Bab II Mery -...

44
7 BAB II DAKWAH DAN MUSIK A. Penelusuran Literatur Dengan melihat beberapa literatur yang ada di fakultas dakwah, beberapa di antaranya terdapat kaitanya dengan skripsi yang penulis angkat, yaitu: 1. Pengaruh Lagu Wajib Belajar Puput Novel Terhadap Perilaku Keagamaan Anak-Anak Di Kodya Magelang yang dilakukan oleh Nur Chasanah pada tahun 1986, hasil penelitiannya adalah: a. Frekwensi anak-anak yang mendengarkan lagu "Wajib Belajar" termasuk dalam kategori yang cukup tinggi sebagaimana ditunjukan dalam tabel hasil angket yang membuktikan bahwa 60 responden diperoleh hasil 26,6 % tergolong tinggi, 63,3 % tergolong cukup tinggi, dan 10 % tergolong rendah. b. Akibat dari frekwensi anak-anak dalam mendengarkan lagu Wajib Belajar tersebut, perilaku keagamaan anak-anak menjadi lebih baik, terbukti dengan 60 anak yang menjadi responden diperoleh hasil 30 % tergolong berperilaku mulia, 60 % responden berperilaku cukup mulia, dan 10 % tergolong berperilaku rendah (kurang baik). Dengan demikian pengaruh lagu-lagu " Wajib Belajar " tersebut sedikit banyak

Transcript of Bab II Mery -...

Page 1: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

7

BAB II

DAKWAH DAN MUSIK A. Penelusuran Literatur

Dengan melihat beberapa literatur yang ada di fakultas dakwah,

beberapa di antaranya terdapat kaitanya dengan skripsi yang penulis angkat,

yaitu:

1. Pengaruh Lagu Wajib Belajar Puput Novel Terhadap Perilaku

Keagamaan Anak-Anak Di Kodya Magelang yang dilakukan oleh Nur

Chasanah pada tahun 1986, hasil penelitiannya adalah:

a. Frekwensi anak-anak yang mendengarkan lagu "Wajib Belajar"

termasuk dalam kategori yang cukup tinggi sebagaimana ditunjukan

dalam tabel hasil angket yang membuktikan bahwa 60 responden

diperoleh hasil 26,6 % tergolong tinggi, 63,3 % tergolong cukup

tinggi, dan 10 % tergolong rendah.

b. Akibat dari frekwensi anak-anak dalam mendengarkan lagu Wajib

Belajar tersebut, perilaku keagamaan anak-anak menjadi lebih baik,

terbukti dengan 60 anak yang menjadi responden diperoleh hasil 30 %

tergolong berperilaku mulia, 60 % responden berperilaku cukup mulia,

dan 10 % tergolong berperilaku rendah (kurang baik). Dengan

demikian pengaruh lagu-lagu " Wajib Belajar " tersebut sedikit banyak

Page 2: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

8

telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang

menjadi lebih kuat.1

2. Pesan Dakwah dalam Syair Lagu Neno Warisman yang dilakukan oleh

Titi Nurhayati pada tahun 1997, skripsi tersebut mengkaji tentang hal-hal

yang berkaitan dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh Neno

Warisman melalui lagu-lagu diwujudkan dalam segi aqidah, syari'ah, dan

akhlakul karimah.

Pesan-pesan yang disampaikan lebih banyak ditujukan kepada

anak kecil. Karena pesan-pesan dakwah yang disampaikan oleh Neno

Warisman tersebut mempunyai nilai educatif yang efektif memberi

motivasi kepada mereka yang mendengarkan.2

3. "Aspek Dakwah Dalam Lagu-Lagu Kantata Takwa" yang dilakukan oleh

Nur Cholid G.A pada tahun 1991, hasil penelitiannya adalah:

a. Tema-tema lagu Kantata Takwa adalah mengungkapkan kekuasaan

Allah, yang di dalam lirik-liriknya terdapat unsur-unsur tauhid,

akhlak, kebesaran Allah, kekuasaan Allah, dan sebagainya. Disamping

itu lirik-lirik lagu Kantata Takwa juga berbicara tentang keadilan

manusia.

b. Dakwah melalui musik dan lagu akan mempunyai nilai efektif bila

berorientasi pada kemaslahatan ketuhanan, cara membawakan lagu

1 Nur chasanah, 1986, Pengaruh Lagu "Wajib Belajar" Puput Novel Terhadap Perilaku:

Keagamaan Anak-Anak Di Kodya Magelang, Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang,

2 Titi Nurhayati, 1997, Pesan Dakwah Dalam Syair Lagu Neno Warisman, Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang

Page 3: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

9

atau penghayatan serta kepandaian mengendalikan audien agar dapat

berkonsentrasi pada liriknya.3

Dari beberapa judul penelitian yang sudah penulis sampaikan di atas

jelas terlihat perbedaannya dengan penelitian ini. Perbedaan itu terlihat jelas

pada daerah penelitian serta fokus penelitian.

Perbedaan ini juga terlihat dari daerah yang berbeda maka akan terlihat

pula perbedaan dari segi karakteristik masyarakat, budaya, pendidikan, serta

permasalahan yang dihadapi di lingkungan sekitar, yang kemungkinan besar

juga akan mendapatkan hasil penelitian yang berbeda pula.

B. Landasan Teori

1. Remaja

“Remaja”, kata mengandung aneka kesan. Ada orang berkata bahwa

remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tiada beda dengan kelompok

manusia yang lain. Sementara pihak lain menganggap bahwa remaja adalah

kelompok orang-orang yang sering menyusahkan orang tua. Pada pihak lain

lagi, menganggap bahwa remaja sebagai potensi manusia yang perlu

dimanfaatkan. Tetapi, manakala remaja sendiri yang dimintai kesannya maka

mereka akan menyatakan yang lain. Mungkin mereka akan berbicara tentang

ketak-acuhan, atau ketidak-pedulian orang-orang dewasa terhadap kelompok

mereka. Atau mungkin ada pula remaja yang mendapat kesan bahwa

kelompknya adalah kelompok minoritas yang punya warna tersendiri, yang

3 Nur Cholid G.A, 1991, Aspek Dakwah Dalam Lagu-Lagu Kantata Takwa, Semarang:

Fakultas Dakwah LAIN Walisongo Semarang

Page 4: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

10

punya ”dunia” tersendiri yang sukar dijamah oleh orang-orang tua. Tidak

mustahil adanya kesan remaja bahwa kelompoknya adalah kelompok yang

bertanggung jawab terhadap bangsa dalam masa depan.

Untuk mendapatkan gambaran pertumbuhan manusia dari masa kanak-kanak

sampai adolesen, menurut Agus Sujanto sebagai berikut:

Pertama, masa Kanak-kanak, yaitu sejak lahir sampai 5 tahun Kedua, masa Anak, yaitu umur 6 sampai 12 tahun Ketiga, masa Pubertas, yaitu umur 13 tahun sampai kurang lebih 18 tahun bagi anak putri dan sampai umur 22 tahun bagi anak putra Keempat, masa Adolesen, sebagai masa transisi ke masa dewasa.4

Jersild, et.al., dalam salah satu buku mereka, tidak memberikan

batasan pasti rentangan usia masa remaja. Mereka membicarakan remaja

(adolescence) dalam usia rentangan sebelas tahun sampai usia duapuluhan-

awal. Menurut Jersild, et al

Masa remaja melingkupi periode atau masa bertumbuhnya seseorang dalam masa tansisi dari masyarakat kanak-kanak ke masa dewasa. Secara kasarnya, masa remaja dapat ditinjau sejak mulainya seseorang menunjukkan masa pubertas dan berlanjut hingga dicapainya kematangan seksual, telah dicapai tinggi badan secara maksimum, dan pertumbuhan mentalnya secara penuh yang dapat diramalkan melalui pengukuran tes-tes intelegensi.5) dengan “pembatasan” semacam itu, para ahli ini lebih lanjut ada menyebut masa “preadolescence,” “early adolescence,” “middle and late adolescence.”6) Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan

sosok manusia yang penuh gejolak sekaligus potensi untuk mengembangkan

dan mencari dirinya sendiri.

4 Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Rineka Cipta, 1996, hlm. 1. 5Arthur T. Jersild, Judith S. Brook, dan David W. Brook; The Psychology of Adolescence,

(edisi ketiga) Macmillan New York: Publishing Co., Inc 1978 hlm. 85 6 Ibid. hlm 94, 95, 111 dan 115.

Page 5: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

11

2. Pengertian Dakwah Kata dakwah berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar (infinitif)

dari kata kerja faala (فعل ) da'aa ( دعا ) yad'u (يدعو ) dimana kata dakwah

ini sekarang sudah umum dipakai oleh pemakai Bahasa Indonesia, sehingga

menambah perbendaharaan Bahasa Indonesia.

Kata da'wah ( عوةد ) secara harfiyah bisa diterjemahkan menjadi:

"seruan, ajakan, panggilan, undangan".7 Moh.Natsir menterjemahkan-nya

dengan: "panggilan".8 Zafry Zamzam menterjemahkan dengan: "Panggilan,

ajakan, atau seruan ke arah tujuan tertentu".9

Mahmud Yunus menterjemahkan kata dakwah dengan: "menyeru,

mengajak, menghasung, menganjurkan dan memanggil".10 Sedangkan Toha

yahya Umar, di samping menterjemahkan dengan kata "ajakan, seruan,

panggilan, undangan", juga menjelaskan bahwa kata yang hampir sama

dengan dakwah ialah penerangan, pendidikan, pengajaran, indoktrinasi dan

propaganda".11 Sedangkan menurut ahli bahasa, maka kata dakwah diambil

dari perkataan: ( الدعاءالى شئ ) yang artinya: menyeru/mengajak kepada

sesuatu.12

7 H. Masdar Helmy, 1970, Problematika Dakwah Islam dan Pedoman Mubaligh,

Semarang, Thoha Putra. hlm.16. 8 Moh. Natsir, tth, Dakwah dalam Praktek, Dewan Dakwah Islamiah Indonesia,

Kalimantan Selatan, Banjarmasin, hlm. 56 9 Zafry Zamzam, 1963, Pengantar Ilmu Dakwah Etika, Fakultas Publistik UNISAN,

Banjarmasin, hlm.3 10 H.Mahmud Yunus, 1986, Pedoman Dakwah Islamiyah, Padang Panjang al-Maktabah

Sa’diyah, hlm.5. 11 Toha Yahya, 1967, Ilmu Dakwah, Jakarta, Wijaya, hlm.1 12 Salahuddin Sanusi, 1964, Pembahasan Sekitar Prinsip-prinsip Dakwah Islam ,

Semarang, CV.Ramadhani, hlm.1

Page 6: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

12

Dakwah dalam pengertian tersebut dapat dijumpai dalam ayat-ayat

al-Qur’an antara lain Qur’an surat Yunus ayat 25 dan al-Baqarah ayat 221.

Sedangkan orang yang melakukan seruan atau ajakan tersebut disebut da'i

(isim fa'il) artinya orang yang menyeru. Tetapi karena proses memanggil atau

menyeru tersebut juga merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas

pesan-pesan tertentu maka pelakunya dikenal juga dengan istilah muballigh.

Dengan demikian secara etimologi pengertian dakwah dan tabligh itu

merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan tertentu yang

berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan

tersebut.

Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat tentang definisi

dakwah, antara lain: pendapat Syekh Ali Makhfuz dalam kitabnya Hidayat al-

Mursyidin bahwa dakwah mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan

menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka

dari perbuatan munkar, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan

akherat.13

Sementara Muhammad Natsir menegaskan dakwah adalah usaha

menyeru dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat

tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini yang meliputi amar

makruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang

diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam pri kehidupan

13 Syekh Ali Makhfuz, Hidayat al-Mursyidin, Terj. Khodijah Nasution,(Yogyakarta, 3A,

1970), hlm. 17

Page 7: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

13

perseorangan, rumah tangga (usrah) bermasyarakat dan bernegara.14

Sedangkan Thoha Yahya Umar mendefinisikan dakwah yakni mengajak

manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan

perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan

akherat.15

Dari berbagai definisi tersebut meskipun nampak adanya perbedaan

dalam perumusan, namun esensinya dapat dipadukan dalam kesimpulan

sebagai berikut, bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia dengan hikmat

kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

Dengan demikian dakwah merupakan bagian yang sangat penting

dalam kehidupan seorang Muslim, di mana intinya berada pada ajakan

dorongan (motivasi, rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk

menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran demi keuntungan dirinya dan

bukan untuk kepentingan pengajaknya. Jadi berbeda (bertolak belakang)

dengan propaganda.

Di sisi lain, agama Islam sebagai suatu ajaran tidaklah berarti

manakala ia tidak diwujudkan dalam action amaliah. Ini merupakan aspek

konsekuensial dari keberadaan Islam yang bukan semata-mata menyoroti satu

sisi saja dari kehidupan manusia, melainkan menyoroti semua persoalan hidup

manusia secara total dan universal.

14 Muhammad Natsir, 1971, Fiqh al-Dakwah Dalam Majalah Islam, (Kiblat Jakarta, 1971), hlm. 7

15 Thoha Yahya Umar, 1981, Ilmu Dakwah, (Jakarta, Wijaya), hlm. 1

Page 8: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

14

3. Pesan Dakwah dan Unsur-Unsur Dakwah Membahas pesan dakwah adalah membahas ajaran Islam itu sendiri,

sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bisa dijadikan pesan dakwah

Islam. Akan tetapi, ajaran Islam yang dijadikan pesan dakwah itu pada garis

besarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Akidah, yang meliputi:

a. Iman kepada Allah; b. Iman kepada Malaikat-Nya; c. Iman kepada

Kitab-kitab-Nya; d. Iman kepada Rasul-rasul-Nya; e. Iman kepada

hari akhir; f. Iman kepada qadha-qadhar.

2. Syari'ah

a. Ibadah (dalam arti khusus): Thaharah, Sholat, Zakat, Shaum, Haji.

b. Muamallah (dalam arti luas) meliputi: al-Qanunul Khas (hukum

Perdata), dan al-Qanunul 'am Muamalah (hukum niaga). Al-Qanunul

Khas (hukum Perdata) meliputi: Munakahat (hukum nikah),

Waratsah (hukum waris), dan sebagainya. Al-Qanunul 'am (hukum

publik) meliputi: Hinayah (hukum pidana), Khilafah (hukum negara),

Jihad (hukum perang dan damai), dan lain-lain

3. Akhlaq, yaitu meliputi:

a. Akhlak terhadap khaliq

b. Akhlak terhadap makhluk yang meliputi:

a).Akhlaq terhadap manusia :

a) Diri sendiri

b). Tetangga

Page 9: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

15

c). Masyarakat lainnya

b).Akhlaq terhadap bukan manusia :

a). Flora

b). Fauna

c). Dan lain sebagainya.16

a. Masalah Keimanan (akidah)

Masalah pokok yang menjadi pesan dakwah adalah akidah Islamiah.

Karena akidah mengikat kalbu manusia dan menguasai batinnya. Dari akidah

inilah yang akan membentuk moral (akhlaq) manusia. Oleh karena itu, yang

pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah akidah atau

keimanan. Dengan iman yang kukuh akan lahir keteguhan dan pengorbanan

yang selalu menyertai setiap langkah dakwah.17 Akidah yang menjadi pesan

utama dakwah ini mempunyai ciri-ciri yang membedakan kepercayaan dengan

agama lain, yaitu:

1. Keterbukaan melalui persaksian (syahadat). Dengan demikian seorang

Muslim selalu jelas identitasnya dan bersedia mengakui identitas

keagamaan orang lain.

2. Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah

adalah Tuhan seluruh alam, bukan Tuhan kelompok atau bangsa tertentu.

Dan soal kemanusiaan juga diperkenalkan kesatuan asal-usul manusia.

16 Endang Saifuddin Anshari, 1996, Wawasan Islam, Jakarta: Rajawali, hlm. 71 17 Ali Yafie, 1992, Dakwah dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, (makalah seminar), Jakarta:

Page 10: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

16

Hal ini dapat kita lihat dalam (QS. An-Nisa' ayat 1 dan QS. al-Hujarat:

13).

3. Kejelasan dan kesederhanaan diartikan bahwa seluruh ajaran akidah baik

soal ketuhanan, kerasulan, ataupun alam gaib sangat mudah untuk

dipahami.

4. Ketahanan antara iman dan Islam atau antara iman dan amal perbuatan.

Dalam ibadah-ibadah pokok yang merupakan manifestasi dari iman

dipadukan dengan segi-segi pengembangan diri dan kepribadian seseorang

dengan kemaslahatan masyarakat yang menuju pada kesejahteraannya.

Karena akidah memiliki keterlibatan dengan soal-soal kemasyarakatan.

b. Masalah Syar'iah

Syariat Allah yang ditujukan untuk umat manusia itu pada dasarnya

satu, dan risalah yang ditujukan untuk para nabi bersifat kekal dan abadi.

Pangkalnya dimulai sejak Nabi Adam sedangkan cabang-cabangnya berakhir

sampai manusia terakhir, yaitu hingga terjadinya hari kiamat. Nabi

Muhammad sebagai Khatam al-Ambiya wa al-Mursalin (penutup para nabi

dan rasul), sesungguhnya risalahnya tetap terkait hingga sekarang ini dan

sampai hari kiamat. Dan karenanya Allah telah memberi syariat kepada

manusia berupa agama itu yang esensinya satu, yaitu "Islam" dan tidak akan

berubah dengan bergantinya nabi, serta tidak akan berubah dengan

berubahnya masa. Prinsip dasar utamanya adalah menebarkan nilai keadilan di

antara manusia, membuat sistem hubungan yang baik antara kepentingan

Page 11: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

17

individual dan sosial, mendidik hati agar mau menerima sebuah undang-

undang untuk menjadi hukum yang ditaati.18

Secara umum agar tujuan tersebut dapat tercapai adalah ada syarat-

syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam syariat. Pertama, isi ketentuan

Tuhan harus diketahui, atau setidaknya dapat diketahui. Kedua, manusia harus

mampu bertindak, mengaktualisasikan ketentuan Tuhan dalam ruang waktu,

alam atau ciptaan, harus dapat dibentuk, yaitu dapat diubah melalui perbuatan

manusia menjadi seperti yang dikehendaki. Ketiga, harus ada penilaian,

sehingga tindakan tidak sia-sia, namun membawa konsekuensi yang penting.

Keempat, perhitungan pelaksanaan ketentuan Allah oleh manusia harus

dilakukan berdasarkan neraca keadilan.19

c. Masalah Muamalah

Islam ternyata agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar

daripada urusan ibadah. Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan

sosial daripada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan

seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah dalam

muamalah di sini diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan

Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah swt. Dan muamalah jauh lebih

luas daripada ibadah. Hal demikian dengan alasan:20

18 Muhammad Alwi Al-Maliki, 2003, Syariat Islam Pergumulan Teks dan Realitas,

Jogyakarta: eLSQ Press, hlm. 123-124. 19 Ibid., hlm.295 20 Jalaludin Rachmat, 1998, Islam Alternatif; Ceramah-ceramah di Kampus, Bandung:

Mizan, hlm. 46.

Page 12: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

18

a. Dalam al-Qur'an atau kitab-kitab hadits, proporsi terbesar sumber hukum

itu berkenaan dengan urusan muamalah.

b. Adanya sebuah realita bahwa jika urusan ibadah bersamaan waktunya

dengan urusan muamalah yang penting maka ibadah boleh diperpendek

atau ditangguhkan (bukan ditinggalkan).

c. Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar

daripada ibadah yang bersifat perorangan. Karena itu sholat jamaah lebih

tinggi nilainya daripada shalat munfarid (sendirian) dua puluh tujuh

derajat.

d. Bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar

pantangan tertentu, maka kifarat-nya (tebusannya) ialah melakukan

sesuatu yang berhubungan dengan muamalah. Sebaliknya, bila orang tidak

baik dalam urusan muamalah, maka urusan ibadah tidak dapat

menutupinya.

e. Melakukan amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapatkan

ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah.

d. Masalah Akhlak

Ajaran tentang nilai etis dalam Islam disebut akhlak. Wilayah akhlak

Islam memiliki cakupan luas, sama luasnya dengan perilaku dan sikap

manusia. Nabi Muhammad saw. bahkan menempatkan akhlak sebagai pokok

kerasulannya. Melalui akal dan kalbunya, manusia mampu memainkan

perannya dalam menentukan baik dan buruknya tindakan dan sikap yang

ditampilkannya. Ajaran Islam secara keseluruhan mengandung nilai akhlak

Page 13: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

19

yang luhur, mencakup akhlak terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama manusia,

dan alam sekitar.

Adapun yang dimaksud dengan unsur-unsur dakwah adalah

komponen-komponen yang selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-

unsur tersebut adalah da'i (pelaku dakwah), mad'u (mitra dakwah), maddah

(materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah (metode), dan atsar (efek

dakwah).

a. Da'i (pelaku dakwah)

Kata da'i ini secara umum sering disebut dengan sebutan mubaligh

(orang yang menyempurnakan ajaran Islam) namun sebenarnya sebutan ini

konotasinya sangat sempit karena masyarakat umum cenderung mengartikan

sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan seperti

penceramah agama, khatib (orang yang berkhutbah), dan sebagainya.

Sehubungan dengan hal tersebut terdapat pengertian para pakar dalam

bidang dakwah, yaitu:

1. Hasyimi, juru dakwah adalah Penasihat, para pemimpin dan pemberi ingat,

yang memberi nasihat dengan baik yang mengarah dan berkhotbah, yang

memusatkan jiwa dan raganya dalam wa'ad dan wa'id (berita gembira dan

berita siksa) dan dalam membicarakan tentang kampung akhirat untuk

melepaskan orang-orang yang karam dalam gelombang dunia.21

21 A. Hasyimi, 1974, Dustur dakwah Menurut Al-Qur'an, Jakarta: Bulan Bintang, hlm.

162.

Page 14: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

20

2. Nasaraddin Lathief mendefinisikan bahwa da'i itu ialah Muslim dan

Muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi

tugas ulama. Ahli dakwah ialah wa'ad, mubaligh mustamain (juru

penerang) yang menyeru mengajak dan memberi pengajaran dan pelajaran

agama Islam.22

3. M. Natsir, pembawa dakwah merupakan orang yang memperingatkan atau

memanggil supaya memilih, yaitu memilih jalan yang membawa pada

keuntungan.23

Namun pada dasarnya semua pribadi Muslim itu berperan secara

otomatis sebagai mubaligh atau orang yang menyampaikan atau dalam bahasa

komunikasi dikenal sebagai komunikator. Untuk itu dalam komunikasi

dakwah yang berperan sebagai da'i atau mubaligh ialah:24

Secara umum adalah setiap Muslim atau Muslimat yang mukallaf

(dewasa) di mana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan suatu yang

melekat tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan

perintah; "Sampaikan walaupun hanya satu ayat."

Secara khusus adalah mereka yang mengambil spesialisasi khusus

(mutakhasis) dalam bidang agama Islam yang dikenal panggilan dengan

ulama.

Dalam kegiatan dakwah peranan da'i sangatlah esensial, sebab tanpa

da'i ajaran Islam hanyalah ideologi yang tidak terwujud dalam kehidupan

22 HMS. Nasaruddin Lathief, tth, Teori dan Praktek Dakwah, Jakarta: Firma Dara, hlm.

20 23 M. Natsir, tth, Fiqhud Dakwah, Jakarta: Dengan Islamiah Indonesia, hlm. 125. 24 Toto Tasmara, 1997, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pertama, hlm. 41-42.

Page 15: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

21

masyarakat. "Biar bagaimanapun baiknya ideologi Islam yang harus

disebarkan di masyarakat, ia akan tetap sebagai ide, ia akan tetap sebagai cita-

cita yang tidak terwujud jika tidak ada manusia yang menyebarkannya.25 Di

antara sifat da'i yang disebutkan dalam al-Qur'an adalah:

b. Mad'u (mitra dakwah)

Unsur dakwah yang kedua adalah mad'u, yaitu manusia yang menjadi

sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu

maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak;

atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Sesuai dengan firman Allah

QS. Saba' 28:

)28: سبأ (وما أرسلناك إلا كافة للناس بشريا ونذيرا ولكن أكثر الناس لا يعلمون

Artinya: Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS. Saba: 28)

Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk

mengajak mereka mengikuti agama Islam; sedangkan kepada orang-orang

yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan kualitas iman,

Islam, dan ihsan.

Mereka yang menerima dakwah ini lebih tepat disebut mad'u dakwah

daripada sebutan objek dakwah, sebab sebutan yang kedua lebih

mencerminkan kepasifan penerima dakwah; padahal sebenarnya dakwah

25 Hamzah Ya'qub, 1981, Publistik Islam, Bandung: cet II, hlm. 37

Page 16: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

22

adalah suatu tindakan menjadikan orang lain sebagai kawan berpikir tentang

keimanan, syari'ah, dan akhlak kemudian untuk diupayakan dihayati dan

diamalkan bersama-sama.

Al-Qur'an mengenalkan kepada kita beberapa tipe mad'u. Secara

umum mad'u terbagi tiga, yaitu: mukmin, kafir, dan munafik.26 Dan dari tiga

klasifikasi besar ini mad'u masih bisa dibagi lagi dalam berbagai macam

pengelompokan seperti kafir bisa dibagi menjadi kafir zimmi dan kafir harbi.27

Di dalam al-Qur 'an digambarkan bahwa, setiap Rasul menyampaikan

risalah, kaum yang dihadapinya akan terbagi dua: mendukung dakwah dan

menolak. Cuma kita tidak menemukan metode yang mendetail di dalam al-

Qur'an bagaimana berinteraksi dengan pendukung dan bagaimana menghadapi

penentang. Tetapi, isyarat bagaimana corak mad'u sudah tergambar cukup

signifikan dalam al-Qur'an.28

Mad'u (mitra dakwah) terdiri dari berbagai macam golongan manusia.

Oleh karena itu, menggolongkan mad'u sama dengan menggolongkan manusia

itu sendiri, profesi, ekonomi, dan seterusnya. Penggolongan mad'u tersebut

antara lain sebagai berikut:

1. Dari segi sosiologis, masyarakat terasing, pedesaan, perkotaan, kota kecil,

serta masyarakat di daerah marjinal dari kota besar.

2. Dari struktur kelembagaan, ada golongan priyayi, abangan dan santri,

terutama pada masyarakat Jawa.

26 Lihat al-Qur'an surah al-Baqarah: 2-20. 27 lihat surat al-Mumtahanah: 8-9.. 28 Lihat al-Qur'an surah al-Kahfi: 57, surah Fushilat: 5.

Page 17: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

23

3. Dari segi tingkatan usia, ada golongan anak-anak, remaja, dan golongan

orang tua.

4. Dari segi profesi, ada golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai

negeri.

5. Dari segi tingkatan sosial ekonomis, ada golongan kaya, menengah, dan

miskin.

6. Dari segi jenis kelamin, ada golongan pria dan wanita.

7. Dari segi khusus ada masyarakat tunasusila, tunawisma, tuna-karya,

narapidana, dan sebagainya.29

c. Wasilah (media dakwah)

Wasilah (media) dakwah, yaitu alat yang dipergunakan untuk

menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad'u.

Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat

menggunakan berbagai wasilah. Hamzah Ya'qub membagi wasilah dakwah

menjadi lima macam, yaitu lisan, tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlak:

1. Lisan, inilah wasilah dakwah yang paling sederhana yang menggunakan

lidah dan suara, dakwah dengan wasilah ini dapat berbentuk pidato,

ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

2. Tulisan, buku, majalah, surat kabar, surat menyurat (korespondensi)

spanduk, flash-card, dan sebagainya.

3. Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya.

29 H.M, Arifin, 1977, Psikologi Dakwah, Jakarta: Bulan Bintang, hlm. 13-14.

Page 18: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

24

4. Audio visual, yaitu alat dakwah yang merangsang indra pendengaran atau

penglihatan dan kedua-duanya, televisi, film, slide, ohap, internet, dan

sebagainya.

5. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam

dapat dinikmati serta didengarkan oleh mad'u.30

Pada dasarnya dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah yang

dapat merangsang indra-indra manusia serta dapat menimbulkan perhatian

untuk menerima dakwah. Semakin tepat dan efektif wasilah yang dipakai

semakin efektif pula upaya pemahaman ajaran Islam pada masyarakat yang

menjadi sasaran dakwah.

Media (terutama media massa) telah meningkatkan intensitas,

kecepatan, dan jangkauan komunikasi dilakukan umat manusia begitu luas

sebelum adanya media massa seperti pers, radio, televisi, internet dan

sebagainya. Bahkan dapat dikatakan alat-alat tersebut telah melekat tak

terpisahkan dengan kehidupan manusia di abad ini.

Dari segi pesan penyampaian dakwah dibagi tiga golongan yaitu:

a. The Spoken Words (yang berbentuk ucapan)

Yang termasuk kategori ini ialah alat yang dapat mengeluarkan bunyi.

Karena hanya dapat ditangkap oleh telinga; disebut juga dengan the audial

media yang biasa dipergunakan sehari-hari seperti telepon, radio, dan

sejenisnya termasuk dalam bentuk ini.

b. The Printed Writing (yang berbentuk tulisan)

30Hamzah Ya'qub, 1973, Publisistik Islam, Bandung: CVDiponegoro, hlm. 42-43

Page 19: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

25

Yang termasuk di dalamnya adalah barang-barang tercetak, gambar-

gambar tercetak, lukisan-lukisan, buku, surat kabar, majalah, brosur, pamplet,

dan sebagainya.

c. The Audio Visual (yang berbentuk gambar hidup);

Yaitu merupakan penggabungan dari golongan di atas, yang termasuk

ini adalah film, televisi, video, dan sebagainya.31

d. Thariqah (metode)

Hal yang sangat erat kaitannya dengan metode wasilah adalah metode

dakwah thariqah (metode) dakwah. Kalau wasilah adalah alat-alat yang

dipakai untuk mengoperkan atau menyampaikan ajaran Islam maka thariqah

adalah metode yang digunakan dalam dakwah.

Sebelum kita membicarakan metode dakwah, terlebih dahulu akan

dijelaskan tentang pengertian metode. Kata metode berasal dari bahasa Latin

methodus yang berarti cara. Dalam bahasa Yunani, methodhus berarti cara

atau jalan. Sedangkan dalam bahas Inggris method dijelaskan dengan metode

atau cara.32 Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki

pengertian "Suatu cara yang bisa ditempuh atau cam yang ditentukan secara

jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata

pikir manusia.33

31 Moh. Ali Aziz, 2004, Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media, hlm. 121 32 Soejono Soemargono, 1983, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Nur Cahaya, hlm.

17. 33 M. Syafaat Habib, 1992, Buku Pedoman Dakwah, Jakarta: Wijaya, Cet 1, hlm. 160.

Page 20: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

26

Abdul Kadir Munsyi, mengartikan metode sebagai cara untuk

menyampaikan sesuatu.34 Sedangkan dalam metodologi pengajaran ajaran

Islam disebutkan bahwa metode adalah "Suatu cara yang sistematis dan umum

terutama dalam mencari kebenaran ilmiah".35 Dalam kaitannya dengan

pengajaran ajaran Islam, maka pembahasan selalu berkaitan dengan hakikat

penyampaian materi kepada peserta didik agar dapat diterima dan dicerna

dengan baik.

Metode adalah cara yang sistematis dan teratur untuk pelaksanaan

suatu atau cara kerja.36 Dakwah adalah cara yang digunakan subjek dakwah

untuk menyampaikan materi dakwah atau bisa diartikan metode dakwah

adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da'i untuk menyampaikan

materi dakwah yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan

tertentu.

Sementara itu dalam komunikasi metode dakwah ini lebih dikenal

sebagai approach, yaitu cara-cara yang dilakukan oleh seorang da'i atau

komunikator untuk mencapai suatu tujuan tertentu atas dasar hikmah dan

kasih sayang.37 Dengan kata lain, pendekatan dakwah harus bertumpu pada

satu pandangan human oriented menetapkan penghargaan yang mulia pada

diri manusia. Hal tersebut didasari karena Islam sebagai agama salam yang

menebarkan rasa damai menempatkan manusia pada prioritas utama, artinya

34 Abd. Kadir Munsy, 1982, Metode Diskusi dalam Dakwah, Surabaya: Al-Ihlash, Cet ,

hlm. 29. 35 Soeleman Yusuf dan Slamet Soesanto, 1981, Pengantar Pendidikan Sosial, Surabaya:

Usaha Nasional, hlm.38. 36 Paus A. Partanto, M. Dahlan Al Barri, 1994, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arloka,

hlm.461. 37 Toto Tasmara, Ibid, h. 43.

Page 21: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

27

penghargaan manusia itu tidaklah dibeda-bedakan menurut ras, suku, dan lain

sebagainya. Sebagaimana yang tersirat dalam QS. al-Isra' 70; "Kami telah

muliakan Bani Adam (manusia) dan Kami bawa mereka itu di daratan dan di

lautan. Kami juga memberikan kepada mereka dan segala rezeki yang baik-

baik. Mereka juga Kami lebihkan kedudukannya dari seluruh makhluk yang

lain".

Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk

menyampaikan ajaran materi dakwah (Islam). Dalam menyampaikan suatu

pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, suatu pesan walaupun baik,

tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar, pesan itu bisa saja ditolak

oleh si penerima pesan. Dalam "Ilmu Komunikasi" ada ungkapan "the

Methode is message." Maka dari itu kejelian dan kebijakan juru dakwah dalam

memilih dalam memakai metode sangat memengaruhi kelancaran dan

keberhasilan dakwah. Ketika membahas tentang metode dakwah pada

umumnya merujuk pada surah an-Nahl (QS.16:125)

ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن إن

دينتهبالم لمأع وهبيله ون سل عن ضبم لمأع وه كب125: النحل (ر(

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Page 22: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

28

Dalam ayat ini, metode dakwah ada tiga, yaitu: a) hikmah b) mau'izah

al-hasanah c) mujadalah billati hiya ahsan

e. Atsar (efek dakwah)

Setiap aksi dakwah akan menimbulkan reaksi. Demikian jika dakwah

telah dilakukan oleh seorang da'i dengan materi dakwah, wasilah, thariqah

tertentu maka akan timbul respons dan efek (atsar) pada mad'u,

(mitra/penerima dakwah). Atsar itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa

Arab yang berarti bekasan/sisa, atau tanda. Istilah ini selanjutnya digunakan

untuk menunjukkan suatu ucapan atau perbuatan yang berasal dari sahabat

atau tabi'in yang pada perkembangan selanjutnya dianggap sebagai hadits,

karena memiliki ciri-ciri sebagai hadits. 38

Atsar (efek) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari proses

dakwah ini sering kali dilupakan atau tidak banyak menjadi perhatian para

da'i. Kebanyakan mereka menganggap bahwa setelah dakwah disampaikan

maka selesailah dakwah. Padahal, atsar sangat besar artinya dalam penentuan

langkah-langkah dakwah berikutnya. Tanpa menganalisis atsar dakwah maka

kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan pencapaian tujuan

dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya, dengan menganalisis atsar dakwah

secara cermat dan tepat maka kesalahan strategis dakwah akan segera

diketahui untuk diadakan penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya

38 Abuddin Nata, 1998, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm.

363.

Page 23: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

29

(corrective action) demikian juga strategi dakwah termasuk dalam penentuan

unsur-unsur dakwah yang dianggap baik dapat ditingkatkan.

Evaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilaksanakan secara

radikal dan komprehensif, artinya tidak secara parsial atau setengah-setengah.

Seluruh komponen sistem (unsur-unsur) dakwah harus dievaluasi secara

komprehensif. Sebaliknya, evaluasi itu dilakukan oleh beberapa da'i, para

tokoh masyarakat, dan para ahli. Para da'i harus memiliki jiwa inklusif untuk

pembaruan dan perubahan di samping bekerja dengan menggunakan ilmu.

Jika proses evaluasi ini telah menghasilkan beberapa konklusi dan keputusan,

maka segera diikuti dengan tindakan korektif (corrective action). Kalau yang

demikian dapat terlaksana dengan baik, maka terciptalah suatu mekanisme

perjuangan dalam bidang dakwah. Dalam bahasa agama inilah sesungguhnya

disebut dengan ihtiar insani. Bersama dengan itu haruslah diiringi dengan doa

mohon taufik dan hidayah Allah untuk kesuksesan dakwah.

Apa saja yang seharusnya dievalusi dari pelaksanaan dakwah tidak lain

adalah seluruh komponen dakwah yang dikaitkan dengan tujuan dakwah yang

ingin dicapai.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam upaya mencapai tujuan dakwah

maka kegiatan dakwah selalu diarahkan untuk memengaruhi tiga aspek

perubahan diri objeknya, yakni perubahan pada aspek pengetahuannya

(knowledge), aspek sikapnya (attitude) dan aspek perilakunya (behavioral).

Berkenaan dengan ke tiga tersebut, Jalaluddin Rahmat, menyatakan:

Page 24: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

30

Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan dengan emosi, sikap, serta nilai. efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.39 Sedangkan dalam buku Strategi Komunikasi Anwar Arifin

memperjelas efek di atas sebagai berikut:

Sesungguhnya suatu ide yang menyentuh dan yang merangsang

individu dapat diterima atau ditolak dan pada umumnya melalui proses:

1. Proses mengerti (proses kognitif).

2. Proses menyetujui (proses objektif).

3. Proses pembuatan (proses sencemotorik).

Atau dapat dikatakan melalui proses:

1. Terbentuknya suatu pengertian atau pengetahuan (knowledge).

2. Proses suatu sikap menyetujui atau tidak menyetujui (attitude).

3. Proses terbentuknya gerak pelaksanaan (prectice).40

4. Tujuan Dakwah

Bisri Afandi mengatakan bahwa yang diharapkan oleh dakwah adalah

terjadinya perubahan dalam diri manusia, baik kelakuan adil maupun aktual,

baik pribadi maupun keluarga masyarakat, way of thinking atau cara

39 Jalaluddin Rahmat, 1982, Retorika Modern, Sebuah Kerangka Teori dan Praktik

Berpidato, Bandung: Akademika, hlm. 269. 40 Anwar Arifin, 1984, Strategi Komunikasi, Bandung: Amico, Cet II, hlm. 41.

Page 25: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

31

berpikirnya berubah, way of life atau cara hidupnya berubah menjadi lebih

baik ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas. Yang dimaksud adalah nilai-

nilai agama sedangkan kualitas adalah bahwa kebaikan yang bernilai agama

itu semakin dimiliki banyak orang dalam segala situasi dan kondisi.41

Ketika merumuskan pengertian dakwah, Amrullah Ahmad

menyinggung tujuan dakwah adalah untuk memengaruhi cara merasa,

berpikir, bersikap, dan bertindak manusia pada dataran individual dan

sosiokultural dalam rangka terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi

kehidupan.42

Kedua pendapat di atas menekankan bahwa dakwah bertujuan untuk

mengubah sikap mental dan tingkah laku manusia yang kurang baik menjadi

lebih baik atau meningkatkan kualitas iman dan Islam seseorang secara sadar

dan timbul dari kemauannya sendiri tanpa merasa terpaksa oleh apa dan siapa

pun.

Salah satu tugas pokok dari Rasulullah adalah membawa mission sacre

(amanah suci) berupa menyempurnakan akhlak yang mulia bagi manusia. Dan

akhlak yang dimaksudkan ini tidak lain adalah al-Qur 'an itu sendiri sebab

hanya kepada al-Qur'an-lah setiap pribadi muslim itu akan berpedoman. Atas

dasar ini tujuan dakwah secara luas, dengan sendirinya adalah menegakkan

ajaran Islam kepada setiap insan baik individu maupun masyarakat, sehingga

41 Bisri Affandi, 1984, Beberapa Percikan Jalan Dakwah, Surabaya, Fak Dakwah

Surabaya, hlm.3. 42 Amrullah Ahmad, 1983, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Primaduta,

hlm. 2.

Page 26: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

32

ajaran tersebut mampu mendorong suatu perbuatan sesuai dengan ajaran

tersebut.43 Adapun karakteristik44 tujuan dakwah itu adalah:

1. Sesuai (suitable), tujuan dakwah bisa-selaras dengan misi dan visi dakwah

itu sendiri.

2. Berdimensi waktu (measurable time), tujuan dakwah haruslah konkret dan

bisa diantisipasi kapan terjadinya.

3. Layak (feasible) tujuan dakwah hendaknya berupa suatu tekad yang bisa

diwujudkan (realistis).

4. Luwes (fleksible) itu senantiasa bisa disesuaikan atau peka (sensitif)

terhadap perubahan situasi dan kondisi umat atau peka (sensitif) terhadap

perubahan situasi dan kondisi umat.

5. Bisa dipahami (understandable), tujuan dakwah haruslah mudah dipahami

dan dicerna.

Namun secara umum tujuan dakwah dalam al-Qur'an adalah:

1. Dakwah bertujuan untuk menghidupkan hati yang mati.

Allah berfirman:

)14:األنفال...( يحييكملله وللرسول إذا دعاكم لمالذين آمنوااستجيبوااياأيها

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, patuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu ...". (QS. al Anfal: 24)

43 Toto Tasmara, 1997, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Baru Pertama, hlm. 47. 44 Sedangkan karakteristik dari sasaran adalah: 1. Merupakan citra ideal yang hendak

dicapai di masa mendatang tapi dimensi waktu spesifik. 2. Mengarahkan pembuatan keputusan dakwah dan kegiatan konkret yang rasional dalam aktivitas dakwah. 3. Sasaran dakwah itu tidak harus dikaitkan dengan kinerja yang bisa kuantifikasi.

Page 27: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

33

2. Agar manusia mendapat ampunan dan menghindarkan azab dari Allah.

مله فرغلت مهتوعا دي كلمإن7: نوح(... و(

Artinya: Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada

iman) agar Engkau mengampuni mereka ... (QS Nuh: 7)

3. Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya.

هضعب نكرن ياب مزاألح منو كا أنزل إليون بمحفري ابالكت ماهنيآت الذينو

)36الرعد ( إليه أدعو وإليه مآبقل إنما أمرت أن أعبد الله وال أشرك به

Artinya: Orang-orang yang telah kami berikan kitab kepada mereka,

bergembira dengan kitab yang telah diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan Yahudi Jang bersekutu ada yang mengingkari sebagiannya. Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali". (QS. ar Ra'd: 36)

4. Untuk menegakkan agama dan tidak terpecah-belah.

اهيمرا به إبنيصا ومو كا إلينيحالذي أووحا وى به نصا وين مالد نلكم م

وموسى وعيسى أن أقيموا الدين ولا تتفرقوا فيه كبر على المشركني ما

)13: الشورى(... تدعوهم إليه

Artinya: Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama yang telah

diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa Jang telah Kami wasiatkan kepada

Page 28: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

34

Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya..." (QS Asy Syura: 13)

5. Mengajak dan menuntun ke jalan yang lurus.

)73:املؤمنون (وإنك لتدعوهم إلى صراط مستقيم

Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka ke jalan

yang lurus. (QS. al-Mukminun: 73)

6. Untuk menghilangkan pagar penghalang sampainya ayat-ayat Allah ke

dalam lubuk hati masyarakat.

من نكونلا تو كبإلى ر عادو كإلي إذ أنزلت دعات الله بآي نع كندصلا يو

ركنيش87: القصص (الم(

Artinya: Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (QS. al-Qashshas: 87)

C. Musik Sebagai Dakwah Musik merupakan bagian dari seni. Seni atau kesenian adalah

manifestasi budaya (priksa, rasa, karsa, intuisi dan karya) manusia yang

memenuhi syarat-syarat estetik.45 Menurut Herbert Read yang dikutip Sidi

Gazalba, seni katanya adalah usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang

menyenangkan.46 Pada garis besarnya kesenian dapat dibeda-bedakan atas:

45 Endang Saifuddin Anshari, 1986, Wawasan Islam, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Islam

dan Ummatnya, Jakarta: CV Rajawali, hlm. 116. 46 Sidi Gazalba, 1989, Asas Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, hlm. 299.

Page 29: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

35

1. Seni sastra atau kesusastraan, seni dengan alat bahasa.

2. Seni musik, seni dengan alat bunyi atau suara.

3. Seni rupa, seni dengan alat garis, bentuk, warna dan lain sebagainya.

4. Seni drama atau teater, seni dengan alat kombinasi: sastra, musik, tari atau

gerak dan rupa.47

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, musik berarti nada atau suara

yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan

keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat

menghasilkan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi).48 Sutan

Muhammad Zain dengan singkat mengatakan, musik adalah bunyi-bunyian.49

Pengertian ini tidak berbeda dengan WJS Poerwadarminta, musik berarti

bunyi-bunyian.50

Sepanjang sejarah belum pernah ditemukan umat yang menjauhkan

diri dari nyanyian dan musik. Perbedaannya hanya dalam waktu yang mereka

gunakan untuk menikmati lagu atau kapasitas lagu yang mereka nikmati, ada

yang banyak dan ada juga yang sedikit, bahkan ada juga yang berlebihan,

sehingga lagu sudah merupakan prinsip hidupnya. Hal ini sangat dipengaruhi

oleh suasana hati mereka. Ketika bahagia misalnya, tentu berbeda dengan

nyanyian dalam suasana duka.51

47 Endang Saifuddin Anshari, loc. cit. 48 Depdiknas, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, edisi III, Cet 2, Jakarta: Balai

Pustaka, hlm. 766 49 Sutan Muhammad Zain, tth, Kamus Modern Bahasa Indonesia, Jakarta : Grafika, hlm.

614. 50 W.J.S. Poerwadarminta, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PN Balai

Pustaka, Cet. 5, hlm. 664. 51 Yusuf al-Qardhawi, 2001, Nasyid Versus Musik Jahiliyah, terj. Achmad Fulex Bisyri

dan Awan Sumarna, Bandung: Mujahid, hlm. 9.

Page 30: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

36

Itulah sebabnya ada madzhab revalationism yang mempercayai bahwa

musik berasal dan bersumber dari alam metafisika melalui tersibaknya tabir

(draw back the veil) atau pewahyuan. Teori ini berpangkal dari pemikiran

bahwa musik merupakan bunyi yang dihasilkan oleh gerakan jagat raya. Oleh

Tuhan, jagat raya ini diciptakan dan disusun dengan komposisi termulia.

Seluruh gerakannya memiliki komposisi yang termulia juga. Gerakan-gerakan

itu menimbulkan suara yang indah (nyanyian), yang harmonis, terpadu, silih

berganti, dan enak didengar.52

Terlepas apakah pendapat itu logis atau tidak, yang jelas musik dan

nyanyian (Ar.: taganni dan al-ghina') berarti nada yang disusun demikian rupa

sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama)

menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi). Musik ialah seni

menyusun suara atau bunyi, Dari pengertian ini terlihat bahwa musik tidak

terbatas pada penyusunan suara yang indah saja, tetapi juga pada penyusunan

bunyi-bunyian. Adapun nyanyi berarti mengeluarkan suara bernada, berlagu,

baik dengan lirik maupun tidak. Baik musik maupun nyanyi, keduanya hanya

merupakan sebagian saja dari sekian banyak dan luasnya jenis dan lingkup

seni/kesenian. Musik merupakan salah satu naluri universal kemanusiaan yang

wajar. Unsur umum bagi musik dalam berbagai kebudayaan adalah "irama".53

Masyarakat kaum muslimin dewasa ini umumnya menghadapi

kesenian sebagai suatu masalah sehingga timbul berbagai pertanyaan,

52 Abdul Muhaya, 2003, Bersufi Melalui Musik Sebuah Pembelaan Musik Sufi Oleh

Ahmad Al-Ghazali, Yogyakarta: Gama Media, hlm. 22 53 Abdul Aziz Dahlan, dkk (Ed.)., 1997, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru

van Hoeve, Jilid 4, hlm. 1257

Page 31: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

37

bagaimana hukum tentang bidang yang satu ini, boleh, makruh atau haram? Di

samping itu dalam praktek kehidupan sehari-hari, sadar atau tidak, mereka

juga telah terlibat dengan masalah seni musik. Bahkan sekarang ini bidang

tersebut telah menjadi bagian dari gaya hidup mereka dan bukan pula bagi

yang berdomisili di kota.54

Dalam kehidupan sehari-hari ketika terdengar alunan musik, maka

kelompok pertama ada yang membuka telinganya untuk semua jenis lagu, dan

semua corak musik, karena beranggapan bahwa itu dibolehkan dan termasuk

kepada kebaikan duniawi yang dibolehkan oleh Allah bagi hamba-Nya.

Kelompok kedua ada yang mematikan radio atau menutup telinganya ketika

mendengar sayup-sayup suara nyanyian dengan mengatakan: "Nyanyian

adalah serulingnya setan dan perkataan yang sia-sia, penghalang dzikir dan

shalat, apalagi jika penyanyinya seorang wanita, menurutnya suara wanita itu

aurat. Mereka berargumentasi dengan ayat Al-Qur'an, AI-Hadis dan beberapa

pendapat ulama. Mereka ada yang menolak segala macam jenis

musik/walaupun sebagai musik pengantar (intro) warta berita.55

Kelompok ketiga termasuk yang ragu. Kadang mengikuti kelompok

pertama, kadang mengikuti kelompok yang lain. Mereka mengikuti pendapat

yang pas dan jawaban yang luas dari ulama tentang masalah yang

kontroversial ini, yang berhubungan dengan perasaan manusia dan kehidupan

sehari-hari, khususnya setelah masuknya siaran multimedia ke rumah-rumah

54 Abdurrahman al-Baghdadi, 1991, Seni Dalam Islam, Seni Vokal, Musik, Tari, Jakarta:

Gema Insani, hlm. 9. 55 Yusuf Al-Qardhawy, 2002, Fiqih Musik & Lagu Perspektif Al-Qur'an dan As-Sunnah,

Bandung: Mujahid, hlm. 25

Page 32: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

38

mereka sebagai hiburan maupun acara lainnya. Mereka tidak

mempermasalahkan lagu dan musiknya, baik ataupun buruk.

Adapun orang yang menghalalkam lagu atau musik berargumentasi

dengan dalil naqli sebagai berikut:

Al-Quran surat Shad ayat 42 menyatakan:

لكبرج كض42:ص...(ار(

Artinya: Hantamkanlah kakimu. 56 Menurut para ulama ayat di atas menunjukkan kebolehan menari di

mana menari seringkali diiringi dengan musik. Dengan demikian musik

hukumnya jaiz (boleh). Alasan dari mereka yang membolehkan musik adalah

karena musik sepanjang bernuansa islami justrumempunyai manfaat yang

besar. Di antaranya sebagai hiburan untuk menghilangkan ketegangan saraf

dan untuk menikmati keindahan yang menyentuh kerohanian.

Sabda Rasulllah SAW:

كاح رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم أعلنواهذاالن قالعن عائشة قالت 57)سنن الترمذي(واجعلوه يف املساجدواضربواعليه بالدفوف

Artinya: Dari Aisyah ia berkata Rasulullah saw bersabda umumkanlah

pernikahan ini, dan lakukan itu di masjid. Lalu ramaikanlah dengan menabuh rebana.

56Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,

Depag RI, 1986, hlm. 738 57 Al- Imam Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Saurah ibn Musa ibn ad -Dahak as-Salmi at-

Turmuzi, 1931, Sunan at-Turmuzi, Kairo: Dar al-Kutub al-Misriyyah, juz 2, hlm. 149

Page 33: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

39

Hadits di atas menjadi petunjuk bahwa musik itu dibolehkan sepanjang

tidak membawa madarat bagi diri sendiri dan umat manusia. Bila mengandung

manfaat maka musik bisa tetap didukung dalam pertumbuhan dan

perkembangannya.

Nyanyian yang disertai dengan alat musik atau tanpa alat musik

Mengundang kontroversi antara para ulama sejak periode pertama. Mereka

sependapat dalam satu sisi, dan berbeda pada sisi lain.

Mereka sepakat atas keharaman lagu yang mengandung keburukan

atau kefasikan dan mengundang kemaksiatan, walaupun lagu hanya sebatas

ucapan. Jika lagu itu baik, maka dibolehkan. Namun jika buruk maka

dipandang buruk, karena setiap perkataan yang mengandung keharaman

adalah haram. Tergantung pengaruh terhadap dirinya, baik syairnya, liriknya

maupun pengaruh unsur lainnya.

Mereka bersepakat atas kebolehan lagu natural (accapella/nyanyian

Mulut saja) yang terlepas dari alat-alat musik dan Instrumen lainnya. Dan

hanya dibolehkan pada waktu-waktu gembira yang disyari'atkan, seperti

resepsi pernikahan dan acara penyambutan tamu serta hari raya dan

sejenisnya, dengan syarat penyanyinya bukan seorang ;wanita ketika

pengunjungnya bukan muhrim.

Adapun yang menjadi perbedaan antara lain; sebagian membolehkan

setiap lagu yang disertai dengan alat musik ataupun tidak, ini dikategorikan

sunnah, dan sebagian lagi melarang lagu yang disertai alat musik dan hanya

Page 34: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

40

membolehkannya nyanyian tanpa alat musik, dan sebagian lagi melarangnya

sama sekali/baik dengan alat musik maupun tidak, mereka memandang haram,

bahkan termasuk dosa besar.

Hal terpenting dalam masalah ini, kita harus melihat benang merah

Yang membedakannya dan kita cari penjelasan yang dapat menyingkap titik

permasalahan, sehingga dapat membedakan mana yang halal dari yang haram

dengan mengikuti argumentasi yang benar, bukan taqlid kepada orang lain,

dengan demikian akan jelas duduk permasalahannya dan terbukalah mata hati

untuk menerima kebenaran agama.

Inilah kewajiban para ulama dalam menghadapi perbedaan, konflik

dan pendapat yang kontroversial akibat kesalahpahaman, karena manusia

membutuhkan rambu-rambu yang dapat dijadikan panduan dalam

perjalanannya. Kapan harus berjalan, dan kapan harus berhenti.58

Musik adalah bekal yang telah diberikan Allah Swt semenjak manusia

lahir. Jika diperhatikan setiap tangisan bayi, maka tangisan bayi selalu

mengeluarkan nada-nada merdu merasuk qolbu. Semuanya dilantunkan

dengan penuh perasaan melalui kontrol nada yang cermat. Jauh melampaui

kecermatan seorang penyanyi "metal" yang biasa bernyanyi dalam lengkingan

nada-nada tinggi.

Dari musik, orang dapat dengan mudah menyampaikan pesan dakwah.

Musik dan dakwah merupakan naluri manusia sejak ia dilahirkan, oleh sebab

itu beruntunglah bagi mereka yang bisa melakukan hal itu di saat ia dewasa.

58 Yusuf Al-Qardhawi, op. cit, hlm. 25-26

Page 35: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

41

Sejak dilahirkan, Allah Swt telah membekali manusia dua belahan otak. Otak

kiri adalah bagian otak yang berhubungan dengan fungsi berpikir, sedangkan

otak kanan berhubungan dengan fungsi intuisi. Descartes, Nicolas Copernicus,

Newton, atau Galileo Galilei, adalah tokoh-tokoh yang memiliki kemampuan

otak kiri yang luar biasa. Bahkan berbagai hasil pemikiran mereka sangat

berpengaruh sekali terhadap Revolusi Ilmiah yang terjadi pada abad ke-16 dan

ke-17.

Revolusi Ilmiah yang terjadi selama dua abad itu, di antaranya

merubah pandangan tentang bumi yang semula berfungsi sebagai pusat alam

semesta, menjadi seperti sebuah mesin. Eksploitasi terhadap penduduk bumi

dan seisinya termasuk terhadap manusia serta materialisme dan mental

kapitalisme yang dianggap kurang mendukung kesetaraan alam, adalah

metafora dari kenyataan sejarah yang disebut Revolusi Ilmiah.59

Peranan otak kanan yang berhubungan dengan peranan intuitif baru

mulai dianggap perlu oleh sebagian penduduk dunia di akhir abad ke-20.

Berpikir hanya dengan satu otak saja ternyata tidak cukup. Banyak ahli yang

berpendapat bahwa berbagai kerusakan, bencana, kerusuhan, kesengsaraan,

dan krisis yang terjadi selama ini disebabkan para elit pemikirnya

mengabaikan salah satu bekal Ilahiah, yaitu otak kanan. Para pemikir aliran

post modern bahkan secara terang-terangan menyalahkan para pemikir zaman

modern karena dinilai telah terlampau memuja ilmu pengetahuan, sehingga

59 Adjie Esa Poetra, 2004, Revolusi Nasyid, Bandung: MQS Publishing, hlm. 3-4

Page 36: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

42

mengabaikan prinsip kemajemukan, prinsip-prinsip dasar kemanusiaan,

bahkan mengabaikan norma-norma keagamaan.60

Sudah menjadi kesepakatan para ahli bahwa musik memiliki arti

penting dari sudut pandang spiritual, tidak hanya bagi musik itu sendiri.

melainkan juga dalam hubungannya dengan syair, sebagaimana ditunjukkan

dengan amat menarik oleh Maulana Jalaluddin Rumi.

Kalau melihat sejarah, sesungguhnya upaya-upaya menyampaikan

ajaran Islam melalui media seni sudah memiliki umur yang relatif tua. Sunan

Kalijaga dan Sunan Bonang, misalnya adalah dua dari sekian banyak tokoh

penyebar Islam yang menjadikan musik sebagai media dakwah.

"Sunan Kalijaga abad ke-21," yakni Emha Ainun Nadjib. juga

melakukan hal yang sama melalui musikalisasi kelompok musik Kiai

Kanjengnya. la sanggup mengubah gamelan yang berasal dari tradisi Jawa

tersebut menjadi sarana pengungkapan dan penyampaian pesan-pesan dakwah

kepada masyarakat.

Musik Kiai Kanjeng dan puisi Emha Ainun Nadjib tidak memfokuskan

perhatiannya kepada musik dan puisi itu sendiri. Hal ini karena musik dan

puisi bukan pusat kehidupan manusia melainkan fasilitas estetika dalam

kebudayaan masyarakat. Musik dan puisi mempermudah komunikasi,

memperindah pergaulan, memperdalam cinta. mempercepat keharuan

keilahian.

60 Ibid, hlm. 4

Page 37: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

43

Musik dan puisi bukan "tuhan' yang disembah, difokuskan, dan

dinomorsatukan. melainkan kendaraan yang dahsyat untuk memproses

kemandirian hidup, kenikmatan ketuhanan, keadilan pergaulan, kedahsyatan

keakraban, kedamaian, persatuan, dan kemesraan. Kelompok musik Kiai

Kanjeng sangat mencintai musik, sebagaimana mereka sangat mencintai

Tuhan dan kehidupan. Kalau mereka memakai musik dan puisi hanya sebagai

alat komunikasi, itu merupakan pengingkaran terhadap cinta dan

tanggungjawab mereka terhadap kesenian.

Dengan demikian, maka dakwah dengan kesenian termasuk seni musik

merupakan kebutuhan yang sangat mendesak saat ini, sebab dakwah dengan

media musik selain bermakna sebagai amar makruf nahyi munkar, juga dalam

rangka membangun kemampuan intuisi umat. Apabila dakwah dengan musik

semakin populer, maka keuntungannya tidak hanya sebatas beramar makruf

nahyi munkar, melainkan juga sebagai aktivitas olah rasa atau olah qolbu, baik

bagi pelaku maupun pendengarnya. Kegiatan olah qolbu nantinya akan

menghasilkan kepekaan dan kualitas hati nurani.

Budaya musik dan dakwah bukanlah soal baru di Indonesia. Bahkan

yang lebih mempesona lagi, oleh para penyebar agama Islam di Indonesia seni

musik (dimainkan dengan media musik gamelan) dipandang sebagai sama

pentingnya dengan dakwah itu sendiri.

D. Musik Nasyid Sebagai Dakwah

Di antara keindahan yang dapat dirasakan telinga adalah musik.

Keindahan musik dapat membangkitkan semangat atau memberikan gairah.

Page 38: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

44

Musik juga yang mendorong manusia menciptakan perangkat lunak dan

perangkat keras yang beraneka ragam saat ini. Dunia menjadi hingar bingar

dan penuh rona.61 Musik sebagai seni dan seni yang merupakan hasil budaya

manusia tidaklah sekedar mempunyai nilai keindahan, tetapi juga mengandung

makna simbolis. Hal yang demikian itu tidaklah semata-mata berlaku pada

masyarakat yang tingkat budayanya masih rendah, tetapi juga pada

masyarakat yang budayanya sudah maju.62

Dalam kehidupan manusia, bersyair dan berlagu telah ada jauh

sebelum agama Islam yang dibawa oleh Baginda Rasul saw diturunkan. Itulah

sebabnya mengapa pada setiap suku bangsa di dunia didapati berbagai macam

jenis lagu atau nyanyian. Dan, jenis-jenis lagu tersebut meliputi seluruh aspek

kehidupan manusia, baik dari bentuk yang sederhana dalam kehidupan sehari-

hari dan berkembang ke aspek lain dalam kehidupan. Ada jenis lagu yang

disebut Nyanyian Pengantar Tidur (Lullaby), Hymne, Senandung, Mars, Lagu

Gembira seperti: Pesso Dabia di Spanyol, Joget di Tanah Melayu, Samba di

Amerika Latin, Chalte di India dan lain-lain.

Seiring dengan turun dan berkembangnya Islam, bertambah pulalah

satu jenis nyanyian yang mengisi kekayaan khasanah Islamiyah. Bermula dari

masa hayatnya Rasulullah Saw. sendiri di mana Baginda tidak melarang syair-

syair yang berkembang pada diri para sahabat, sebagai kelanjutan dari zaman

pra-Islam. Hanya saja dengan datangnya Islam isi syair dan lagu berubah ke

61 Yusuf al-Qardhawi, 2001, Nasyid Versus Musik Jahiliyah, terj. Achmad Fulex Bisyri

dan Awan Sumarna, Bandung: Mujahid, hlm. 5. 62 Ridin Sofwan, dkk, 2004, Merumuskan Kembali Interelasi Islam – Jawa, Yogyakarta:

IAIN Walisongo Gama Media, hlm. 78.

Page 39: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

45

arah yang positif. Dengan artian tidak lagi memuja-muja syahwat dan

kemusyrikan.

Satu syair dan nyanyian yang dapat dikatakan sebagai lagu tertua

dalam Islam adalah Thala 'al Badru 'Alaina yang dinyanyikan secara beramai-

ramai oleh masyarakat Madinah, diiringi alunan suara rebana yang dipukul

secara bersama-sama pula menyambut datangnya Rasul berhijrah dari Makkah

ke Madinah. Masa itu kini telah berlalu selama 1425 tahun lamanya.

Inilah titik awal dari berkembangnya syair dan lagu Islami, satu hal

yang terkadang dinafikan keberadaannya oleh sebagian kelompok kaum

muslimin yang menolak adanya budaya bernyanyi dan bersyair dalam Islam.

Seiring dengan meluasnya daerah berpenduduk Islam, meluas pulalah

pengaruh nyanyian islami sebagai sebuah budaya dalam kehidupan kaum

muslimin. Pada masa dinasti Turki menguasai dunia berkembang satu irama

yang disebut zapin. Paduan antara irama Turki Arabia dan Spanyol ini

berkembang dan melebar dari belahan dunia Barat sampai ke belahan Timur di

negeri-negeri Asia Tenggara.

Di negeri Thailand, Malaysia, Singapura, Sumatera dan Brunai nama

jenis irama ini tetap tidak berubah. Masyarakat mengenalnya dengan nama

aslinya zapin. Di Maluku dan Filipina irama ini dikenal dengan nama Dhana-

dhana. Namun, yang perlu dicatat bahwa isi syairnya tidak keluar dari perkara-

perkara yang mubah diperbincangkan. Tidak menggambarkan syahwat atau

kemusyrikan. Beberapa contoh lagu dan syair berirama zapin yang sempat

Page 40: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

46

terkenal di negeri Nusantara adalah: Lancang Kuning, Laksamana Hang Tuah,

Laksamana Raja di Laut, Bunga Melur dan lain-lain.63

Di samping zapin ini masih ada juga jenis irama dan lagu yang

islami,dan dimainkan tanpa alat musik yang bernada, seperti hadhrah,

marawis, dan lain-lain.

Di Jakarta, masyarakat Betawi mengenal Orkes Gambus, sementara di

Sumatera Utara disebut dengan Irama Padang Pasir dan di Jawa disebut

Qasidahan. Meskipun beberapa alat pengiringnya menggunakan alat yang

bernada, seperti Biola, 'Od, Ganun, dan Accordion, yang hukumnya masih

ikhtilaf di sisi para ulama. Sehingga ada yang mendukung dan ada yang

menentang. Pada pertengahan tahun 60-an di Sumatera Utara, seorang juara

MTQ tingkat Internasional di Malaysia yang bernama Hj Nur Aisyah Djamil

pertama sekali membentuk group Qasidah dan menyanyikan lagu-lagu yang

syairnya disebut sebagai syair Islami. Group Qasidah ini diberi nama Nasyid,

diambil dari singkatan nama sang pemimpin yaitu "Nur Aisyah Djamil". Di

sinilah awal dikenalnya nama "Nasyid" di Indonesia. Alat pengiring yang

dipakai semuanya tidak ada yang bernada, hanya terdiri dari gendang berbagai

jenis dan rebana saja. Meskipun demikian, ada juga sebahagian orang yang

berpendapat bahwa kata Nasyid tersebut berasal dari kata "Nasyd", yang

berarti "Hymne.64

63 Adjie Esa Poetra, 2004, Revolusi Nasyid, Bandung: MQS Publishing, hlm. xiv-xvi 64 http://www .raihan .com .my

Page 41: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

47

Pada tahun 80-an di Jakarta ada Grup Qasidah yang cukup populer dan

selalu tampil di layar televisi memakai nama grup mereka dengan nama

Nasyidaria. Hanya saja alat pengiringnya memakai alat-alat modern yang

bernada, seperti gitar, organ, dan lain-lain.

Pada awal tahun 90-an Jama 'ah al-Arqam mengetengahkan lagu-lagu

Nasyid, yang sebagian memakai alat pengiring tanpa nada. Bahkan, sebagian

lagi dinyanyikan tanpa alat pengiring sama sekali. Gebrakan al-Arqam ini

sempat membahana di negeri-negeri Asia Tenggara. Beberapa lagu mereka

yang populer adalah Asma ul 'Husna, Sunnahnya Orang Berjuang, Di Pondok

Kecil, dan lain-lain. Grup mereka yang paling populer disebut Grup Nada

Murni.

Kini, di tahun 2000-an lagu-lagu Nasyid kembali membahana. Ada

beberapa kemajuan yang mewarnai budaya Nasyid ini. Yang paling menonjol

adalah semakin dekatnya mereka pada syariat Islam. Para penyanyi yang

muncul didominasi oleh kaum pria, berbeda dengan sebelumnya yang lebih

didominasi oleh kaum wanita. Dan, kalau dahulu alat musik yang dipakai

masih beragam, kini yang muncul adalah alat musik tanpa nada. Bahkan,

tehnik acapella pun mulai muncul dan digarap dengan apik.65

Derasnya lagu-lagu yang bersyair "porno" dan percintaan bebas yang

menabrak budaya serta moral agama menyebabkan Nasyid kini berkembang

dan mendapat tempat tersendiri di hati kaum muslimin. Aa Gym misalnya,

telah mengarang sebuah lagu yang berjudul "Jagalah Hati" dan sempat

65 http://www .videohat .com

Page 42: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

48

membelah angkasa bumi pertiwi sampai ke negara tetangga. Agaknya sikap

pemerintah yang kurang tanggap terhadap lagu-lagu yang "tidak bermoral"

menyebabkan mengentalnya perlawanan kaum muslimin untuk membendung

usaha perusakan moral lewat lagu tersebut.

Pengamat musik Islam, Drs Hilman Farouq, pernah mengutip

keterangan al-Farabi-seorang ahli musik Islam yang hidup antara 878-950 M-

bahwa nasyd (dieja dengan N-A-S-Y-D) digolongkan sebagai hymne. Jika oleh

bangsa Yunani Kuno hymne selalu diidentikan dengan kegiatan sakral kepada

tuhannya, namun oleh kalangan Islam menurut al-Farabi musik difungsikan

bukan sekadar untuk itu. Nasyd atau hymne oleh kalangan Islam biasa

difungsikan juga bagi kegiatan-kegiatan kebudayaan atau non ritual semacam

upacara panen, hajatan keluarga, serta kegiatan bajik lainnya.

Dengan memperhatikan keterangan al-Farabi tadi, sudah bisa

dipastikan bahwa sesungguhnya seni nasyd sudah sangat populer sejak zaman

Rasul. Antara konsep musik nasyd yang huruf-hurufnya dieja berdasarkan

temuan al-Farabi dengan konsep Nasyid (yang dieja dengan N-A-S-Y-I-D)

sesungguhnya memiliki fungsi yang sama, yakni menebarkan kebesaran

Ilahi.66

Namun secara teknis, pada akhirnya memang terdapat perbedaan

teknis Nasyid (N-A-S-Y-I-D) yang kita kenal saat ini adalah sebuah jenis musik

yang tidak terikat oleh suasana hymne yang lazimnya selalu bertempo lambat

(atau paling tidak sedang), bersuasana syahdu, khusyuk, khidmat, atau agung.

66 http://www.arabicdance.ru

Page 43: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

49

Nasyid atau yang juga sering di tulis dalam gaya barat Nasheed adalah bentuk

performance musik yang lebih bebas. la bisa menyajikan lagu lambat, sedang,

cepat hingga tempo de marcia atau mars yang cepat dan gagah.

Namun begitu secara budaya musik, Nasyd yang lahir sejak zaman

Rasulullah saw bisa disebut sebagai sokoguru bagi berbagai nyanyian Islam di

mana pun. Sedangkan Nasyid sebagai mana yang sering kita saksikan akhir-

akhir ini tak lain adalah generasi nyanyian Islami kesekian yang mulai populer

di Indonesia beberapa tahun sebelum memasuki abad ke-21

Penulisan Nasyd dengan Nasyid ternyata juga sekaligus bisa

dimanfaatkan untuk membedakan karakter atau performance di antara

keduanya. Sebagaimana yang dijelaskan al-Farabi dalam bukunya al- Musiqa

al-Kabir, nasyd adalah sejenis lagu hymne. Berarti bahwa nasyd merupakan

istilah atau sebutan untuk lagu-lagu pemujaan yang khidmat, khusyuk, syahdu,

atau agung dalam tempo lambat atau sedang. Adapun Nasyid saat ini

tampaknya lebih memandang fleksibilitas dalam penggunaan iringan. la bisa

tampil secara acapella atau pun tampil dengan iringan instrumen musik. Malah

akhir-akhir ini di Indonesia dan Malaysia sudah semakin banyak grup Nasyid

yang tampil dengan iringan musik. Termasuk diiringi instrumen musik

diatonik barat.67

Terlepas dari ada atau-tidaknya unsur kesengajaan dalam melahirkan

tulisan nasyd di satu sisi dengan Nasyid di lain sisi, namun perbedaan kedua

penulisan itu cukup bermanfaat dalam membedakan mana yang sifatnya klasik

67 http://www.placidodomingo.com

Page 44: Bab II Mery - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/15/jtptiain-gdl-s1...8 telah merubah perilaku keagamaan anak-anak di kodya Magelang menjadi lebih kuat.1

50

dan mana yang bukan. Atau setidaknya untuk lebih bisa memberikan pertanda

bahwa seni musik Islam dari waktu ke waktu tidak pernah mandek melainkan

terus berkembang dalam metafora yang tetap mendukung kejayaan Islam. Di

akhir tahun 1990-an, terutama di saat awal terjadinya krisis moneter di

Indonesia, pertumbuhan seni Nasyid seperti jamur di musim hujan. Jenis

kesenian yang satu ini berbentuk nyanyian bersama untuk melagukan beragam

lagu bernuansa religius. Dilihat dari sudut waktu populasinya di Indonesia,

seni Nasyid merupakan generasi yang datang setelah era kasidah, gambus dan

lain-lain.