BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf ·...

24
22 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian terdahulu Kajian yang membahas peran ganda perempuan bukanlah suatu hal baru, banyak peneliti yang telah mengkaji tentang peran ganda perempuan pada berbagai macam latar belakang, lokasi, dan fokus penelitian yang berbeda-beda. Penelitian tersebut adalah sebagai berikut : Pertama, skripsi yang berjudul tentang Peran ganda Perempuan Pedagang Kaki Lima : Studi Kasus di Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat” oleh Erin Elifa Dini tahun 2014. Dalam penelitian tersebut, penulis memfokuskan pada pengalaman perempuan yang memiliki beban ganda secara mendalam dan keberagaman beban ganda yang di alami perempuan pedagang kaki lima di pasar kemiri. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode study kasus. Pengumpulan datanya menggunakan observasi partisipan dan wawancara dengan waktu yang cukup lama dan berkali-kali untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci. Hasil yang di dapatkan adalah kebanyakan perempuan yang yang menjadi pedagang di kaki lima adalah tulang punggung keluarga, kemudian membantu pendapatan suami, kemandirian serta keinginan untuk meningkatkan status sosial. Kedua, skripsi yang berjudul tentang “Peran Ganda Perempuan Pada Ibu Pekerja di Desa Pekembinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta” yang disusun oleh Eka Puspita Sari tahun 2016, dari fakultas

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Penelitian terdahulu

Kajian yang membahas peran ganda perempuan bukanlah suatu hal

baru, banyak peneliti yang telah mengkaji tentang peran ganda perempuan

pada berbagai macam latar belakang, lokasi, dan fokus penelitian yang

berbeda-beda. Penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

Pertama, skripsi yang berjudul tentang “Peran ganda Perempuan

Pedagang Kaki Lima : Studi Kasus di Pasar Kemiri Muka Depok

Jawa Barat” oleh Erin Elifa Dini tahun 2014. Dalam penelitian tersebut,

penulis memfokuskan pada pengalaman perempuan yang memiliki beban

ganda secara mendalam dan keberagaman beban ganda yang di alami

perempuan pedagang kaki lima di pasar kemiri. Peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif dengan metode study kasus. Pengumpulan datanya

menggunakan observasi partisipan dan wawancara dengan waktu yang

cukup lama dan berkali-kali untuk mendapatkan informasi yang lebih

rinci. Hasil yang di dapatkan adalah kebanyakan perempuan yang yang

menjadi pedagang di kaki lima adalah tulang punggung keluarga,

kemudian membantu pendapatan suami, kemandirian serta keinginan

untuk meningkatkan status sosial.

Kedua, skripsi yang berjudul tentang “Peran Ganda Perempuan

Pada Ibu Pekerja di Desa Pekembinangun, Pakem, Sleman,

Yogyakarta” yang disusun oleh Eka Puspita Sari tahun 2016, dari fakultas

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

23

ilmu pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Sesuai dengan judul

yang diangkat penelitian ini membahas peran ganda yang dialami

perempuan yang bekerja di sektor publik. Penelitian yang dilakukan oleh

Eka terfokus pada alasan yang melatarbelakangi perempuan bekerja, cara

seorang ibu menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga dan perannya

ketika bekerja di luar rumah, dan permasalahan yang muncul pada

perempuan peran ganda serta solusi yang digunakan untuk menyelesaikan

masalah tersebut. Eka menganggap bahwa pembahasan yang dilakukan

bersifat sangat luas sehingga dilakukan pembatasan pada perempuan yang

bekerja pada sektor formal seperti guru. Eka menggunakan metode yang

digunakan sama dengan peneliti yaitu dengan pendekatan kualitatif serta

menggunakan data primer dan sekunder dalam penelitiannya. Sama seperti

referensi yang sebelumnya pengumpulan datanya dengan melakukan

wawancara, dokumentasi dan observasi, dan menguji keabsahan datanya

menggunakan teknik trianggulasi. Eka tidak menggunakan teori dalam

analisis pembahasannya.

Ketiga, skripsi yang berjudul tentang “Peran Ganda Perempuan

dalam Pembangunan” yang disusun oleh Mahmudi tahun 2011.

Penelitian ini dilakukan di Desa Lambangan Wetan, Kecamatan Bulu,

Kabupaten Rembang. Sesuai dengan judul nya penelitian ini melihat

perempuan turut andil dalam pembangunan, membahas dan fokus kepada

latar belakang perempuan yang berperan sebagai Kepala Desa. Penelitian

yang dilakukan oleh Mahmudi terfokus pada peran ganda perempuan

dalam pembangunan, dengan lokasi penelitian berada di Desa Lambangan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

24

Wetan, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang. Mahmudi juga membahas

tentang faktor yang memotivasi terjadinya peran ganda perempuan dalam

pembangunan dengan kasus yang di ambil pada kepala desa perempuan di

Desa Lembangan Wetan. Metode yang digunakan sama dengan peneliti

yaitu dengan pendekatan kualitatif serta menggunakan data primer dan

sekunder dalam penelitiannya. Sama seperti referensi yang sebelumnya

pengumpulan datanya dengan melakukan wawancara, dokumentasi dan

observasi.

Keempat, skripsi yang berjudul “Peran Ganda Perempuan

Dalam Masyarakat Pesisir” oleh Wa Seni pada tahun 2015. Pada

penelitian ini penulis memiliki fokus pada peran ganda yang di alami oleh

istri nelayan dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Melihat keseharian

perempuan pada sektor domestik maupun publik dan membahas waktu

yang dimiliki istri nelayan bersama keluarganya. Wa Seni menggunakan

teori stuktural fungsinal dalam menganalisa hasil penelitiannya. Teori

tersebut memiliki konsep dimana masyarakat dilihat sebagai sebuah

struktur dengan bagian yang saling berhubungan. Pendekatannya

menggunakan kualitatif dan purposive sampling. Sumber datanya berasal

dari primer maupun sekunder dan juga melakukan observasi, wawancara

serta dokumentasi.

Relevansi antara penelitian terdahulu dengan penilitian penulis :

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

25

Tabel 2.1. Relevansi penelitian

No Nama peneliti/judul Hasil Relevansi Penelitian

1 PERAN GANDA

PEREMPUAN

PEDAGANG KAKI

LIMA : studi kasus di

Pasar Kemiri Muka

Depok Jawa Barat.

Disusun oleh Erin

Elifa Dini di tahun

2014 (Skripsi)

Motivasi yang mendorong

perempuan untuk bekerja

terbagi menjadi 6 yaitu,

meningkatkan penghasilan

keluarga atau membantu

pendapatan suami, menjadi

tulang punggung keluarga,

meningkatkan status sosial,

kemandirian, dan mengisi

waktu luang

-Wa Seni menemukan hasil

bahwa perempuan yang

berperan ganda dengan

bekerja disektor publik

sebagai pedagang

mengalami beban berlebih

atau double barden

-menimbukan dampak rasa

bersalah, tidak dapat

memanjakan dirinya dan

fisik yang lemah.

Hasil penelitian ini

memiliki relevansi

dengan penelitian yang

akan dilakukan peneliti.

Erin menganggkat judul

tentang peran ganda

perempuan pedang kaki

lima. Secara garis besar

pembahasan memiliki

kesamaan dengan yang

ingin di teliti oleh penulis.

Perbedaannya dalam

penelitian Erin,

perempuan yang menjadi

subjek semuanya masih

memiliki suami

sedangkan subjek penulis

ada yang janda dan ada

yang bersuami. Kemudian

latarbelakang dan lokasi

penelitian juga berbeda.

Penulis melakukan

penelitian di Kampung

Wisata Jodipan

sedangkan Erin di lokasi

Pasar Kemiri Muka

Depok.

2 PERAN GANDA

PEREMPUAN

PADA IBU

PEKERJA DI DESA

PEKEMBINANGUN,

PAKEM, SLEMAN,

YOGYAKARTA,

yang disusun oleh

Eka Puspita Sari

tahun 2016. (Skripsi)

-Menurut hasil penelitian

ini yang menjadi alasan

perempuan untuk bekerja

adalah tanggungan

keluarga, memenuhi

kebutuhan ekonomi

keluarga, dan

memanfaatkan ilmu yang

dimiliki dari hasil

pendidikan yang dilakukan

selama ini.

-ketika ibu bekerja sang

anak dititipkan pada TPA

dan selalu bangun lebih

awal agar pekerjaan

domestik dan publik tidak

terbengkalai dan harus

profesionalitas dalam

Hasil penelitian ini

memiliki relevansi yang

sama dengan penelitian

yang dilakukan penulis,

sebagian besar

pembahasan tentang

peran ganda perempuan

memiliki kesamaan

dengen penulis, tetapi

fokus penelitian ini pada

ibu bekerja disektor

formal sedangkan yang

diteliti penulis di

Kampung Wisata Jodipan

semuanya bekerja pada

sektor non formal.

Latarbelakang dan lokasi

juga berbeda, namuu pada

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

26

bekerja dengan manaati

peraturan yang ada

walaupun sedang terjadi

permasalahan keluarga

-peran ganda menimbulkan

waktu permasalahan namun

penelitian ini juga

membahasa solusi yang

digunakan ibu yang

berperan ganda, misalnya

pada kurangnya waktu

untuk berkumpul bersama

keluarga, agar tidak

menimbulkan

kesalahpahaman makan

sang ibu mencoba

menjelaskan kepada anak

agar mengerti akan

ketidakhadiran secara penuh

dirumah. Kemudian ketika

seorang ibu yang bekerja

memiliki permasalahan

pada keluarganya, sang ibu

memilih untuk bercerita

pada rekannya sehingga

mendapatkan solusi untuk

meredam permasalahan

tersebut.

metode penelitiannya

sama dengan

menggunakan pendekatan

negatif, melakukan

observasi, wawancara,

dokumentasi dan

menggunakan teknik

purposive sampling dalam

penentuan sampelnya.

Penulis menggunakan

teori tindakan sosial dan

teori ketimpangan gender

tetapi dalam tulisan Eka

tidak menggunakan

analisis teori dalam

pembahasan analisanya.

3 PERAN GANDA

PEREMPUAN

DALAM

PEMBANGUNAN.

Disusun oleh

Mahmudi, tahun 2011

(Skripsi)

Menurut hasil yang

didapatkan Mahmudi peran

ganda dalam pembangunan

yang dilakukan oleh kepala

desa perempuan di Desa

Lambungan Wetan, banyak

memberikan hal-hal yang

positif bagi masyarakat dan

kemajuan desa tersebut.

Kepala desa Lembangan

Wetan diakui oleh staf dan

masyarakatnya memiliki

kepemimpinan yang baik

dengan usaha dan tanggung

jawabnya untuk kemajuan

desa Lembangan Wetan ini.

.

-Peran ganda dalm

pembangunan juga

memiliki faktor yang

Hasil penelitian ini

memiliki relevasi dengan

penelitian yang akan

dilakukan penulis.

Memiliki kesamaan

dalam pembahasan peran

ganda dalam keluarga,

terkait bagaimana seorang

istri menjalankan

perannya pada sektor

domestik dan sektor

publik, hanya saja fokus

utamanya yang berbeda

dikarenakan lebih

membahas tentang politik

dan birokrasi serta

perjuangannya dalam

memimpin untuk

keberhasilan suatu

pembangunan. Sedangkan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

27

menjadi penghambat dalam

pembangunan desa

berdasarkan kasus kepala

desa perempuan di Desa

Lambangan Wetan sebagai

berikut: pertama faktor

internal meliputi, peran

ganda perempuan sebagai

seorang istri dan ibu yang

kemudian menjadi wanita

karir, anggapan masyarakat

yang meragukan perempuan

menjadi seorang pemimpin

desa.

dan faktor eksternal; Desa

Lambangan Wetan

termasuk desa yang jauh

dari pusat pemerintahan dan

daerahnya tandus sehingga

rawan kekeringan. Selain

itu hambatan yang dihadapi

kepala desa perempuan di

Desa Lambangan Wetan

dalam menjalankan

perannya adalah mengenai

bantuan Raskin dan

Jamkesmas bagi warga

miskin.

penulis akan meneliti

tentang faktor dan peran

ganda yang dialami

perempuan di Kampung

Wisata Jodipan

4 PERAN GANDA

PEREMPUAN

DALAM

MASYARAKAT

PESISIR Disusun

oleh Wa Seni, pada

tahun 2015 (Skripsi)

Hasilnya adalah istri

berperan di sektor dimestik

atau sebagai ibu rumah

tangga ia juga berperan dan

ikut berpartisipasi mencari

nafkah untuk pemenuhan

ekonomi keluarganya

(publik)

1. Dalam memenuhi

kebutuhan ekonomi

keluarganya, istri

selain menjadi ibu

rumah tangga yaitu

mengurus rumah

tangga

(mencuci,memasak),

mengurus suami

Seorang istri selalu

setia kepada

suaminya baik

Penelitian ini memiliki

relevansi yang sama

dengan penelitian

dilakukan penulis. Wa

Seni membahas tentang

peran ganda perempuan

dalam masyarakat pesisir.

secara garis besar

pembahasahan memiliki

kesamaan, hanya saja

latar belakang pekerjaan

dan lokasi peneliti

membuat penjelasannya

berbeda dengan penulis

yang melakukan

penelitian di kampung

wisata Jodipan. Teori

yang digunakan juga

berbeda, Wa Seni

menggunakan Teori

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

28

dalam keadaan

susah maupun

senang karena

seorang istri selalu

mendampinggi

suaminya dan suami

adalah perisai buat

istri,dan mengurus

anak (mendidik

anak, memberikan

nasehat dan motivasi

terhadap anak,dan

keterlibatan ritual

ibu dalam hal

mengajarkan anak

shalat)

2. Ibu rumah tangga

yang berada di Desa

Mola Selatan juga

medistribusikan

waktu mereka baik

itu untuk kegiatan

mereka di sektor

domestik, di sektor

publik dalam hal

pemenuhan ekonomi

keluarga maupun

dalam lingkungan

masyarakat.

Struktural Fungsional dan

penulis menggunkan

Teori Tindakan Sosial dan

Feminis Liberal.

2.1.2 Tinjauan Pustaka

1. Peran Gender dalam Keluarga

Makna keluarga dijelaskan Iver dan Page dalam Suadah (2005 :

22) dalam perspektif sosiologi keluarga dapat dijelaskan sebagai kelompok

sosial terkecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak. Pada

dasarnya keluarga terbentuk pada sebuah ikatan pernikahan dan hubungan

garis keturunan maupun tambahan (adopsi), searah dengan keturunan yang

merupakan suatu satuan yang khusus.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

29

Pada sebuah keluarga individu memiliki peran masing-masing

sesuai dengan hak dan kewajibannya, termasuk dalam hal pekerjaan di

sektor domestik maupun publik. Goode menjelaskan bahwa kesetaraan

pekerjaan dan kewajiban pada suami dan istri dalam sebuah keluarga

sudah jelas. Seorang istri memiliki tanggung jawab pada sektor domestik

seperti mengasuh dan mendidik anak, menanamkan ikatan badaniah dan

rohaniah, melayani suami, mengurus segala macam urusan rumah tangga,

memberikan kasih sayang, menghibur, merawat, memberikan ketenangan

dan kedamaian pada anggota keluarga yang berselisih (Goode, 1983 : 14)

Stevin Tumbage,dkk (2017 : 2) menjelaskan bahwa peran seorang

ibu lebih dominanan di dalam rumah tangga, seorang ibu tidak hanya

berkaitan dengan memasak, mengasuh anak, melayani suami, berbelanja,

mencuci, melayani suami, namun banyak sekali kegiatan yang dilakukan

perempuan dalam rumah tangga baik menjadi seorang ibu bagi anaknya

dan menjadi seorang istri bagi suaminya. Hal ini sangat jelas sekali bahwa

perempuan memiliki peran yang lebih banyak dalam sebuah keluarga

dibandingkan dengan laki-laki. Tugas antara suami dan istri juga

dijelaskan dalam undang-undang perkawinan tahun 1974 pasal 31 yang

mengatakan bahwa suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu

rumah tangga, namun ayat sebelumnya dijelaskan bahwa suami dan istri

memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam urusan rumah tangga.

Goode juga menjelaskan bahwa seorang suami atau ayah berperan

sebagai pemimpin dan mengatur pembagian tugas dalam keluarga,

kemudian juga memiliki peran untu melindungi keluarga dari pertentangan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

30

politik atau perang. Seorang ayah harus mampu memecahkan

permasalahan yang ada di lingkungan luar yang terkait dengan jasmaniah

maupun sosial. Peran ibu dan ayah dalam sebuah keluarga haruslah

berfungsi sebagaimana mestinya, Goode menjelaskan bahwa seorang ibu

yang lemah atau tidak berfungsi dalam keluarga atau ayah yang bersifat

kejam atau sebaliknya memungkinakan terjadi sebuah kegagalan dalam

pemasyrakatan (Goode, 1983 : 14-15)

2. Peran Ganda Perempuan dalam Keluarga

Peran ganda menurut Denrich Suryadi (2004 : 12) dapat dijelaskan

sebagai seseorang yang memiliki peran lebih dari satu pada waktu yang

bersamaan. Peran ganda hal ini merupakan perempuan yang memiliki

peran di sektor domestik maupun di sektor publik, pada sektor domestik

perempuan berperan sebagai ibu bagi anaknya dan seorang istri bagi

suaminya, kemudian pada sektor publik seorang istri keluar rumah untuk

bekerja atau memiliki karir yang dapat membantu memenuhi kebutuhan

keluarganya.

Utami Munandar menjelaskan bahwa sejak abad ke-21 seorang

perempuan dituntut untuk memiliki sikap mandiri, di samping suatu

kebebasan untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang sesuai

dengan bakat yang telah dimilikinya. Profil perempuan Indonesia saat ini

dapat digambarkan sebagai manusia yang harus hidup dalam situasi yang

tidak nyaman karena terjebak pada dua pilihan. Perempuan indonesia

dituntut agar mampu berperan di semua sektor, tetapi disisi lain muncul

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

31

sebuah tuntutan agar perempuan tidak melupakan kodrat mereka sebagai

sebagaimana mestinya. Menurut Dowling yang dikutip oleh Ihromi (2004 :

30) Peran ganda disebutkan dengan konsep dualisme kultural, yakni

adanya konsep lingkungan domestik (domestik sphere) dan lingkungan

publik (public sphere). Kedua pengertian ini menggambarkan keterpisahan

peranan dan pembagian pekerjaan yang ketat antara laki-laki dan

perempuan dalam masyarakat yakni peranan kaum perempuan umumnya

terbatas pada lingkungan dosmestik saja (lingkungan khas bagi

perempuan) dan laki-laki umumnya dominan pada lingkungan publik

(lingkungan khas bagi kaum laki-laki).

Jika dilihat dari sistem kebutuhannya, menurut S.C Utami

Munandar (1985 : 37) pada hakekatnya setiap orang mempunyai

kebutuhan-kebutuhan pokok yang sama, apakah seorang pria atau seorang

wanita. Kita dapat membedakan kebutuhan-kebutuhan primer dan

kebutuhan sekunder. Menurut Utami yang termasuk dalam kebutuhan

primer ialah kebutuhan yang mutlak, perlu untuk hidup, kebutuhan

fisiologis, seperti kebutuhan akan zat asam, akan makan dan minum.

Sedangkan kebutuhan-kebutuhan sekunder ialah kebutuhan psikologis dan

kebutuhan sosial. Seperti kebutuhan akan kasih sayang, akan penghargaan.

Kebutuhan-kebutuhan ini secara hirarkhis dalam kedudukan yang lebih

tinggi, dalam arti bahwa kebutuhan-kebutuhan ini belum atau tidak akan

terpenuhi sebelum kebutuhan-kebutuhan yang hirarkis lebih rendah sudah

mendapat pemuasan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

32

Utami menjelaskan sebagai seorang perempuan (yang telah

menikah atau telah berkeluarga) perempuan tersebut mempunyai peran

dalam keluarga inti sebagai istri bagi seorang suami,ibu bagi anaknya, dan

memiliki tanggung jawab mengurus urusan rumah tangga. Ini pada umum

nya di rasa sebagai tugas utama dari seorang perempuan yang yang telah

terikat oleh perkawinan. Ketiga peran yang telah dijelaskan di atas,

seorang istri memberikan tenaga seutuhnya demi kesejahteraan

keluarganya. Pada kehidupan saat ini sebagai kehiduan yang modern pada

era pembangunan perempuan di tuntut dan memiliki motivasi untuk

mejalankan peran lebih dari itu, tidak lagi terbatas pada melayani suami,

mengurus anak, dan mengurus rumah tangga saja, namun banyak

perempuan yang merasa tidak puas dengan ketiga peran tersebut. Oleh

karena itu banyak sekali perempuan keluar rumah untuk mengembangkan

dirinya dan memanfaatkan kemampuan (skill) yang dimilikinya untu

meningkatkan kesejahteraan keleuarga (Utami munandar, 1985: 47).

3. Pergeseran Peran Gender Pada Perempuan Berperan Ganda

Perempuan yang menjalani peran ganda akan memunculkan

permasalahan dalam rumah tangganya karena ketidakmampuan seorang

istri untuk hadir setiap saat karena pekerjaan yang dijalani. Menurut Ibnu

Ahmad (1992 : 91) menjelaskan bahwa wanita karir (pekerja) memiliki

tiga ciri yaitu, wanita yang bertugas pada sektor publik atau pada bidang

pekerjaan laki-laki, seperti menjadi direktur, eksklusif dan lain-lain,

kemudian tugas-tugas wanita karir memiliki perhatian khusus sehingga

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

33

memerlukan waktu tersendiri pada pengerjaannya. Wanita karir (pekerja)

dipertegas dengan memiliki pekerjaan bukan di dalam rumah, melainkan

diluar rumah.

Akibat dari tuntutan tugas yang disebutkan di atas menyebabkan

wanita pekerja tidak mampu melakukan beberapa hal terkait dengan

urusan rumah tangga seperti, ia tidak bisa selalu ada bagi keluarganya

karena harus menyelesaikan tugasnya bekerja di sektor publik. Tidak bisa

menjadi ibu bagi anak-anaknya karena kesibukan yang dijalani. Tugas

seorang ibu seperti merawat anak, mendidik, dan mengawasi tidak bisa

dilakukan sepenuhnya karena tanggung jawab pada karir. Intensitas juga

menjadi berkurang karena rasa lelah setelah bekerja, sehingga dapat

dikatakan bahwa perempuan yang megembangkan karir berarti fungsi-

fungsi kerumahtanggaan yang harus dijalani menjadi vakum atau terhenti.

Fenomena peran ganda yang disatu atap bukan lagi merupakan hal

yang asing bagi masyarakat Indonesia. Ibnu Ahmad (1992 : 92)

menjelaskan bahwa keluarga dibentuk melalui perkawinan yang sah,

sehingga untuk menjaga keeksistensian perkawinan suami dan istri harus

mampu menjalankan fungsi-fungsi sesuai yang dengan perannya antara

suami dan istri. Terdapat lima fungsi yang harus dijalani sesuai dengan

keadaan (kodratnya) masing-masing, fungsi tersebut dijelaskan sebagai

berikut :

1. Fungsi pengembangan keturunan, berhubungan dengan kodrat

wanita untuk hamil dan melahirkan,

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

34

2. Fungsi ekonomi, seorang istri telah menjalanlkan fungsi

pengembangan keturunnan danmengurus rumah tangga,

sehingga fungsi ekonomi dilakukan oleh suami untuk manfkahi

keluarganya.

3. Fungsi pendidik anak, mendidik anak lebih dibebankan kepada

seorang ibu karena semenjak dalam kandungan ibu dan anak

sudah memiliki ikatan yang membatin, sehingga baik buruknya

kepribadian dan perkembangan anak tergantung pada ibu yang

menjalankan fungsinya tersebut

4. Fungsi kesejahteraan keluarga, fungsi ini berkaitan dengan

tugas rumah tangga dan pelayanan yang diberikan kepada

suami.

5. Fungsi hubungan masyarakat, fungsi ini berkaitan dengan

keluarga sebagai anggota masyarakat secara keseluruhan.

Ibnu Ahmad (1992 : 104) menjelaskan bahwa wanita bekerja akan

memiliki konflik keluarga didalamnya. Wanita yang berkarir atau

memiliki perkerjaan di sektor publik tidak bisa menjalankan fungsinya

secara utuh sebagai ibu rumah tangga. Seorang istri sebagi ibu rumah

tangga adalah hal yang mutlak yang harus dilakukan, sebab ketika suami

pulang bekerja dan diwaktu yang bersamaan sang istri juga pulang

bekerja, siapa yang akan melayani suami bahkan perasaan ingin dilayani

pun muncul dari seorang istri karena merasa kelelahan setelah bekerja

seharian. Jika permasalahan ini tidak bisa diselesaikan dengan baik maka

akan mengganggu keharmonisan rumah tangga. Peran seorang istri dan ibu

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

35

yang hilang diwaktu yang bersamaan akan memunculkan dampak negatif

terutama bagi suami. Ibnu menjelaskan bahwa hal ini dapat membuat

suami menyeleweng dengan wanita lain, karena istrinya sendiri tidak bisa

memberikan perhatian kepada suaminya akibat sibuk bekerja.

4. Wanita yang Bekerja ; Dampak Terhadap Keluarganya

Menurut William J. Goode (1983 : 153) perempuan yang bekerja

bukanlah hal yang baru, karena sejak dulu banyak perempua yang bekerja.

perempuan yang bekerja ini memasuki pasaran terhitung baru ketika

memasuki masyarakat industri modern, karena sejak itu lah perempuan

lebih mudah memperoleh pekerjaan dan promosi tanpa bantuan dari laki-

laki. Diantara negara-negara barat, kurang lebih 30-40 % tenaga kerja non

pertanian terdiri dari tenaga wanita, terutama di negara-negara: Jerman,

Denmark, Firlandia, Sweden, Swiss, Perancis, Inggris, dan A.S yang

menonjol, negara-negara Industri.

Goode Menjelaskan meskipun hampir di semua negara persentasi

ini tidak bertambah dalam jumlah besar selama setengah abad ini,

beberapa perubahan kualitatif memang nyata terjadi. Perempuan dapat

lebih bebas masuk atau keluar pasaran tenaga kerja, dan lebih diterima

secara ikhlas sebagai pekerja. Perempuan telah diberikan kedudukan yang

tinggi dalam segala jenis pekerjaan. Banyak kemungkinan, pada

permulaan abad ini, sedikit sekali perempuan yang bekerja kecuali karena

faktor kemiskinan yang mereka alami. Sekarang ini perempuan yang

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

36

bekerja memiliki tujuan untuk meningkatkan kehidupan perekonomian

keluarga atau karena mereka ingin bekerja (Goode, 1991 : 153)

Utami memberikan sebuah pertanyaan apa yang sebenarnya

mendorong seorang istri untuk bekerja sehingga harus meninggalkan

rumah tangga dan anggotanya untuk waktu tertentu?. Menurut S.C Utami

Munandar (1985 : 47-49), motivasinya perempuan keluar dari rumah untuk

bekerja adalah sebagai berikut :

- Meningkatkan penghasilan keluarga (faktor ekonomi)

- Kemandirian (agar tidak bergantung pada suami)

- Untuk menghindari rasa kebosanan atau mengisi waktu

luang

- Karena ketidakpuasan dalam pernikahan

- Mengembangkan atau memanfaatkan keahlian yang

dimiliki.

- Meningkatkan status sosial

- Untuk pengembangan diri.

Utami Munandar menjelaskan istri atau ibu untuk bekerja, dengan

sendirinya keputusan tersebut akan menimbulkan dampak terhadap

keluarganya, terhadap suaminya, anak-anaknya, maupun terhadap urusan

rumah tangganya. Dampak tersebut dapat bersifat negatif atau positif.

Seorang istri atau ibu yang bekerja ada kemungkinan memiliki dampak

negatif tertentu terhadap keluarganya, antara lain:

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

37

1) Ketika sorang istri atau ibu bekerja, ia tidak selalu ada disaat

keadaan yang sangat penting atau keadaan dimana sang ibu ini

dibutuhkan

2) Ketika seorang istri tidak berada dirumah karena sibuk bekerja

tidak semua kebutuhan keluarga dapat terpenuhi setiap saat,

misalnya: seorang ibu yang tidak sempat memasak di pagi hari,

sehingga anggota keluarga harus membeli makan di luar.

3) Seorang istri yang bekerja banya menghabiskan waktu di luar

rumah sehingga waktu untuk berkumpul bersama keluarga

semakin berkurang

Seorang istri yang bekerja juga memiliki banyak sekali dampak

positif, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Seorang istri yang bekerja menimbulkan hal-hal yang postitif

pada dirinya, hal ini didukung oleh interaksi dan komunikasi

yang antar sesama pekerja sehingga dapat mengurangi tingkat

kejenuhan ketika mereka berda dirumah

2) Seorang istri lebih merasakan kepuasan hidup, yang juga

membuatnya lebih mempunyai pandangan positif terhadap

masyarakat.

3) Ibu yang bekerja memiliki pola didik yang berbeda,

ketidakhadiran ibu setiap saat bagi anak-anaknya membuat

pola asuh ibu tidak menggunakan teknik otoriter atau displin

yang keras.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

38

4) Seorang istri yang memiliki sikap positif pada pekerjaannya

dan mencintai pekerjaannya akan memberikan penyesuaian

pribadi dirinya dan sosial yang lebi baik

Menurut Utami (1985 : 50) dampak positif dan negatif dari seorang

istri yang bekerja tergantung dari sikap suaminya menyikapi hal tersebut.

Pada saat ini banyak suami yang yang dapat bersikap modern, suami yang

bersikap modern diartikan sebagai suami yang menganggap segala urusan

rumah tangga dan anak adalah tanggung jawab bersama antara suami dan

istri, sehingga pembagian tugas dapat dilakukan dengan baik karena suami

tidak keberatan untuk membantu sang istri dalam mengurus urusan rumah

tangganya. Hal ini menimbulkan dapat yang baik karena dapat mengurangi

beban ganda yang dirasakan seorang istri. Utami menjelaskan bahwa pada

suami yang bersikap modern diharapkan dapat menghargai pekerjaan satu

sama lain antara suami dan istri dan tidak memandang seorang istri yang

bekerja sebagi saingannya, dan justru sebaiknya dapat mendukung istri

dan membantu terkait kebutuhan istri ketika bekerja di sektor domestik

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Tindakan Sosial (Max Weber)

Bagi Weber dunia ini seperti apa yang kita lihat saat ini, dunia ada

karena adanya tindakan sosial dari manusia dalam keseharian. Weber

menjelaskan bahwa seseorang melakukan suatu tindakan karena seseorang

itu memutuskan melakukan tindakan tersebut, tujuannya adalah untuk

mencapai sesuatu yang mereka inginkan. Proses tindakan tersebut

berlanjut pada sasaran yang dipilih seseorang, kemudian

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

39

mempertimbangkankan atau memperhitungkan keadaan, setelah

menemukan cara yeng tepat kemudian memilih tindakan yang akan

dilakukan. Pip Jones menjelaskan bahwa struktur sosial adalah hasil atau

produk dari tindakan itu. Cara hidup seseorang dianggap sebagai produk

pilihan yang di motivasi. Keadaan sosial yang tercipta di dalam

masyarakat menimbulkan hambatan sebagai kekuatan struktural, tetapi

bagaimanapun tindakan sejatinya tetap mental yang di pilih dalam konteks

presepsi pelaku dari hambatan struktural itu. Penjelasan di atas

menunjukan bahwa realitas sosial dapat dipahami hasil dari tindakan

tersebut, yang menjelaskan mengapa manusia menentukan pilihannya

(Jones, 2010 : 114)

Ritzer and Goodman (2016 : 137) menjelaskan bahwa teori

tindakan sosial yang digagas oleh Weber bertujuan untuk terfokus pada

perhatian kepada individu, dengan melihat pola dan keteraturan tindakan,

dan bukan terfokus pada kolektivitas atau sejumlah besar dari masyarakat.

Weber menjelaskan bahwa untuk beberapa tujuan dari tindakan tersebut

harus memperlakukan kolektivitas sebagai individu, “namun untuk

menafsirkan tindakan subyektif dalam karya sosiologi, kolektivitas-

kolektivitas ini harus di perlakukan semata-mata sebagai resultan dan

mode organisasi dari tindakan invidu tertentu, karena semua itu dapat

dilakukan sebagai agen dalam tindakan yang dapat dipahami secara

subjektif” (1921/1968:13). Pada akhirnya Weber tidak bisa menolak

karena sosiologi yang mengkaji tindakan lebih membahas tentang tindakan

individu tersebut, bukan lagi berbicara secara kolektivitas

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

40

Pada penerapannya Weber mengklasifikasikan tindakan atau

prilaku sosial menjadi empat tipe, empat tipe tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut :

Pertama, tindakan rasionalitas instrumental (sarana-tujuan), tindakan

ini membahas tentang kesesuain antara cara dan tujuan dari seorang

individu. Individu melakukan tindakan berdasarkan atas pertimbangan

yang telah dilakukannya secara sadar ketersediaan alat untuk mecapai

tujuan tersebut. Misalnya, seorang mahasiswa selalu ketinggalan

informasi-informasi penting dari kampus karena handphone nya tidak

memiliki aplikasi Line, akhirnya mahasiswa tersebut membeli

hanphone baru yang lebih canggih agar ia dapat mengetahui informasi

yang disebar melalui aplikasi Line.

Kedua, rasionalitas nilai atau tindakan yang di tentukan oleh

keyakinan penuh kesadaran akan nilai, prilaku-prilaku etis, estetis,

religius, atau bentuk prilaku lain, yang terlepas dari prospek

keberhasilannya. Tindakan ini terjadi melalui pertimbangan terlebih

dahulu, yang lebih mendahulukan nilai-nilai, baik nilai sosial dan nilai

agama yang ia miliki.

Ketiga, tindakan afektual (yang hanya sedikit diperhatikan Weber)

tindakan yang di tentukan oleh keadaan aktor. Biasa tindakan ini

terjadi secara spontan sebagai sebuah tindakan yang bersiaft emosional

dari seorang individu.

Keempat, tindakan tradisional yaitu tindakan yang dilakukan seorang

individu tanpa memperhitingkan rasional, tindakan ini sebagai hal

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

41

yang biasa dilakukan sejak turun temurun. Misalnya, pada prilaku

masyarakat indonesia menjelang hari besar seperti idul fitri, yang

dimana masyarakat memilih untuk pulang kekampung halaman

sebagai tradisi yang biasa dilakukan

Max Weber menjelaskan dalam Irawan (2012 : 79) seorang

individu pada masyarakat merupakan aktor yang kreatif dan dinamis,

sehingga realitas sosial bukan merupakan sebuah alat yang tidak bergerak

(statis) dari paksaan fakta sosial. Hal ini dapat diartikan bahwa tindakan

yang lakukan manusia tidak seluruhnya di tentukan oleh kebiasaan, nilai,

norma dan sebagainya yang ada pada konsep fakta sosial. Weber juga

mengakui bahwadi dalam sebuah masyarakat terdapat struktur dan pranata

sosial atau sistem norma yang dapat mengatur tindakan individu dalam

masyarakat, sehingga pranata sosial dan struktur sosial merupakan konsep

yang barkaitan satu sama lainnya dalam membentuk tindakan sosial yang

dilakukan oleh seorang individu

2.2.2 Teori Ketimpangan Gender (Feminisme Liberal)

Feminisme liberal menurut Fakih (2013 : 81) merupakan aliran

yang muncul sebagai kritik yang ditujukan pada teori politik liberal. Teori

politik liberal pada hakikatnya menjunjung tinggi nilai suatu

otonomi,menjunjung persamaan dan nilai moral, mejunjung kebebasan

individu, namun pada saat yang sama teori ini malah mendiskriminasi

kaum perempuan. hal ini dikarenakan teori tersebut mendefinisikan

permasalahan kaum perempuan dengan tidak sistem dan struktur sebagai

pokok persoalan.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

42

Ritzer and Goodman (2016 : 498) menjelaskan terkait ada empat

ciri ketimpingan gender yang permasalahkan oleh kaum feminis yaitu

sebagai berikut:

Pertama, laki-laki dan perempuan di pandang masyarakat memiliki

kedudukan dan kesmpatan yang berbeda, banyak sekali ketimpangan yang

terjadi di tengah-tengah masyarakat.hal ini dapat dijelaskan pada sumber

daya materi yang diperoleh perempuan jauh lebi sedikit dibandingkan laki-

laki, pembedaan status sosial, kesempatan dan aktualisasi diri laki-laki dan

perempuan dibedakan bedasarkan kelas, ras, etnisitas, pekerjaan,

pendidikan agama, nasionalitas dan lain sebagainya.

Kedua, ketimpangan yang terjadi dalam organisasi masyarakat.

Ketiga, adanya anggapan bahwa perempuan makhluk yang lemah

dan tidak berdaya dibandingkan dengan laki-laki dalam mewujudlam

kebutuhannya.

Keempat, pada teori ketimpangan menganggap bahwa laki-laki

dan perempuan secara alamiah bersifat egaliter atau memiliki hak-hak

yang sama terhadap struktur dan situasi sosial

Ritzer dan Goodeman juga menjelaskan baahwa feminisme liberal

berpendapat bahwa perempuan harus memiliki kesadaran untuk

mengklaim kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sebagai mana

hakikat sebagai seorang manusia yang dilahirkan memiliki kesempatan

dan hak yang sama. Feminisme liberal menganggap bahwa ketimpangan

yang terjadi selama ini akibat dari kebudayaan patriarkhi yang tertanam

pada masyarakat tradisional, sehingga berdampak pada pembagian kerja

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

43

dalam keluarga, sistem pemerintahan, pendidikan, lapangan pekerjaan dan

media massa (Ritzer and Goodman, 2016 : 498)

Feminisme liberal bersandar pada keyakinan bahwa, (1) seluruh

umat manusia memiliki ciri tertentu, (2) perempuan dan laki-laki memiliki

kemampuan masing-masing yang mendapatkan pengakuan secara legal

dan memiliki hak-hak universal (3) permasalahan ketimpangan yang

terjadi selama ini terkait dengan unsur biolois atau jenis kelamin antar

laki-laki dan perempuan, hal ini merupakan sebuah kontruksi soail yang

tidak berdasarkan pada hukum alam, dan (4) perubahan sosial untuk

menjunjung tentang kesetaraan kaum laki-laki dan perempuan dapat

didapatkan dari gerakan dan seruan terorganisasi bagi publik dan

penggunaan kekuasaan negara dengan menggunakan pemikiran dan

akalnya.

Penjelasan feminisme liberal kontemporer tentang ketimpangan

gender beralih pada hubungan empat faktor yaitu, konstruksi sosil gender,

pembagian kerja berdasarkan kelamin, doktrin dan praktik ruang publik

dan ruang domestik, dan ideologi patriarkal. Pembagian kerja berdasarkan

jenis kelamin di masyarakat modern membagi produksi menurut gender

dan ruang yang di maknai sebagai “publik” dan “privat atau domestik”;

perempuan di beri tanggung jawab utama di ruang domestik, sementara itu

laki-laki diberi ruang dan akses yang istrimewa pada ruang publik (yang di

pandang feminis liberal sebagai sebagai lukus imbalan sebenarnya dari

kehidupan sosial, uang, kekuasaan, status, kebebasan, kesempatan untuk

tumbuh dan memperoleh harga diri).

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

44

Mereka berusaha melakukan perubahan melalui hukum, legislasi,

litigasi dan regulasi dan dengan mendorong kapasitas manusia untuk

melakukan penilaian moral dengan akalnya, yaitu kapasitas publik untuk

digerakan oleh argumen demi tercapainya keadilan. Mereka menyerukan

kesempatan pendidikan dan ekonomi; kesetaraan tanggung jawab bagi

aktivitas kehidupan keluarga; penghapusan peran-peran seksis dalam

keluarga; pendidikan dan media massa; dan penentangan individu terhadap

seksisme dalam kehidupan sehari-hari. Feminisme liberan menunjukan

kreativitas luarbiasa dalam mendefinisikan kembali strategi yang akan

melahirkan kesetaraan (Ritzer and Goodman, 2016 : 502)

Kemudiann dijelaskan oleh Mansour Fikih, (2013 : 81) feminisme

liberal memiliki asumsi dan pandangan terhadap kebebasan dan

kesetaraan yang berakar pada pemikiran rasionalitas dan adanya pemisah

antara dunia privat atau sektor domestik dan sektor publik. Feminisme

liberal memiliki kerangka kerja yang memperjuangkan tentang persoalan

yang ada di masyarakat terkait dengan „kesempatan yang sama dan hak

yang sama‟ bagi setiap individu, sehingga tidak membedakan kesempatan

dan hak antara kaum laki-laki dan perempuan. Kesetaraan ini sangat

penting bagi perempuan dikarenakan perempuan dan laki-laki adalah

manusia, sehingga feminisme liberal berasusmi perempuan merupakan

makhluk rasional juga sama seperti laki-laki.

Fakih menjelaskan persoalan yang dihadapi perempuan selama ini

sebagai masalah (anomaly) bagi partisipasi perempuan di ranah politik,

kesempatan perempuan di ruang ekonomi, dan partisipasi perempuan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian ...eprints.umm.ac.id/40340/3/BAB II.pdf · Pasar Kemiri Muka Depok Jawa Barat. Disusun oleh Erin Elifa Dini di tahun 2014 (Skripsi)

45

dalam pembangunan. Feminisme liberal menganggap bahawa

keterbelakangan yang terjadi pada kaum perempuan, selain karena

diakibatkan oleh pemikiran tradisional yang masih memengang teguh

nilai-nilai di masa lampau, juga karena kurangnya kesempatan bagi

perempuan untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Oleh karena

itu pemberian kesempatan pada perempuan untuk berpartisipasi pada

sektor publik dalam industrialisasi dan program pembangunan dianggap

sebagai suatu kesempatan yang besar untuk pengembangan kemampuan

perempuan, sehingga menciptakan dampak postif dan mengurangi tingkat

ketidaksamaan pada laki-laki dan perempuan (Fakih, 2013 : 83).