Bab II Psdp Individu

26
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Sumber Belajar Menurut Edgar Dale (1969) sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk menfasilitasi belajar seseorang. Menurut Sadiman (1989) sumber belajar adalah segala macam sumber yang ada diluar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan atau memudahkan terjadinya proses belajar. Menurut AECT (1977) sumber belajar merupakan berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar. Menurut Sudono (2000:7) sumber belajar adalah bahan termasuk juga alat permainan untuk memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada murid maupun guru. Menurut Hamalik (1994:195) menyatakan bahwa sumber belajar adalah semua sumber yang dapat dipakai oleh semua siswa, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan mahasiswa lainnya untuk memudahkan belajar. Menurut Mudhofir (1992:13) menyatakan bahwa yang termasuk sumber belajar adalah berbagai informasi, data-data ilmu pengetahuan, gagasan-gagasan manusia, baik dalam bentuk bahan- bahan cetak (misalnya buku, brosur, pamflet, majalah, dan lain- lain) maupun dalam bentuk bahan-bahan non cetak (misalnya film, film strip, kaset, video caset, dan lain-lain).

Transcript of Bab II Psdp Individu

BAB IIKAJIAN TEORI

A. Pengertian Sumber Belajar Menurut Edgar Dale (1969) sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk menfasilitasi belajar seseorang. Menurut Sadiman (1989) sumber belajar adalah segala macam sumber yang ada diluar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan atau memudahkan terjadinya proses belajar. Menurut AECT (1977) sumber belajar merupakan berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar. Menurut Sudono (2000:7) sumber belajar adalah bahan termasuk juga alat permainan untuk memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada murid maupun guru. Menurut Hamalik (1994:195) menyatakan bahwa sumber belajar adalah semua sumber yang dapat dipakai oleh semua siswa, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan mahasiswa lainnya untuk memudahkan belajar. Menurut Mudhofir (1992:13) menyatakan bahwa yang termasuk sumber belajar adalah berbagai informasi, data-data ilmu pengetahuan, gagasan-gagasan manusia, baik dalam bentuk bahan-bahan cetak (misalnya buku, brosur, pamflet, majalah, dan lain-lain) maupun dalam bentuk bahan-bahan non cetak (misalnya film, film strip, kaset, video caset, dan lain-lain).Dari semua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar adalah segala yang dapat dimanfaatkan guru maupun siswa dalam mempelajari materi pembelajaran sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran tersebut.B. Jenis-jenis Sumber BelajarSumber belajar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :a. Sumber belajar yang sengaja direncanakan (learning resources by design), yaitu semua sumber yang secara khusus telah dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. Contohnya buku, slide, ensiklopedi, dan film (VCD).b. Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan (learning research by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus di design untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan, diaplikasikan, dan dimanfaatkan untuk keperluan belajar. Contohnya pasar, tokoh masyarakat, museum, dan lembaga pemerintahan.AECT menguraikan bahwa sumber belajar meliputi :a) Pesan : adalah pelajaran atau informasi yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti, dan data.b) Orang : mengandung pengertian manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan (guru, dosen, tutor, pustakawan, instruktur, tenaga ahli, peneliti, dan lain-lain). Tidak termasuk mereka yang menjalankan fungsi pengembangan dan pengelolaan sumber belajar.c) Bahan : merupakan sesuatu (software) yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri (buku teks, modul, transparansi, kaset audio, CD, slide suara, foto, film, CAI/ pembelajaran berbantuan konputer dan lain-lain).d) Alat : adalah sesuatu (hardware) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan (OHP, proyektor slide, tape recorder, video / CD Player, komputer, proyektor film dan lain-lain).. e) Teknik atau metode : berhubungan dengan prosedur rutin atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang, dan lingkungan untuk menyampaikan pesan.f) Lingkungan : merupakan situasi sekitar dimana pesan diterima. Lingkungan fisik (gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, aula, bengkel dan lain-lain. Lingkungan non fisik (tata ruang belajar, ventilasi udara, cuaca, dan lain-lain)Semiawan (1992 : 96) menyatakan bahwa sebenarnya kita sering melupakan sumber belajar mengajar yang terdapat dilingkungan kita, baik disekitar sekolah maupun diluar lingkungan sekolah. Betapapun kecil atau terpencil suatu sekolah sekurang-kurangnya mempunyai empat jenis sumber belajar yang sangat kaya dan bermanfaat, yaitu:1. Masyarakkat des atau kota disekelilin sekolah.2. Lingkungan fisik di sekitar sekolah.3. Bahan sisa yang tidak terpakai dan barang bekas yang terbuang yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, namun kalau kita olah dapat bermanfaat sebagai sumber dan alat bantu belajar mengajar.4. Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dimasyarakat cukup menarik perhatian siswa. Ada peristiwa yang mungkin tidak dapat dipastikan akan terulang kembali. Jangan lewatkan peristiwa itu tanpa ada catatan pada buku atau alam pikiran siswa.Secara umum sumber belajar dapat berupa :a. Barang cetak : seperti kurikulum, buku pelajaran, koran, majalah, dan lain-lain.b. Tempat : seperti sekolah, perpustakaan, museum, dan lain-lain.c. Nara sumber atau orang : seperti guru, tokoh masyarakat, instruktur dan lain-lain.Jenis-jenis sumber belajar tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain dalam proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian hasil belajar peserta didik pada dasarnya merupakan interaksi antara komponen sistem intruksional dengan peserta didik.

C. Karakteristik Sumber BelajarDalam memilih sumber belajar kita harus mengetahui karakteristiknya, yaitu :1. Bersifat ekonomis : yaitu tidak berpatok pada arga yang mahal2. Praktis : tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit, dan langka.3. Mudah : dekat dan tersedia disekitar lingkungan kita4. Fleksible : dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional5. Sesuai : dengan tujuan medukung proses dan pencapaian tujuan belajar dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa

D. Konsep BelajarPada umumnya para ahli, baik ahli pendidikan maupun ahli psikologi mempunyai pendapat yang sama bahwa hasil aktivitas belajar adalah perubahan, dimana perubahan tersebut terjadi akibat pengalaman. Banyak ilmuwan yang mengartikan belajar menurut sudut pandang mereka sendiri. Beberapa pendapat ilmuwan tentang definisi belajar sebagai suatu perubahan adalah sebagai berikut.a. Slameto (dalam Syaiful Bahri Djamarah 2002: 13) menyatakan bahwa, Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. b. Gagne dan Berliner (dalam Catharina, 2005: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. c. Morgan (dalam Catharina, 2005: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau pengalaman.d. Slavin (dalam Catharina, 2005: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dari segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis. Pada hakekatnya belajar merupakan salah satu bentuk kegiatan individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan dari setiap belajar mengajar adalah untuk memperoleh hasil yang optimal. Kegiatan ini akan tercapai jika siswa sebagai subyek terlibat secara aktif baik fisik maupun emosinya dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai batasan-batasan pengertian belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya pengalaman yang sama dan berulang-ulang dalam situasi tertentu serta berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan dan pemahaman. Sedang yang dimaksud pengalaman adalah proses belajar tidak lain adalah interaksi antara individu dengan lingkungannya. Adapun beberapa prinsip belajar yang menunjang dan memudahkan siswa belajar adalah:a. Setiap orang mempunyai kemampuan bawaan dalam belajar.b. Belajar akan bermanfaat bila siswa memahami manfaatnya.c. Belajar akan sia-sia kalau bertentangan dengan atau harus mengubah kebulatan (integrasi) pribadi.d. Proses belajar yang mengganggu integrasi dapat dihilangkan, atau dikurangi dengan menghilangkan faktor-faktor luar yang mengganggue. integrasi.f. Belajar akan berarti jika dilakukan lewat pengalaman sendiri dan diuji coba sendiri.g. Belajar akan berhasil bila siswa berpartisipasi aktif dan disiplin dalam setiap kegiatan belajar.h. Belajar dengan prakarsa sendiri penuh kesadaran dan kemampuan dapat berlangsung lama dan tuntas.i. Kreativitas dan kepercayaan dari orang lain.

Berdasarkan tingkat kesukarannya Gagne (dalam Karso 2004: 1.34) membedakan delapan tipe belajar mulai dari sederhana sampai dengan yang kompleks, yaitu: belajar isyarat, stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, belajar membedakan, belajar konsep, belajar aturan, dan pemecahan masalah.E. Tanggung Jawab Guru Dalam Proses Belajar MengajarGuru merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan yang sangat berpengaruh dalam menentukan keberhasilan tujuan pendidikan. Dengan demikian tanggung jawab guru dalam kegiatan belajar mengajar dalam proses pendidikan yaitu:a. Sebagai PendidikMenurut Hamdani Ihsan (2001: 93) menyatakan bahwa Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik (siswa) dalam perkembangan jasamani dan rohaninya agar siswa mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakannya sebagai mahluk Tuhan di muka bumi, sebagai mahluk sosial, dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri. Istilah pendidik dipakai di lingkungan formal, informal maupun non-formal, sedangkan guru seringkali dipakai di lingkungan pendidikan formal.Sebagai orang yang bertanggung jawab atas keseluruhan proses pendidikan di sekolah, maka guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya guru harus mampu menciptakan situasi untuk pendidikan, yaitu keadaan di mana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan. Selain penggunaan berbagai metode dalam menyampaikan materi pelajaran secara bervariasi dan disesuaikan dengan situasi belajar, guru harus mampu mengelola siswa dan tegas dalam bertindak serta mengenali dan mempelajari kehidupan psikis siswa yang mempunyai latar belakang berbeda. Selain itu, tanggung jawab guru sebagai pendidik yang paling berat adalah sebagai contoh (tauladan) bagi siswanya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

b. Sebagai PembimbingMenurut para ahli, pengertian guru dalam arti lebih luas dalam melaksanakan tugasnya, peranan guru bukan sekedar penyampai pengetahuan kepada siswa tetapi juga mempunyai peranan sebagai pembimbing yang harus dapat membantu dan memahami siswa. Sehingga dengan demikian, berhasil tidaknya seorang guru dapat dilihat dalam kemampuannya melaksanakan proses belajar mengajar yang sebaik- baiknya, sehingga semua siswa dapat mencapai tujuan yang telah diharapkan. Sebagai pembimbing, guru dalam menyampaikan materi harus disesuaikan dengan keadaan psikologi anak. Dalam hal ini, pembimbing dituntut untuk memahami pribadi siswa secara mendalam juga terhadap faktor-faktor pembentuknya. Kenyataan siswa yang beraneka ragam latar belakang menjadikan guru harus lebih sabar dan konsisten dalam membimbing siswanya dalam belajar. Selain itu, guru harus berusaha semaksimal mungkin menimbulkan semangat anak agar tidak merasa bosan terhadap guru dan materi yang diberikan.

c. Melakukan EvaluasiMuhibbin Syah (2000: 141) berpendapat bahwa Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Dengan evaluasi, guru dapat mengetahui tingkat kemajuan, perubahan tingkah laku siswa (baik secara kuantitatif maupun kualitatif) sebagai hasil proses belajar dan mengajar yang melibatkan dirinya selaku pembimbing dan pembantu dalam kegiatan belajar. Pelaksanaan evaluasi harus bersifat kontinyu setiap selesai pembelajaran, sehingga guru dapat memperbaiki system pembelajaran.Selain memiliki tujuan, evaluasi juga mempunyai fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi siswa yang mempunyai masalah dalam belajar yang memerlukan bimbingan dan penyuluhan sehingga dapat dibentuk program remedial teaching. Begitu juga bagi sekolah, evaluasi juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengembangan pengambilan kebijakan pada masa akan datang. (Muhibbin Syah, 2000: 142).Terhadap siswa yang belum berhasil, seorang guru bertanggung jawab untuk membantu. Dalam hal inilah pengajaran remedial merupakan salah satu upaya yang dapat dilaksanakan oleh seorang guru dalam memberikan peluang yang besar bagi setiap siswa untuk dapat mencapai prestasi belajar secara optimal.

F. Kesulitan Belajar1. Pengertian Kesulitan BelajarMulyadi (2003: 5) berpendapat bahwa Pada dasarnya kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai sustu kondisi dalam suatu proses belajar yang yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan ini mungkin disadari dan mungkin juga tidak oleh orang yang mengalami, dan dapat bersifat sosiologis, psikologis maupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya. Tentang kesulitan belajar, Allan O Ross mengemukakan pendapat sebagaimana dikutip oleh Mulyadi (2003: 5), A learning difficulty reprosente a discrepancy between a childs estimated academic potential and his actual level of academic performance Kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas dan dalam, termasuk pengertian-pengertian di bawah ini:a. Learning Disorder.Adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.b. Learning DisabilitiesAdalah ketidakmampuan seseorang yang mengacu pada gejala dimanna anak tidak mampu belajar (menghindari belajar), sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

c. Learning DisfunctionAdalah gejala yang menunjukkan dimana proses belajar seorang tidak berfungsi dengan baik, meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda sub-normalitas mental, gangguan alat indra atau gangguan-gangguan psikologis lainnya.d. UnderachieverAdalah mengacu pada anak-anak yang memiliki tingkat potensi intelektual diatas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.e. Slow LearnerAdalah anak yamg lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan dengan anak-anak lain yang memiliki taraf potensi intelektual sama.Uraian di atas menunjukkan bahwa kesulitan belajar mempunyai pengertian lebih luas dari pada pengertian-pengertian learning disorder, learning disabilities, learning disfunction, under archiever dan low learner. Mereka yang tergolong seperti di atas, akan mengalami kesulitan belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam proses belajar.Kesulitan belajar pada dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dari berbagai jenis manifestasi tingkah laku, baik secara langsung atau tidak. Sesuai dengan pengertian kesulitan belajar seperti dikemukakan di atas, maka tingkah laku yang dimanifestasikan ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu. Gejala ini akan nampak dalam aspek-aspek kognitif, motoris dan afektif; baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapai. Mulyadi (2003: 6) menyatakan bahwa ada ciri-ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi kesulitan belajar antara lain:1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimiliki.2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha dengan belajar lebih giat, tetapi nilai yang dicapai selalu rendah.3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Selalu ketinggalan dengan kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas dalam waktu yang ditentukan. Misalnya: rata-rata anak mampu menyelesaikan tugas dalam waktu 40 menit, maka anak yamg mengalami kesulitan belajar memerlukan waktu yang lebih lama, karena dengan waktu yang tersedia ia tidak dapat menyelesaikan tugasnya.4. Menunjukkan sifat yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.5. Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti: membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu6. di dalam atau di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak tertib dalam kegiatan belajar mengajar, mengasingkan diri, tidak mau bekerja sama dan sebagainya.7. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya: dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan perasaan sedih dan menyesal dan sebagainya. Menurut H.W Burton sebagaimana dikutip oleh Mulyadi tentang identifikasi seseorang yang dapat diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuantujuan belajarnya. Kegagalan belajar diidentifikasikan oleh H.W Burton sebagai berikut:a. Siswa dikatakan gagal, apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu seperti yang sudah ditetapkan oleh guru (criterion referenced). Dalam konteks sistem pendidikan di Indonesia, angka nilai batas lulus (passing grade, grade standart-basis) itu ialah angka 6 atau 60 (60 % dari ukuran yang diharapkan). Siswa semacam ini dapat digolongkan dalam lower grup.b. Siswa dikatakan gagal, apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan tingkat ukuran kemampuannya, intelegensi dan bakat) ia diramalkan akan dapat mengerjakan atau mencapai prestasi tersebut. Siswa seperti ini digolongkan dalam under achievers.c. Siswa dikatakan gagal, kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola organismik (his organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu seperti yang berlaku bagi kelompok social dan usia yang bersangkutan (norm referenced). Siswa semacam ini dapat dikategorikan kedalam slow learner.d. Siswa dikatakan gagal, kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (mastery level) yang diperlukan sebagai prasarat (prerequisit) bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat dikategorikan kedalam slow learner atau belum matang (immature) sehingga harus menjadi pengulang (repeaters).

Dari keempat pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar, kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kurikulum hasil belajar tertentu (berdasarkan kriteria seperti yang dinyatakan dalam tujuan instruksional khusus/TIK atau ukuran kapasitas belajarnya) dalam batas-batas waktu tertentu.

2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kesulitan BelajarMenurut Muhibbin Syah (2008: 173) garis besar faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam :a. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri.b. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.

Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut dibawah ini.a. Faktor intern siswaFaktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni:1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.3) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telingan).

b. Faktor Ekstern SiswaFaktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam.1) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.2) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.3) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 202), jika sudut pandang diarahkan pada aspek lainnya, maka fakto-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik dapat dibagi menjadi factor anak didik, sekolah, keluarga, dan masyarakat sekitar.1. Faktor Anak DidikAnak didik adalah subjek yang belajar. Dialah yang merasakan langsung penderitaan akibat kesulitan belajar. Karena dia adalah orang yang belajar, bukan guru yang belajar. Guru hanya mengajar dan mendidik dengan membelajarkan anak didik agar giat belajar.Untuk mendapatkan faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar anak didik, maka akan dikemukakan seperti berikut :a. Intelegensi (IQ) yang kurang baik.b. Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajarran yang dipelajari atau yang diberikan oleh guru.c. Faktor emosional yang kurang stabil. Misalnya, mudah tersinggung, pemurung, pemarah, selalu bingung dalam menghadapi masalah, selalu sedih tanpa alasan yang jelas, dan sebaginya.d. Aktivitas belajar yang kurang. Lebih banyak malas daripada melakukan kegiatan belajar. Menjelang ulangan baru belajar.e. Kebiasaan belajar yang kurang baik. Belajar dengan penguasaan ilmu pengetahuan pada tingkat hafalan, tidak dengan pengertian, sehingga sukar ditransfer ke situasi yang lain.f. Penyesuaian sosial yang sulit. Cepatnya penyerapan bahan pelajaran oleh anak didik tertentu menyebabkan anak didik susah menyesuaikan diri untuk mengimbanginya dalam belajar.g. Latar belakang pengalaman yang pahit. Misalnya, anak didik sekolah sambil bekerja.h. Cita-cita yang tidak relevan (tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari).i. Latar belakang pendidikan yang dimasuki dengan sistem sosial dan kegiatan belajar mengajar di kelas yang kurang baik.j. Ketahanan belajar (lama belajar) tidak sesuai dengan tuntutan waktu belajarnya.k. Keadaan fisik yang kurang menunjang. Misalnya, cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, dan gangguan psikomotor.l. Kesehatan kurang baik. Misalnya, sakit kepala, sakit perut, sakit mata, sakit gigi, sakit flu, atau mudah capek dan mengantuk karena kurang gizi.m. Seks atau pernikahan yang tak terkendali. Misalnya, terlalu intim dengan lawan jenis, berpacaran, dan sebagainya.n. Pengetahuan ddan keterampilan dasar yang kurang memadai (kurang mendukung) atas bahan yang dipelajari.o. Tidak ada motivasi dalam belajar. Materi pelajaran sukar diterima dan diserap bila anak didik tidak memiliki motivasi untuk belajar.

2. Faktor SekolahSekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan rumah rehabilitasi anak didik. Di tempat inilah anak didik menimba ilmu pengetahuan dengan bantuan guru yang berhati mulia atau kurang mulia, karena memang pribadi seorang guru kurang baik. Kenyamanan dan ketenangan anak didik dalam belajar akan ditentukan sampai sejauh mana kondisi dan sistem sosial di sekolah dalam menyediakan lingkungan yang kondusif dan kreatif. Bila tidak, maka sekolah ikut terlinat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak didik. Faktor-faktor dari lingkungan sekolah yang dianggap dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak didik adalah;a. Pribadi guru yang kurang baikb. Guru tidak berkualitas, baik dalam pengambilan metode yang digunakan ataupun dalam penguasaan mata pelajaran yang dipegangnya.c. Hubungan guru dengan anak didik kurang harmonis. Hal ini bermula pada sifat dan sikap guru yang kurang disenangi oleh anak didik.d. Guru-guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak. Hal ini biasanya terjadi pada guru yang masih muda yang belum berpengalaman, sehingga belum dapat mengukur kemampuan anak didik.e. Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar anak didik.f. Cara guru mengajar kurang baik.g. Alat/media yang kurang memadai. Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik.h. Perpustakaan sekolah kurang memadai dan kurang merangsang penggunaannya oleh anak didik. Misalnya, buku-bukunya kurang lengkau untuk keperluan anak didik, pelayanannya kurang memuaskan, ruangannya panas, tidak ada ruang baca, dan sebagainya.i. Fasilitas fisik sekolah yang tak memenuhi syarat kesehatan dan ttak terpelihara dengan baik. Misalnya, dinding sekolah kotor, lapangan/halaman sekolah becek dan penuh rumput, ruang kelas yang tidak berjendela, udara yang masuk tidak cukup, dan pantulan sinar matahari tidak dapat menerangi ruangan kelas.j. Suasana sekolah yang kurang menyenangkan. Misalnya, suasana bising, karena letak sekolah berdekatan dengan jalan raya, tempat lalu lintas hilir mudik, berdekatan dengan rumah penduduk, dekat pasar, bengkel, pabrik, dan lain-lain, sehingga anak didik sukar konsentrasi belajar.k. Bimbingan dan penyuluhan yang tidak berfungsi.l. Kepemimpinan dan administrasi. Dalam hal ini berhubungan dengan sikap guru yang egois, kepala sekolah yang otoriter, pembuatan jadwal pelajaran yang tak mempertimbangkan kompetensi anak didik, sehingga menyebabkan kurang menunjang proses belajar anak didik.m. Waktu sekolah dan disiplin yang kurang. Apabila sekolah masuk sore atau siang hari, maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran sebab energi sudah berkurang.

3. Faktor keluargaKeluarga adalah lembaga pendidikan informal (luar sekolah) yang diakui keberadaannya dalam dunia pendidikan. Keharmonisan hubungan keluarga serumah merupakan syarat mutlak yang harus ada di dalamnya. Sistem kekerabatan yang baik merupakan jaringan sosial yang menyenangkan bagi anak. Bemi keberhasilan anak belajar, berbagai kebutuhan belajar anak diperhatikan dan dipenuhi meskipun dalam bentuk dan jenis yang sederhana.Faktor dalam keluarga yang menjadi penyebab kesulitan belajar anak didik sebagai berikut:a. Kurangnya kelengkapan alat-alat belajar bagi anak di rumah, sehingga kebutuhan belajar yang diperlukan itu tidak ada, maka kegiatan belajar anak pun terhenti untuk beberapa saat.b. Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang tua sehingga anak harus ikut memikirkan bagaimana mencari uang untuk biaya sekolah hingga tamat.c. Anak tidak mempunyai ruang dan tempat untuk belajar yang khusus di rumah.d. Ekonomi keluarga yang terlalu lemah atau tinggi yang membuat anak berlebih-lebihan.e. Kesehatan keluarga yang kurang baik. Orang tua yang sakit-sakitan, misalnya, membuat anak harus ikut memikirkannya dan merasa prihatin.f. Perhatian orang tua yang tidak memadai. Anak akan merasa kecewa dan frustasi melihat orang tuanya yang tidak pernah memperhatikannya, hal tersebut dapat menyebabkan masalah psikologis dalam belajar anak disekolah.g. Kebiasaan dalam keluarga yang tidak menunjang. Krena kebiasaan dalam keluarga, dimana kebiasaan belajar yang dicontohkan tidak trejadwal dan sesuka hati atau dekat waktu ulangan baru belajar habis-habisan, maka kebiasaan itulah yang ditiru oleh anak, walaupun sebenarnya hal itu kebiasaan belajar yang salah.h. Kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan. Orang tua pilih kasih dalam mengayomi anak. Seolah-olah ada anak kandung dan anak tiri. Sikap dan perilaku orang tua seperti itu membuat anak frustasi dan malas belajar.i. Anak yang terlalu banyak membantu orang tua karena hal tersebut sangat menyita waktu belajar anak yang seharusnya dipakai untuk belajar.

4. Faktor Masyarakat SekitarJika keluarga merupakan komunitas masyarakat terkecil, maka masyarakat adalah komunitas masyarakatdalam kehidupan social yang tersebar. Dalam masyarakat, terpatri sastra social yang merupakan penjelmaan dari suku, ras, agama, antar golongan, pendidkan, jabatan status dan sebagainya. Pergaulan yang terkadang kurang bersahabat sering memicu konflik social. Gossip bukanlah ucapan haram dalm pandang masyarakattertentu. Keributan, pertengkaran, perkelahian, perampokan, pembunuhan, perjudian merupakan bagian juga dari masyarakat. Dan sekarang ini prilaku kejahatan modern seperti tawuran antar pelajar yang tentu menjadi factor kesulitan belajar.Anak didik hidup dalam komunitas masyarakat yang hiterogen adalah suatu kenyataan yang harus diakui. Kegaduhan, kebisingan,keributan, perkelahian, kemalingan, pertengkaran dan sebagainya sudah merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat yang hiterogen. Bahkan media elektronik seperti televise yang seharusnya berfungsi sebagai media pendidikan, sebagai media informasi, dan sebagai media hiburan, ternyata sangat mengecewakan. Kepentingan bisnis sampai hati menelantarkan aspek moral, etika, dan susila.Kelompok gangster yang menjadi teman anak didik dimasyarakat juga sisi lain dari kelompok anak-anak yang dapat menyulitkan anak didik dalam belajar. Baru-baru ini internet juga merupakan lingkungan masyarakat yang dapat membuat gangguan terhadap proses belajar, walaupun pada awalnya sebagai informasi yang sangat bermanfaat bagi pendidikan, tapi kenyataannya banyak anak yang hanya bermain game online, dan bahkan yang parah lagi internet digunakan sebagai sarana untuk mengakses pornografi.