Bab II Nutrisi

28
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yaitu suatu kelainan pada kartilago (tulang rawan sendi) yang ditandai de ngan perubahan klinis, histologis dan radiologist. Penyakit ini bersifat asi metris tidak meradang dan tidak ada komponen sistemik. Osteoarthritis juga merupakan gangguan kartilago articularis yang secara simultan ditemukan perubahan cartilage hyalin, tulang subchondral dan tulang daisekitar sendi (Hudaya, 1996). Penyakit ini tergolong penyakit sendi degeneratif sangat sering dijumpai dan telah diketahui sejak ±5000 tahun yang lalu. Seh ingga banyak istilah yang diberikan pada penyakit ini. Mula-mula penyakit ini disebut osteoarthritis karena semula suatu radang teryata setelah diteliti secara p rimer tidak didapati adanya tanda- tanda radang baik akut atau kronis, karena itu kemu dian diusulkan nama Osteoarthrosis (Hudaya, 1996). Osteoarthritis (OA) paling sering menyerang mereka yang sudah lanjut usia, terutama diatas 40 tahun. Sekitar 50% penderita OA mengalami perubahan 1

description

bab II Nutrisi

Transcript of Bab II Nutrisi

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yaitu suatu kelainan

pada  kartilago  (tulang  rawan  sendi)  yang  ditandai  dengan perubahan  klinis,

histologis  dan  radiologist.  Penyakit  ini  bersifat  asimetris  tidak  meradang  dan

tidak  ada komponen  sistemik. Osteoarthritis  juga merupakan gangguan kartilago

articularis  yang  secara  simultan  ditemukan  perubahan  cartilage  hyalin,  tulang

subchondral dan tulang daisekitar sendi (Hudaya, 1996).

Penyakit  ini  tergolong penyakit  sendi degeneratif  sangat  sering  dijumpai

dan  telah  diketahui  sejak  ±5000  tahun  yang  lalu. Sehingga  banyak  istilah  yang

diberikan pada penyakit ini. Mula-mula penyakit ini disebut osteoarthritis karena

semula  suatu  radang  teryata setelah  diteliti  secara  primer  tidak  didapati  adanya

tanda-tanda  radang  baik  akut  atau  kronis,  karena  itu  kemudian  diusulkan  nama

Osteoarthrosis (Hudaya, 1996). 

Osteoarthritis  (OA)  paling  sering menyerang mereka  yang  sudah  lanjut

usia,  terutama diatas 40  tahun. Sekitar 50% penderita OA mengalami perubahan

radiologist namun hanya separuhnya yang terdapat gejala-gejala (Moll,

1992).  Osteoarthritis menyerang pria dan wanita,  tapi  lebih banyak wanita yang

menderita  penyakit  ini  dalam  stadium  sedang  sampai  berat. Di Amerika  angka

kejadian OA 15% terjadi pada wanita dewasa dan 11% terjadi pada pria dewasa, paling

banyak terjadi pada usia 55 tahun. Di Inggris angka kejadian kurang lebih 50% pada

usaia diatas 60 tahun. Sedangkan pada wanita Indonesia yang berumur dibawah

40  tahun hanya 2% menderita OA, 30% pada wanita usia 40-60  tahun dan 60% para

wanita usia lebih dari 61 tahun (Kalim,1995). 

 Sendi  yang  paling  sering  mengalami  gangguan adalah  sendi  yang

menanggung berat badan seperti  lutut 70%, panggul 25% pergelangan kaki 20%

vertebra  30%,  cervical  20%,  bahu 15%,  serta  sendi-sendi  pergelamgan  tangan

tetapi sangat jarang ditemui (Moll, 1992). 

1

Mengingat pentingnya fungsi dari sendi lutut, maka penanganan OA pada lutut

harus diusahakan seoptimal mungkin, dengan lebih dulu memahami keluhan-

keluhan  yang  ditimbulkan  OA  pada  lutut  tersebut.  OA  pada  lutut  dapat

menimbulkan gangguan kapasitas fisik yang berupa : (1) Adanya nyeri pada lutut baik

nyeri diam, tekan, ataupun gerak, (2) Adanya keterbatasn lingkup gerak sendi karena

nyeri, (3) Adanya spasme, penurunan kekuatan otot dan odema. Sedangkan

gangguan  fungsionalnya  berupa:  (1) Adanya  gangguan  aktifitas  jongkok  berdiri

terutama saat  toileting,  (2)  Kesulitan  untuk  naik  turun  tangga  terutama  saat

menekuk  dan  menapak,  (3)  Berjalan  jauh  serta  mengalami gangguan  untuk   aktifit

as sholat terutama untuk duduk antara dua sujud, serta berdiri lama (Depkes RI, 2000).

Selain  alat  terapi  dengan  SWD  fisioterapi  juga  menggunakan  Terapi

Latihan  (TL).  Pada  kondisi Osteoarthritis  knee  apabila dilakukan  secara  teratur

dapat  mengurangi  nyeri  pada  sendi  lutut,  mengurangi  spasme,  mencegah

kontraktur, meningkatkan kekuatan otot dan LGS serta odema (Sujatno,1993).

Menurut  Melzak  dan  Wall  pengurangan  nyeri  spasme  dan  keterbatasan

lingkup  gerak  sendi (LGS)  lutut  dengan  latihan  yang  teratur  dengan  dosis  yang

sesuai.  Teknik  gerakan  dan  fiksasi  yang  benar  dapat menyeimbangkan aktifitas

antara otot  fleksor dan ekstensor  lutut. Pemberian  terapi  latihan secara aktif akan

berpengaruh  terhadap  otot,  sendi  dan  tulang. Sehingga  terjadi  pumping  action

pada  sendi  lutut.  Dengan  adanya  pumping  action  akan  meningkatkan  sirkulasi

darah, curah  jantung meningkat dan metabolisme meningkat. Dalam hal  ini akan

memberikan  efek  sedative  (penanganan, dimana dalam proses mengurangi nyeri

terjadi  pembuangan  zat-zat  “P”  yaitu  zat  yang  menyebabkan  nyeri)  sehimgga

nyeri  akan  berkurang.  Spasme  akan  berkurang,  lingkup gerak  sendi meningkat

dan  mencegah  terjadinya  kontraktur  dengan  demikian  akan  mengembalikan

aktifitas penderita seperti semula (Nelson, 1991)

b. Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui manfaat program

fisioterapi yang diberikan yaitu terapi latihan pada penederita osteoarthritis lutut.

2

c. Manfaat

1. Bagi penulis : Dapat lebih dalam mengenal OA lutut sehingga dapat menjadi bekal

untuk penulis setelah lulus.

2. Bagi masyarakat  :

Dapat  memberikan  informasi  yang  benar  kepada  pasien,  keluarga,

masyarakat  sehingga  dapat  lebuh  mengenal  dan mengetahui  gambaran

Osteoarthritis lutut.

3. Bagi pendidik  : Memberikan  informasi  ilmiah  bagi  penelitian  mengenai  OA

lutut bagi peneliti selanjutnya.

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Osteoarthritis

Osteoarthritis didefinisikan sebagai penyakit non inflamasi, yaitu penyakit

degenerasi sendi yang dikarakteristikan pada kelainan kartilago dan hipertropi tulang

yang menyebabkan nyeri dan kekakuan (Sandmeier, 2000).

Klasifikasi osteoarthritis dibagi menjadi dua, yaitu :

1). Osteoarthritis Primer

Osteoarthritis Primer dialami setelah usia 45 tahun, sebagai akibat dari penuaan alami,

tidak diketahui penyebab pastinya, menyerang secara perlahan tapi progresif, dan dapat

mengenai lebih dari satu persendian. Biasanya menyerang sendi yang menanggung

berat badan seperti lutut dan panggul, biasa juga menyerang punggung, leher, dan jari-

jari (Jofania, 2010).

2). Osteoarthritis Sekunder

Osteoarthritis sekunder dialami sebelum usia 45 tahun, biasanya disebabkan oleh

trauma (instabilitas) yang menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah tulang atau

permukaan sendi tidak sejajar), akibat sendi yang longgar, dan pembedahan pada sendi.

Penyebab lainnya adalah faktor genetik dan penyakit metabolik (Jofania, 2010)

B. Anatomi dan Fisiologi

Sendi lutut terdiri dari os femur dan os tibia (tibiofemoral joint), os femur dan

patella (patella femoralis joint) dan os tibia, os fibula (tibiofibularis proksimalis joint)

(Wolf, 1996).

1) Sendi Tibiofemoralis

Dibentuk oleh condylus femoralis lateralis dan medialis (Convex/cembung dan

tibia plateu (concaf/cekung). Permukaan sendi dan condylus medialis lebih lebar,

dibandingkan condylus lateralis (LM > LL) kira-kira 1-2 cm sehingga jika terjadi

4

gerakan fleksi dan ekstensi pada permukaan sendi bagian lateral (LL) sudah terbatas

dibanding bagian medial (LM). Konsekuensinya penekanan pada bagian medial (LM)

relative lebih kecil dibandingkan pada bagian lateral (LL). Bnetuk kedua condylus pada

bagian anterior lebih kecil dibandingkan pada bagian posterior. Selain itu juga tibia

plateu mempunyai bentuk permukaan yang berbeda, yang mana bagian medial

permukaan anterior dan posterior ke arah medio lateral concave. Namun pada bagian

lateral permukaan anterior dan posterior sedikit convex dan arah medio lateral relatif

datar. Pada konsekuensi dan keadaan tadi maka pada fase-fase terjadi gerak rolling dan

sliding yang mengikuti arah dan permukaan sendi (Dewanatha, 2011).

2) Sendi Patellofemoralis

Facet sendi ini terdiri dari tiga permukaan pada bagian lateral pada satu

permukaan pada bagian medial. Muscle vastus lateralis menarik patella ke arah

proksimal sedangkan muscle vastus medialis menarik patella ke medial, sehingga posisi

patella stabil. Pada posisi akhir antara 30º-40º dari ekstensi, patella tertarik oleh

mekanisme gaya kerja otot ekstensi, sehingga kedudukannya sangat kuat. Pada posisi

ini apabila patella kita dorong ke distal kemudian diberikan kontraksi quadriceps

femoralis, maka permukaan patella menggores epicondylus femoralis. Jika terjadi pada

kondromalacia maka akan terasa nyeri sekali (Dewanatha, 2011).

3) Sendi Tibiofibularis

Hubungan tulang tibia dan fibula merupakan syndesmosis yang ikut

memperkuat beban yang diterima sendi lutut sebesar 1/16 dari berat badan.

4) Ligamen pembentuk sendi lutut

a. Stabilitas sendi lutut yang lain adalah Ligamentum. Ada beberapa ligamentum yang

terdapat pada sendi lutut antara lain :

b. Ligamentum crusiatum anterior, yang berfungsi menahan hiperekstensi dan

menahan bergesernya tibia kedepan.

c. Ligamentum crusiatum posterior, yang berfungsi menahan bergesernya tibia kearah

belakang.

d. Ligamentum collateral lateralle, yang berfungsi menahan gerakan varus atau

samping luar.

5

e. Ligamentum collateral medial tibia, yang berfungsi menahan gerakan valgus atau

samping dalam dan eksorotasi, dan secara bersamaan ligament collateral juga

berfungsi menahan bergesernya ke depan pada posisi lutut flexi 900.

f. Ligamentum popliteum obligum.

g. Ligamentum transversum genu, semua ligamentum tersebut berfungsi sebagai

fiksator dan stabilisator sendi lutut.

5) Meniscus

Meniscus merupakan jaringan lunak, meniscus pada sendi lutut adalah meniscus

lateralis, Adapun fungsi meniscus adalah: (1). penyebaran pembebanan (2). peredam

kejut atau shock absorber (3). mempermudah gerakan rotasi (4). mengurangi gerakan

dan stabilisator setiap penekanan akan diserap oleh meniscus dan diteruskan ke sebuah

sendi.

6) Bursa

Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya

gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial. Ada

beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain (1). bursa popliteus, (2). bursa

supra pateliaris (3). bursa infra paterallis (4). bursa sulcutan prapateliaris (5). bursa sub

patelliaris ( Eveyln, 2002).

7) Sistem persyarafan

Pada regio lutut, tungkai mendapat persyarafan dari nervus ischiadicus yang

berasal dari serabut lumbal ke-4 sampai dengan sacrum ke-3. Ini merupakan serabut

yang terbesar di dalam tubuh yang keluar dan foramen ischiadicus mayor, berjalan terus

disepanjang permukaan posterior paha ke ruang poplitea, lalu syaraf ini membagi dua

bagian yaitu: nervus peroneus communis dan nervus tibialis. Nervus peroneus

communis pada dataran lateral capitulum fibula akan pecah menjadi nervus

superficialis.

8) Sistem Peredaran Darah

1. Sistem peredaran darah arteri

Peredaran darah yang akan dibahas kali ini adalah sistem peredaran darah yang

menuju ke tungkai dan vena yang juga memelihara darah sekitar sendi lutut, Arteri yang

memelihara darah sekitar sendi lutut, arteri yang memelihara sendi lutut.

a. Arteri fermoralis

6

  Merupakan lanjutan dari arteri iliaca external yang keluar dan cavum

abdominalis lacuna vasorum lalu berjalan ke lateral dari venanya kemudian ke bawah

menuju kedalam fossa illipectiana kemudian masuk ke canalis addectorius sehingga

arteri poplitea masuk ke fossa poplitea di sisi medial femur, lalu arteri femoralis

bercabang menjadi cabang arteri superficial dan cabang profunda.

b. Arteri poplitea

Arteri poplitea merupakan lanjutan dari arteri femoralis masuk melalui canalis

adduktorius, masuk fossa poplitea pada sisi flexor lutut, bercabang 17 menjadi (1) a.

genus superior lateralis, (2) a. genus superior medialis  (3) a. genus inferior lateralis(4)

a. genus inferior medialis.

2. Sistem peredaran darah vena

Pada umumnya peredaran darah vena berdampingan dengan pembuluh darah arteri.

Pembuluh darah vena pada tungkai sebagian besar bermuara ke dalam vena femoralis.

Vena-vena itu adalah: (a) vena shapena parva, berjalan di belakang

maleolus lateralis berlanjut ke (b) vena poplitea dan mengalirkan terus ke (c) vena

saphena magna dan bermuara ke dalam (d) vena femoralis

9) Biomekanik

Secara biomekanik, beban yang diterima sendi lutut dalam keadaan normal akan

melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot-otot paha bagian lateral,

sehingga resultannya akan jatuh dibagian sentral sendi lutut.

1). Osteokinematika

Osteokinematika yang memungkinkan terjadi adalah gerakan fleksi dan ekstensi

pada bidang sagital dengan lingkup gerak sendi fleksi antara 120-130 derajat, bila posisi

hip fleksi penuh, dan dapat mencapai 140 derajat, bila hip ekstensi penuh, untuk

gerakan ekstensi, lingkup gerak sendi antara 0–10 derajat gerakan putaran pada bidang

rotasi dengan lingkup gerak sendi untuk endorotasi antara 30–35 derajat, sedangkan

untuk eksorotasi antara 40-45 derajat dari posisi awal mid posision. Gerakan rotasi ini

terjadi pada posisi lutut fleksi 90 derajat (Kapandji, 1995).

2). Artrokinematika

Artrokinematika pada sendi lutut di saat femur bergerak rolling dan sliding

berlawanan arah, disaat terjadi gerak fleksi femur rolling ke arah belakang dan

slidingnya ke depan, saat gerakan ekstensi femur rolling kearah depannya slidingnya ke

7

belakang. Jika tibia bergerak fleksi ataupun ekstensi maka rolling maupun sliding terjadi

searah, saat fleksi menuju dorsal, sedangkan ekstensi menuju ventral (Kapandji, 1995).

C. Patofisiologi

Osteoarthritis bisa di anggap sebagai hasil akhir banyak proses patologi yang

menyatu menjadi suatu predisposisi penyakit yang menyeluruh. Osteoarthritis

mengenai kartilago artikuler, tulang subkondriu (lempeng tulang yang menyangga

kartilago artikuler) serta sinovium dan menyebabkan keadaan campuran dari proses

degenerasi, inflamasi, serta perbaikan. Sinovitis dapat meningkatkan cairan sendi lutut

yang mengandung bermacam–macam enzim akan tertekan ke celah-celah rawan sendi.

Ini mempercepat proses pengrusakan rawan sendi, pada tahap lanjut terjadi tekanan

tinggi dari cairan sendi terhadap permukaan sendi yang tipis. Cairan ini akan di desak

ke dalam celah-celah tulang subchondral dan akan menimbulkan kista subchondral

(Kenneth, 2003).

Proses patologi osteoarthritis di awali oleh aktivitas metabolik yang

mengakibatkan kerusakan pada kondrosit dan matriks rawan sendi. Akhirnya

osteoarthritis berkembang dimana terjadi ketidakseimbangan antara pembentukan dan

pengrusakan pada tulang rawan sendi (kartilago), serta adanya suatu usaha dari sendi

untuk memperbaiki kerusakan tidak terjadi. Usaha tersebut antara lain peningkatan

kandungan air, penyempitan serabut kolagen, dan akhirnya penurunan secara total

proteoglikans. Hal ini menyebabkan terjadinya kekakuan pada tulang rawan sendi

(kartilago) sehingga memudahkan terjadinya gangguan mekanik (Kuntono, 2011).

Bila penyakit berlanjut sendi lebih tidak teratur dengan penyempitan permukaan

sendi, adanya osteophyte, instabilitas dan deformitas. Akibat dari perubahan tersebut

akan menimbulkan nyeri hebat pada setiap gerakan sehingga menimbulkan kekakuan

karena immobilisasi yang lama (Hudayana, 2002).

a. Faktor Penyebab

Osteoarthritis lutut penyebab pastinya belum diketahui, berikut ini adalah faktor

pencetus atau predisposising dari osteoarthritis adalah :

8

1). Usia

Adalah merupakan faktor terbesar resiko terjadinya osteoarthritis. Osteoarthritis

hampir tidak pernah terjadi pada anak-anak dan jarang terjadi dibawah 40 tahun dan

sering terjadi diatas usia 40 sampai 60 tahun (Soeroso, 2007).

2). Jenis Kelamin

Osteoarthritis lebih banyak terjadi pada wanita, hal ini menunjukan adanya peran

hormonal. Akan tetapi pada usia 55 tahun keatas wanita lebih berisiko karena

berhubungan dengan menophose. Pada periode ini hormone estrogen sudah tidak aktif

lagi, sementara salah satu fungsi dari hormon estrogen adalah mempertahankan massa

tulang. Bentuk tubuh perempuan juga mempengaruhi osteoarthritis lutut, dimana

dengan beranjaknya usia lemak tubuh menumpuk dibagian pinggul dan perut, secara

anatomis akan memberikan beban yang berlebih di bagian lutut (Slamet, 2002).

3). Aktivitas fisik, pekerjaan dan trauma

Adanya stress yang berkepanjangan pada lutut seperti pada olahragawan dan

pekerjaan yang terlalu banyak menumpu pada lutut seperti membawa beban atau

berdiri yang terus menerus, mempunyai resiko lebih besar terkena osteoarthritis lutut

(Isbagyo, 2000).

Trauma pada suatu kecelakaan merupakan faktor risiko pada Osteoarthritis.

Selain itu dapat diakibatkan juga karena proses “wear and tear”, yaitu proses

penggunaan sendi terus menerus yang akan menyebabkan degenerasi pada sendi

(Isbagyo, 2000).

4) Faktor metaboli

Deposit kristal  asam urat  adalah  manisfestasi  ganguan  metabolism yang

mendasari arthritis gout dan condro calsinosis . keadaan ini dapat berlanjut menjadi

osteoarthritis. Diabetes mellitus berperan sebagai faktor predisposisi timbulnya

osteoarthritis

b. Tanda dan Gejala

Secara klinis, osteoarthritis dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

1). Subklinis : pada tingkatan ini belum ada keluhan atau tanda klinis lain. Kelainan

baru terbatas pada tingkat seluler dan biokimiawi sendi.

9

2). Manifes : pada tingkatan ini biasanya penderita datang ke dokter karena mulai

merasakan keluhan sendi. Kerusakan kartilago artikularis bertambah luas disertai

reaksi peradangan.

3). Dekompensasi : kartilago artikularis telah rusak dan bahkan ada yang sampai

terjadi deformitas dan kontraktur. Pada tingkatan ini biasanya diperlukan tindakan

bedah (Azhari, 2008).

Tanda dan gejala umum yang sering dialami penderita osteoarthritis antara lain

adalah :

1). Nyeri sendi, disebabkan oleh peradangan dan gangguan mekanik. Nyeri karena

peradangan biasanya bertambah pagi hari atau setelah lutut menetap pada satu posisi

dalam waktu lama dan berkurang saat bergerak. Sedangkan nyeri mekanik akan lebih

terasa saat melakukan aktivitas lama dan berkurang saat istirahat, kemungkinan hal ini

berhubungan dengan kerusakan kartilago yang sudah parah.

2). Kaku atau keterbatasan gerak pada sendi, hal ini hampir dirasakan semua penderita

OA, terutama pada pagi hari, namun dapat juga terjadi setelah istirahat agak lama.

Kekakuan osteoarthritis biasanya terjadi kurang dari 30 menit.

3). Pembengkakan sendi, merupakan reaksi peradangan sehingga terjadi

penggumpalan cairan dalam ruang sendi. Pada inflamasi aktualitas tinggi,

pembengkakan dapat disertai nyeri tekan, gangguan gerak, peningkatan temperature

local dan warna kemerahan.

4). Perubahan pola jalan, hamper semua penderita mengalami perubahan pola jalan

dimana fase weigh bearing pada sisi yang sakit akan lebih cepat (analitik gait).

5). Gangguan fungsi, merupakan akumulasi dari problem-problem diatas (Azhari,

2008)

D. Problematika Fisioterapi

1. Impairment

            a. Nyeri

Menurut International Associational for thestudyof  pain 

(IASP) mendefinisikan  nyeri  sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan baik factual maupun potensial atau yang

digambarkan  dalam bentuk kerusakan tersebut. serta terkait oleh kesadaran. 

10

Mekanisme terjadinya nyeri pada OA sendi lutut dapat dijelaskan beberapa

kemungkinan, antara lain :

1. Nyeri  yang  berasal  dari  tulang  akibat adanya peningkatan tekanan interoseous

pada tulang subkondral.

2. Nyeri yang berasal dari periosteum tulang yang terelevasi akibat pembentukan

osteofit pada tepi tulang.

3. Peregangan kapsul sendi akibat efusi sendi atau proses sinovitis.

4. Adanya sindroma periarticular sekunder, bursitis atau tenosinoviti,

5. Nyeri  muskular  akibat   regangan  pada  otot   karena  efusi  sendi atau karena

spasme otot.

Pada stadium dini nyeri terjadi sesudah pemakaian sendi lutut dan hilang dengan

istirahat Seiring dengan bertambahnya derajat berat penyakit, nyeri terjadi dengan

gerakan minimal atau bahkan saat istirahat sekalipun .

b. Penurunan lingkup gerak sendi

            Pada osteoarthritis sendi lutu penurunan lingkup gerak sendi dapat disebabkan

adanya nyeri, spasme otot atau dapat juga disebabkan oleh karena pemendekan kapsul

sendi.

c. Penurunan kekuatan otot

Penurunan kekuatan otot pada osteoarthritis sendi lutut diantaranya dapat

disebabkan oleh karena immobilitas sendi lutut oleh karena nyeri yang berkepanjangan

yang menyebabkan mengecilnya serabut otot.

2. Fungsional Limitation

Adalah  merupakan  suatu  probrem  yang  berupa  penurunan  atau 

keterbatasan  saat  melakukan  aktifitas fungsional sebagian akibat adanya impairment.

dan aktifitas fungsional aktifitas lutut untuk jalan jauh teras susah dan merasakan nyeri,

jongkok berdiri saat buang air besar (BAB) terasa nyeri.

3. Disability

Adalah merupakan problem yang berupa gangguan, terhambatnya dan

ketidakmampuan dalam beraktifitas bersosialisasi kepada masyarakat disekitar misalnya

pergi berkerja bakti, pergi berjalan jauh ke pengajian di mesjid,pergi main ke rumah

tetangga yang jauh, sehingga dengan perjalanan jauh pasien merasakan nyeri dan sakit.

11

E. Intervensi Fisioterapi

Penanganan yang efektif pada penderita osteoarthritis sendi lutu menyangkut

kontrol nyeri atau pengurangan nyeri dan kontrol tahanan eksternal. Kontrol nyeri dapat

dicapai melalui standar modalitas fisioterapi yang meliputi modalitas : Terapi Latihan.

Berikut ini penulis paparkan atau perdalam tinjauan teoritis modalitas yang penulis

gunakan dalam menangani kasus osteoarthritis sendi lutut yaitu Terapi Latihan.:

            a. Terapi Latihan

Terapi latihan merupakan salah satu latihan modalitas fisioterapi yang

pelaksanaannya menggunakan gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif untuk

memelihara atau perbaikan kekuatan, ketahanan dan kemampuan kardiovaskuler

mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, rilaksasi, kordinasi, keseimbangan dan

kemampuan fungsional.

Terapi latihan adalah petunjuk gerakan tubuh untuk memperbaiki penurunan

fungsi, meningkatkan fungsi musculoskeletal dalam keadaan yang baik. Terapi latihan

merupakan tindakan fisioterapi dan dalam pelaksanaanya menggunakan bertujuan: (1)

mengurangi pembentukan perlengketan jaringan lunak, (2) menjaga elastisitas jaringan,

(3) mengurangi kontraktur, (4) mengurangi nyeri.

b. Tujuan dari terapi latihan adalah:

1. untuk mengurangi nyeri,

2. mengurangi spasme,

3. mobilitas spasme,

4. meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot,

5. meningkatkan lingkup gerak sendi.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka latihan yang efektif adalah latihan:

1). Latihan passive movement

12

       Adalah suatu latihan yang digunakan dengan gerakan. Yang dihasilkan oleh

tenaga atau kekuatan dari luar tanpa adanya kontraksi otot atau aktifitas otot.

Semua gerakan dilakukan sampai batas nyeri atau toleransi pasien. Efek pada latihan

ini adalahmemperlancar sirkulasi darah, relaksasi otot, memelihara dan meningkatkan

luas gerak sendi, memperbaiki pemendekan otot, mengurangi perlengketan jaringan.

Tiap gerakan dilakukan sampai batas nyeri pasien. Gerakan passive movement ini

dibagi menjadi 2 yaitu:

a). Relaxed passive movement

     Ini adalah gerakan yang terjadi oleh kekuatan dari luar tanpa diikuti kerja otot

dari bagian tubuh itu sendiri. Dosis lalihan 2 x 8 hitungan tiap gerakan.

b). Forced passive movement

     Adalah gerakan yang terjadi oleh karena kekuatan dari luar tanpa diikuti kerja

otot tubuh itu sendiri tetapi pada akhirnya gerakan diberikan penekanan. Gerakan ini

bertujuan: (1) mengurangi pembentukan perlengketan jaringan lunak, (2) menjaga

elastisitas jaringan, (3) mengurangi kontraktur, (4) mengurangi nyeri.

     Latihan passive pada sendi panggul ini posisi pasien tidur terlentang dan posisi

terapis disamping pada sisi yang sakit (sisi kanan). Tangan kanan terapis pada daerah

hamstring dan tangan kiri pada gastrocnemius sebagai support, kemudian digerakkan ke

arah flexi-extensi, abduksi, adduksi pada sendi panggul. Kemudian untuk gerakan ankle

terapis fiksasi pada pergelangan kaki. Dan telapak kaki digerakkan plantar-dorsal flexi,

inversi-eversi dan rotasi serta gerakan jari-jari kaki. Dosis terapi 2 x 8 hitungan

tiap gerakan.

2).    Latihan active movement

            a).  Latihan isometrik kontraksi pada otot guadriceps.

Static contraction atau isometrik adalah suatu terapi latihan dengan cara

mengkontraksikan otot tanpa disertai perubahan panjang olot maupun pergerakan sendi.

Tujuan dari kontraksi isometris atau static contraction adalah pumping actionpembuluh

darah balik, yaitu terjadinya peningkalan perifer resistance of blood vessels. Dengan

adanya hambatan pada perifer maka akan didapatkan peningkatan blood pressure dan

secara otomatis cardiac output meningkat sehingga mekanisme metabolisme menjadi

lancar dan sehingga oedem menjadi menurun. Karena oedem menurun maka tekanan ke

serabut saraf sensoris juga menurun sehingga nyeri berkurang.

13

Istilah isometrik berasal dari kata iso yang berarti sama atau konstan dan metric yang

berarti panjang. Dengan demikian, kontraksi isometrik berarti kontraksi otot tanpa

disertai perubahan  panjang  otot  atau  gerakan  sendi. Latihan isometrik terutama

ditujukan bagi penderita OA dengan keadaan sendi yang akut (nyeri dan inflamasi) dan

tidak stabil. Kontraksi isometrik menghasilkan tekanan yang rendah terhadap sendi dan

ditoleransi baik oleh penderita OA yang mengalami nyeri dan pembengkakan sendi.

      Latihan ini dapat meningkatkan kekuatan (strength) dan ketahanan statik (static

endurance)  otot. Berguna untuk mempersiapkan sendi untuk gerakan yang lebih

dinamik dan merupakan titik awal untuk kebanyakan program latihan penguatan otot.

            Prosedur latihan diatas adalah : Pasien tidur terlentang diatas bed dengan kedua

lutut lurus. Pasien dimintakuntuk menekankan lututnya ke bed dan dipertahankan

selama 6 detik kemudian diikuti fase rilaksasi. Gerakan tersebut dilakukan dua kali

sehari dengan pengulangan tiap sesinya 10 kali pengulangan.

            b). Latihan untuk penguatan otot guadriceps dengan beban bantal pasir

berat ¼  kg.

Prosedur latihan diatas adalah : Pasien duduk dikursi dan kedua telapak kaki

kontak dengan lantai. Selanjutnya punggung kaki dari lutut yang sakit diberikan beban

berupa bantal pasir seberat ¼ kg. Pasien dimintak untuk mengekstensikan lututnya

hingga penuh dan dipertahankan selama 6 detik. Latihan ini dilakukan 2 kali sehari

dengan pengulangan 20 kali untuk setiap sesinya.

            c). Latihan untuk menambah lingkup gerak sendi (LGS) sendi lutut.

 Prosedurnya adalah : Pasien tidur tengkurap. Pasien dimintak untuk

memfleksikan dan mengekstensikan lututnya secara bergantian. Latihan ini dilakukan 2

kali sehari dengan pengulangan 20 kali untuk ssetiap sesinya .

3). Assisted active movement

Adalah gerakan yang terjadi karena kontraksi otot pasien dibantu oleh kekuatan

dari luar (Kisner, 1996) Bantuan berupa alat atau dari terapis. Latihan ini dapat

dilakukan dengan posisi tengkurap untuk fleksi knee, tangan terapis memfiksasi pada

otot hamstring dan tangan yang satunya membantu nmenggerakkan. Dilakukan secara

bergantian 8x2 hitungan.

4). Free active movement

14

Adalah gerakan yang berasal dan otot itu sendiri (Kisner, 1996) Latihan pada

sendi lutut ini dikerjakan dengan posisi tidur tengkurap atau duduk di tepi bed dengan

pasien disuruh menggerakkan fleksi ekstensi. Yang penting tidak dikerjakan dengan

posisi menumpu berat badan penuh karena dapat memperberat kerusakan sendinya.

Dilakukan secara bergantian 8x2 hitungan.

5). Resisted active movement

Adalah suatu bentuk latihan gerak dimana dalam melakukan gerakan diberikan

tahanan dan terapis. Latihan ini dilakukan dengan posisi tidur tengkurap, posisi terapis

disamping pasien memfiksasi. Tangan kiri berada pada lutut atas dan tangan satu pada

pergelangan kaki. Terapis memberikan tahanan minimal dan pasien disuruh

menggerakkan atau melawan gerakan tadi ke arah fleksi. Dilakukan secara bergantian

kanan dan kiri 8x2 hitungan.

6). Hold relax

     Adalah suatu teknik yang mengarah pada kontraksi isometrik rileksasi optimal dan

kelompok otot antagonis yang memendek, kemudian otot tersebut rileks, cara

pelaksanaannya teknik hold relax,

a).  gerakan atau dimana nyeri terasa timbul,

b). terapis memberi tahanan pada kelompok antagonus yang meningkat perlahan-lahan

dan pasien harus meningkat perlahan-lahan dan pasien harus melawan tahanan tersebut,

c). instruksi yang diberikan tahan disini,

d). rileksasi pada kelompok otot antagonis, tunggu beberapa saat sampai ototnya rileks.

e). gerakan aktif dalam pola agonis .

15

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

            Osteoartritis  merupakan  penyakit  degenerasi  yang  mengenai  cartilago(tulang  

rawan  sendi)  dimana  hal  ini mengganggu  anktivitas  sehar-hari  terutama bila mengenai

sendi lutut. Setelah  penulis  menguraikan  bab bab  terdahulu  mengenai  osteoartritis

sendi  lutut  dan  penerapannya  dengan terapi latihan  sebagai  modalitas  fisioterapi  terpili

h  ternyata

osteoartritis  merupakan  penyakit  yang  perlu  perhatian  khusus  dan  tidak  bisa dianggap

ringan,  karena  bila penyakit  ini  tidak didapatkan  terapi  secara  intensif

maka  akan  memperberat  keadaan  sendi  itu  sendiri  dimana  sendi mengalami

kemunduran fungsinya sehingga dapat mengakibatkan kecatatan dan mengganggu aktivitas

pasien.

b. Saran

Mengingat  bahwa  osteoartritis  merupakan  penyakit  degenarasi  yang biasanya  dijumpai  terutama  pada  orang-orang  di  atas  umur  40  tahun,  maka hendaknya penanganan atau pencegahan harus dilakukan sejak dini. Saran yang dapat penulis kemukakan disini adalah sebagai berikut:

(1) Saran  bagi  pasien,  agar  bisa  lebih  hati-hati  dalam  beraktifitas khususnya yang  banyak  menggunakan  sendi  lutut,  pasien  disuruh  memakai  decker terutama pada saat beraktifitas bila terasa nyeri sebaiknya di kompres dengan air hangat  selain menjalani  terapi yang  teratur,  latihan di  rumah  juga  lebih baik  dalam  menentukan  keberhasilan  pasien dan  kesabarannya  juga diperlukan untuk mendapatkan hasil dari pasien yang diinginkan.

(2) Kepada  masyarakat,  hendaknya  tetap  menjaga kesehatan  dan  kebugaran melalui  aktifitas  yang  seimbang  dan  apabila  merasakan  nyeri  yang

16

berkelanjutan  pada  sendi  dengan  disertai atau  tanpa  adanya  rasa  kaku, hendaknya segera diperiksakan ke dokter atau tim medis lain.

(3) Kepada  pemerintah,  kami  menghimbau  agar pelayanan  fisioterapi  pada tingkat  pusat  pelayanan  masyarakat  ditingkat  bawah  lebih  ditingkat  kan, sehingga  masyarakat  dapat memperleh  pelayanan  fisioterapi  dengan peralatan yang memadai. Akhirnya, walaupun penyakit osteoartritis ini bersifat progrsif seiring dengan usia  dan  tidak  dapat  dihambat,  namum  demikian  upaya tim medis dalam hal  ini fisioterapis sedapat mungkin pasien mempertahankan kualitas hidup  pasien  dengan  tetap  melakukan  aktivitas  sehari-hari  tanpa ketergantungan dari orang lain. 

17

DAFTAR PUSTAKA

Isbagio, Harry, 2000; Osteoarthritis dan Osteoporosis Sebagai Masalah Musculoskeletal Utama Warga Usia Lanjut Di Abad 21; Diakses tanggal 02/06/2012; dari http://www.majalah-farmacia.com/ru.

Jofania, Latarghria. 2010. Berbagi Ilmu Osteoarthritis, (http: //id.wordpress.com /tag/osteoarthritis/Diakses 16 April 2010).

Kapandji, I.A.1987. The Physiologi of The Knee Joint Volume Two. Lower Limb Five Edition. Davis Co. Philadelphia.

Kenneth, D. Brand; Osteoarthritis. USA: Oxford University Public, 2003.

Kuntono, Heru P, 2011; Nyeri Secara Umum dan Osteoarthritis Lutut dari Aspek Fisioterapi; Perpustakaan Nasional RI, Surakarta.

Soeroso J,2007. Osteoarthritis, Dalam A.W.Sudoyo, B.Setyohadi, I.Alwi, M.Simadibrata, S.Setiati, Editor, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta.

Wolf, D. dan Mens, J,M.A.1994. Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh, Cetakan Kedua, Houten.

18