BAB II OMH oke
-
Upload
rian-purnama-rasyid -
Category
Documents
-
view
144 -
download
13
Transcript of BAB II OMH oke
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Ongkos Material handling
Merancang tata letak pabrik, maka aktivitas pemindahan bahan (material
handling) merupakan salah satu faktor yang cukup penting untuk diperhatikan dan
diperhitungkan. Aktivitas pemindahan tersebut dapat ditentukan dengan terlebih
dahulu memperhatikan aliran bahan yang terjadi dalam suatu operasi. Selanjutnya
hal yang harus diperhatikan adalah tipe layout yang akan digunakan (Apple,
1990). Ongkos material handling adalah ongkos yang dikeluarkan untuk
melakukan pemindahan material dari satu departemen menuju departemen yang
lain untuk dilakukannya proses produksi selanjutnya. Menurut kelompok dua,
pengertian ongkos material handling adalah beban biaya yang harus dikeluarkan
ketika memindahkan barang atau komponen dari satu tempat ke tempat yang lain.
Istilah material handling sebenarnnya kurang tepat jika diterjemahkan
sekedar memindahkan bahan berdasarkan perumusan yang dibuat oleh American
Material handling Society (AMHS), pengertian material handling adalah suatu
seni dan ilmu pengetahuan mengenai pemindahan, pengepakan dan penyimpanan,
pengepakkan dan penyimpanan semua jenis atau bentuk material atau bahan yang
terjadi di dalam pabrik termasuk pemindahan bahan baku dari sumbernya ke
pabrik serta pemindahan barang jadi sampai ke tangan konsumen (Mercubuana,
2012). Menurut kelompok dua, pengertian material handling adalah merupakan
seni atau ilmu tentang pemindahan, penyimpanan, pengamanan, dan pengontrolan
material.
Tujuan utama dari perencanaan material handling adalah untuk
mengurangi biaya produksi. Material handling sangat berpengaruh terhadap
operasi dan perancangan fasilitas yang diimplementasikan. Beberapa tujuan dari
sistem material handling antara lain (Meyers, F.E. 2005):
1. Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan
dan memberikan perlindungan terhadap material.
2. Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja.
3. Meningkatkan produktivitas.
4. Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas.
5. Mengurangi bobot mati.
6. Sebagai pengawasan persediaan
Ada beberapa istilah umum yang dijumpai dalam pembahasan material
handling. Berikut ini ada beberapa istilah yang umum di jumpai dalam
pembahasan mengenai material handling seperti halnya (Mercubuana, 2012):
a. Transport adalah pemindahan bahan dalam satuan berat (unit load) atau
containers melalui suatu lintasan yang jaraknya lebih dari 5 feet atau
sekitar 1,5 meter.
b. Transfer adalah pemindahan bahan melalui lintasan yang jaraknya kurang
dari 5 feet atau sekitar 1,5 meter.
c. Bulk Material adalah bahan atau material yang dalam pemindahanya tidak
memerllukan bag, barel, bottle, can, drum, dan lain-lain.
d. Packaged Material yaitu bahan atau material yang dalam pemindahannya
akan memerlukan wadah atau tempat untuk membawanya dengan mudah
seperti bag, box, drum, bottle, dan lain-lain.
e. Unit Load menunjukan sejumlah packaged unit tertentu yang bias dimuat
dalam skid box, pallets, dan lain-lain.
f. Rehandle adalah akitvitas penurunan muatan yang ada dalam pallets, skid
box, dan lain-lain.
Tujuan Ongkos Material handling adalah menjaga atau mengembangkan
kualitas produk, mengurangi kerusakan dan memberikan perlindungan terhadap
material. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi (Mercubuana, 2012):
1. Menghemat penggunaan luas lantai.
2. Mengurangi beban manusia dan kecelakaan.
3 Meningkatkan semangat kerja.
4 Mengurangi biaya handling atau penanganan.
5 Mengurangi biaya over head.
6. Mengurangi biaya produksi.
2.2 Prinsip-Prinsip Material handling
Biaya material handling ini dapat dikurangi atau diperkecil dengan
memperhatikan prinsip-prinsip material handling. Berikut ini adalah prinsip-
prinsip material handling (Mercubuana, 2012):
1. Right Material : Material yang disediakan sesuai dengan yang dipesan
oleh bagian produksi, akan lebih akurat jika menggunakan peralatan
otomatis.
2. Right Mount : Jumlah yang disediakan oleh bagian material handling
sesuai jumlah kebutuhan.
3. Right Condition : Sesuai dengan keinginan konsumen (misal tidak rusak,
kondisi barang dipak atau tidak dipak, diurut penyusunannya, dlan lain-
lain).
4. Right Place : Menempatkan material langsung dilokasi akhir siap untuk
digunakan, tidak di tengah-tengah perjalanan (misal di gang).
5. Right Sequence : Urutan penanganan material yang efisien misalnya
dengan penyederhanaan kerja, efisiensi manufakturing.
6. Right Cost : Mendesain bentuk yang efisien sehingga biaya menjadi
efisien ‘Not the lowest cost’.
7. Right time : On time delivery, jika proses material handling di dalam
pabrik dilakukan dengan peralatan otomatis syarat ini akan lebih mudah
dicapai.
Ada beberapa aktivitas dalam pemindahan bahan. Beberapa aktivitas
tersebut yang perlu diperhitungkan adalah sebagai berikut (Meyers, F.E. 2005):
1. Pemindahan bahan dari gudang bahan baku (receiving) menuju
departemen fabrikasi maupun departemen assembling.
2. Pemindahan bahan yang terjadi dari satu departemen menuju departemen
yang lainnya.
3. Pemindahan bahan dari departemen assembling menuju gudang bahan jadi
(shipping)
Pemilihan jenis alat angkut didasari terhadap besar beban material yang
harus dipindahkan, dimana jenis alat angkut yang dipergunakan bergantung pada
spesifikasi alat angkut dalam melakukan operasinya. Beberapa alat-alat angkut
yang biasa dipergunakan adalah (Meyers, F.E. 2005):
1. Alat angkut dengan menggunakan Tenaga Manusia < 20 Kg.
2. Alat angkut dengan menggunakan Walky Fallet (20 – 50 Kg).
3. Alat angkut dengan menggunakan Lift Truck (diatas 50 Kg).
Menentukan ongkos alat angkut berdasarkan jarak tempuh (meter gerakan)
atau jarak pengangkutan. Pemilihan peralatan pemindahan bahan juga dapat
diklarifikasikan pada gerakan dasar perpindahan yang akan dilakukan oleh
peralatan tersebut. Gerakan perpindahan ini dapat di bedakan atas (Mercubuana,
2012:
1. Lintasan tetap atau fleksibel.
2. Gerakan perpindahan yang terputus-putus atau continue.
3. Jarak lintasan perpindahan jauh dekat.
4. Perpindahan bahan diselenggarakan didalam atau diluar pabrik.
5. Gerakan perpindahan kearah vertical, Horizontal, membentuk sudut
ataukah merupakan kurva. Mengenai peralatan untuk perpindahan bahan
ada empat tipe dasar yang umum diketahui:
a. Peralatan Pemindahan Bahan untuk Area Terbatas.
Suatu “overhead device” yang umumnya digunakan untuk
menggerakan atau memindahkan bermacam-macam beban secara
berganti-ganti, tidak continue, diantara beberapa lokasi dalam suatu
area. Fungsi utama dari peralatan ini adalah untuk memindahkan
benda kerja dan biasanya lokasinnya tetap serta ditunjang/ bergerak
melintas rel dalam area kerja yang terbatas. Termasuk dalam
kelompok peralatan ini adalah bridge, & jib cranes, cable dan boom
system, gantry cranes, dan lain-lain peralatan pemindahan bahan yang
secara fleksibel dapat beroprasi dalam area kerja yang terbatas.
b. Peralatan Pemindahan Bahan Material yang Bergerak Bebas
Suatu “hand” atau powered vehicles (non highway) yang
dipergunakan untuk memindahkan beban baik yang uniform ataupun
tidak secara berganti-gantian dan tidak kontinyu melalui berbagai
lintasan. Fungsi utama peralatan ini ialah maneuvering atau
transporting benda kerja dan bergerak sepanjang lintasan. Termasuk
dalam kelompok peralatan ini ialah fork-lift truck, skid truck, tractors
dan trailers, pedestrian power trucks, dan lain-lain industrial vehicles
yang dirancang untuk pemakaian didalam maupun diluar pabrik
(Mercubuana, 2012).
2.3 Hubungan Antara Penanganan Material dan Tata Letak Pabrik
Sistem manufaktur merupakan dua aktivitas yang sering berpengaruh satu
sama lain adalah penanganan material dan tata letak pabrik. Hubungan dua
aktivitas tersebut menyangkut data yang diperlukan untuk rancangan tiap
aktivitas, tujuan umum, pengaruh ruangan dan pola aliran. Secara khusus masalah
tata letak pabrik membutuhkan informasi mengenai biaya operasi peralatan agar
penempatan departemen dapat menimbulkan total biaya penanganan material
yang minimum. Perancangan sistem penanganan material, harus diketahui
panjang perpindahan material, waktu perpindahan, sumber dan tujuan
perpindahan (Sritomo, 2003).
Tata letak pabrik dan penanganan material mempunyai tujuan umum yaitu
meminimumkan biaya. Biaya penanganan material dapat diminimumkan dengan
menyusun lebih dekat departemen-departemen yang berhubungan, agar
perpindahan material terjadi dengan jarak yang pendek. Minimasi biaya
merupakan salah satu tujuan utama dari sistem penanganan material. Ada
beberapa cara untuk mencapai tujuan tersebut, antara lain (Sritomo, 2003):
1. Mengurangi waktu menganggur peralatan.
2. Pemakaian maksimum peralatan untuk mendapatkan satuan muatan yang
tinggi.
3. Meminimumkan perpindahan material.
4. Mengatur departemen-departemen sedekat mungkin agar jarak
perpindahan material lebih pendek.
5. Mencegah perbaikan yang besar dengan melakukan perencanaan aktivitas
perawatan yang lebih baik.
6. Harus menggunakan peralatan yang tepat untuk mengurangi kerusakan
material.
7. Sedapat mungkin menggunakan prinsip gravitasi.
8. Menghindari pekerjaan yang tidak aman bagi tenaga kerja seperti
mengangkat beban yang terlalu berat.
9. Mengurangi keanekaragaman jenis peralatan untuk mengurangi kebutuhan
investasi.
10. Mengganti peralatan yang sudah usang dengan peralatan yang baru agar
lebih efisien.
11. Penentuan ongkos material handling dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan tata letak fasilitas.
Ditinjau dari segi biaya, tata letak yang baik adalah tata letak yang
mempunyai total ongkos material handling kecil, meskipun dalam hal ini
biaya bukan satu-satunya indikator untuk menyatakan bahwa tata letak itu
baik dan masih banyak faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan.
Secara umum biaya yang termasuk dalam perancangan dan operasi sistem
penanganan material adalah sebagai berikut:
12. Biaya investasi, yang termasuk dalam biaya ini adalah harga pembelian
peralatan, harga komponen alat bantu dan biaya instalasi.
13. Biaya operasi yang terdiri dari:
a. Biaya perawatan
b. Biaya bahan bakar
c. Biaya tenaga kerja yang terdiri dari upah dan jaminan kecelakaan.
14. Biaya pembelian muatan, yang digolongkan dalam pembelian alat-alat
material.
15. Biaya yang menyangkut masalah pengepakan dan kerusakan material.
Mengurangi biaya-biaya material handling, maka berikut ini diberikan
beberapa hal yang sekiranya akan mempengaruhi biaya material handling, dan
untuk itu harus dicegah/dikoreksi sesegera mungkin. Hal-hal tersebut di antaranya
yaitu (Mercubuana, 2012):
a. Idle machine time
Machine down time berarti penurunan produktivitas kerja dan tentu saja
berarti yang terbuang. Bila mesin bekerja pelan atau berhenti sama sekali
karena aliran material tidak lancar atau suplai material terlambat, maka
hal ini bisa dikatakan sebagai ketidak efisienan pemakaian fasilitas
handling.
b. Production bottlenecks
Suatu interupsi terhadap aliran produksi akibat keterlambatan material
akan menghentikan seluruh proses produksi (khususnya untuk continuous
industry).
c. Rehandling material
Setiap kali item harus ditangani, digerakkan atau dipindahkan maka hal ini
berarti akan membutuhkan biaya. Teknik material handling seharusnya
direncanakan dengan sebaik-baiknya sehingga akan bisa mengurangi
frekuensi pemindahan material.
d. Large inventories
Inventori pada dasarnya membutuhkan modal dan memerlukan fasilitas
pergudangan yang sesuai, biasanya semakin efisien perencanaan sistem
material handling maka akan semakin efisien pula kebutuhan inventorinya
e. Poor space utilization
Kebutuhan ruangan akan dipresentasikan dengan uang yang disediakan.
Perencanaan material handling yang efektif akan dapat mengoptimalkan
pemanfaatan ruang yang tersedia.
f. Excesive maintenance
Biaya maintenance untuk peralatan material handling akan berarti dua
kehilangan yang kita peroleh, waktu dan material yang dipakai untuk
perawatan (corrective dan material) ditambah dengan waktu yang hilang
dari penggunaan peralatan itu sendiri. Aplikasi yang kurang tepat dan
peralatan material handling akan menyebabkan hal-hal seperti yang
diuraikan tersebut.
g. In-efficient use of labor
Pekerja atau operator bagian produksi dibayar untuk bekerja menghasilkan
produk yang dikehendaki. Setiap saat waktu yang mereka miliki ternyata
dipakai untuk kegiatan material handling, maka akan terjadi kehilangan
kesempatan untuk melakukan hal-hal yang produktif.
h. Damage material
Kerusakan material akibat handling seringkali menimbulkan biaya yang
besar. Untuk itu pemilihan metode dan peralatan material handling yang
tepat akan dapat mencegah kerusakan-kerusakan karena handling ini.
i. Demurrace
Bila fasilitas material handling dibiarkan saja menganggur untuk beberapa
lama, maka ekstra biaya akan keluar sia-sia akibat hal tersebut.
Pengguanaan peralatan material handling secara efisien akan membantu
mengatasi permasalahan ini.
j. In-efficient use of equipment
Industri material handling equipment pada dasarnya membutuhkan biaya,
baik untuk investasinya maupun aplikasinya (operasional). Material
handling equipment seharusnya dipilih menurut efektivitas fungsional dan
tingkat efisiensi yang tinggi.
Menurut kelompok dua, hubungan antara penanganan material dan tata
letak pabrik adalah secara khusus tata letak pabrik membutuhkan informasi
mengenai biaya operasi peralatan, sehingga perlu diketahui panjang, waktu,
sumber serta tujuan perpindahan material. Tata letak pabrik dan material handling
mempunyai tujuan umum yaitu meminimumkan biaya. Penanganan material
dalam jumlah yang tepat dari material yang sesuai, dalam kondisi yang baik, pada
tempat yang cocok, pada waktu yang tepat, pada posisi yang benar, dalam urutan
yang sesuai, dengan biaya yang murah dan menggunakan metode yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Wignjosoebroto, Sritomo. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi
Ketiga. Surabaya : Prima Printing.Cetakan ke 3 tahun 2003
Apple, James M. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga.
Bandung: ITB.1990
Meyers, Fred S (2005). Manufacturing Fasilities Design and Material
Handling,3rd Edition, USA: Prentice Hall.
kk.mercubuana.ac.id/files/16002-9-172852753103.doc
kk.mercubuana.ac.id/files/16015-10-343345617538.doc