BAB II proses mixing.docx

7
BAB II ISI 2.1 Pencampuran (Mixing) Pencampuran (mixing) adalah salah satu operasi yang sering digunakan dalam industri kimia, terkadang keefektifan proses pencampuran dalam suatu industri sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan industri tersebut. Pencampuran adalah suatu keadaan dimana bahan-bahan menyebar secara acak ke dalam bagian bahan lain ataupun sebaliknya, biasa pencampuran melibatkan bahan-bahan yang berbeda fase, dalam hal ini bahan-bahan yang akan dicampur terdiri dari dua fase atau lebih. Proses pencampuran melibatkan gaya mekanik untuk menggerakkan bahan- bahan, sehingga dapat menimbulkan aliran bahan yang menyebabkan terjadinya distribusi bahan secara acak, dalam penerapannya keadaan aliran yang bergejolak lebih menguntungkan dalam proses pencampuran. Untuk tujuan tertentu dalam operasi industri digunakan pula istilah pengadukan (agitasi), pengadukan merupakan istilah yang berbeda dengan pencampuran. Dalam pengadukan digunakan juga gaya mekanik untuk menggerakkan fluida, dimana gerakan tersebut menunjukkan gerakan terinduksi menurut pola sirkulasi tertentu di dalam tangki pengaduk.

Transcript of BAB II proses mixing.docx

BAB IIISI

2.1Pencampuran (Mixing)

Pencampuran (mixing) adalah salah satu operasi yang sering digunakan dalam industri kimia, terkadang keefektifan proses pencampuran dalam suatu industri sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan industri tersebut. Pencampuran adalah suatu keadaan dimana bahan-bahan menyebar secara acak ke dalam bagian bahan lain ataupun sebaliknya, biasa pencampuran melibatkan bahan-bahan yang berbeda fase, dalam hal ini bahan-bahan yang akan dicampur terdiri dari dua fase atau lebih. Proses pencampuran melibatkan gaya mekanik untuk menggerakkan bahan-bahan, sehingga dapat menimbulkan aliran bahan yang menyebabkan terjadinya distribusi bahan secara acak, dalam penerapannya keadaan aliran yang bergejolak lebih menguntungkan dalam proses pencampuran. Untuk tujuan tertentu dalam operasi industri digunakan pula istilah pengadukan (agitasi), pengadukan merupakan istilah yang berbeda dengan pencampuran. Dalam pengadukan digunakan juga gaya mekanik untuk menggerakkan fluida, dimana gerakan tersebut menunjukkan gerakan terinduksi menurut pola sirkulasi tertentu di dalam tangki pengaduk. Dalam prosesnya, pencampuran merupakan operasi yang jauh lebih runit analisanya daripada proses pengadukan, karena dalam pencampuran terjadi gaya yang menimbulkan gerakan acak bagi bahan-bahan yang akan dicampur sedangkan pengadukan biasanya alirannya berpola sirkulasi yang tetap. Pencampuran dan pengadukan penting digunakan dalam industri, antara lain seperti industri zat warna, industri kertas, industri petroleum, industri polimer, dan masih banyak industri lainnya.

Istilah pencampuran digunakan untuk berbagai ragam operasi, di mana derajat homogeitas bahan yang bercampur itu sangat berbeda-beda. Perhatikan, umpamanya satu kasus, dimana dua macam gas digabungkan dalam satu tempat hingga seluruhnya bercampur dengan baik, dan kasus lain dimana pasir, kerikil, dan semen di aduk di dalam drum putar selama beberapa waktu. Dalam kedua kasus itu bahan-bahan itu pada akhirnya bercampur, namun jelas pula bahwa homogenitasnya berbeda. apakah berbagai zat dapat dihomogenisasikan dengan mudah atau tidak, antara lain tergantung dari faktor sebagai berikut:1. Viskositas dari zat yang akan dicampurDapat dipahami bahwa, zat yang melekat-lekat (kental) lebih sulit untuk dicampur daripada zat cair yang tidak begitu melekat-lekat (encer)2. Ukuran besar bagian-bagian dari zat yang akan dicampurHal ini tentu saja hanya penting pada pencampuran zat padat. Khususnya bila bersangkutan dengan bagian-bagian yang agak bulat, ternyata bahwa bagian-bagian yang lebih besar memperlihatkan kecenderungan untuk memisahkan diri dari bagian-bagian yang lebih kecil. Yang sudah terkenal dalam hal ini ialah pemisahan campuran yang terjadi bila butiran pupuk buatan diangkut dengan ukuran besar butiran yang tidak sama besar. Pemisahan campuran semacam ini dinamakan segregasi. 3. Perbedaan dalam kerapatanZat dengan kerapatan paling tinggi, memperlihatkan kecenderungan untuk mengendap. Keadaan ini menghambat pencampuran secara wajar yang sempurna

Urutan dimana komponen (susunan zat) dimasukkan ke dalam pencampur. Telah diketahui umpamanya, bahwa pencampuran tanah liat dengan air berlangsung lebih sempurna, bila tanah liat dimasukkan ke dalam air daripada bila air ditambahkan kepada tanah liat. Jumlah energi yang dibutuhkan untuk melaksanakan pencampuran tertentu, antara lain tergantung dari jumlah, kerapatan dan jenis (umpamanya Viskositas) dari zat yang akan dicampur (McCabe, 1999).

2.2 Proses Mixing pada Gula

Gula merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia. Rata-rata manusia di Indonesia mengkonsumsi gula sebanyak 12-15 kg per tahun. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, tentu kebutuhan akan gula akan semakin meningkat pula. Di Indonesia gula kristal yang konsumsi sehari- hari didominasi oleh gula tebu. Gula kristal ini dibuat dan diproses dari tanaman tebu. Bagi penduduk di daerah pedesaan Jawa tentu sudah sangat kenal dengan tebu ini. Tanaman ini merupakan jenis tanaman semusim yang dipanen atau ditebang satu tahun sekali.

Proses mixing pada pembuatan gula terjadi pada beberapa tahapan,dimulai dari gilingan kedua. Gilingan kedua terdiri dari ampas gilingan pertama dan ampas dari DSM Screen, yang kemudian ditambahkan nira imbibisi (N3) atau nira dari hasil perahan gilingan ketiga, banyak air imbibisi yang diperlukan sebanyak 20 30% dari berat batang tebu yang digiling. Tujuan dari penambahan nira imbibisi adalah untuk melarutkan gula yang masih terkandung dalam ampas dan kemudian mengeluarkannya dengan pemerasan pada gilingan berikutnya.Dari gilingan kedua ini akan dihasilkan nira perahan kedua (NPK) dan ampas. NPK akan ditampung dalam bak penampung nira mentah yang sama dengan NPP, selanjutnya ditambahkan Ca(OH)2 dan asam phosphate (H3PO4). Penambahan Ca(OH)2 bertujuan untuk menjaga kondisi nira agar tidak terlalu asam karena jika terlalu asam akan menyebabkan terbentuknya gula inverse dan mencegah berkembangnya mikroorganisme yang dapat merusak sukrosa yang terdapat dalam nira dan sedangkan H3PO4 bertujuan agar terbentuk endapan kalsium phosphate (Ca3(PO4)2) sebagai inti endapan yang mampu mengikat koloid. NPP dan NPK yang telah ditambahkan H3PO4 dan Ca(OH)2 disebut nira mentah dengan pH 6,8 yang akan diolah dalam stasiun berikutnya. Ampas dari gilingan kedua akan dibawa dengan IMC menuju gilingan ketiga.Pada gilingan ketiga, ampas dari gilingan kedua ditambahkan ampas dari DSM screen dan ditambahkan nira imbibisi (N4) atau nira yang berasal dari gilingan keempat, kemudian diperah menghasilkan ampas dan nira perahan ketiga (N3). N3 akan digunakan untuk nira imbibisi gilingan kedua dan ampasnya dibawa oleh IMC menuju gilingan keempat.Pada gilingan keempat, ampas gilingan ketiga yang digunakan sebagai umpan ditambahkan dengan air imbibisi dan nira imbibisi (N5) atau nira perahan gilingan kelima. Air imbibisi yaitu air panas dengan suhu 60 70C yang berasal dari air condesat. Suhu air berkisar 60 70C jika suhunya terlalu tinggi akan melarutkan zat lilin (peptin) dalam tebu sehingga akan mengganggu proses pemurnian dan pengendapan, selain itu juga akan menyebabkan selip dalam gilingan, namun jika suhunya terlalu rendah akan menyebabkan pelarutan yang kurang sempurna dan kemungkinan masih ada bakteri yang belum mati dalam nira. Dari gilingan ini akan menghasilkan ampas dan nira perahan keempat (N4), N4 akan digunakan sebagai nira imbibisi gilingan ketiga, sedangkan ampas dibawa IMC menuju gilingan kelima.Pada gilingan kelima, umpan dari gilingan keempat ditambahkan air imbibisi sebagai air pencuci ampas terakhir dan diharapkan mampu melarutkan nira sebanyak banyaknya sehingga nira yang terbawa oleh ampas terakhir sedikit. Dari gilingan kelima ini akan menghasilkan ampas (baggase) dan nira perahan kelima (N5). N5 digunakan sebagai nira imbibisi gilingan keempat, sedangkan ampasnya diangkut dengan baggase carrier menuju dapur pembakaran ketel dan digunakan sebagai bahan bakar ketel.Dari badan V nira keluar sebagai nira kental atau diskap dengan kekentalan 64% Brix atau 32Be. Nira kental (diksap) yang keluar dari badan IV selanjutnya dipompa ke bejana sulfitir nira kental dan di dalam bejana sulfitir ditambahkan gas belerang sampai pH 6,5. Tujuan penambahan gas belerang adalah untuk memucatkan nira agar nantinya diperoleh gula reduksi yang bermutu bagus dan putih.

Dapus Halim K, Rapidoor Clarifier dalam Industri Gula, LPP Yogyakarta , 1973 Landdheer A, Pesawat Industri Gula diterjemahkan oleh Madukoro dan Soerjadi, LPP Yogyakarta, 1977 Soenardi Djojopranoto R, Pesawat-pesawat Industri Gula, LPP Yogyakarta, 1977 Soerjadi, Peralatan Pembuat Hampa, LPP Yogyakarta 1980