BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan...

24
BAB II PERSPEKTIF TEORITIS A. Kajian Kepustakaan Konseptual Konsep ialah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu sehingga bisa dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. 1 1. Kajian tentang Pemberdayaan Perempuan. a. Pengertian tentang pemberdayaan perempuan Pemberdayaan perempuan adalah gerakan yang di maksud untuk memberi kemungkinan menjadi yang terbaik untuk perempuan, karena adanya potensi diri yang memungkinkan hal tersebut dapat terjadi. Gerakan ini muncul disebabkan oleh ketidakberdayaan (powereless) kaum perempuan dalam menghadapi rekayasa sosial. Perempuan banyak yang menjadi korban sosial dan peralihan industri dalam pembangunan kita. Sekalipun perempuan telah mempunyai peluang untuk berkiprah dalam pembangunan secara lebih luas, namun pada dimensi-dimensi tertentu masih ditemukan batas-batas dan problem- problem baru. Dalam hal ini gerakan ini dilakukan agar kaum perempuan mendapat prioritas sebagai pengelola maupun penerima manfaat program, serta memiliki kesempatan yang sama dalam proses pengambilan keputusan pembangunan. 2 1 Nur Syam, Metodologi Penelitian Dakwah, Sketsa Pemikiran Pengembangan Ilmu Dakwah, (Solo : Ramadhani, 1991), h. 31. 2 Dadang S. Anshori, dkk., Membincangkan Feminisme, (Bandung : Pustaka Hidayah, 1997), h. 2-4. 13

Transcript of BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan...

Page 1: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

13

BAB II

PERSPEKTIF TEORITIS

A. Kajian Kepustakaan Konseptual

Konsep ialah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu sehingga

bisa dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama.1

1. Kajian tentang Pemberdayaan Perempuan.

a. Pengertian tentang pemberdayaan perempuan

Pemberdayaan perempuan adalah gerakan yang di maksud untuk

memberi kemungkinan menjadi yang terbaik untuk perempuan, karena

adanya potensi diri yang memungkinkan hal tersebut dapat terjadi.

Gerakan ini muncul disebabkan oleh ketidakberdayaan (powereless)

kaum perempuan dalam menghadapi rekayasa sosial. Perempuan

banyak yang menjadi korban sosial dan peralihan industri dalam

pembangunan kita. Sekalipun perempuan telah mempunyai peluang

untuk berkiprah dalam pembangunan secara lebih luas, namun pada

dimensi-dimensi tertentu masih ditemukan batas-batas dan problem-

problem baru. Dalam hal ini gerakan ini dilakukan agar kaum

perempuan mendapat prioritas sebagai pengelola maupun penerima

manfaat program, serta memiliki kesempatan yang sama dalam proses

pengambilan keputusan pembangunan.2

1 Nur Syam, Metodologi Penelitian Dakwah, Sketsa Pemikiran Pengembangan Ilmu

Dakwah, (Solo : Ramadhani, 1991), h. 31. 2 Dadang S. Anshori, dkk., Membincangkan Feminisme, (Bandung : Pustaka Hidayah,

1997), h. 2-4.

13

Page 2: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

14

Gerakan seperti ini bisa juga disebut sebagai gerakan feminisme

yaitu operasionalisasi upaya pembebasan diri kaum perempuan dari

berbagai ketimpangan perlakuan dalam segala aspek kehidupan, yang

mana feminisme itu sendiri berasal dari latin femina yang berarti

memiliki sifat keperempuan. Feminisme ini diawali oleh persepsi

tentang ketimpangan posisi perempuan dibandingkan dengan laki-laki

di masyarakat, sehinga timbul berbagai upaya untuk mengkaji

penyebab ketimpangan tersebut untuk mengeliminasi dan menemukan

formula penyetaraan hak perempuan dan laki-laki dalam segala bidang,

sesuai dengan potensi mereka sebagai manusia (human being).

Feminisme ini dilihat sebagai suatu seruan beraksi atau suatu gerakan

bukan sebagai fanatisme keyakinan. Feminisme disini bermakna

mencari peluang kebebasan atau kemerdekaan perempuan untuk

perempuan. Dengan demikian gerakan feminisme ini lebih merupakan

suatu kesadaran yang penuh dari perempuan mengenai ketidak layakan

dan distorsi (bias) ideologi yang diciptakan oleh kaum laki-laki.

Sehingga kaum perempuan mulai memikirkan cara bertindak dan

tindakan konkrit yang perlu dilakukan terhadap pengabaian potensi

perempuan sebagai manusia.3

Oleh karena itu pemberdayaan ini hakekatnya diarahkan pada

peningkatan kedudukan, peran, kemampuan, kemandirian serta

ketahanan mental spiritual agar menjadi mitra sejajar pria yang selaras,

3 Dadang S. Anshori, dkk., Membincangkan Feminisme, h. 19-21.

Page 3: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

15

serasi, seimbang sebagai bagian tidak terpisahkan dari uapaya

peningkatan kualitas sumber daya manusia.

b. Konsep-konsep Islam tentang perempuan

Sudah umum diketahui bahwa perempuan merupakan bagian dari

masyarakat dan bahwa masyarakat tidak boleh mengabaikan mereka,

membiarkan mereka dalam kemandekan, bersikap kasar, apalagi

menghapus hak-hak mereka. Banyak orang mengingkari kemanusiaan

perempuan, beberapa meragukannya dan meski ada yang

mengakuinya. Namun mereka menganggap perempuan sebagai

makhluk yang diciptakan untuk melayani kaum laki-laki dengan

merendahkan dirinya. Dan masih saja terdengar omongan agar

manusia (lelaki) mewaspadai tiga godaan besar harta (kekayaan),

takhta (kedudukan) dan perempuan. Jelas menunjukkan pandangan

yang tidak memanusiakan kaum perempuan.4

Bahkan sebagaimana dicatat oleh Al-Qur'an, pada masyarakat

Arab pra Islam perempuan bukan hanya dihinakan, tapi kalau perlu

disingkirkan, dimusnahkan :

وإذا بشر أحدهم باألنثى ظل وجهه مسودا وهو آظيم يتوارى من القوم من سوء ما بشر به أيمسكه على هون )٥٨(

)٥٩(أم يدسه في التراب أال ساء ما يحكمون

"Tatkala diberitakan kepada seseorang diantara mereka perihal kelahiran anak perempuan, wajahnya cemberut menahan sedih. Ia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang diterimanya, boleh jadi ia akan memeliharanya dengan penuh hina atau

4 Saparinah Sadli, Islam dan Hak-hak Reproduksi Perempuan, (Bandung : Mizan,

1997), h. 41-43.

Page 4: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

16

menguburkannya (hidup-hidup) kedalah tanah". (Qs. An-Nahl : 58-59)5

Lain halnya dengan perempuan dalam pandangan Islam, karena

Islam menganggap perempuan sebagai manusia yang berharga dengan

bagian peran dalam kemanusiaan yang setara dengan laki-laki.6

Bahkan bisa juga perempuan lebih mulia ketimbang lelaki seperti

diisyaratkan oleh hadits berikut :7

الجنة تحت أقدام األمهات"Surga terletak di bawah telapak kaki ibu"

seluruh laki-laki dan perempuan diciptakan oleh Allah dari satu

orang atau satu pribadi. Pribadi ini merupakan suatu inti, yang darinya

Allah diciptakan bagian-bagian tubuhnya secara keseluruhan yang

melengkapi pribadi asalkan itu dan dilengkapi olehnya, implikasinya

karena lelaki dan perempuan diciptakan dari jenis (bahan baku) yang

sama, maka kedudukan merekapun setara tidak ada keunggulan apriori

yang satu atas yang lainnya.8 Seperti dalam pernyataan Al-Qur'an

bahwa dihadapan Allah, semua manusia sama tidak peduli lelaki atau

perempuan, yang membedakan satu dari yang lain hanya tingkat

ketakwaannya.

5 Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Semarang : Karya Toha

Putra, 1998), h. 522. 6 Yusuf Qardhawi, Kedudukan Wanita dalam Islam, (Jakarta : Global Media, 2003),

h. 12. 7 Saparinah Sadli, Islam dan Hak-hak Reproduksi Perempuan, h. 44. 8 Saparinah Sadli, Islam dan Hak-hak Reproduksi Perempuan, h. 46-49.

Page 5: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

17

"Sesungguhnya telah Aku ciptakan kalian lelaki dan perempuan dan Aku jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian bisa lebih saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian disisi Allah adalah yang paling bertakwa". (Qs. Al-Hujurat : 13).9

Al-Qur'an telah membahas mengenai prinsip hubungan kemitraan

antara lelaki dan perempuan begitu jelas

☺ ☺

☺ ☺

"Orang-orang yang beriman lelaki maupun permpuan sebagian mereka adalah pelindung bagi yang lain. mereka sama-sama (memikul tanggung jawab moral dan sosial) dengan menyuruh yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar, mengerjakan shalat, menunaikan zakat dan patut kepada Allah dan rasul-Nya". (Qs. At-Taubat : 71).10

Islam juga mengakui hak-hak perempuan dalam segala jenis

pemilikan, pembelanjaan dan penyaluran kekayaannya. Islam memberi

kepada perempuan hak waris, penjualan, pembelian, penyewaan,

sumbangan, peminjaman, penggunaan hak milik untuk tujuan agama

dan derma, bersedekah, pemindahan hak uang yang sah dan hipotek,

serta berbagai bentuk kontrak dan akad-akad lainnya. selain itu Islam

9 Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya, h. 1041. 10 Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya, h. 378.

Page 6: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

18

juga mewajibkan kepada perempuan untuk mencari pengetahuan. Nabi

SAW bersabda "Mencari pengetahuan diwajibkan atas setiap muslim"

di mana setiap muslim disini baik laki-laki maupun perempuan atas

dasar kesetaraan sebagai aturan yang disahkan oleh lembaga hukum.

Telah menjadi hak perempuan untuk mencari pendidikan dan belajar

yang merupakan hal mendasar dan juga dijamin dalam ajaran Islam.

Perempuan juga diharuskan untuk melaksanakan kewajiban agama dan

bentuk-bentuk ibadah lainnya seperti laki-laki. Dalam hal ini segala

perbuatan perempuan mendapatkan balasan yang sama seperti segala

perbuatan laki-laki.11

c. Konsep-konsep Islam tentang pemberdayaan perempuan

Pemberdayaan perempuan mengisyaratkan suatu maksud adanya

ketidak seimbangan hasil yang diperoleh dalam pengembangan sumber

daya manusia antara laki-laki dan perempuan. Hal ini juga

mengisyaratkan belum berimbangnya peranan yang diberikan oleh

perempuan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat

dibandingkan dengan yang telah diberikan kaum laki-laki.

Diasumsikan pula bahwa belum berimbangnya peranan laki-laki dan

perempuan disebabkan, karena pandangan terhadap perempuan yang

telah terbentuk dalam masyarakat akibat pengaruh yang berada di

lingkungannya, baik agama, kepercayaan, budaya dan faktor-faktor

lainnya. Ada pula yang berasumsi bahwa kurang berperannya

11 Yusuf Qardawi, Kedudukan Wanita dalam Islam, h. 18-19.

Page 7: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

19

perempuan adalah kebanyakan yang beragama Islam menempatkan

perempuan dalam posisi yang kurang beruntung dibandingkan dengan

posisi yang diberikan kepada laki-laki.12

Dalam pandangan lain terlihat keterbatasan-keterbatasan,

pengurangan-pengurangan dan pengecualian-pengecualian terhadap

posisi perempuan dibandingkan laki-laki yang oleh sebagian orang

dianggap sebagai keterbatasan posisi. Sehingga perempuan itu

ditempatkan oleh Islam dalam menara gading atau dalam sangkar

emas.13 Misal perempuan tidak perlu bekerja keras mencari nafkah,

karena kebutuhannya sudah dicukupi oleh ayah atau saudara laki-

lakinya bila ia belum kawin atau oleh suaminya setelah ia kawin.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. :

ولهن عليكم رزقهن وآسوتهن بالمعروف"Dan hak para istri atas kalian (suami) agar kalian memberi nafkah dan

pakaian dengan cara yang ma'ruf." (HR. Muslim, 1218).14

Perempuan juga tidak perlu berkeliaran keluar rumah, karena

segala sesuatu telah disiapkan dirumahnya. Sedangkan diluar rumah

banyak bahaya yang mengintai, ia diperbolehkan menggunakan

perhiasan emas dan perak begitu pula menggunakan pakaian dari sutra

yang keduanya tidak diperbolehkan untuk laki-laki, ia disuruh

12 Soeparno Hamid, "Pemberdayaan Perempuan dalam Fiqih Dakwah", Jurnal Ilmu

Dakwah, vol. 5, No. 1, April 2002, h. 2. 13 Soeparno Hamid, "Pemberdayaan Perempuan dalam Fiqih Dakwah", h. 9. 14 Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf, "Wahai Wanita Karir Sadarlah", Al-

Furqan Edisi 3, tahun IV, h.42.

Page 8: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

20

berpakaian yang menutup hampir seluruh tubuhnya agar kulitnya yang

halus tidak rusak oleh pengaruh luar atau tidak menjadi sasaran

penglihatan mata jahat. Sebagaimana firman Allah SWT. :

Dan hendaklah kamu tetap di rumah-rumah kalian dan janganlah kamu

perhias dab bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang

dahulu." (Qs. Al-Ahzab : 33).15

"Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuan dan istri-istri orang mukmin, hendaknya mereka menjulurkan pakaiannya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu." (Qs. Al-Ahzab : 59).16

"Katakanlah kepada wanita yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangan dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya." (Qs. An-Nur : 31).17

Bila diperhatikan secara cermat Islam menempatkan perempuan di

tempat yang mulia dan terhormat, karena itu penempatan seperti ini

15 Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya, h. 835. 16 Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya, h. 843. 17 Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya, h. 691.

Page 9: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

21

tidak dapat dinilai sebagai posisi yang negatif sehingga dianggap

sebagai sisi negatif yang menghilangkan keperdayaan perempuan.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa perempuan tidak

perlu bekerja selama ia mampu menjaga dirinya dari ancaman luar

yang merendahkan martabatnya sebagai seorang perempuan yang

dimuliakan dan ia akan memperoleh hasil dari usahanya sesuai dengan

kadar usaha yang dilakukannya. Dan Allahpun memberi perintah untuk

belajar yang mana itu berlaku untuk seluruh manusia (perintah itu

diturunkan pertama kali kepada Nabi SAW). Demikian pula Nabi

SAW., mewajibkan untuk menuntut ilmu kepada seluruh umatnya baik

laki-laki maupun perempuan dengan tidak terbatas pada jarak wilayah

dan juga pada jarak waktu. Sehingga tidak ada suatu larasngan dalam

Al-Qur'an maupun As-Sunnah yang secara khusus tertuju kepada

perempuan untuk menuntut ilmu. Maka hal itupun menunjukkan tidak

adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal

pengembangan potensi yang sama-sama diterimanya dari Allah

SWT.18

2. Kajian Tentang Penderita Kusta

a. Pengertian Penyakit Kusta

Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan

disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang

18 Soeparno Hamid, "Pemberdayaan Perempuan dalam Fiqih Dakwah", h. 9-10.

Page 10: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

22

menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya.19 Pada tipe

tertentu dapat juga menyerang mukosa mulut dan saluran nafas bagian

atas (hidung, faring, laring) juga RES (kelenjar, limfe, hati, limpa)

mata dan testis.20

Mycobacterium Leprae atau Basil Hansen adalah kuman penyebab

penyakit kusta yang ditemukan oleh G. H. Armawer Hansen pada

tahun 1873. Basil ini bersifat tahan asam dan berbentuk batang hidup

dalam sel, terutama jaringan yang bersuhu relatif dingin dan tidak

dapat diukur dalam media buatan. Basil ini juga dapat menyebabkan

infeksi sistemik pada binatang armodilo. Penyakit kusta dikenal juga

sebagai Morbus hansen yang disingkat M.H. Sedangkan nama lain

kusta adalah Lepra.21

Penyakit kusta bukan penyakit keturunan yang menurun melalui

gen dari orang tua dan tidak menimbulkan kematian. Namun penyakit

ini disebabkan kuman yang terdapat ditemukan dikulit, folikel rambut,

kelenjar keringat, dan air susu ibu. Jarang di dapat dalam urin.22

b. Latar Belakang Sejarah

Penyakit kusta merupakan penyakit menular yang menimbulkan

masalah yang sangat kompleks, masalah yang dimaksud bukan hanya

19 Departemen Kesehatan RI., Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta, h.5. 20 Purnawan Junadi (eds), iKapita Slekta Kedokteran, h. 503. 21 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI., Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.

547. 22 Dr. Adhi Djuanda, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, cet. 3, (Jakarta : FKUI, 1987),

h.73.

Page 11: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

23

dari segi medis, tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi,

budaya, ekamanan dan ketahan nasional.

Penyakit ini pada umumnya terdapat dinegara-negara yang sedang

berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara itu dalam

memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan,

pendidikan kesejahteraan sosial dan ekonomi pada masyarakat.

Hingga saat ini penyakit kusta masih ditakuti masyarakat,

keluarga, termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan

masih kurangnya pengetahuan, kepercayaan yang keliru terhadap kusta

dan cacat yang ditimbulkannya.23

Menurut sejarah perkembangan penyakit kusta di dunia dibagi

dalam tiga periode yaitu :

1) Jaman Purbakala

Penyakit kusta telah dikenal hampir 2000 tahun sebelum

masehi, hal ini dapat diketahui dari peninggalan sejarah seperti di

Mesir, dan India pada tahun 1400 tahun sebelum masehi. Istilah

kusta telah dikenal di kitab Weda, di Tiongkok pada 600 sebelum

masehi dan di Mesopotamia pada 400 tahun sebelum masehi.24

2) Jaman Pertengahan

Kira-kira setelah abad ke-13 dengan adanya keteraturan

ketatanegaraan dan sistem feodal yang berlaku di Eropa

23 Departemen Kesehatan RI., Buku Pedoman…, h. 1. 24 Departemen Kesehatan RI., Buku Pedoman…, h. 1-2.

Page 12: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

24

mengakibatkan masyarakat sangat patuh dan takut terhadap

penguasa dan hak asasi manusia tidak mendapat perhatian.25

Demikian pula yang terjadi pada penderita kusta yang

umumnya merupakan rakyat biasa. Pada waktu itu penyebab

penyakit dan obat-obatan belum ditemukan. Maka penderita kusta

di asingkan lebih ketat dan dipaksakan tinggal di Leprosaria, yaitu

koloni perkembangan penderita kusta untuk seumur hidup.

3) Jaman Modern

Dengan ditemukannya kuman kusta oleh G. H. Armawer

Hansen pada 1873, maka mulailah era perkembangan baru untuk

mencari obat anti kusta dan usaha penanggulangannya.

Demikian halnya di Indonesia, Sinatola telah memelopori

perubahan sistem pengobatan yang sebelumnya dilakukan secara

isolatif, secara bertahap dilakukan dengan pengobatan jalan.

Perkembangan pengobatan selanutnya adalah sebagai berikut :

a) Pada tahun 1951 digunakan DDS sebagai pengobatan

penderita kusta.

b) Pada tahun 1969 pemberantasan penyakit kusta mulai

diintegrasikan di puskesmas.

c) Sejak tahun 1982 Indonesia mulai menggunakan obat

kombinasi Multi Drug Theraphy (MDT) sesuai dengan

rekomendasi WHO.26

25 Departemen Kesehatan RI., Buku Pedoman…, h. 2.

Page 13: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

25

c. Gambaran Klinis

Gambaran klinis penyakit kusta sangat bervariasi, yaitu berupa

makula, infiltrat, skuama dan sebagainya pada kulit, mulai dari hanya

satu lesi pada kulit sampai banyak tersebar menyeluruh ke seluruh

tubuh. Akibat terserangnya syaraf perifer yang terdiri dari sensorik dan

motorik, maka gangguan dapat berupa hipestesi pada kulit, atrofi otot,

paralisis otot dengan gejala antara lain facial palsy, foot drop, wrist

drop yang berakibat kontraktur dapat terjadi lagoftalmus, mutilasi dan

kerusakan lainnya.

Berdasarkan gambaran klinis dini dan Immonologik, maka

ditetapkan spektrum lepra terdiri atas tipe poler tuberkoloid (TT) dan

tipe poler lepromatosa (LL). Sedangkan diantaranya terdapat tipe

campuran, yaitu bordelime lepromatosa (BL) dan bentuk Indeterminate

(I).

TT dan BT mengandung sedikit kuman (pausibasiler), yakni

kurang dari 104 dan bakteriosk opik sediaan apus negatif. BB, BI dan

LL mengandung banyak kuman (multibasiler) antara 104 – 1011

kuman, dan berakibat sediaan apus negatif.

Tipe LL dan TT merupakan tipe stabil, sedangkan yang lainnya

adalah tipe tabil, sehingga diagnosis setiap kali dapat berubah

tergantung dari keadaan penyakitnya.

26 Departemen Kesehatan RI., Buku Pedoman, h. 2.

Page 14: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

26

Gambaran klinis tipe yang tetap adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Gambaran Klinis Penyakit Kusta

No. Kategori Tuberkuloid Leprama

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Jumlah Makula

Distribusi

Batas

Permukaan

Anastesi

Kontraktor

Satu sampai beberapa

asimetris

Asimetris

Jelas

Lebih kasar

Lebih jelas

Timbul cepat (+ 1 tahun)

Banyak

Bilateral,

simentrik,

menyeluruh

Kurang jelas

Lebih halus

Kurang jelas

Timbul lambat

(+ 5 tahun)

Adapun tanda-tanda klinis yang perlu diperhatikan adalah :

1) Adanya gangguan sensorik pada kulit (anastesi) berupa gangguan

sensorik raba, nyeri dan suhu. Pemeriksaan dilakukan dengan

menggunakan ujung kapas, terhadap rangsangan nyeri dengan

jarum dan terhadap rangsangan suhu dengan 2 tabung reaksi yang

masing-masing di isi es dan air panas.

2) Adanya gangguan dalam produksi keringat (anhidrosis) karena

atrofi dari kelenjar-kelenjar keringat, akibatnya kulit dari resi akan

kering dan dapat dibuktikan dengan percobaan Gunawan, yaitu

dengan menggunakan pensil tinta yang digoreskan dari dalam lesi

Page 15: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

27

kearah luar. Jejak pensil akan leih tebal pada bagian kulit yang

sehat dari pada resinya. Untuk membuat berkeringat, pasien dapat

di suruh olah raga atau minum air panas.

3) Alopesia, dapat berupa hilangnya rambut atau alis mata

(madarosis), namun tidak selalu ada.

4) Atrofi, dapat berupa mengecilnya otot-otot dari syaraf yang

terkena resi, biasanya tampak bila penyakit sudah lanjut.

5) Akromi, dapat berupa bercak (makula) berwarna keputihan pada

kulit yang terkena diperhatikan pula perubahan syaraf periter yang

supertisial, apakah menebal atau tidak, disertai rasa nyeri atau

tidak.27

d. Epidemilogi

1) Penyebab penyakit kusta

Penyebab penyakit kusta adalah kuman kusta yang berbentuk

batang dengan ukuran panjang 1-8 mic. Biasanya berkelompok dan

ada yang terbesar satu-satu, hidup dalam sel dan bersifat tahan

asam.

2) Masa Tunas

Masa belah diri kuman kusta adalah memerlukan waktu yang

sangat lama dibandingkan dengan kuman lain, yaitu 12-21 hari.

Hal ini merupakan salah satu penyebab masa tunas yang lama,

yaitu rata-rata 2-5 tahun.

27 Purnawan Junadi (eds), Kapita…, h. 503-504.

Page 16: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

28

3) Cara Penularan

Penyakit kusta dapat ditularkan dari penderita kusta tipe multi

basiler (MB) kepada orang lain dengan cara penularan langsung.

Cara penularan yang pasti belum diketahui, tetapi sebagian besar

para ahli berpendapat bahwa penyakit kusta dapat ditukarkan

melalui saluran pernafasan dan kulit.

Namun diagnosa kusta dilapangan cukup dengan anamnesa dan

pemeriksaan klinis.28

Tabel 2.2

Kriteria kusta tipe PB dan MB

Kelainan kuLit dan

Hasil Pemeriksaan

Bakteriologis

PB MB

1. Bercak Makula

a. Jumlah

b. Ukuran

c. Distribusi

d. Konsisten

e. Batas

f. Kehilangan

rasa pada

bercak

g. Kehilangan

- 1,5

- Kecil dan besar

- Uniteral atau bilateral

asimetrus

- Kering dan besar

- Tegas

- Selalu ada dan jelas

- Bercak tidak

- Kecil-kecil banyak

- Bilatral

- Simetrik

- Halus, berkilat

- Kurang tegas

- Biasanya tidak jelas,

jika ada, terjadi pada

yang sudah berkelanjut

- Bercak masih

28 Departemen Kesehatan RI., Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta, cet.

XV, (Jakarta : Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, 2002), h. 104.

Page 17: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

29

kemampuan

berkeringat,

bulu rontok

pada bercak.

2. Infiltrak

a. Kulit

b. Membrana

Mukosa

(hidung

tersumbat,

pendarahan

di hidung)

3. Ciri-ciri Khusus

4. Nodulus

5. Penebalan syaraf

tepi

6. Deformitas

7. Apusan

berkeringat

- Ada bulu rontok pada

bercak

- Tidak ada

- Tidak pernah ada

- "Central Healing"

penyembuhan di tengah

- Tidak ada

- Lebih sering terjadi dini

asimetris

- Biasanya asimetris

terjadi dini

- BTA negatif

berkeringat

- Bulu tidak rontok

- Ada kadang-kadang

tidak ada

- Ada kadang-kadang

tidak ada

- Punced out ression

- Madarosis

- Gine Komestia

- Hidung pelana

- Suara / sengau

- Kadang-kadang ada

- Terjadi pada yang

lanjut biasanya lebih

dari satu dan simsetris

- Terjadi pada stadium

lanjut

- BTA positif

Page 18: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

30

Timbulnya penyakit kusta pada seseorang tergantung dari

beberapa faktor, antara lain :

1) Faktor sumber penularan

Sumber penularan adalah penderita kusta tibe MB, penderita

MB inipun tidak akan menular, apabila berobat teratur.

2) Faktor kuman kusta

Kuman kusta dapat hidup diluar tubuh manusia antara 1-9 hari

tergantung pada suhu atau cuaca, dan diketahui hanya kuman kusta

yang utuh (solid) saja yang dapat menimbulkan penularan.

3) Faktor daya tahan tubuh

Sebagian besar manusia kebal terhadap penyakit kusta 95 %.

Dari hasil penelitian menunjukkan gambaran sebagai berikut :

a) Dari seratus orang yang terpapar :

(1) 5 orang tidak menjadi sakit

(2) 3 orang sembuh sendiri tanpa obat

(3) 2 orang menjadi sakit, hal ini belum lagi memperhitungkan

pengaruh pengobatan.

b) Diagnosa

Untuk menetapkan diagnosa penyakit kusta perlu dicari

tanda-tanda pokok atau "Cardinal Signs" pada badan yaitu :

Page 19: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

31

(1) Kelainan kulit /resi yang hypopigmentasi atau kemerah-

merahan dengan tulang atau mati rasa yang jelas.

(2) Kerusakan dari syaraf tepi, yang berupa tulang atau mati

rasa dan kelemahan obat tangan kaki atau muka.

(3) Adanya kuman tahan asam di dalam korekan jaringan kulit

(bersifat tahan asam positif).

Seseorang dinyatakan sebagai penderita kusta bilamana

terdapat satu dari tanda-tanda pokok diatas.

Bila ragu maka orang tersebut dianggap sebagai kasus

dicurigai (suspek) dan diperiksa ulang setiap 3 bulan sampai

diagnosa dapat ditegakkan kusta atau penyakit lain.

Untuk melakukan diagnosa secara lengkap dilaksanakan hal-

hal sebagai berikut :

a) Anamnese

b) Pemeriksaan klinis yaitu : pemeriksaan kulit, dan pemeriksaan

syaraf tepi dan fungsinya.

c) Pemeriksaan bakteriologis

d) Pemeriksaan histopatologis

e) Inmunologis

4) Dampak psikologis yang ditimbulkan

Sampai saat ini penyakit kusta masih dianggap sebagai

penyakit yang menyeramkan dan ditakuti oleh sebagian

masyarakat. Sikap ini berakibat pada penderita kusta semakin

Page 20: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

32

bertambah. Karena yang dideritanya tidak hanya keadaan fisik

yang abnormal saja, tetapi juga beban psikologis oleh setiap

masyarakat tersebut.

Penderita kusta yang mengalami cacat tubuh biasanya

mengalami depresi mental dan merasa rendah diri di masyarakat.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kepribadian orang cacat

mengalami banyak penderita sebagai akibat keterasingannya yang

dialami dalam hidup di masyarakat.

Bagi seseorang yang baru mengetahui kalau dirinya mengidap

kuman kusta, biasanya akan mengalami shock (depresi mental)

yang kemudian akan menimbulkan beberapa masalah sebagai

berikut :

1) Masalah terhadap diri sendiri :

a) Merasa rendah diri dalam pergumulan sosial.

b) Mengalami tekanan batin (stress), karena terbayang cacat

fisik yang akan terjadi.

c) Malu menghadapi keluarga dan masyarakat karena takut

dikucilkan, hingga akhirnya penderita kehilangan

dikeluarganya dan di masyarakat.

2) Masalah terhadap keluarga :

a) keluarga menjadi panik dan malu.

b) Keluarga merasa takut tertular penyakit tersebut.

Page 21: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

33

c) Keluarga mengalami trauma psikis karena takut dikucilkan

oleh masyarakat.

3) Masalah terhadap masyarakat :

a) Masyarakat sulit menerima keadaan penderita karena

khawatir tertular.

b) Masyarakat enggan membantu dan memanfaatkan jasa

penderita.

4) Masalah terhadap ekonomi :

a) Membutuhkan biaya perawatan dan pengobatan yang relatif

mahal.

b) Menurunnya produktifitas ekonomi bagi penderita.29

B. Kajian Kepustakaan Konseptual

Dalam penelitian ini penulis membaca skripsi yang terdahulu yang

mengarah kepada judul skripsi yang penulis teliti sebagai pedoman dan

pegangan penulis. Skripsi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Skripsi karya Khoirun Nisa' yang berjudul "Fatayat Nahdlatul Ulama dan

Perjuangan dalam Pemberdayaan Perempuan di Kota Bangkalan (1999-

2002)".

Dalam skripsi ini di bahas tentang program Fatayat NU Cabang

Bangkalan yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan yaitu bidang

pendidikan dan kader, serta bidang kesehatan dan ekonomi. Dan ketiga

bidang itulah yang menjadi program unggulan untuk masa bakti 1999-

29 Zainuddin, Diagnosis…, Mimo, h. 4.

Page 22: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

34

2004. Karena selama ini masih ada anggapan yang diskriminatif terhadap

peluang bagi perempuan untuk ikut berkiprah di ruang publik. Di bidang

pendidikan dan kader fatayat NU memberikan latihan manajemen

organisasi, pelatihan gender, pelatihan manajemen administrasi, pelatihan

guru, pelatihan motivasi perempuan dan pelatihan gender yang

berwawasan pendidikan. Di bidang kesehatan fatayat NU memprioritaskan

program dasar yang paling langsung yaitu menyangkut kesehatan wanita,

ibu yang menyusui, bayi dan balita. Seperti pengembangan program

peningkatan gizi, pemberantasan penyakit TBC, bina keluarga balita dan

keluarga sakinah, pencegahan agar bayi tidak sakit dan penyuluhan

reproduksi wanita. Dan bidang ekonomi Fatayat NU bekerja sama dengan

Depnaker, perindustrian, Depkop dan BKKBN membentuk kelompok

usaha bersama. Seperti usaha bersama pengrajinan kerupuk sempeng,

pengrajinan bordir melati putih dan pengrajin terasi.

2. Skripsi karya Husin yang berjudul "Muslimat NU dan Pemberdayaan

Perempuan (Membangun Kemitrasejahteraan Laki-laki dan Perempuan

melalui Organissasi Muslimat NU sebagai Program Pemberdayaan

Perempuan di Kecamatan Karangrejo Kabupaten Tulungagung)".

Dalam skripsi tersebut dibahas usaha organisasi Muslimat NU dalam

meningkatkan kehidupan ke taraf yang lebih tinggi dengan ruang lingkup

meliputi pengembangan kehidupan manusia dengan membangun

kemitrasejahteraan fungsi antara laki-laki dan perempuan dalam menjamin

kehidupan. Usaha-usaha yang dilakukan adalah pemberdayaan perempuan

Page 23: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

35

dalam bidang ekonomi dengan cara membentuk dan mendirikan koperasi dan

konveksi, mengikut andilkan perempuan dalam kegiatan parpol untuk

didelegasikan sebagai wakil perempuan yang dapat dijadikan sebagai wakil

perempuan yang dapat dijadikan sebagai tangan tangan dalam setiap

kebijakan yang diambil, serta memupuk rasa ketaqwaan dan mempererat

hubungan antara dirinya (perempuan) dengan manusia yang lain dan dengan

Sang Khalik, yang mana kegiatan ini dilakukan melalui jam'iyah dan majlis

ta'lim sebagai salah satu sarana dakwah.

3. Skripsi karya Lulus Hariyati "Efektifitas Perencanaan Strategis Bimbingan

Keagamaan kepada Pasien Penderita Penyakit Kusta di Rumah Sakit Sumber

Glagah, Pacet, Mojokerto".

Dalam skripsi ini dibahas rumah sakit kusta sumber Glagah, Pacet,

Mojokerto dalam proses perencanaan strategis bimbingan keagamaan kepada

pasien penderita kusta menggunakan perencanaan strategis yang di dalamnya

tercakup, yaitu dengan menentukan visi-misi rumah sakit kusta, mentukan

dan menetapkan rencana strategis secara sistematis, dan mengadakan

pengembangan rencana strategis untuk memperbaiki dan mencapai tujuan

bimbingan keagamaan kepada pasien dan rumah sakit itu sendiri. Dengan

latar belakang pasien penderita penyakit kusta yang sakit mental atau

psikisnya, karena faktor mereka dikucilkan dari masyarakat. Dan mereka

dipandang rendah dan jijik bahkan anak-anak yang lain. Sehingga mereka

menjadi patah semangat, minder, dan membuat jarak pemisah dengan

masyarakat lain. Dengan demikian perlu adanya pendekatan-pendekatan

Page 24: BAB II PERSPEKTIF TEORITIS - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/7145/2/umubab2.pdfdiisyaratkan oleh hadits berikut :7 تِﺎَﻬﱠﻣُﻷا أﻗﺪَِمْاَ َﺖﺤَْﺗ

36

keagamaan dengan jalan direncanakannya program-program bimbingan

kegamaan yang membawa pengaruh besar terhadap perubahan sikap dan

mental pasien penderita penyakit kusta menjadi lebih baik.