BAB II psikologi remaja

21
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Sedangkan menurut Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual , sosial dan spiritual. Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang berisikan mengenai bagaimana individu melihat dirinya sendiri, dan bagaimana individu menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang diharapkan. Penglihatan individu atas dirinya sendiri di sebut gambaran diri (self image). Perasaan individu atas dirinya sendiri merupakan penilaian individu atas dirinya sendiri (self evalusion). Harapan individu atas diri sendiri menjadi cita – cita diri (self idea) Centi, 1993). Menurut Burn (1993) dalam suprapto (2007) mendefinisikan konsep diri adalah suatu gambaran campuran

Transcript of BAB II psikologi remaja

Page 1: BAB II psikologi remaja

BAB IILANDASAN TEORI

2.1 Pengertian konsep diri

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998).

Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi

dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman

dan objek, tujuan serta keinginannya.

Sedangkan menurut Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan bahwa

konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal,

emosional intelektual , sosial dan spiritual.

Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang berisikan mengenai

bagaimana individu melihat dirinya sendiri, dan bagaimana individu

menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang diharapkan.

Penglihatan individu atas dirinya sendiri di sebut gambaran diri (self image).

Perasaan individu atas dirinya sendiri merupakan penilaian individu atas dirinya

sendiri (self evalusion). Harapan individu atas diri sendiri menjadi cita – cita diri

(self idea) Centi, 1993).

Menurut Burn (1993) dalam suprapto (2007) mendefinisikan konsep diri

adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, pendapat orang lain

mengenai diri kita, dan seperti apa yang di pikirkan, pendapat orang lain, dan

seperti apa yang diri kita inginkan, sedangkan Mulyana (2000) dalam Suprapto

menyebutkan bahwa konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri

individu, dan itu dapat di peroleh melalui informasi yang di berikan orang lain

pada diri individu tersebut (Suprapto, 2007, ¶4, http://digilib.unnes,acid, Retreived

Juli 13, 2009).

Cawagas dalam Pudjijogyanti (1995:2) berpendapat bahwa konsep diri

merupakan pandangan menyeluruh individu tentang dimensi fisik, karakteristik,

pribadi, motivasi, kelemahan, kepandaian maupun kegagalannya.

Page 2: BAB II psikologi remaja

Menurut Mc. Candless dalam Pudjijogyanti (1995:7) mendefinisikan bahwa

konsep diri merupakan seperangkat harapan serta penilaian perilaku yang merujuk

pada harapan-harapan tersebut.

Adapun Wiliam Brooks dalam Ratnaningsih (2002:11) menyebutkan bahwa

konsep diri merupakan pandangan dan perasaan dari diri kita. Perasaan ini boleh

bersifat psikologi, sosial dan fisis.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah

pandangan menyeluruh tentang diri sendiri baik mengenai karakteristik

kepribadian, nilai-nilai kehidupan, prinsip hidup, moralitas, kelemahan dan

potensinya yang terbentuk dari pengalaman dan interaksinya dengan orang lain,

yang dapat membantu seseorang atau individu dalam mengaktualisasikan diri

secara bebas dan bertanggungjawab dalam mencapai suatu tujuan seperti apa yang

diharapkan. Dalam berwirausaha hal pengenalan diri melalui konsep diri ini

berguna untuk dapat mengenali lingkungan, melihat peluang serta menggunakan

sumber daya guna memanfaatkan peluang tersebut dalam batas resiko yang

tertanggungkan untuk mencapai nilai tambah.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri

2.2.1. Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori

perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat)

dan Self Perception (persepsi diri sendiri).

a. Teori perkembangan.

Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara

bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan

orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang

terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi

lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama

panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan

pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta

aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.

b. Significant Other ( orang yang terpenting atau yang terdekat )

Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman

dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu

Page 3: BAB II psikologi remaja

dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang

lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja

dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang

dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan

sosialisasi.

c. Self Perception ( persepsi diri sendiri )

Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta

persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep

diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif.

Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku

individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih

efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari

kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan

lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari

hubungan individu dan sosial yang terganggu.

2.2.2 Menurut Argy ada 4

(Hardy & Heyes, 2000) :

a. Reaksi dari orang lain

Coley membuktikan bahwa dengan mengamati pencerminan perilaku

diri sendiri terhadap respon yang di berikan oleh orang lain. Individu dapat

mempelajari dirinya sendiri. Orang – orang yang memiliki arti pada diri

individu (significant other) sangat berpengaruh dalam pembetukan konsep

diri ((Hardy & Heyes 2000).

Menurut Willey, dalam perkembangan konsep diri, yang digunakan

sebagai sumber pokok informasi adalah interaksi individu dengan orang

lain. Balwin dan Holmes juga mengatakan bahwa konsep diri adalah hasil

belajar individu melalui hubungannya dengan orang lain (Calhoun &

Acocella 1990). Yang di maksud dengan orang lain menurut Calhoun &

Acocella (1990) :

1) Orang tua

Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal yang dialami oleh

seseorang dan yang paling kuat. Informasi yang diberikan orang tua

kepada anaknya lebih menancap dari pada informasi yang di berikan

oleh orang lain dan berlangsung hingga dewasa.

Page 4: BAB II psikologi remaja

2) Kawan sebaya

Kawan sebaya menempati posisi kedua setelah orang tua dalam

mempengaruhi konsep diri. Peran yang di ukur dalam kelompok

sebaya sangat berpengaruh terhadap pandangan individu mengenai

dirinya sendiri. Karena kawan sebaya mempengaruhi pola kepribadian

remaja ada dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan

dari anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya. Yang

kedua seorang remaja berada dalam tekanan untuk mengembangkan

ciri-ciri kepribadian yang di akui oleh kelompok.

3) Masyarakat

Masyrakat sangat mementingakan fakta – fakta yang ada pada

seorang anak, seperti siapa bapaknya, ras dan lain – lain sehingga hal

ini sangat berpengaruh terhadap konsep diri yang dimiliki oleh seorang

individu.

b. Perbandingan dengan orang lain

Konsep diri yang di miliki individu sangat tergantung kepada

bagaimana cara individu membandingkan dirinya dengan orang lain.

c. Identifikasi terhadap orang lain

Seorang anak mengagumi seorang dewasa, maka anak seringkali

mencoba menjadi pengikut orang dewasa tersebut dengan cara meniru

beberapa nilai, kenyakinan dan perbuatan. Proses identifikasi tersebu

menyebabkan individu merasakan bahwa dirinya telah memilik beberapa

sifat dari yang di kagumi.

Menurut Rini (2002) dalam Suprapto (2007) menyatakan pendapat

lain mengenai faktor yang mempengaruhi proses pembentukan konsep diri

seseorang (Suprapto, 2007, ¶ 24,http:/digilib.unnes.ac.id, Retreived 13 juli

2009), yaitu:

1) Pola asuh orang tua.

Pola asuh orang tua menjadi faktor yang penting dalam

pembentukan konsep diri seseorang. Sikap positif yang di lakukan

orang tua seperti cinta kasih, perhatian akan menumbuhkan konsep dan

pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri, individu

merasa di cintai banyak orang sehingga individu merasa pantas

mencintai dirinya sendiri. Sebaliknya sikap negatif orang tua akan

Page 5: BAB II psikologi remaja

menimbulkan pemikiran pada individu bahwa dirinya tidak pantas

dicintai.

2) Kegagalan.

Kegagalan yang dialami individu secara terus menerus akan

menimbulkan pertanyaan pada diri individu itu sendiri sehingga

membuat individu memiliki kesimpulan bahwa dirinya hanya

mempunyai kelemahan dan individu merasa tidak berguna, bahkan

merasa dirinya benar.

3) Depresi.

Individu yang mengalami depresi akan memiliki pemikiran

yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala

sesuatu, termasuk dalam menilai diri sendiri sehingga individu akan

sulit melihat kemampuan dirinya untuk bertahan menjalani, dan

individu cenderung sensitive serta mudah tersinggung.

4) Kritik internal.

Mengkritik diri sendiri diperlukan untuk menyadarkan individu

akan perbuatan yang di lakukan dan sebagai rambu – rambu dalam

bertindak dan berperilaku agar keberadaan individu dapat di terima

oleh masyarakat serta dapat beradaptasi dengan baik. Konsep diri

merupakan produk sosial yang ditentukan oleh orang – orang di sekitar

sesuai dengan tingkat perkembangan diri individu. Faktor– faktor yang

mempengaruhi konsep diri pada masa kanak – kanak. Demikian pula

saat individu memasuki masa remaja. Masa remaja merupakan masa

yang potensial untuk mengembangkan konsep diri, sebab, masa remaja

adalah masa yang penuh dengan tekanan yang memungkinkan individu

menemukan identitas dirinya

(Suprapto, 2007,¶25, http:/digilib.unnes.ac.id, Retreived 13 juli 2009).

2.3. Pembagian Konsep Diri

Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian Konsep diri

tersebut di kemukakan oleh Stuart and Sundeen ( 1991 ), yang terdiri dari :

1. Gambaran diri ( Body Image )

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan

Page 6: BAB II psikologi remaja

tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk,

fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara

berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu

(Stuartand Sundeen , 1991).

Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus

dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar

dirinya terpisah dari lingkungan ( Keliat ,1992 ). Gambaran diri ( Body Image )

berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya

mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang

realistis terhadap dirinya manarima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih

rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri

(Keliat, 1992). Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran

dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang

akan memacu sukses dalam kehidupan.

Banyak Faktor dapat yang mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti,

munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri. Stresor-

stresor tersebut dapat berupa :

1. Operasi.

Seperti : mastektomi, amputsi ,luka operasi yang semuanya mengubah

gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik,

protesa dan lain –lain.

2. Kegagalan fungsi tubuh.

Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tadak

mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi

saraf.

3. Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fngsi tubuh

Seperti sering terjadi pada klie gangguan jiwa , klien mempersiapkan

penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.

4. Tergantung pada mesin.

Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan,

akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik engan penggunaan

lntensif care dipandang sebagai gangguan.

5. Perubahan tubuh berkaitan

Page 7: BAB II psikologi remaja

Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan

merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak

jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif.

Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang

tidak ideal.

6. Umpan balik interpersonal yang negatif

Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian

sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.

7. Standard sosial budaya.

Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada

setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut

menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti adanya

perasaan minder. Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat

menunjukan tanda dan gejala, seperti :

1. Syok Psikologis.

Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan

dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan.syok psikologis digunakan

sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan

kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan mekanisme

pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk

mempertahankan keseimbangan diri.

2. Menarik diri.

Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena

tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien

menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan

dalam perawatannya.

3. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.

Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka

muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran

diri yang baru. Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah

proses yang adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara

menetap maka respon klien dianggap maladaptif sehingga terjadi gangguan

gambaran diri yaitu :

1. Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.

Page 8: BAB II psikologi remaja

2. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.

3. Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.

4. Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.

5. Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.

6. Mengungkapkan keputusasaan.

7. Mengungkapkan ketakutan ditolak.

8. Depersonalisasi.

9. Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.

2. Ideal Diri.

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku

berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart and

Sundeen ,1991). Standart dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan

diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai- nilai yang ingin di capai . Ideal

diri akan mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan

mewujudkan cita–cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga

budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan . Ideal diri mulai berkembang pada

masa kanak–kanak yang di pengaruhi orang yang penting pada dirinya yang

memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja ideal diri akan di

bentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman.

Menurut Ana Keliat ( 1998 ) ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal

diri yaitu :

1. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.

2. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.

3.Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang

realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasan cemas dan

rendah diri.

4. Kebutuhan yang realistis.

5. Keinginan untuk menghindari kegagalan .

6. Perasaan cemas dan rendah diri.

Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara

persepsi diri dan ideal diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu

tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi

pendorong dan masih dapat dicapai (Keliat, 1992 ).

3. Harga diri .

Page 9: BAB II psikologi remaja

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen,

1991). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah

atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal , maka cenderung harga

diri rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama

adalah di cinta dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992).

Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut.

Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga

diri rendah. Harga diri tinggi terkait dengam ansietas yang rendah, efektif dalam

kelompok dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait

dengan hubungan interpersonal yang buruk dan resiko terjadi depresi dan

skizofrenia. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif

terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri

rendah dapat terjadi secara situasional ( trauma ) atau kronis ( negatif self

evaluasi yang telah berlangsung lama ). Dan dapat di ekspresikan secara

langsung atau tidak langsun (nyata atau tidak nyata). Menurut beberapa ahli

dikemukakan faktor-Fator yang mempengaruhi gangguan harga diri, seperti :

1. Perkembangan individu.

Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang

tua menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal

mencintai dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain. Pada saat anak

berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya pengakuan dan pujian

dari orang tua dan orang yang dekat atau penting baginya. Ia merasa tidak

adekuat karena selalu tidak dipercaya untuk mandiri, memutuskan sendiri

akan bertanggung jawab terhadap prilakunya. Sikap orang tua yang terlalu

mengatur dan mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna.

2. Ideal Diri tidak realistis.

Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak

untuk gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standart yang tidak dapat

dicapai, seperti cita –cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis. Yang pada

kenyataan tidak dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri

dan akhirnya percaya diri akan hilang.

3. Gangguan fisik dan mental

Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri.

Page 10: BAB II psikologi remaja

4. Sistim keluarga yang tidak berfungsi.

Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu

membangun harga diri anak dengan baik. Orang tua memberi umpan balik

yang negatif dan berulang-ulang akan merusak harga diri anak. Harga diri

anak akan terganggu jika kemampuan menyelesaikan masalah tidak adekuat.

Akhirnya anak memandang negatif terhadap pengalaman dan kemampuan di

lingkungannya.

5. Pengalaman traumatik yang berulang,misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan

seksual.

Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi,

peperangan, bencana alam, kecelakan atau perampokan. Individu merasa

tidak mampu mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk

menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma,

respon yang biasa efektif terganggu. Akibatnya koping yang biasa

berkembang adalah depresi dan denial pada trauma.

4. Peran.

Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari

seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat ( Keliat, 1992 ). Peran yang

ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran

yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi

dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi

merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal

diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena

struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak

mungkin dilaksanakan ( Keliat, 1992 ). Stress peran terdiri dari konflik peran

yang tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang

harus di lakukan menurut Stuart and sundeen, 1998 adalah :

1. Kejelasan prilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran.

2. Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan .

3. Kesesuain dan keseimbangan antara peran yang di emban.

4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.

5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuain perilaku peran.

Page 11: BAB II psikologi remaja

Menurut Stuart and Sunden Penyesuaian individu terhadap perannya

dipengaruhi oleh beberapan faktor, yaitu :

1. Kejelasan prilaku yang sesuai dengan perannya serta pengetahuan yang

spesifik tentang peran yang diharapkan .

2. Konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan peranannya.

3. Kejelasan budaya dan harapannya terhadap prilaku perannya.

4. Pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidak selarasan

Sepanjang kehidupan individu sering menghadapi perubahan-perubahan

peran, baik yang sifatnya menetap atau sementara yang sifatnya dapat karena

situasional. Hal ini, biasanya disebut dengan transisi peran. Transisi peran

tersebutdapat di kategorikan menjadi beberapa bagian, seperti :

1. Transisi Perkembangan.

Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap

perkembangan harus di lalui individu dengan menjelaskan tugas

perkembangan yang berbeda – beda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi

konsep diri.

2. Transisi Situasi.

Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang

orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri

menjadi berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan

perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran yaitu konflik

peran, peran tidak jelas atau peran berlebihan.

3. Transisi sehat sakit.

Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan

berakibat diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat

mempengaruhi semua kompoen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas

diri peran dan harga diri. Masalah konsep diri dapat di cetuskan oleh faktor

psikologis, sosiologi atau fisiologi, namun yang penting adalah persepsi

klien terhadap ancaman. Selain itu dapat saja terjadi berbagai gangguan

peran, penyebab atau faktor-faktor ganguan peran tersebut dapat di

akibatkan oleh :

1. Konflik peran interpersonal

Individu dan lingkungan tidak mempunyai harapan peran yang selaras.

2. Contoh peran yang tidak adekuat.

Page 12: BAB II psikologi remaja

3. Kehilangan hubungan yang penting

4. Perubahan peran seksual

5. Keragu-raguan peran

6. Perubahan kemampuan fisik untuk menampilkan peran sehubungan

dengan proses menua

7. Kurangnya kejelasan peran atau pengertian tentang peran

8. Ketergantungan obat

9. Kurangnya keterampilan sosial

10. Perbedaan budaya

11. Harga diri rendah

12. Konflik antar peran yang sekaligus di perankan

Gangguan-gangguan peran yang terjadi tersebut dapat ditandai dengan tanda

dan gejala, seperti :

1. Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan menampilkan

peran

2. Mengingkari atau menghindari peran

3. Kegagalan trnsisi peran

4. Ketegangan peran

5. Kemunduran pola tanggungjawab yang biasa dalam peran

6. Proses berkabung yang tidak berfungsi

7. Kejenuhan pekerjaan

5. Identitas

Identitas adalah kesadarn akan diri sendiri yang bersumber dari observasi

dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri

sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen, 1991). Seseorang yang

mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan yang memandang dirinya

berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek

diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat

mengatur dan menerima dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa

kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri. Hal yang penting

dalam identitas adalah jenis kelamin (Keliat,1992). Identitas jenis kelamin

berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai dengan konsep laki-laki dan

wanita banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap

Page 13: BAB II psikologi remaja

masing-masing jenis kelamin tersebut. Perasaan dan prilaku yang kuat akan

indentitas diri individu dapat ditandai dengan:

a. Memandang dirinya secara unik

b. Merasakan dirinya berbeda dengan orang lain

c. Merasakan otonomi : menghargai diri, percaya diri, mampu diri,

menerima diri dan dapat mengontrol diri.

d. Mempunyai persepsi tentang gambaran diri, peran dan konsep diri

Karakteristik identitas diri dapat dimunculkan dari prilaku dan perasaan

seseorang, seperti :

1. Individu mengenal dirinya sebagai makhluk yang terpisah dan berbeda

dengan

orang lain

2. Individu mengakui atau menyadari jenis seksualnya

3. Individu mengakui dan menghargai berbagai aspek tentang dirinya, peran,

nilai dan prilaku secara harmonis

4. Individu mengaku dan menghargai diri sendiri sesuai dengan penghargaan

lingkungan sosialnya

5. Individu sadar akan hubungan masa lalu, saat ini dan masa yang akan

datang

6. Individu mempunyai tujuan yang dapat dicapai dan di realisasikan

(Meler dikutip Stuart and Sudeen, 1991)