan keberhasilan pencapaian

Indikator sesuai dengan program yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Kota Banjar.

Tabel 2.20 Jumlah Posyandu dan Balita

Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar

No Kecamatan Jumlah posyandu Jumlah balita Rasio(1) (2) (3) (4) (5=4/3)1 Kecamatan Banjar 82 4.704 57,362 Kecamatan Purwaharja 25 1.889 75,563 Kecamatan Pataruman 49 4.247 86,674 Kecamatan Langensari 53 3.885 73,30

Jumlah 209 14.095 66,80Sumber : Dinas Kesehatan

Tabel 2.21 Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu

Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar

No Uraian 2009 2010 2011 2012 20131. Jumlah Puskesmas 9 10 10 10 102. Jumlah Poliklinik 26 46 56 68 683. Jumlah Pustu 9 9 9 9 94. Jumlah Penduduk 183.046 185.043 197.338 203.512 187.1835. Rasio Puskesmas persatuan

penduduk20,33 18,504 17,51 20,351 18,781

6. Rasio Poliklinik persatuan penduduk 7,040 4,022 3,127 2,992 2,9927. Rasio Pustu persatuan penduduk 20,338 20,560 19,461 22,612 20,798

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banjar

Tabel 2.22 Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu

Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar

No KecamatanJumlah

Penduduk

Puskesmas Poliklinik Pustu

Jumlah Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rasio

(1) (2) (3) (4) (5=4/3) (6) (7=6/3) (8) (9=8/3)

1 Kecamatan Banjar 53.939 3 17.976 36 1.498 3 17.976

2Kecamatan Purwaharja 22.344 2 11.172 4 5.586 2 11.172

3 Kecamatan Pataruman

57.410 3 19.136 21 2.733 3 19.136

4 Kecamatan Langensari 53.490 2 26.745 7 7.641 1 53.490

Jumlah 187.183 10 18.781 68 2.992 9 20.798Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banjar.

II - 40

BAB II 2015

Tabel 2.23 Jumlah dan Rasio Rumah Sakit Per jumlah Penduduk

Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar

No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

1.Jumlah Rumah Sakit Umum (Pemerintah)

1 1 1 1 1

2.Jumlah Rumah Sakit Jiwa/Paru dan penyakit khusus lainnya milik pemerintah

0 0 0 0 0

3.Jumlah Rumah Sakit AD/AU/ AL/POLRI

0 0 0 0 0

4. Jumlah Rumah Sakit Daerah 0 0 0 0 0

5. Jumlah seluruh Rumah Sakit 1 1 1 1 1

6. Jumlah Penduduk 183.046 185.043 197.157 203.512 187.183

7. Rasio 183.046 185.043 197.157 203.512 187.183

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banjar

Tabel 2.24 Jumlah Rumah Sakit

menurut Kecamatan tahun 2013 Kota Banjar

NO KecamatanJumlah

Penduduk

Rumah Sakit Umum

(Pemerintah)

RS Jiwa/Paru

dan penyakit khusus lainnya

milik pemerinta

h

Rumah Sakit

AD/AU/ AL/POLRI

Rumah Sakit

Daerah

Rumah Sakit

SwastaTotal

Jmlh Rasio Jmlh Rasio JmlhRasi

oJmlh

Rasio

Jmlh Rasio Jmlh Rasio

1 Kecamatan Banjar 53.939 0 0 0 0 226.96

92

26.969

2 Kecamatan Purwaharja 22.344 0 0 0 0 0 0

3 Kecamatan Pataruman 57.410 157.41

00 0 0 0 1

57.410

4 Kecamatan Langensari 53.490 0 0 0 0 0 0

Jumlah 187.183 157.41

00 0 0 2

26.969

384.37

9Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banjar

Tabel 2.25 Jumlah Dokter Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar

No Uraian 2009 2010 2011 2012 20131 Jumlah Dokter 71 69 73 73 732 Jumlah Penduduk 183.046 185.043 197.157 203.512 187.1833 Rasio 2,578 2,681 2,339 2,787 2,636

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banjar

Tabel 2.26 Jumlah Dokter Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar

II - 41

2015 BAB II

No Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Dokter Rasio

(1) (2) (3) (4) (5=4/3)

1 Banjar 53.939 38 1.4192 Purwaharja 22.344 3 7.4483 Pataruman 57.410 44 1.3054 Langensari 53.490 3 17.830

Jumlah 187.183 88 2.127Sumber : Dinas Kesehatan Kota Banjar

Tabel 2.27 Jumlah Tenaga Medis Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar

No Uraian 2009 2010 2011 2012 20131 Jumlah Tenaga Medis 456 431 410 410 4102 Jumlah Penduduk 183.046 185.043 197.157 203.512 187.183

3 Rasio 401 429 480 496 456Sumber : Dinas Kesehatan

Tabel 2.28 Jumlah Tenaga Medis Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar

No Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Tenaga Medis Rasio(1) (2) (3) (4) (5=4/3)

1 Kecamatan Banjar 53.939 109 4942 Kecamatan Purwaharja 22.344 13 1.7183 Kecamatan Pataruman 57.410 272 2114 Kecamatan Langensari 53.490 20 2.674

Jumlah 187.183 414 452Sumber : Dinas Kesehatan

c. Pekerjaan Umum

Panjang jalan di Kota Banjar dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 bertambah 3,5 Km,

penambahan panjang jalan dilakukan dengan melihat perkembangan pembangunan di Kota

Banjar yang terus mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk

dan pembangunan sarana dan prasarana penunjang permukiman lainnya.

Perubahan lain dari jaringan jalan di Kota Banjar antara lain adalah adanya peningkatan

panjang jalan yang memiliki kondisi dalam tingkatan baik, yaitu sepanjang 187,80 Km dalam

kurun waktu 5 tahun dari tahun 2009 – 2013. Peningkatan kondisi tersebut dalam bentuk

Lapen, Pengaspalan, dan hotmix. Berbanding lurus peningkatan panjang jalan dalam kondisi

baik maka panjang jalan yang memiliki kondisi rusak mengalami penurunan, yaitu 3,54 Km.

Tabel 2.29 Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi

Tahun 2009 s.d Tahun 2013 Kota Banjar

NO Kondisi JalanPanjang Jalan (km)

2009 2010 2011 2012 20131. Kondisi Baik 180,86 134,43 178,91 196,86 187,802. Kondisi Sedang Rusak 42,25 83,58 53,31 31,26 43,683. Kondisi Rusak 12,52 31.03 16.82 16,52 16,064. Kondisi Rusak Berat

II - 42

BAB II 2015

NO Kondisi JalanPanjang Jalan (km)

2009 2010 2011 2012 20135. Jalan secara keseluruhan (nasional,

provinsi, dan kabupaten/kota)244,04 249,04 249,04 244,64 247,54

Tabel 2.30 Rasio Jaringan Irigasi

Tahun 2009 – 2013 Kota Banjar

No Jaringan IrigasiPanjang Jaringan

2009 2010 2011 2012 20131. Jaringan primer 5.562,00 5.562,00 5.562,00 5.562,00 5.562,002. Jaringan Sekunder 32.394,00 32.394,00 32.394,00 32.394,00 32.394,003. Jaringan Tersier 39.952,95 39.952,95 39.952,95 39.952,95 39.952,954. Irigasi Desa 15.133,45 15.133,45 15.133,45 15.133,45 15.133,455. Luas lahan budidaya 3.343,48 3.343,84 3.318,97 3.335,97 3.335,976. Rasio 27,83 27,82 28,03 27,89 27,89

Panjang jaringan irigasi (primer, sekunder dan jaringan tersier) pada tahun 2009 – 2013 tidak

mengalami perubahan, demikian pula dengan jaringan irigasi pedesaan. lahan budidaya di

Kota Banjar adalah lahan sawah yang terdiri dari sawah teknis, sawah yang dialiri oleh irigasi

desa dan sawah tadah hujan.

Tahun 2009 dari luas lahan budidaya sebesar 3.343,48 Hektar, lahan sawah yang beririgasi

teknis seluas 1.902,03 Ha, beririgasi desa seluas 285,96 Hektar dan Lahan Sawah tadah hujan

seluas 1.155,49 Hektar. Adanya penurunan luasan lahan pertanian berigasi teknis sebesar

18,24 hektar yang berubah fungsi menjadi sawah tadah hujan di daeah irigasi Rawa Onom.

Tahun 2010 luas lahan budidaya tidak mengalami perubahan, baik pertanian beririgasi teknis,

irigasi desa, ataupun sawah tadah hujan.

Tahun 2011 luas lahan budidaya mengalami penurunan sebanyak 24, 87 Ha dari 3.318,97

Hektar menjadi 3.335,97 Hektar, ini terjadi pada sawah tadah hujan, sedangkan tahun 2012

lahan budidaya mengalami peningkatan sebesar 17 Hektar karena adanya pengembangan

sawah yang beririgasi teknis di Daerah Irigasi Lakbok Utara.

Tabel 2.31 Rasio Jaringan Irigasi

menurut Kecamatan tahun 2013 Kota Banjar

No Kecamatan

Panjang Jaringan Irigasi Total Panjang Jaringan

Irigasi

Luas lahan budidaya

RasioPrimer Sekunder Tersier

Irigasi Desa

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7=3+4+5+6) (8) (9=8/7)1 Banjar - - - 4.725,30 4.725,30 515,62 9,162 Pataruman 5.562,00 - 6.547,90 6.449,45 18.559,35 840,88 22,073 Purwaharja - 12.964,00 - 300,00 13.264,00 548,86 24,174 Langensari - 19.430,00 33.405,05 3.658,70 56.493,75 1.430,61 39,49

Jumlah 5.562,00 32.394,00 39.952,95 15.133,45 93.042,40 3.335,97 94,89

II - 43

2015 BAB II

Rasio jaringan irigasi di Kota Banjar tahun 2013 secara total adalah sebesar 94,89 %.

Rasioterbesar terdapat di Kecamatan Langensari sebesar 39,49 % dan rasio terendah terdapat

di Kecamatan Banjar sebesar 9,16 %.

Jaringan irigasi primer di Kota Banjar hanya terdapat di Kecamatan Pataruman, yaitu

sepanjang 5.562,00 meter atau sebesar 5,98 % dari total panjang irigasi yang ada di Kota

Banjar. Jaringan irigasi sekunder memiliki panjang 32.394,00 meter yang terdapat di

Kecamatan Purwaharja sepanjang 12.964,00 meter dan Kecamatan Langensari sepanjang

19.430,00 meter, jaringan irgasi tersier memiliki panjang 39.952,95 meter .

Tabel 2.32 Rasio Tempat Ibadah

Tahun 2012 - 2013 Kota Banjar

No Bangunan tempat Ibadah

Tahun 2012 Tahun 2013

Jumlah(unit)

Jumlah pemeluk Rasio

Jumlah(unit)

Jumlah pemeluk Rasio

(1) (2) (3) (4) (5=4/3) (6) (7) (8=7/8)

1. Mesjid 316 3562. Gereja 10 10

3. Pura

4. Vihara

5. Kelenteng 1 1

6. Lain-Lain

Jumlah 319 327

II - 44

BAB II 2015

II - 45

2015 BAB II

Tabel 2.34 Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi

Tahun 2009 – 2013 Kota Banjar

No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

1.Jumlah rumah tinggal berakses sanitasi 21.077 22.826 34,661 27.639 27.639

2. Jumlah rumah tinggal 46.325 46.439 47,333 47,355 47,355

3. Persentase 45,52 49,15 73,23 58,37 58,37

Tabel 2.35 Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi

Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar

No Kecamatan Jumlah rumah tinggalJumlah rumah tinggal

berakses sanitasi Persentase

(1) (2) (3) (4) (5=4/3)

1. Kecamatan Banjar 13.563 8.187 60,36

2. Kecamatan Pataruman 14.659 9.044 61,70

3. Kecamatan Purwaharja 6.023 3.295 54,71

4. Kecamatan Lagensari 13.110 7.113 54,26

Jumlah 47.355 27.639 58,37

Tabel 2.36 Rasio Tempat Pemakaman Umum Per Satuan Penduduk

Tahun 2008 – 2013 Kota Banjar

No UraianTahun 2008 Tahun 2013

Jumlah LuasDaya

TampungJumlah Luas

Daya Tampung

1. Tempat pemakaman umum (TPU) 118 617.200,15 M2 301.172 jiwa 118 617.200,15 M2 301.172 jiwa

2.Tempat Pemakaman bukan umum (TPBU)

11.636 261.627,68 M2 51.821 jiwa 11.636 261.627,68 M2 51.821 jiwa

3. Tempat pemakaman khusus (TPK)

4. Lain-Lain

5. Jumlah Tempat Pemakaman 11.754 11.754

6. Jumlah penduduk (jiwa) 180.046 203.512

7. Rasio TPU persatuan penduduk (1/6)

II - 46

BAB II 2015

II - 47

2015 BAB II

Perkembangan luas lahan pemakaman umum di Kota Banjar dari tahun 2008 sampai tahun

2013 tidak mengalami peningkatan, hal ini terjadi karena daya tampung lahan pemakaman

umum di Kota Banjar masih tersedia dengan luas cukup untuk menampung kebutuhan

sampai beberapa tahun ke depan. Untuk beberapa lokasi tingkat hunian pemakaman

mengalami peningkatan seiring dengan adanya sejumlah masyarakat yang meninggal dunia.

Tabel 2.38 Rasio Tempat Pembuangan Sampah terhadap Jumlah Penduduk

Tahun 2009-2013 Kota Banjar

No Uraian 2009 2010 2011 2012

2013

1. Jumlah TPS 4 4 4 6 62. Jumlah Daya Tampung TPS 9.336 M3 11.369 M3 12.124 M3 12.504 M3 12.504 M3

3. Jumlah Penduduk 183.046 185.043 197.338 203.512 203.512

4. Rasio Daya Tampung TPS thd Jumlah penduduk

5,1 6,1 6,1 6,1 6,1

Table 2.39 Rasio Tempat Pembuangan Sampah terhadap Jumlah Penduduk

Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar

No KecamatanJumlah

Penduduk(jiwa)

TPS

RasioJumlah(unit)

Jumlah Daya Tampung

(Ton)(1) (2) (3) (4) (5) (6=5/3)1. Kecamatan Banjar 53.939 3 7.146 M3 12,342. Kecamatan Pataruman 57.410 3 3.630 M3 5,81

3. Kecamatan Purwaharja 22.344 2 1.152 M3 4.77

4. Kecamatan Lagensari 53.490 2 576 M3 0,97Jumlah 187.183 10 12.504 M3 23,99

Dengan bertambahnya jumlah penduduk Kota Banjar tiap tahunnya, maka volume atau

timbulan sampah dipastikan akan bertambah pula. Demikian pula kebutuhan sarana

pendukung persampahan akan mengalami peningkatan sehingga pemerintah kota dalam hal

ini dinas teknis akan memiliki tanggungjawab dan tugas yang besar dalam menyelesaikan

permasalahan di sektor persampahan tersebut.

Sejalan dengan menigkatnya timbulan sampah tiap tahunnya, pemerintah telah menambah

kapasitas dan jumlah sarana persampahan, antara lain jumlah Tempat Pembuangan

Sementara (TPS) bertambah menjadi 10 unit pada tahun 2013 dari 4 unit pada tahun 2008.

Kapasitas daya tampung TPS juga mengalami peningkatan sebesar 74,66 persen dari tahun

2008 sampai dengan tahun 2013.

Permasalahan yang dihadapi pada saat ini dalam pengelolaan sampah di Kota Banjar adalah

masih melekatnya budaya atau perilaku masyarakat terhadap pegelolaan sampah yang

bersifat apatis sehingga masih menjadi tanggung jawab Pemerintah semata, diantaranya

partisipasi masyarakat kurang dalam pengelolaan sampah. pemilahan sampah disumbernya

II - 48

BAB II 2015

belum dilakukan, System 3R (reduce, reuse dan recycle) di sumber sampah belum dilakukan,

sampah masih ada yang dibuang ke badan air, kebun, dibakar atau dimana saja, sebagian

masyarakat sulit untuk membayar retribusi sampah (buang lari), dan kebersihan lingkungan

kurang terjaga.

d. Perumahan

Permukiman di Kota Banjar terdiri dari beberapa tipe yaitu Permukiman Swadaya

(permukimaan perkotaan dan permukimaan pedesaan), perumahan yang dibangun

pemerintah (komplek perumnas), perumahan yang dibangun swasta, dan perumahan

perkebunan.

Jumlah rumah di Kota Banjar tahun 2013 sejumlah 47.353 unit meliputi jumlah rumah di

Kecamatan Banjar sebanyak 13.571 unit ( 28,5%), di Kecamatan Purwaharja sebanyak 6.013

unit (12,7%), di Kecamatan Pataruman sebanyak 14.659 unit (30,9%) dan di Kecamatan

Langensari sebanyak 13.110 unit ( 27,9%) dengan konstruksi rumah meliputi rumah

permanen sebesar 70%, Semi permanen sebesar 19,85%, dan temporer atau Panggung

sebesar 2,31%.

Permukiman padat /kumuh di Kota Banjar cenderung berlokasi di pusat kota, seperti di

sekitar stasiun dan pasar (Kecamatan Banjar dan Kecamatan Pataruman) sedangkan di

Kecamatan Langensari dan Kecamatan Purwaharja kawasan tidak kumuh/padat namun

bangunan rumah cenderung kurang layak huni atau rusak .

Dari Jumlah kepala keluarga 60.256 dengan rumah tinggal sebanyak 47.353 unit, rumah layak

huni berjumlah 33.173 unit dan tidak layak sebanyak 1.543 unit, Luas kawasan kumuh

283,84 ha.

Kota Banjar memiliki kepadatan penduduk yang sedang (1495 orang/km2), kondisi tersebut

memerlukan penanganan sejak dini dalam penyediaan sarana perumahan dan permukiman.

Kegiatan infrastruktur perumahan dan permukiman pada saat ini lebih ditekankan pada

sarana pendukung seperti Program-program penyehatan lingkungan, penyediaan air bersih

dan jalan lingkungan. Sedangkan untuk program permukiman dan perumahan lebih

ditekankan dengan pola kemitraan dengan swasta dan perumahan swadaya.

Cakupan pelayanan perpipaan perkotaan di Kota Banjar sampai dengan tahun 2013 mencapai

27,45%. Hal ini menunjukkan bahwa belum semua daerah terlayani perpipaan perkotaan baik

perpipaan pedesaan. Sumber air di kota Banjar masih banyak yang menggunakan air yang

tidak layak mencapai 33%. (tidak layak karena sumur gali tidak terlindungi), sedangkan minat

dan daya beli masyarakat terhadap pelayanan PDAM masih kurang.

Permasalahan permukiman dan Perumahan di Kota Banjar antara lain ketersediaan lahan

untuk lokasi kegiatan, ketersediaan sumber air bersih, kurangnya partisipasi dan kemampuan

masyarakat terhadap pemeliharaan infrastruktur yang ada belum adanya pengelola terhadap

air bersih pedesaan dan sarana sanitasi yang dikelola mandiri oleh masyarakat, terdapat

II - 49

2015 BAB II

rumah tidak layak huni baik di kawasan permukiman perkotaan maupun di permukiman

pedesaan, terdapat permukiman swadaya yang semakin padat, tidak teratur, cenderung

kumuh di pusat kota, terpencarnya lokasi kawasan permukiman menyebabkan sukarnya

terpenuhi pelayanan infrastuktur dan prasarana lainnya, masih terdapat permukiman

pedesaan dengan karakter khusus yang menyebabkan kebutuhan pengembangan standar

infrastruktur berbeda, terdapat permukiman di sekitar sempadan sungai, sempadan rel

Kereta Api, dan daerah rawan bencana (banjir, longsor, putting beliung), rumah dan

lingkungan berarsitektur khas yang mengalami penurunan kualitas dan kehilangan ciri

identitasnya.

Tabel 2.40Persentase Rumah Tangga pengguna air bersih, Rumah tangga bersanitasi, lingkungan pemukiman kumuh

dan Rumah layak huni di Kota banjar Tahun 2013

No. Uraian Jumlah (%)

1. Rumah tangga pengguna air bersih 27,452. Rumah tangga pengguna listrik 93,873. Rumah tangga ber-Sanitasi4. Lingkungan pemukiman kumuh 2,165. Rumah layak huni 70,05

e. Penataan ruang

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang

penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara

alamiah maupun yang sengaja ditanam, dari sifatnya ruang terbuka hijau bisa dibedakan

menjadi ruang terbuka hijau privat (memiliki batas waktu tertentu untuk mengaksesnya dan

kepemilikannya bersifat pribadi, contoh halaman rumah tinggal), ruang terbuka hijau semi

privat (ruang publik yang kepemilikannya pribadi namun bisa diakses langsung oleh

masyarakat) dan ruang terbuka hijau publik, dimana kepemilikannya oleh pemerintah dan

bisa diakses langsung oleh masyarakat tanpa batas waktu tertentu, contoh alun-alun, dan

trotoar.

Fungsi ekologis Ruang Terbuka Hijau yaitu dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah

banjir, mengurangi polusi udara dan pengatur iklim mikro. Fungsi lainnya yaitu sosial-ekonomi

untuk memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi dan sebagai tetenger

(landmark) kota.

Luas Ruang Terbuka Hijau tersebut di atas terdiri dari ruang terbuka hijau privat dan ruang

terbuka hijau publik, dimana luas Ruang Terbuka Hijau sampai dengan tahun 2012 mencapai

17,54 persen dari luas lahan keseluruhan di Kota Banjar, amanat Undang-Undang Nomor 26

Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang mewajibkan setiap kota untuk menyediakan RTH

nya sebesar 30 persen dari luas kota secara keseluruhan.

II - 50

BAB II 2015

Tabel 2.41Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah

Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar

No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

1. Luas Ruang Terbuka Hijau

2.315,29 2.315,29 2.315,29 2.315,29 2.315,29

2. Luas wilayah 13.197,23 13.197,23 13.197,23 13.197,23 13.197,233. Rasio RTH (1:2) 0,1754 0,1754 0,1754 0,1754 0,1754

Sumber : Dinas Ciptakarya, Tata Ruang, dan LH Kota Banjar, Tahun 2013

Tabel 2.42Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah

Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar

No Kecamatan Luas WilayahLuas wilayah ber HPL/HGB

Luas Ruang Terbuka

Hijau

Rasio Ruang Terbuka

Hijau(1) (2) (3) (4) (5) (6=5/4)

1. Banjar 2.623,84 N/A 602,91 0,2294

2. Pataruman 5.405,66 N/A 694,02 0,1283

3. Purwaharja 1.826,74 N/A 430,68 0.2357

4. Lagensari 3.340,99 N/A 587,68 0,1759

Jumlah 13.197,23 N/A 2.315,29 0,1754

Sumber : Kantor Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, Kebersihan, dan LH Kota Banjar, Tahun 2013

Jumlah bangunan yang memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Banjar sampai

dengan tahun 2011 adalah 36,63 persen. Prosentase jumlah bangunan yang masih rendah

tersebut merupakan suatu potensi sekaligus sebagai permasalahan yang dihadapi pemerintah

kota. Potensi yang masih besar tersebut dapat menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah Kota

Banjar melalui sektor retribusi.

Tabel 2.43Rasio Bangunan ber-IMB per Satuan Bangunan

Tahun 2008 s.d 2012 Kota Banjar

No Uraian 2009 2010 2011 2012

2013

1. Jumlah Bangunan ber-IMB 16.981 17.460 17.889 18.319 18.3192. Jumlah Bangunan 45.068 46.439 47.353 48.146 48.1463. Rasio bangunan ber-IMB (1:2) 0,3767 0,3760 0,3778 0,3808 0,3808

Sumber : Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Kota Banjar, Tahun 2013

Tabel 2.44Rasio Bangunan ber-IMB per Satuan BangunanMenurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar

No Kecamatan Jumlah Bangunan

Jumlah Bangunan ber-

IMB

Rasio bangunan ber-IMB

(1) (2) (3) (4) (5=4/3)1. Kecamatan Banjar 14.669 5.581 0,3805

II - 51

2015 BAB II

2. Kecamatan Pataruman 15.192 5.775 0,38013. Kecamatan Purwaharja 5.571 2.121 0,38074. Kecamatan Lagensari 12.714 4.842 0,3808

Jumlah 48.146 18.319 0,3808Sumber : Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Kota Banjar, Tahun 2013

f. Perencanaan Pembangunan

Penyelarasan secara terpadu dokumen perencanaan pembangunan nasional yaitu RPJM

Nasional 2010-2014, RPJMD Provinsi Jawa Barat 2009-2013 dengan RPJMD Kota Banjar tahun

2009-2013 untuk menyelesaikan permasalahan dan isu strategis sebagaimana diamanatkan

Undang-undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan

Undang-undang No. 32 tahun 2004 sebagaimana telah diubah terakhirkali dengan Undang-

undang No. 12 tahun 2008 tentang Pemerintah Daerah, perlu semakin ditingkatkan.

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah harus mengacu pada

penataan ruang sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang

Penataan Ruang.

Didalam penyusunan dokumen perencanaan perlu pula memperhatikan kebijakan dari

arahan inpres No.3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan Nasional Berkeadilan,

mengamanatkan bahwa pemerintah daerah memberikan sumbangan dalam rangka

pencapaian Pendidikan Untuk Semua (PUS), Percepatan Tujuan Pembangunan Milenuim

(MDG’s) pada tahun 2015; RAD Pangan dan Gizi; Pengembangan ICT dan lain-lain. Gambaran

kondisi pelaksanaan dan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah

berdasarkan arahan pemerintah Pusat yang telah di susun, antara lain sebagai berikut:

Tabel 2.45Capaian Indikator Kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan

Kota Banjar Tahun 2008-2013

No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012 2013

1 Ketersediaan dokumen perencanaan pembangunan daerah

1) RPJPD yang telah ditetapkan dengan Perda 1 - - - - -

2) RPJMD yang telah ditetapkan dengan Perda 1 - - - - -

3) RKPD yang telah ditetapkan Perwal 1 1 1 1 1 12 Penjabaran Program RPJMD ke dalam RKPD

Seiring dengan peningkatan tuntutan kualitas perencanaan pembangunan daerah, pada masa

mendatang akan sangat banyak dokumen perencanaan pembangunan yang diamanatkan

oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah di berbagai bidang. Dengan demikian

untuk menjaga sinergitas pembangunan daerah dengan pembangunan nasional dan provinsi,

maka kedepan penyusunan dokumen perencanaan di semua bidang perlu diwujudkan.

g. Perhubungan

II - 52

BAB II 2015

Di sektor Perhubungan peningkatan jumlah penumpang dari tahunnya cukup fluktuaktif hal

ini disebabkan oleh posisi Kota Banjar yang berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan

Jawa Barat dimana Kota Banjar sebagai Kota Transit sehingga jumlah penumpang yang

menumpang angkutan darat di terminal Kota Banjar pada tahun 2009 hanya sebanyak

1.404.910 untuk penumpang Bis dan 109.018 orang penumpang Kereta Api, adapun pada

tahun 2010 untuk penumpang Bis bertambah 26.573 orang dan 5.185 orang untuk

penumpang Kereta Api. Pada tahun 2011 penumpang Bis mengalami penurunan dan pada

tahun 2012-2013 kembali mengalami peningkatan, sedangkan untuk penumpang Kereta Api

mengalami penurunan, hal ini disebabkan penumpang Angkutan darat tersebut langsung dari

terminal asal menuju kota-kota besar yang ada akan dituju.

Tabel 2.46Jumlah Penumpang Angkutan Umum

Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar

No Uraian 2009 2010 2011 2012**)

2013**)

1. Jumlah penumpang Bis 1.404.962 1.431.535 1.267.041 1.364.764 1.364.7642. Jumlah penumpang Kereta api 126.819* 132.004* 110.645* 79.853* 46.207*3. Jumlah penumpang Kapal laut4. Jumlah penumpang Pesawat udara

Total Jumlah Penumpang 1.531.781 1.563.539 1.377.686 1.444.617 1.300.971Sumber : UPTD Terminal DISHUB dan BDA Tahun 2013***) Penjumlahan penumpang dari stasiun banjar dan Langensari

Dalam meningkatkan pelayanan dan kelayakan angkutan darat pemerintah kota Banjar telah

mengeluarkan Izin Trayek kendaraan di perkotaan tahun 2010 sebanyak 87 izin trayek dan

tahun 2011 sebanyak 86 izin trayek dan 45 izin trayek pada tahun 2013 dan tersebar di

tingkat kecamatan dan Uji KIR sesuai dengan tingkatan Angkutan Kendaraan darat yang

berada di Pemerintah Kota Banjar.

Tabel 2.47Rasio Ijin Trayek

Tahun2009 s.d 2013 Kota Banjar

No Uraian 2009 2010 2011 2012 20131. Izin Trayek perkotaan 87 86 45 452. Izin Trayek perdesaan3. Jumlah Izin Trayek 279 279 279 2794. Jumlah penduduk 185.043 197.3385. Rasio Izin Trayek

Sumber : UPTD Terminal Dishub Kota Banjar

Tabel 2.48Rasio Ijin Trayek

Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar

No KecamatanJumlah

Penduduk

Jumlah Izin Trayek Total Jumlah Izin

Trayek

Rasio Izin

TrayekPerkotaan Perdesaan

II - 53

2015 BAB II

(1) (2) (3) (4) (5) (7=4+5+6) (8=7/3)

1. Banjar 53.939

49 49 0,00091

2. Pataruman57.410 148 148 0,00662

3. Purwaharja 22.344

29 29 0,00051

4. Langensari 53.490 53 53 0,00099

Jumlah 187.183 279 279 0,00149Sumber : UPTD Terminal Dishub Kota Banjar

Tabel 2.49Jumlah Uji Kir Angkutan Umum

Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar

Angkutan Umum

2009 2010 2011 2012 2013

Jml Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh Jmlh JmJml

%

Mobil penumpang umum

19 94.7 73.68 79.94 84. 19 84

Mobil bus

25 92.8 83.07 72.37 84. 25 211 84

Mobil barang

15 1176 75.8 1706 1213 71.1 1827 1069 58.51 1966 1259 64. 19 125 64

Kereta gandengan

19 68.4 68.42 47.36 20 20 20

Kereta tempelan

Jumlah

18 1440 78.3 1998 1451 72.62 1279 1279 60.27 2256 1490 66. 22 149 66

Sumber : UPTD Terminal Dishub Kota Banjar

Tabel 2.50Jumlah uji kir angkutan umum selama 1 (satu) tahun

Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar

Angkutan Umum

Mobil

penumpang

umum

Mobil

bus

Mobil barang

Kereta gandengan

Kereta tempel

anmlh Angkutan

%

% % %

(2)

(5=4 (8=7

(1( (

(

(

II - 54

BAB II 2015

Kec. Banjar

6 2 07

6

Kec. Pataruman

60 0

9 6

Kec. Purwaharja

100 5 0 03

6

Kec. Langensari

100 6 0 02

6

Jumlah

6 2 0

2

1490 6

Sumber : UPTD Terminal Dishub Kota Banjar

Tabel 2.51Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis

Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar

No Uraian

2009

2010 2011 2012 2013

1. Jumlah pelabuhan laut

2.Jumlah pelabuhan udara

3. Jumlah terminal bis 1 1 1 1 1Jumlah 1 1 1 1 1

Sumber : UPTD Terminal Kota Banjar.

II - 55

2015 BAB II

h. Lingkungan Hidup

Pengelolaan persampahan di Kota Banjar dilakukan dengan tahapan pengembangan

persampahan yang terdiri dari dua zona, yaitu zona I peningkatan cakupan pelayanan hingga

minimal 70% (TPS-TPA) + pemisahan sampah berbasis RT dalam jangka menengah dan zona II

pengembangan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat + pemilahan dan

pengelolaan sampah berbasis RT, pengangkutan secukupnya (TPS-TPA) dalam jangka

panjang.

Metoda pengelolaan persampahan di Kota Banjar sudah menggunakan metoda sanitary

landfiil, yaitu membuang dan menumpuk sampah ke suatu lokasi yang cekung, memadatkan

sampah tersebut kemudian menutupnya dengan tanah dengan tujuan untuk menghilangkan

polusi. Dengan metoda tersebut memungkinkan berapapun volume sampah yang dihasilkan

diharapkan tidak menjadi masalah lingkungan, ini dapat ditunjukan dengan antara volume

sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diangkut dan ditangani selalu seimbang.

Tabel 2.52Jumlah Volume Sampah dan Produksi Sampah

Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar

No Uraian 2009 2010 2011 2012

2013

1. Jumlah sampah yang ditangani 152.245,65

153.906,63

164.132,8

169.267,93

169.267,93

2. Jumlah volume produksi sampah 152.245,65

153.906,63

164.132,8

169.267,93

169.267,93

3. Persentase 100 100 100 100 100

Tabel 2.53Jumlah Volume Sampah dan Produksi SampahMenurut Kecamatan Tahun 2013 Kota Banjar

No Kecamatan Jumlah sampah yang ditangani

Jumlah volume produksi sampah Persentase

(1) (2) (3) (4) (5=4/3)

1. Kecamatan Banjar 48.0625,47 48.0625,47 100

2. Kecamatan Pataruman

51.714,99 51.714,99 100

3.Kecamatan Purwaharja 20.017,46 20.017,46 100

4. Kecamatan Langensari

49.451,37 49.451,37 100

Jumlah 164.132,8 164.132,8 100

Jumlah pengguna dan pelanggan air minum yang bersumber dari Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Tirta Anom Kota Banjar setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dengan

bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan air minum di Kota Banjar, Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Anom Kota Banjar telah mengembangan pengelolaan air

minum dengan sistem Ultra Filtrasi yang didanai APBN, APBD I & APBD II.

II - 56

BAB II 2015

Tabel 2.54Proporsi Jumlah Penduduk yang Mendapatkan

Akses Air Minum dan Jumlah Penduduk Tahun 2009 s.d 2013 Kota Banjar

No Uraian 2009 2010 2011 2012

2013

1. Jumlah penduduk yang mendapatkan akses air minum 46.908,4 48.203,7 52.782 55.862 55.862

2. Jumlah penduduk 183.046 185.043 197.338 203.512 187.1833. Persentase penduduk berakses

air bersih25,35 26,05 26,75 27,45 29,84

Tabel 2.55Proporsi Jumlah Penduduk yang Mendapatkan Akses Air Minum

dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2013Kota Banjar

No Kecamatan Jumlah Penduduk

Jumlah Pendudukyang mendapatkan akses air minum

Persentase

(1) (2) (3) (4) (5=4/3)1. Kecamatan Banjar 53.939 23.245 43,092. Kecamatan Purwaharja 22.344 12.372 55,373. Kecamatan Pataruman 57.410 17.635 30,074. Kecamatan Langensari 53.490 2.610 4,88

Jumlah 187.183 55.862 29,84

i. Pertanahan

Pembangunan urusan pertanahan mencakup administrasi pertanahan, penataan penguasaan,

pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, penyelesaian konflik-konflik pertanahan, dan

pengembangan sistem informasi pertanahan. Pembangunan pertanahan diarahkan untuk

menjamin kepastian hukum akan penggunaan tanah untuk berbagai kepentingan, baik yang

bersifat kepentingan pribadi, keperluan usaha, maupun kepentingan masyarakat umum.

Luas lahan bersertifikat di Kota Banjar pada tahun 2009-2013 mengalami peningkatan, dari

sebanyak 42.209,8 ha pada tahun 2009, menjadi 43.152,5 ha pada tahun 2012. Persentase

luas petak lahan yang bersertifikat pada tahun 2008 sebesar 23,90%, tahun 2013 meningkat

menjadi 24,42%.

Jumlah petak tanah bersertifikat hak milik mengalami peningkatan dari sebanyak 189.522

sertifikat pada tahun 2009, menjadi 207.462 petak pada tahun 2012. Tanah bersertifikat hak

pakai juga meningkat dari sebanyak 1.416 petak pada tahun 2008 menjadi sebanyak 1.525

petak pada tahun 2013.

j. Kependudukan dan Catatan Sipil

II - 57

2015 BAB II

Pelayanan bidang kependudukan dan pencatatan sipil menjadi salah satu sasaran utama

dalam pembangunan. Keberadaan penduduk yang merupakan salah satu modal utama

pembangunan perlu mendapatkan perhatian agar penerapan adminsitrasi kependudukan

berjalan sesuai dengan amanat undangundang yang berlaku.

Penerapan sistem informasi administrasi kependudukan seperti yang tertuang dalam

Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran

Pendudukan dan Pencatatan Sipil serta Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang

Penerapan KTP Berbasis NIK Secara Nasional, memerlukan koordinasi, fasilitasi dan

pembinaan di bidang kependudukan dan catatan sipil yang baik antara Pemerintah Pusat,

Provinsi dengan Kabupaten/Kota. Implementasi sistem informasi administrasi kependudukan

(SIAK) on line perlu mendapatkan dukungan dengan peningkatan kapasitas SDM dalam

rangka pengoperasiannya termasuk pelatihan pemeliharaan peralatan jaringan SIAK on line.

Jumlah penduduk Kota Banjar pada tahun 2011 mencapai angka 197,338 dengan komposisi

penduduk perempuan sebanyak 98.276 jiwa dan 99.062 jiwa penduduk laki-laki. Pelayanan

administrasi oleh Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kota Banjar antara lain pelayanan

KTP, KK, Akta kelahiran, akta perkawinan dan perceraian. Pelayanan ini harus diberikan

kepada semua masyarakat dan juda ada beberapa jenis pelayanan yang elah mempunyai

standar pelayanan minimal (SPM) yang harus dicapai.

Persentase kepemilikan KTP pada penduduk wajib KTP mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Sampai tahun 2012 data menunjukan bahwa penduduk yang telah memiliki KTP

mencapai 76% dari total penduduk wajib KTP. Capaian ini meningkat 12% dibandingkan

dengan capaian pada tahun 2011 yakni 64%. Meskipun sudah menerapkan penerbitan KTP

berbasis NIK namun angka ini masih sangat jauh dibawah target SPM tentang kepemilikan

KTP. Pelayanan administrasi kependudukan masyarakat Kota Banjar saat ini dilayani 4 unit

pelayanan yang berada di semua Kecamatan. Semua unit pelayanan ini sudah terhubung

secara on line sehingga pelayanannya diharapkan akan lebih optimal. Gambaran kinerja

pelayanan bidang kependudukan dan catatan sipil di Kota Banjar sampai tahun 2013 adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.56Kinerja Pelayanan Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Banjar

Tahun 2009 s.d 2013

Indikator 2009 2010 2011 2012 2013 Ket

Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk

Rumusan indikator tidak berkorelasi dengan unsur-unsur pembilangdan penyebut pada rumusan perhitungannya

II - 58

BAB II 2015

Indikator 2009 2010 2011 2012 2013 Ket

Tidak dapat dilakukan perhitungan atas perumusan karena antar pembilang dan penyebut tidak berkorelasi sehingga hasil tidak terdefinisikan

Rasio pasangan berakte nikah

Data tidak ada karena tidak terklasifikasi dalam aplikasi data base kependudukkan

Kepemilikan KTP 95,00% 94,95% 92,42% 85,97% 85,97%

Tahun 2008 s/d. 2011 adalah merupakan data penduduk ber-KTP non-elektrikTahun 2013 merupakan penduduk yang sudah melakukan perekaman KTP Elektronik

Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk

Tidak tersedia data sehubungan, belum dilakukan pendataan secara keseluruhan mengenai jumlah penduduk yang memiliki akta, yang tersedia data penerbitan akta setiap tahun dari tahun 2003 s/d. 2013

Rasio Bayi Berakta Kelahiran

90,65% 104,02% 84,22% 86,57%

86,57%

Data bayi lahir yang mambuat akta kelahiran adalah merupakan jumlah penduduk Kota Banjar dan luar Kota Banjar yang lahir diKota Banjar

Ketersediaan database kependudukan skala provinsi

Tidak ada

Tidak ada Tidak ada Tidak adaTidak ada

Tidak ada

Ketrsediaan database kependudukkan skala kab/kota

Sudah Ada

Sudah Ada Sudah AdaSudah

AdaSudah

AdaSudah Ada

Penerapan KTP Nasional berbasis NIK

Belum Belum Belum Belum Belum Sudah Sebagian

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Banjar

k. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Di sektor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dari indikator yang di capai pada

lembaga kepemerintahan partisipasi jumlah perempuan hanya berkisar 6,62% dari jumlah

pekerja perumpuan di lembaga-lembaga pemerintah di Kota Banjar berbanding terbalik

II - 59

2015 BAB II

keikutsertaan perempuan di lebaga swasta yakni sebanyak 93.38% dari partisipasi angkatan

kerja perempuan sebanyak 40%.

Tabel 2.57Capaian Indikator Kinerja Urusan Perlindungan Perempuan dan Anak

Kota Banjar tahun 2013

No Indikator %

1. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah 6,622. Partisipasi perempuan di lembaga swasta 93,383. Rasio KDRT 0,154. Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur 0,005. Partisipasi angkatan kerja perempuan 40,00

6. Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan

100,00

l. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Permasalahan yang masih dihadapi dalam pelaksanaan Urusan Keluarga Berencana dan

Keluarga Sejahtera antara lain adalah sulitnya regenerasi kader dan keterbatasan petugas

penyuluh Keluarga Berencana serta berbagai masalah terkait kesehatan reproduksi. Program

Keluarga Berencana dikatakan berhasil apabila angka kepesertaan KB Mandiri tinggi,

kepesertaan KB Pria tinggi, dan unmet need (kebutuhan keluarga berencana yang belum

terpenuhi) yang rendah. Berdasarkan survei yang dilaksanakan oleh BKKBN Tahun 2011,

peserta KB terbanyak di Kota Banjar berada pada kisaran umur 35–39 tahun, kepesertaan KB

Pria masih rendah, dan unmet need masih relatif tinggi.

Upaya peningkatan tahapan keluarga sejahtera dilaksanakan melalui berbagai kegiatan,

antara lain melalui kegiatan Kampung KB.

Tabel 2.58Capaian Indikator Kinerja Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

No Indikator %1. Rata-rata jumlah anak per keluarga 0.782. Rasio akseptor KB 83.533. Cakupan peserta KB aktif 83.53

4. Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera

52.15

m. Sosial

Dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial yang dimaksud

kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial

warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat

melaksanakan fungsi sosialnya. Penyelenggaraan Kesejahteraan sosial adalah upaya yang

terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan

II - 60

BAB II 2015

masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar, yang meliputi

rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) merupakan istilah yang dipakai untuk orang-orang yang

memiliki masalah dalam pemenuhan kebutuhan material, spiritual dan sosial untuk hidup

layak.

Masalah kesejahteraan sosial terjadi karena adanya gangguan alam kesulitan seseorang,

keluarga ataupun kelompok masyarakat sehingga tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya

secara memadai dan wajar. Hambatan atau gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan,

keterlantaran, kecacatan, ketunasosialan, keterbelakangan, keterasingan dan perubahan

lingkungan secara mendadak. Penyandang masalah kesejahteraan sosial secara besaran

dikelompokkan sebagai berikut; Anak, Wanita, lanjut usia, penyandang cacat, tuna sosial,

korban penyalahgunaan napza, keluarga dan masyarakat.

Menurut data Dinas Sosnaker Kota Banjar tahun 2013, jumlah anak terlantar terdapat

sebanyak 235 orang, yang jauh berkurang dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 333

orang, anak jalanan terdapat sebanyak 4 orang dan anak bermasalah dengan hukum

sebanyak 6 orang. Dari data tersebut menunjukkan terjadi penurunan yang signifikan

dibanding kondisi tahun 2012. Hal menggembirakan lainnya adalah bahwa pada tahun 2013

terjadi penurunan angka ditemukannya kasus penyalahgunbaan napza yang mencapai

sebanyak 17 orang dibanding tahun 2012 yang mencapai 19 orang. Sementara itu

penyandang HIV/AIDS yang ditemukan sebanyak 64 orang pada tahun 2013, padahal di tahun

2010 sudah tidak ditemukan adanya kasus tersebut. Tentunya ini harus menjadi perhatian

semua pihak.

Di lain pihak, sejalan dengan perubahan iklim global yang terjadi sekarang ini, berimbas pula

pada kejadian bencana alam yang terjadi di Kota Banjar pada tahun 2013 seperti angin topan

4 kasus, tanah longsor 1 kasus. Hal ini menuntut perhatian lebih mendalam dari semua pihak

supaya bisa meminimalisir kejadian bencana yang tersebar di empat kecamatan.

Tabel 2.59Pelayanan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan

Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) Kota Banjar Tahun 2013

No UraianTahun

2009 2010 2011 2012 2013I. Jumlah Sarana Sosial:

1. Panti Asuhan 2 2 2 2 2

2. Panti Jompo - - - - -

3. Panti Rehabilitasi - - - - -

II. Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

1. Anak Balita Terlantar 127 48 22 22 22

2. Anak Terlantar 539 333 235 235 235

3. Anak Bermasalah Hukum 1 - 16 16 16

4. Anak Bermasalah Psikologi 61 69 8 8 8

5. Anak Jalanan 22 3 4 4 4

6. Wanita Rawan Sosial Ekonomi 782 1.042 997 997 997

II - 61

2015 BAB II

No UraianTahun

2009 2010 2011 2012 20137. Korban Tindak Kekerasan 1 2 4 4 4

8. Lanjut Usia terlantar 1.486 1.391 1.418 1.418 1.418

9. Penyandang Cacat 790 1.518 1.253 1.253 1.253

10. Tuna Susila 12 23 24 24 24

11. Pengemis 26 21 20 20 20

12. Gelandang 1 - 6 6 6

13. Waria - 1 1 1

14. Bekas Warga Binaan Lembaga Kemasyarakatan (BWBLK)

80 48 48 48 48

15. Korban Penyalahgunaan Npza 22 19 17 17 17

16. Keluarga Fakir Miskin 7.120 5.829 5.597 5.597 5.597

17. Keluarga Berumah Tidak Layak Huni 1.155 1.179 1.182 1.182 1.182

18. Keluarga Bermasalah Sosial Psikologi 20 23 22 22 22

19. Komunita Adat Terpencil - - - - -

20. Korban Bencana Alam 2 - 1 1 1

21. Korban Bencana Sosial atau Pengungsi - - - - -

22. Pekerja Migran Bermasalah 2 2 2 2 2

23. Penyandang HIVS/AIDS 23 - 1 1 64

24. Keluarga Rentan 1.216 414 366 366 366

25. Keluarga Traficking - - 1 1 1

III. Jumlah Kelembagaan Sosial Masyarakat

1. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) 91 91 94 94 94

2. Organisasi Sosial (Orsos) 15 17 16 16 16

3. Karang Taruna (KT) 24 25 25 25 25

4. Wahana Kesos Berbasis Masyarakat 103 24 11 11 11

5. Dunia Usaha 7 4 9 9 9

Sumber Dinsosnakertrans dan BKBPP Kota Banjar

n. Ketenagaakerjaan

Dengan semakin besarnya komposisi penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Kota Banjar

membutuhkan perhatian yang serius dari pemerintah terutama dalam rangka menanggulangi

angkatan kerja baru agar tidak berimplikasi membludaknya jumlah pengangguran.

Dinas Sosnaker Kota Banjar mencatat, jumlah pencari kerja yang terdaftar terus menunjukkan

peningkatan dari tahun ke tahun. Di tahun 2009 misalnya jumlah pencari kerja di Kota Banjar

baru tercatat sebanyak 3.783 orang dan berkurang di tahun 2010 menjadi 3.780 orang dan

menurun lagi di tahun 2011 menjadi sebanyak 3.287 orang, sedikit bertambah di tahun 2012

menjadi 3.289 orang. Sedangkan di tahun 2013 bertambah lagi menjadi sebanyak 3.333

orang. Data Dinas Sosnaker menunjukkan bahwa pencari kerja terdaftar adalah mereka yang

sebagian besar memiliki bekal pendidikan cukup tinggi (SMP/SMA/universitas), yaitu

mencapai sebesar 78,70 persen. Artinya lebih dari tujuh puluh persen penganggur di Kota

Banjar adalah para pencari kerja terdidik, yang tentunya diperlukan penanganan yang lebih

kompleks, terutama penyediaan lapangan kerja yang kompeten dan sesuai dengan bidang

keahlian yang dimiliki. Karena terdapat kecenderungan biasanya pencari kerja terdidik relatif

lebih selektif mencari lowongan kerja dan memerlukan proses panjang dalam menentukan

pekerjan yang sesuai dengan keahliannya.

Tabel 2.60Perkembangan Data Ketenagakerjaan Kota Banjar

Tahun 2009 - 2013

II - 62

BAB II 2015

No UraianTahun

2009 2010 2011 2012 20131. Jumlah Penduduk Usia Produktif 127.816 129.440 135.42

7139.959 133.525

2. Penduduk Pencari Kerja berdasarkan Pendidikan- SD/sederajat 274 191 222 202 176- SLTP/Sederajat 779 640 756 664 534- SLTA/Sederajat 2.128 2.146 2.062 2.075 1.986- D1 – D3 602 893 91 55 168- S1 156 293 466- S2 3

o. Koperasi dan UKM

Selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, perkembangan koperasi di Kota Banjar

mengalami peningkatan, tercatat jumlah koperasi (baik itu KUD dan Non KUD) pada tahun

2009 berjumlah 131 koperasi, kemudian bertambah 28 koperasi menjadi 159 koperasi di

tahun 2013. Penambahan tersebut dari koperasi-koperasi Non KUD, sementara untuk KUD

jumlahnya tetap dari tahun 2009 sampai dengan 2013 jumlahnya tiga yang tersebar masing-

masing satu untuk tiap kecamatan, kecuali Kecamatan Langensari.

Tabel 2.61Perkembangan Koperasi di Kota Banjar

Tahun 2009 – 2013

No Uraian

2008

2009 2010 2011 2012

1 KUD 3 3 3 3 32 Non KUD 128 149 153 156 160

Jumlah 131 152 156 159 163Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Banjar

Jika dilihat sebaran lokasinya berdasarkan kecamatan, Kecamatan Banjar memiliki jumlah

koperasi non KUD yang paling banyak diantara kecamatan lainnya dengan jumlah 66 koperasi

pada tahun 2013 dan yang paling sedikit di Kecamatan Langensari dengan jumlah 24 koperasi.

Tabel 2.62Jumlah Koperasi Menurut Kecamatan di Kota Banjar Tahun 2013

No Kecamatan KUD Non KUD Jumlah

1 Banjar 1 65 662 Pataruman 1 44 453 Purwaharja 1 27 284 Langensari 0 24 24

Jumlah 3 156 163Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota BanjarBerdasarkan data statistik Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) berupa KUD menurut Dinas

Perindagkop Kota Banjar, tahun 2013 populasinya tercatat hanya tinggal 2 (dua) yang aktif,

yaitu KUD Waluya di Kecamatan Banjar dan KUD Berkah terdapat di Kecamatan Pataruman,

sedangkan KUD Bagja yang berlokasi di Kecamatan Purwaharja kini menjadi tidak aktif karena

II - 63

2015 BAB II

tidak adanya laporan Rapat Akhir Tahun (RAT) selama dua tahun berturut-turut, sehingga

koperasi tersebut dianggap tidak aktif.

Tabel 2.63 Banyaknya KUD Menurut Nama KUD dan Klasifikasi Usaha Simpan Pinjam

di Kota Banjar Tahun 2013

Kecamatan Nama KUDKualifikasi Usaha Simpan Pinjam

SehatCukupSehat

KurangSehat

TidakSehat

[1] [2] [3] [4] [5] [6]01 Banjar Waluya - - - 102 Purwaharja Bagja*) - - - 103 Pataruman Berkah - - 1 -04 Langensari - - - - -

Jumlah - - 1 22012 - 1 1 12011 - 2 - 12010 - 2 - 1

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota BanjarKet : *) Tidak aktif

Dari tiga KUD yang ada di Kota Banjar, jumlah anggotanya tercatat sebanyak 5.878 orang

dengan jumlah karyawan sebanyak 26 orang. Sedangkan untuk jenis non KUD, pada tahun

2013 populasinya tercatat sebanyak 160 buah dengan jumlah anggota non KUD tercatat

sebanyak 19. 104 anggota dan melibatkan karyawan sebanyak 384 orang.

Tabel 2.64 Jumlah Populasi, Anggota, Karyawan dan Manager Menurut Jenis KUD

di Kota Banjar Tahun 2013

JenisJumlah

PopulasiAnggota Karyawan Manager

[1] [2] [3] [4] [5]

01 KUD 3 5 878 26 -

02 Non KUD 160 19.104 384 2

Jumlah 159 23 874428

2

2012 159 23 874 428 3

2011 156 22 819 494 2

2010 152 22 021 605 9Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Banjar

Volume usaha KUD mencapai Rp.956,5 juta dengan perolehan SHU sebesar Rp. 3,75 juta.

Sedangkan nilai Volume Usaha Non KUD tercatat sebesar Rp. 81,6 milyar dengan nilai SHU

sebesar Rp. 1,15 milyar.

Tabel 2.65 Banyaknya Volume Usaha dan Sisa Hasil Usaha (SHU) Menurut Jenis Koperasi

di Kota Banjar Tahun 2013

Jenis Volume Usaha (Rp.) Sisa Hasil Usaha(SHU) (Rp.)

[1] [2] [3]01 KUD 988.236.252 3.994.17702 Non KUD 52.002.651.376 1.716.905.998

II - 64

BAB II 2015

Jumlah 52.990.887.628 1.719.900.1752012 82.563.929.906 1 .157.795.6852011 52.160.614.695 1 3.49.676.4112010 61.924.985.815 1 28.5 486.523

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota BanjarCatatan: Data tahun 2009 merupakan angka perbaikan (audited)

Sementara untuk sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), selama lima tahun dari

tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mengalami perkembangan 29,35 persen atau

bertambah 1.322 usaha baru dari 4.505 di tahun 2008 menjadi 5.827 di tahun 2012. Jika

dilihat perkembangan berdasarkan skala usahanya, maka skala usaha menengah merupakan

skala usaha yang paling tinggi perkembangannya yang mencapai 40 persen, dari 45 di tahun

2008 meningkat 18 usaha baru menjadi 63 pada tahun 2012. Kemudian disusul oleh skala

usaha kecil yang mengalami pertumbuhan sebesar 37,72 persen dari 676 di tahun 2008

menjadi 931 pada tahun 2012 atau mengalami pertumbuhan 255 usaha dan kemudian skala

usaha mikro yang mengalami pertumbuhan paling kecil, meskipun jumlah usahanya besar,

tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 27,72 persen dari tahun 2008 ke tahun 2012.

Tabel 2.66Perkembangan UMKM di Kota Banjar

Tahun 2008 – 2012

No Skala Usaha

2008

2009 2010 2011 2012

1 Mikro 3.784 3.907 4.259 4.833 4.8332 Kecil 676 748 815 931 9313 Menengah 45 48 53 60 63

Jumlah 4.505 4.703 5.127 5.824 5.827Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Banjar

Jika dilihat banyaknya UMKM berdasarkan kecamatan, maka Kecamatan Banjar merupakan

kecamatan dengan jumlah UMKM paling banyak, tercatat sebanyak 2.283 UMKM berlokasi di

kecamatan tersebut dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Purwaharja dengan jumlah

970 UMKM.

Tabel 2.67Jumlah UMKM Menurut Kecamatan di Kota Banjar

Tahun 2012

No Kecamatan Mikro Kecil Menengah

1 Banjar 1.964 285 342 Pataruman 1.280 245 193 Purwaharja 894 73 34 Langensari 695 328 7

Jumlah 4.833 931 63Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota BanjarPertumbuhan UMKM, baik itu dari skala mikro, kecil ataupun menengah memang mutlak

harus terjadi tiap tahunnya, mengingat dampaknya yang berbanding lurus dengan

II - 65

2015 BAB II

penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pada akhirnya adalah pertumbuhan

ekonomi seperti yang diharapakan semua pihak.

p. Penanaman Modal

Dinamika pembangunan Kota Banjar yang berkembang pesat diperlukan investasi yang terus

bertumbuh dan bertambah. Oleh karena itu, upaya mempermudah perizinan dan

kenyamanan berinvestasi harus terus diutamakan. Salah satu bukti kemudahan be-rinvestasi

di Kota Banjar dapat tercermin dari adanya pengakuan Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM) di Jakarta bahwa Kota Banjar sebagai Nominasi Kota Terbaik bagi penanaman modal

Tahun 2009 dan mendapat Invesment Award 2009 dan juga Penetapan Kualifikasi Bintang 1

PTSP dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI Tahun 2011.

Grafik 2.1Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Kota Banjar

Tahun 2008-2013

Sumber : Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Banjar

Selama kurun waktu 2008 sampai dengan tahun 2013, tahun 2009 merupakan tahun yang

paling banyak menyerap realisasi investasi PMA dan PMDN di Kota Banjar hingga mencapai

Rp.132,39 milyar, hal tersebut disebabkan kondisi perekonomian yang mulai pulih/membaik

semenjak krisis ekonomi yang melanda dunia pada tahun 2008. Hampir seluruh daerah

mengalami pertumbuhan negatif, di Kota Banjar saja tercatat realiasi investasi hanya Rp.1,7

milyar pada tahun 2008.

Jika dilihat realisasi investasi berdasarkan sektor dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012,

sektor perdagangan dan jasa merupakan sektor unggulan di Kota Banjar, tercatat realisasinya

mencapai Rp.299,4 milyar, kemudian disusul oleh sektor industri dan kesehatan yang masing-

masing berjumlah Rp.62,5 milyar dan Rp.33,5 milyar.

Tabel 2.68Realisasi Investasi PMA dan PMDN di Kota Banjar Menurut Sektor

Tahun 2008-2012

No SektorTahun

2009 2010 2011 2012 20131 Perdagangan dan Jasa 114,321,280,809 60,314,287,854 50,448,244,843 74,330,933,843 116,803,905,6482 Industri 22,522,700,000 8,804,350,000 24,318,200,000 6,379,000,000 13,186,000,0003 Koperasi 300,000,000 1,321,777,026 4,336,836,906 0 448,778,1614 Perhotelan 0 0 0 1,952,000,000 05 Restoran 836,000,000 0 0 0 0

II - 66

2008

2009

2010

2011

2012

2013

1,700,000,000

139,459,118,048

70,832,414,880

79,154,281,749

119,775,005,137

132,390,683,809

BAB II 2015

6 Jasa Angkutan 0 0 0 3,376,000,000 1,802,000,0007 Peternakan 1,479,137,239 0 0 0 08 Kesehatan 0 0 0 33,512,071,294 150,000,000

Total 139,459,118,048 70,832,414,880 79,154,281,749 119,775,005,137 132,390,683,809Sumber : Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Banjar

q. Kebudayaan

Ragam kesenian tradisional terorganisir yang berada di Kota Banjar antara lain kesenian

karawitan berupa degung, kliningan, calung, anguk, lingkungan seni dan lain-lain. Begitupun

seni teater modern yang terorganisir tercatat ada 1 (satu) buah.

Tumbuh kembangnya variasi peminat hiburan seni musik cukup membantu bertahannya

beberapa organisasi musik di tengah derasnya hiburan media televisi dan media digital

lainnya.

Tabel 2.69Banyaknya organisasi Kesenian di Kota Banjar

Tahun 2009 – 2013

NO Organisasi KesenianTahun

2009 2010 2011 2012 20131. Degung 5 5 5 6 92. Calung 8 8 8 10 93. Anguk 13 13 134. Lingkungan Seni 1 5 5 65. Tulis Pantun 7 76. Wayang Kulit 2 2 2 2 27. Wayang Golek 1 2 38. Teater Modern 1 1 1 1 19. Orkes Melayu 3 4 6 6 7

10. Pongdut 10 23 21 31 2311. Elektrun 3 11 9 12 1012. Keroncong 1 113. Qasidah 2 4 4 1014. Entertainment 1 3 2 2 215. Teater 1 1 4 1

r. Kepemudaan dan Olahraga

Pelaksanaan urusan kepemudaan dan keolahragaan didukung melalui beberapa program

yaitu peningkatan peran serta kepemudaan, peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan

dan kecakapan hidup pemuda, pembinaan dan pemasyarakatan olahraga dan peningkatan

sarana dan prasarana olahraga.

Pembinaan terhadap generasi muda dilakukan dengan melakukan fasililtasi untuk memenuhi

kebutuhan dalam pengembangan jiwa kewirausahan dan kemandirian bagi pemuda dengan

harapan pemuda tidak hanya mengandalkan pekerjaan formal sebagai pekerja/pegawai

II - 67

2015 BAB II

namun sanggup menjadi entrepreneur sejati yang dapat bertahan dalam persaingan di era

global.

Untuk bidang olahraga, pembinaan dilakukan dengan mengidentifikasi potensi dan bakat

bidang olahraga baik bagi pelajar maupun masyarakat luas melalui proses seleksi, pembinaan

dan kompetisi-kompetisi olahraga di tingkat provinsi yang akan dipersiapkan untuk

menghadapi kompetisi tingkat regional maupun nasional. Pembangunan dan pembinaan

olahraga harus didukung dengan kesiapan tenaga pelatih, sarana dan prasarana, serta fasilitas

lain yang mengikuti perkembangan teknologi informasi.

Pemberdayaan pemuda bertujuan membangkitkan potensi dan peran aktif dibutuhkan

pengakuan positif dari masyarakat akan meningkatkan kedewasaan, harga diri,

menghindarkan mereka dari masa krisis identitas dan perasaan tak berguna serta memacu

perkembangan pola pikir yang positif (pengembangan jiwa kepemimpinan, penguasaan

keterampilan, dan kerjasama dalam aksi-aksi social merupakan kematangan mental). Pemuda

didorong untuk melakukan hal yang bermakna dalam pelayanan masyarakat, pencegahan dan

penyalahgunaan obat dan terlarang dan perilaku beresiko di samping peningkatan hubungan

sosial yang positif dan partisipasif dan keterlibatan dalam komunitas di bidang sosio -

ekonomi dan politik.

Pemuda adalah aset dan sumber daya yang terus dipanggil untuk berpartisipasi dalam

komunitas dan juga isu-isu keuangan, disamping memberikan pelayanan pada masyarakat

yang berefek pembelajaran keterampilan untuk bekerja bertanggung jawab, dan memiliki

kemampuan dalam memecahkan masalah yang ada di masyarakat. Pemuda dijadikan mitra

bersama masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dan memfasilitasi untuk

berkarya. Disamping itu pemuda juga mesti memiliki kemampuan dan pengetahuan yang

diperlukan untuk berpartisipasi dalam perubahan di dalam komunitasnya.

s. Kesatuan Bangsa dan politik Luar Negeri

Dari tabel dibawah dapat dilihat bahwa pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP dari tahun

2009 sampai dengan tahun 2013 tidak mengalami peningkatan kegiatan masih tetap 2

kegiatan. Dalam pembinaan politik daerah dari tahun 2009 dan 2010 dilaksanakan 9 kali

pembinaan politik daerah sedangkan pada tahun 2013 telah dilaksanakan 12 kali kegiatan

pembinaan politik daerah.

Melalui program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan, telah difasilitasi

pembentukan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Kota Banjar. Penyelenggaraan

Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat merupakan salah satu wujud dan upaya bersama

antara pemerintah dengan masyarakat secara sinergitas, dan bertujuan guna membangun

dan memelihara kondisi kepekaan kesiagaan dan antisipasi masyarakat dalam menghadapi

II - 68

BAB II 2015

berbagai potensi dan indikasi timbulnya bencana, baik bencana perang, bencana alam

maupun bencana karena ulah manusia.

Anggota FKDM, baik tingkat Kecamatan maupun Kelurahan dapat membangun jalinan

koordinasi dan komunikasi sinergitas, meningkatkan kepekaan dan kewaspadaan serta

tanggap setiap saat diperlukan dan dibutuhkan dalam mengantisipasi dan menanggulangi

berbagai permasalahan – permasalahan yang muncul di masyarakat, termasuk kemungkinan

– kemungkinan terjadinya potensi ancaman dan peristiwa bencana sosial yang akan timbul

dapat segera dicegah dan ditanggulangi secara dini dan terpadu. Dari fasilitasi yang akan

diberikan tersebut, terjadi peningkatan partisipasi ormas dan LSM dalam pembangunan

politik dan menunjang peningkatan persatuan dan kesatuan antar warga masyarakat.

Tabel 2.70Pembinaan Terhadap LSM, Ormas, OKP dan Politik Daerah

di Kota Banjar Tahun 2009-2013

No. KegiatanTahun

2009 2010 2011 2012 2013

1 Pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP 2 kegiatan 2 kegiatan 2 kegiatan 2 kegiatan 2 kegiatan

2 Pembinaan Politik Daerah 9 kali 9 kali 9 kali 10 kali 10 kali

Jumlah 11 11 11 12 12 Sumber : PMPDKPOL

Dalam tahun 2013 akan dilaksanakan Pemilihan Kepala Daerah Kota Banjar baik langsung

maupun tidak langsung akan berimplikasi terhadap jalannya pemerintahan di Kota Banjar.

Demikian halnya dengan ketentraman dan ketertiban di masyarakat dapat terjadi perubahan

yang cukup mencolok, maka disinilah peran dan fungsi Linmas yang bersinergi dengan

masyarakat Kota Banjar untuk menjaga lingkungan masing-masing. Begitupun dengan LSM,

Ormas dan OKP dilakukan kegiatan pembinaan yang dilakukan 2 kali dalam setahun mulai dari

tahun 2009 melalui Kantor PMPDKAPOL sehingga tidak terjadi gejolak yang cukup mencolok

terhadap pemerintahan yang berlangsung di Kota Banjar.

Tabel 2.71Persen Jumlah Petugas Linmas di Kota Banjar

Tahun 2008 - 2012

Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kota

Banjar

Tahun (%)

2008 2009 2010 2011 2012

Persen 0,0058% 0,0058% 0,01% 0,01% 0,01%

Sumber : PMPDKPOL

t. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat

Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Pemerintahan daerah di era otonomi daerah memegang peranan penting dalam memajukan

pembangunan di suatu daerah. Hal ini disebabkan urusan yang dulunya merupakan domain

II - 69

2015 BAB II

pemerintah pusat, saat ini melalui pelaksanaan otonomi daerah telah diserahkan

kewenangannya kepada pemerintahan daerah.

Dalam melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan tersebut, pemerintahan daerah di

setiap daerah berusaha untuk menerapkan system dan manajemen yang dianggap efektif dan

efisien yang dapat mendukung pencapaian tujuan pembangunan daerah masing-masing.

Diantara sekian banyak metode dan sistem yang diterapkan oleh pemerintahan daerah,

diantaranya ada yang berhasil menciptakan pemerintahan daerah yang mampu

melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, dan ada pula yang gagal memberikan

pelayanan kepada masyarakat dan atau justru menimbulkan kemunduran sehingga belum

mampu mewujudkan cita-cita penyelenggaraan otonomi daerah.

Beberapa konsep mengenai pemerintahan daerah serta upayanya dalam melaksanakan

pembangunan di daerah seharusnya menjadi contoh dan referensi bagi daerah lainnya untuk

mengembangkan kualitas pemerintahaan daerah dalam seluruh aspek sebagaimana yang kita

harapkan.

Sebagai daerah otonom yang terbilang masih baru, Kota Banjar dituntut untuk menjadi lebih

mandiri baik dalam pengembangan daerahnya sendiri maupun dalam mengatasi berbagai

persoalan. Diantaranya dengan membangun sinergitas institusi pemerintah yang kuat dan

kredibel sehingga dicapai good governance.

Dengan terbangunnya institusi pemerintah yang kredibel dengan rasio jumlah penduduk

diharapkan menjadi motor penggerak dalam pemberdayaan masyarakat sehingga dicapai

kesejahteraan dan ketertiban di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hampir bisa dipastikan bahwa kualitas atau maju mundurnya pelaksanaan otonomi daerah di

Kota Banjar, sangat ditentukan oleh kualitas pemerintahan daerah yang bekerja sebagai

leader dan pelopor di dalamnya.

Berdasarkan rencana kerja pemerintah daerah Kota Banjar sebagai daerah otonom yang

tergolong baru penerbitan Perda yang berhubungan dengan kondisi kewilayahan dan

kependudukan dari tahun ke tahun meningkat seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2.72Capaian Kinerja Urusan Otonomi daerah, Pemerintahan Umum, Administari Keuangan

Kota Banjar Tahun 2008-2012

No. Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk

8,18 8,46 8,10 8,31 9,23

2Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk

58,82 58,12 57,50 53,91 55,27

3Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan

19524

19524

19524

19524

19524

4 Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan adiministrasi pemerintah

Ada, berupa Software

untuk pembuatan

IMB, IPPt, HO

Ada, berupa Software

untuk pembuatan

IMB, IPPt, HO

Ada, berupa Software

untuk pembuatan

IMB, IPPt, HO

Ada, berupa Software

untuk pembuatan

IMB, IPPt, HO

Ada, berupa Software

untuk pembuatan

IMB, IPPt, HO

II - 70

BAB II 2015

No. Indikator 2008 2009 2010 2011 2012dan SIUP dan SIUP dan SIUP dan SIUP dan SIUP

5 Penerbitan PERDA a/n a/n 12 11 16

6Cakupan patroli petugas Satpol PP

3 4 4 3 3

7

Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kabupaten

100 % 100 % 100 % 100 % 100 %

8

Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten

a/n a/n12 11 16

9Cakupan pelayanan bencana kebakaran kabupaten

a/n30 % 26,5 %

46,9% a/n

10

Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)

a/n 69,2 % 50% 63,6 % a/n

11

Cakupan sarana prasarana perkantoran pemerintahan desa yang baik

a/n15 desa dalam

kondisi baik dari 17 desa

15 desa dalam kondisi baik dari 17 desa

16 desa dalam kondisi baik dari 17 desa

17 desa dalam kondisi baik dari 17

desa

12Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat

a/n a/n IKM IKM IKM

Salah satu tujuan otonomi daerah adalah mendekatkan pemerintah kepada masyarakatnya

yang mengandung makna adanya kedekatan dalam pelaksanaan pelayanan publik yang

dilakukan pemerintah daerah kepada masyarakat sesuai dengan penyerahan urusan.

Kepuasan pelanggan harus menjadi orientasi utama dalam pelaksanaan pelayanan publik

yang diwujudkan dengan pelayanan yang murah, mudah, cepat, transparan, pasti dan

terjangkau sesuai dengan ketentuan yang berlaku, hal tersebut didukung pula oleh adanya

kebijakan pemerintah dengan ditetapkannya Permendagri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang

Pedoman Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Untuk mewujudkan hal tersebut tentu harus

didukung oleh konstruksi kelembagaan perangkat daerah yang memadai,yaitu berupa

software Sistem Informasi Pelayanan Perijinan dan Administrasi Pemerintah yang didalamnya

mencakup IMB, IPPt, HO dan SIUP. Juga tidak terlepas dengan pelayanan perlindungan

terhadap masyarakat baik yang melibatkan Linmas, BPBD dengan melihat cakupan pelayanan

bencana, maupun sarana pendukung penanggulangan bencana seperti terlihat pada tabel

diatas.

Sebagai bagian dari upaya peningkatan pelayanan publik, pembangunan bidang pelayanan

publik menjadi hal yang sangat penting. Yaitu dengan meningkatnya kondisi sarana prasarana

perkantoran pemerintahan desa seperti yang terlihat pada tabel diatas.

II - 71

2015 BAB II

u. Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang mencakup empat sub sistem yaitu: (a)

Ketersediaan pangan melalui upaya peningkatan ketersediaan pangan di daerah dan

pengembangan produksi pangan lokal serta cadangan pangan, (b) Keterjangkauan pangan

melalui pemantapan distribusi, pemasaran, perdagangan, informasi; (c) konsumsi pangan

melalui peningkatan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan; (d) keamanan pangan melalui

sanitasi, pemberian jaminan keamanan dan mutu pangan.

Dalam rangka peningkatan ketahanan pangan di Kota Banjar, Pemerintah Kota Banjar telah

menetapkan beberapa regulasi daerah, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.73Regulasi dan Ketersediaan Pangandi Kota Banjar Tahun 2009-2013

No. UraianTahun

2009 2010 2011 2012 2013

1 Regulasi ketahanan pangan

- 2 4 - -

Regulasi dalam bidang ketahanan pangan sampai dengan tahun 2012 adalah sebanyak 7

dokumen yang terdiri dari :

1. Keputusan Walikota Banjar No 520/Kpts.161-Juk/2008 tentang Pembentukan Tim Teknis

Penyaluran Bantuan Langsung Modal Usaha Bergulir kelompok Lumbung Pangan

Masyarakat Pedesaan Kota Banjar Tahun 2008;

2. Keputusan Walikota Banjar No 521/Kpts.75-Distan/2010 tentang Pembentukan Tim Teknis

Penyaluran Dana Bantuan Sosial Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat

(LPMD) di Kota Banjar Tahun Anggaran 2010;

3. Keputusan Walikota Banjar No 520/Kpts.144.a-Distan/2010 tentang Penetapan Kelompok

Afinitas Penerima Dana Bantuan Sosial Program Desa Mandiri Pangan Bidang Ketahanan

Pangan Tugas Perbantuan di Kota Banjar Tahun Anggaran 2010;

4. Keputusan Walikota Banjar No 520/Kpts.14.a-Distan/2011 tentang Dewan Ketahanan

Pangan Kota Banjar;

5. Keputusan Walikota No 521/Kpts.43-Distan/2011 tentang Penunjukan Desa Binaan

Mandiri Pangan di Kota Banjar;

6. Keputusan Walikota Banjar no 521/Kpts 16.a-Distan/2011 tentang Penetapan Tim Sistem

Kewaspadaan Pangan dan Gizi serta Penanganan Daerah Rawan Pangan di Kota Banjar;

7. Keputusan Walikota Banjar no 521/Kpts.123.b-DPPK/2011 tentang Penunjukan Kelurahan

Hegarsari, Kecamatan Pataruman sebagai Lokasi Penanganan Daerah Rawan Pangan

Tahun 2011.

Ketahanan pangan di Kota Banjar secara umum, semakin baik dan kondusif. Hal tersebut

ditunjukkan oleh beberapa indikator berikut:

II - 72

BAB II 2015

a) Produksi komoditas pangan strategis menunjukkan pertumbuhan yang positif;

b) Ketersediaan pangan cukup mantap dan mampu mencukupi kebutuhan bagi seluruh

penduduk Kota Banjar;

c) Harga pangan relatif stabil dan terjangkau masyarakat baik secara umum maupun

menjelang hari besar keagamaan;

d) Peran serta masyarakat dalam upaya pemantapan ketahanan pangan semakin meningkat.

Sedangkan regulasi dalam ketersediaan pangan adanya Keputusan Walikota Banjar yang

dikeluarkan setiap tahun untuk mengatur tentang Pagu Beras Miskin dan Keputusan Walikota

Banjar mengenai Pembentukkan Tim Koordinasi Beras Miskin (Raskin) Tingkat Kota dan

Tingkat Kecamatan.

v. Pemberdayan Masyarakat dan Desa

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa sebagai upaya untuk meningkatkan kemandirian

masyarakat dalam bidang pembangunan kawasan perdesaan dilakukan dengan melibatkan

Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Desa/Kelurahan (LPMD/K).

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah salah satu Upaya Kesehatan Bersumberdaya

Masyarakat (UKBM) yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada

masyarakat terutama untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Hasil

pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pelayanan Posyandu

kepada masyarakat selama kurun waktu Tahun 2008-2012 adalah meningkatkan peran dan

fungsi melalui revitalisasi dan pembangunan 30 unit Posyandu.

Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

telah memberikan peran nyata untuk meningkatkan pendapatan keluarga yaitu dalam

bentuk pelatihan kewirausahaan bagi kader-kader PKK. Hasil yang telah dicapai selama kurun

waktu 2008-2012 adalah telah ditumbuhkembangkan beberapa unit Usaha Peningkatan

Pendapatan Keluarga (UP2K-PKK). Disamping itu PKK memiliki beberapa peran dalam

meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan 6.064 kader PKK dalam bidang kesehatan,

pendidikan dan lingkungan yaitu melalui kegiatan Kesatuan Gerak PKK KB Kesehatan, Pos

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan pelestarian lingkungan. Data selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel 2.52.

Tabel 2.74Jumlah LPM, LSM, PKK dan Posyandu

di Kota Banjar Tahun 2009-2013

No. UraianTahun

2009 2010 2011 2012 20131 LPM 8 8 8 8 82 LSM 6 6 7 7 73 PKK 4.098 4.098 4.098 6.064 6.0644 Posyandu 169 169 169 199 209

Sumber : Kantor PMDKPol Kota Banjar

II - 73

2015 BAB II

w. Statistik

Statistik menurut Undang-undang nomor 16 Tahun 2007 adalah data yang diperoleh dengan

cara pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis serta sebagai sistem yang mengatur

keterkaitan antar unsur dalam penyelenggaraan statistik. Dalam pemanfaatannya, statistik

dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: 1) statistik dasar, 2) statistik sektoral, 3) statistik khusus.

Upaya penyediaan, penyebarluasan data serta upaya pengembangan ilmu statistic memiliki

peranan yang cukup signifikan terhadap Kegiatan perencanaan pembangunan dimana

keterkaitan keputusan terhadap suatu kebijakan, program, dan kegiatan sangat bergantung

kepada ketersediaan data.

Beberapa dokumen statistik yang disusun oleh Badan Pusat Statistik yang bekerjasama

dengan pemerintah daerah Kota Banjar antara lain, Banjar Dalam Angka, PDRB, IPM dan IKM

UKK.

Penyusunan data statistik menurut pasal 2 huruf c Undang-undang Nomor 16 tahun 2007

tentang Statistik, harus menganut asas kemutakhiran dimana dalam penjelasannya

menyatakan bahwa data yang tersaji harus dapat menggambarkan fenomena dan atau

perubahan menurut keadaan yang terbaru. Oleh karena itu, pengumpulan, pengolahan,

penyajian, dan analisis data statistik harus senantiasa diupayakan secara terus menerus,

berkesinambungan, dan runtun waktu. Dalam pelaksanaannya, data statistik yang disajikan

oleh pemerintah masih mengalami keterlambatan sebanyak 2 tahun dari tahun perencanaan.

Disamping itu, masih terdapat overlapping data capaian antar institusi yang berwenang

melakukan kegiatan pendataan statistik. Keadaan ini muncul akibat dari belum optimalnya

koordinasi SKPD dalam menentukan kriteria serta metode pelaksanaan pengumpulan data.

Jenis data statistik yang dimiliki oleh Kota Banjar dan disusun setiap tahun adalah Banjar

dalam angka, PDRB, IPM dan IKM UKK. Berbagai jenis data statistik tersebut digunakan oleh

berbagai pihak, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat dalam mengkaji kemajuan

pembangunan di Kota Banjar.

x. Kearsipan

Pengertian arsip menurut PP No. 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor

43 Tahun 2009 tentang Kearsipan adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai

bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang

dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan,

perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, perseorangan dalam pelaksanaan

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebagai salah satu unsur penunjang dalam pelaksanan kegiatan pembangunan, keberadaan

arsip dalam pemerintah memegang peranan penting. Arsip digunakan sebagai sumber

informasi, acuan serta bahan pertanggungjawaban dari pelaksanaan kegiatan yang dilakukan

oleh pemerintah. Selain itu, keberadaan arsip serta keterbukaan akses masyarakat terhadap

II - 74

BAB II 2015

kearsipan dapat dijadikan sebagai tolok ukur bagi pemerintah dalam menjalankan sistem

pemerintahan yang akuntabel.

y. Komunikasi dan Informatika

Kebijakan tentang pentingnya penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di

lingkungan pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah telah dituangkan di dalam Inpres

Nomor 3 Tahun 2003, yaitu tentang penyelenggaraanpemerintahan yang berbasis elektronik

(e-government). Melalui pengembangan egovernment, pemerintah mengharapkan dapat

melakukan penataan system manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan

mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

Di Kota Banjar sendiri sudah menerapkan beberapa aplikasi seperti Sistem Informasi

Manajemen Daerah (Simda), Sistem Informasi Asset Daerah, Sistem Informasi Kepegawaian

(Simpeg), Sistem Pengadminstrasian Anggaran dan Realisasi Kegiatan (SPARK), Sistem

Informasi Kualitas Lingkungah Hidup (SIKL). Sementara untuk penyeberluasan informasi

dilakukan melalui website Pemerintah Kota Banjar (www.banjar-jabar.go.id) dan pengadaan

barang dan jasa yang dapat diakses melalui lpse.banjar-jabar.go.id.

z. Perpustakaan

Sebaran perpustakaan sekolah berdasarkan jenjang pendidikan, baik sekolah negeri maupun

swasta sbb:

Tabel 2.75Sebaran perpustakaan Kota Banjar Tahun 2009- 2013

Perpustakaan Sekolah 2009 2010 2011 2012 2013PAUD 6 6 6

SD 62 75 85 79 79MI 16 16 15 6 6

SMP 11 11 11 11 11MTs 5 6 6 6 6SMA 5 5 4 3 3SMK 7 7 6 6 6MA 7 7 6 2 2

J U M L A H 113 127 139 113 113

Sumber : Karpusda Kota Banjar

Dari layanan perpustakaan, diinformasikan bahwa terdapat 4.908 judul buku dengan jumlah

eksemplar sebanyak 10.073 buku. Perpustakaan juga memiliki anggota sebanyak 5.993 orang

dengan sirkulasi peminjaman sebanyak 8.601 kali setahun. Jumlah keanggotaan dan jumlah

peminjaman per tahun melebihi target tahun 2013.

Grafik.2.2Layanan Perpustakan Kota Banjar

II - 75

Judul Buku Eksemplar Anggota Sirkulasi

Realisasi

4908 10073 5993 8601

Target

4908 10073 3000 5993

1,000 3,000 5,000 7,000 9,000

11,000

1,000 3,000 5,000 7,000 9,000 11,000 Layanan Perpustakaan

Jum

lah

2015 BAB II

2.1.3.2 Capaian Kinerja Layanan Urusan Pilihan

a. Pertanian

Pada tahun 2013 luas panen padi dan palawija Kota Banjar mencapai 7.686 Ha,

dengan rincian sebagai berikut: luas panen padi sawah mencapai 6.917 Ha atau sekitar

89,99 persen, padi ladang 89 Ha (1,16 persen) dan palawija dengan luas panen 680 Ha

(8,85 persen).

Hasil produksi padi dan palawija menunjukkan pelambatan selama kurun waktu

2012-2013. Hal ini disebabkan antara lain karena adanya intensifikasipengelolaan

tanaman padi. Kalau dilihat dari produksi padi dan palawija tercatat sebanyak 50.168

ton (2012), 50.749 ton tahun 2013. Rata-rata produksi per hektar padi sawah hanya

mencapai 6,50 ton di tahun 2013, dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 6,32 ton per

hektar. Sedangkan untuk padi ladang rata-rata hasil per hektar mencapai sebesar 4,22

ton di tahun 2013 melambat dibandingkan kondisi tahun 2012 yang mencapai sebesar

4,53 ton per hektar.

Sedangkan pada panen palawija, luas panen komoditi jagung paling luas dibanding

komoditi lainnya yaitu mencapai 309 Ha atau 45,44 persen dari luas panen seluruh

komoditi palawija, dengan tingkat produksi mencapai 4,76 ton per hektar dan sedikit

melambat dibandingkan pencapaian tingkat produksi tahun 2012, yaitu sebesar 5,67 ton

per hektar.

Bila dilihat per kecamatan, data tahun 2013 menunjukkan hasil produksi padi

sawah di Kecamatan Langensari paling besar kontribusinya terhadap produksi padi

sawah Kota Banjar, yaitu mencapai sebesar 44,57 persen. Dengan luas panen padi sawah

Kecamatan Langensari sebesar 3028 Ha, mampu menghasilkan produksi sebesar 20.030

ton gabah, dengan tingkat produksi mencapai 6,1 ton per hektar. Berikutnya Kecamatan

Pataruman menjadi pemasok ke dua terhadap produksi gabah yaitu sebesar 10.898 ton

(24,25 persen), dengan tingkat produksi mencapai sebesar 6,66 ton per hektar.

Kemudian disusul oleh Kecamatan Purwaharja yang mencapai sebesar 7.176 ton (15,97

persen) dan Kecamatan Banjar yang mencapai sebesar 6.833 ton (15,21 persen).

Produksi padi ladang dihasilkan oleh Kecamatan Pataruman dan Kecamatan

Langensari dan Kecamatan Purwaharja dengan luas panen seluas 89 Ha dan

menghasilkan produksi gabah sebanyak 376 Ton. Kecamatan Langensari menyumbang

kontribusi terbesar dengan luas panen 50 Ha memproduksi sebanyak 205 ton gabah.

Komoditi pertanian lainnya seperti sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan

tanaman obat-obatan, juga ada di Kota Banjar. Komoditi sayuran, tercatat pada tahun

2013 komoditi petai merupakan komoditi yang paling banyak dihasilkan yaitu mencapai

3.235 Kwintal dari panen sebanyak 4.267 pohon. Sementara produksi paling sedikit di

II - 76

BAB II 2015

tahun 2013 adalah komoditi labu siam yang menghasilkan 106 Kwintal dari luas panen 5

Ha.

Pisang yang merupakan komoditi buah-buahan menjadi komoditi yang paling

banyak dihasilkan pada tahun 2013 yaitu mencapai 60.240 Kwintal. Sedangkan komoditi

yang paling sedikit produksinya adalah nenas yaitu hanya sebanyak 15 Kwintal.

Komoditas pertanian lainnya yang tidak kalah penting dalam kontribusinya

terhadap sektor pertanian yaitu tanaman obat-obatan. Tercatat luas tanaman obat-

obatan di Kota Banjar seluas 100.533 M2 yang ditanami sebanyak 6 komoditi tanaman

obat-obatan. tanaman jahe, kapolaga, kencur dan kunyit merupakan tanaman obat-

obatan yang memiliki produksi besar. Tercatat tanaman jahe menghasilkan produksi

terbesar sebanyak 47.727 Kg. Kecamatan Pataruman memberi kontribusi terbanyak

terhadap produksi tanaman kunyit ini yaitu sebanyak 32,3 ton dengan luas panen 13.000

M2.

Komoditi lainnya dari kegiatan pertanian yaitu ternak. Ternak besar meliputi

sapi, kerbau dan kuda yang tersebar di semua kecamatan. Jumlah ternak sapi pada

tahun 2013 sebanyak 1.270 ekor meningkat dibandingkan keadaan tahun 2012 yang

mencapai sebanyak 1.256 ekor, dimana Kecamatan Pataruman memiliki jumlah ternak

sapi yang paling banyak yaitu 357 ekor, kemudian disusul Kecamatan Banjar sebanyak

319 ekor, Kecamatan Purwaharja sebanyak 316 ekor dan Kecamatan Langensari

sebanyak 278 ekor.

Kategori ternak kecil yaitu kambing terbanyak di Kecamatan Langensari yaitu

6.847 ekor dan doma terbanyak di Kecamatan Banjar yaitu 4.324 ekor. Dari kegiatan

pemotongan ternak yang bisa dicatat secara rutin hanya yang berasal dari rumah potong

milik pemerintah yang terdapat di Kecamatan Pataruman selain pemotongan di luar RPH

juga laporan pemotongan pada kegiatan qurban.

Tahun 2013 hewan ternak yang dipotong di RPH hanya jenis sapi yaitu sebanyak

2.470 ekor, terdiri dari sapi jantan 1.980 ekor dan betina sebanyak 490 ekor. Produksi

daging sapi mencapai 566,5 ton, melambat dibanding tahun 2012 yang mencapai 586

ton. Untuk daging domba sebanyak 53 ton dan daging kambing sebanyak 38,7 ton.

Produksi selain daging adalah kulit dan susu. Produksi kulit tercatat sebanyak

3.057 lembar kulit sapi, 2.860 kulit domba, dan 1.675 kulit kambing.

Kota Banjar juga menghasilkan ternak unggas berupa ayam ras petelur, ayam ras

pedaging, ayam buras dan itik.

Areal perkebunan yang terdapat di Kota Banjar meliputi perkebunan milik

pemerintah dan perkebunan rakyat. Perkebunan rakyat dengan komoditi karet, kelapa,

kopi, kakao, lada, cengkeh, aren, panili, kemiri, melinjo, dan jarak. Luas areal yang

digunakan mencapai 3.147,38 Ha. Sekitar 83,65 persen luas areal perkebunan rakyat

digunakan untuk tanaman kelapa.

II - 77

2015 BAB II

Sedangkan menurut produksinya, di tahun 2013 komoditi kelapa menjadi komoditi

yang berproduksi paling banyak, yaitu 882,21 ton dan karet menjadi komoditi terbanyak

kedua 35,91 ton.

Tabel 2.76 Capaian Indikator Kinerja Urusan Pertanian

Kota Banjar Tahun 2009 - 2013

No Indikator 2009 2010 2011 2012 2013

1. Produksi padi dan palawija (ton)Padi Sawah 40.608 53.353 46.065 41.396 44.937Padi Gogo 235 274 164 290 376Jagung 3.405 2.391 3.313 3.149 1.470Kedelai 388 200 858 137 36Kacang Tanah 394 371 204 542 209Kacang Hijau 293 28 567 128 19Ubi Kayu 4.876 3.295 5.038 3.793 3031Ubi Jalar 646 2.075 977 689 553Talas 231 6 78 28 49Gayong 184 24 180 -Irut 56 24 48 16 21Gembili 31 31,85 25 -

2. Produksi Sayur-SayuranBawang Merah - - - -Bawang Putih -Bawang Daun 669 138 166 310Kentang -Kubis -Kembang Kol -Petsai 1.327 1.954 2.827 289 2180Wortel -Lobak -Kacang Merah 626 227 392 34Kacang Panjang 1.947 3.541 2.594 3.965 1.347Cabe Besar 881 297 194 - 141Cabe Rawit 1.091 234 275 394 583Jamur 30,11 0,32 1,77 1,65 224,6Tomat 441 12 3.504 909 1.203Terung 480 1.225 627 657 778Buncis 45 16 - -Mentimun 4.292 3.861 1.665 2.304 1.674Labu siam 388 391 461 771 106Kangkung 2.207 4.738 956 1.355 846Bayam 1.088 1.269 471 560 657Melinjo 13.466 1.177 3.266 - 2.584Petai 6.186 1.303 7.465 - 3.235

3. Produksi Tanaman Perkebunan (ton)Aren 4,40 0,2Cengkeh 0,80 0,48Kelapa 2.063,41 1.872,1

II - 78

BAB II 2015

No Indikator 2009 2010 2011 2012 2013

Kopi 9,36 8,32Kemiri 1,01 1,72Kakao 21,14 18,54Karet 70,30 37,31Lada 18,90 2,30Paneli 4,41 -Jarak 5,92 -Tembakau 15 -

4. Populasi Ternak (ekor)Sapi Potong 820 964 1.044 1.256 1.270Sapi Perah 14 18 28 1 22Kerbau 100 111 85 44 77Kuda 101 101 103 104 105Domba 10.733 10.883 11.016 11.020 11.300Kambing 10.367 10.690 10.830 10.840 10.950Ayam Buras 218.640 287.858 195.455 195.500 196.450Ayam Ras Petelur 32.300 32.524 28.624 29.871 30.431Ayam Ras Pedaging dan Broiler 188.425 202.607 227.913 230.877 235.997Itik 8.259 12.800 10.714 20.650 21.865

5 Produksi Daging (ton/thn)Sapi 50,5 49,3 55,8 58,6 56,6Domba 52,70 52,50 57 58 53Kambing 37 37,5 38 39 38,7Ayam Buras 26,3 26,75 26,7 27,3 27,9Ayam Ras Pedaging 505 705,3 735 742 74,3Itik 4,38 4,29 4,48 5,32 8,07

b. Kehutanan

Luas hutan rakyat di Kota Banjar pada tahun 2013 mencapai 1.733,2 Ha dengan 3 (tiga) jenis

tanaman utama dan 1 jenis tanaman campuran (lainnya). Tiga jenis tanaman utama tersebut

yaitu Mahoni, albasi dan jati dengan potensi kayu masing-masing 138,5 Ha, 691,85 Ha dan

94,5 Ha.

Kecamatan Banjar menjadi kecamatan yang memiliki potensi kayu terbanyak dibanding

kecamatan lainnya. Sedangkan kecamatan Langensari memiliki potensi kayu yang paling

sedikit.

c. Enegi dan Sumberdaya Mineral

Sektor penggalian di Kota Banjar merupakan sektor penunjang pada sektor lainnya,

diantaranya sebagai bahan baku pembuatan industri bata merah dan penunjang kegiatan

sektor konstruksi. Bahan galian yang utama adalah Andesit, Pasir dan Tanah Liat.

Menurut data tahun 2013, jumlah produksi andesit mencapai 19.000 m3 dengan estimasi

potensi nilai sebesar Rp. 2,12 milyar. Sedangkan jumlah produksi pasir mencapai 31.220 m 3

dengan estimasi potensi nilai sebesar Rp. 1,25 milyar dan galian tanah liat berproduksi

sebanyak 54 juta unit dengan tingkat estimasi potensi nilai sebesar Rp. 26,06 milyar.

II - 79

2015 BAB II

Ketenagalistrikan berperan sebagai infrastruktur yang harus ada untuk mendukung kegiatan

pembangunan masyarakat. Pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan diprioritaskan baik

untuk meningkatkan keandalan penyediaan tenaga listrik maupun memberikan akses

penyediaan tenaga listrik. Penyediaan tenaga listrik yang memadai dan berkualitas

merupakan parameter penting untuk mendukung kemajuan sektor lainnya antara lain sektor

industri, perdagangan, telekomunikasi dan sektor-sektor penggerak ekonomi lainnya.

Sehingga ketersediaan energi listrik yang cukup akan menentukan pertumbuhan ekonomi dan

tingkat kesejahteraan masyarakat.

Pada Tahun 2013, penjualan tenaga listrik disalurkan PT. PLN Distribusi Jawa Barat, Unit

Pelayanan dan Jaringan (UPJ) Kota Banjar, mencapai 64,61 juta kwh untuk sebanyak 199.603

pelanggan. Jumlah pelanggan yang bisa terlayani terbagi menjadi beberapa kategori atau

jenis pelanggan yaitu kategori rumah tangga/tempat ibadah/sekolah, bisnis, instansi

pemerintah, sosial, industri dan penerangan jalan umum. Tenaga listrik yang terserap oleh

rumah tangga mencapai 131,05 juta Kwh atau sekitar 79,60 persen, sedangkan pelanggan

bisnis menyerap 5,79 persen, sisanya terserap oleh kategori pelanggan lainnya.

Tabel 2.77Banyaknya Produk dan Nilai Bahan Galian Tahun 2013 Kota Banjar

Uraian Produksi (m3) Nilai (Rp)

Andesit 19.000 2.120.000.000Pasir 312.220 1.248.800.000Tanah Liat 54.300 26.064.000.000

Sumber: Dinas PU Kota Banjar Tabel 2.78

Banyaknya Penjualan Tenaga Listrik (Kwh) di Kota Banjar Tahun 2012

Penjualan Tenaga Listrik (Kwh)Sosial Rumah Tangga Bisnis Industri Pemerintah Jumlah

36.417.051 161.666.914 9.497.980 12.982.978 4.190.035 201.976.862

Sumber: PT. PLN Distribusi Jabar & Banten UPJ Banjar Kota

d. Pariwisata

Program Pengembangan dan Promosi Pariwisata yang dilaksanakan Pemerintah Kota Banjar

meliputi fasilitasi promosi pariwisata nusantara di dalam kota dan di luar daerah serta

fasilitasi festival budaya dan pelestarian cagar budaya. Perkembangan kunjungan wisata yang

tercatat di pengelola hotel/objek wisata/panitia penyelenggara di Kota Banjar selama tahun

2013 sebagai berikut:

Grafik 2.3.Perbandingan Kunjungan Wisatawan ke Empat Tujuan Wisata (TW)

di Kota Banjar Tahun 2012

II - 80 TW-1 TW-2 TW-3 TW-4

Wisman 29 0 0 2

Wisnu 38900 32407 9135 90458

10,000

50,000

90,000

Kunjungan di Hotel Tahun 2012

Jum

lah

Tam

u

BAB II 2015

Sumber: BDA Kota Banjar Tahun 2012

Selama tahun 2013, Waterpark Kota Banjar menjadi tujuan wisata yang paling diminati. Hal

tersebut berdasarkan data pengunjung ke acara tersebut yang mencapai 90.458 orang, naik

hampir 9 kali lipat dibandingkan dengan tahun 2011 yang hanya mencapai 11.062

pengunjung.

Tabel 2.79Perbandingan Jumlah Wisatawan Berdasarkan Objek Wisata

Tahun 2012 – 2013

Obyek Wisata2012 2013

Wisman Wisnus Wisman WisnusHotel Melati 27 45.041 29 38.900Kolam renang - 32.407 - 32.407Situ Mustika - 9.135 - 9.135Waterpark 2 90.458 2 90.458Jumlah 29 177.041 31 170.900

Sumber: BDA Kota Banjar Tahun 2013

Tabel 2.80Data Kunjungan ke Kolam Renang dan Waterpark di Kota Banjar

Tahun 2012

Sumber: BDA Kota Banjar Tahun 2012

Tabel 2.81Data Kunjungan ke Situ Mustika di Kota Banjar

Tahun 2012

Tahun 2011

Tahun 2012

8,825 8,875 8,925 8,975 9,025 9,075 9,125 9,175 Tahun 2011 Tahun 2012

Kunjungan 8916 9135

Kunjungan Situ Mustika

II - 81

TAHUN 2011 TAHUN 2012

Kolam Renang 44220 32407

Water Park 11062 90458

5,000

25,000

45,000

65,000

85,000

Data Kunjungan Water Park dan Kolam Renang

Jum

lah

peng

unju

ng

TW-1 TW-2 TW-3 TW-4

Wisman 29 0 0 2

Wisnu 38900 32407 9135 90458

10,000

50,000

90,000

Kunjungan di Hotel Tahun 2012

Jum

lah

Tam

u

2015 BAB II

Sumber: BDA Kota Banjar Tahun 2012

Selain itu dilakukan juga kegiatan-kegiatan: Helaran seni tradisional (tingkat kota Banjar dan

tingkat Jawa Barat), Pentas seni kota Banjar, Kirab seni Jawa Barat, Kemilau Nusantara,

Apresiasi seni tradisional, JTX, Moka Banjar, Moka Provinsi, Citanduy Festival, Pawai Allegoris,

Ngarumat Mustika, Ngabungbang, Binojakrama Padalangan, Festival kreasi tari, serta Festival

Reog/calung.

e. Perikanan

Pemanfaatan lahan pertanian juga untuk budidaya perikanan darat. Tempat pemeliharaan

berupa kolam dengan luas areal mencapai 314,07 Ha. Produksi yang dihasilkan dari

pengusaha budidaya kolam mencapai 2.392,74 ton ikan. Rumah tangga yang terlibat dalam

menghasilkan produksi ikan budidaya kolam sebanayk 3.503 rumah tangga. Kecamatan yang

paling banyak terdapat rumah tangga usaha pembudidya kolam ikan adalah Kecamatan

Pataruman sebanyak 1.585 rumah tangga, disusul Kecamatan Langensari sebanyak 815

rumah tangga, Kecamatan Banjar sebanyak 687 rumah tangga dan Kecamatan Purwaharja

sebanyak 416 rumah tangga.

f. Perdagangan

Selama kurun waktu tahun 2007-2011, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan

sektor yang memberikan kontribusi paling tinggi terhadap Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Kota Banjar. Berdasarkan nilai dan kontribusi sektor dalam PDRB atas dasar harga

konstan tahun 2000, selama tahun 2007-2011, kontribusi sektor perdaganan berkisar diangka

32-34 persen, hampir dua kali lipat jika dibandingkan dengan kontribusi dari sektor pernaian

dan jasa-jasa.

Tabel 2.82Distribusi Persentase Sektoral PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Kota Banjar Tahun 2009 – 2013 (persen)

Lapangan Usaha 2009 2010*) 2011*) 2012*) 2013**)

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

A. Primer 17.55 17.47 17.29 16,34 1. Pertanian 17.24 17.16 17.01 16,07 2. Pertambangan dan 0.30 0.30 0.28 0,27 PenggalianB. Sekunder 19.63 19.54 19.84 20,28 3. Industri Pengolahan 11.76 11.64 11.91 12,23 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1.02 1.02 0.98 0,97 5. Bangunan 6.85 6.88 6.95 7,09C. Tersier 62.82 62.99 62.87 63,38 6. Perdagangan, Hotel & 33.73 34.47 34.51 34,90 Restoran 7. Pengangkutan dan 7.04 6.73 6.55 6,63 Komunikasi

II - 82

BAB II 2015

Lapangan Usaha 2009 2010*) 2011*) 2012*) 2013**)

[1] [2] [3] [4] [5] [6] 8. Keuangan, Persewaan 5.87 5.67 5.59 5,56 dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 16.17 16.12 16.22 16,28

*) angka perbaikan**) angka sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Banjar

Secara umum, dapat pula ditarik kesimpulan bahwa struktur ekonomi Kota Banjar masih

didominasi oleh kemajuan sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan didukung peranan

sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor industri pengolahan. Keempat sektor tersebut,

selama ini dianggap sebagai tulang punggung perekonomian Kota Banjar karena memiliki

kontribusi paling besar terhadap PDRB Kota Banjar.

Menurut data hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun 2012, penduduk Kota

Banjar yang berusia 15 tahun ke atas dan memiliki mata pencaharian di sektor perdagangan

tercatat cukup besar yaitu sebesar 26,56 persen, kemudian disusul oleh sektor industri

pengolahan 22,59 persen, sektor jasa-jasa 20,54 persen, dan sektor pertanian sebesar 10,03

persen. Banyaknya tenaga kerja yang terserap di sektor-sektor utama tersebut selaras dengan

besarnya kontribusi sektor-sektor tersebut terhadap pembentukan PDRB Kota Banjar tahun

2012.

g. Perindustrian

Sektor Industri berdasarkan jenisnya dibedakan atas 4 golongan yaitu industri besar, sedang,

kecil dan rumah tangga. Menurut konsep BPS yang dikategorikan industri besar yaitu industri

yang memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang, industri sedang yaitu industri yang

mempunyai tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang, industri kecil yaitu industri yang

memiliki tenaga kerja 5 sampai 19 orang sedangkan industri rumah tangga adalah industri

yang memiliki tenaga kerja kurang dari 5 orang.

Data Dinas Perindustrian, Perda-gangan dan Koperasi Kota Banjar, industri terbagi ke dalam 2

kategori yaitu industri formal dan non formal. Jumlah industri formal pada tahun 2013 di Kota

Banjar sebanyak 514 perusahaan tersebar di 4 Kecamatan dan menyerap tenaga kerja

sebanyak 6.898 orang. Kecamatan Banjar memiliki jumlah perusahaan industri formal

terbanyak, yaitu sebanyak 189 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja yang terserap

sebanyak 1.322 orang. Sementara itu jumlah perusahaan industri formal paling sedikit berada

di Kecamatan Langensari hanya sebanyak 67 perusahaan dengan serapan tenaga kerja hanya

sebanyak 388 orang.

Jumlah Perusahaan Industri Non Formal di Kota Banjar tahun 2013 sebanyak 2.430

perusahaan yang menyerap tenaga kerja sebanyak 4.965 orang. Dari jumlah perusahaan Non

II - 83

2015 BAB II

Formal di Kota Banjar pada Tahun 2013 terbanyak berada di wilayah Kecamatan Banjar yaitu

1.172 peru-sahaan. Perusahan Non Formal yang terdapat di Kota Banjar meliputi industri Gula

Merah, Genteng kera-mik, anyaman bambu, tahu, tempe, rangginang, industri bata merah

dan lain-lain.

h. Ketransmigrasian

Program transmigrasi kini pelaksanaannya dilandasi atas kebutuhan daerah, diwujudkan

dengan inisiatif daerah dan dilaksanakan daerah serta difasilitasi oleh pusat yang dapat

bermanfaat bagi daerah itu sendiri. Perencanaan dan pelaksanaan program transmigrasi

harus memberikan tempat yang proporsional kepada daerah, baik daerah asal maupun

daerah tujuan transmigran melalui kerjasama antar daerah. Oleh karena itu, peran

pemerintah daerah sebagai pelaksana (rowing) sedangkan pemerintah pusat sebagai

fasilitator dan memberikan arahan (steering) maka dalam pelaksanaan pembangunan

transmigrasi dilakukan dengan pendekatan demand side, dimana pembangunan transmigrasi

disesuaikandengan kebutuhan dan permintaan masyarakat dan pemerintah daerah setempat

yang melibatkan pemerintah provinsi dengan dukungan pemerintah kabupaten/kota.

Pemerintah Kota Banjar sebagai daerah pengirim calon transmigran telah bekerjasama

dengan provinsi daerah penempatan dalam penyelenggaraan transmigrasi. Dengan adanya

kerjasama tersebut, diharapkan dapat memudahkan penyelenggaraan transmigrasi sehingga

permasalahan-permasalahan yang ada dapat diminimalisir sedini mungkin.

Pemerintah Kota Banjar telah memberangkatkan transmigran total sebanyak 76 KK selama

kurun waktu 2009-2013, yaitu masing-masing 10 KK pada tahun 2009 dan tahun 2010, 25 KK

pada tahun 2011, 15 KK pada tahun 2012, dan 16 KK pada tahun 2013.

Tabel 2.83Jumlah Transmigrasi Kota Banjar Per Kecamatan

Tahun 2009 s.d 2013

No KecamatanJumlah Transmigrasi /Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1. Banjar 1 1 72. Purwaharja 1 1 3 53. Pataruman 7 7 2 4 64. Langensari 1 1 13 6 10

Kota Banjar 10 10 25 15 16

2.1.4 Aspek Daya Saing Daerah2.1.4.1 Kemampuan Ekonomi Daerah

Tabel 2.84. memperlihatkan perkembangan komponen PDRB dalam kurun waktu lima tahun

terakhir. Perkembangan komponen PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan tren yang

positif. Nilai konsumsi rumah tangga terus melaju dari 896,1 milyar rupiah pada tahun 2009

hingga tahun 2013 telah mencapai 1.386,44 milyar rupiah. Nilai konsumsi Lembaga Non Profit

juga mengalami peningkatan dari 20,46 milyar rupiah pada tahun 2009 menjadi 27,61 milyar

II - 84

BAB II 2015

rupiah pada tahun 2013. Sementara nilai konsumsi pemerintah yang pada tahun 2009

sebesar 228,98 milyar rupiah meningkat menjadi 369,07 milyar rupiah pada tahun 2013.

Demikian pula dengan nilai PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) yang telah mencapai

631,24 milyar rupiah pada tahun 2013, dari semula hanya 454,83 milyar rupiah pada tahun

2009.

Tabel 2.84Produk Domestik Regional Bruto Kota Banjar Tahun 2009 dan 2013

Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)

Komponen Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan2009 2013*) 2009 2013*)

[1] [2] [3] [4] [5]

Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga 896.096,33 1.386.444,52 380.147,91 484.474,45Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit

20.459,35 27.608,04 8.872,15 9.643,80Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 228.980,49 369.074,65 85.178,53 104.314,79Pembentukan Modal Tetap Bruto 454.830,53 631.242,57 233.520,85 280.087,07Perubahan Stok 7.513,45 6.482,49 17.557,07 12.194,75Ekspor Netto (ekspor-impor) (15.003,45) (20.945,46) (13.062,16) (14.813,16)

Total PDRB 1.592.876,70 2.399.906,82 712.214,33 875.901,71

Hal yang sama juga terlihat pada nilai komponen PDRB penggunaan atas dasar harga konstan

2000 dimana peningkatan juga terjadi di semua komponen PDRB. Nilai konsumsi rumah

tangga pada tahun 2009 sebesar 380,15 milyar rupiah, terus meningkat hingga tahun 2013

menjadi 484,47 milyar rupiah. Nilai konsumsi Lembaga Non Profit pada tahun 2009 sebesar

8,87 milyar rupiah menjadi 9,64 milyar rupiah pada tahun 2013. Nilai konsumsi pemerintah di

tahun 2009 sebesar 85,18 milyar rupiah dan pada tahun 2013 menjadi sebesar 104,31 milyar

rupiah. Sedangkan nilai PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) pada tahun 2009 sebesar

233,52 milyar rupiah meningkat menjadi 280,09 milyar rupiah pada tahun 2013.

Grafik 2.4.Laju Pertumbuhan Komponen PDRB Kota Banjar Tahun 2009-2013

Menurut Penggunaan (Persen)

*) angka sementara Sumber : BPS Kota Banjar

Dari uraian di atas terlihat bahwa secara nominal terjadi peningkatan di semua komponen

penggunaan PDRB Kota Banjar, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga

konstan Tahun 2000. Akan tetapi bila ditinjau dari tingkat pertumbuhannya, tiap-tiap

komponen penggunaan mempunyai pertumbuhan yang berfluktuasi. Pada tahun 2013

pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga tidak lagi menempati urutan tertinggi

II - 85

Konst. Rmt

Kons. LN

P

Kons. Pemrnth

PMTB

Inventori

Ekspor

Impor

-35-30-25-20-15-10

-505

1015

5.233.07 8.88

5.65

-31.5

2.136.438.11

17.7

5.79

-12.94

6.88 6.76

20092013

2015 BAB II

diantara semua komponen PDRB penggunaan, tapi digantikan oleh konsumsi pemerintah

dengan laju sekitar 7,7 di tahun 2013. Dari sini terlihat perilaku konsumsi pemerintah di Kota

Banjar yang mengalami perubahan seiring dengan semakin membaiknya pelayanan dan ungsi

pemerintah serta dipenggaruhi oleh adanya pesta demokrasi pemilihan walikota banjar. Dari

grafik diatas juga terlihat laju inventori tahun 2013 yang mengalami kontraksi (12,94) persen,

namun hal tersebut dibarengi juga dengan tingginya laju impor di tahun 2013 dimana hal ini

mengindikasikan bahwa barang-barang yang beredar di kota Banjar sebagian besar berasal

dari luar kota Banjar.

Gambar 2.11Peranan Komponen PDRB Kota Banjar Tahun 2013

ADHB Menurut Pngeluaran

*) angka sementara Sumber : BPS Kota Banjar

Berbeda dengan laju pertumbuhan, perkembangan peranan komponen-komponen

penggunaan terhadap total PDRB Kota Banjar selam 5 tahun terakhir tampak relatif stabil,

baik atas dasar harga berlaku maupun konstan. Gambar 2.11 memperlihatkan bahwa

kontribusi terbesar penggunaan PDRB Kota Banjar adalah konsumsi rumah tangga. Andil

konsumsi rumah tangga terhadap PDRB Tahun 2013 sebesar 57,77 persen atas dasar harga

berlaku dan 55,31 persen atas dasar harga konstan. Konsumsi Lembaga Non Profit

mempunyai andil paling kecil setiap tahun. Pada Tahun 2013, andil konsumsi Lembaga Non

Profit terhadap PDRB atas harga berlaku hanya sebesar 1,15 persen, sedangkan Konsumsi

Pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) berturut-turut mempunyai

konstribusi masing-masing sebesar 15,38 dan 26,30 persen.

Konsumsi rumah tangga yang mempunyai andil dominan dan tingkat pertumbuhan tertinggi

merefleksikan besarnya peranan rumah tangga dalam menggerakkan perekonomian Kota

Banjar. Peningkatan taraf hidup, pendapatan rumah tangga dan pengentasan kemiskinan

akan terasa efektif dalam upaya peningkatan PDRB dan perbaikan laju pertumbuhan ekonomi

secara keseluruhan.

II - 86

57.77

1.15

15.38

26.3

2.74 1.87 0.27

Kons. RmtKons. LNPKons. PemernthPMTBInventoriEksporImpor

BAB II 2015

2.1.4.2 Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Dalam peningkatan pelayanan angkutan umum bagi masyarakat, sampai dengan tahun 2013

Kota Banjar memiliki 1 unit terminal tipe b yang berada di Kecamatan Purwaharja untuk

melayanan penumpang antar kota antar provinsi dan antar kota dalam provinsi. Terdapat

juga 2 unit terminal tipe c yang diperuntukkan bagi angkutan kota dan angkutan desa.

Dari sektor transportasi mencatat jumlah kendaraan bermotor yang wajib uji kondisi akhir

tahun 2013 sebanyak 2.458 buah terdiri dari kendaraan tidak umum sebanyak 1.897 buah

dan kendaran umum sebanyak 561 buah. Menurut jenisnya kendaraan bermotor terbagi ke

dalam mobil jenis penumpang, bus, mobil barang dan kendaraan khusus.

Masih berkaitan dengan sektor transportasi juga bisa dilihat juga pada kegiatan PT. KAI yang

diwakili stasiun Langensari dan stasiun Banjar. Jumlah penumpang pada tahun 2013 yang

diberangkatkan dari stasiun Langensari sebanyak 14.342 penumpang dengan nilai penjualan

karcis sebesar 525,55 juta rupiah. Di stasiun Banjar, penumpang lebih banyak lagi yaitu

46.207 orang dengan total nilai penjualan karcis 4,34 milyar rupiah.

Panjang jalan menurut Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjar untuk tahun 2013 adalah

sepanjang 14,07 km berstatus jalan nasional, 9,65 km berstatus jalan provinsi dan sepanjang

223,194 km berstatus jalan kota. Kondisi jalan nasional dan provinsi relatif sudah baik,

sedangkan jalan kota tercatat masih ada yang rusak sepanjang 16,06 km, menurun dibanding

tahun 2010 yang mencapai 13,93 persen. Menurut kelasnya, jalan dibagi ke dalam 6 kelas

jalan yaitu kelas I, II, III, IIIA, IIIB, IIIC. Kondisi jalan nasional dan provinsi yang berada di

wilayah Kota Banjar di kategorikan kelas jalan I, dan jalan kota dikalsifikasikan sebagai kelas

III.

Fasilitas untuk menunjang aktivitas bisnis dan wisata di Kota Banjar terdapat diantaranya jasa

akomodasi sebanyak 10 (sepuluh) buah baik berupa hotel maupun penginapan,

restoran/rumah makan, pasar dan lain-lain.

Selain itu juga terdapat fasilitas perbankan sebanyak 7 kantor bank umum, meliputi Bank

Jabar 1 unit, Mandiri 1 unit, BCA 1 unit, BNI 1 unit, BRI 1 unit, BSM 1 unit, Danamon 1 unit.

2.1.4.3 Iklim Investasi

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPMPPT) Kota Banjar bertugas

melayani sebanyak 18 jenis perizinan dan menampilkan profil dan potensi investasi yang

menjanjikan di Kota Banjar. Cukup banyak strategi dan promosi dilakukan oleh badan ini guna

meningkatkan pelayanan peijinan secara prima dan sekaligus mampu pula menarik investasi

seluas-luasnya bagi kemajuan pembangunan Kota Banjar.

Dengan gedung baru yang representatif, BPMPPT diharapkan mampu memberikan beragam

pelayanan secara baik dan cepat. Untuk mengurus ijin reklame dan penyelenggaraan

pameran misalnya, hanya membutuhkan waktu 1 (satu) hari kerja. Sedangkan mengurus

tanda daftar gudang hanya membutuhkan waktu 3 hari kerja, kemudian untuk mengurus ijin

gangguan dan ijin usaha industri hanya membutuhkan waktu pengurusan selama 5 hari kerja.

II - 87

2015 BAB II

Waktu pengurusan perijinan yang terlama (sekitar 14 hari) hanya pada 4 jenis layanan, yaitu:

ijin usaha toko modern, IMB dan ijin pengelolaaan limbah cair.

Tabel 2.85Jenis Perijinan, Dasar Hukum dan Lamanya Waktu Penyelesaian Perijinan

Di BPMPPT Kota Banjar

No. Jenis Perijinan Dasar HukumWaktu

Penyelesaian

1. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT)

Peraturan Daerah Kota Banjar No. 35 tahun 2004 Tentang Retribusi Izin Peruntukan Penggunaan Tanah

5 hari kerja

2. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Peraturan Daerah kota Banjar No 7 tahun 2011 tentang Retribusi Perijinan Tertentu

14 hari kerja

3. Izin Gangguan (HO) Peraturan Daerah Kota Banjar No. 7 Tahun 2011 tentang Retribusi Perijinan Tertentu

5 hari kerja

4 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 36/M-DAG/PER/9/2007 Tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan dan Peraturan Menteri Perdagangan RI no. 46/M-DAG/PER/9/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan RI no.36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat izin Perdagangan

5 hari kerja

5 Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Peraturan Daerah Kota Banjar no 38 tahun 2004 tentang ketentuan Pendaftaran Perusahaan

5 hari kerja

6. Tanda Daftar Gudang (TDG) Peraturan Menteri Perdagangan RI no. 16/M-DAG/PER/3/2006 tentang Penataan dan Pembinaan Pergudangan

3 hari kerja

7. Tanda Daftar Industri (SIUI/TDI) Peraturan Daerah Kota Banjar no. 8 tahun 2004 tentang ketentuan pemberian Surat Izin Usaha Industri

5 hari kerja

8. Izin Usaha Toko Modern (IUTM) Peraturan Presiden RI no. 112 tahun 2007 dan peraturan Mentri Perdagangan RI no. 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, pusat perbelanjaan dan Toko Modern

14 hari kerja

9. Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) Peraturan Daerah Kota Banjar no. 7 tahun 2007 tentang Retribusi Ijin Usaha Jasa Kontruksi

5 hari kerja

10. Izin Pemakaian Air tanah Peraturan Pemerintah RI No. 43 tahun 2008 tentang Air Tanah

1 hari kerja

11. Izin Pengusahaan air Tanah Peraturan Pemerintah RI no. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah

4 hari kerja

12. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Peraturan Daerah Kota Banjar no. 4 tahun 2005 tentang Pertambangan Umum

5 hari kerja

13. Izin Pertambangan Rakyat Peraturan Daerah kota Banjar no. 4 tahun 2005 tentang Pertambangan Umum

5 hari kerja

14. Izin Penyelenggaraan Pameran Peraturan Daerah Kota Banjar no. 40 tahun 2004 tentang Izin Penyelenggaraan Pameran

1 hari kerja

15. Izin Usaha Angkutan Peraturan Daerah kota Banjar No 7 tahun 2011 tentang Retribusi Perijinan Tertentu

5 hari kerja

16. Izin Trayek Peraturan Pemerintah RI no. 41 tahun 1993 tentang Angkutan Jalan

5 hari kerja

17. Izin Pengelolaan limbah Cair Peraturan Daerah Kota Banjar no. 5 tahun 2005 tentang Pengelolaan, Pengendalian Lingkungan dan Limbah Cair

14 hari kerja

18. Izin Reklame Peraturan Daerah Kota Banjar no. 36 tahun 2004 tentang Pajak Reklame

1 hari kerja

Sumber : BPMPPT Kota Banjar.

2.1.4.4 Sumber Daya Manusia

II - 88

BAB II 2015

Sejak berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah yang diikuti dengan penerimaan Dana

Alokasi Umum (DAU). Jumlah penduduk telah digunakan sebagai salah satu penimbang

terhadap besar kecilnya perolehan DAU bagi setiap pemerintah daerah propinsi dan

kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Oleh karena penduduk merupakan bagian dari

pembangunan, maka posisi penduduk bisa sebagai subyek sekaligus bisa menjadi obyek dari

pembangunan itu sendiri. Pada tahun 2011 penduduk Kota Banjar yang tercatat di Badan

Keluarga Berencana, Pencatatan Sipil, dan Kependudukan Kota Banjar sekitar 187.183 jiwa,

berdasarkan struktur umur proporsi jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) adalah

133.525 jiwa dan non produktif (0-14 & 65+ th) adalah 53.658 jiwa.

Kualitas SDM yang baik mutlak diperlukan bagi kemajuan suatu daerah. Salah satu upaya

penting untuk meningkatan kualitas SDM adalah terus menggalakan pendidikan untuk semua

(PUS). Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat di suatu daerah semakin tinggi pula

kualitas SDM-nya. Dengan tingginya tingkat pendidikan semakin terbuka untuk mendapatkan

lapangan pekerjaan dan penghasilan lebih baik dibandingkan mereka yang berpendidikan

rendah. Karena itu tantangan ke depan adalah bagaimana pemerintah dapat menyiapkan

sarana dan prasarana pendidikan serta regulasi pendidikan sehingga pendidikan dapat

dinikmati atau dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Usaha pemerintah agar pendidikan

lebih mudah dijangkau masyarakat dengan meluncurkan paket bantuan operasional sekolah

(BOS) perlu didukung dan dilakukan pengawasan yang ketat agar tepat sasaran dan tepat

manfaat.

Indikator melek huruf menggambarkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) yang diukur dalam

aspek pendidikan. Semakin tinggi persentase Melek Huruf semakin tinggi mutu SDM suatu

masyarakat. Melek huruf yang digunakan pada bahasan berikut adalah pada penduduk umur

15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis minimal kata-kata/kalimat sederhana

aksara tertentu, baik huruf latin atau lainnya.

Data angka melek huruf Kota Banjar selama periode 2009-2013 menunjukkan perkembangan

yang baik. Menurut data Susenas, persentase penduduk dewasa yang melek huruf di Kota

Banjar mencapai sekitar 98,65 persen pada tahun 2009 dan meningkat terus hingga tahun

2013 mencapai 99,12 persen.

Salah satu indikator yang menunjukkan pencapaian keberhasilan pembangunan sumber daya

manusia melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dimana dalam indikator IPM

memperhatikan rata-rata indeks kesehatan, indeks pendidikan dan indeks daya beli.

Pergerakan pencapaian laju IPM Kota Banjar yang begitu dinamis, bahkan cenderung

fluktuatif, dipengaruhi laju indeks pendidikan dan indeks daya beli yang agak melambat,

sedangkan indeks kesehatan pergerakan lebih cepat dibanding kedua indeks tersebut.

Pencapaian angka IPM Kota Banjar yang terus membaik, didukung dengan peningkatan nilai

komponen dari IPM. Komponen yang menjadi dasar penghitungan IPM seperti angka harapan

hidup, melek huruf, dan pengeluaran riil per kapita yang semuanya relatif membaik. Pada

II - 89

2015 BAB II

tahun 2009 indeks kesehatan (angka harapan hidup) dari 76,18 menjadi 76,82 di tahun 2012.

Untuk indeks daya beli dari 62,96 tahun 2013 menjadi 64,95 pada 2012. Sedangkan pada

indeks pendidikan pergerakan tidak terlalu signifikan yaitu dari 83,48 tahun 2009, meningkat

0,29 poin pada 2012 menjadi 83,97.

Peningkatan yang tidak terlalu besar pada indeks pendidikan, mungkin dipengaruhi sedikit

penurunan terhadap fokus sasaran kegiatan pemberantasan buta huruf beberapa tahun

terakhir. Sedangkan upaya peningkatan rata-rata lama sekolah, sangat terbantu dengan

kebijakan pemerintah pusat melalui program bantuan operasional sekolah (BOS), serta

revitalisasi gedung-gedung sekolah walaupun dampaknya belum begitu dirasakan untuk saat

ini. Oleh karena itu, untuk lebih memajukan pembangunan pendidikan masyarakat Kota

Banjar, utamanya “menggenjot” kemajuan rata-rata lama sekolah, pemerintah kota dan

provinsi tidak perlu “latah” bersama-sama mengambil beban tugas yang serupa dan fokus di

pendidikan formal, tetapi upaya-upaya lain yang justru kurang mendapat intervensi program

yang besar, seperti pendidikan luar sekolah selayaknya dapat dilirik menjadi program

unggulan daerah.

Peningkatan indeks kesehatan sedkit lebih baik pertumbuhannya dibanding indeks

pendidikan. Tampaknya kemajuan indeks kesehatan yang cukuf fluktuatif mampu mendorong

perkembangan pencapaian IPM Kota Banjar. Adanya keberpihakan yang nyata dari

pemerintah kota dengan terus bertambahnya alokasi anggaran bidang kesehatan, dan

pemanfaatannya diarahkan pada kebutuhan masyarakat secara luas, terutama rumahtangga

miskin seperti: kebijakan retribusi pelayanan kesehatan dasar gratis di puskesmas, program

perbaikan gizi masyarakat, peningkatan layanan kesehatan keluarga dan masyarakat, Jaring

Pengaman Sosial (JPS) bidang pelayanan kesehatan dasar, peningkatan pelayanan lingkungan

sehat, peningkatan sarana air bersih, peningkatan promosi kesehatan, dan perbaikan kualitas

air dan lingkungan mampu mendorong peningkatan indeks kesehatan yang cukup berarti.

Akan tetapi, belum bertumbuh kembangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan individu

dan keluarga di sebagian masyarakat, utamanya pada masyarakat di lingkungan perdesaan,

menyebabkan tugas pemerintah di bidang kesehatan di masa mendatang masih cukup berat.

Kondisi tersebut tentunya membutuhkan jalinan sinergitas antar berbagai sektor di bidang

kesehatan dan keberpihakan yang nyata dari pemerintah dengan mengalokasikan anggaran

untuk bidang kesehatan sesuai kebutuhan. Di samping itu, peran serta masyarakat dalam

melakukan perubahan fundamental pada sikap/perilaku hidup sehat, menjadikan berbagai

upaya penanganan kesehatan masyarakat akan berjalan lebih optimal dengan ditunjukkan

oleh meningkatnya angka harapan hidup dan terus menurunnya angka kematian bayi secara

signifikan.

Sebagai salah satu komponen dalam indikator IPM, daya beli merupakan indikator yang

paling sensitif terhadap perubahan yang terjadi. Setiap perubahan kebijakan makro nasional

ternyata berdampak terhadap ketatnya perkembangan daya beli masyarakat, kondisi

II - 90

BAB II 2015

eksternal seperti kebijakan fiskal, moneter serta inflasi (naik turunnya harga barang dan jasa),

merupakan faktor yang mempengaruhi terhadap naik turunnya daya beli masyarakat. Oleh

karena itu perlu ditingkatkan kinerja pembangunan guna meningkatkan produktivitas dan

nilai tambah sektor perekonomian terutama yang berbasis ekonomi kerakyatan.

Dengan membaiknya fundamental ekonomi makro yang bisa dilihat dari perkembangan laju

pertumbuhan ekonomi (LPE) Kota Banjar yang terus bergerak dinamis, cukup dapat

meyakinkan berbagai kalangan bahwa perekonomian Kota Banjar dapat segera bangkit

setelah mendapat tekanan kuat akibat dampak krisis ekonomi beberapa tahun lalu. Ketika

krisis ekonomi masih terjadi, kemampuan daya beli sebagian besar masyarakat Kota Banjar

relatif cukup tertekan, bahkan cenderung terjun bebas. Dengan relatif stabilnya kondisi

perekonomian dewasa ini ternyata berpengaruh cukup baik terhadap kenaikan pada

komponen kemampuan daya beli (PPP) masyarakat selama periode tahun 2009 - 2012.

Walaupun terlihat adanya perubahan dengan terus membaiknya kemampuan daya beli,

adanya fluktuasi kondisi ekonomi makro baik nasional maupun regional, seperti laju inflasi

dan investasi yang tak kunjung membaik dapat menyebabkan terus tertekannya kemajuan

daya beli masyarakat. Pemerintah kota Banjar harus terus mewaspadai dan tetap bercermin

dari kejadian di masa puncak krisis ekonomi, bahwa perubahan kebijakan di sektor ekonomi

yang cenderung mendapat respon negatif dari masyarakat, seperti kenaikan harga Bahan

Bakar Minyak (BBM) dan ongkos tansportasi ternyata ikut pula mempengaruhi kemampuan

daya beli di masyarakat dalam jangka panjang. Karena pada umumnya setiap kenaikan pada

dua sektor tersebut langsung diikuti oleh kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok/dasar.

Untuk itu, diperlukan langkah-langkah yang kondusif dari pemerintah agar setiap kebijakan

yang diambil tetap mengedepankan kepentingan masyarakat secara luas.

Salah satu upaya penting diantaranya adalah terus melakukan optimalisasi pengembangan

produk industri kecil dan menengah sehingga mampu memenuhi kebutuhan lokal dan tidak

bergantung pada komoditas dari luar daerah. Sering tersendatnya pasokan kebutuhan pokok

akibat ganggungan alur distribusi (karena banjir, dan bencana alam lainnya), menyebabkan

harga-harga komoditas barang dari luar daerah seringkali melonjak. Kondisi ini cukup

meresahkan masyarakat dan tentunya berpengaruh pada tertekannya kemampuan daya beli.

Oleh karena itu, peran nyata pemerintah sangat diperlukan, sebagai fasilitator dan regulator

usaha, pemerintah harus mampu menjembatani produktivitas pelaku usaha lokal dengan

pangsa pasar yang tersedia. Di samping itu, upaya memberi perlindungan dan kenyamanan

usaha bagi investor (pemilik modal), dengan memangkas jalur perizinan dan menghindari

pungutan yang tidak perlu akan menjamin aktivitas ekonomi dapat bergerak lebih dinamis.

2.2 Analisis Ekonomi2.2.1 Evaluasi atas Hasil Perhitungan Kapasitas Keuangan Daerah RKPD Tahun 2015Evaluasi atas hasil perhitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui amanat dari RPJMD dalam

menentukan kapasitas keuangan daerah serta hasilnya. Selain itu juga untuk mengetahui

II - 91

2015 BAB II

bagaimana dasar-dasar perhitungan dilakukan untuk tahun rencana. Evaluasi dilakukan

dengan mempelajari dokumen RPJMD pada bagian kerangka pendanaan/penghitungan

kapasitas keuangan daerah. Pemahaman atas perhitungan kapasitas keuangan daerah ini

menjadi dasar penentuan dan perhitungan kapasitas keuangan daerah tahun rencana.

II - 92

BAB II 2015

2.2.2 Analisis Keuangan Daerah

2.2.2.2 Perhitungan Kapasitas Keuangan Daerah

a. Pertumbuhan Pendapatan Daerah

II - 93

2015 BAB II

b. Pertumbuhan Realisasi Belanja Tidak Langsung

II - 94

BAB II 2015

c. Pertumbuhan Neraca Daerah

II - 95

2015 BAB II

II - 96

BAB II 2015

d. Analisis Sumber Pendapatan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah, dijelaskan bahwa Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang

diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih. Sumber penerimaan Kota Banjar

berasal dari Pendapatan Daerah dan Penerimaan Pembiayaan. Pendapatan Daerah

terdiri dari : 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) meliputi Pajak Daerah, Retribusi

Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-lain

Pendapatan Asli Daerah yang Sah; 2) Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi

Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus; serta 3) Kelompok lain-lain

pendapatan daerah yang sah meliputi Hibah, Dana Darurat, dan Lain-lain

Pendapatan yang ditetapkan Pemerintah. Sedangkan penerimaan pembiayaan

bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), Pencairan Dana Cadangan

dan Penerimaan Pinjaman Daerah.

Realisasi pendapatan daerah dibandingkan dengan target dalam APBD Kota Banjar

Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013, secara rinci perkembangan realisasi dan

pendapatan daerah Kota Banjar serta kontribusi sumber-sumber pendapatan

terhadap total pendapatan dari tahun 2009 - 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.89

Tabel 2.89Prosentase Sumber Pendapatan Daerah

Kota Banjar

No Uraian Tahun

2011(%)

2012(%)

2013(%)

1 PENDAPATAN1.1. Pendapatan Asli Daerah 8,55 9,45 10,701.1.1. Pajak Daerah 5,96 8,14 15,071.1.2. Retribusi Daerah 6,82 0,87 1,011.1.3. Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang Dipisahkan 0,52 0,46 0,481.1.4. Lain-Lain PAD yang sah 0,71 7,49 8,011.2. Dana Perimbangan 62,33 64,50 71,151.2.1. Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak 9,12 9,44 5,761.2.2. Dana Alokasi Umum 49,05 52,02 61,301.2.3. Dana Alokasi Khusus 4,15 3,04 4,081.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 29,12 26,06 18,151.3.1 Hibah1.3.2 Dana Darurat

1.3.3Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

2,48 2,34 1,71

1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 13,26 6,50 0,00

1.3.5 Bantuan Keuangan….. dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

13,38 17,22 16,44

JUMLAH PENDAPATAN DAERAH

II - 97

2015 BAB II

e. Analisis Kinerja Realisasi Pendapatan Daerah

Kontribusi masing-masing sumber pendapatan dapat dilihat dari proporsinya

terhadap total pendapatan daerah. Di Kota Banjar proporsi PAD terhadap total

pendapatan daerah dalam kurun waktu empat tahun (2009 – 2013) sangat minim,

yaitu sekitar 9,45% dari total Pendapatan. Dana Perimbangan dari pemerintah

memberikan kontribusi yang sangat tinggi terhadap pendapatan daerah sekitar

69,27%, dan sisanya sekitar 21,28% berupa lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Tabel 2.90Kinerja Realisasi Pendapatan Daerah

No UraianProporsi (%)

2009 2010 2011 2012 2013PENDAPATAN

1. Pendapatan Asli Daerah 7,69 9,63 8,52 10.03 11,37a. Pajak daerah 0,37 0,45 0,51 0.82 1,34b. Retribusi daerah 5,60 7,28 6,80 0.79 0,84c. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang

dipisahkan0,59 0,72 0,51 0.46 0,45

d. Lain-lain PAD yang sah 1,12 1,19 0,71 7.97 8,752. Dana Perimbangan 79,40 74,53 62,16 66.54 63,70

a. Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak

8,80 10,70 9,09 11.82 9,54

b. Dana alokasi umum 61,48 59,54 48,93 51.71 51,07c. Dana alokasi khusus 9,11 4,29 4,14 3.02 3,09

3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 12,92 15,83 29,32 23,42 24,93a. Hibahb. Dana daruratc. Bagi hasil pajak dari provinsi dan dari

pemda lainnya3,30 3,44 2,48 2,27 1,56

d. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 0,24 5,96 13,23 6,46 7,04e. Bantuan Keuangan dari provinsi

pemerintah daerah lainnya9,22 6,25 13,34 14,37 16,28

f. Penerimaan cukai rokok 0,18 0,27 0,33 0,05

f. Analisis Proyeksi Pendapatan Daerah

Dengan melihat performa Pendapatan Daerah tahun 2009-2013, pada tahun 2015

pendapatan daerah diharapkan dapat meningkat lebih tinggi lagi, yang diikuti

dengan berbagai upaya-upaya untuk dapat mencapainya.

Tahun 2015, dirumuskan beberapa kebijakan pendapatan yang diharapkan dapat

meningkatkan pendapatan daerah, yaitu sebagai berikut:

a. Intensifikasi Pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

b. Penambahan jenis pungutan retribusi sesuai Peraturan Pemerintah Nomor

97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Izin

Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA);

c. Penyesuaian Tarif Pajak dan Penyesuaian Dasar Pengenaan Pajak tertentu;

d. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan umum kepada

II - 98

BAB II 2015

masyarakat/wajib pajak;

e. Pemberlakuan Pajak Rokok pada Tahun 2014 sesuai Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah;

f. Membangun sistem dan prosedur administrasi pelayanan perpajakan dan

retribusi berbasis online system;

g. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan serta profesionalisme SDM

Aparatur;

h. Peningkatan kerjasama dengan Instansi terkait dalam rangka optimalisasi

penerimaan DBH Pajak/Bukan Pajak;

i. Optimalisasi dan pemberdayaan aset daerah;

j. Meningkatkan kualitas manajemen aset daerah;

k. Meningkatkan kontribusi BUMD;

l. Penyempurnaan Dasar Hukum Pungutan.

Berdasarkan kebijakan tersebut di atas dan dengan mempertimbangkan laju

pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi, maka proyeksi pendapatan daerah

Pemerintah Kota Banjar Tahun 2015 dengan asumsi:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dihitung dengn proyeksi sekitar 8% pertahun;

b. Dana Perimbangan yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Pajak dihitung

sama dengan penerimaan tahun lalu;

c. Dana Alokasi Umum yang menyangkut kebijakan pusat dihitung dengan

kenaikan sekitar 9% per tahun.

Tabel 2.91Proyeksi Pendapatan Daerah Kota Banjar

No Uraian Proyeksi Tahun 2015(Rp)

1 PENDAPATAN 655.914.596.138,151.1. Pendapatan Asli Daerah 67.057.965.474,151.1.1. Pajak Daerah 6.911.986.250,401.1.2. Retribusi Daerah 5.561.204.223,751.1.3. Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang Dipisahkan 2.625.000.000,001.1.4. Lain-Lain PAD yang sah 51.959.775.000,001.2. Dana Perimbangan 459.096.778.157,001.2.1. Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak 60.644.083.837,001.2.2. Dana Alokasi Umum 373.071.954.320,001.2.3. Dana Alokasi Khusus 25.380.740.000,001.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 129.759.852.507,001.3.1 Hibah1.3.2 Dana Darurat

1.3.3Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

8.829.388.507,00

1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 77.812.464.000,00

1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

43.118.000.000,00

g. Analisis Proyeksi Penerimaan Pembiayaan Daerah

II - 99

2015 BAB II

Kebijakan Pembiayaan Daerah di masa yang akan datang dari sisi penerimaan yaitu

dengan menggunakan prakiraan penerimaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran

Tahun sebelumnya dan penerimaan dari pinjaman daerah, penyertaan modal dalam

rangka pemenuhan kewajiban, serta membentuk dana cadangan dari sisi

pengeluaran.

Tabel 2.92Proyeksi Penerimaan Pembiayaan Daerah

No Uraian Proyeksi Tahun 2015 (Rp)1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya1.1 Pelampauan penerimaan PAD1.2 Pelampauan penerimaan Dana Perimbangan1.3 Pelampauan penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah1.4 Sisa Penghematan Belanja atau akibat lainnya

1.5 Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan

1.6 Kegiatan lanjutan2 Pencairan Dana Cadangan2.1 Pencairan Dana Cadangan3 Hasil PenjualanKekayaan Daerah yang Dipisahkan3.1 Hasil penjualan perusahaan milik daerah/BUMD

3.2Hasil penjualan aset milik pemerintah daerah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga

4 Penerimaan Pinjaman Daerah4.1 Penerimaan Pinjaman Daerah dari Pemerintah4.2 Penerimaan Pinjaman Daerah dari pemerintah daerah lain4.3 Penerimaan Pinjaman Daerah dari lembaga keuangan bank

4.4 Penerimaan Pinjaman Daerah dari lembaga keuangan bukan bank

4.5 Penerimaan hasil penerbitan Obligasi daerah5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman5.1 Penerimaan Kembali Penerimaan Pinjaman6 Penerimaan Piutang Daerah6.1 Penerimaan piutang daerah dari pendapatan daerah6.2 Penerimaan piutang daerah dari pemerintah6.3 Penerimaan piutang daerah dari pemerintah daerah lain6.4 Penerimaan piutang daerah dari lembaga keuangan bank6.5 Penerimaan piutang daerah dari lembaga keuangan bukan bank

II - 100

BAB II 2015

h. Proyeksi/Target Penerimaan Daerah

Sumber penerimaan Kota Banjar berasal dari Pendapatan Daerah dan Penerimaan

Pembiayaan. Pendapatan Daerah terdiri dari : 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)

meliputi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah; 2) Dana Perimbangan

yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus; serta

3) Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi Hibah, Dana Darurat,

dan Lain-lain Pendapatan yang ditetapkan Pemerintah. Sedangkan penerimaan

pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), Pencairan

Dana Cadangan dan Penerimaan Pinjaman Daerah.

Tabel 2.93Proyeksi/Target Penerimaan Daerah

Kota Banjar

No UraianProyeksi RPJMD

tahun 2015(Rp)

Proyeksi RKPD tahun 2015(Rp)

Selisih(Rp)

Ket

(1) (2) (3) (4) (6) (7)1 PENDAPATAN 655.914.596.138,15 655.914.596.138,15

1.1. Pendapatan Asli Daerah 67.057.965.474,15 67.057.965.474,15Pajak Daerah 6.911.986.250,40 6.911.986.250,40Retribusi Daerah 5.561.204.223,75 5.561.204.223,75Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang Dipisahkan

2.625.000.000,00 2.625.000.000,00

Lain-Lain PAD yang sah 51.959.775.000,00 51.959.775.000,001.2. Dana Perimbangan 459.096.778.157,00 459.096.778.157,00

Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak 60.644.083.837,00 60.644.083.837,00Dana Alokasi Umum 373.071.954.320,00 373.071.954.320,00Dana Alokasi Khusus 25.380.740.000,00 25.380.740.000,00

1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 8.829.388.507 8.829.388.507HibahDana DaruratDana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

129.759.852.507,00 129.759.852.507,00

Dana Penyesuaian dan Otonomi KhususBantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah LainnyaDana Bagi Hasil Cukai Hasil Cukai TembakauTotal Pendapatan (a) 655.914.596.138,15 655.914.596.138,15

2 Penerimaan PembiayaanPencairan Dana CadanganHasil Penjualan Kek. Daerah yang dipisahkanPenerimaan Pinjaman DaerahPengembalian UtangPenerimaan PiutangJumlah (b)

3 Proyeksi Silpa RiilSaldo kas neraca daerahDikurangi:Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun yang belum terselesaikanKegiatan lanjutanJumlah (c) 0 0

Jumlah Kapasitas Keuangan Daerah (a) + (b) + (c) 655.914.596.138,15 657.308.445.471 655.914.596.138,15

i. Analisis Belanja Daerah Tahun 2015

II - 101

2015 BAB II

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah, dijelaskan bahwa Belanja Daerah adalah kewajiban Pemerintah

Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Untuk memperoleh

gambaran realisasi kebijakan pembelanjaan pada periode Tahun 2008 – 2013

dilakukan melalui analisis belanja daerah.

Adapun kebijakan Belanja Daerah Tahun 2014 adalah sebagai berikut :

1) Belanja Tidak Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait

secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, meliputi :

a) Belanja Pegawai merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan

tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada Pegawai Negeri

Sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan;

b) Belanja Bunga digunakan untuk pembayaran bunga atas pinjaman

pemerintah daerah kepada pihak lainnya;

c) Subsidi, digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada

perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan

dapat terjangkau oleh masyarakat banyak;

d) Belanja Hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam

bentuk uang, barang/jasa kepada pemerintah daerah atau pemerintah daerah

lainnya, dan kelompok masyarakat/perorangan yang secara spesifik telah

ditetapkan peruntukannya;

e) Bantuan Sosial, yaitu bantuan sosial organisasi kemasyarakatan antara lain

bantuan keagamaan, pendidikan, kemasyarakatan, pengadaan pangan dan

bantuan partai politik;

f) Belanja Bagi Hasil, meliputi belanja bagi hasil pajak daerah dan retribusi

daerah kepada Kabupaten/Kota;

g) Bantuan Keuangan yang bersifat umum maupun khusus kepada desa;

h) Belanja Tak Terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak

biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam

dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk

pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun sebelumnya yang

telah ditutup.

2) Belanja Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait langsung dengan

program dan kegiatan, meliputi :

a) Belanja Pegawai, untuk pengeluaran honorarium PNS, honorarium non PNS

dan uang lembur, Belanja Pegawai BLUD, Belanja Jasa Non PNS;

b) Belanja Barang dan Jasa, untuk pengeluaran bahan pakai habis, bahan

II - 102

BAB II 2015

material, jasa kantor, sewa alat berat, sewa perlengkapan, sewa

perlengkapan dan alat kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan

atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus, perjalanan dinas, beasiswa

pendidikan PNS, kursus, pelatihan, sosialisasi, dan bimbingan teknis,

perjalanan pindah tugas dan lain sebagainya;

c) Belanja Modal, untuk pengeluaran pengadaan tanah, gedung, alat-alat berat,

alat-alat angkutan di darat bermotor, alat-alat angkutan darat tidak bermotor,

alat-alat angkutan di air bermotor, alat-alat angkutan diair tidak bermotor,

alat-alat bengkel, pengolahan pertanian dan peternakan, peralatan kantor,

perlengkapan kantor, komputer dan lain-lain.

Gambaran tentang realisasi Belanja Daerah yang disajikan secara series

menginformasikan mengenai rata-rata perkembangan/kenaikan realisasi Belanja

Daerah Kota Banjar

Tabel 2.94Penghitungan Kebutuhan Belanja & Pengeluaran Pembiayaan Daerah

Kota Banjar

No Uraian Proyeksi RKPD tahun 2015(Rp) Keterangan

A Belanja Tidak Langsung 312.273.080.550,24

1. Belanja Gaji dan Tunjangan 312.273.080.550,24

2. Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH

3. Belanja Bunga

4. Belanja Bagi Hasil

5. Belanja Bantuan kepada Desa *)

6. Belanja Bantuan Partai Politik

B Belanja Langsung 46.466.162.742,25

B Pengeluaran Pembiayaan

1. Pembentukan Dana Cadangan

2. Pembayaran Pokok Utang

TOTAL PENGELUARAN WAJIB DAN MENGIKAT 358.739.243.292,49

II - 103

2015 BAB II

j. Kapasitas keuangan Daerah Riil dan Total dana Pagu Indikatif

Dengan demikian, ketersediaan dana untuk mendanai program dan kegiatan tahun rencana, yaitu:

a. Total penerimaan daerah (I) : 655.914.596.138,15

b. Total Pengeluaran belanja wajib/mengikat (II) :358 .739.243.292,49 (-)

Kapasitas keuangan daerah riil(III) : 297.175.352.845,66

Dengan demikian, ketersediaan dana untuk/sebagai pagu indikatif tahun rencana adalah:

a. Kapasitas keuangan daerah riil (III) : 297.175.352.845,66

b. Total Dana Program/kegiatan wajib(IV) : 327.101.947.801,27 (-)

Total dana pagu indikatif :(29.926.594.955,91)

II - 104

BAB II 2015

2.3 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Sampai dengan Tahun 2013

Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD merupakan suatu proses untuk menilai kinerja

penyelenggaraan pemerintah daerah. Melalui evaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan akan

di hasilkan informasi kinerja yang dapat menjadi masukan bagi proses perencanaan dan

penganggaran yang didukung oleh ketersediaan informasi dan data yang lebih akurat. Dengan

demikian, program pembangunan menjadi lebih efisien, efektif disrtai dengan akuntabilitas

pelaksanaannya yang jelas. Keberhasilan pencapaian sasaran pada semua tingkat pelaksana

pembangunan akan dapat diukur dengan menggunakan indikator kinerja status dan kedudukan

pencapaian kinerja pembangunan daerah dilakukan dengan menggunakan Indikator Kinerja

Utama yang mencerminkan keberhasilan penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan.

Realisasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun Berjalan

Misi 1 : Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Pendidikan

Pendidikan Anak Usia Dini. Untuk mendukung pencapaian kinerja yang berkaitan

dengan PAUD, dilaksanakan program pendidikan anak usia dini, dengan kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

Penyelenggaraan PAUD (APBD Kota Banjar), untuk merekrut penduduk usia 2 – 6 tahun

sebanyak 6.836 anak (warga belajar) melalui 154 pos PAUD.

Rintisan program PAUD sejenis (SPS), untuk merekrut penduduk usia 2 –6tahun melalui 8

lembaga PAUD. Kegiatan ini menggunakan APBD Provinsi Jawa Barat.

Sedangkan dari APBN, terdapat 4 kegiatan yang dilaksanakan, yaitu Rintisan Kelompok

Bermain (Kober) pada 4 lembaga, Rintisan program PAUD sejenis (SPS) pada 2 lembaga,

Bantuan operasional PAUD bagi 350 warga belajar, serta Bantuan operasional PAUD bagi

881 warga belajar.

Pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD Non Formal di bawah target karena

adanya perubahan bilangan pembagi untuk APK PAUD NF, dari usia 4 – 6 tahun menjadi 2 – 6

tahun. Dinas Pendidikan akan memperluas pemerataan layanan akses pendidikan anak usia dini

pada tahun 2012 agar pencapaian APK PAUD NF sesuai target.

Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Pencapaian indikator kinerja sasaranangka

partisipasi kasar (APK) pada tingkat SD/MI berada pada angka di bawah 100, disebabkan

sebagian penduduk usia 12 tahun yang telah memasuki jenjang sekolah di tingkat SMP/MTs,

didahului dengan kecenderungan masyarakat menyekolahkan anaknya pada usia 6 tahun di

sekolah dasar.

Dalam program wajar dikdas 9 tahun, telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

BOS Provinsi untuk SD/MI, disalurkan untuk 113 sekolah dengan cakupan siswa sebanyak

19.471 siswa.

BOS APBN untuk SD/SDLB, disalurkan untuk 91 sekolah dengan cakupan siswa swasta

II - 105

2015 BAB II

sebanyak 16.398 siswa.

Pembangunan Ruang Kelas Baru yang bersumber dari Dana APBD Kota Banjar

terbangunnya ruang kelas baru jenjang SD dan SMP sebanyak 8 ruang kelas .

Pembangunan WC Sekolah SD dan SMP yang bersumber dari APBN sebesar

Rp.214.306.000 tidak diserap.

Pembangunan Ruang Kelas Baru dari dana APBN untuk jenjang SD terbangunnya

ruangan kelas baru sebanyak 4 ruang kelas.

Perbandingan capaian indikator sasaran cakupan pendidikan gratis jenjang

pendidikan dasar tahun 2011 sampai dengan 2013, disajikan sebagai berikut:

Indikator Sasaran SatuanCapaian

2011Capaian

2012Capaian 2013

Target s.d2013

Capaians.d 2013

APK TK/RA % 20,09 22,82 25,32 21,00 120,57 APK PAUD Non Formal % 48,64 41,91 43,00 54,00 79,63 APK SD/MI % 103,70 103,18 98,73 103,15 95,71 APM SD/MI % 93,83 94,16 93,80 92,00 107,39 APK SMP/MTs % 105,67 117,06 104,75 94,00 111,44 APM SMP/MTs % 88,65 95,91 93,32 80,00 116,65 APK SDLB % 0,69 0,77 0,87 0,67 129,85 APM SDLB % 0,59 0,49 0,48 0,67 75,00 APK SMPLB % 0,28 0,42 0,36 0,25 144,00 APM SMPLB % 0,24 0,15 0,10 0,25 40,00

Pencapaian rata-rata lama sekolah (RLS) menunjukkan peningkatan dibandingkan

dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu:

Dalam menunjang penuntasan AMH, telah dilakukan pelayanan pendidikan Paket A, B dan C, dengan target dan realisasi APK sebagai berikut:

Indikator Satuan Rencana Realisasi % APK Paket A % 2,38 0,30 12,61 APK Paket B % 19,04 4,74 24,89 APK Paket C % 7,08 10,71 151,27

Pendidikan Menengah. Peningkatan pencapaian APK dan APM SMA/SMK/MA di wilayah Kota

Banjar tersebut didukung dengan kegiatan-kegiatan yang dananya bersumber dari APBD Provinsi

Jawa Barat serta APBN tahun 2013, meliputi:

Pembangunan RKB SMA/SMK sebanyak 7 RKB untuk SMK 4 Banjar sebanyak 3 ruang.

II - 106

2009 2010 2011 2012 2013

Series 1 8.02 8.12 8.2 8.5 8.11

7.75

7.95

8.15

8.35

Pencapaian RLS

RLS

(Tah

un)

BAB II 2015

Pembangunan RKB SMA Negeri 3 Banjar bersumber dari APBD Provinsi Jawa Barat ;

Pembangunan RKB SMA/SMK dari APBD Provinsi Jawa Barat, terbangunnya RKB SMA

Bina Putera, SMK Pasundan 2 dan SMK NU Al-Ma’arif sebanyak 6 ruang (masing-masing

2 ruang);

BOS Provinsi SMA (APBD Provinsi), tersalurkannya dana BOS siswa SMA di Kota Banjar

sebanyak 3.059 siswa;

BOS Provinsi SMK (APBD Provinsi), tersalurkannya dana BOS siswa SMK di Kota Banjar

sebanyak 6.762 siswa;

Rintisan Bantuan Oprasional Sekolah SMA Periode Januari – Juni 2013 (APBN) di Kota

Banjar sebanyak 3.052 siswa.

Rintisan Bantuan Oprasional Sekolah SMK Periode Januari – Juni 2013 (APBN) di Kota

Banjar sebanyak 6.175 siswa;

Rintisan Bantuan Oprasional Sekolah SMA Periode Juli – Desember 2013 (APBN) di Kota

Banjar sebanyak 3.493 siswa;

Rintisan Bantuan Oprasional Sekolah SMK Periode Juli – Desember 2013 (APBN) di Kota

Banjar sebanyak 6.729 siswa;

Sosialisasi dan Monitoring BOS (APBD Kota Banjar) satu kegiatan untuk 25 sekolah.

Dengan sarana dan prasarana pendidikan yang lebih menjanjikan di wilayah

Priangan Timur, pendidikan menengah di Kota Banjar mampu menarik minat masyarakat untuk

menyekolahkan ke jenjang SMA di wilayah yang berbatasan, baik yang berada di wilayah

Kabupaten Ciamis maupun Kabupaten Cilacap.

Perbandingan kinerja tiga tahun dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013

sebagai berikut:

Indikator Sasaran SatuanCapaian

2011Capaian

2012Capaian

2013Target s.d

2013Capaians.d 2013

APK SMA/SMK/MA % 113,42 113,83 98,79 91,99 107,39APM SMA/SMK/MA % 87,27 89,08 81,55 73,47 111,00APK SMALB % 0,07 0,13 0,10 0,13 76,92APM SMALB % 0,07 0,09 0,01 0,13 7,69

Ketersedian sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi %

Peningkatan jumlah ruang kelas TK/RA dalam kondisi baik.

Ruang - 0 -

Tercukupinya alat peraga PAUD. Lembaga 30 30 100,00 Prosentase bangunan SD/MI dalam

kondisi baik.% 100,00 82,68 82,68

Prosentase SD/MI memiliki perpustakaan.

% 91,07 79,65 87,46

Prosentase bangunan SMP/MTs dalam kondisi baik.

% 100,00 82,83 82,83

Prosentase SMP/MTs memiliki perpustakaan.

% 100,00 62,07 62,07

II - 107

2015 BAB II

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi %

Prosentase SMP/MTs memiliki laboratorium IPA.

% 64,00 37,93 59.27

Prosentase bangunan SMA/MA/SMK dalam kondisi baik.

% 100,00 94,22 94,22

Prosentase SMA/MA/SMK memiliki perpustakaan.

% 100,00 100,00 100,00

Prosentase SMA/MA yang memiliki Laboratorium Kimia, Fisika, Biologi.

% 58,33 83,33 142,86

Prosentase SMK yang memiliki Bengkel kerja, Laboratorium Sains yang relevan.

% 60,00 42,31 70,52

Prasarana dan sarana pendidikan memberikan sumbangan dalam meningkatkan

kualitas lulusan sekolah, baik dalam hal kompetensi lulusan maupun nilai rata-rata lulusan.

Secara umum, sarana dan prasarana pendidikan di wilayah Kota Banjar sudah mencapai target

yang ditetapkan dalam RPJMD 2009-2013, kecuali Pengadaan perlengkapan sekolah, sarana

Teknologi Informatika dan Komunikasi, alat praktek dan peraga siswa dan sarana peningkatan

mutu SD/SMP kegiatan ini tidak dapat terserap sehubungan terjadinya perubahan regulasi

pelaksanaan angaran dan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh kementrian Pendidikan Nasional

yang belum dapat ditafsirkan dengan akurat dan waktu pelaksanaanya sangat mendesak sekali.

Indikator “Peningkatan jumlah ruang kelas TK/RA dalam kondisi baik”, “Prosentase bangunan

SD/MI dalam kondisi baik”, “Prosentase bangunan SMP/MTs dalam kondisi baik”, “Prosentase

SMP/MTs memiliki perpustakaan”, “Prosentase bangunan SMA/MA/SMK dalam kondisi baik”,

serta “Prosentase SMK yang memiliki Bengkel kerja, Laboratorium Sains yang relevan”.

Indikator Sasaran Satuan Capaian 2011

Capaian 2012

Capaian 2013

Target s.d2013

Capaians.d 2013

Prosentase bangunan SD/MI dalam kondisi baik.

% 84,19 79,60 82,68 100,00 82,68

Prosentase SD/MI memiliki perpustakaan.

% 88,50 88,50 79,65 91,07 87,46

Prosentase bangunan SMP/MTs dalam kondisi baik.

% 77,63 82,02 82,83 100,00 82,83

Prosentase SMP/MTs memiliki perpustakaan.

% 65,38 62,96 62,07 100,00 62,07

Prosentase SMP/MTs memiliki laboratorium IPA.

% 40,00 46,15 37,93 64,00 59,27

Prosentase bangunan SMA/MA/SMK dalam kondisi baik.

% 91,43 94,67 94,22 100,00 94,22

Prosentase SMA/MA/SMK memiliki perpustakaan.

% 91,67 91,67 100,00 100,00 100,00

Prosentase SMA/MA yang memiliki Laboratorium Kimia, Fisika, Biologi.

% 50,00 75,00 83,33 75,00 111,11

Prosentase SMK yang memiliki Bengkel kerja, Laboratorium Sains yang relevan.

% 50,00 20,00 42,31 60,00 70,31

Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Dalam meningkatkan kualitas lulusan

pendidikan, baik pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah, Pemerintah Kota Banjar

II - 108

BAB II 2015

masih menghadapi kendala ketersediaan guru yang bersertifikat karena terbatasnya kuota yang

diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Kota Banjar.Perbandingan kinerja tiga

tahun terakhir sebagai berikut:

Perbandingan kinerja tiga tahun terakhir sebagai berikut:

Indikator Sasaran SatuanCapaian

2011Capaian

2012Capaian

2013Target s.d

2013Capaians.d 2013

Meningkatnya Guru SD Bersertifikat.

% 46,63 90,17 87,55 100,00 87,55

Meningkatnya Guru SMP Bersertifikat.

% 40,08 82,65 81,82 100,00 81,82

Meningkatnya Guru SMA Bersertifikat.

% 38,26 69,61 72,54 100,00 72,54

Meningkatnya Guru SMK Bersertifikat.

% 20,78 81,59 74,69 100,00 74,69

Cakupan pendidikan masyarakat melalui jalur pendidikan. Perkembangan Rata-rat Lama

Sekolah (RLS) pada setiap tahunnya mengalami kenaikan mesekipun prosetasenya kurang

signifiakan. Untuk tahun 2013 data sementara rata-rata lama sekolah hasil olahan Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan baru mencapai 8,11.

Kegiatan-kegiatan pendukung program pendidikan non formal yang dilaksanakan

dalam tahun 2013 meliputi:

Bantuan Keaksaraan Fungsional Dasar (APBD Provinsi Jawa Barat) untuk belajar buta

aksara sebanyak 40 warga .

Bantuan keaksaraan Usaha Mandir (KUMN) (APBN) untuk warga buta aksara sebanyak

390 warga belajar di 9 kelompok.

Banutan Kelompok Belajar usaha (KBU) (APBD Provinsi Jawa Barat) untuk 90 warga

belajar di 9 kelompok.

Bantuan Pendidikan dan Kecakapan Hidup (PKH) untuk warga belajar buta aksara

sebanyak 30 warga di 2 kelompok

Bantuan Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat (PKM) (APBN) untuk warga belajar

buta aksara sebanyak 40 warga di 4 kelompok

BOS LKP (APBD Provinsi Jawa Barat) sebanyak 7 lembaga.

Penyelenggaraan Paket A dan Paket B (APBD Kota Banjar) masing-masing 60 warga

belajar untuk 3 kelompok dan 220 warga belajar dari 11 kelompok.

BOS APBD Provinsi Jawa Barat untuk Paket B untuk warga belajar di kota banjar untuk

9 kelompok.

BOS Paket B lanjuta II (APBN) untuk 2 kelompok 50 warga belajar.

Penyelenggaraan Paket C setara SMA (APBD Kota Banjar) untuk 1.200 warga belajar.

BOS Paket C lanjutan I (APBD Kota Banjar) untuk 270 warga belajar

Bantuan BOS Paket C lanjutan II (APBD Provinsi) untuk 8 kelompok

II - 109

2015 BAB II

Bantuan Oprasional Penyelenggaraan Paket C (APBN) untuk 100 warga belajar di 3

kelompok belajar.

Dengan upaya-upaya tersebut, pencapaian RLS dan AMH sejak 2011 sebagai

berikut:

Indikator Sasaran SatuanCapaian

2011Capaian

2012Capaian 2013*)

Target s.d2013

Capaians.d 2013

Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Tahun 8,20 8,50 8,11 10,00 81,10 Angka Melek Huruf (AMH). % 99,05 99,12 99,12 100,00 99,12

*) angka sangat-sangat sementar

Sebaran perpustakaan sekolah berdasarkan jenjang pendidikan, baik sekolah negeri

maupun swasta sbb:

Perpustakaan Sekolah 2009 2010 2011 2012 2013

PAUD 6 6 6SD 62 75 85 79 79MI 16 16 15 6 6

SMP 11 11 11 11 14MTs 5 6 6 6 4SMA 5 5 4 3 5SMK 7 7 6 6 6MA 7 7 6 2 7

J U M L A H 113 127 139 113 127

Dari layanan perpustakaan, diinformasikan bahwa terdapat 4.132 judul buku

dengan jumlah eksemplar sebanyak 10.673 buku. Perpustakaan juga memiliki anggota sebanyak

6.825 orang dengan sirkulasi peminjaman sebanyak 1.132 kali untuk tahun 2013.

Kesehatan

Pengembangan Lingkungan Sehat PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan

anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan

sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga

dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan 10 PHBS yaitu:

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2. Memberi ASI ekslusif

3. Menimbang balita tiap bulan

4. Menggunakan air bersih

5. Mencuci tangan denga air bersih dan sabun

6. Menggunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu

8. Makan buah dan sayur setiap hari

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

10. Tidak merokok di dalam rumah

II - 110

BAB II 2015

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi %

Prosentase cakupan PHBS di tatanan rumah tangga.

% 100,00 68,60 68,60

Prosentase cakupan rumah sehat. % 63,37 58,33 92,05 Prosentase cakupan PHBS di tatanan

Sekolah.% 70,00 80,65 115,21

Dalam penerapan hidup bersih dan sehat dapat dimulai dengan mewujudkan

lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat memiliki ciri-ciri tempat tinggal (rumah) dan

lingkungan sekitar rumah yang sehat.

Syarat-syarat rumah yang sehat :

1. Bahan bangunan. (a). Lantai, untuk lantai rumah pedesaan cukup dengan tanah biasa yang

dipadatkan, dengan syarat tidak berdebu pada musim kemaraudan tidak basah pada musim

hujan, (b). Dinding rumah di daerah tropis khususnya dipedesaan lebih baik dinding atau

papan, (c). Atap Genteng: Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan

maupun pedesaan, (d). Lain-lain (tiang, kaso dan reng).

2. Ventilasi. Ventilasi rumah berfungsiuntuk (a) menjaga agar aliran udara di dalam rumah

tersebut tetap segar, (b) membebaskan udara ruangandari bakteri-bakteri, terutama bakteri

patogen, (c) menjaga agar ruanganselalu tetap didalam kelembaban (humidity) yang

optimum.

3. Cahaya. Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup.

4. Luas bangunan rumah. Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni

didalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan denganjumlah

penghuninya. Luas bangunan yang optimum adalahapabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2

untuk tiap orang (tiap anggotakeluarga).

5. Fasilitas. Fasilitas didalam rumah sehat meliputi:

a. Penyediaan air bersih yang cukup

b. Pembuangan tinja

c. Pembuangan air limbah (air bekas)

d. Pembuangan sampah

e. Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga.

Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan. Ketersediaan tenaga kesehatan di 10 Puskesmas di

wilayah Kota Banjar sudah melebihi target minimal yang ditetapkan sebanyak 60%, namun telah

mencapai 77%. Dalam bidang kesehatan, secara bertahap akan ditingkatkan terus ketersediaan

tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan, yaitu 60% (2009), 70% (2010), 80% (2011), 90%

(2012), 100% (2013).

II - 111

2015 BAB II

Perbandingan kinerja selama tiga tahun terakhir sebagai berikut:

Indikator Sasaran Satuan Capaian 2011

Capaian 2012

Capaian 2013

Target s.d2013

Capaians.d 2013

Prosentase ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas.

% 50,00 75,00 64,16 100,00 64,16

Efisiensi Tingkat Hunian Tempat Tidur (BOR).

% 74,41 95,20 79,00 85,99 91,29

Dalam penyediaan layanan Rumah Sakit, selama tahun 2013 telah melakukan

pelayanan kepada 24.358 pasien rawat inap, efisiensi hunian tempat tidur (Bed Occupancy Rate)

dengan realisasi 91,29 % dengan rata-rata lama tinggal 3 hari.

Pemerataan Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan. Untuk mencapai sasaran pemerataan

layanan kesehatan, dilaksanakan program dan kegiatan sebagai berikut:

Program standarisasi pelayanan kesehatan, dengan kegiatan (a) pembinaan

sarana pelayanan kesehatan swasta yang bermutu efisien dan terjangkau , (b)

peningkatan mutu pelayanan dasar dengan penilaian kinerja kegiatan pertemuan

akreditasi, pembinaan dan penilaian akreditasi di 10 puskesmas, (c)

pemantapan program yankesus, yang meliputi 20 kegiatan, perkesmas, keswa,

kesja dan haji, (d) pembinaan dan pemantapan (DASIPENA) di 20 RW pembinaan

pemuda siaga peduli bencana sebanyak 40 pemuda.

Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, dengan kegiatan

(a) pencegahan dan pemberantasan penyakit menular langsung (P2ML) yang

dilakukan oleh 10 puskesmas, (b) pencegahan dan pemberantasan penyakit

bersumber binatang (P2B2), (c) pencegahan dan pemberantasan penyakit yang

dapat dicegah dengan imunisasi (PD31) .

Program pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular, dengan

kegiatan Monev ptugas PTM, Monev kader, supervise, konsultasi dilaksanakan di

10 puskesmas.

Program obat dan perbekalan kesehatan, dengan tiga kegiatan (a) pengadaan

obat dan perbekalan kesehatan, untuk memenuhi kebutuhan obat pada gudang

farmasi, puskesmas dan puseksmas pembantu, (b) penyusunan rencana

kebutuhan obat dan obat tradisional, (c) pembinaan kefarmasian, sehingga

pelayanan farmasi sesuai standar.

Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak. Kegiatan yang

dilakukan (a) peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak, (b) pengembangan

dan peningkatan UKS, (c) intensifikasi siaga sehat, serta kegiatan (d) intensifikasi

RW siaga.

II - 112

BAB II 2015

Program peningkatan kesehatan lansia, dengan kegiatan peningkatan dan

pembinaan kesehatan lanjut usia, telah membuat cakupan pelayanan kesehatan

lanjut usia dengan bertambahnya Posbidu dari 78 buah menjadi 83 buah

Program perbaikan gizi masyarakat, dilaksanakan dalam kegiatan pemantauan

pertumbuhan sebanyak 4 Kecamatan, penambahan posyandu dari 129 menjadi

200 posyandu, penanggulangan KEP, anemi gizi besi, GAKY, kurang vitamin A

dan zat gizi mikro lainnya, revitalisasi posyandu, serta penanggulangan balita gizi

buruk. Dengan program tersebut, cakupan D/S menjadi 87,50%, status gizi ibu

hamil dari KEK menjadi tidak KEK sebesar 82,50, cakupan revitalisasi Posyandu

melalui RW siaga 199 posyandu, Cakupan posyandu purnama mandiri 88,94 %,

gizi buruk 0,36 % (balita gaizi buruk dan gizi kurang tertangani sebanyak 35

kasus).

Program pengwasan obat dan makanan, dengan pembinaan dan pengawasan

obat makan dan minum ke 25 apotek, 10 puskesmas, 8 toko jamu, 4 toko

kosmetik, 4 salon kecantikan, 4 toko obat dan 20 PIRT sebesar 100%.

Program upaya kesehatan masyarakat, dengan beberapa kegiatan, diantaranya

pelayanan kesehatan dasara hari bersara dan keagamaan 100 %, terlayaninya

pemudik dan masyarakat 100%, pelayanan kesehatan di Labkesda selama 12

bulan, UKGS di 10 puskesmas (100 % ), pelayanan ASKES PNS 10 Puskesmas

Program peningkatan regulasi dan penelitian pengembangan bidng kesehatan,

adanya peneitian dan pengembangan kesehatan SOP di puskesmas, pengukuran

tingkat kepuasan pelanggan bidang kesehatan sebesar 70% .

Cakupan pelayanan anak balita mencapai 68,00 % karena adanya peran kader

Posyandu dan tenaga kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan dasar yang tersebar di 10

Puskesmas. Target pelayanan anak balita dalam lima tahun sebagai berikut: 2010 (83%), 2011

(85%) dan 2012 (88%) serta 2013 (90%).

Indikator Sasaran Satuan Capaian 2011

Capaian 2012

Capaian 2013

Target s.d2013

Capaians.d 2013

Cakupan ketersediaan obat esensial dan generik.

% 100,00 100,00 96,72 100,00 96,72

Cakupan desa UCI. % 80,76 106.67 96,00 100,00 96,00Angka kesakitan DBD. Per

100.00024 87 54,63 <100,00 54,63

Cakupan K1. % 93,90 100.00 91,78 95,00 96,61

Cakupan K4. % 80,70 100.00 78,89 80,00 87,53Cakupan Linakes. % 79,00 96,25 80,25 80,00 100,31Cakupan pelayanan anak balita. % 81,50 100.00 61,43 90,00 68,26Cakupan pelayanan dasar masyarakat miskin.

% 58,60 36,00 38,88 80,00 48,60

II - 113

2015 BAB II

Kependudukan

Pencapaian kepemilikan KTP cukup tinggi adalah dampak dari diberlakukannya

program nasional berkaiatan dengan pemberlakuan KTP elektronik Untuk mendukung

pencapaian sasaran tersebut, dalam tahun 2013 telah dilaksanakan program penataan

administrasi kependudukan dengan 7 kegiatan. Dalam mewujudkan pelayanan prima sampai

bulan Desember, telah dilakukan pelayanan perekaman KTP elektronik dengan NIK sebanyak

200.290 orang, pembuatan Akta kelahiran 2.434 lembar, Akta kelahiran terlambat 2.118 lembar,

Akta petikan kedua 131 lembar, Akta kematian 80 lembar, serta Akta perkawinan 7 lembar, Akta

perubahan nama 22, dan penerbitan Akta penduduk luar Kota Banjar sebanyak 535 lembar .

Disamping itu, untuk memaksimalkan akurasi data penduduk Nasional, serta

percepatan perekaman E-KTP Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil telah melaksakan

perekaman e-KTP terhadap penduduk yang berumur 17 tahun dan siswa pada 21 tahun atau

SMA sederajat .

Sementara untuk penertiban Akta Catatan Sipil tahun 2013 mencapai 4.792 atau

target sampai 85,53% dari target yang diteapkan. Secara keseluruhan penduduk yang telah

memiliki Akta catatan Sipil adalah 63.895 jiwa atau 31,90% dari jumlah penduduk Kota Banjar.

Indikator prosentase penduduk yang memiliki akta catatan sipil tidak ditetapkan

target dalam RPJMD. Namun demikian, berdasarkan target yang ditetapkan DinasKependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Banjar sebanyak 5.591 lembar, dapat direalisasikan sebanyak 4.792

lembar (85,53%).

II - 114

2011 2012 2013

Akta CS 8332 3494 4792

KTP 43933 125499 124552

10,000 30,000 50,000 70,000 90,000

110,000 130,000

Perbandingan Penerbitan KTP dan Akta Catatan SipilTahun 2011 - 2013

Jum

lah

laya

nan

BAB II 2015

Pemberdayaan Perempuan yang Berbasis Kemandirian Berusaha.

Dalam program peningkatan peranan wanita menuju keluarga sehat dan sejahtera

(P2WKSS), selama lima tahun berturut-turut direncanakan melakukan pembinaan terhadap

keluarga binaan sebanyak 100 KK per tahun. Pada awal periode perencanaan (RPJMD 2009-

2013), sudah terdapat keluarga binaan sebanyak 800 KK, sehingga diharapkan dalam lima tahun

terdapat 900 KK binaan. Penambahan jumlah keluarga binaan tahun 2013 sebanyak 100 KK.

Berkaitan dengan pemberdayaan perempuan berbasis kemandirian berusaha

dilaksanakan melalui program peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam

pembangunan, dengan kegiatan-kegiatan meliputi:

Pendidikan dan pelatihan peningkatan peran serta dan kesetaraan gender, dengan target

peserta sebanyak 220 orang.

Pameran hasil karya perempuan di bidang pembangunan, sebanyak 12 kali

Penyuluhan bagi ibu rumah tangga dalam membangun keluarga sejahtera (P2WKSS),

dengan target binaan sebanyak 250 KK binaan.

Bimbingan manajemen usaha bagi peremuan dan PEKKA

Perlindungan Terhadap Anak

Dalam upaya perlindungan terhadap anak (dan perempuan) dari tindakan yang

mencederai hak-hak anak dan perempuan, telah dilaksanakan program keserasian peningkatan

kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak. Kegiatan yang dilaksanakan untuk

mencapai sasaran tersebut adalah fasilitasi pengembangan Pusat Pelayanan Terpadu

Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) yang melakukan advokasi 6 orang korban.

KB dan Kesehatan Reproduksi

Partisipasi pria dalam ber-KB di wilayah kota Banjar menunjukkan adanya

peningkatan sebagaimana direncanakan dalam RPJMD tahun 2009-2013, yaitu 1.242 (2009),

1.512 (2010), 1.782 (2011), 2.052 (2012) serta 2.322 (2013).Tak ada kendala besar yang

menyebabkan program KB pria seolah jalan di tempat, selain kurangnya sosialisasi ke

masyarakat. Sosialisasi KB pria masih menjadi barang langka, jarang dan sulit ditemui di

masyarakat, sehingga metode KB pria seperti vasektomi dan kondom masih belum sepopuler

metode kontrasepsi wanita seperti pil, suntik, atau IUD.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi %Partisipasi pria dalam ber-KB Orang 2.322 1.956 84,24Cakupan akseptor KB. Orang 29.007 25.833 89,06Ketersediaan tenaga pendamping kelompok bina keluarga.

Orang 575 575 100,00

II - 115

2015 BAB II

Peningkatan kualitas dan kuantitas kesejahteraan sosial perseorangan, keluarga,

kelompok dan komunitas masyarakat

Secara umum pencapaian sasaran terhadap indikator tersebut dilaksanakan dalam

bentuk pelatihan, pembinaan maupun pemberdayaan bagi PMKS yang terdapat di Kota Banjar.

PMKS tuna susila dan lanjut usia terlantar tidak mencapai target yang direncanakan karena

prioritas penanganan ditujukan pada PMKS anak jalanan dan anak nakal yang berpotensi

menambah permasalahan sosial lainnya. Untuk mengatasi masalah kesejahteraan sosial,

terdapat dukungan pembiayaan dari APBD Kota Banjar, APBD Provinsi Jawa Barat serta APBN.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi %

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang mendapat pembinaan:a). Fakir miskin Orang 741 9786 1.307b). WRSE Orang 93 100 108,00c). Keluarga rentan KK 181 50 28,00d). Penyandang cacat Orang 51 29 57,00e). Anak nakal Orang 10 20 200,00f). Tuna susila Orang 10 10 100,00g). Pengemis Orang 10 10 100,00h). Korban NAPZA Orang 2 7 350,00Terbinanya anak terlantar:a). Di luar panti Orang 10 17 170,00b). Di dalam panti Orang 125 42 34,60

Peningkatan penggalian potensi sumber kehidupan PMKS

Dalam membantu mempercepat penanganan terhadap penyandang masalah

kesejahteraan sosial (PMKS), Pemerintah Kota Banjar melalui SKPD terkait melakukan penggalian

potensi masyarakat untuk bersama-sama melakukan pembinaan PMKS. Potensi sumber

kesejahteraan sosial yang akan disinergikan dalam mengatasi PMKS meliputi Karang Taruna,

Pekerja Sosial Masyarakat, Pendamping Sosial, Organisasi Sosial, dunia usaha, tokoh masyarakat

dan lainnya.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi %Partisipasi sosial potensi sumber kesejahteraan sosial:a). PSKS Unit 3 3 100,00b). Panti Sosial Panti 1 2 200,00c). Wahana Sosial Wahana 10 3 30,00

Peningkatan upaya revitalisasi nilai-nilai kebudayaan dan kearifan lokal

Berdasarkan sasaran strategis tersebut, telah dilaksanakan beberapa program yang

mendukung pencapaian indikator, yaitu:

Pembinaan dan pelatihan seniman dan budayawan kota banjar yang bersumber dari

APBD Kota Banjar.

II - 116

BAB II 2015

Fasilitasi perkembangan keragaman budaya daerah (pasanggiri kebudayaan) dalam

helaran seni di tingkat provinsi Jawa Barat.

Fasilitasi penyelenggaraan helaran seni tingkat provinsi yang bersumber APBD Kota

Banjar di tingkat Provinsi Jawa Barat.

Fasilitasi penyelenggaraan helaran seni tingkat Kota Banjar (APBD Kota Banjar).

Penyelenggaraan pentas seni di Kota Banjar sebanyak satu kali (APBD Kota Banjar) .

Pembinaan juru pelihara situs budaya yang ada di Kota Banjar (APBD Kota Banjar).

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi % Penggiat nilai-nilai tradisonal dan budaya

daerah yang dibina.Orang 50 50 100,00

Seniman Kota Banjar yang dibina. Grup 24 24 100,00

Peningkatan kontribusi pemuda dan lembaga kepemudaan dalam peningkatan

kesejahteraan masyarakat

Pencapaian sasaran stategis kontribusi pemuda dan kepemudaan ini belum optimal

tercapai sesuai dengan target yang direncanakan, karena keterbatasan anggaran dari APBD

Kota Banjar. Tetapi walau demikian ada kegiatan lain yang mendukung kegiatan tersebut , yaitu:

Peningkatan iman dan taqwa melalui kegiatan penambahan jam pelajaran Pendidikan

Agama Islam di 22 sekolah jenjang SMP, SMA dan SMK Negeri dan swasta.

Penyelenggaraan LTUB untuk tingkat SD, SMP dan SMK sebanyak 2 kegiatan.

Kegiatan Gladian kepemimpinan.

Penyelenggaraan kursus mahir Dasar /Lanjutan .

Penyelenggaraan HUT Pramuka di Kota Banjar

Meningkatnya pengembangan olahraga masyarakat dan olahraga tradisional

Dalam kaitan dengan sasaran keolahragaan, pada tahun 2013 dilaksanakan program

Pembinaan dan pemasyarakatan olah raga. Kegiatan yang terkait dengan kedua program

tersebut didukung dengan kegiatan, meliputi: (a) Penyelenggaraan even olahraga masyarakat

sebanyak 2 kali untuk 5 cabang olahraga, (b) penyelenggaraan POPWILDA 6 cabor, (c)

penyelenggaraan HAORNAS tingkat Kota Banjar, (d) .pelatihan Perwasitan sebanyak 50 orang,

( e) penyelenggaraan PORPEMDA, (f) POR PNS, (g) pengadaan sarana prasarana dan Multifungsi

Plaza.

Meningkatnya pengembangan olahraga masyarakat dan olahraga prestasi

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi %Fasilitasi pembangunan sarana dan prasarana olahraga.

Unit 1 1 100,00

II - 117

2015 BAB II

Untuk mendukung pencapaian sasaran tersebut di atas, telah dilaksanakan program

Peningkatan sarana dan prasarana olahraga, yaitu : pembangunan Multifungsi Plaza dan

pembangunan pusat olahraga (SPORT CENTER Kota Banjar).

Meningkatnya partisipasi dan peran kelembagaan masyarakat dalam pembangunan.

Dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, dilaksanakan

berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat diantaranya:

pelatihan BPD dalam penyusunan peraturan desa dan tupoksi BPD,

pendidikan dan pelatihan tenaga teknis dan masyarakat (kader LPM di masing-masing

desa 25 orang,

pelatihan keterampilan kewirausahaan bagi kepala keluarga binaan sebanyak 100 (KK),

lomba desa/kelurahan,

bulan bhakti gotong ronyong di 25 desa/kelurahan, dan TNI manunggal membangun

Desa .

Misi 2 : Meningkatkan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)

Tenaga Kerja

Peningkatan Penyerapan Tenaga Kerja. Dalam tahun 2013, Pemerintah Kota Banjar

melalui Dinas Sosial dan Tenaga Kerja telah melaksanakan program peningkatan kesempatan

kerja (APBD Kota Banjar), program penempatan dan perluasan kesempatan kerja (APBD Provinsi

Jawa Barat dan APBN). Kegiatan dan hasil kegiatan meliputi:

(a). Penyiapan tenaga kerja siap pakai, dengan menginformasikan peraturan, hak dan

kewajiban, serta permasalahan ketenagakerjaan, yang ditujukan bagi 100 siswa di dua

sekolah SMK yakni SMK 1 Banjar dengan peserta 50 orang siswa dan SMK 2 Banjar 50

orang. Dalam kegiatan tersebut juga diinformasikan lowongan kerja di dalam dan luar

negeri, serta cara-cara perekrutan tenaga kerja.

(b). Pembinaan HILSI dan bursa kerja khusus, dilaksanakan dalam bentuk pembinaan dan

evaluasi kinerja 10 lembaga latihan swasta dan 6 bursa kerja khusus. Kegiatan ini

dilaksanakan sebanyak 2 kali dengan jumlah peserta 16 orang.

(c). Pengembangan pasar kerja melalui peningkatan IPK dan bursa kerja online, yang meliputi :

- Pelayanan terhadap masyarakat, instansi pemerintah, organisasi dan lembaga lainnya

yang membutuhkan informasi pasar kerja.

- Pelayanan pengantar kerja atau pendamping bimbingan jabatan bagi pencari kerja.

- Penyebarluasan informasi pasar kerja melalui media elektronik (radio), papan

pengumuman yang diasampaikan ke desa/kelurahan di Kota Banjar.

- Pelayanan AK1, penyampaian alur penempatan informasi lowongan pekerjaan

II - 118

BAB II 2015

(d). Pelayanan antar kerja melalui peningkatan IPK dan bursa kerja online, dengan hasil kegiatan

terlayaninya 3.162 orang pencari kerja dengan latar belakang pendidikan Perguruan Tinggi

(14,74%), SMA (62,89%), SMP (16,81%) serta SD (5,57%).

(e). Pembinaan penyaluran tenaga kerja Indonesia, dengan memberikan pemahaman kepada

masyarakat, perangkat Desa dan Instansi terkait melalui prosedur pemberangkatan TKI luar

negeri yang diikuti oleh 100 orang terdiri dari perangkat Desa se-Kota Banjar, kepolisian

dan para sponsor/petugas LP dari PPTKIS.

Indikator Sasaran SatuanCapaian

2011Capaian

2012Capaian

2013Target s.d

2013Capaians.d 2013

Tersalurkannya tenaga kerja formal dan informal

Orang 2.209 3.132 3.162 50 6.324

Peningkatan Perlindungan Tenaga Kerja. Sebagai bagian dari perlindungan kepada tenaga kerja

di wilayah Kota Banjar, Pemerintah Kota Banjar melalui Dinas Sosial dan Tenaga Kerja telah

melakukan pembinaan hubungan industrial pada 100 perusahaan yang beroperasi di Kota

Banjar. Selain itu, sebagai bagian dari fungsi pengawasan ketenaga-kerjaan, juga dilakukan

pembinaan dan pengawasan penerapan norma kerja dan norma kesehatan dan keselamatan

kerja pada 100 perusahaan.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi %

Diterapkannya standar norma kerja di perusahaan.

% 100,00 60,00 60,00

Untuk meningkatkan perlindungan dan pengawasan ketenagakerjaan, ditetapkan

indikator yang berkaitan dengan masalah hubungan industrial, baik menyangkut tenaga kerja

maupun perusahaan. Dari indikator-indikator tersebut secara umum sasaran dapat tercapai

100% kecuali untuk indikator fasilitasi perlindungan tenaga kerja terhadap perjanjian kerja,

mencapai 100 %, atau 25 PK paruh waktu dari target 25 PK.

II - 119

Strata 1

SMA/SMK

SMP

SD

466

1,986

534

176

Pencari kerja

2015 BAB II

Program-program yang dilaksanakan dalam rangka penciptaan perlindungan tenaga

kerja, baik yang menggunakan APBD Kota Banjar maupun APBD Provinsi Jawa Barat meliputi:

Program perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan, dengan kegiatan

peningkatan pengawasan, perlindungan dan penegakan hukum terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja. Dari kegiatan tersebut diperoleh informasi bahwa dari 100 perusahaan yang

didata, memiliki tenaga kerja sebanyak 13.132 orang.

Selama tahun 2013, tingkat kecelakaan kerja nihil yang ditunjukkan oleh tidak

adanya klaim atas kecelakaan kerja. Dari sisi ketaatan terhadap peraturan, tidak terdapat

pekerja anak pada sektor formal, serta adanya peningkatan kepesertaan jamsostek .

Sesuai dengan SK Gubernur Jawa Barat nomor 561/Kep.1540-Bangsos/2011 tanggal

21 November 2011, yang ditindaklanjuti dengan SE Walikota Banjar nomor

561/1998/Sosnaker tentang Pelaksanaan Upah Minimum Kota Banjar tahun 2011, dengan

besaran Rp780.000,00. Dalam tahun tahun 2013 telah tersusun dokumen usulan upah

minimum Kota Banjar untuk diajukan ke Gubernur Jawa Barat setelah dengan melalui proses :

(a) survey pasar ke 3 pasar trandiosonal sebanyak 3 kali, (b) pembahasan KHL, (c) pleno

penetapan KHL yang menghasilkan dokumen angka KHL sebesar Rp. 1.094.634, (d) pleno

penetapan UKM dengan menghasilan sebesar Rp. 1.025.000,- .

Untuk menciptakan hubungan industrial di perusahaan (BUMN, BUMD, Swasta)

telah dilakukan koordinasi dengan lembaga ketenagakerjaan melalui LKS Tripartit, sehingga

penyusunan kebijakan ketenagakerjaan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Banjar dapat

mengatasi masalah ketenagakerjaan di kota Banjar. Upaya-upaya yang dilakukan pada

peningkatan dan kuantitas pengawasan, penegakan hukum dibidang ketenagakerjaan serta

melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pengawasan ketenagakerjaan

dengan alokasi anggaran Rp. 165.000.000,00 dapat direalisasikan dengan kegiatan meliputi:

a. penurunan angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

b. penurunan pelanggaran norma ketenagakerjaan.

II - 120

2011 2012 2013

1326

2209

5766

Kepesertaan Jamsostek

BAB II 2015

c. mengurangi pekerja anak.

d. peningkatan kepesertaan jaminan social ketenagakerjaan .

e. peningkatan kualitas kondisi lingkungan kerja.

Dengan peran pengawasan tersebut, dalam tahun 2013 tidak terjadi gejolak

ketenagakerjaan sehingga tercipta hubungan kerja yang harmonis antara pengusaha, pekerja

dan serikat kerja.

Koperasi dan UMKM

Pengembangan Koperasi dan UMKM. Untuk menjadikan koperasi sebagai tulang

punggung perekonomian daerah, telah dilaksanakan kegiatan sebagai berikut :

Program peningkatan kapasitas IPTEK sistem produksi, dengan kegiatan:

Penyelenggaraan Good Manufacturing Practices bagi pelaku IKM tahu sebanyak 20

IKM.

Fasilitasi diklat GMP bagi IKM tahu tempe.

Program pengembangan sIstem pendukung usaha bagi usaha mikro kecil menengah ,

dengan kegiatan:

Penyelenggaraan promosi produk/pameran produk UMKM

Fasilitasi kemudahan formulasi badan usaha UMKM/fasilitasi bagi UMKM sebanyak

3 even.

Program pengembangan industri kecil menengah, dengan kegiatan:

Fasiitasi bagi industry kecil dan menengah terhadap pemanfaatan sumber

daya/pameran pruduk unggulan IKM

Penyelenggaraan kegiatan pameran ( city expo – APEXSI Balikpapa 2013)

Program kegiatan fasilitasi bagi industry kecil menengah, terhadap pemanfaatan

sumber daya pameran produk unggulan IKM meliputi :

Meningkat dan meluasnya pemasaran produk IKM Kota Banjar.

Penyelenggaraan promosi produk IKM/pameran produk .

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi % Persentase koperasi aktif. % 100 100 100,00 Terfasilitasinya promosi produk unggulan

UKM.Event 3 3 100,00

Promosi dan Investasi

Peningkatan Intensitas Promosi dan Kerjasama Investasi. Pencapaian kinerja promosi dan

kerjasama investasi sebanyak 3 (tiga) kali setelah mengikuti pameran Invesda expo center di

Yogyakarta (20 – 21 Juni 2013), Semarak Pesta Rakyat di jalan Dipenogoro Bandung (14

September 2013) di Halaman Gedung Sate Jalan Dipenogoro Bandung, WIJE Trans Luxry Hotel

Bandung (22 – 23 Oktober 2013) di Bandung.

II - 121

2015 BAB II

Dari upaya yang telah dilakukan tersebut, terjadi peningkatan nilai investasi di Kota

Banjar dari sebesar Rp 875.640.709.743,00 menjadi 1.008.031.393.552 atau terjadi peningkatan

15,12% dari tahun sebelumnya.

Dalam kegitan pemantauan, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan penanaman

modal yang dilaksanakan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPMPPT)

Kota Banjar kepada 300 pelaku usaha di 4 Kecamatan meliputi :

- Bimbingan dan fasilitasi penyelesaian masalah penanaman modal serta memperoleh

data perkembangan realisasi investasi PMA/PMDN.

- Melakukan pengawasan pelaksanaan ketentuan penanaman modal serta, penggunaan

fasilitas fiscal serta melakukan tindak lanjut atas penyimpangan yang dilakukan

perusahaan.

- Melakukan pendekatan dan dialog dengan para pengusaha yang meliputi perizinan,

investasi, ketenagakerjaan, bahan baku produksi, pemasaran, aspoek pengelolaan

lingkungan hidup, kemitraan dan aspek jaminan sosial tenaga kerja.

Dalam kegiatan koordinasi perencanaan dan pengembangan penanaman modal

memperoleh dat usulan potensi peluang invesatasi sebanyak 4 frovil. Potensi peluang invesatsi

diataranya 2 frofil potensi pembangunan eko wisata Batu Peti dan Wisata Situ Letik.

Berkaitan dengan pencapaian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari pelayanan

perijinan, selama tahun 2013 telah direalisasikan PAD sebesar Rp. 1.000.000,00 atau 101,89 %

dari target.

Perbandingan nilai investasi dalam tahun 2010-2013, sebagai berikut:

Perbandingan tiga tahun terakhir atas promosi investasi yang dilaksanakan, baik di Banjar

maupun luar Kota Banjar, sebagai berikut :

Indikator Sasaran Satuan Capaian 2011

Capaian 2012

Capaian 2013

Targets.d2013

Capaians.d 2013

Promosi potensi dan peluang investasi Kota Banjar.

Event 4 4 3 3 100,00

II - 122

2010 2011 2012 2013

Nilai Investasi (Juta Rp)

676700 755865 875640 1000000

100,000 500,000 900,000

Perkembangan Investasi di Kota Banjar

Nila

i In

vest

asi (

Rp

juta

)

BAB II 2015

Infrastruktur

Peningkatan Ketersediaan Perumahan dan Sarana Prasarana Dasar Permukiman.

Kegiatan-kegiatan yang mendukung pencapaian target kinerja tersebut meliputi:

1) Program pengembangan penyehatan lingkungan P2WKSS.

2) Pengembangan prasarana sanitasi berbasis masyarakat.

3) Pembangunan Masyarakat yang mandiri PNPM/P2KP.

4) Perbaikan sanitasi lingkungan Kelurahan Mekarsari .

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi % Peningkatan persentase rumah layak huni. % 20 20 100,00 Peningkatan persentase lingkungan

permukiman sehat.% 20 20 100,00

Infrastruktur jalan, jembatan, dan jaringan irigasi. Melalui program “Pemeliharaan

Jalan dan Jembatan” telah dilakukan kegiatan-kegiatan pemeliharaan jalan dan jembatan, baik

secara rutin maupun periodik sesuai tingkat kerusakan, serta peningkatan jalan. Pencapaian

kinerja peningkatan jalan dalam kondisi baik sebesar 98,00 %. Data panjang jalan dalam kondisi

baik pada tahun 2013 mencapai 214, 46 km dari target 225,11 km.

Realisasi Kondisi Infrastruktur

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi % Peningkatan jalan dalam kondisi baik. % 20,00 19,05 92,80 Jembatan dalam kondisi baik. % 20,00 20,00 100,00 Jaringan Irigasi dalam kondisi baik. % 17,00 9,26 54,47

Untuk meningkatkan kualitas jalan dan jembatan, telah dilaksanakan 25 kegiatan

yang meliputi:

Kegiatan Satuan Target Realisasi %

1. Perencanaan kebina-margaan T1 tahun 2013

Paket 12 13 108,00

2. Pembangunan Jembatan Citapen m 11 11 100,003. Pembangunan Jalan Akses ke

Jembatan Cijolangm 900 800 89,00

4. Pembangunan Jembatan Gantung Panatasan Tahap II

m 120 120 100,00

5. Pembangunan Jembatan Avoer Ds. Binangun Dsn. Giri Mulya

unit 1 1 100,00

6. Peningkatan Jalan Sinartanjung m 500 542 108,007. Peningkatan Jalan Sudiro m 235 233 998. Peningkatan Jalan Akses

Langensari-Muktisarim 300 300 100,00

9. Peningkatan Jalan Purnomosidi Lanjutan

m 600 620 103,00

10. Peningkatan Jalan Sukahurip Lanjutan

m 178 256 144,00

11. Pembangunan Jalan Akses SMK 4 Batulawang

m 75 100 133,00

12. Peningkatan Jalan Patrol-Sogati (Banprov)

m 1400 1405 100,35

II - 123

2015 BAB II

Kegiatan Satuan Target Realisasi %

13. Peningkatan Jalan Puloerang-Karangmalang dalam rangka Kerangka Kerja sama Kuningan Summit (Banprov)

m 1300 1326 102,00

14. Peningkatan Jalan Sukamaju m 1500 1400 93,0015. Pembangunan Jalan Binangun-

Tepungkertam 1500 1.176 78,00

16. Peningkatan Jalan Situbatu Sub I. m 2000 1621 81,0017. Pembangunan Bangunan

Pelengkap Jembatan Panatasanunit 1 1 100,00

18. Peningkatan Jalan Sukarame m 390 500 128,0019. Pembangunan Jembatan

Babakansari Pananjungunit 1 1 100,00

20. Pembangunan Jalan Poros Junti Pamongkoran

m 516 516 100,00

21. Peningkatan Jalan Cigadung m 700 1100 157,0022. Pembangunan Jalan Trisna m 300 300 100,0023. Peningkatan Jalan Purnomosidi

(Sinartanjung-Cibeureum) (Banprov)

m 1000 1000 100,00

24. Peningkatan Jalan Sukamaju (Lanjutan) (Banprov) m 100 100 100,00

25. Peningkatan Jalan Cigadung (Banprov)

m 1100 1100 100,00

Untuk pengembangan dan pengelola jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan

lainnya di wilayah Kota Banjar, dilaksanakan kegiatan perencanaan pembangunan, dan

peningkatan saluran air

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan antara lain:

1) Perencanan jaringan irigasi T-1 2014 (2 paket) .

2) Peningkatan Saluran Tertier D.I.Lakbok Utara (BSA 4) .

3) Peningkatan Saluran Tertier D.I.Lakbok Utara (BPH2) Kanan.

4) Peningkatan Saluran Tertier D.I.Lakbok Utara (BPH2)

5) Peningkatan Saluran Tertier D.I. Lakbok Utara (CJ 2 Lanjutan)

6) Peningkatan Saluran Tertier D.I. Lakbok Utara (BSA 5 Kanan)

7) Peningkatan Saluran Tertier D.I. Lakbok Utara (BSA 6 Kanan)

8) Peningkatan Saluran Tertier D.I. Lakbok Utara (BPT 1 Kanan)

9) Pembangunan Saluran BSA.5 Kiri T.I Kedungwaringin

10) Pemeliharaan Rutin Jaringan Irigasi

11) Pembangunan Saluran Irigasi BPT.3.T.1 Blok Pasirranji

12) Pembangunan Irigasi Pompa Ranca Bulus

13) Pembangunan Irigasi Pompa Purwaharja

14) Pembangunan Irigasi BSA.1 Kanan (Banprov)

15) Pembangunan Irigasi BSA.5 (Banprov)

16) Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, rawa dan jaringan Pengairan Lainnya (Kec.

Pataruman ) (Banprov)

II - 124

BAB II 2015

17) Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya (Kec.

Banjar)(Banprov)

18) Pembangunan Saluran Pasangan BPT.3.T.1. Pasirranji.

19) Pembangunan Ferrocement Saluran BPH.2 (Lanjutan).

20) Pembangunan Saluran Pasangan CJ.1

21) Pembangunan BBD.3 Kanan (Kujangsasi)

22) Pembangunan Saluran Pasangan BPL.12-BPL.13

Dengan seluruh kegiatan di atas, target kinerja yang ditetapkan dalam dokumen RPJMD

tahun 2009-2013, dapat dipertahankan dalam tahun 2012. Namun demikian, upaya tersebut

harus tetap dilanjutkan agar kualitas jalan, jembatan dan irigasi sesuai dengan harapan

masyarakat.

Perbandingan kinerja tiga tahun terakhir sebagai berikut:

Indikator Sasaran SatuanCapaian

2011Capaian

2012Capaian

2013Targets.d

2013Capaians.d 2013

Jalan dalam kondisi baik. % 16,40 17,60 19,05 20,00 92,80 Jembatan dalam kondisi baik. % 20,00 19,80 20,00 20,00 100,00 Jaringan Irigasi dalam kondisi

baik.% 20,00 21,60 9,26 17,00 54,47

Infrastruktur perdesaan. Dalam meningkatkan ketersediaan infrastruktur

perdesaan yang memadai, terdapat beberapa program yang mendukung, yaitu:

Program pembangunan infrastruktur keluarahan Banjar dianggarkan biaya sebesar Rp

450.000.000,00 dengan penyerapan 98 %.

Program pembangunan infrastruktur untuk Kelurahan Pataruman dengan anggaran Rp

400.000.000,00 dengan penyerapan 98%.

Program pembangunan Insfrastruktur Untuk Kelurahan Hegarsari dengan Anggaran

Rp.540.000.000,00 dengan penyerapan sebesar Rp. 98 %

Program pembangunan infrastruktur untuk Kelurahan Mekarsari dengan anggaran Rp

450.000.000,00 dengan penyerapan 98 %.

Program pembangunan infrastruktur untuk Kelurahan Mekarsari dengan anggaran

Rp.450.000.000,00 dengan penyerapan 98 %.

Program pembangunan infrastruktur untuk Kelurahan Mukitisari dengan anggaran Rp

382.000.000,00 dengan penyerapan 98 %.

Program pembangunan infrastruktur untuk Kelurahan Bojongkantong dengan

anggaran Rp 580.000.000,00 dengan penyerapan 99 %.

Program pembangunan infrastruktur untuk Kelurahan Karangpanimbal dengan

anggaran Rp 377.516.000,00 dengan penyerapan 98 %.

Program pembangunan infrastruktur untuk Kelurahan Purwaharja dengan anggaran Rp

341.808.500,00 dengan penyerapan 98 %.

II - 125

2015 BAB II

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi %

Persentase peningkatan fasilitas infrastruktur perdesaan.

% 20,00 20,00 100,00

Pertanian & Kehutanan

Peningkatan Produksi Usaha Pertanian, Perkebunan dan Peternakan. Dalam meningkatkan

produksi pertanian, melalui Dinas Pertanian Kota Banjar telah dilakukan Program peningkatan

produksi pertanian/perkebunan dengan berbagai kegiatan. Data produksi tanaman pangan

tahun 2013 menunjukkan produksi padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan rambutan sebagai

berikut:

Produksi Komoditas Satuan Rencana Realisasi %Padi sawah Ton 42.937,00 44.937,00 104,66Jagung Ton 2.955,00 1.538,00 52,05Kedelai Ton 956,00 36,00 3.77Kacang tanah Ton 580,00 209,00 36,03Rambutan Ton 2.395,00 1.391,00 58,08

Dalam bidang perkebunan, terdapat penurunan produksi hasil hutan rakyat dalam

bentuk kayu jati, mahoni dan kayu rimba campur. Data produksi ketiga jenis kayu sebagai

berikut:

Produksi Komoditas Satuan Rencana Realisasi % Kayu jati M3 1.609.800,00 1.700.154,00 105,61 Kayu mahoni M3 627.000,00 635.000,00 101,28 Kayu rimba campur M3 2.900,00 2.916,00 100,55

Dalam bidang peternakan, pencapaian produksi selama tahun 2013 meliputi: Daging

sapi, Daging domba, Daging Ayam, Telur ayam dan Telur Itik sebagai berikut:

Produksi Komoditas Satuan Rencana Realisasi % Daging sapi Ton 569,00 570,00 10,18 Daging domba/kambing Ton 101,00 99,30 98,32 Daging ayam Ton 751,00 675,00 89,88 Telur ayam Ton 560,00 499,00 89,11 Telur itik Ton 97,50 92,70 95,08

Perbandingan produksi antara tahun 2011 sampai dengan 2013 untuk produksi

tanaman pangan, hasil hutan, serta peternakan sebagai berikut:

Produksi Komoditas Satuan Capaian 2011 Capaian 2012 Capaian 2013

TANAMAN PANGAN: Padi sawah Ton 54.118,00 41.686,00 44.937,00 Jagung Ton 2.100,00 3.149,00 1.538,00 Kedelai Ton 397,00 137,00 36,00 Kacang tanah Ton 410,00 542,00 209,00 Rambutan Ton 4.621,00 1.049,00 1.391,00HASIL HUTAN: Kayu jati M3 1.580.300 1.609.800,00 1.700.541,00 Kayu mahoni M3 603.000 627.000,00 635.000,00 Kayu rimba campur M3 2.700 2.900,00 2.916,00PETERNAKAN:

II - 126

BAB II 2015

Produksi Komoditas Satuan Capaian 2011 Capaian 2012 Capaian 2013

Daging sapi Ton 559,00 569,00 570,00 Daging domba/kambing Ton 94,00 101,00 99,30 Daging ayam Ton 737,00 751,00 675,00 Telur ayam Ton 550,00 560,00 499,00 Telur itik Ton 98,00 97,50 92,70

Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian dan Peternakan. Dalam

meningkatkan penerapan teknologi pertanian, Dinas Pertanian Kota Banjar telah melakukan

penanaman varietas unggul komoditas pertanian di lahan percontohan, sebelum dilakukan

pemasyarakatan komoditas tersebut.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi %

Display varietas yang sesuai dengan lokalita:a). Padi Varietas 3 3 100,00b). Kacang hijau Varietas 1 2 200,00c). Kacang tanah Varietas 1 2 200,00d). Kacang kedelai Varietas 2 2 100,00

Tersedianya Rumah Potong Hewan dan Unggas.

Unit 0 1 -

Peningkatan ketersediaan prasarana pemasaran hasil produksi pertanian,

perkebunan dan peternakan. Untuk tahun 2013, tidak ada penambahan pasar hasil produksi

pertanian, perkebunan dan peternakan, karena tidak ada prioritas dalam penganggaran,

walaupun di dalam dokumen RPJMD Kota Banjar, sedangkan untuk otlet pemasaran akan

dilaksanakan untuk tahun anggara tahun 2014.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi %

Tambahan pasar hasil produksi pertanian/ perkebunan/ peternakan yang representatif.

Lokasi - - 0,00

Tambahan outlet pemasaran di sentra-sentra produksi pertanian.

Lokasi 5 - 0,00

Peningkatan Ketahanan Pangan dan Keamanan Pangan. Untuk meningkatkan

ketahanan pangan, telah dilaksanakan program peningkatan ketahanan pangan, dengan

kegiatan meliputi: (a) penanganan daerah rawan pangan (kampung kb), (b) penyusunan data

base potensi produk pangan, (c) pemanpaatan pekarangan, (d) pengembangan desa mandiri

pangan, (e) pengembangan intensifikasi tanaman padi, palawija dan hortikultura, (f)

pengembangan perbenihan/ pembibitan, (g) peningkatan produksi, produktifitas dan mutu

produk pertanian, (h) pengedalian penyakit hewan, ikan dan tanaman.Dalam mendukung

ketahanan pangan, telah dilakukan identifikasi cadangan pangan pada 8 desa yang memiliki

kelompok ketahanan pangan. pengembangan perbenihan/perbibitan sebanyak 102,5 ton calon

benih padi di balai benih padi panatasan, serta penyediaan obat-obatan ternak dan tanaman

pangan.

II - 127

2015 BAB II

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi % Tercapainya ketahanan pangan pada tingkat

rumah tangga dan wilayah.Kampung

KB 1 1 100,00

Teridentifikasinya potensi sumber daya dan produksi pangan serta keragaman konsumsi pangan masyarakat.

KK Binaan6 13 216,67

Teridentifikasinya cadangan pangan masyarakat. DesaKelpk. 5 8 160,00

Peningkatan Fungsi Ekologi dan Ekonomi Sumber Daya Hutan sebagai Sistem

Penyangga Kehidupan. Kegiatan yang dilakukan yaitu membangun sumur resapan air hujan,

serta pembangunan dam penahan tanah untuk menahan laju air hujan dan erosi tanah, sehingga

meningkatkan resapan air hujan yang dapat memperbaiki kualitas lingkungan di 20 lokasi.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi %

Meningkatnya upaya pelestarian dan rehabilitasi daerah tangkapan air.

Lokasi 20 23 115,00

Meningkatnya kelompok tani dalam pengelolaan hutan rakyat yang berazaskan kelestarian hasil .

Kelompok 1 1 100,00

Pariwisata

Meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Program Pengembangan dan Promosi

Pariwisata yang dilaksanakan Pemerintah Kota Banjar meliputi fasilitasi promosi pariwisata

nusantara di dalam kota dan di luar daerah serta fasilitasi festival budaya dan pelestarian cagar

budaya.

Perkembangan kunjungan wisata yang tercatat di pengelola hotel di Kota Banjar

selama tahun 2013 sebagai berikut:

Perbandingan wisatawan dengan tahun 2012 dengan 2013 sbb:

Obyek Wisata2012 2013

Wisman Wisnus Wisman WisnusHotel Melati 31 39.224 31 39.224Kolam renang - 26.613 - 26.613Situ Mustika - 6.166 - 6.166Banjar Otomotive Party - 119.549 - 119.549

Jumlah 31 191.462 31 191.462

II - 128

TW-1 TW-2 TW-3 TW-4

Wisman 27 0 0 2

Wisnu 39224 26613 6166 119549

10,000 30,000 50,000 70,000 90,000

110,000 130,000

Kunjungan di Hotel Tahun 2013

Jum

lah

Tam

u

BAB II 2015

Data kunjungan kolam renang umum dan Water park selama 2012 dan 2013 sbb:

Selain itu dilakukan juga kegiatan-kegiatan: Helaran seni tradisional (tingkat kota

Banjar dan tingkat Jawa Barat), Pentas seni kota Banjar, Kirab seni Jawa Barat, Kemilau

Nusantara, Apresiasi seni tradisional, JTX, Moka Banjar, Moka Provinsi, Citanduy Festival, Pawai

Allegoris, Ngarumat Mustika, Ngabungbang, Binojakrama Padalangan, Festival kreasi tari, serta

Festival Reog/calung.

Peningkatan produksi sektor riil perekonomian berbasis agropolitan. Produksi

perikanan budidaya di wilayah kota Banjar dalam tahun 2013 mencapai 2.266,48 ton melebihi

dari target sebesar 2.363,80, produksi 2013 mengalami penaikan sebanyak 4,29% dari taget

yang ditetapkan sedangkan budidaya yang dikembangkan di Balai Benih Ikan dengan pagu

anggaran sebesar Rp.542.817.000,00 terserap sebesar 98,89%.

Indikator Sasaran Satuan Capaian 2011

Capaian 2012

Capaian 2013

Targets.d2013

Capaians.d 2013

Produksi perikanan budidaya di masyarakat (Gurame, Nila, Mas, Lele).

Ton 2.143,00 2.247,56 2.266,48 2.363,80 104,29

II - 129

TAHUN 2012 TAHUN 2013

Kolam Renang 32407 0

Water Park 90458 0

5,000

25,000

45,000

65,000

85,000

Data Kunjungan Water Park dan Kolam Renang

Jum

lah

peng

unju

ng

Tahun 2012

Tahun 2013

1,000 3,000 5,000 7,000 9,000 Tahun 2012 Tahun 2013

Kunjungan 9135 6166

Kunjungan Situ Mustika

2015 BAB II

Perdagangan dan Industri

Terlindunginya konsumen dari peredaran barang yang tidak memenuhi standar.

Sebagai tindak lanjut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

Pemerintah Kota Banjar melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi, secara periodik

melakukan pengawasan peredaran barang di pasar, toko, pusat perbelanjaan dan tempat-

tempat yang menyediakan barang untuk masyarakat Kota Banjar. Secara umum, terdapat 12 kali

selama satu tahun yang menjadi prioritas untuk mendapat pengawasan dari pemerintah, agar

konsumen mendapatkan produk yang berkualitas.

Pengawasan peredaran barang dengan sasaran kegiatan toko-toko dan penyedia barang

pabrikasi di wilayah kota Banjar sehingga meminimalkan peredaran barang illegal yang dapat

merugikan masyarakat (konsumen) dan perekonomian daerah.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi % Terawasinya peredaran barang di

pasar.Komoditi 12 12 100,00

Meningkatnya Kapasitas IPTEK Sistem Produksi. Program yang berkaitan dengan

fasilitasi produksi usaha kecil dan menengah, meliputi:

(a) Program peningkatan kemampuan teknologi industry

(b) Program penataan struktur industri dan

(c) Program pengembangan Industri Kecil dan Menenga..

Kegiatan-kegiatan yang selaras, terdiri dari:

Pengembangan dan pelayanan teknologi industri/fasilitasi alat/sarana produksi IKM,

sebanyak 15 IKM.

Penyediaan sarana maupun prasarana klaster industry/fasilitasi sarana produksi IKM di

Kecamatan /Desa.

Pembinaan industri kecil dan menengah dalam memperkuat jaringan klaster industry

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi % Terfasilitasinya bantuan alat produksi

untuk IKM.IKM 15 15 100,00

Tansmigrasi

Dalam tahun 2013, Pemerintah Kota Banjar telah melakukan penjajagan nota

kesepahaman (MoU) dengan daerah calon penerima transmigran (Kabupaten Donggala Sulawesi

dan Kabupaten Amaloha, Sulawesi Selatan) untuk menerima 16 KK calon transmigran asal Kota

Banjar.

II - 130

BAB II 2015

Melalui program transmigrasi regional, telah dilaksanakan pendataan dan

pembinaan animo calon transmigran dari 4 kecamatan, dengan data berikut:

Kecamatan Jumlah Peminat Jumlah TerseleksiBanjar 22 KK 22 KKPataruman 25 KK 25 KKLangensari 38 KK 38 KKPurwaharja 23 KK 23 KK

Pada kegiatan penempatan calon transmigran ke lokasi transmigrasi, terdapat 16 KK

calon transmigran dari Desa Langensari dan Kelurahan Purwaharja, dengan fasilitas yang

disediakan oleh Pemerintah Kota Banjar berupa asuransi, alat-alat pertanian dan bibit/benih

tanaman, serta uang saku Rp1.000.000. per KK. Untuk calon transmigran tersebut, juga

disediakan anggaran dari APBD Provinsi Jawa Barat, dengan peruntukan pelatihan dasar umum,

peralatan rumah tangga, sandang dan obat-obatan, pendaftaran dan seleksi, angkutan dan

pengawalan calon transmigran dan permakanan di penampungan dan perjalanan.

Jaringan Listrik Bagi Masyarakat

Untuk memperluas penerangan jalan umum dan jaringan listrik, Dinas Pekerjaan

Umum Kota Banjar telah melaksanakan program pembinaan dan pengembangan bidang

ketenagalistrikan (12 kegiatan):

Listrik masuk desa se-Kota Banjar target 1.400 KK dengan penyerapan1.458 KK ( 104 %).

Pemasangan Gardu Cantol 50 KVA 1 Unit (100%).

Pengadaan dan pemeliharaan rutin PJU 200 titik dengan penyerapan 152 (76 %).

Pemasangan Penerangan Jalan Umum Lingkungan (Non PJU) Kec. Banjar-Kec. Purwaharja

(Banprov) sebanyak 96 titik (100%).

Pemasangan Penerangan Jalan Umum Lingkungan (Non PJU) Kec. Pataruman-Kec.

Langensari (Banprov) sebanyak 96 titik (100%).

Penerangan Jalan Umum Lingkungan (Non PJU) se-Kota Banjar (Banprov) 105 titik

terpasang 130 titik (124 %).

Pemasangan Penerangan Jalan Umum solarcell (PJU) untuk Jalan Purnomosidi (Banprov)

15 titik terpasang 15 titik (100 %).

Pengembangan Jaringan Listrik Perdesaan (SUTR) Kec. Pataruman (Banprov) 20 titik

terpasang 60 titik (300 %).

Pengembangan Jaringan Listrik Perdesaan (SUTR) Kec. Langensari-Banjar (Banprov) 20 titik

terpasang 60 titik (300%).

Pemasangan Penerangan Jalan Perdesaan (Non PJU) Kec. Banjar dan Kec. Pataruman 96

titik terpasang 96 titik (100 %).

Pemasangan Penerangan Jalan Pedesaan (NON PJU) di Kecamatan Purwaharja dan Kec.

Langensari 96 titik terpasang 96 titik (100 %).

II - 131

2015 BAB II

Pemasangan Penerangan Lampu Mercury dan Lampu HPIT di Kawasan Taman Lapang

Bhakti 20 titik terpasang 19 titik (97 %).

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi %

Listrik masuk desa. % 22,00 19,40 97,00

Misi 3 : Meningkatkan Kesadaran dan Kepatuhan Terhadap Hukum

Terwujudnya produk hukum daerah yang memenuhi aspek filosofis, sosiologis dan yuridis

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi %

Persentase Perda yang disahkan dari Raperda.

% 19 19 100,00

Dalam penyusunan produk hukum daerah, selama tahun 2013 telah dilaksanakan program

peningkatan kapasitas lembaga perwakilan rakyat daerah dan telah berhasil menetapkan 19

Peraturan Daerah, sebagai hasil pembahasan antara legislatif dengan eksekutif. Kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan meliputi: Pengelolaan dokumentasi dan pelayanan informasi hukum,

Koordinasi kerjasama permasalahan peraturan perundang-undangan, Penyusunan rencana kerja

rancangan peraturan perundang-undangan, Fasilitasi sosialisasi peraturan perundang-undangan

dan publikasi peraturan perundang-undangan. Juga terdapat kajian peraturan perundang-

undangan daerah terhadap peraturan perundang-undangan baru, serta bimbingan teknis

peraturan perundang-undangan.

Dengan kegiatan tersebut, diharapkan dalam penyusunan produk hukum daerah dapat

memenuhi aspek filosofis, sosiologis dan yuridis.

Daftar Perda yang ditetapkan tahun 2013.

Nomor dan Tanggal Peraturan Daerah

Nomor Lembaran Daerah

Uraian

Nomor 1 7 Jan. 2013 LD 2013 No.1 Seri A Peraturan Daerah Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanjar Daerah Tahun Anggaran 2013.

Nomor 2 4 Maret 2013 LD 2013 No.2 Peraturan Daerah Tentang Penyelenggaraan Perpustakaan.

Nomor 3 4 Maret 2013 LD 2013 No.3 Peraturan Daerah Tentang Kelas Jalan di Kota Banjar.

Nomor 4 8 Maret 2013 LD 2013 No.4 Peraturan Daerah Tentang Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta di Kota Banjar.

Nomor 5 8 Maret 2013 LD 2013 No.5 Peraturan Daerah Tentang Pengendalian Menara Telekomunikasi

Nomor 6 13Mei 2013 LD 2013 No.6 Peraturan Daerah Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Banjar Nomor 8 tahun 2008 tentang Penyertaan Modal Daerah Pada PDAM Tirta Anom Kota Banjar.

Nomor 7 8 Juni 2013 LD 2013 No.7 Peraturan Daerah Tentang Kawasan Tanpa Rokok.

Nomor 8 8 Juli 2013 LD 2013 No.8 Peraturan Daerah Tentang Perubahan Atas Perda Nomor 4 tahun 2007 Tentang Tata Cara Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa.

II - 132

BAB II 2015

Nomor dan Tanggal Peraturan Daerah

Nomor Lembaran Daerah

Uraian

Nomor 9 8 Juli 2013 LD 2013 No.9 Peraturan Daerah Tentang Perubahan Atas Perda Nomor 29 tahun 2006 Tentang Lembaga Kemasyarakatan.

Nomor 10 24 Juli 2013 LD 2013 No.10 Peraturan Daerah Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Tahun .

Nomor 11 26 Juli 2013 LD 2013 No.11 Peraturan Daerah Tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2013 .

Nomor 12 12 Nopember 2013 LD 2013 No.12 Peraturan Daerah Tentang Perubahan Atas Perda Nomot 6 tahun 2009 Tentang Kedudukan Keuangan Walikota dan Wakil Walikota Banjar

Nomor 13 12 Nopember 2013 LD 2013 No.13 Peraturan Daerah Tentang Perubahan Atas Perda Nomor 18 tahun 2004 Tentang PPNS

Nomor 14 12 Nopember 2013 LD 2013 No.14 Peraturan Daerah Tentang Pemanfaatan dan Pengguna Bagian-Bagian Jalan di Kota Banjar.

Nomor 15 12 Nopember 2013 LD 2013 No.15 Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Nomor 16 12 November 2013 LD 2013 No.16 Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan Ruangan Ruang Terbuka Hijau .

Nomor 17 26 November 2013 LD 2013 No.17 Peraturan Daerah Tentang Bangunan Gedung .

Nomor 18 26 November 2013 LD 2013 No.18 Peraturan Daerah Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Al-Qur’an dan Diniyah Takmiliyah.

Nomor 19 23 Desember 2013 LD 2013 No.19 Peraturan Daerah Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun anggaran 2014

Meningkatkan Peran Serta Organisasi Kemasyarakatan dan Lembaga Swadaya

Masyarakat dalam Pembangunan Daerah

Melalui program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan, bela Negara bagi

generasi muda dengan sasaran pelajar dan pemantapan ideologi Bangsa bagi genersi muda

sebanyak 50 orang. Dalam peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan telah terlaksana

Penyelenggaraan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat dilakukan oleh Aprat Kecamatan,

Desa/Kelurahan merupakan salah satu wujud dan upaya bersama antara pemerintah dengan

masyarakat. Secara sinergitas, bertujuan guna meningkatkan kemampuan kemandirian

mayarakat dalam membangun, memelihara kondisi kepekaan,dan kesiagaan antisipasi

masyarakat dalam menghadapi berbagai potensi indikasi timbulnya permasalahan tentang

ideologi bangsa.

Anggota FKDM, baik tingkat Kecamatan maupun Kelurahan dapat membangun jalinan

koordinasi dan komunikasi sinergitas, meningkatkan kepekaan dan kewaspadaan serta tanggap

setiap saat diperlukan dan dibutuhkan dalam mengantisipasi dan menanggulangi berbagai

permasalahan-permasalhan yang muncul di masyarakat, termasuk kemungkinan-kemungkinan

terjadinya potensi ancaman dan keberadaan orang asing/ Warga negera asing di Kota Banjar

yang memungkinkan timbul dapat segera dicegah dan ditanggulangi secara dini dan terpadu

II - 133

2015 BAB II

khususnya. Dari fasilitasi yang diberikan tersebut, terjadi peningkatan partisipasi ormas dan LSM

dalam pembangunan politik dan menunjang peningkatan persatuan dan kesatuan antar warga

masyarakat.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi %

Persentase partisipasi ormas dan LSM dalam pembangunan.

% 100,00 100,00 100,00

Terciptanya stabilitas politik, keamanan dan ketertiban

Hasil dari program pendidikan politik dan pengembangan wawasan kebangsaan, telah

tumbuh budaya politik yang demokratis dan kondusif untuk pembangunan di wilayah Priangan

Timur.

Dalam tahun 2013, tidak ada gejolak politik yang signifikan yang dapat mengganggu

jalannya pemerintahan di Kota Banjar. Demikian halnya dengan ketenteraman dan ketertiban di

masyarakat sudah cukup baik, didukung dengan peran anggota Linmas yang bersinergi dengan

masyarakat kota Banjar menjaga lingkungan masing-masing.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi %

Stabilitas politik. % 100,00 100,00 100,00 Stabilitas keamanan dan ketertiban. % 100,00 100,00 100,00

Misi 4 : Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan secara Profesional untuk Menjamin

terciptanya Good Governance

Terciptanya aparatur pemerintah daerah yang memiliki kompetensi dan mampu

memberikan layanan prima

Untuk meningkatkan tata kelola pemerintahan secara profesional dalam rangka

mewujudkan “Good Governance”, harus didukung dengan kompetensi aparatur yang memadai

dan merata. Peningkatan kompetensi dapat dilakukan melalui berbagai macam pendidikan dan

pelatihan, workshop, bimbingan teknis, seminar dan sebagainya.

Selain itu, sebagai bagian pembinaan dan pengembangan aparatur, telah dilaksanakan

pengusulan pensiun bagi 75 PNS, penerbitan SK kenaikan pangkat PNS untuk 625 orang dan

pembuatan kartu pegawai, kartu istri/suami, kartu askes dan kartu taspen bagi 189 pegawai.

Badan Kepegawaian juga telah melaksanakan seleksi penerimaan calon praja IPDN sebanyak 17

orang, serta pemberian satya lencana karya satya untuk 185 pegawai dan fasilitasi ujian dinas

bagi 13 pegawai.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi %

Meningkatnya Persentase Aparatur yang mengikuti Diklat Teknis, Substantif dan Fungsional.

% 10,00 12,00 120,00

II - 134

BAB II 2015

sarana dan prasarana peningkatan pelayanan publik

Tata kelola pemerintahan dilaksanakan untuk menjamin adanya pelayanan publik yang

mampu memenuhi kebutuhan warga masyarakat di wilayahnya. Pelayanan tersebut

membutuhkan sarana dan prasarana yang mencukupi agar terjadi keseimbangan antara

kebutuhan pelayanan dengan sarana pelayanan yang ada.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi % Persentase ketersediaan sarana dan

prasarana pelayanan publik sesuai kebutuhan.

% 100,00 100,00 100,00

Meningkatnya kerjasama pembangunan antar pemerintah daerah

Kerjasama pembangunan antar pemerintah daerah diperlukan untuk mempercepat

terjadinya proses pembangunan suatu daerah. Pemerintah Kota Banjar sudah melakukan

koordinasi dengan daerah yang berbatasan (Kabupaten Ciamis, Jawa Barat dan Kabupaten

Cilacap, Jawa Tengah) untuk penanganan pembangunan di wilayah perbatasan. Koordinasi

tersebut belum diformulasikan dalam nota kesepahaman (MoU), sehingga indikator sasaran

tersebut belum dapat diisi. Dalam program penataan daerah otonomi baru, juga dilakukan studi

banding ke luar wilayah Jawa Barat dan untuk menjalin kerjasama pembangunan.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi % Koordinasi dengan pusat dan Kab/Kota

lain.Kali 18 18 100,00

Terwujudnya kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah daerah yang akuntabel

melalui pengawasan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan

Dalam tahun 2013 telah dilakukan audit operasional yang telah direncanakan dalam

program kerja pemeriksaan tahunan Inspektorat Kota Banjar. Sampai dengan akhir tahun 2013,

telah disusun berupa penyusunan pedoman pengelolaan audit sebanyak satu dokumen .

Keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini didukung oleh program dan kegiatan yang

dilaksanakan sehingga mendorong tercapainya target dari inedikator kinerja sasaran tersebut.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi %

Terselenggaranya audit operasional sesuai dengan pedoman standard audit.

LHP 65,00 53,00 81,53

Terselesaikannya tindak lanjut dan pemutakhiran data.

% 72,00 72,00 100,00

Terselesaikannya penanganan kasus/ pengaduan masyarakat.

% 100,00 100,00 100,00

Laporan Keuangan dengan opini WTP. Opini WTP -

II - 135

2015 BAB II

Meningkatnya kinerja pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel

Pemerintah Kota Banjar mengelola anggaran untuk mewujudkan visi dan misi yang

dikampanyekan oleh Walikota dan Wakil Walikota terpilih. Untuk mempertanggungjawabkan

keuangan daerah, telah disiapkan berbagai macam laporan untuk berbagai pihak sesuai dengan

indikator yang telah ditetapkan.

Perwujudan pertanggungjawaban dalam bentuk Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah (LKPD) tahun 2011, telah dilakukan audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik

Indonesia, dengan opini “Wajar Tanpa Pengecualian”. Hal tersebut merupakan hasil yang sesuai

Standar Akuntansi Pemerintah.

Dalam mempertanggungjawabkan kinerja, Pemerintah Kota Banjar telah menyusun

laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) tahun 2011, namun tidak dilakukan

evaluasi oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Terhadap Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) tahun 2011, telah

dilakukan evaluasi oleh Tim Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi

Jawa Barat dengan nilai total 2,818.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi %

Nilai hasil evaluasi LAKIP Pemda. Nilai 60 57,23*) 95,38 Nilai hasil evaluasi LPPD. Nilai 3,00 2,818*) 91,80

Terwujudnya pemanfaatan ruang sesuai dengan tata ruang

Pemerintah Kota Banjar memiliki dokumen rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang

ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Banjar Nomor 6 Tahun 2004. Perda tata ruang

tersebut masih harus disesuaikan dengan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Melalui program perencanaan tata ruang, telah dilakukan kegiatan-kegiatan yang

meliputi:

Rancangan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Koordinasi Perencanaan Bidang Fisik.

Peningkatan peran BKPRD.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi % Persentase pemanfaatan ruang sesuai

RTRW.% 100,00 100,00 100,00

Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan yang pro publik

Dalam perencanaan pembangunan daerah, aspirasi masyarakat sudahdiusahakan

dapat diakomodasi dalam musyawarah perencanaan pemba-ngunan (Musrenbang), baik untuk

penyusunan RPJMD maupun RKPD. Dalam proses Musrenbang yang dimulai dari tingkat Desa

dan Kelurahan, Pemerintah Kota Banjar menjaring aspirasi masyarakat dalam bentuk usulan

kegiatan yang akan diselaraskan dengan arah pemba-ngunan daerah.

II - 136

BAB II 2015

Dengan mekanisme perencanaan tersebut, pembangunan yang akan dilaksanakan

menjadi lebih terarah sesuai program dalam RPJMD.Dalam program perencanaan pembangunan

daerah, telah dilakukan 6 kegiatan, yaitu: (a) Fasilitasi pengem-bangan partisipasi masyarakat

dalam perumusan program dan kebijakan layanan publik, (b) Penyelenggaraan musrenbang

RKPD, (c) Monitoring, evaluasi dan pelaporan, (d) Perencanaan umum pembangunan, (e)

Penyusunan buku indeks kepuasan masyarakat, (f) Penyusun-an indikator kegiatan dana bagi

hasil cukai hasil tembakau.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi % Terwujudnya sinergitas perencanaan

pembangunan daerah.% 100,00 100,00 100,00

Meningkatnya ketersediaan dan kualitas sarana prasarana perhubungan

Dalam penyediaan sarana dan prasarana perhubungan, Pemerintah Kota Banjar

melalui Dinas Perhubungan telah melaksanakan enam program, yang meliputi:

Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ, dengan kegiatan

Rehabilitasi/pemeliharaan terminal dan Pemeliharaan rambu-rambu lalu lintas.

Program peningkatan pelayanan angkutan mencakup kegiatan penyuluhan bagi para sopir/

juru mudi untuk peningkatan keselamatan penumpang, kegiatan uji kelayakan sarana

transportasi guna keselamatan penumpang, pengendalian pengoprasian angkutan umum di

jalan raya, pengumpulan analisis data base pelayanan angkutan, pengembangan sarana

dan prasarana pelayanan jasa angkutan, koordinasi dalam peningkatan pelayanan

angkutan, pembinaan juru parker, peninkgaktan disiplin masyarakat menggunakan

angkutan dan penyuluhan/ sosial ketertiban lalau lintas angkutan.

Program pengendalian dan pengamanan lalau lintas mencakup pengadaan rambu-rambu

lalu lintas, pengadaan marka jalan, pengendalian pengamanan hari-hari besar,

penggawasan kawasn tertib lalu lintas dan pengawasan alat pelengkap ustarat lalu lintas

Program Peningkatan kelaiakan pengoprasian kendaraan bermotor dengan pengadaan

buku dan plat uji, pengadaan roolprinter dankerta lakmus dan pemeriksaan berkala alt

pengujian kendaraan bermotor ( Kalibrasi).

Program pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan dengan pembangunan

landasan timbang portabel.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi % Fasilitas dan prasarana LLAJ yang

terpelihara.% 100,00 100,00 100,00

Terfasilitasinya uji kelayakan sarana transportasi.

% 100,00 100,00 100,00

Meningkatnya kualitas lingkungan hidup

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman

dan Lingkungan Hidup Kota Banjar, belum terdapat badan usaha yang diharuskan memenuhi

II - 137

2015 BAB II

persyaratan AMDAL. Namun, telah dilakukan upaya-upaya pengawasan terhadap lokasi usaha

yang rawan konflik lingkungan (dengan persyarat-an UKL/UPL/SPPL).

Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup :

a. Koordinasi penilaian kota sehat/ Adipura dengan terlaksananya penilaian Kota Sehat

tingkat Provinsi sebanyak 4 kali

b. Penyusunan laporan Tahunan ( Kualitas air, Periodik Volume sampah dan SLHD)

c. Pengawasan Limbah cair sector usaha rumah tangga dan Industri.

d. Peningkatan kualitas lingkungan desa

Sedangkan Program perlindungan dan konservasi sumber daya alam, telah dilaksanakan

kegiatan pembuatan resapan sumur resapan/Biopori guna penanggulangan atau pengendalian

kerusakan sumber-sumber air sebanyak 2 unit.

Program pembangunan Drainase/Gorong-gorong , didukung dengan kegiatan-kegiatan yang

meliputi :

a. Pembangunan saluran Drainase tersebar di 4 Kecamatan di Kota Banjar

b. Rehabilitasi infrastruktur ke-Ciptakaryaan

c. Perbaikan Drainase dan Trotoirisasi di Kecamatan Langensari

d. Perbaikan Drainase di kawasan Cibulan

e. Perbaikan Drainase dan Trotoirisasi Jalan Tanjungsukur – jalan Pangandaran

f. Perbaikan Drainase dan Trotoirisasi jalan Tentara Pelajar

g. Perbaikan Drainase Lingkungan di Kelurahan Hegarsari

h. Pembuatan dan perbaikan Drainase Kecamatan Banjar (Banprov)

Program pengelolan areal pemakaman , dengan kegiatan meliputi :

a. Pembangunan pagar TPU Dipatiukur tahap 2 (Banprov)

b. Pemeliharaan Taman makam Pahlawan 1 Lokasi

Program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan

kegiatan Fasilitasi penataan Land Consolidation (LC) dengan tersedianya kavling tanah milik

Pemerintah Kota Banjar sebanyak 1 Paket.

Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah meliputi kegiatan :

a. Pembangunan sarana dan prasarana air bersih berbasis masyarakat

b. Pembangunan prasarana sanitasi berbasis masyarakat

c. Pemasangan saluran rumah air bersih

d. Pemasangan jaringan pipa distribusi air bersih

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi % Cakupan pengawasan terhadap

pelaksanaan pengelolaan lingkungan.% 100,00 100,00 100,00

Penegakan hukum lingkungan. % 100,00 - - Sumber mata air yang dipelihara. Titik 1 2 200,00

II - 138

BAB II 2015

Cakupan layanan pengelolaan persampahan kota

Dalam tahun 2013, pelayanan persampahan yang diselenggarakan oleh Pemerintah

Kota Banjar melalui Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan Hidup

dilaksanakan melalui Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan, dengan 12

kegiatan, yaitu:

a. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan .

b. Pengadaan pakaian lapangan kebersihan dan pertamanan (Safety Work)

c. Pengadaan peralatan kebersihan (Safety equitment)

d. Pengadaan roda sampah 26 Unit

e. Pembangunan jalan ke lingkungan TPS Cibodas (Banprov)

f. Sosialialisasi pengelolaan persampahan 3 R dan kelembagaan

g. Pemeliharaan bak container, bak Dump Truk Bak motor roda dan sampah

h. Pembangunan landasan container dan TPS pasar Banjar (Banprov)

i. Revitalisasi TPS Terminal (Banprov)

j. Pembangunan Biogas Sanitary Landfill (Banprov)

k. Penata lahan sell sampah TPA (Banprov)

l. Dan Pengadaan sepeda lapangan kebersihan 12 unit.

Terpeliharanya ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan

Ruang terbuka hijau merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang harus

disediakan dan dipelihara oleh Pemerintah Kota Banjar dan semua stakeholder lingkungan.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Banjar meliputi penataan taman-taman kota,

penggantian tanaman mati/tumbang, penyiraman berkala, pemangkasan dan sebagainya.

Dalam tahun 2013, dilakukan penambahan luas area ruang terbuka hijau (RTH),

dengan mempertahankan yang sudah ada melalui pemeliharaan rutin agar fungsi RTH tetap

dapat dipertahankan.Program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau ( RTH), dengan kegiatan

meliputi :

a. Pemeliharaan Taman Tugu Batas 2 lokasi

b. Pemeliharaan Taman dan RTH Kota Banjar di 4 Kecamatan

c. Pembangunan Taman Batas Kota

d. Pengadaan Peralatan Pertamanan

e. Pemeliharaan Taman Hijau (Banprov)

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi % Persentase Ruang Terbuka Hijau yang

terpelihara.Titik 100 100 100,00

II - 139

2015 BAB II

Tertatanya areal pemakaman umum di wilayah kota Banjar

Dalam pelayanan pemakaman, pada tahun 2013 Dinas Kebersihan, Pertamanan,

Pemakaman dan Lingkungan Hidup Kota Banjar telah melakukan pekerjaan pembangunan pagar

TPU dan pemeliharaan Taman Makam Pahlawan.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi % Persentase areal pemakaman umum yang

tertata.Lokasi 100 25 25,00

Tersedianya data, informasi dan statistik pembangunan daerah

Informasi dan statististik pembangunan daerah dikelola oleh Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah. Dalam tahun 2013 telah dihasilkan informasi Banjar Dalam Angka tahun

2012, serta telah dilakukan survei penduduk miskin, tetapi indikator susesda tahun ini tidak

dilaksanakan.

Dalam mendukung tersedianya data dan informasi statistik daerah, telah

dilaksanakan program pengembangan data/informasi, dengan kegiatan sebanyak lima, meliputi

kegiatan-kegiatan: Penyusunan Buku Banjar Dalam Angka, Penyusunan Buku PDRB, Penyusunan

Buku Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Pengembangan dan Penyebarluasan Data/ Informasi

dan Penyusunan Data Kemiskinan Kota Banjar.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi % Banjar Dalam Angka (BDA). Dok. 1 1 100,00 Survey Penduduk Miskin dan Indeks

Kemahalan Konstruksi (SPM dan IKK).Dok. 1 1 100,00

Meningkatnya kinerja pengelolaan kearsipan daerah yang akuntabel

Dalam upaya menunjang kinerja pengelolaan arsip daerah, telah dilaksanakan

empat program yang meliputi:

a. Program perbaikan sistem administrasi kearsipan,

b. Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/ arsip daerah,

c. Program pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana kearsipan, serta

d. Program peningkatan kualitas pelayanan informasi,

Berdasarkan pelaksanaan program-program tersebut, diharapkan seluruh SKPD di

lingkungan Pemerintah Kota Banjar dapat mengelola arsip daerah secara benar.

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi % SKPD yang menerapkan pengelolaan arsip

sesuai dengan standar.% 100,00 100,00 100,00

Berkembangnya penerapan teknologi informasi dalam manajemen pemerintahan

Untuk lebih memberikan kemudahan dalam pelayanan, Pemerintah Kota Banjar

telah mengimplementasikan teknologi informasi dalam beberapa jenis layanan, yaitu:

a. Sistem informasi pelaporan keuangan daerah (SIMDA Keuangan)

b. Sistem informasi barang milik daerah (SIMDA BMD)

II - 140

BAB II 2015

c. Sistem informasi penggajian (SIMDA Gaji)

d. Sistem informasi manajemen kependudukan (SIAK)

e. Sistem informasi kesehatan (SIK)

f. Sistem informasi pengadaan barang dan jasa (e-procurement).

Indikator Sasaran Satuan Rencana Realisasi % Implementasi teknologi informasi dan

komunikasi dalam pelayanan pemerintahan.

Berita 6,600 6,600 100,00

2.4 Permasalahan Pembangunan

Tujuan pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kondisi perekonomian

daerah, kesejahteraan masyarakat, pelestarian dan pelindungan nilai-nilai budaya

daerah, keamanan dan ketertiban, kemampuan dan penguatan kelembagaan untuk

mewujudkan kemandirian. Di samping itu juga membantu pemerintah pusat/provinsi

dalam mempertahankan, memelihara, meningkatkan persatuan dan kesatuan

masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Upaya untuk mewujudkan

tujuan pembangunan daerah telah dilakukan Pemerintah Kota Banjar melalui

serangkaian kebijakan dan program serta sumber pendanaan secara sinergis dan

berkelanjutan.

Berdasarkan analisis gambaran umum kondisi Kota Banjar selama lima tahun

terakhir dan dengan memperhatikan sasaran pokok, indikator dan target pada Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Banjar Tahun 2005-2025 dan juga

target Millenium Development Goals (MDGs), terdapat berbagai aspek pembangunan

yang telah mengalami kemajuan atau keberhasilan, namun di sisi lain terdapat pula

berbagai permasalahan dan tantangan yang masih dihadapi dan perlu ditangani melalui

serangkaian kebijakan dan program secara terencana, sinergis, dan berkelanjutan.

Adapun identifikasi permasalahan pembangunan daerah yang ada di Kota Banjar adalah

sebagai berikut :

2.4.1. Urusan Wajib

a. Bidang Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia dalam upaya meningkatkan

kualitas sumber daya manusia. Sampai dengan tahun 2013 capaian indeks pendidikan

sebesar 83,81 atau meningkat 1,17 poin dari capaian tahun 2010 sebesar 82,64 poin.

Sementara untuk mencapai sasaran pokok penduduk yang berkualitas dalam RPJPD Kota

Banjar dengan target capaian indeks pendidikan sebesar 93,6 tentunya hal tersebut akan

II - 141

2015 BAB II

sulit untuk dicapai. Adapun beberapa permasalahan terkait dengan pembangunan

bidang pendidikan di Kota Banjar antara lain:

1) Angka partisipasi sekolah (APS) SD/MI belum mencapai 100%, capaian sampai

dengan tahun 2013 sebesar 97,90%;

2) Angka partisipasi murni (APM) SD/MI/SDLB sampai dengan tahun 2013 baru

mencapai 94,67% dan APM SMP/MTs/SMPLB mencapai 79,32, yang masih perlu

didorong untuk mencapai target MDGs dan Pendidikan Untuk Semua (Education

for All) sebesar 100%;

3) Pada jenjang pendidikan menengah, APM SMA/MA/SMK tahun 2013 baru

mencapai 72,50%;

4) Kualitas siswa, pendidik/tenaga kependidikan serta sarana prasarana masih perlu

ditingkatkan;

5) Cakupan pendidikan anak usia dini (PAUD) masih rendah, sampai dengan tahun

2013 cakupannya masih dibawah 40%.

b. Bidang Kesehatan

Keberhasilan pembangunan manusia di bidang kesehatan bisa diukur melalui

indikator yang dihitung berdasarkan keadaan kesehatan masyarakat. Adapun

permasalahan terkait pembangunan kesehatan di Kota Banjar diantaranya:

1) Masih terjadi kasus kematian bayi, pada tahun 2013 terjadi sebanyak 17 kematian

bayi diantara 1000 kelahiran bayi;

2) Masih terjadi kasus kematian ibu melahirkan, tercatat ada 3/3.335 angka kasus ibu

melahirkan pada tahun 2013;

3) Ketersediaan sumberdaya kesehatan yang masih perlu ditingkatkan;

4) Pelayanan kesehatan belum optimal;

5) Ancaman penyakit menular maupun penyakit yang tidak menular masih terjadi;

6) Kesadaran masyarakat untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) masih kurang;

c. Bidang Pekerjaan Umum

Pelaksanaan urusan pekerjaan umum meliputi pengelolaan jalan, jembatan, dan

irigasi. Peningkatan kualitas dan kapasitas jalan dan jembatan terus diupayakan untuk

mendukung kelancaran arus lalu lintas dan perkembangan perekonomian daerah.

Beberapa permasalahan terkait bidang pekerjaan umum antara lain:

II - 142

BAB II 2015

1) Kondisi jalan kota belum semuanya berkondisi baik, tahun 2013 masih ada 14,4%

yang kondisinya sedang dan 7,76% kondisinya rusak;

2) Banyak ruas jalan yang lebarnya kurang memenuhi syarat jalan perkotaan (minimal

3,5) dengan bahu masing-masing sisi kiri kanan selebar 1 meter;

3) Pengembangan jaringan jalan alternatif untuk menghubungkan barat dan timur

belum bisa terealisasi karena masalah tanah;

4) Kemantapan jalan masih belum maksimal;

5) Banyak irigasi yang tidak berfungsi optimal;

6) Partisipasi masyarakat yang masih rendah dalam pemeliharaan saluran irigasi

(termasuk peran dari P3I Mitra Cai).

d. Bidang Perumahan

Permukiman akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan meningkatnya

jumlah penduduk. Pelaksanaan urusan perumahan meliputi penataan perumahan dan

prasarana dan sarana lingkungan perumahan seperti air bersih, drainase, jalan

lingkungan, sanitasi, persampahan, permakaman. Beberapa permasalahan terkait

dengan bidang perumahan diantaranya adalah:

1) Kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan dan pendayagunaan sarana dan

prasarana permukiman masih kurang;

2) Pelayanan air bersih belum menjangkau seluruh wilayah Kota Banjar;

3) Pelayanan sanitasi belum menjangkau seluruh masyarakat;

4) Rumah tidak layak huni masih cukup banyak;

5) Penyediaan tempat pemakaman umum bagi perumahan masih kurang;

6) Pengelolaan sistem drainase belum memadai;

7) Rumah yang belum ber IMB masih cukup banyak.

e. Penataan Ruang

UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang diarahkan untuk mewujudkan

visi penataan ruang: yaitu ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

Adapun permasalahan terkait pembangunan bidang penataan ruang adalah:

1) Rencana Detail Tata Ruang baru tersusun untuk 2 Kawasan, belum mencakup

seluruh wilayah Kota Banjar;

2) Pengendalian dan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang belum optimal;

3) Kesadaran masyarakat untuk mengurus perizinan sebelum melakukan kegiatan

masih kurang;

II - 143

2015 BAB II

4) Menurunnya ketersedianya ruang untuk ketahanan pangan dan ruang terbuka

hijau (RTH) publik.

f. Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan daerah dimaksudkan untuk menghasilkan

pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Adapun proses

perencanaan pembangunan di Kota Banjar saat ini dilakukan dengan diawali dari

musyawarah pembangunan desa/kelurahan, musrenbang Kecamatan, forum OPD,

musrenbang kota dan provinsi. Dengan dilakukannya proses tersebut diharapkan

program kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Banjar dapat

memberikan manfaat kepada masyarakat secara optimal. Beberapa permasalahan yang

dihadapi pada urusan perencanaan pembangunan antara lain :

1) Sinergitas perencanaan antar bidang dan antar OPD masih perlu ditingkatkan agar

lebih terpadu;

2) Masih lemahnya ketersediaan dan akurasi data untuk keperluan perencanaan;

3) Masih kurangnya kapabilitas dan kompetensi SDM perencanaan;

4) Belum optimalnya sistem pengendalian dan evaluasi pembangunan.

g. Perhubungan

Sistem dan manajemen transportasi yang baik merupakan faktor pendukung

utama untuk mengembangkan kegiatan ekonomi daerah. Oleh karena itu memelihara

dan meningkatkan kualitas prasarana transportasi agar tetap dalam kondisi mantap

serta mengembangkan sarana transportasi perdesaan dan perkotaan secara terpadu

menjadi penting. Beberapa permasalahan yang dihadapi pada urusan bidang

perhubungan antara lain :

1) Masih kurangnya fasilitas perlengkapan jalan dan masih tingginya overloading

angkutan barang yang melintasi jalan di Kota Banjar;

2) Sarana dan prasarana terminal masih perlu ditingkatkan;

3) Pengelolaan parkir belum berjalan secara optimal;

4) Belum efektifnya pelaksanaan uji kelayakan kendaraan bermotor, masih terjadinya

kasus pemalsuan buku kir.

II - 144

BAB II 2015

h. Lingkungan Hidup

Beberapa permasalahan terkait dengan pembangunan bidang lingkungan hidup,

diantaranya:

1) Luas lahan TPA yang belum memadai dan cakupan pelayanan masih sebesar 11,18%;

2) Sarana dalam mendukung pelaksanaan Operasional belum memadai (sarana dan

prasarana alat berat, pengolahan leacheat, sumur air pantau, sumur air bersih, drainase

TPA);

3) Terbatasnya sumber daya manusia sebagai pelaku pelayanan pada bidang Kebersihan;

4) Teknologi tepat guna belum ada yang menjadi pelopor dalam penanganan sampah;

5) Belum adanya Norma/Piranti yang berbentuk Perda yang mengatur tentang Pengelolaan

Persampahan;

6) Budaya atau perilaku masyarakat terhadap sampah masih bersifat apatis;

7) Kualitas udara dan air belum memenuhi baku mutu, masih ada pencemaran;

8) Masih terdapat daerah rawan air di beberapa kelurahan dan desa (Sebanyak 9

desa/kelurahan);

9) Adanya proses alih fungsi lahan terutama pada perkebunan dan persawahan rakyat.

i. Pertanahan

Penatagunaan tanah meliputi pengaturan penggunaan tanah, pemanfaatan tanah,

dan penguasaan tanah. Kebijakan pemanfaatan tanah di Kota Banjar dilakukan oleh

pemerintah kota melalui proses perizinan peruntukan penggunaan tanah. Adapun

permasalahan dalam bidang pertanahan, antara lain:

1) Masih banyak tanah yang belum bersertifikat;

2) Masih adanya kasus persengketaan kepemilikan tanah.

j. Kependudukan dan Catatan Sipil

Permasalahan utama dalam bidang kependudukan dan catatan sipil di Kota Banjar

antara lain:

1) Migrasi penduduk antar wilayah cukup tinggi;

2) Sarana dan prasarana pendukung sistem informasi administrasi kependudukan

masih terbatas;

3) Kesadaran masyarakat terhadap tertib administrasi kependudukan masih kurang;

k. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Permasalahan utama adalah (1) Kesetaraan gender; dan (2) Masih rentan

permasalahan trafficking dan kekerasan terhadap perempuan dan anak.

II - 145

2015 BAB II

l. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Perkembangan program keluarga berencana di Kota Banjar cukup baik. Salah satu

keberhasilan program Kampoeng KB ditandai dengan meningkatnya prevalensi peserta

KB (peserta aktif/pasangan usia subur), tetapi masih ada beberapa permasalahan terkait

dengan pembangunan bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera, diantaranya:

1) Kesadaran masyarakat terhadap perencanaan keluarga berencana sehat dan

sejahtera masih perlu ditingkatkan;

2) Cakupan alat kontrasepsi/akseptor KB dan peserta KB aktif masih perlu

ditingkatkan;

3) Masih kurangnya cakupan pelayanan sesuai standar pelayanan minimal bidang

keluarga berencana, meliputi; komunikasi, informasi, dan edukasi keluarga

berencana dan keluarga sejahtera (KIE KB dan KS);

4) Pemberdayaan ekonomi keluarga, khususnya melalui kelompok Usaha

Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) belum optimal.

m. Sosial

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang, keluarga atau

kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat

melaksanakan fungsi sosialnya dan karenanya tidak dapat menjalin hubungan yang

serasi dan kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan

hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan wajar. Beberapa

permasalahan terkait penanganan masalah PMKS di Kota Banjar antara lain:

1) Kecenderungan peningkatan jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS);

2) Belum terintegrasinya penanggulangan kemiskinan;

3) Belum optimalnya penanggulangan bencana alam dan bencana sosial;

4) Belum optimalnya pendayagunaan dan pemberdayaan Potensi Sumber

Kesejahteraan Sosial (PSKS).

n. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendasar dalam kehidupan masyarakat

dan pembangunan karena meliputi dimensi ekonomi dan sosial yang luas. Urusan

ketenagakerjaan berkaitan dengan kondisi penduduk usia kerja, angkatan kerja, dan

ketersediaan lapangan kerja. Adapun permasalahan utama terkait bidang

ketenagakerjaan diantaranya:

II - 146

BAB II 2015

1) Perluasan lapangan kerja belum sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja;

2) Kualitas dan daya saing calon tenaga kerja belum sesuai kebutuhan pasar;

3) Sarana prasarana penyelenggaraan pelatihan kerja belum sesuai dengan

perkembangan kebutuhan pasar kerja;

4) Sistem informasi ketenagakerjaan belum memadai.

5) Belum tersedianya balai latihan kerja yang representatif.

o. Koperasi dan UKM

Keberadaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Koperasi dapat berperan

sebagai penyangga sekaligus penggerak perekonomian Kota Banjar dalam rangka

mendukung upaya penciptaan lapangan pekerjaan, penyerapan tenaga kerja,

peningkatan pendapatan masyarakat, dan mempercepat pengurangan jumlah penduduk

miskin. Jumlah koperasi di Kota Banjar mengalami peningkatan pada periode 2008-2012,

namun persentase koperasi yang aktif baru mencapai 44,17% pada Tahun 2012. Hal

tersebut terjadi dikarenakan masyarakat Kota Banjar belum sepenuhnya memahami

kelembagaan koperasi sebagai badan hukum usaha yang mampu menumbuhkan

ekonomi kerakyatan.

Berbagai permasalahan terkait dengan pengelolaan koperasi dan UMKM antara

lain :

1) Rendahnya kualitas SDM yang berkompeten sehingga berdampak pada kinerja

manajemen pengelolaan;

2) Lemahnya penguasaan akses teknologi tepat guna maupun modern;

3) Kualitas produk belum memenuhi standar;

4) Lemahnya akses pasar dan jejaring pemasaran;

5) Kurangnya informasi perbankan dan akses permodalan;

6) Masih lemahnya pengembangan pola kemitraan dan jejaring usaha maupun jasa;

7) Terbatasnya dukungan prasarana dan sarana usaha, lemahnya kemampuan

berinovasi dan kurangnya informasi serta daya saing yang rendah;

8) Masih kurang kondusifnya iklim usaha dan kurang optimalnya dukungan

infrastruktur kelembagaan.

p. Penanaman Modal

Keberhasilan meningkatkan realisasi investasi/penanaman modal akan

memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Selama kurun waktu 2009-2013

rata-rata realisasi investasi PMA dan PMDN di Kota Banjar masih berkisar Rp.108 milyar

II - 147

2015 BAB II

sementara pencapaian laju pertumbuhan ekonomi Kota Banjar tahun 2013 sebesar

5,34%. Berbagai permasalahan terkait dengan peningkatan realisasi investasi baik itu

PMA atau PMDN diantaranya sebagai berikut:

1) Pengelolaan promosi investasi belum optimal;

2) Iklim investasi dan pelayanan perizinan masih perlu ditingkatkan;

3) Kualitas infrastruktur pendukung investasi masih belum memadai dan belum

merata.

q. Kebudayaan

Beberapa permasalahan dalam pembangunan bidang kebudayaan diantaranya:

1) Penerapan nilai-nilai luhur budaya dalam kehidupan sehari-hari masih rendah;

2) Pengelolaan kekayaan budaya yang belum optimal;

3) Partisipasi generasi muda dalam seni dan budaya masih kurang;

4) Masuknya nilai dan budaya asing yang berpengaruh negatif cukup banyak;

5) Kualitas sumberdaya manusia pelaku budaya masih terbatas;

6) Menurunnya kepedulian masyarakat terhadap kepedulian sosial.

r. Kepemudaan dan Olahraga

Permasalahan utama dalam pembangunan kepemudaan dan olahraga di Kota

Banjar, antara lain:

1) Prestasi Olah raga yang masih harus ditingkatkan;

2) Ketersediaan dan ketercukupan sarana dan prasarana olah raga perlu ditingkatkan.

s. Kesatuan Bangsa dan Politik Luar Negeri

Kondisi daerah yang aman dan kondusif menjadi prasyarat utama pelaksanaan

pembangunan daerah. Oleh karena itu penciptaaan kondisi daerah yang aman, tertib,

dan tenteram menjadi isu utama pelaksanaan urusan kesatuan bangsa dan politik dalam

negeri. Permasalahannya adalah:

1) Penegakan Perda belum optimal;

2) Kesadaran masyarakat dan dunia usaha untuk mematuhi peraturan masih belum

optimal;

3) Sarana dan prasarana keamanan dan ketertiban belum memadai;

4) Risiko ancaman gangguan terhadap ketentraman, ketertiban dan keindahan yang

semakin tinggi

II - 148

BAB II 2015

t. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,

Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Beberapa permasalahan utama dalam pelaksanaan bidang Otonomi Daerah,

Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian

dan Persandian diantaranya :

1) Penegakan hukum masih lemah dan belum optimalnya perlindungan hukum dan

hak asasi manusia (HAM);

2) Kelembagaan pemerintah masih belum sepenuhnya melaksanakan prinsip good

governance;

3) Masih rendahnya kapasitas dan profesionalisme sumber daya manusia aparatur;

4) Pengelolaan asset masih perlu ditingkatkan;

5) Sumber pendapatan daerah dari BUMD masih terbatas;

6) Pelayanan publik masih belum sesuai harapan masyarakat.

u. Ketahanan Pangan

Urusan Ketahanan Pangan di Kota Banjar pada saat ini ditangani oleh setingkat

esselon III pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Penyelenggaraannya yang

mencakup antara lain ketersediaaan pangan, sistem informasi pangan dan pengawasan

pada tahun 2013 sudah mencapai skor 80%. Ada beberapa permasalahan yang terkait

dengan bidang ketahanan pangan diantaranya :

1) Belum optimalnya peran kelembagan petani formal yang dapat membantu para

pelaku usaha Agribisnis di Kota Banjar, seperti HKTI dan KTNA;

2) Belum optimalnya pengawasan serta pengendalian terhadap aktivitas pelaku

usaha Agribisnis;

3) Keterbatasan sumber daya manusia untuk membuat produk selalu berada pada

kualitas dan kuantitas yang stabil, sehingga kecil sekali kemungkinan inovasi

produk;

4) Bantuan dan peran serta pemerintah melalui dinas terkait relatif masih sangat

kurang dalam pengembangan usaha para pelaku.

v. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Pemberdayaan Masyarakat dimaksudkan guna dapat mengembangkan

kemampuan dan kemandirian masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan,

agar secara bertahap masyarakat mampu membangun diri dan lingkungannya secara

mandiri. Permasalahannya adalah:

II - 149

2015 BAB II

1) Teknologi Tepat Guna yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat belum

dimanfaatkan secara optimal;

2) Peran dan fungsi kelembagaan masyarakat belum optimal;

3) Peran serta masyarakat dalam pembangunan di kawasan perkotaan cenderung

menurun;

4) Pelayanan pemerintahan desa kepada masyarakat belum optimal;

5) Peran perempuan dalam pembangunan belum optimal;

6) Pengelolaan administrasi pemerintahan desa kurang tertib.

w. Statistik

Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional disebutkan bahwa perencanaan pembangunan daerah harus

didasarkan pada data yang akurat dan memadai. Kewenangan daerah dalam urusan

statistik meliputi pengumpulan dan pemanfaatan data dan statistik daerah. Adapun

permasalahannya adalah:

1) Penetapan data tunggal belum disepakati;

2) Data sektoral dari OPD kurang konsisten;

3) Kesadaran dan komitmen terhadap pentingnya data masih rendah;

4) Kualitas SDM di bidang kestatistikan belum memadai;

5) Sarana dan prasarana pengelolaan data dan statistik belum memadai.

x. Kearsipan

Penyelengaraan urusan kearsipan mempunyai fungsi strategis bagi perkembangan

daerah karena menangani arsip aktif, arsip inaktif, dan dokumentasi daerah. Adapun

yang menjadi permasalahannya adalah:

1) Sarana dan prasarana kearsipan belum memadai;

2) Kualitas dan kuantitas SDM belum memadai;

3) Manajemen arsip belum dilaksanakan secara menyeluruh;

4) Pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan arsip belum optimal.

y. Komunikasi dan Informatika

Kemajuan dibidang komunikasi dan informatika telah mendorong munculnya

globalisasi dengan berbagai perspektifnya. Beberapa peraturan perundangan yang

terkait dengan urusan komunikasi dan informatika adalah Undang-undang nomor 11

Tahun 2008 tentang Transaksi Elektronik dan Undang-undang nomor 14 Tahun 2008

II - 150

BAB II 2015

tentang Keterbukaan Informasi Publik. Adapun yang menjadi permasalahan

pembangunannya di Kota Banjar antara lain:

1) Kualitas sumberdaya manusia bidang teknologi informasi dan komunikasi belum

memadai, bahkan cenderung tidak ada untuk sebagian besar OPD;

2) Sarana dan prasarana teknologi informasi belum memadai;

3) e-government belum diimplementasikan secara optimal;

4) Adanya ketentuan pada tahun 2011 semua software harus berlisensi harus

diantisipasi untuk penggunaan open source.

z. Perpustakaan

Perpustakaan merupakan sumber informasi dan sarana strategis peningkatan

Sumber Daya Manusia (SDM). Pelaksanaan urusan perpustakaan mengacu pada Undang-

undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, yang antara lain mengatur

kewajiban pemerintah daerah dalam pengelolaan perpustakaan. Adapun yang menjadi

permasalahannya adalah:

1) Sarana dan prasarana pengelolan perpustakaan belum memadai;

2) Kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia belum memadai;

3) Minat baca masyarakat masih perlu ditingkatkan.

2.4.2. Urusan Pilihan

a. Pertanian

Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kota Banjar pada tahun 2013 sebesar

15,76 persen, menempati urutan ke tiga terbesar setelah sektor perdagangan dan jasa.

Hal ini berarti pertanian di Kota Banjar termasuk urusan yang prioritas. Beberapa

permasalahan urusan pertanian yang terkait dengan bidang tanaman pangan dan

hortikultura, bidang peternakan serta bidang perkebunan, antara lain :

1) Rendahnya investasi di sektor agribisnis;

2) Belum tertatanya daerah agrowisata. Dimana kawasan tersebut terintegrasi antara

tanaman buah-buahan, bunga dan taman tempat rekreasi joging trak, Seperti di

Kota Malang maupun Taman Sari di Kabupaten Bogor;

3) Belum adanya fasilitas pasar sekala regional yang lebih besar serta pengembangan

pasar agro;

4) Belum adanya terminal bongkar muat komoditas pertanian maupun barang yang

memadai.

II - 151

2015 BAB II

b. Kehutanan

Luas hutan rakyat di Kota Banjar adalah 1.733,2 Ha dengan tiga jenis tanaman utama yaitu

jati, albasi dan mahoni. Beberapa permasalahan yang terkait dengan sektor Kehutanan, antara

lain:

1) Penatagunaan Kawasan Hutan : belum dilaksanakannya tata batas kawasan hutan di

wilayah Kota Banjar; belum selesainya proses administrasi tukar menukar kawasan hutan

antara Kementrian Kehutanan dengan Pemerintah Kota Banjar pada lahan eks Desa

Karangpanimbal Kecamatan Purwaharja; dan belum tersusunnya dokumen Rencana

Kehutanan Tingkat Kota;

2) Belum optimalnya pengembangan Hutan Kota dan Hutan hak sebagai daya dukung

lingkungan dan pengembangan aneka usaha kehutanan dalam rangka pemberdayaan

masyarakat;

3) Belum dilaksanakannya pembinaan perbenihan tanaman hutan;

4) Belum optimalnya pengawasan dan pengendalian hasil hutan skala kota;

5) Belum optimalnya pengawasan dan pengendalian penerimaan negara bukan pajak skala

kota;

6) Semakin sempitnya lahan untuk pengembangan hutan rakyat sebagai akibat alih fungsi

lahan dari semula lahan kehutanan mulai beralih fungsi ke pengembangan perkebunan,

dan hortikultura di Kota Banjar;

7) Masih adanya kesalahan data statistik mengenai luas lahan kritis dan potensi kritis di Kota

Banjar. Jadi data yang rill di kota Banjar sama yang terekap di Kehutanan Provinsi Jawa

Barat sampai ke tingkat Kementrian Kehutanan tidak sama. Dimana data di pusat sajian

lahan kritis dan potensi kritis lebih besar dari pada data rill di daerah.

c. Energi dan Sumber Daya Mineral

Sektor penggalian di Kota Banjar merupakan sektor penunjang pada sektor lainnya,

diantaranya sebagai bahan baku pembuatan industri bata merah dan penunjang kegiatan sektor

konstruksi, sementara pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan diprioritaskan baik untuk

meningkatkan keandalan penyediaan tenaga listrik maupun memberikan akses penyediaan

tenaga listrik. Ada beberapa permasalahan dalam pembangunan bidang energi dan sumber daya

mineral, diantaranya:

1) Masih banyak kebutuhan SUTR untuk penyediaan Listrik Pra KS;

2) Banyak lokasi yang belum terpasang PJU dan Non-PJU;

3) Masih adanya penambangan rakyat yang belum berijin.

II - 152

BAB II 2015

d. Pariwisata

Program Pengembangan dan Promosi Pariwisata yang dilaksanakan Pemerintah Kota

Banjar meliputi fasilitasi promosi pariwisata nusantara di dalam kota dan di luar daerah serta

fasilitasi festival budaya dan pelestarian cagar budaya. Adapun yang menjadi permasalahan

dalam pengembangan kepariwisataan di Kota Banjar antara lain:

1) Belum adanya daerah wisata, khususnya daerah agrowisata representatif yang menjadi

destinasi wisata regional;

2) Destinasi wisata yang ada belum dimanfaatkan secara optimal sehingga kurang

memberikan kontribusi terhadap penerimaan daerah;

3) Sarana prasarana pariwisata seperti hotel masih kurang, belum ada yang bintang empat

atau bahkan bintang lima.

e. Perikanan

Pemanfaatan lahan untuk budidaya perikanan darat di Kota Banjar mencapai luas 306 Ha

dengan produksi sebesar 2.392,74 ton pada tahun 2013. Beberapa permasalahan yang terkait

dengan urusan perikanan di Kota Banjar, antara lain :

1) Semakin sempitnya lahan untuk budidaya perikanan sabagai akibat alih fungsi lahan di

Kota Banjar;

2) Masih ditemukannya penggunaan bahan kimia yang membahayakan kesehatan antara lain

formalin dan borax dalam ikan segar maupun ikan olahan yang beredar di Kota Banjar.

Meskipun secara kuantitas menurun dari tahun sebelumnya.

f. Perdagangan

Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang mendominasi

struktur perekonomian Kota Banjar. Adapun yang menjadi permasalahannya adalah:

1) Sarana prasarana perdagangan/distribusi masih terbatas;

2) Daya saing produk Kota Banjar masih perlu ditingkatkan;

3) Kelancaran distribusi bahan pokok / barang strategis belum optimal;

4) Kreativitas dan inovasi pelaku usaha dalam membaca peluang pasar kurang optimal;

5) Perlindungan konsumen perlu ditingkatkan.

g. Perindustrian

Saat ini Kota Banjar selain menuju industrialisasi, ternyata Kota Banjar mulai

dibidik oleh investor sebagai sentral distributor, meskipun pertumbuhannya tidak begitu

signifikan tapi dari sektor persewaan akan menambah nilai pertumbuhan LPE Kota

Banjar, yang juga dapat menyerap banyak tenaga kerja. Adapun yang menjadi

permasalahannya adalah :

II - 153

2015 BAB II

1) Penguasaan dan penerapan teknologi bagi UMKM masih kurang;

2) Kualitas manajemen pengelolaan usaha bagi UMKM masih rendah;

3) Inovasi produk belum mampu mengimbangi kebutuhan pasar;

4) Akses permodalan bagi UMKM masih rendah;

5) Ketersediaan bahan baku industri masih terbatas;

6) Kemitraan antar pelaku usaha belum optimal..

h. Ketransmigrasian

Permasalahan utama adalah (1) Kesiapan tempat transmigran tidak sesuai dengan

yang diharapkan; (2) Kesiapan sumber daya manusia yang dikirim menjadi transmigran

II - 154