Bab II Pustaka

16
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nipah (Nypa fruticans Wurmb) Nipah adalah sejenis palem (palma) yang tumbuh dilingkungan hutan mangrove atau daerah pasang surut dekat tepi laut. Di beberapa negara lain, tumbuhan ini dikenal dengan nama (dalam bahasa Inggris) Attap palm (Singapura), Nipa palm (Filipina), atau umumnya disebut Nypa palm. Nama ilmiahnya adalah Nypa fruticans Wurmb, dan diketahui sebagai satu-satunya anggota genus Nypa. Tanaman nipah satu-satunya jenis palma dari wilayah mangrove (Ditjenbun, 2006). Dalam zonasi kelompok mangrove, nipah menduduki habitat agak kedalam, umumnya berbatasan dengan tumbuhan darat. Nipah hanya tumbuh subur disepanjang daerah pasang surut dekat dengan pantai dan ditepi muara sungai atau rawa-rawa air payau. Di tempat-tempat yang sesuai, tegakan nipah membentuk jalur lebar tak terputus di belakang lapisan hutan mangrove, kurang lebih sejajar dengan garis pantai (Mangrove Information Centre, 2009). Bentuk tanaman nipah hampir sama dengan tanaman sagu muda, tetapi nipah tidak berduri dan berbatang. Selain itu, tunas daun dan bunga nipah tumbuh dari rimpang mendatar yang terbenam di dalam tanah lumpur. Tinggi tanaman nipah secara keseluruhan mencapai 8 meter (Soeroyo, 1996). Sebaran jenis tanaman ini utamanya di daerah equator, melebar dari Sri Langka ke Asia Tenggara hingga Australia Utara. Luas areal pertanaman nipah di Indonesia diperkirakan 700.000 ha, terluas dibandingkan dengan Papua Nugini (500.000 ha) dan Filipina (8.000 ha) (World Agroforestry Center, 5

Transcript of Bab II Pustaka

Page 1: Bab II Pustaka

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nipah (Nypa fruticans Wurmb)

Nipah adalah sejenis palem (palma) yang tumbuh dilingkungan hutan

mangrove atau daerah pasang surut dekat tepi laut. Di beberapa negara lain,

tumbuhan ini dikenal dengan nama (dalam bahasa Inggris) Attap palm

(Singapura), Nipa palm (Filipina), atau umumnya disebut Nypa palm. Nama

ilmiahnya adalah Nypa fruticans Wurmb, dan diketahui sebagai satu-satunya

anggota genus Nypa. Tanaman nipah satu-satunya jenis palma dari wilayah

mangrove (Ditjenbun, 2006).

Dalam zonasi kelompok mangrove, nipah menduduki habitat agak kedalam,

umumnya berbatasan dengan tumbuhan darat. Nipah hanya tumbuh subur

disepanjang daerah pasang surut dekat dengan pantai dan ditepi muara sungai

atau rawa-rawa air payau. Di tempat-tempat yang sesuai, tegakan nipah

membentuk jalur lebar tak terputus di belakang lapisan hutan mangrove, kurang

lebih sejajar dengan garis pantai (Mangrove Information Centre, 2009). Bentuk

tanaman nipah hampir sama dengan tanaman sagu muda, tetapi nipah tidak

berduri dan berbatang. Selain itu, tunas daun dan bunga nipah tumbuh dari

rimpang mendatar yang terbenam di dalam tanah lumpur. Tinggi tanaman nipah

secara keseluruhan mencapai 8 meter (Soeroyo, 1996).

Sebaran jenis tanaman ini utamanya di daerah equator, melebar dari Sri

Langka ke Asia Tenggara hingga Australia Utara. Luas areal pertanaman nipah

di Indonesia diperkirakan 700.000 ha, terluas dibandingkan dengan Papua

Nugini (500.000 ha) dan Filipina (8.000 ha) (World Agroforestry Center, 2008).

Populasi tanaman nipah diperkirakan tidak kurang dari 8000 pohon setiap hektar,

sehingga jumlah keseluruhan tanaman nipah di Indonesia sekitar 5.600 juta

pohon (Bandini, 1996).

2.2 Pelepah Nipah

Tanaman nipah dapat mencapai tinggi hingga 8 m. Setiap batang nipah

biasanya terdiri atas 3-5 tangkai atau pelepah daun dengan panjang antara 5-7

m. Setiap pelepah daun rata-rata mempunyai 25-100 helai anak daun yang

bertulang seperti daun aren atau kelapa. Anak daun panjangnya mencapai 100

cm dan lebar 4-7 cm berbentuk pita dan ujungnya meruncing. Warna daun nipah

5

Page 2: Bab II Pustaka

muda menyerupai janur kelapa lalu berubah menjadi hijau kalau sudah tua

(Baharuddin, 2009).

Tangkai daun dan pelepah nipah dapat digunakan sebagai bahan kayu bakar

yang baik. Pelepah daun nipah juga mengandung selulosa yang bisa

dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp (bubur kertas). Selain itu

pelepah nipah juga dapat digunakan sebagai bahan baku particleboard yang

berkualitas baik karena warnanya khas dan menarik (Mangrove Information

Centre, 2009).

Karakteristik kandungan serat pelepah nipah dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1. Komposisi kandungan pelepah nipah

Kandungan Jumlah (%)

Selulosa 42,22

Lignin 19,85

Abu 4,06

Panjang serat (mm) 1,06

Diameter Serat 12.00 mm

Sumber : Akpakpan et al,.(2011).

2.3 Jenis-Jenis Kertas

Menurut Atamimi (2009), penggolongan Jenis dan Nama Kertas Menurut

"Tappi", yang mengacu pada Technical Information Paper - "TIP 0404-36 Paper

Grade Classifaction", terdapat 12 jenis kertas antara lain:

a) Uncoated groundwood : Kertas yang tidak mempunyai lapisan, kertas

jenis ini adalah kertas koran. Kertas ini memiliki gramatur 24 g/m2-75 g/m2

b) Coated groundwood: umumya kertas ini berwarna kuning karena banyak

pulp mekanis yaitu sebesar 10% sisanya menggunakan pulp kimia,

mempunyai gramatur dari 45 g/m2 sampai 130 g/m2. Kertas jenin ini

adalah majalah.

c) Uncoated woodfree: Kertas jenis ini mempunyai kandungan pulp mekanis

lebih rendah dari 10%, tidak mempunyai lapisan coating pigmen sama

sekali. Kegunaan kertas ini termasuk office papers (formulir, kertas

fotokopi, kertas buku tulis, dan kertas amplop), kertas carbonless (NCR),

dan kertas cetak atau biasa sebut HVS untuk brosur, selebaran, iklan,

dan bahkan kartu pos bila tebal.

6

Page 3: Bab II Pustaka

d) Coated woodfree: Jenis kertas ini juga mengandung kurang 10% pulp

mekanis, Gramatur kertas berkisar antara 70 gr/m2 dan 300 gr/m2,

Kegunaan paling umum adalah untuk majalah, buku, cetak commercial

dengan mutu yang tinggi dan mahal karena brightness yang relatif tinggi.

e) Kraft paper: jenis kertas ini biasanya digunkan sebagai, kertas bungkus,

kantong dan karung. Gramatur berkisar antara 50 gr/m2-134 gr/m2.

f) Bleached paperboard: kertas ini biasanya digunakan untuk membuat box,

dan kertas karton susu atau juice. Memiliki gramatur antara 200 gr/m2-500

gr/m2.

g) Unbleached paperboard: jenis kertas yang digunakan untuk membuat

corrugated containers (corrugated box yang biasanya berwarna coklat).

Berat gramatur umumnya 130 gr/m2 sampai 450 gr/m2. kertas medium

juga masuk dalam kategori ini yang dibuat dengan sebagian campuran

kertas recycle.

h) Recycled paperboard: Pulp yang digunakan terdiri atas kertas recycle

atau daur ulang, kertas ini digunakan untuk pelapis luar. Jenis kertas ini

yaitu kertas medium dan kertas duplek.

i) MG Kraft specialties: Kertas jenis ini mempunyai permukaan dengan

penampakan yang licin dan seperti kaca (glaze). Jenis kertas ini yaitu

litho dan doorslag.

j) Tissue: Mayoritas kertas tisu digunakan untuk produk sanitari seperti tisu

gulung, towel, bathroom, napkins. Memiliki gramatur 13 gr/m2 sampai 75

gr/m2.

k) Market pulp: Pulp atau bubur kertas juga dikategorikan sebagai kertas

yang dibagi jenisnya berdasarkan jenis kayu, proses pembuatan pulp,

dan proses pemutihan atau bleaching. Bubur kertas dijual dalam bentuk

lembaran, bal, dan gulungan

l) Others: Kategori lain-lain digunakan untuk jenis kertas yang tidak masuk

dalam golongan kertas diatas. Kurang dari 5% jumlah kertas dunia

masuk dalam kategori ini, jadi sebetulnya relatif kecil. Contohnya seperti

kertas glassine, kertas tahan minyak, kertas release untuk sticker, dan

kertas yang tersusun dari serat tetumbuhan bukan pohon (sperti kertas

serat pisang abaca dll.).

7

Page 4: Bab II Pustaka

2.4 Kertas Seni

Kertas seni adalah salah satu jenis kertas dengan penampilan estetis yang

kaya akan nuansa alami dan unik. Kertas seni diolah secara khusus dengan

buatan tangan (handmade), sehingga secara visual memiliki tampilan atau

karakter spesifik baik dari segi tekstur, warna, corak maupun dimensinya (Onggo,

2000). Bahan baku yang dapat digunakan antara lain koran bekas, kardus bekas

serta limbah kertas pencetakan dan serat-serat tanaman selain non-kayu daun

nanas, pelepah pisang, eceng gondok, alang-alang dan merang padi

(Bainbridge, 1996 dalam Iqlima, 2008). Kertas seni mempunyai karakteristik yang

berbeda dengan kertas buatan pabrik. Kertas seni dengan ciri-ciri khusus

mempunyai serat-serat murni yang panjang dan menghasilkan kertas yang kuat

dan awet, serta dalam proses pembuatannya cenderung bebas dari bahan-

bahan kimia yang berbahaya (Bahari, 1995 dalam Iqlima, 2008).

Kertas seni dapat di manfaatkan lebih lanjut dalam pembuatan berbagai

produk yang bernilai seni dan bernilai ekonomis, misalnya kartu ucapan, pigura,

blacknote dan kotak kado. Dengan demikian pembuatan kertas seni merupakan

usaha pemanfaatan dan pengurangan limbah serta bila dikelola lebih lanjut akan

mendapatkan penghasilan dan pengurangan limbah serta bila dikelola lebih

lanjut akan mendapatkan penghasilan (Sukundayanto, 2004).

Dalam pembuatan kertas seni perlu diperhatikan nilai tambah atau nilai

ekonominya dalam bentuk produk industri seni yang bersifat praktis dan memiliki

nilai keindahan (estetika). Kertas daur ulang yang baik, berdasarkan fungsinya

adalah sebagai berikut (Bahari, 1995 dalam Iqlima, 2008).

1.Tidak mudah sobek

2.Warna tidak mudah pudar

3.Tekstur tidak mudah mengelupas

Penelitian terdahulu mengenai kertas seni dari batang jagung didapatkan

kekuatan tarik sebesar 2,039 Kn/m dan kekuatan sobek sebesar 355,61 mN dan

dengan ketebalan 256 µm, gramatur sebesar 90,09 g/m2.(Rakhmindah, 2007).

Sedangkan hasil penelitaian yang dilakukan oleh Wahyuningtias (2007), tentang

pembuatan kertas seni dari pelepah pisang didapatkan kekuatan tarik sebesar

2,74 kN/m dan kekuatan sobek sebesar 1035,26 mN dan dengan ketebalan 235

µm dan gramatur sebesar 89,14 g/m2.

8

Page 5: Bab II Pustaka

2.5 Proses Pembuatan Kertas Seni

Kertas seni dapat dibuat dari berbagai macam serat tanaman, tetapi dalam

proses pembuatanya diperlukan pemasakan dan bahan kimia alkali (soda) untuk

memisahkan seratnya (Anonymous, 2005). Prinsip pembuatan pulp dan kertas

dari serat tanaman adalah proses ekstraksi selulosa serat. Tahapan proses

pembuatan kertas meliputi pemisahan serat dari daun, pulping, penggilingan,

pencampuran, pencetakan, dan pengeringan. Pemisahan serat dapat dilakukan

secara mekanik menggunakan alat dekortikator mini. Pulping merupakan proses

ekstraksi selulosa yang dapat dilakukan secara mekanis, khemis, biologis,

maupun kombinasinya (Onggo, 2004). Pembuatan kertas seni dapat dibagi

menjadi dua tahap, yaitu proses pulping dan proses pembuatan kertas.

2.3.1 Pulping

Pulping merupakan suatu proses dimana kayu/bahan baku berserat lainnya

diperkecil ukuranya sehingga menjadi suatu massa serat (Smook, 1994). Tujuan

utama pembuatan pulp adalah untuk melepaskan serat-serat yang dapat

dikerjakan secara mekanis, kimia dan semikimia. Metode pembuatan pulp

dengan proses kimia dapat dibedakan menjadi dua yaitu metode proses basa

(proses soda dan proses sulfat) dan proses asam (proses sulfit) (Fengel dan

Wegener, 1995). Pada prinsipnya proses pulping merupakan usaha untuk

mendapatkan serat dengan cara melarutkan lignin semaksimal mungkin. Tujuan

utama dari proses pulping adalah mendapatkan serat sebanyak mungkin yang

diindikasikan dengan nilai rendemen yang tinggi dan kandungan lignin seminimal

mungkin (Saenah, 2002).

Menurut Onggo (2004), proses pulping yang optimal untuk serat tanaman non

kayu adalah proses alkali menggunakan NaOH. Selulosa bersifat tidak larut

dalam alkali NaOH, sedangkan lignin, hemiselulosa, pektin dan komponen serat

lainya bersifat larut. Kertas yang dihasilkan dalam proses ini adalah kertas

dengan derajat putih yang rendah (kecoklatan), memiliki sifat kuat, tetapi memiliki

kualitas cetak yang kurang bagus (Smook, 1994).

Semakin besar konsentrasi NaOH yang digunakan pada proses pulping,

semakin banyak pula lignin yang terdegradasi (Montane et al.,1994). Lignin

yang telah terdegradasi akan bereaksi dengan larutan pemasak sehingga

menyebabkan warna pulp yang dihasilkan akan menjadi gelap (Solechudin dan

Wibisono, 2002). Oleh karena itu perlu adanya proses bleaching untuk

9

Page 6: Bab II Pustaka

menghilangkan kandungan lignin di dalam pulp sehingga diperoleh kecerahan

warna yang tinggi dan stabil (Greschik, 2008).

Selama ini bleaching banyak menggunakan senyawa klor seperti klorin atau

klor dioksida (Van Daam, 2002). Kelemahan senyawa klor sebagai bahan

pemutih (bleaching agent) adalah sifatnya yang beracun dan tidak ramah

lingkungan (Bjorklund, 2008). Hidrogen peroksida telah banyak digunakan

sebagai pengganti senyawa klor pada proses pemutihan pada industri pulp.

Hidrogen peroksida mempunyai kelebihan yaitu sifatnya yang lebih ramah

lingkungan dibandingkan dengan oksidator lain karena peruraiannya hanya

menghasilkan air dan oksigen (Filho and Ulrich, 2002) dan kekuatan

oksidatornya pun dapat diatur sesuai kebutuhan (Potucek and Milichovsky, 2000)

2.3.2 Pembuatan Kertas Dari Pulp

Serat-serat dari proses pulping dapat dibilas dengan menggunakan air bersih

agar kandungan tanah, minyak, soda dan pemutih hilang. Gumpalan serat

tersebut dapat diproses dengan blender agar didapatkan pulp yang lebih halus

(Malo, 2004). Penggilingan adalah suatu proses yang sangat penting dalam

pembuatan kertas, karena kertas yang dibuat dari pulp yang tidak digiling

kekuatannya rendah, berbulu dan terlalu berpori. Tetapi dengan pulp yang sudah

digiling akan diperoleh kertas dengan kekuatan yang tinggi, padat, formasi

jalinan lebih baik dan sifat-sifat lainnya sesuai dengan spesifikasi kertas yang

diinginkan. Selama proses penggilingan berlangsung, serat di dalam air

mengalami penyikatan, pengkoyakan, pemukulan, penggosokan ataupun

penekanan, sehingga ikatan antar serat menjadi terbuka dan terjadilah hidrasi

fibril (Abidin, 2010).

Pulp yang sudah dibuat dapat diolah lagi dengan bahan-bahan penolong

seperti perekat damar, kaolin, talk, gips, kalsium karbonat dan zat warna. Untuk

kemudian diproses menjadi kertas melalui alat pembentuk kertas dan mesin

pengering (Sukundayanto, 2004). Pada pembuatan pulp secara manual biasanya

bahan dihancurkan secara mekanis dan ditambahkan perekat pada pulp

menjelang proses pencetakan. Perekat yang digunakan dapat berupa larutan

kanji yang telah dipanaskan ataupun perekat lainnya yang efektif dan mudah

untuk digunakan (Anonymous, 2005). Tahap terakhir adalah pembentukan kertas

(forming), yaitu dengan mencetak bubur kertas sesuai dengan bentuk pada

desain yang telah dibuat. Menurut Malo (2004), pencetakan dimulai setelah pulp

10

Page 7: Bab II Pustaka

siap dengan menyatukan kedua cetakan/bingkai secara bersamaan (bingkai

dengan screen berada di bawah, sedangkan bingkai kosong berada di atas),

kemudian dimasukkan dalam bak berisi bubur kertas sampai tenggelam. Cetakan

kosong diangkat dan cetakan berscreen dengan pulp diatasnya dijemur di bawah

terik matahari dengan posisi mendatar.

2.6 Komponen Pulp

Secara kimia komponen yang berpengaruh terhadap kualitas pulp adalah

(Putra, 2008):

a) Selulosa

Selulosa adalah komponen utama dari kayu dan merupakan polisakarida

linier dengan rantai yang cukup panjang yang terdiri dari glukosa-glukosa

yang berhubungan satu sama lain. Selulosa merupakan komponen kayu

yang terbesar, yang dalam kayu lunak dan kayu keras jumlahnya mencapai

hampir setengahnya. Selulosa merupakan struktur dasar sel-sel tanaman

dan di dalam kayu selulosa tidak hanya disertai poliosa dan lignin tetapi juga

terikat erat denganya dan pemisahanya memerlukan perlakuan kimia.

b) Lignin

Lignin merupakan polimer yang kompleks yang tersusun dari unit-unit

phenylpropana, amorf, bersifat aromatis dengan densitas 1,3 dengan indeks

bias 1,6. Kadar lignin dalam kayu 20%-30%. Lignin merupakan bagian yang

tidak diinginkan dalam pulp, sehingga harus dihilangkan atau diputihkan

sesuai mutu pulp yang diinginkan. Hal ini disebabkan oleh lignin yang

mempunyai sifat menolak air dan kaku sehingga kandungan lignin dalam

pulp akan menyulitkan penggilingan. Menurut Edy (2009), Sebagian pulp

akan stabil dan biasanya bertahun-tahun kemudian baru akan berubah

menjadi kuning. Sebagian lagi hanya dalam hitungan bulan akan berubah

menjadi kuning dan bahkan yang dalam hitungan hari sudah berubah. Lignin

bukan penyebab utama pada perubahan warna ini jika pulp hanya

mengandung sedikit lignin. Tetapi jika lignin yang terkandung dalam jumlah

besar dapat menjadi penyebab utama dalam perubahan warna pulp.

c) Panjang Serat

Menurut Tamolang dan Wangaard dalam Pasaribu dan Tampubolon (2007),

bahwa semakin panjang serat kayu maka pulp yang dihasilkan memiliki

kekuatan yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh serat yang panjang

11

Page 8: Bab II Pustaka

memberikan ikatan lebih baik antara serat yang satu dengan lainnya.

Panjang serat mempengaruhi sifat-sifat tertentu pulp dan kertas, termasuk

ketahanan sobek, kekuatan tarik dan daya lipat.

Serat yang panjang juga akan memberikan pengaruh yang baik pada

daya tenunnya. Jika seratnya panjang, maka ikatan antar serat akan kuat

dan tidak mudah lepas. Selain itu kekuatan lipat dari kertas akan tinggi.

Bilangan runkel merupakan perbandingan dari dua kali tebal serat dengan

diameter lumen. Indikator ini terutama digunakan untuk menilai kualitas

serat sebagai bahan baku pulp dan kertas (Sutiya et al, 2012). Panjang serat

juga mempunyai peran langsung terhadap sifat kekuatan kertas, hal ini

karena panjang serat berhubungan dengan ikatan antar serat yang satu

dengan yang lainya. Semakin panjang serat maka akan memberikan hasil

yang lebih baik terhadap kekuatan kertas (Budi, 1995).

2.7 Perekat (PVAc)

Secara umum perekat adalah suatu bahan yang dapat mengikat aneka

komponen struktur tertentu secara efektif dan mudah. Kegunaan perekat antara

lain mampu menyambung berbagai jenis bahan berbeda/tidak berbeda,

memudahkan penyambungan serta memungkinkan terjadinya produk akhir

dengan penampilan memuaskan. Jenis perekat yang digunakan harus

mempertimbangkan faktor-faktor berikut, yaitu : kelayakan perekat, kualitas daya

ikat yang dihasilkan, kesesuaian perekat dengan bahan yang akan direkatkan,

waktu yang diperlukan selama proses perekatan serta harga perekat (Hardjanto

et al, 1992).

Penambahan bahan perekat pada penggunaan kertas seni dilakukan pada

saat bubur kertas (pulp) belum dibentuk menjadi lembaran kertas dengan cara

mencampurkan perekat kanji. Tanpa penggunaan bahan perekat, serat-serat

yang digunakan untuk kertas sebenarnya sudah saling mengkait. Penggunaan

bahan perekat disini adalah untuk menguatkan atau mengawetkan kertas

sehingga didapatkan kertas yang berkualitas dengan ketahanan tarik dan

ketahanan sobek yang tinggi (Bahari, 1995).

Polivinil asetat (PVAc) merupakan perekat kayu terbaru yang mudah

digunakan, memiliki daya rekat kuat, tahan cahaya, tahan abrasi, dapat larut

dalam air dan harganya yang relatif murah. PVAc banyak digunakan pada

industri mebel, kerajinan tangan, serta proyek bangunan. Selain itu kelebihan

12

Page 9: Bab II Pustaka

dari PVAc yaitu mudah penanganannya, storage life-nya tidak terbatas, tahan

terhadap mikroorganisme, tidak mengakibatkan bercak noda, serta tekanan

kempanya rendah. Kekurangan PVAc antara lain sangat sensitif terhadap air,

sehingga penggunaannya hanya untuk interior saja, kekuatan rekatnya menurun

cepat dengan adanya panas dan air (Fajriani, 2010).

Perekat jenis polyvinil acetate dapat dibeli dalam keadaan siap pakai

langsung dari kemasannya, berwarna putih dan tidak menimbulkan noda-noda

dapat disimpan untuk waktu yang lama, sangat bersih pemakaiannya, serta

dapat larut dalam air. Selain itu polyvinil acetate sangat baik daya rekatnya,

tahan cahaya, tahan abrasi dan tidak begitu mahal (Surdiah, 2000).

2.8 Kertas bekas (Kertas Kardus)

Kertas merupakan barang yang banyak digunakan oleh masyarakat dengan

berbagai usia. Bila telah digunakan, sampah kertas sering dibuang begitu saja

tanpa adanya pengolahan lebih lanjut. Walaupun mudah hancur, sampah kertas

tetap dapat menimbulkan masalah yang dapat menganggu kebersihan dan

keindahan lingkungan. Padahal sampah-sampah kertas yang sudah tidak

terpakai tersebut dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang. Proses

ini akan mengubah sampah kertas menjadi kertas baru yang dapat digunakan

kembali. Baik sampah kertas yang berasal dari koran atau majalah bekas, kardus

bekas, buku tulis atau buku catatan yang sudah tidak terpakai atau kertas HVS

bekas, semuanya dapat didaur ulang menjadi barang baru yang dapat

dimanfaatkan lagi. Secara tidak langsung pemanfaatan kertas bekas dapat

mengurangi laju kerusakan hutan (Willy dan Yahya, 2001).

Pengolahan limbah kertas menjadi produk yang bermanfaat serta memiliki

nilai ekonomis merupakan salah satu teknik daur ulang. Kegiatan daur ulang

kertas biasanya dilakukan untuk pembuatan kertas seni, kartu undangan, kartu

nama, yang biasanya bersifat sederhana dan dibuat secara manual (Syaichu,

2009).

Kardus atau corrugated paper merupakan bahan dasar kemasan yang

memiliki daur hidup sangat singkat dan berharga ketika berlangsungnya proses

distribusi produk dari produsen ke konsumen. Material kardus saat ini dipandang

sebagai kebutuhan sekunder dalam suatu proses produksi industri. Bahan dasar

utama kertas kardus berasal dari limbah industri pemotongan kayu (sisa

potongan, serutan, serbuk gergaji). Sifat kardus mudah untuk diolah kembali

13

Page 10: Bab II Pustaka

atau didaur ulang beberapa kali, baik untuk bahan pembuatan kardus baru,

kertas daur ulang atau papan daur ulang (MDF/medium density fibreboard).

Bahan bakunya sangat berlimpah dan didukung oleh sifatnya yang ramah

lingkungan sehingga kardus menjadi material yang sangat ekonomis untuk

dimanfaatkan (Willy dan Yahya, 2001).

Kardus 1 lapis (single slice) merupakan kardus yang memiliki warna coklat,

tekstur yang kasar serta serat yang tinggi. Pada jenis kerdus single slice, terdiri

dari satu lapis bagian bergelombang yang kedua sisinya ditutup dengan

lembaran karton yang direkatkan. Pada umumnya, kardus ini digunakan untuk

transport produk ( Indriani, 2011).

2.9 Sifat Fisik Kertas

Sifat fisik kertas merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk

menentukan kualitas kertas. Kriteria tergantung pada jenis produk yang

diinginkan. Secara sederhana sifat fisik kertas meliputi:

2.9.1 Ketahanan Sobek

Kekuatan sobek merupakan gaya dalam gram gaya (gf) atau (mN) tegak lurus

permukaan kertas yang diperlukan untuk meneruskan sobekan dari lembaran

kertas yang telah mengalami penyobekan awal dan diukur dalam kondisi standar.

Kekuatan sobek penting untuk menilai mudah atau sulitnya kertas untuk

dipotong, diiris digunting ataupun disobek langsung (Smook, 1994). Kekuatan

sobek lembaran kertas meningkat seiring dengan peningkatan panjang serat. Hal

ini terjadi karena serat-serat panjang dapat menghasilkan daerah pemutusan

ikatan yang lebih halus daripada serat pendek saat dilakukan penyobekan,

sehingga lembaran kertas dengan jumlah serat yang lebih bayak akan memiliki

kekuatan sobek yang lebih tinggi (Houen, 1992).

2.9.2 Ketahanan Tarik

Ketahan tarik didefinisikan sebagai daya tahan lembaran pulp terhadap gaya

tarik yang bekerja pada kedua ujung jalur tersebut sampai putus, dinyatakan

dalam satuan gaya per satuan lebar uji (kN/m) (Houen, 1992). Ketahanan tarik

penting untuk menilai kekuatan kertas ketika direntangkan dan dikenai gaya

14

Page 11: Bab II Pustaka

pada masing-masing sisinya selain bahwa ketahanan tarik sangat berperan

dalam pembentukan pulp menjadi lembaran kertas (Smook,1994).

2.9.3 Gramatur

Gramatur merupakan massa lembaran kertas dalam gram dibagi dengan

satuan luas kertas dalam meter persegi (g/m2) dan diukur pada kondisi standar

(Nurminah, 2002). Gramatur kertas dipengaruhi oleh kadar air pada kelembaban

udara relatif sekitar kertas. Karena gramatur selalu dinyatakan sebagai total berat

kertas termasuk kadar air maka pengukuran harus dilakukan pada kondisi

standar (Sukmami, 2000). Gramatur yang terlalu tinggi akan menyebabkan

kertas terlalu kaku dan padat, sedangkan gramatur yang terlalu rendah dapat

menyebabkan kertas semakin longgar sehingga terlihat transparan.

2.10 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini yaitu, diduga proporsi bahan baku (serat pelepah

nipah dan kertas kardus bekas) serta proporsi perekat yang digunakan pada

proses pembuatan kertas seni akan dihasilkan kertas seni yang memiliki kualitas

sensoris yang disukai dengan kekuatan tarik maupun kekutan sobek sesuai

dengan kertas seni yang ada di pasaran.

15