Bab II Perikondritis-erin

41
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Embriologi A.1. Telinga Luar Telinga luar berasal dari kantong dan celah brankial pertama dan perkembangannya mulai pada minggu ke-4 kehamilan. Sewaktu telinga dalam telah berkembang, telinga tengah dan telinga luar juga berkembang. Pada bagian luar kepala embrio, diantara lengkung brankial pertama dan kedua, suatu celah brankial berkembang ke arah yang berlawanan dari kantong faring. 3 A.1.1. Daun Telinga Pertumbuhan daun telinga dimulai pada minggu ke-4 dari kehidupan fetus, dimana bagian mesoderm dari cabang pertama dan kedua brankial membentuk 6 tonjolan (Hillock Of His) yang mengelilingi perkembangan liang telinga luar dan kemudian bersatu untuk 3

Transcript of Bab II Perikondritis-erin

Page 1: Bab II Perikondritis-erin

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Embriologi

A.1. Telinga Luar

Telinga luar berasal dari kantong dan celah brankial pertama dan

perkembangannya mulai pada minggu ke-4 kehamilan. Sewaktu telinga dalam

telah berkembang, telinga tengah dan telinga luar juga berkembang. Pada

bagian luar kepala embrio, diantara lengkung brankial pertama dan kedua,

suatu celah brankial berkembang ke arah yang berlawanan dari kantong

faring.3

A.1.1. Daun Telinga

Pertumbuhan daun telinga dimulai pada minggu ke-4 dari kehidupan fetus,

dimana bagian mesoderm dari cabang pertama dan kedua brankial membentuk

6 tonjolan (Hillock Of His) yang mengelilingi perkembangan liang telinga luar

dan kemudian bersatu untuk membentuk daun telinga, dengan pembagian

telinga sebagai berikut :

a. Cabang brankial pertama terdiri dari :

- Tonjolan pertama akan membentuk tragus

- Tonjolan kedua akan membentuk krus helicis

- Tonjolan ketiga akan membentuk heliks

b. Cabang brankial kedua terdiri dari :

- Tonjolan keempat akan membentuk antiheliks

3

Page 2: Bab II Perikondritis-erin

- Tonjolan kelima akan membentuk antitragus

- Tonjolan keenam akan membentuk lobulus dan heliks bagian bawah

Pada minggu ketujuh pembentukan kartilago masih dalam proses dan pada

minggu ke-12 daun telinga dibentuk oleh penggabungan dari tonjolan –

tonjolan diatas. Pada minggu ke-20 daun telinga sudah seperti bentuk telinga

dewasa, tetapi ukurannya belum seperti ukuran dewasa sampai umur 9 tahun.4

Gambar 1. Embriologi telinga8

Posisis daun telinga berubah selama perkembangan, pada awal

pertumbuhan terletak di vetro medial dan pada bulan kedua kehamilan tumbuh

menjadi dorso lateral yang merupakan lanjutan dari pertumbuhan mandibula.

Bila proses ini terhenti, maka akan mengakibatkan terjadinya telinga letak

rendah yang mungkin diikuti oleh anomali, kongenital lainnya seperti mikrotia

dan anotia. Fistula aurikularis congenital terjadi diduga oleh karena kegagalan

daripada penggabungan tonjolan – tonjolan ini. Kelainan kongenital daun

4

Page 3: Bab II Perikondritis-erin

telinga dapat terjadi mulai dari minor malformasi seperti lipatan kulit di depan

tragus sampai aplasia total.4

A.1.2. Liang Telinga Luar

Liang telinga luar berkembang dari lapisan ektoderm celah faringeal

(branchial) pertama. Epitel dari ujung medial dari celah brankial untuk

beberapa saat kontak dengan lapisan ektoderm kantong faring pertama.

Kemudian sewaktu pembesaran kepala, mesoderm berkembang diantaranya

dan memisahkan kedua lapisan epitel ini. Pada hampir bulan kedua kehidupan

fetus, celah brankial pertama ektoderm tumbuh makin ke dalam membentuk

suatu tabung yang berbentuk corong. Tabung ini selanjutnya akan disokong

oleh tulang rawan telinga luar, membentuk 1/3 luar meatus akustikus eksternus.

Pada bulan ke-7 kehidupan fetus, sel – sel epitel yang solid akan terpisah,

bagian yang paling dalam akan membentuk telinga luar dari membran timpani

yang kemudian meluas dan membuka daerah luar untuk bergabung dengan

lumen primitif. Dengan adanya jaringan ikat disekelilingnya, tabung ini akan

meluas ke arah annulus timpanikus, membentuk 2/3 bagian dalam meatus

akustikus eksterna bagian tulang.8

Pada saat lahir hanya liang telinga bagian tulang rawan saja yang terbentuk

sedangkan bagian tulang dari liang telinga terbentuk setelah lahir dari

pertumbuhan annulus timpanikus.8

Liang telinga terbentuk oleh karena penebalan dari bagian ektoderm pada

ujung atas dari celah faringeal eksterna pertama. Lantai dari celah tersebut

5

Page 4: Bab II Perikondritis-erin

masuk ke dalam lapisan bawah mesoderm membentuk “cylindric meatal plug”

yang kemudian menjadi dinding lateral dan lantai dari ujung recessus tubo

tympanicus berhubungan dengan recessus tubo tympanicus sedemikian rupa

sehingga, ketika membran timpani terbentuk antara permukaan ektoderm dan

endoderm, membran timpani tersebut akan terletak secara oblique, posisi ini

akan menyebabkan atap dan dinding posterior “ektodermal meatal plug”

kemudian terbuka untuk membentuk saluran dimana folikel rambut dan

kelenjar serumen dibuat.3

Pada saat lahir hanya liang telinga bagian tulang rawan saja yang terbentuk

sedangkan bagian tulang dari liang telinga terbentuk setelah lahir yang berasal

dari pertumbuhan cicncin timpani. Dalam perkembangan dari liang telinga luar

ini busa saja pada suatu “meatal plug” tidak terbuka sehingga kejadian ini bisa

menjadi penyebab terjadinya atresia dan stenosis dari liang telinga.

6

Page 5: Bab II Perikondritis-erin

Gambar 2. Pembentukan telinga

Diduga bahwa atresia liang telinga dapat terjadi dengan dua cara :

1. Pada awal pertumbuhan dimana terjadi malformasi dari lengkung

pertama dan kedua brankial yang dapat menimbulkan deformitas dari

daun telinga, telingah, dan mastoid.8

2. Pada kehamilan minggu ke-21 terjadi kegagalan reabsorbsi dari

sumbatan epitel yang menimbulkan atresia liang telinga dengan daun

telinga, telinga tengah, dan matoid normal.

7

Page 6: Bab II Perikondritis-erin

B. Anatomi dan Histologi Telinga Luar

B.1. Daun Telinga

Daun telinga terletak di kedua sisi kepala, merupakan lipatan kulit

dengan dasarnya terdiri dari tulang rawan yang juga ikut membentuk liang

telinga bagian luar. Hanya cuping telinga atau lobulus yang tidak mempunyai

tulang rawan, tetapi terdiri dari jaringan lemak dan jaringan fibrosa.

Permukaan lateral daun telinga mempunyai tonjolan dan daerah yang datar.

Tepi daun telinga yang melengkung disebut heliks. Pada bagian postero-

superiornya terdapat tonjolan kecil yang disebut tuberkulum telinga (Darwin’s

tubercle). Pada bagian anterior heliks terdapat lengkungan yang disebut

anteheliks. Bagian superior anteheliks membentuk dua buah krura antiheliks,

dan bagian dikedua krura antiheliks ini disebut fosa triangulari. Diatas kedua

krura ini terdapat fossa scafa. Di depan anteheliks terdapat konka, yang

merupakan bagian antero superior konka yang ditutupi oleh krus heliks dan

cavum chonca yang terletak dibawahnya berseberangan dengan konka dan

terletak dibawah krus heliks terdapat tonjolan kecil yang berbentuk segitiga

tumpul yang disebut tragus. Bagian diseberang tragus dan terletak pada batas

bawah anteheliks disebut antitragus. Tragus dan antitragus dipisahkan oleh

celah intertragus. Lobulus merupakan bagian daun telinga yang terletak

dibawah anteheliks yang tidak mempunyai tulang rawan dan terdiri dari

jaringan ikat dan jaringan lemak.8

8

Page 7: Bab II Perikondritis-erin

Di permukaan posterior daun telinga terdapat juga tonjolan dan cekungan

yang namanya sesuai dengan anatomi yang membentuknya yaitu sulkus

heliks, sulkus krus heliks, fosa antiheliks, eminensia konka, dan eminensia

scafa. Rangka tulang rawan daun telinga dibentuk oleh lempengan

fibrokartilago elastik. Tulang rawan tidak terbentuk pada lobulus dan bagian

daun telinga diantara krus heliks. Tulang rawan daun telinga ini ditutupi oleh

kulit dan dihubungkan dengan sekitarnya oleh ligamentum dan otot – otot.

Tulang rawan daun telinga berhubungan dengan tulang rawan liang telinga

melalui bagian yang disebut isthmus pada permukaan posterior perlekatannya

tidak terlalu erat karena terdapat lapisan lemak subdermis yang tipis. Kulit

daun telinga ditutupi oleh rambut – rambut halus yang mempunyai kelenjar

sebasea. Kelenjar ini banyak terdapat di konka dan fosa scafa.7

Ligamentum daun telinga terdiri dari ligamentum ekstrinsik dan

ligamentum instrinsik. Ligamentum ekstrinsik menghubungkan tulang rawan

daun telinga dan tulang temporal. Ligamentum instrinsik berukuran kecil dan

menghubungkan bagian – bagian daun telinga satu sama lain.

9

Page 8: Bab II Perikondritis-erin

Gambar 3. Daun telinga

Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan 6 buah otot

instrinsik. Otot ekstrinsik terdiri dari muskulus aurikularis anterior, muskulus

aurikularis superior, muskulus aurikularis posterior. Otot – otot ini

menghubungkan daun telinga dengan tulang tengkorak dan kulit kepala. Otot

– otot ini bersifat rudimenter, tetapi ada beberapa orang tertentu ada yang

masih mempunyai kemampuan untuk menggerakkan daun telinganya ke atas

dan ke bawah dengan menggerakkan otot – otot ini. Otot instrinsik terdiri dari

muskulus helicis mayor, musculus helicis minor, musculus tragicus, musculus

antitragus, musculus obliqus auricularis, dan musculus transpersus auricularis.

Otot – otot ini berhubungan dengan bagian – bagian daun telinga.

10

Page 9: Bab II Perikondritis-erin

Gambar 4. Otot - otot daun telinga

Persarafan sensorik daun telinga ada yang berasal dari pleksus cervicalis

yaitu nervus auricularis magnus bersama dengan cabang cutaneus nervus

fasialis mempersarafi permukaan posterior dan anterior serta bagian posterior.

Nervus occipitalis mempersarafi bagian ataspermukaan posterior daun telinga.

Nervus auriculotemporalis merupakan cabang nervus mandibularis yang

mempersarafi bagian tragus, crus heliks, dan bagian atas heliks. Cabang

nervus auricularis ke konka, anteheliks, dan eminensia konka. Cabang nervus

fasialis ada yang menuju dasar konka serta saraf daun telinga.7

Suatu bentuk dari kulit, tulang rawan, dan otot pada suatu keadaan

tertentu dapat menentukan bentuk dan ukuran dari orifisium liang telinga

bagian luar, serta menentukan sampai sejauh mana serumen akan tertahan

dalam liang telinga, disamping itu mencegah air masuk ke dalam liang telinga.

11

Page 10: Bab II Perikondritis-erin

B.2. Liang Telinga Luar

Liang telinga luar yang sering disebut meatus, merupakan suatu struktur

berbentuk hurus S yang panjangnya kira – kira 2,5 cm, membentang dari

konka telinga sampai membran timpani. Disebabkan kedudukan membran

timpani miring menyebabkan liang telinga bagian belakang atas lebih pendek

kira – kira 6 mm dari dinding anterior inferior. Bagian lateral liang telinga

adalah tulang rawan yang luasnya kira – kira ½ panjang liang telinga, sedikit

lebih panjang bagian tulang dalamnya yang merupakan terowongan langsung

ke tulang temporal.6

Bagian tulang rawan liang telinga luar sedikit mengarah ke atas dan ke

belakang dan sedikit bagian ke bawah dan ke depan. Penarikan daun telinga ke

arah belakang atas luar, akan membuat liang telinga cenderung lurus sehingga

memungkinkan terlihatnya membran timpani pada liang telinga.

Dinding depan, dasar dan sebagian dinding belakang dari liang telinga

dibentuk oleh tulang rawan yang mana terbentuk penyempitan depan bawah,

bila meluas ke media. Ujung sebelah dalam dari jalur ini melekat erat

permukaan luar yang kasar dari bagian tulang liang telinga. Bagian superior

dan posterior dibentuk oleh jaringan ikat padat yang mana berlanjut dengan

periosteum dari bagian tulang liang telinga. Liang telinga bagian tulang rawan

adalah sangat lentur dan fleksibel sebagian akibat adanya dua atau tiga celah

tegak lurus daru santorini pada dinding tulang rawan.7

12

Page 11: Bab II Perikondritis-erin

Pada liang telinga bagian tulang ada bagian daerah cembung yang

bervariasi dari dinding anterior dan inferior tepat di medial persambungan

antara bagian tulang dan disebut dengan isthmus. Setelah isthmus, terdapat

dasar liang telinga yang menurun tajam ke bawah dan kemudian naik ke arah

persambungan pinggir inferior annulus timpanikus, membentuk lekukan yang

disebut recessus timpanicus inferior dengan sudut yang dibentuk dinding

anterior dengan membran timpani yang juga bermakna bagi kepentingan

klinis, yaitu dapat menjadi tempat penumpukan keratin atau serumen yang

dapat menjadi sumber infeksi.8

Hubungan antara liang telinga dengan struktur sekelilingnya juga

mempunyai arti klinis yang penting. Dinding anterior liang telinga ke arah

medial berdekatan dengan sendi temporomandibular dan ke arah lateral

dengan kelenjar parotis. Dinding inferior liang telinga juga berhubungan erat

dengan kelenjar parotis. Dehisensis pada liang telinga bagian tulang rawan

(fissure of santorini) memungkinkan infeksi yang meluas dari liang telinga

luar ke dalam parotis dan pada ujung medial dinding superior liang telinga

bagian tulang membentuk lempengan tulang yang berbentuk baji yang disebut

tepi timpani dari tulang temporal, memisahkan lumen liang telinga dari

epitimpani. Dinding superior liang telinga bagian tulang, disebelah medial

terpisah dari epitimpani oleh lempengan tulang baji ke arah lateral,

memisahkan liang telinga dari fossa cranii media. Dinding posterior liang

telinga, bagian tulang terpisah dari sel udara mastoid oleh suatu tulang tipis.

13

Page 12: Bab II Perikondritis-erin

Bentuk dari daun telinga dan liang telinga luar menyebabkan benda asing

seperti serangga dan air sulit untuk memasuki liang telinga bagian tulang dan

mencapai membran timpani orifisium dan liang telinga luar yang kecil dari

tumpang tindih antara tragus dan antitragus yang merupakan garis pertahanan

pertama terhadap kontaminasi dari liang telinga dan trauma membran timpani.

Garis pertahanan kedua dibentuk oleh tumpukan masa serumen yang menolak

air, yang mengisi sebagian liang telinga bagian tulang rawan tepat di medial

orifisium liang telinga. Garis pertahanan ketiga oleh tulang rawan dan bagian

tulang liang telinga, hal ini sering lebih terbentuk oleh dinding liang telinga

yang cembung. Penyempitan ini membuat sulitnya serumen menumpuk atau

benda asing memasuki lumen liang telinga bagian tulang dan membran

timpani.5

14

Page 13: Bab II Perikondritis-erin

Gambar 5. Potongan koronal liang telinga

B.3. Kulit Liang Telinga

Liang telinga memiliki lapisan kulit yang sama dengan lapisan kulit pada

bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi oleh epitel squamosa. Kulit liang telinga

merupakan lanjutan kulit daun telinga dan ke dalam meluas menjadi lapisan

luar membran timpani.5

Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang rawan

daripada bagian tulang. Pada liang telinga bagian tulang rawan tebalnya 0,5 –

1 mm, terdiri dari lapisan epidermis dengan papillanya, dermis, dan subkutan

melekat dengan perikondrium.

15

Page 14: Bab II Perikondritis-erin

Lapisan kulit liang telinga bagian tulang lebih tipis, tebalnya kira – kira

0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat erat dengan periosteum tanpa

lapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar dari membran timpani dan

menutupi sutura antara tulang timpani dan tulang skuama kulit yang tidak

mengandung kelenjar dan rambut. Epidermis dari liang telinga bagian tulang

rawan biasanya terdiri dari 4 lapis yaitu sel basal, skuamosa, sel granuler, dan

lapisan tanduk.

Gambar 6. Lapisan kulit liang telinga

B.4. Folikel – Folikel rambut

Folikel rambut banyak terdapat pada 1/3 bagian luar liang telinga tetapi

pendek tersebar secara tidak teratur dan tidak begitu banyak pada 2/3 liang

telinga bagian tulang rawan. Pada liang telinga bagian tulang, rambut-

rambutnya halus dan kadang-kadang terdapat kelenjar pada dinding posterior

dan superior. Dinding luar folikel rambut dibentuk oleh invaginasi epidermis

16

Page 15: Bab II Perikondritis-erin

yang mana menipis ketika mencapai dasar polikel, dinding sebelah dalam

folikel adalah rambut sendiri. Ruang potensial yang terbentuk disebut kanalis

folikularis. Kelenjar sebasea atau kelenjar lemak banyak terdapat pada liang

telinga dan hamper semuanya bermuara ke folikel rambut.6

B.5. Kelenjar – Kelenjar Sebasea dan Apokrin

Kelenjar sebasea pada telinga berkembang baik pada daerah konka,

ukuran diameternya 0,5 -2,2 mm. Kelenjar ini banyak terdapat pada liang

telinga luar bagian tulang rawan, dimana kelenjar ini berhubungan dengan

rambut. Pada bagian luar liang telnga bagian tulang rawan, kelenjar sebasea

menjadi lebih kecil, berkurang jumlahnya dan lebih jarang atau tidak ada sama

sekali pada kulit liang telinga bagian tulang.Kelenjar sebasea terletak secara

berkelompok pada bagian superficial kulit.6

Umumnya, beberapa alveoli yang berdekatan terbuka dalam saluran

ekskresi yang pendek. Saluran-saluran ini dilapisi dengan epitel tatah

berlapisan yang mana ini berlanjut dengan bungkus luar akar rambut dan

dengan lapisan basal epidermis bagian sekresi kelenjar-kelenjar sebasea

berupa alveoli yang bundar berdiameter 0,5 – 2,0 mm. kearah sentral alveoli,

sebagian kecil sel-sel mengalami penandukan tetapi ukuran bertambah besar,

menjadi polihidral dan secara bertahap terisi butir – butir lemak. Lambat laun

intinya mengkerut dan menghilang, dan sel-sel pecah menjadi serpihan-

serpihan lemak bercambur dengan sisi bertanduk. Campuran ini merupakan

sekresi berminyak dari kelenjar, lalu dieksresikan dalam kanalis folikularis

dan keluar kepermukaan kulit.7

17

Page 16: Bab II Perikondritis-erin

Kelenjar apokrin terutama terletak pada dinding liang telinga superior

dan inferior. Kelenjar-kelenjar ini terletak pada sepertiga tengah dan bawah

dari kulit dan ukurannya berkisar 0,5 - 2,0 mm. seperti kelenjar sebasea,

kelenjar apokrin terbentuk dari local dari pembungkus luar akar folikel

rambut. kelenjar –kelenjar ini dapat dibagi kedalam 3 bagian, yaitu bagian

sekresi, saluran sekresi di dalam kulit dan saluran termilal atau komponen

saluran epidermal.6

Bagian saluran yang melingkar adalah struktur tubular dimana jarang

bercabang dan terdiri dari lapisan epitel sebelah dalam, lapisan mioepitel

ditengah dan membrane proria disebalah luar. Disekeliling tabular adalah

jaringan ikat padat. Epitelnya berupa lapisan tunggal bervariasi dari bentuk

silinder hingga kuboidal sangat gepeng (pipih). Di dalam sitoplasma, biasanya

terletak supranuklear terlihat sebagai granul lipid dan pigmen dalam ukuran

yang berpariasi. Lapisan mioepitelium yang tebalnya satu lapis sel berbentuk

pipih dan mengandung otot polos membentuk pembungkus berkesinambungan

disekeliling bagian melingkar dari kelenjar, dan apabila berkontraksi akan

menekan lumen tubuli sehingga sekret akan keluar. Apabila sampai

dipermukaan epidermis, sekret ini sebagian masuk folikel rambut dan

sebagian lagi kepermukaan bebas liang telinga, secara perlahan-lahan akan

mengering dan berbentuk setengah padat dan berwarna menjadi lebih gelap.

Saluran sekresi relatif panjang dan berbelok-belok dan mempunyai diameter

yang bervariasi, berbatas tegas dari bagian sekresi kelenjar.7

18

Page 17: Bab II Perikondritis-erin

B.6. Perdarahan

Arteri – arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang

temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal.

Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga diperdarahi oleh

cabang aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Cabang dari arteri

aurikular posterior memperdarahi permukaan posterior telinga. Banyak

dijumpai anastomosis diantara cabang – cabang dari arteri ini. Perdarahan ke

bagian lebih dalam dari liang telinga luar dan permukaan luar membrana

timpani adalah dari cabang aurikular dalam arteri maksilaris interna.3

Vena telinga bagian anterior, posterior, dan bagian dalam umumnya

bermuara ke vena jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi, beberapa

vena telinga mengalir ke dalam vena temporalis superfisial dan vena

aurikularis posterior.4

Beberapa cabang yang lebih kecil dari arteri dan vena menembus

jaringan ikat padat yang menjembatani bagian yang kurang tulang rawannya.

Sebagian cabang lainnya melewati fissura santorini pada dinding tulang rawan

anterior dan jaringan ikat fibrosa yang mempersatukan tulang rawan dengan

bagian tulang liang telinga. Pembuluh – pembuluh darah ini kemudian

bercabang dan beranastomosis pada selaput membran liang telinga dan

membentuk jaringan vascular cutaneus dalam, dbagian dalam perikondrium.

Sejumlah besar cabang – cabang arteri menaik tegak lurus ke papilla

dermis ke dalam daerah cabang arteri dari lekukan kapiler. Lekukan – lekukan

19

Page 18: Bab II Perikondritis-erin

ini mengalir ke dalam pleksus venosus dan selanjutnya ke dalam jaringan

venosus di atas perikondrium. Satu arteriol tunggal memperdarahi tubulus

sekretorius dan kebanyakn saluran kelenjar apokrin, selanjutnya memisahkan

diri menjadi kapiler yang sangat banyak, yang bergabung ke dalam dua atau

lebih ke dalam venula.3,4

B.7. Persarafan

Persarafan telinga luar bervariasi tumpang tindih antara saraf – saraf

cutaneus dan cranial. Cabang auricular temporalis dari bagian ketiga saraf

trigeminus (N.V) mempersarafi permukaan anterolateral permukaan telinga,

dinding anterior, dan superior liang telinga dan segmen depan membran

timpani. Permukaan posteromedial daun telinga dan lobulus dipersarafi oleh

pleksus cervicalis saraf auricularis mayor. Cabang auricularis dari saraf

fasialis (N.VII), glossofaringeus (N.IX), dan vagus (N.X) menyebar ke daerah

konka dan cabang – cabang saraf ini mempersarafi dinding posterior dan

inferior liang telinga dan segmen posterior serta inferior membran timpani.

Batang saraf utama pada jaringan subkutan berjalan sejajar dengan

permukaan kulit. Cabang – cabang di dalam dermis naik secara vertikal dari

batang saraf subcutaneus. Saraf – saraf tersebut berjalan diantara lilitan

kelenjar – kelenjar dan menyelimuti masing – masing tubulus dengan

sejumlah besar anastomosis. Serabut – serabut saraf tadi membentuk suatu

jaringan di atas struktur membrana propria dan masing – masing serabut

membentuk jaringan membentuk keranjang disekeliling folikel rambut.5

20

Page 19: Bab II Perikondritis-erin

Gambar 6. Persarafan liang telinga

B.7. Sistem Limfatik

Pembuluh-pembuluh limfe berasal dari papila dermis dari sekeliling

folikel rambut dan kelenjar sebasea seperti anyaman berbentuk bintang

menghubungkan lakuna. Pengaliran dari pembuluh-pembuluh tersebut

kedalam kelenjar pre dan postaurikular. Sistim limfe liang telinga luar

berhubungan erat dengan sistim limfe prosesus mastoideus dan kelenjar

parotis. Pada infeksi tertentu dari liang telinga kelenjar-kelenjar limfe yang

berdekatan dengan liang telinga menjadi membesar sistim limfatik dan bagian

anterior dan superior liang telinga, tragus dan kulitnya berdekatan ke daerah

temporal bermuara kedalam kelenjar preaurikular yang terletak diatas kelenjar

parotis. Saluran eferen kelenjar parotis menuju kelenjar servikal dalam bagian

superior lalu dari lobulus, heliks dan dinding inferor liang telinga mengalir

21

Page 20: Bab II Perikondritis-erin

kedalam kelenjar infra aurikular keinferior telinga dan posterior sudut ruang

bawah.4

C. Perikondritis

C.1. Definisi

Perikondritis adalah infeksi perikondrium pada pinna dimana pus

terkumpul diantara kartilago telinga luar dan perikondrium. Hal ini

diakibatkan peradangan, terjadi efusi serum dan pus ke dalam lapisan

perikondrium dan tulang rawan dari telinga luar.2

C.2. Etiologi

Perikondritis atau kondritis dapat disebabkan oleh :1

- Inadekuat pada terapi selulitis daun telinga (pinna) dan otitis eksterna

akut

- Accidental atau surgical (sesudah aspirasi atau insisi hematoma daun

telinga)

- Mikroorganisme penyebab paling sering Pseudomonas aeruginosa

- Infeksi sekunder dari laserasi atau hematoma

- Infeksi superfisial meatus akustikus

- Luka bakar atau frostbite

- Penusukan anting – anting pada tulang rawan (high ear piercing), dapat

terjadi septikemia bakteri stertococcus hemoliticus

22

Page 21: Bab II Perikondritis-erin

Gambar 8. Perikondritis

C.3. Patofisiologi

Infeksi superfisial dari liang telinga luar atau dari daun telinga menyebar

lebih ke dalam ke perikondrium. Pada keadaan ini disebut stadium dini, daun

telinga (pinna) merah dan nyeri kemudian mulai terbentuk abses

subperikondrial. Hal ini menyebabkan tulang rawan kekurangan blood

supply, lama – kelamaan terjadi nekrose tulang rawan sehingga dapat terjadi

deformitas pada daun telinga yang disebut dengan cauliflower ear.1

23

Page 22: Bab II Perikondritis-erin

Gambar 9. Cauliflower ear

C.4. Gambaran Klinis

Penderita dengan perikondrititis pada umumnya datang ke dokter dengan

keluhan daun telinga terasa sakit, warna merah, dan tegang.1,2,8

C.5. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Pada keadaan perikondritis dapat ditemukan pinna merah dan tender,

kemudian bengkak (generalized swelling of the pinna), serta terdapat abses

pada daun telinga.1,2,8

Tampak daun telinga membengkak, merah, panas, dirasakan nyeri, dan

nyeri tekan. Pembengkakan ini dapat menjalar ke bagian belakang daun

telinga, sehingga sangat menonjol. Terdapat demam, pembesaran kelenjar

limfe regional, dan leukositosis. Serum yang terkumpul di lapisan

subperikondrial menjadi purulen, sehingga terdapat fluktuasi difus atau

terlokalisasi.1,2,8

24

Page 23: Bab II Perikondritis-erin

Pada pemeriksaan laboratorium, dapat diambil sampel dari abses daun

telinga untuk dikultur, mengetahui jenis bakteri penyebab sehingga dapat

diberikan terapi yang tepat.8

C.6. Diagnosis Banding

- Othematoma

Suatu hematom daun telinga akibat rudapaksa yang menyebabkan

timbulnya darah dalam ruangan antara perikondrium dan kartilago.

Mekanisme biasanya melibatkan gangguan traumatis pembuluh darah

perichondrial. Akumulasi darah dalam hasil ruang subperikondrial dalam

pemisahan perikondrium dari tulang rawan. Penanganan dengan cara aspirasi

dan dilanjutkan penekanan memakai gips sebagai fiksasi.1

Gambar 9. Othematoma

25

Page 24: Bab II Perikondritis-erin

- Pseudokista

Terdapat benjolan di daun telinga yang disebabkan oleh adanya

kumpulan cairan kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan

telinga. Biasanya pasien datang ke dokter, karena ada benjolan di daun telinga

yang tidak nyeri dan tidak diketahui penyebabnya.2

Kumpulan cairan ini harus dikeluarkan secara steril untuk mencegah

timbulnya perikondritis. Kemudian dilakukan balut tekan dengan bantuan

semen gips selama seminggu supaya perikondrium melekat pada tulang

rawan kembali. Apabila perlekatan tidak sempurna dapat timbul kekambuhan.

Gambar 10. Pseudokista

- Polikondritis Berulang

Suatu penyakit autoimun yang melibatkan struktur tulang rawan secara

generalisata, terutama telinga, hidung, dan laringotracheobranchial. Tampak

deformitas aurikula menyerupai perikondritis akut (cauliflower ear). Biasanya

26

Page 25: Bab II Perikondritis-erin

terdapat serangan tunggal atau berulang. Untuk pengobatan dapat diberikan

pada fase akut dengan salisilat dan steroid.2

Gambar 11. Polikondritis berulang

C.7. Penatalaksanaan

Pengobatan dengan antibiotik sering gagal karena bakteri pseudomonas

aeruginosa, sering resisten terhadap sebagian besar antibiotik. Untuk

pengobatan dapat diberikan antipseudomonas yaitu golongan aminoglikosida

(gentamicin), fluorkinolon (quinolon) seperti siprofloksasin.1,8

Sebaiknya dilakukan kultur dan tes sensitivitas sebelumnya.

Pada daun telinga diberikan kompres panas. Bila terdapat fluktuasi, dilakukan

insisi secara steril dan diberi perban tekan selama 48 jam.8

27

Page 26: Bab II Perikondritis-erin

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perikondritis adalah infeksi dari perikondrium daun telinga yang

sering terjadi oleh karena tulang rawan terpapar, baik oleh laserasi

maupun operasi. Adapun gejala dan tanda perikondritis yaitu daun

telinga terasa sakit sekali, panas dan tegang. Tampak pinna merah dan

bengkak, dapat menjadi abses. Namun lobulus tidak ikut meradang.

Perikondritis bisa terjadi akibat trauma, frostbite, gigitan serangga,

pemecahan furunkel/bisul dengan sengaja pada telinga. Infeksi juga dapat

terjadi saat aspirasi dan insisi hematom auris serta komplikasi dari

mastoidektomi atau pseudokista.

Untuk pengobatan perikondritis diberikan antibiotik broadspectrum.

Jika terdapat abses maka dilakukan insisi drainase. Kemudian sampel

dari abses dapat dikultur untuk mengetahui jenis bakteri penyebab.

Mikroorganisme penyebab paling sering adalah Pseudomonas

aeruginosa. Obat yang dapat diberikan (drug of choice) golongan

aminoglikosida. Bila pengobatan yang diberikan tidak adekuat, dapat

mengakibatkan komplikasi berupa Cauliflower ear.

28

Page 27: Bab II Perikondritis-erin

B. Saran

Bila seseorang menemukan gejala – gejala seperti daun telinga

merah, sakit, tegang atau terdapat pus sebaiknya segera memeriksakan

diri ke dokter karena bila dibiarkan dapat terjadi deformitas daun telinga

(cauliflower ear).

29

Page 28: Bab II Perikondritis-erin

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams L George, boies L, dkk. Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6.

Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta 1997

2. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher edisi 6.2007. FKUI

3. Moore KL., 2002. Anatomi Klinik Dasar Jakarta: EGC

4. R.Putz, R.Pabst., 2007. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Edition: 22 EGC

5. Sadler TW., 2003. Langman's Medical Embryology. Edition 9. New York: Mc Graw Hill.pdf

6. Sherwood L., 2006. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC

7. Junqueira., 2005. Basic Histology Text Atlas. Edition : 11 New York.pdf

8. http://www.artikelkedokteran1.blogspot.com/2010/06/perikondritis.html

diunduh tanggal 30 April 2013 pkl.22.08 wib

30