Bab II Metlit

download Bab II Metlit

of 8

Transcript of Bab II Metlit

  • 8/20/2019 Bab II Metlit

    1/17

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    1. Pembelajaran Process Oriented Guided Inquir !earnin"

     POGIL (Process Oriented Guided-Inquiry Learning) adalah model pembelajaran yang

    didesain dengan kelompok kecil yang berinteraksi dengan instruktor/guru sebagai fasilitator.

    Model pembelajaran ini membimbing siswa melalui kegiatan eksplorasi agar siswa

    membangun pemahaman sendiri (inkuiri terbimbing).

    Dalam pembelajaran di kelas, siswa difasilitasi untuk mengembangkan kemampuan

     berpikir tingkat tinggi dan kemampuan mengaplikasikan pengetahuannya pada

    situasi/konteks yang berbeda. P!"# adalah teknologi intruksional dan strategi yang

    menyediakan kemampuan memproses secara simultan.

    P!"# diartikan sebagai pembelajaran dengan proses interaktif tentang berpikir 

    secara hati$hati, mendiskusikan ide, mencerahkan pemahaman, melatih kemampuan,

    mencerminkan kemajuan, dan menge%aluasinya (&anson, '). *kti%itas P!"# didasarkan

     pada penelitian tentang menciptakan pembelajaran yang efektif. *kti%itas pembelajaran siswa

    di kelas biasanya terdiri dari siklus pembelajaran dan mengandung tiga fase+

    Pertama + eksplorasi data studi kasus atau telaah pembelajaran menuju langkah ,

    edua + yakni mendesain konsep pemikiran, langkah ketiga adalah aplikasi konsep. P!"#

    dalam pelaksanaannya berdasarkan lima ide kunci tentang pembelajaran yang didapatkan

    dari hasil penelitian dalam bidang sains kognitif. Dalam penelitian tersebut disimpulkan,

     beberapa cara yang dilakukan siswa dalam P!"# adalah sebagai berikut.

    (-) Mengkonstruksi pemahaman yang dimiliki berdasarkan pada pengetahuan, pengalaman,

    ketrampilan, sikap, dan keyakinan yang dimiliki sebelumnya.

    (') Mengikuti siklus pembelajaran yang meliputi eksplorasi pembentukan konsep dan

     penerapan.

    () Menghubungkan dan penggambaran konsep.() 0erdiskusi dan berinteraksi dengan orang lain.

  • 8/20/2019 Bab II Metlit

    2/17

    (1) Melakukan refleksi pada perkembangan dan penilaian pada tindakan

    (0ransford, 0rown, dan 2ocking, ').

    elima ide kunci tersebut tergabung di dalam P!"# dan digunakan untuk 

    membantu siswa dalam mempelajari isi (content) dalam mata pelajaran dan ketrampilan

     proses (process skill) secara simultan.  Process Oriented Guided-inquiry learning (P!"#)

    telah diuji pada berbagai lembaga pendidikan dengan hasil yang konsisten. Dibandingkan

    model pembelajaran kon%ensional, P!"# lebih mengacu pada kemajuan kelas, penampilan

    standarisasi yang lebih tinggi, respon siswa yang positif.

    3iklus Pembelajaran (the learning cycle)  berpusat pada siswa dapat menjadi efektif 

     jika siswa bekerja secara fokus (serius) dalam berlatih untuk menemukan hal baru

     berdasarkan siklus pembelajaran, strategi inkuiri untuk mengajar dan belajar berdasarkan

     prinsip konstrukti%isme.

    0erdasarkan kajian dalam situs P!"# yang dikembangkan oleh  Pogil Team (siklus

     pembelajaran memiliki tiga fase sebagai berikut.

    (-) 4ase eksplorasi yang mendukung perluasan pikiran, model data, percobaan , demonstrasi

    yang bertujuan untuk mengembangkan jalan pemikiran siswa. 3iswa diajak untuk 

    menguji hipotesis yang mereka buat kedalam penjelasan atau pemahaman tentang

    informasi yang disajikan oleh mereka.

    (') 4ase penemuan konsep (atau Penggalian ide), konsep ini dibangun dari pola$pola dan

     bentuk baru yang merujuk pada kebiasaan atau pola penelitian dalam fase eksporasi.

    Penempatan fase Penggalian "de sesudah fase eksplorasi adalah bentuk baru yang

    diperkenalkan kepada siswa supaya mereka memiliki tempat yang mereka inginkan.

    () 4ase *plikasi konsep, konsep diaplikasikan kedalam bentuk baru. 4ase ini

    digeneralisasikan pada konsep dengan situasi yang berbeda, artinya dibutuhkan

    kemampuan deduktif. 0erdasarkan cara ini siklus pembelajaran melatih siswa untuk 

  • 8/20/2019 Bab II Metlit

    3/17

    membangun konsep mereka sendiri, memberikan rasa kepemilikan dan berpartisipasi,

    serta menyediakan nilai epistemologik ke dalam penyelidikan (inquiry) sains yang murni.

    5 POGIL uses a deliberate frameork to support its en!ironment" There are se!en tools#

    designed to de!elop process skills and mastery of discipline

    content$ .

    #. Pembelajaran Kon$ensional

    Model pembelajaran kon%ensional adalah model pembelajaran biasa yang sering

    dipakai pada pembelajaran matematika menurut (6useffendi, -77-+'7), diawali dengan

     pemberian informasi (ceramah). !uru memulai dengan menerangkan suatu konsep,

    mendemonstrasikan ketrampilannya mengenai pola/aturan/dalil tentang konsep itu.

    emudian siswa bertanya, guru memeriksa apakah siswa sudah mengerti atau belum.

    egiatan selanjutnya ialah guru memberikan contoh$contoh soal aplikasi konsep itu.

    3elanjutnya meminta murid untuk menyelesaikan soal$soal di papan tulis atau di mejanya.

    Pembelajaran biasa yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh

     para guru. 0ahwa, pembelajaran biasa pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya

    lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian,menekankan kepada keterampilan

     berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru.

    Metode mengajar yang lebih banyak digunakan guru dalam pembelajaran biasa adalah

    metode ekspositori.Di mana menurut 6useffendi (-77-) metode ekspositori ini sama dengan

    cara mengajar yang biasa (tradisional) kita pakai pada pengajaran matematika. egiatan

    selanjutnya guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya,kemudian memberi soal$soal

    latihan, dan siswa disuruh mengerjakannya.8adi kegiatan guru yang utama adalah

    menerangkan dan siswa

    mendengarkan atau mencatat apa yang disampaikan guru.

  • 8/20/2019 Bab II Metlit

    4/17

    3ubiyanto (-799) menjelaskan bahwa, kelas dengan pembelajaran secara biasa

    mempunyai ciri$ciri sebagai berikut + pembelajaran secara klasikal, para siswa tidak 

    mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu.

    !uru biasanya mengajar dengan berpedoman pada buku teks atau #3, dengan

    mengutamakan metode ceramah dan kadang$kadang tanya jawab. 8arang dilakukan tes atau

    e%aluasi yang bersifat sumatif. 3iswa harus mengikuti cara belajar yang dipilih oleh guru,

    dengan patuh mempelajari urutan yang ditetapkan guru, dan kurang sekali mendapat

    kesempatan untuk menyatakan pendapat.0anyak kita temukan di lapangan bahwa selama ini

     pembelajaran matematika didominasi oleh guru melalui metode ceramah dan ekspositorinya.

    Disamping itu, menurutnya guru jarang mengajar siswa untuk menganalisa secara mendalam

    tentang suatu konsep dan jarang mendorong siswa untuk menggunakan penalaran logis yang

    lebih tinggi seperti kemampuan membuktikan atau memperlihatkan suatu konsep.

    Dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan

     pembelajaran biasa adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang selama ini kebanyakan

    dilakukan oleh guru dimana guru mengajar secara klasikal yang didalamnya akti%itas guru

    mendominasi kelas dengan metode ekspositori, dan siswa hanya menerima saja apa$apa yang

    disampaikan oleh guru, begitupun akti%itas siswa untuk menyampaikan pendapat sangat

    kurang, sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar siswa kurang bermakna

    karena lebih banyak hapalan.

    %. Kemam&uan Ber&i'ir Kritis

      0anyak para ahli yang mendefinisikan tentang berfikir kritis seperti pengertian yang

    diberikan oleh :nnis (''), berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif 

    dengan menekankan pada pengambilan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau

  • 8/20/2019 Bab II Metlit

    5/17

    dilakukan. Dengan kata lain, pengambilan keputusan diambil setelah dilakukan refleksi dan

    e%aluasi pada apa yang dipercayai.

    Pentingnya mengajarkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis harus

    dipandang sebagai sesuatu yang urgen dan tidak bisa disepelekan lagi. Melalui berpikir kritis

    siswa akan mengalami proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan

    menge%aluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri.

    Dalam rangka mengetahui bagaimana mengembangkan berpikir kritis pada diri

    seseorang, :nnis (') menyebutkan bahwa pemikir kritis idealnya mempunyai -'

    kemampuan berpikir kritis yang dikelompokkan menjadi 1 aspek kemampuan berpikir kritis,

    antara lain+ -) %lementary clarification (memberikan penjelasan dasar) yang meliputi, fokus

     pada pertanyaan (dapat mengidentifikasi pertanyaan/masalah, dapat mengidentifikasi

     jawaban yang mungkin, dan apa yang dipikirkan tidak keluar dari masalah itu), Menganalisis

     pendapat (dapat mengidentifikasi kesimpulan dari masalah itu, dapat mengidentifikasi alasan,

    dapat menangani hal$hal yang tidak rele%an dengan masalah itu), berusaha mengklarifikasi

    suatu penjelasan melalui tanya$jawab. ') The basis for the decision (menentukan dasar 

     pengambilan keputusan) yang meliputi, mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya

    atau tidak, mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan hasil obser%asi. )  Inference

    (menarik kesimpulan) yang meliputi, mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi,

    menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat dan menentukan pertimbangan

    nilai. )  &d!anced clarification (memberikan penjelasan lanjut) yang meliputi,

    mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi tersebut, mengidentifikasi asumsi. 1)

    'upposition and integration (memperkirakan dan menggabungkan) yang meliputi,

    mempertimbangkan alasan atau asumsi$asumsi yang diragukan tanpa menyertakannya dalam

    anggapan pemikiran kita, menggabungkan kemampuan dan karakter yang lain dalam

     penentuan keputusan.

  • 8/20/2019 Bab II Metlit

    6/17

    Dari karakteristik dan kemampuan berpikir kritis dapat dirumuskan beberapa

    indikator kemampuan berpikir kritis matematis, yaitu+ -) interpretasi (melakukan

    katagorisasi, menjelaskan arti), ') analisis (meneliti ide$ide, mengidentifikasi dan

    menganalisis argumen), ) e%aluasi (menilai pendapat), ) pengambilan kesimpulan (mencari

     bukti dan alternatif, membuat kesimpulan), 1) menjelaskan (menyatakan hasil, membenarkan

     prosedur, dan menyajikan argumen), dan ) pengaturan diri (pemeriksaan diri dan koreksi

    diri).

    Dari uraian di atas, dapat disimpulkan berpikir kritis dalam matematika adalah

     berpikir yang menguji, mempertanyakan, menghubungkan, menge%aluasi semua aspek yang

    ada dalam suatu situasi ataupun suatu masalah yang diberikan. Dalam penelitian ini, peneliti

    hanya akan menggunakan indikator interpretasi (melakukan katagorisasi, menjelaskan arti),

    analisis (meneliti ide$ide, mengidentifikasi dan menganalisis argumen), e%aluasi (menilai

     pendapat), dan pengambilan kesimpulan (mencari bukti dan alternatif, membuat kesimpulan).

    "ndikator dalam penelitian ini berdasarkan dari kesimpulan Mulyana ('9) +

    (-) Mengidentifikasi asumsi yang diberikan;

    (') Merumuskan pokok$pokok permasalahan;

    () Menentukan akibat dari suatu ketentuan yang diambil;

    () Mendeteksi adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda;

    (1) Mengungkap data/definisi/teorema dalam menyelesaikan masalah;

    () Menge%aluasi argumen yang rele%an dalam penyelesaian suatu masalah.

    (. Sel) *))cac

    0andura (-77

  • 8/20/2019 Bab II Metlit

    7/17

    yang ditetapkan, dan berusaha untuk menilai tingkatan dan kekuatan di seluruh kegiatan dan

    konteks.

    'elf-efficacy adalah keyakinan seorang indi%idu terhadap kemampuannya untuk 

    mengatur dan melaksanakan tindakan untuk mencapai suatu tujuan dimana indi%idu yakin

    mampu untuk menghadapi segala tantangan dan mampu memprediksi seberapa

     besar usaha yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.

    Menurut 0andura (-77

  • 8/20/2019 Bab II Metlit

    8/17

    efficacy yang lebih tinggi, karena pada dasarnya mereka lebih banyak belajar dan lebih

     banyak menerima pendidikan formal, selain itu indi%idu yang memiliki jenjang pendidikan

    yang lebih tinggi akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar dalam mengatasi

     persoalan$persoalan dalam hidupnya.

    d. Pengalaman

    'elf-efficacyterbentuk sebagai suatu proses adaptasi dan pembelajaran . 3emakin lama

    seseorang belajar maka semakin tinggi self efficacy yang dimiliki indi%idu tersebut.

    0andura membedakan keyakinan self efficacy ke dalam beberapa dimensi yaitu le!el#

     generality# dan strength ( 0andura -77

  • 8/20/2019 Bab II Metlit

    9/17

    Dimensi  generality mengacu kepada taraf keyakinan dan kemampuan siswa dalam

    mengeneralisasikan tugas dan pengalaman sebelumnya. 3eseorang dapat menilai dirinya

    memiliki self efficacy pada banyak akti%itas atau pada akti%itas tertentu.

    +. Keran"'a Ber&i'ir

    Dalam pembelajaran matematika di sekolah$sekolah yang menggunakan model

    ekspositori dengan metode ceramah. &al tersebut membuat siswa sangat bergantung pada

     penjelasan guru. 0anyaknya siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal$soal yang mengacu

     pada aspek kemampuan berpikir kritis. 3iswa dalam pembelajaran cenderung menghafal

    konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam

    kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki, ini juga mempunyai

    dampak pada melemahnya self efficacy.

    Pembelajaran merupakan suatu proses dimana siswa membina ide baru atau konsep

     berasaskan kepada pengetahuan yang mereka miliki. 3iswa memilih dan menginterpretasikan

    apa yang mereka miliki, membina hipotesis, membuat keputusan yang melibatkan pemikiran

    mental (struktur kognitif seperti skema dan model mental), memberikan makna dan

     pembentukan pengalaman, dan membolehkan indi%idu melebihi apa yang diberikan (beyond 

    theinformation gi!en) eterampilan dan pengetahuan yang didapatkan siswa diharapkan

     bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta$fakta tetapi merupakanhasil dari menemukan

    sendiri ( in?uiry).

    egiatan in?uiry yang baik dilakukan siswa melalui interaksi dengan guru atau siswa

    lain. Maka harus ada peralihan dari belajar perorangan (indi!idual learning ) ke belajar 

     bersama(cooperati!e learning ) dan adanya peralihan dari teacher centered learning ke

     student centered learning

  • 8/20/2019 Bab II Metlit

    10/17

    alam POGIL siswa berinteraksi dengan instruktor/guru sebagai fasilitator dan siswa lain untuk membang

    Dengan menerapkan POGIL kemampuan berpikir kritis dan self ea! a

    "eterampilan dan pengetahuan !ang didapatkan diharapkan merupakan hasil dari menemukan sendiri ( in

    Pembela$aran harus beralih dari indi%idual learning ke ooperati%e learning dan dari teaher entered

    Pembela$aran matematika masih berpusat pada guru&iswa kesulitan dalam

    menger$akan soal kemampuan berpikir kritis&elf 'a! siswa !ang

    =paya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan self efficacy adalah dengan

    menciptakan pembelajaran berpusat kepada siswa. Pemilihan model Pembelajaran yang tepat

    dalam proses pembelajaran matematika akan berpengaruh terhadap minat serta kemampuan

    siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. 3alah satu model pembelajaran yang

     berpusat pada siswa adalah POGIL (Process Oriented Guided-Inquiry Learning).

     POGIL adalah model pembelajaran yang didesain dengan kelompok kecil yang

     berinteraksi dengan instruktor/guru sebagai fasilitator. Model pembelajaran ini membimbing

    siswa melalui kegiatan eksplorasi agar siswa membangun pemahaman sendiri (inkuiri

    terbimbing). Dalam pembelajaran di kelas, siswa difasilitasi untuk mengembangkan

    kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemampuan mengaplikasikan pengetahuannya pada

    situasi/konteks yang berbeda.

    3ecara ringkas diagram kerangka berfikir adalah sebagai berikut+

    ,. Teori Belajar Pendu'un"

    ,.1 Teori Kstru'ti$isme

    0elajar menurut teori konstrukti%isme bukanlah sekadar menghafal, akan tetapi proses

    mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil @pemberian@

    dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan

    setiap indi%idu. Pengetahuan hasil dari @pemberian@ tidak akan bermakna. *dapun

  • 8/20/2019 Bab II Metlit

    11/17

     pengetahuan yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap

    indi%idu akan memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama

    tersimpan/diingat dalam setiap indi%idu.

    *dapun ciri A ciri pembelajaran secara kontrukti%isme adalah+

    -. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam

    dunia sebenarnya.

    '. Menggalakkan soalan/idea yang dimulakan oleh murid dan menggunakannya sebagai

     panduan merancang pengajaran.

    . Menyokong pembelajaran secara koperatif mengambil kira sikap dan pembawaan murid.

    . Mengambil kira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide.

    1. Menggalakkan B menerima daya usaha B autonomi murid.

    . Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid B guru.

  • 8/20/2019 Bab II Metlit

    12/17

     perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi diantara subjek belajar.

    Peaget percaya bahwa belajar bersama, baik diantara sesama, anak$anak maupun dengan

    orang dewasa akan membantu perkembangan kognitif mereka. >anpa interaksi social

     perkembangan kognitif anak akan tetap bersifat egosentris. 3ebaliknya lewat interaksi sosial,

     perkembangan kognitif anak akan mengarah ke banyak pandangan, artinya khasanah kognitif 

    anak akan diperkaya dengan macam$macam sudut pandang dan alternatif tindakan. Pada

     prinsip ketiga, yakni belajar lewat pengalaman sendiri. Perkembangan kognitif anak akan

    lebih berarti apabila didasarkan pada perkembangan nyata dari pada bahasa yang digunakan

     berkomunikasi.

    Pembelajaran di sekolah hendaknya dimulai dengan memberikan pengalaman$

     pengalaman nyata dari pada dengan pemberitahuan$pemberitahuan, atau pertanyaan$

     pertanyaan yang jawabannya harus persis seperti yang diinginkan pendidik. Disamping akan

    membelenggu anak, dan tiadanya interaksi sosial, belajar %erbal tidak menunjang

     perkembangan kognitif anak yang lebih bermakna. leh karena itu Peaget sependapat dengan

     prinsip pendidikan dari kongkrit ke abstrak, dari khusus ke umum.

    ,.% Teori Ga"ne

    Menurut !agne dalam 0ell (-79-+ --), setiap kegiatan belajar terdiri atas empat fase

    yang terjadi secara berurutan yaitu+ (-) fase aprehensi, (') fase akuisi, () fase penyimpanan,

    dan () fase pemanggilan.

    4ase pertama adalah fase aprehensi, pada fase ini siswa menyadari adanya stimulus

    yang terkait dengan kegiatan belajar yang akan dilakukan. Dalam belajar matematika

    stimulus tersebut dapat berupa materi atau pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pada fase ini

  • 8/20/2019 Bab II Metlit

    13/17

    siswa melakukan pencermatan ciri$ciri stimulus tersebut dan mengamati hal$hal yang

    dianggap menarik atau penting.

    4ase kedua adalah akuisisi, pada fase ini siswa melakukan akuisisi (pemerolehan atau

     penyerapan) terhadap berbagai fakta, konsep, keterampilan, atau prinsip yang menjadi

    sasaran dari pembelajaran tersebut.

     4ase ketiga adalah fase penyimpanan. 3iswa menyimpan hasil$hasil kegiatan belajar 

    yg telah diperoleh dlm ingatan jangka pendek ( short-term memory) dan ingatan jangka

     panjang (long-term memory).

    4ase keempat adalah fase pemanggilan. Pada fase ini siswa memanggil kembali hasil$

    hasil dari belajar yang telah diperoleh dan disimpan, hasil tersebut berupa fakta, ketrampilan,

    konsep, maupun prinsip. Pemanggilan dilakukan pada saat siswa mengerjakan soal$soal

    latihan,dimana siswa harus mengingat kembali berbagai hal yang harus dikuasai untuk 

    mengerjakan soal.

    -. Penelitian ele$an

    0eberapa penelitian terdahulu yang rele%an terhadap penelitian yang akan dilakukan

    ini adalah antara lain *de Candang Mustafa ('-), *dik &ermawan ('-), *rcat ('-),

    6osidah ('-), 6irin urniawati ('-)

      0erdasarkan penelitian yang dilakukan oleh *de Candang Mustafa ('-) didapat

     peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat  isco!ery Learning 

    lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran kon%ensional. 3edangkan menurut

    6irin urniawati ('-) didapat kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar menggunakan

    model pembelajaran  *issouri *athematics Pro+ect (Mmp) lebih baik daripada siswa yang

     belajar melalui pembelajaran kon%ensional.

  • 8/20/2019 Bab II Metlit

    14/17

    Dalam >hesis yang dilakukan *rcat ('-) terdapat perbedaan yang significant dalam

     peningkatan 'elf %fficacy  matematik siswa dengan menggunakan model pembelajaran

    ooperatif 3>*D dibanding dengan menggunakan pembelajaran kon%ensional. 3edangkan

    menurut *dik &ermawan ('-)  ,onseling ational %moti!e .eha!iour Therapy  dapat

    meningkatkan self efficacy siswa.

    Dalam penelitian yang dilakukan 6osidah ('-) didapat emampuan pemecahan

    masalah siswa yang dikenai pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran  Process

    Oriented Guided-Inquiry Learning (POGIL)  berbantuan #embar egiatan Peserta Didik 

    (#PD) lebih tinggi dibanding kemampuan pemecahan masalah siswa yang dikenai model

     pembelajaran kon%ensional 

    /. 0IPOT*SIS.

    &ipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah sebagai berikut +

    -. >erdapat perbedaan peningkatan kemampuan kritis matematis siswa yang belajar dengan

     pembelajaran  Process Oriented Guided-Inquiry Learning (POGIL) dengan siswa yang

    mendapat pembelajaran kon%ensional.

    '. >erdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang

     belajar dengan  Process Oriented Guided-Inquiry Learning ditinjau dari le%el

    kemampuan awal siswa.

    . 'elf %fficacy  yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan  Process

    Oriented Guided-Inquiry Learning lebih baik dari pada siswa yang memperoleh

     pembelajaran kon%ensional.

  • 8/20/2019 Bab II Metlit

    15/17

    A2TA PUSTAKA

    *bdullah, C.&." ('-)  *eningkatkan ,emampuan ,omunikasi dan .erpikir ,ritis

     *atematis 'isa '*P *elalui Pembela+aran .erbasis *asalah dengan'trategi Teams-&ssisted Indi!iduali/ation (T&I) >esis pada 3Ps =P" 0andung,

    tidak diterbitkan.

    *rcat ('-),  *eningkatkan ,emampuan'spasial dan 'elf %fficacy 'isa '*P *elalui

     *odel ,ooperatif 'T& berbantuan 0ingeom >esis pada 3Ps =P", tidak 

    diterbitkan .

    0andura, * (-77

  • 8/20/2019 Bab II Metlit

    16/17

    :nnis, 6.& (-77). 2ritical Thinking 3nited 'tate of &merica " Prentice A &all "nc.

    urniawati, 6irin ('-),  *eningkatkan ,emampuan .erpikir ,ritis *atematik 'isa 'ma

     *elalui *odel Pembela+aran *issouri*athematics Pro+ect (*mp >esis pada

    3Ps =P", tidak diterbitkan

    &anson, D. dan t.Folfskill. '. Process Forkshops+ * Cew Model 4or "nstruction. 8ournal 

    of 2hemistry %ducation ersedia

    dihttp+//standards.nctm.org/ Gdiakses $-'$'--H.

     Cingsih, 3.M Implementasi *odel Pembela+aran Process Oriented Guided Inquiry Learning 

    (POGIL)3ntuk meningkatkan kemampuan berpikir sisa =CC:3 Physics

    :ducation 8ournal. >ersedia +ounalunnessacid 4s+u4inde1php4upe+

    6ifai, *. dan 2. >. *nni. '7. Psikologi Pendidikan 3emarang+ =nnes Press

    6useffendi, &.:.> (') .  Pengantar ,epada *embantu Guru *engembangkan

     ,ompetensinya dalam penga+aran *atematika 3ntuk *eningkatkan 2.'

     %disi .andung" Tarsito

    6osidah ('-)  ,eefektifan *odel Pembela+aran Pogil .erbantuan Lembar ,egiatan

     Peserta idik (L,P) Terhadap ,emampuan Pemecahan *asalah T esis pada

    =C3, tidak diterbitkan.

    3ubiyanto (-799),  %!aluasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan &lam. 8akarta + Proyek 

    Pengembangan #embaga Pendidikan >enaga ependidikan.

    >urmudi ('-'). 5>eachers@ Perception >oward Mathematics >eaching "nno%ation "n

    "ndonesia 8unior &igh 3chool + an :Iploratory 4actor *nalysis.  5ournal Of 

     *athematics %ducation &ugust 6786# Jol 1 Co -, pp. 7

  • 8/20/2019 Bab II Metlit

    17/17

    Fahyudin. (-777). :,emampuan Guru *atematika# calon Guru *atematika dan 'isa

    dalam Pembela+aran *atematika@. Disertasi pada 3Ps =P" 0andung + >idak 

    diterbitkan