BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1....

46
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing 2.1.1. Pengertian Kepribadian Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan. Sigmun Freud (1933) berpendapat bahwa kepribadian terdiri dari tiga sistem utama, id, ego, dan super ego. Setiap tindakan kita merupakan hasil interaksi dan keseimbangan antara ketiga sistem tersebut. Ngalim Purwanto (Dewi, 2004) menjelaskan bahwa kepribadian merupakan organisasi sistem-sistem psikofisik individu yang menentukan caracara penyesuaian diri yang unik terhadap lingkungan. Menurut Allport (Hurlock, 1992) kepribadian ialah susunan sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian individu yang unik terrhadap lingkungan. Lebih lanjut Hurlock (1999) menjelaskan, istilah dinamis menunjukkan adanya perubahan dalam kepribadian individu dan susunan mengandung arti bahwa kepribadian terdiri dari ciri- ciri yang saling berkaitan. Sedangkan sistem psikofisik adalah kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik dalam kelenjar, saraf dan

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1....

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kepribadian Guru Pembimbing

2.1.1. Pengertian Kepribadian

Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu

struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang

dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara

teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

Sigmun Freud (1933) berpendapat bahwa kepribadian terdiri dari

tiga sistem utama, id, ego, dan super ego. Setiap tindakan kita merupakan

hasil interaksi dan keseimbangan antara ketiga sistem tersebut.

Ngalim Purwanto (Dewi, 2004) menjelaskan bahwa kepribadian

merupakan organisasi sistem-sistem psikofisik individu yang menentukan

cara–cara penyesuaian diri yang unik terhadap lingkungan. Menurut

Allport (Hurlock, 1992) kepribadian ialah susunan sistem psikofisik yang

dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian individu yang

unik terrhadap lingkungan. Lebih lanjut Hurlock (1999) menjelaskan,

istilah dinamis menunjukkan adanya perubahan dalam kepribadian

individu dan susunan mengandung arti bahwa kepribadian terdiri dari ciri-

ciri yang saling berkaitan. Sedangkan sistem psikofisik adalah kebiasaan,

sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang

bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik dalam kelenjar, saraf dan

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

10

keadaan fisik individu secara umum. Sistem psikofisik juga merupakan

kekuatan motivasi yang menentukan jenis penyesuaian yang akan

dilakukan individu. Dari pengertian kepribadian tersebut, dapat

disimpulkan kepribadian adalah suatu kondisi psikofisik yang kompleks

dari individu yang nampak dalam perilakunya yang unik.

2.1.2. Ciri-Ciri Kepribadian

Spencer (1993) mengatakan “The stamp of individually or group

impressed by nature, education or habit”. Dikatakan bahwa karakter

adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas

seseorang atau sekelompok orang. Seorang guru memang sudah diberi

oleh Allah SWT dengan karakter masing-masing yang memang satu

dengan yang lainnya berbeda. Namun tujuan perbedaan itu bukan

dijadikan sebagai alasan untuk timbulnya konflik. Justru perbedaan

tersebut untuk melengkapi satu dengan yang lainnya agar seimbang.

Sehingga apa yang menjadi karakter manusia itu bisa memunculkan suatu

budi daya yang berupa tata krama atau sopan santun yang dapat membuat

sejuk dan kondusif dalam proses pembelajaran.

Hasil penelitian dari Edward Sheffield (1974) tentang karakteristik

dari guru yang efektif yang sering disebut dengan Characteristics of

Effective Teachers Most Often Mentioned, yakni:

1. Menguasai bahan yang diajar dan memiliki kompetensi.

2. Pengajaran dipersiapkan dengan baik dan memiliki organisasi

pengajaran secara teratur.

3. Pelajaran harus dihubungkan dengan hal praktis dalam kehidupan

sehari-hari.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

11

4. Mendorong murid bertanya dan memberikan opini.

5. Antusias tentang subyek yang diajar.

6. Dapat didekati murid (approachable), bersahabat, terbuka

(available).

7. Peduli kepada kemajuan siswa.

8. Memiliki sifat humoris.

9. Hangat, baik, simpati.

10. Menggunakan alat-alat atau media secara efektif.

Kepribadian individu memiliki beberapa ciri atau karakteristik,

dengan mengerti ciri–ciri tersebut dapat diketahui kepribadian individu

yang bersangkutan. Sarwono (1983) mengungkapkan beberapa ciri

penting untuk mengenali kepribadian, yaitu:

a. Penampilan fisik, yaitu tubuh yang besar, wajah yang tampan,

pakaian yang rapi, atau tubuh yang kurang sehat, wajah yang kuyu,

pakaian yang kusut, semua menggambarkan kepribadian dari orang

yang bersangkutan, berwibawa dan percaya diri atau bahkan

sebaliknya kurang bersemangat dan mempunyai perasaan rendah

diri

b. Temperamen, yaitu suasana hati yang menetap dan khas pada

orang yang bersangkutan, misalnya pemurung, pemarah atau

periang.

c. Kecerdasan dan kemampuan, yaitu kesempurnaan perkembangan

akal budi termasuk di dalamnya kemampuan belajar, kecepatan

berpikir dan kesanggupan untuk mengambil keputusan yang tepat.

d. Arah minat dan pandangan mengenal nilai–nilai, yaitu

kecenderungan hati dan penilaian terhadap nilai–nilai yang ada

pada seseorang. Nilai-nilai yang ada pada seseorang dipengaruhi

oleh adat-istiadat, etika dan agama yang dianut.

e. Sikap sosial, misalnya bersikap peduli atau bersikap masa bodoh

terhadap orang lain.

f. Kecenderungan-kecenderungan dalam motivasinya.

g. Cara-cara membawakan diri, misalnya sopan santun, banyak

bicara, kritis atau mudah bergaul.

h. Kecenderungan patologis, yaitu tanda–tanda adanya kelainan

kepribadian seperti reaksi-reaksi kecemasan yang berlebihan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas Hari Prasetyo

(http://hariprasetyo14.blogspot.com/2011) mengatakan banyak guru di

Indonesia jauh dari karakteristik guru yang efektif di atas, ada guru yang

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

12

hanya sekedar mengajar tanpa peduli siswa paham atau tidak, ada guru yang

mengajar dengan pendekatan otoriter sehingga siswa ketakutan selama

proses pembelajaran, ada guru yang mengajar tanpa humor sama sekali,

bahkan ada guru yang mengajar dengan konsep yang salah karena kurang

menguasi materi. Bagaimana siswa mau menguasai materi kalau dari dalam

otak siswa timbul gaya penolakan yang disebabkan ketidaksukaannya

terhadap karakter guru yang mengajar? Padahal diawali rasa suka itulah

siswa akan mampu menyerap materi secara maksimal dari apa yang

disampaikan guru. Ada benarnya perkataan seorang pakar pendidikan bahwa

: Bila para siswa SD sampai SMA prestasi belajarnya jelek, maka 75% yang

harus disalahkan gurunya dan 25% kesalahan siswa itu sendiri, sebaliknya

bila seorang mahasiswa presstasinya jelek maka 75% yang salah adalah

mahasiswa itu sendiri dan 25% kesalahan dosennya.

Tidak ada salahnya kalau menengok sedikit ke belakang, mengapa

siswa akhir-akhir ini lebih semangat belajar di Lembaga Bimbingan Belajar

jauh lebih menyenangkan “versi siswa” dibanding belajar di sekolah.

Beberapa hal yang membuat siswa betah di sebuah Lembaga Bimbingan

Belajar antara lain :

1. Yang memeberi hak belajar guru adalah siswa itu sendiri, artinya

siswa boleh minta ganti guru bila tidak sesuai dengan apa yang

diharapkan. Secara berkala siswa diberi angket untuk menilai guru

pembimbingnya selama proses pembelajaran tanpa tekanan

psikologis, sehingga siswa akan menilai dengan sejujurnya.

2. Ada kedekatan emosional antara guru dengan siswa sehingga siswa

merasa nyaman, tanpa ada rasa takut untuk bertanya, konsultasi dan

lain sebagainya. Tidak ada guru di bimbingan belajar yang kiler,

sadis, memaksakan kehendak dan suka marah.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

13

3. Guru pembimbing selalu dituntut upgrade keilmuannya, karena

siswa yang berasal dari beberapa sekolah dan berbeda watak diberi

kebebasan untuk bertanya terhadap materi pelajaran yang belum ia

kuasai.

4. Antara pengajar yang serumpun selalu terjadi kompetisi yang sehat,

karena siswa diberi kebebasan untuk memilih pengajar yang mana

yang ia suka.

5. Suasana pembelajaran akan selalu segar, karena humoris adalah

tuntutan yang harus dimiliki seorang mengajar di sebuah lembaga

bimbingan belajar.

Dari fakta-fakta di atas, jelas bahwa “karakter guru” sangat

berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar siswa di tingkat pendidikan

dasar dan menengah. Karena karakter guru sangat berpengaruh terhadap rasa

suka atau tidak suka terhadap pelajaran yang diampunya. Padahal rasa suka

sangat diperlukan untuk modal awal keberhasilan dalam belajar.

(http://hariprasetyo14.blogspot.com/2011/06/pentingnya-peranan-karakter-

guru-pada.htm)

2.1.3. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian

Menurut Sujanto dkk. (1984) ada dua faktor yang mempengaruhi

pribadi manusia yaitu faktor dari dalam individu atau bawaan dan faktor

lingkungan. Faktor bawaan adalah segala sesuatu yang telah dibawa indi-

vidu sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat ketu-

buhan. Senada dengan Sujanto, Hurlock (1999) menegaskan perubahan fisik

yang antara lain disebabkan oleh proses kematangan, cedera, malnutrisi,

obat-obatan atau penyakit sering disertai dengan perubahan kepribadian.

Sedangkan faktor lingkungan yaitu segala sesuatu yang ada di luar diri

individu, antara lain pekerjaan orang tua dan hasil-hasil budaya. Lebih

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

14

lanjut Irwanto dkk. (1988) menjelaskan faktor lain yang besar pengaruhnya

terhadap kepribadian adalah hasil hubungan individu dengan lingkungan

yaitu pengalaman.

Pengalaman dibedakan menjadi dua yaitu:

a) Pengalaman umum (common experiences) yaitu pengalaman yang diha-

yati oleh hampir semua anggota masyarakat atau bahkan semua individu.

b) Pengalaman unik (unique experiences) yaitu pengalaman yang hanya

pernah dialami oleh diri individu sendiri.

2.1.4. Ciri-Ciri Kepribadian Guru Pembimbing

Menurut Winkel (2006) guru pembimbing adalah seorang tenaga

profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan

mencurahkan seluruh waktunya pada layanan bimbingan. Jadi sudah jelas

bahwa seorang guru pembimbing di sekolah memang sudah disiapkan

untuk menjadi tenaga-tenaga profesional, baik dalam pengetahuan,

pengalaman, dan kualitas kepribadiannya. Menurut Prayitno (Sukardi,

1983), seorang guru pembimbing hendaknya memperhatikan 10 hal yang

berkaitan dengan kriteria kepribadian seorang guru pembimbing sebagai

berikut:

1. Seorang pembimbing harus berperangai yang wajar dan dapat

dicontoh.

2. Pembimbing harus memiliki emosi yang stabil, tenang dan

memberikan kesejukan batin demi terwujudnya suasana bimbingan

yang baik.

3. Pembimbing dituntut mandiri untuk membantu bimbingan yang

baik.

4. Pembimbing hendaknya berbobot sebagai orang yang layak

dimintai bantuan.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

15

5. Penampilan pembimbing hendaknya menampakkan integritas/

keterpaduan kepribadian yaitu dewasa, matang dan emosinya

stabil.

6. Seorang pembimbing hendaknya mampu mawas diri yang meliputi

mawas terhadap diri sendiri, mawas terhadap lingkungan dan

mawas terhadap orang yang dibimbingnya. Dengan demikian

pembimbing akan menjadi orang yang arif dan bijaksana.

7. Pembimbing juga perlu bersikap berani, yaitu berani memasuki

usaha bimbingan dengan menampilkan pribadi-pribadi tanpa

topeng tertentu, berani mengisi usaha bimbingan dengan teknik

tertentu dengan segala resikonya.

8. Pembimbing perlu memiliki intelegensi yang cukup tinggi

sehingga mampu berpikir dan mengelola suasana untuk mengubah

perilaku in dividu yang dibimbing.

9. Inteligensi yang tinggi memungkinkan pembimbing untuk menalar

dengan baik.

10. Pembimbing yang dapat menalar dengan baik akan dapat

memunculkan gagasan yang lebih baik.

Senada dengan Prayitno, Carleghuff (Sutrinah, 2004) menyebutkan

juga bahwa ada sembilan sifat kepribadian diri guru pembimbing yang dapat

mengembangkan orang lain, yaitu:

1. Empati, yaitu kemampuan seseorang untuk merasakan secara tepat apa

yang dirasakan dan dialami orang lain dan mengkomunikasikan persep-

sinya.

2. Respek, yaitu menunjukkan secara tidak langsung bahwa guru pembim-

bing menghargai martabat dan nilai konseli sebagai manusia. Artinya

guru pembimbing menerima bahwa setiap konseli memiliki hak memilih,

memiliki kebiasaan kemauan dan mampu membuat keputusan sendiri.

3. Keaslian (genuinness), yaitu kemampuan guru pembimbing menyatakan

dirinya secara bebas dan mendalam, tanpa ragu-ragu, tidak memainkan

peran ganda, tidak mempertahankan diri dan tidak ada pertentangan

antara apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan.

4. Konkret (Concretness), yaitu pernyataan ekspresi khusus mengenai

perasaan dan pengalaman orang lain. Guru pembimbing akan selalu me-

melihara keserasian dalam hubungan dengan orang lain dan mencegah

konseli untuk melarikan diri dari masalah yang dihadapi.

5. Konfrontasi (confrontation), yaitu dapat dilakukan guru pembimbing

jika terdapat kesenjangan antara apa yang dikatakan dengan apa yang

dialami oleh konseli, atau antara apa yang dikatakan pada suatu saat

dengan apa yang dikatakan sebelumnya.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

16

6. Membuka diri, adalah penampilan perasaan, sikap, pendapat dan peng-

alaman pribadi guru pembimbing untuk kebaikan konseli. Pembukaan

diri hendaknya dilaksanakan dalam waktu yang tepat dan pantas.

7. Kesanggupan (potency), merupakan suatu kharisma, suatu kekuatan

yang dinamis dan magnetis dari kekuatan pribadi guru pembimbing.

Guru pembimbing yang memiliki potensi ini selalu menampakkan

kekuatannya dalam penampilan pribadi, mampu menguasai diri dan

mampu menyalurkan potensinya dan memberi rasa aman pada konseli.

8. Kesiapan (immediacy), adalah suatu hubungan perasaan antara konseli

dan guru pembimbing pada waktu ini dan saat ini. Tingkat immediacy

yang tinggi terjadi pada saat diskusi dan analisis yang terbuka mengenai

hubungan antara konseli dan guru pembimbing dalam situasi konseling.

9. Aktualisasi diri (self actualization), memiliki korelasi yang tinggi dengan

keberhasilan konseling. Aktualisasi diri menunjukkan secara tidak lang-

sung bahwa orang dapat hidup dan memenuhi kebutuhannya secara

langsung, karena dipunyainya kekuatan untuk mencapai tujuan hidupnya.

Belkin (Winkel, 2006) juga mengungkapkan pendapatnya menge-

nai ciri-ciri kepribadian yang hendaknya dimiliki oleh guru pembimbing,

yaitu:

1. Guru pembimbing mampu mengenali diri sendiri, yang ditandai

dengan:

a. Merasa aman dengan diri sendiri, artinya mempunyai rasa

percaya diri, harga diri, tidak merasa cemas dan gelisah dengan

dirinya sendiri

b. Percaya pada orang lain, artinya mampu memberikan sesuatu

dari diri sendiri dan menerima sesuatu dari kepribadian orang

lain.

c. Memiliki keteguhan hati, artinya berani memberi layanan

bimbingan dan berani mengambil resiko bahwa tidak selalu

mendapat tanggapan yang positif atau mendapatkan balas jasa

dalam bentuk dikagumi serta dihargai.

2. Guru pembimbing mampu memahami orang lain, yang ditandai

dengan:

a. Terbuka hatinya, berarti mampu mengikuti beraneka pandangan

dan perasaan konseli. Terbuka juga berarti tidak mengambil

sikap mengadili orang lain menurut norma-norma yang ada.

Keterbukaan hati dan pikiran memungkinkan guru pembimbing

menjadi peka terhadap pikiran dan perasaan orang lain.

b. Kemampuann untuk berempati, yaitu mampu mendalami

pikiran dan menghayati perasaan orang lain seolah-olah guru

pembimbing pada saat ini menjadi orang lain tersebut, tanpa

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

17

terbawa-bawa sendiri oleh semua itu dan kehilangan kesadaran

akan pikiran serta perasaan pada diri sendiri.

3. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, yang ditandai

dengan: Guru pembimbing bertindak sejati dan berhati tulus,

artinya berkata-kata dan berbuat tanpa memakai topeng atau

bersandiwara, sungguh terlibat tanpa berpura – pura.

a. Bebas dari kecenderungan untuk menguasai orang lain, artinya

guru pembimbing secara sadar tidak memaksakan

kehendaknya sendiri atas orang lain dan memaksakan orang

lain cara bertindak tertentu.

b. Mampu mendengarkan dengan baik, artinya berusaha

menangkap apa yang diungkapkan oleh orang lain, menggali

makna yang terkandung dalam ungkapan orang lain.

c. Mampu menghargai orang lain, artinya guru pembimbing

mampu mendekati orang lain dan mau didekati oleh orang lain

dengan sikap positif dan kerelaan menerima orang lain apa

adanya.

Ciri–ciri kepribadian di atas didukung oleh pernyataan Sukardi

(1983) yang menyatakan seorang guru pembimbing harus memiliki kepri-

badian tertentu, diantaranya:

1. Memiliki pemahaman terhadap orang lain secara objektif dan simpatik.

2. Memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain secara

baik dan lancar.

3. Memahami batas-batas kemampuan yang ada pada dirinya sendiri.

4. Memiliki minat yang mendalam mengenai siswa dan berkeinginan

sungguh-sungguh untuk memberi bantuan kepada siswa.

5. Memiliki kedewasaan pribadi, spiritual, mental, sosial dan fisik.

Hal senada juga diungkapkan oleh Hamrin dan Paulson (Sukardi,

1983) mengenai karakter atau sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru

pembimbing, yaitu penuh pemahaman, sikap bersimpati, ramah-tamah,

memiliki rasa humor (sense of humor), stabil, sabar, objektif, tulus ikhlas,

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

18

bijaksana, jujur, berpandangan luas, baik hati, menyenangkan, tanggap

terhadap situasi sosial dan bersikap tenang.

Dalam tautan makna yang sama ABKIN Tahun 2007 menyebutkan

kompetensi guru pembimbing sebagai berikut:

Tabel 2.1. KOMPETENSI INTI KONSELOR INDONESIA

KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR

1. Menguasai

konsep dan

praksis

pendidikan

1.1. Memahami

landasan

keilmuan

pendidikan

(filsafat,

psikologi,

sosologi,

antropologi)

a. Memahami hakikat kebenaran

dan sistem nilai yang mendasari

proses-proses pendidikan

b. Memahami proses pembentukan

perilaku individu dalam proses

pendidikan

c. Memahami karakteristik

individu berdasar usia, gender,

ras, etnisitas, status sosial, dan

ekonomi yang dapat

mempengaruhi individu dan

kelompok

1. Menguasai

landasan budaya

a. Memahami ragam budaya yang

dapat mempengaruhi perilaku

individu dan kelompok

b. Memahami dan menunjukkan

sikap penerimaan terhadap

perbedaan sudut pandang

subyektif antara konselor dengan

konseli

c. Peka, toleran, dan responsif

terhadap perbedaan budaya

konseli

2. Menguasai

konsep dasar dan

mengimplementas

ikan prinsip-

prinsip

pendidikan

a. Memahami hubungan antar

unsur-unsur pendidikan

(pendidik, peserta didik, tujuan

pendidikan, dan lingkungan

pendidikan

b. Mampu memilih dan

menggunakan alat-alat

pendidikan (kewibawaan, kasih

sayang, kelembutan,

keteladanan, hadiah, dan

hukuman yang mendidik)

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

19

2. Memiliki

kesadaran

dan

komitmen

etika

professional

2.1. Menampilkan

keutuhan pribadi

konselor

a. Berperilaku membantu

berdasarkan keimanan dan

ketakwaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa

b. Mengkomunikasikan secara

verbal dan nonverbal minat yang

tulus dalam membantu orang

lain

c. Bersikap hangat dan penuh

perhatian terhadap konseli

d. Secara verbal dan nonverbal

mampu mengkomunikasikan

rasa hormat konselor terhadap

konseli sebagai pribadi yang

berguna dan bertanggungjawab

e. Mengkomunikasikan harapan,

mengekspresikan keyakinan

bahwa konseli memiliki

kapasitas untuk memecahkan

problem, menata, dan mengatur

hidupnya dan berkembang

f. Bersikap empati dan atribusi

secara tepat

g. Menunjukkan intregitas dan

stabilitas kepribadian serta

kontrol diri yang baik

h. Toleran terhadap stres dan

frustasi

i. Berfikir positif terhadap orang

lain dan lingkungannya

2.2 Berperilaku etik

dan professional

a. Menyadari bahwa nilai-nilai

pribadi konselor dapat

mempengaruhi respon-respon

konselor terhadap konseli

b. Menghindari sikap-sikap

prasangka dan stereotipe

terhadap konseli

c. Menghargai nilai-nilai pribadi

konseli

d. Memahami kekuatan dan

keterbatasan personal dan

profesional

e. Mengelola diri secara efektif

f. Bekerja sama secara produktif

dengan teman sejawat dan

anggota profesi lain

Lanjutan

KOMPETENSI INTI KONSELOR INDONESIA

KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

20

g. Secara konsisten menampilkan

perilaku sesuai dengan kode etik

profesi

2.3 Memiliki

komitmen untuk

meningkatkan

kemampuan

profesional

a. Menyelenggarakan layanan

bimbingan dan konseling yeng

dapat dipertanggungjawabkan

secara etik

b. Berperilaku obyektif terhadap

pandangan, nilai-nilai dan reaksi

emosional konseli yang berbeda

dengan konselor

c. Berinisiatif dan terlibat dalam

pengembangan profesi dan

pendidikan lanjut untuk

meningkatkan keahlian dan

keterampilan profesianal

d. Aktif dalam kegiatan organisasi

profesi bimbingan dan konseling

3. Menguasai

konsep

perilaku dan

perkembang

an individu

3.1 Memahami

kaidah-kaidah

perilaku individu

dan kelompok

a. Menjelaskan mekanisme

perilaku menurut berbagai

pendekatan

b. Menjelaskan dinamika perilaku

individu dan kelompok

c. Menjelaskan hubungan antara

motivasi dan emosi

d. Menjelaskan mekanisme

pertahanan diri

3.2 Memahami konsep

kepribadian

a. Menjelaskan proses

pembentukan kepribadian

b. Menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi kepribadian

c. Menjelaskan ciri-ciri kepribadian

yang sehat

d. Menjelaskan bentuk-bentuk

gangguan kepribadian

3.3. Memahami

konsep dan

prinsip-prinsip

perkembangan

individu

a. Menjelaskan prinsip-prinsip

perkembangan

b. Menjelaskan proses

perkembangan individu

c. Menjelaskan aspek-aspek

perkembangan

d. Menjelaskan fase dan tugas

perkembangan

e. Menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan

Lanjutan

KOMPETENSI INTI KONSELOR INDONESIA

KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

21

3.4. Mampu

memfasilitasi

perkembangan

individu

a. Memilih strategi intervensi

perkembangan individu sesuai

dengan kebutuhan dan

karakteristik individu dan

kelompok

b. Menciptakan lingkungan yang

kondusif bagi perkembangan

individu

4. Menguasai

konsep dan

praksis

assessment

4.1. Memahami

hakikat dan

makna asesmen

a. Menjelaskan perspektif historis

asesmen sebagai awal layanan

b. Menunjukkan alasan dan

pentingnya penggunaan asesmen

c. Menunjukkan bukti kebenaran,

jenis kebenaran, dan hubungan

antar kebenaran secara obyektif

d. Menjelaskan konsep validitas,

reabilitas, dan daya beda dalam

pengembangan instrumen

e. Menjelaskan konsep statistika

dalam asesmen meliputi

timbangan pengukuran, ukuran

kecondongan terpusat, indeks

variabilitas, bentuk dan jenis

distribusi, serta korelasi

f. Menjelaskan teori kesalahan

pengukuran, model dan

penggunaan informasi

keterandalan, serta hubungan

antara kebenaran dengan

keterladanan

4.2 Memilih strategi

dan teknik

assesment yang

tepat

a. Mengenali kelebihan dan

kekurangan teknik

b. Mengenali kelebihan dan

kekurangan teknik asesmen non

tes

c. Menentukan teknik-teknik

asesmen sesuai dengan

pertimbangan usia, gender,

orientasi seksual, ethnik, bahasa

kultur, agama dan faktor lain

dalam asesmen individual,

kelompok, dan populasi spesifik

4.3 Mengadministrasi

kan asesmen dan

menafsirkan

hasilnya

a. Menggunakan tes psikologis dan

menginterpretasikan hasilnya

b. Menggunakan instrumen nontes

dalam asesmen psikologis dan

Lanjutan

KOMPETENSI INTI KONSELOR INDONESIA

KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

22

meninterpretasikan hasilnya

c. Menggunakan komputer dan

teknologi informasi sebagai alat

bantu asesmen

d. Mendokumentasikan hasil

asesmen secara sistematis dan

mudah diakses

4.4 Memanfaatkan

hasil asesmen

untuk kepentingan

bimbingan dan

konseling

a. Memilih hasil asesmen untuk

kepentingan layanan bimbingan

dan konseling

b. Memprediksikan perkembangan

individu dan atau kelompok

dalam menghadapi perubahan

c. Mengelola konferensi kasus

dalam alur asesmen

4.5 Mengembangkan

instrumen

asesmen

a. Mengembangkan instrumen tes

b. Mengembangkan instrumen non-

tes

5. Menguasai

konsep dan

praksis

bimbingan

dan

konseling

5.1 Memahami konsep

dasar, landasan,

azas, fungsi,

tujuan, dan

prinsip-prinsip

bimbingan dan

konseling

a. Menjelaskan konsep dasar

bimbingan dan konseling

b. Menjelaskan landasan fisiologis,

religius, psikologis, sosial

budaya, ilmiah dan teknologis,

serta landasan pedagogis

c. Menjelaskan azas-azas

bimbingan dan konseling

d. Menjelaskan fungsi bimbingan

dan konseling

e. Menjelaskan tujuan bimbingan

dan konseling

f. Menjelaskan prinsip-prinsip

bimbingan dan konseling

5.2 Memahami

bidang-bidang

garapan dan

konseling

a. Terampil memberikan pelayanan

bimbingan dan konseling dan

konseling pribadi-sosial

b. Terampil memberikan pelayanan

bimbingan dan konseling belajar

c. Terampil memberikan pelayanan

bimbingan dan konseling karir

5.3 Menguasai

pendekatan-

pendekatan dan

teknik-teknik

bimbingan dan

konseling

a. Menjelaskan berbagai macam

pendekatan dalam bimbingan

dan konseling

b. Memilih pendekatan bimbingan

dan konseling secara tepat

c. Terampil menggunakan teknik-

teknik bimbingan dan konseling

Lanjutan

KOMPETENSI INTI KONSELOR INDONESIA

KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

23

individual dan kelompok

5.4 Mampu

menggunakan dan

mengembangkan

media bimbingan

dan konseling

a. Mengenali berbagai media

dalam bimbingan dan konseling

b. Mengembangkan alat media

bimbingan dan konseling

c. Menggunakan media dalam

layanan bimbingan dan

konseling

6. Memiliki

kemampuan

mengelola

program

bimbingan

dan

konseling

6.1 Memiliki

pengetahuan dan

keterampilan

perencanaan

program

bimbingan dan

konseling

a. Menerapkan prinsip-prinsip

perencanaan

b. Melakukan penilaian kebutuhan

layanan bimbingan dan

konseling

c. Merumuskan tujuan dan

menentukan prioritas program

bimbingan dan konseling

d. Menyusun program bimbingan

dan konseling

6.2 Mampu

mengorganisasika

n dan

mengimplementasi

kan program

bimbingan dan

konseling

a. a. Mengidentifikasi personalia dan

sasaran program bimbingan dan

konseling

b. b. Mengkoordinasikan dan

mengorganisasikan sumber daya

yang dibutuhkan dalam

penyelenggaraan program

bimbingan dan konseling

c. c. Melaksanakan program

bimbingan dan konseling dengan

melibatkan partisipasi aktif

seluruh komponen yang terkait

6.3 Mampu

mengevaluasi

program

bimbingan dan

konseling

a. Mengkaji program bimbingan

dan konseling berdasarkan

standart penyelenggaraan

program

b. Menggunakan pendekatan

evaluasi program bimbingan dan

konseling

c. Mengkoordinasi kegiatan

evaluasi program bimbingan dan

konseling

d. Membuat rekomendasi yang

tepat untuk perbaikan dan

pengembangan program

bimbingan dan konseling

e. Melaporkan hasil dan temuan-

Lanjutan

KOMPETENSI INTI KONSELOR INDONESIA

KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

24

temuan evaluasi

penyelenggaraan program

bimbingan dan konseling kepada

pihak yang berkepentingan

f. Mengontrol implementasi

program bimbingan dan

konseling agar senantiasa

berjalan sesuai desain

perencanaan program

6.4 Mampu mendesain

perbaikan dan

pengembangan

program

bimbingan dan

konseling

a. Memanfaatkan hasil evaluasi

untuk perbaikan dan

pengembangan program

bimbingan dan konseling

b. Menerapkan prinsip-prinsip

keberlanjutan program

bimbingan dan konseling

7. Menguasai

konsep dan

praksis riset

dalam

bimbingan

dan

konseling

7.1 Memahami

berbagai jenis dan

metode riset

a. Menjelaskan konsep, prinsip-

prinsip, dan metode riset

b. Menjelaskan desain riset

7.2 Mampu

merancang riset

bimbingan dan

konseling

a. Mengidentifikasi masalah

b. Merumuskan masalah

c. Merumuskan tujuan dan manfaat

hasil riset

d. Menentukan kerangka fikir riset

e. Menentukan pendekatan riset

f. Menentukan subyek riset

g. Menentukan prosedur dan

mengembangkan teknik

pengumpulan data

h. Menentukan teknik analisis data

7.3 Melaksanakan

riset bimbingan

dan konseling

a. Mengumpulkan data riset

b. Mengolah dan menganalisis data

c. Melaporkan hasil riset

7.4 Memanfaatkan

hasil riset dalam

bimbingan dan

konseling

a. Membaca dan menafsirkan hasil

riset

b. Memanfaatkan hasil riset untuk

pengembangan bimbingan dan

konseling

Lanjutan

KOMPETENSI INTI KONSELOR INDONESIA

KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

25

Dalam kaitan dengan hal tersebut di atas, Permendiknas No.

27/2008 menyebutkan kompetensi Konselor sebagai berikut:

Tabel 2.2. KOMPETENSI KONSELOR

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI

A. KOMPETENSI PEDAGOGIK

1. Menguasai teori dan praktik 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan

landasan keilmuan

1.2 Mengimplementasikan prinsip-

prinsip pendidikan dan proses

pembelajaran

1.3 Menguasai landasan budaya dalam

praksis pendidikan

2. Mengaplikasikan

perkembangan fisiologis dan

psikologis serta perilaku

konseli

2.1 Mengaplikasikan kaidah-kaidah

perilaku manusia, perkembangan

fisik dan psikologis individu

terhadap sasaran pelayanan

bimbingan dan konseling dalam

upaya pendidikan

2.2 Mengaplikasikan kaidah-kaidah

kepribadian, individualitas dan

perbedaan konseli terhadap sasaran

pelayanan dan konseling dalam

upaya pendidikan

2.3 Mengaplikasikan kaidah-kaidah

belajar terhadap sasaran pelayanan

bimbingan dan konseling dalam

upaya pendididkan

2.4 Mengaplikasikan kaidah-kaidah

keberbakatan terhadap sasaran

pelayanan bimbingan dan

konseling dalam upaya pendidikan

2.5 Mengaplikasikan kaidah-kaidah

kesehatan mental terhadap sasaran

pelayanan bembingan dan

konseling dalam upaya pendidikan

3. Menguasai esensi pelayanan

bimbingan dan konseling

dalam jalur, jenis, dan jenjang

satuan pendidikan

3.1 Menguaai esensi bimbingan dan

konseling pada satuan jalur

pendidikan formal, nonformal dan

informal

3.2 Menguasai esensi bimbingan dan

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

26

konseling pada satuan jenis

pendidikan umum, kejuruan,

keagamaan, dan khusus

3.3 Menguasai esensi bembingan dan

konseling pada satuan jenjang

pendidikan usia dini, dasar dan

menengah, serta tinggi

B. KOMPETENSI KEPRIBADIAN

4. Beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa

4.1 Menampilkan kepribadian yang

beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa

4.2 Konsisten dalam menjalankan

kehidupan beragama dan toleran

terhadap pemeluk agama lain

4.3 Berakhlak mulia dan berbudi

pekerti luhur

5. Menghargai dan menjunjung

tinggi nilai-nilai kemanusiaan,

individualitas dam kebebasan

memilih

5.1 Mengaplikasikan pendangan positif

dan dinamis tentang manusia

sebagai makhluk spiritual,

bermoral, sosial, individual, dan

berpotensi

5.2 Menghargai dan mengembangkan

potensi positif individu pada

umumnya dan konseli pada

khususnya

5.3 Peduli terhadap kemaslahatan

manusia pada umumnya dan

konseli pada khususnya

5.4 Menjunjung tinggi harkat dan

martabat manusia sesuai dengan

hak asasinya

5.5 Toleran terhadap permasalahan

konseli

5.6 Bersikap demokratis

6. Menunjukkan integritas dan

stabilitas kepribadian yang

kuat

6.1 Menampilkan kepribadian dan

perilaku yang terpuji (seperti jujur,

sabar, ramah, dan konsisten)

6.2 Menampilkan emosi yang stabil

6.3 Peka, bersikap empati, serta

menghormati keragaman dan

perubahan

6.4 Menampilkan toleransi tinggi

terhadap konseli yang mengahdapi

stres dan frustasi

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

27

7. Menampilkan kinerja

berkualitas tinggi

7.1 Menampilkan tindakan yang

cerdas, kreatif, inovatif, dan

produktif

7.2 Bersemangat, berdisiplin, dan

mandiri

7.3 Berpenampilan menarik dan

menyenangkan

7.4 Berkomunikasi secara efektif

C. KOMPETENSI SOSIAL

8. Mengimplementasikan

kolaborasi intern di tempat

bekerja

8.1 Memahami dasar, tujuan,

organisasi, dan peran pihak-pihak

lain (guru, wali kelas, pimpinan

sekolah/madrasah, komite

sekolah/madrasah) di tempat

bekerja

8.2 Mengkomunikasikan dasar, tujuan,

dan kegiatan pelayana bimbingan

dan konseling kepada pihak-pihak

lain di tempat bekerja

8.3 Bekerja sama dengan pihak-pihak

terkait di dalam tempat bekerja

(seperti guru, orang tua, tenaga

administrasi)

9. Berperan dalam organisasi

dan kegiatan profesi bimbing

dan konseling

9.1 Memahami dasar tujuan dan

AD/ART organisasi profesi

bimbingan dan konseling untuk

pengembangan diri dan profesi

9.2 Menaati kode etik profesi

bimbingan dan konseling

9.3 Aktif dalam organisasi profesi

bimbingan dan konseling untuk

pengembangan diri dan profesi

10. Mengimplementasikan

kolaborasi antar profesi

10.1 Mengkomunikasikan aspek-aspek

profesional bimbinga dan konseling

kepada organisasi profesi lain

10.2 Memahami peran organisasi profsi

lain dan memanfaatkan nya untuk

suksesnya pelayanan bimbinga dan

konseling

10.3 Bekerja dalam tim bersama tenaga

para profesional dan profesional

profesi lain

10.4 Melaksanakan referal kepada ahli

profesi lain sesuai denagn keprluan

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

28

D. KOMPETENSI PROFESIONAL

11. Menguasai konsep dan praksis

asesmen untuk memahami

kondisi, kebutuhan, dan

masalah konseli

11.1 Menguasai hakikat asesmen

11.2 Memilih teknik asesmen, sesuai

dengan kebutuhan pelayanan

bimbingan dan konseling

11.3 Menyususn dan mengembangkan

instrumen asesmen untuk keperluan

bimbingan dan konseling

11.4 Mengadministrasikan asesmen

untuk mengungkapkan masalah-

masalah konseli

11.5 Memilih dan mengadministrasikan

teknik asesmen pengungkapan

kemampuan dasar dan

kecenderungan pribadi konseli

11.6 Memilih dan mengadministrasikan

instumen untuk mengungkapkan

kondisi aktual konseli berkaitan

dengan lingkungan

11.7 Mengakses data dokumentasi

tentang konseli dalam pelayanan

bimbingan dan konseling

11.8 Menggunakan hasil asesmen dalam

pelayanan bimbingan dan

konseling dengan tepat

11.9 Menampilkan tanggung jawab

profesional dalam praktik asesmen

12. Menguasai kerangka teoretik

dan praksisi bimbingan dan

konseling

12.1 Mengaplikasikan hakikat pelayanan

bimbingan dan konseling

12.2 Mengaplikasikan arah profesi

bimbingan dan konseling

12.3 Mengaplikasikan dasar-dasar

pelayanan bimbingan dan

konseling

12.4 Mengaplikasikan pelayanana

bimbingan dan konseling sesuia

kondisi dan tuntutyan wilayah kerja

12.5 Mengaplikasikan pendekatan /

model/jenis pelayanan dan kegiatan

pendukung bimbingan dan

konseling

12.6 Mengaplikasikan dalam praktik

format pelayanan bimbingan dan

konseling

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

29

13. Merancang program

bimbingan dan konseling

13.1 Menganalisis kebutuhan konseli

13.2 Menyusun program bimbingan dan

konseling yang berkelanjutan

berdasarkan kebtuhan peserta didik

secara komprehensif dengan

pendekatan perkembangna

13.3 Menyusun rencana pelaksanaan

program bimbingan dan konseling

13.4 Merencanakan sarana dan biaya

penyelenggaraan program

bimbingan dan konseling

14. Mengimplementasikan

program bimbingan dan

konseling yang komprehensif

14.1 Melaksanakan program bimbingan

dan konseliong

14.2 Melaksanakan pendekatan

kolaboratif dalam pelayanaan

bimbingan dan konseling

14.3 Memfasilitasi perkembangan

akademik, karier, personal, dan

sosial konseli

14.4 Mengelola sarana dan biaya

program bimbingan dan konseling

15. Menilai proses dan hasil

kegiatan bimbinga dan

konseling

15.1 Melakukan evaluasi hasil, proses,

dan program bimbingan dan

konseling

15.2 Melakukan penyesuaian proses

pelayanan bimbingan dan

konseling

15.3 Menginformasikan hasil pelaksaan

evaluasi pelayanan bimbingan dan

konseling kepad pihak terkait

15.4 Menggunakan hasil pelaksanaan

evaluasi untuk merevisi dan

mengembangkan program

bimbingan dan konseling

16. Memiliki kesadaran dan

komitmen terhadap etika

profesi

16.1 Memahami dan mengelola

kekuatan dan keterbatasan pribadi

dan profesional

16.2 Menyelenggarakan pelayanana

sesuia dengan kewenangan dan

kode etik profesional konselor

16.3 Mempertahankan objektifitas dan

menjaga agar tidak larut denagn

masalah konseli

16.4 Melaksanakan referal sesuai

dengan keperluan

16.5 Peduli terhadap identitas

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

30

profesional dan pengembangan

profesi

16.6 Mendahulukan kepentingan konseli

dari pada kepentingan pribadi

konselor

16.7 Menjaga kerahasiaan konseli

17. Menguasai konsep dan

praksisi penelitian dalam

bimbingan dan konseling

17.1 Memahami berbagai jenis dan

metode penelitian

17.2 Mampu merancang penelitian

bimbingan dan konseling

17.3 Melaksanakan penelitian

bimbingan dan konseling

17.4 Memanfaatkan hasil penelitian

dalam bimbingan dan konseling

dengan mengakses jurnal

pendididkan dan bimbingan dan

konseling

Mengacu uraian para ahli dan pandangan ABKIN serta

Permendiknas No.27/2008 di atas, jelas bahwa guru pembimbing dituntut

untuk memiliki persyaratan tertentu yang berupa sifat, sikap dan

keterampilan tertentu yang sesuai dengan tugasnya sebagai seorang guru

pembimbing. Guru pembimbing hendaknya memiliki sifat supel, ramah

dan terbuka. Selanjutnya guru pembimbing hendaknya memiliki sikap

mau menerima konseli apa adanya, penuh pengertian dan pemahaman

terhadap apa yang dihadapi oleh konseli serta kesungguhan dalam

memberikan layanan.

Jadi pelayanan bimbingan akan lebih efektif bila guru pembimbing

memiliki kemampuan yang sesuai dengan bidangnya. Kemampuan yang

sesuai tersebut perlu juga ditunjang dengan ciri-ciri kepribadian baik per-

sonal maupun sosial yang sesuai, seperti yang telah diuraikan diatas.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

31

Dengan demikian diharapkan layanan yang diberikan guru pembimbing

benar-benar sesuai.

2.1.5. Kemampuan Guru sebagai Pembimbing

Dalam bahasan di atas sudah dibicarakan tentang karakteristik

yang perlu dimiliki guru sebagai sebagai seorang pembimbing, dalam

bagian ini akan kita bicarakan tentang kemampuan-kemampuan apa yang

perlu dikuasai guru dalam upaya melakukan bimbingan.

Layanan bimbingan merupakan suatu upaya yang dapat dilakukan

guru dalam membantu anak didik mencapai perkembangan yang optimal.

Dalam proses perkembangannya seperti yang diungkapkan dalam

pembahasan sebelumnya, mungkin ditemukan berbagai hambatan

perkembangan baik dalam aspek fisik, intelektual, sosial, emosi maupun

bahasa yang bila tidak segera ditangani maka kecenderungan masalah ini

akan semakin besar dan menjadi hambatan yang sulit untuk diperbaiki.

Guru bertugas membantu mengurangi hambatan atau kesulitan

yang mungkin dihadapi remaja dan memfasilitasi perkembangan remaja

semaksimal mungkin.

Bila diramu dari uraian-uraian yang sudah dikemukakan maka ada

beberapa kemampuan yang perlu dikuasai guru yaitu :

1. Guru mampu menemukan atau menandai berbagai permasalahan atau

kecenderungan adanya masalah yang dihadapi remaja. Selama proses

pembelajaran, guru senantiasa berinteraksi dengan anak didik, mulai

dari awal belajar sampai berakhirnya aktivitas belajar pada satu waktu

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

32

tertentu. Permasalahan yang dihadapi remaja cenderung akan

tampak dari perilakunya karena remaja masih bersifat labil, apa yang

dialami remaja akan tampak dari perubahan prilakunya. Umumnya

remaja tidak pernah menyampaikan apa yang dirasakan, tetapi melalui

pengamatan yang terus menerus guru dapat melihat adanya perubahan

perilaku yang ditunjukkan oleh remaja tersebut. Guru perlu

memperhatikan berbagai perubahan sikap yang ditunjukkan oleh

remaja sehingga guru dapat membantu memperbaiki permasalahan

yang dihadapi nya.

2. Guru mampu menemukan berbagai faktor atau latar belakang yang

mungkin menjadi penyebab terjadinya hambatan atau masalah yang

dialami oleh remaja.

Untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi maka

guru perlu mengetahui berbagai faktor yang mungkin menjadi

penyebabnya, faktor tersebut bisa bersumber dari diri remaja itu

sendiri atau dari lingkungannya. Kemampuan guru untuk menemukan

berbagai faktor yang mempengaruhi munculnya masalah yang dialami

remaja merupakan salah satu kemampuan yang perlu dimiliki guru.

3. Guru mampu memilih cara penyelesaian masalah atau hambatan yang

dihadapi oleh remaja.

Menyelesaikan masalah yang dihadapi remaja tidak sama dengan

menyelesaikan masalah yang dihadapi orang dewasa, dan

permasalahan yang dihadapi anak remaja pun berbeda. Adanya

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

33

kelainan atau perubahan perilaku yang ditunjukkan anak remaja dapat

dimaknai bahwa anak sedang mengalami masalah tertentu. Guru perlu

memahami adanya perubahan itu karena guru beranggapan bahwa bila

masalah tersebut dibiarkan maka khawatir akan terus berkembang

menjadi masalah yang lebih kompleks di kemudian hari.

Oleh karenanya intervensi bantuan sejak dini merupakan langkah

yang perlu dilakukan guru. Memilih cara penyelesaian masalah yang

dihadapi anak remaja merupakan salah satu kemampuan yang perlu

dikuasai guru. Cara penyelesaian mana yang harus dipilih guru dan

bagaimana langkah-langkah yang harus ditempuhnya sangat

tergantung dari kemampuan guru itu sendiri.

4. Guru mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh

kembang anak remaja.

Penciptaan lingkungan yang kondusif bagi anak merupakan salah satu

aspek penting yang harus diperhatikan dan dilakukan guru selaku

pembimbing anak remaja, karena anak sangat mudah dipengaruhi oleh

lingkungannya.

Guru harus mampu menciptakan lingkungan yang sesuai dengan

kebutuhan anak sehingga anak dapat mengurangi masalah yang

dihadapinya dan dapat berkembang secara wajar sebagai seorang anak

remaja.

5. Guru mampu berinteraksi dan bekerja sama dengan orang tua dalam

upaya membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi anak remaja.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

34

Masalah yang dihadapi anak seperti yang disampaikan pada uraian

sebelumnya tidak hanya bersumber dari diri anak itu sendiri tapi

masalah anak bisa bersumber dari lingkungan terutama orang tuanya.

Guru di sekolah merupakan orang tua kedua, tapi guru memiliki

keterbatasan waktu sehingga guru tidak dapat secara

utuh berperan sebagai orang tua. Masalah yang dihadapi anak perlu

penyelesaian kerjasama antara guru dan orang tua. Kemampuan guru

berinteraksi dan bekerjasama dengan orang tua merupakan salah satu

kemampuan lain yang perlu dikuasai guru pembimbing. Dengan

adanya kerjasama yang baik antara guru dan orang tua maka anak

dapat guru dan orang tua maka anak dapat dibimbing ke arah

perkembangan yang lebih baik.

6. Guru mampu menjalin kerjasama dengan komunitas lain dalam

lingkungan remaja, seperti dengan dokter atau psikolog dan dengan

masyarakat sekitar remaja.

Komunitas lain yang terkait erat dengan remaja yaitu dokter,

psikolog dan masyarakat sekitar anak merupakan pihak-pihak yang

harus diperhatikan guru. Keterbatasan kemampuan guru untuk

menangani anak yang bermasalah dapat diatasi melalui kerjasama yang

baik dengan pihak yang lebih berkompeten yaitu dokter dan psikolog.

Penanganan ahli terhadap masalah anak merupakan langkah yang

benar agar anak ditangani oleh ahlinya. Agar permasalahan anak tidak

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

35

berkembang pada arah yang lebih buruk maka guru perlu memiliki

kemampuan untuk menjalin kerjasama tersebut.

Masyarakat sekitar anak juga perlu menjadi perhatian guru karena anak

berinteraksi juga dengan masyakarat sekitarnya. Guru perlu memiliki

kemampuan untuk dapat menjalin kerjasama dengan masyarakat

sekitar anak agar anak memiliki lingkungan yang baik untuk proses

tumbuh kembang remaja.

2.2. Keinginan Siswa Tentang Ciri-Ciri Kepribadian Guru Pembimbing

Setiap siswa tentu memiliki keinginan yang berbeda-beda mengenai

ciri kepribadian yang dimiliki oleh guru pembimbing dalam tugasnya mem-

beri layanan bimbingan di sekolah. Perbedaan keinginan orang lain muncul

ketika siswa berhadapan dengan guru pembimbing.

Belkin (Pujosuwarno, 1992) berpendapat bahwa ciri kepribadian guru

pembimbing sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses konseling,

disamping pengetahuan dan keterampilan–keterampilan profesional. Ciri

kepribadian seperti apa yang dimaksud? Masih menurut Belkin

(Pujosuwarno, 1992) ada sembilan karakteristik atau ciri kepribadian yang

diharapkan dimiliki oleh guru pembimbing (dalam hal ini ciri kepribadian

yang diharapkan siswa agar dimiliki oleh guru pembimbing). Kesembilan

ciri tersebut yaitu:

1. Konfrontasi, berarti menghadapkan persoalan pada konseli, dengan

demikian konseli akan mengerti jelas persoalan yang saat ini

dihadapinya.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

36

2. Tulus, berarti guru pembimbing harus secara tulus dan ikhlas

menolong konseli tanpa mengajukan persyaratan.

3. Jujur, berarti tidak berbohong dan mengatakan hal yang

sebenarnya.

4. Hangat, yaitu adanya resonansi psikologis yang dapat memberi

keputusan pada kedua belah pihak,

5. Empati, berarti turut merasakan apa yang dihayati oleh konseli dan

memahami diri konseli.

6. Jelas, maksudnya dalam konseling, guru pembimbing sebaiknya

menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh

konseli.

7. Polos, artinya tanpa prasangka atau memberikan “cap” pada

konseli.

8. Hormat, berarti memberi penghargaan paada konseli, memberi

kebebasan pada konseli untuk tumbuh berkembang

mengembangkan potensinya.

9. Positive regard, artinya penghargaan terhadap konseli secara

positif. Guru pembimbing yakin bahwa konseli mempunyai

kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Pada kenyataannya para siswa di sekolah memiliki pengalaman yang

berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam bimbingan. Hal ini terjadi

karena selain memiliki keinginan yang berbeda, juga karena kuantitas dan

kualitas pertemuan siswa dengan guru pembimbing yang berbeda pula

sehingga dapat mempengaruhi penilaian siswa terhadap kepribadian guru

pembimbing. Oleh karena itu muncul beberapa konsep negatif tentang ciri-

ciri kepribadian guru pembimbing dan layanan bimbingan di sekolah. Hal

ini diungkapkan oleh Mapiare (1984) sebagai berikut:

1. Bimbingan merupakan bantuan kepada siswa yang salah suai.

Akibatnya bimbingan cenderung hanya bersifat penyembuhan

saja dan mengabaikan sifat pencegahan dan pengembangan.

2. Bimbingan sama dengan pemberian nasehat. Pemberian nasehat

berasal dari satu pihak saja, pelaksanaannya didominasi pemberi

nasehat dan terdapat unsur penghargaan langsung yang

cenderung paksaan. Dalam bimbingan ada teknik pemberian

nasehat tetapi porsinya sangat kecil.

3. Pembimbingan bukanlah obat mujarab bagi segala masalah

pendidikan. Guru mengirim siswa kepada guru pembimbing

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

37

karena sering beranggapan bahwa pembimbing dapat

memecahkan semua persoalan yang dialami oleh siswa.

4. Pembimbing dicap sebagai hakim karena selalu memberikan

sanksi terhadap kesalahan siswa.

5. Pembimbing dianggap sebagai pengawas karena pembimbing

diberi beban untuk mendisiplinkan siswa. Jika langkah ini

dilakukan oleh guru pembimbing maka akan mengurangi

keakraban siswa dengan guru pembimbing dan mengaburkan

peran pembimbing di hadapan siswa.

6. Pembimbing menuntut kepatuhan pihak yang dibimbing.

7. Pembimbing di-cap sebagai orang yang suka marah karena tak

jarang dalam memberikan bimbingan selalu marah-marah

terhadap siswa.

8. Pembimbing di pandang sebagai usaha penyembuhan penyakit

jiwa.

2.3. Standar Kompetensi Guru

2.3.1 Pengertian Kompetensi

Menurut UU No. 14/2005 (UUGD) mengatakan bahwa

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan”. Kompetensi guru dapat dimaknai

sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud

tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas

sebagai agen pembelajaran

Syah (2000) mengemukakan pengertian dasar kompetensi adalah

kemampuan atau kecakapan. Usman (1994) mengemukakan kompentensi

berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan

seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. McAhsan (1981),

sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003) mengemukakan bahwa

kompetensi: “…is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

38

person achieves, which become part of his or her being to the extent he or

she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and

psychomotor behaviors”. Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang

yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan

perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-

baiknya.

Sejalan dengan itu Finch & Crunkilton (1979), sebagaimana

dikutip oleh Mulyasa (2003) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan

terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan

untuk menunjang keberhasilan. Robbins (2001) mengemukakan “A

competency is composed of skill, knowledge, and attitude, but in particular

the consistent applications of those skill, knowledge, and attitude to the

standard of performance required in employment”. Dengan kata lain

kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan, keterampilan dan

sikap, namun yang penting adalah penerapan dari pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan.

Robbins (2001) menyebut kompetensi sebagai ability, yaitu

kapasitas seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam

suatu pekerjaan. Selanjutnya dikatakan bahwa kemampuan individu

dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor kemampuan intelektual dan

kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang

diperlukan untuk melakukan kegiatan mental sedangkan kemampuan fisik

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

39

adalah kemampuan yang di perlukan untuk melakukan tugas-tugas yang

menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan.Spencer &

Spencer (1993) mengatakan “Competency is underlying characteristic of

an individual that is causally related to criterion-reference effective

and/or superior performance in a job or situation”. Jadi kompetensi

adalah karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja

berkriteria efektif dan atau unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi

tertentu.

2.3.2 Dimensi – Dimensi Kompetensi Guru

Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan

Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional

yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

a. Kompetensi Pedagogik

Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004) menyebut kompetensi

ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini

dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar

mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses

belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

40

b. Kompetensi Kepribadian

Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi

kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak

mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”. Surya

(2003) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi

personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar

dapat menjadi guru yang baik. Arikunto (1993) mengemukakan

kompetensi personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang

mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut

diteladani oleh siswa.

c. Kompetensi Sosial

Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya

dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas

merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut

Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah

“kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif

dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta

didik, dan masyarakat sekitar”. Surya (2003) mengemukakan

kompetensi sosial adalah kemampuan yang diperlukan oleh seseorang

agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam

kompetensi sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan

melaksanakan tanggung jawab sosial. Merujuk pada pendapat Asian

Institut for Teacher Education, menjelaskan kompetensi sosial guru

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

41

adalah salah satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan

peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan

untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi

kehidupan di masa yang akan datang.

d. Kompetensi Profesional

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi

pelajaran secara luas dan mendalam”. Surya (2003) mengemukakan

kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan

agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi

profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu

penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa

tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat

guru lainnya.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

untuk menjadi guru pembimbing perlu memiliki ciri-ciri kepribadian

tertentu yang mendukung tercapainya tujuan layanan bimbingan. Dalam

penelitian ini ciri-ciri tersebut disimpulkan dalam tiga aspek, yaitu:

1. Aspek personal, merupakan sifat-sifat pribadi yang ada dalam diri

seorang guru pembimbing. Aspek personal terdiri dari:

a. Kepribadian yang hangat dan terbuka. Artinya, guru pembimbing

bersikap supel dalam pergaulan, humoris, jujur, terbuka,

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

42

berperilaku sederhana, wajar, sabar, baik hati dan tidak bersikap

mengadili siswa.

b. Kepribadian yang dewasa. Artinya, guru pembimbing mampu

bersikap tegas terhadap siswa, bijaksana, tidak mudah terbawa

emosi, mampu menjadi pendengar yang baik dan simpatik.

c. Bersikap objektif dan fleksibel. Artinya, guru pembimbing mampu

memiliki pemahaman terhadap orang lain secara objektif atau tidak

dipengaruhi oleh pandangan atau pendapat pribadi dan mampu

bersikap fleksibel atau mudah menyesuaikan diri dengan siswa.

2. Aspek sosial, yaitu yang berkenaan dengan interaksi antara guru pem-

bimbing dengan orang lain. Aspek ini terdiri dari:

a. Kemampuan berempati. Artinya, guru pembimbing mampu meng-

hargai berbagai macam perasan siswa tanpa harus larut di

dalamnya dan memiliki tanggungjawab moral untuk membantu

siswa.

b. Kemampuan menjalin relasi. Artinya, guru pembimbing mampu

membangun hubungan sosial yang tulus, akrab, hangat dan mampu

menyesuaikan diri dengan perilaku siswa serta mampu bersikap

sebagai teman sekaligus pemimpin bagi siswa.

c. Kemampuan memberikan dukungan. Artinya, guru mampu

memberi semangat dan keyakinan kepada siswa terutama pada saat

siswa sedang merasa putus asa dan mau mendorong siswa untuk

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

43

memahami dirinya sendiri sehingga menjadi lebih terbuka dalam

menerima segala sesuatu yang terjadi pada dirinya.

3. Aspek profesional, artinya seorang guru pembimbing memerlukan

kepandaian khusus agar dapat menjalankan tugasnya. Aspek ini terdiri

dari:

a. Kemampuan menghargai pribadi. Artinya, guru pembimbing

mampu menghargai siswa sebagai individu yang bebas, mampu

menjaga dan menyimpan rahasia siswa serta bersikap rendah hati

terutama dalam memberi layanan bimbingan.

b. Memiliki wawasan yang luas. Artinya, guru pembimbing memiliki

perkembangan intelektual yang baik, mampu berpikir logis, kritis,

memahami berbagai macam pandangan siswa dan mampu memberi

alternatif yang perlu dipertimbangkan oleh siswa.

c. Bebas dari kecenderungan menguasai siswa. Artinya, guru

pembimbing tidak memaksa siswa ke cara berpikir atau bertindak

tertentu dan tidak bersikap selalu ingin tahu terhadap permasalahan

siswa.

d. Kemampuan menjalin komunikasi. Artinya, guru pembimbing

memiliki kecakapan dalam menjalin komunikasi yang baik dan

akrab dengan siswa serta terampil merefleksikan, menggali makna

yang terkandung dalam setiap kata-kata dan peristiwa yang dialami

siswa.

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

44

Idealnya guru pembimbing memenuhi ketiga aspek tersebut.

Namun juga terjadi hal-hal yang ideal tersebut tidak dapat terwujud karena

dalam kenyataannya keinginan siswa terhadap ciri-ciri kepribadian yang

hendaknya dimiliki guru pembimbing tidak terpenuhi, sehingga

memungkinkan siswa mempunyai penilaian keliru mengenai layanan

bimbingan.

2.4. Hakekat Siswa SMA Sebagai Remaja dan Karakteristiknya

2.4.1. Pengertian Masa Remaja

Siswa kelas X SMA Negeri 2 Salatiga berada pada rentang usia

antara 15 tahun sampai dengan 17 tahun. Menurut Keropka (Yusuf, 2002)

masa remaja dibagi dalam 3 masa yaitu: Masa Remaja Awal usia 12 tahun

- 15 tahun; Masa Remaja Madya usia 15 tahun – 18 tahun; Masa Remaja

Akhir usia 19 – 22 tahun. Berdasar pendapat tersebut, siswa kelas X SMA

Negeri 2 Salatiga termasuk dalam Remaja Madya/Tengah.

Menurut Hurlock (1992) remaja berarti tumbuh menjadi dewasa.

Lebih lanjut Rifai (1984) menjelaskan bahwa masa remaja merupakan

taraf perkembangan dalam kehidupan manusia, yang mana seseorang

sudah tidak dapat disebut anak kecil lagi, tetapi juga belum dapat disebut

orang dewasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan

masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke arah kedewasaan.

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

45

2.4.2. Karakteristik Remaja

Setiap tahap perkembangan pada manusia berbeda satu sama lain,

sehingga tiap tahap perkembangan pada manusia mempunyai karakteristik

tersendiri. Begitu juga pada masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu

yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Hurlock

(1992) menjelaskan ciri-ciri masa remaja sebagai berikut:

a. Masa remaja merupakan periode yang sangat penting: Masa remaja me-

rupakan periode yang sangat penting karena mempunyai akibat yang

langsung dan jangka panjang terhadap sikap dan perilaku remaja. Pada

masa remaja, terjadi perkembangan fisik dan mental yang cepat hingga

perlu penyesuaian mental dan pembentukan sikap, nilai serta minat

baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan: Peralihan tidak berati terputus

dengan atau berubah dari apa yang terjadi sebelumnya, melainkan

lebih-lebih sebuah peralihan dari suatu tahap perkembangan ke tahap

berikutnya. Artinya, apa yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan

bekasnya sehingga mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru.

Pada masa remaja, remaja bukan lagi anak kecil tetapi juga bukan

orang dewasa, oleh karena itu remaja harus meninggalkan segala

sesuatu yang bersifat kekanakan dan juga harus mempelajari pola

perilaku dan sikap yang baru untuk menggantikan perilaku dan sikap

yang sudah ditinggalkan.

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

46

c. Masa remaja sebagai periode perubahan: Masa remaja merupakan masa

perubahan, yang mana terjadi perubahan fisik, perilaku dan sikap yang

berlangsung pesat. Ada empat perubahan yang umumnya terjadi,

yaitu: 1) Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada

tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. 2) Perubahan

tubuh dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial sehingga

menimbulkan masalah baru. 3) Berubahnya minat dan pola perilaku

sehingga nilai-nilai menjadi berubah. 4) Bersikap ambivalen terhadap

setiap perubahan. Remaja menuntut kebebasan tetapi takut

bertanggung jawab akibatnya.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah: Masalah masa remaja sering

menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh remaja laki-laki maupun

perempuan. Hal ini disebabkan karena sepanjang masa kanak-kanak,

masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru,

sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman mengatasi

masalahnya. Penyebab lainnya adalah karena para remaja merasa diri

mandiri, sehingga ingin mengatasi masalah sendiri, menolak bantuan

orang tua dan guru.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas: Pada tahun–tahun awal

masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting

bagi remaja laki-laki dan perempuan. Tetapi lambat laun remaja mulai

mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama

dengan teman-temannya dalam segala hal seperti sebelumnya. Rasa

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

47

ketidak puasan ini membuat remaja mencoba mengangkat dirinya

sendiri sebagai individu dengan menggunakan simbol status dalam

bentuk mobil, pakaian dan pemilikan barang-barang lain yang mudah

terlihat.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan: Masa remaja

disebut sebagai usia yang menakutkan karena adanya anggapan negatif

mengenai remaja, yaitu remaja tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan

cenderung merusak serta berperilaku mengganggu.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik: Masa remaja disebut

sebagai masa yang tidak realistik karena remaja memandang diri dan

orang lain menurut keinginannya dan bukan sebagaimana adanya.

h. Masa remaja sebagai masa ambang masa dewasa: Masa remaja meru-

pakan ambang masa dewasa, hal ini ditandai dengan cara berpakaian,

bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa pada umumnya.

2.4.3. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja merupakan tantangan yang berupa

aneka tugas yang dihadapi remaja dalam hidupnya (Winkel, 2006).

Menurut Havighurst (Hurlock, 1992) tugas perkembangan remaja terdiri

dari:

1. Mencapai pergaulan yang baru dan yang lebih matang dengan sebaya

dari kedua jender: Remaja diharapkan dapat memperluas hubungan atau

relasi sosial, membina hubungan kerja sama baik dengan teman sejenis

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

48

maupun lawan jenis. Dalam membina relasi dengan orang lain, remaja

perlu belajar mengatasi konflik yang terjadi.

2. Mencapai peran-peran kepriaan/masculine dan kewanitaan/feminine:

Remaja mempelajari dan menerima perannya sebagai pria dan wanita

sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

3. Mencapai kematangan fisik dan mendaya-gunakan tubuhnya secara

efektif: Remaja perlu belajar menerima dan menghargai perubahan

yang terjadi pada dirinya, khususnya perubahan fisik. Terjadinya

perubahan fisik pada remaja menjadikan remaja mampu memelihara

dan merawat dirinya sendiri dengan perasaan puas.

4. Membentuk dan mencapai hasrat berperilaku yang secara sosial dapat

dipertanggungjawabkan: Remaja ikut serta dalam kegiatan sosial

sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab sehingga menghormati

atau mentaati nilai-nilai atau norma-norma sosial yang berlaku di

masyarakat.

5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tuanya dan orang dewasa

lainnya: Remaja mulai menunjukkan kemandiriannya, tidak

menganggap dirinya anak kecil lagi yang selalu terikat dengan orang

tua dan orang dewasa lainnya. Hal ini diwujudkan dengan mulai

menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bergantung pada orang

tua/orang dewasa lainnya.

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

49

6. Menyiapkan diri untuk membina karier secara ekonomis: Remaja mulai

memikirkan kariernya di masa depan. Dengan demikian remaja

mengharapkan kebebasan dalam memilih karier yang diinginkannya.

7. Menyiapkan diri memasuki kehidupan pernikahan dan berumah-

tangga: Remaja diharapkan sudah memiliki konsep tentang keluarga

yang bertanggung jawab, menyusun dan merencanakan masa depan,

memiliki pengetahuan sebagai pria atau wanita dalam membina rumah

tangga dan memelihara alat reproduksinya.

8. Mengembangkan ideologi melalui memperoleh perangkat tata-anutan

nilai dan sistem etika pemandu perilakunya: Remaja diharapkan

mengetahui dan mengembangkan pengetahuan tentang nilai–nilai yang

berlaku sebagai pedoman yang dapat dijadikan falsafah/ideologi dalam

hidupnya.

Dari uraian di atas jelas bahwa remaja perlu mengetahui dan

memahami perannya agar dapat melaksanakan tugas perkembangan yang

dibebankan kepadanya dengan baik. Keberhasilan melaksanakan tugas

perkembangan pada masa remaja menunjukkan bahwa remaja dapat

menyesuaikan diri dengan tuntunan lingkungan sehingga remaja merasa

bahagia apabila berhasil melaksanakan tugaas perkembangannya. Tetapi

tak jarang remaja juga mengalami kegagalan dalam melaksanakan

tugasnya. Kegagalan ini membuatnya merasa kecewa, putus asa dan tidak

berguna. Untuk itu, dalam melaksanakan tugas perkembangannya remaja

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

50

tetap harus mendapat bimbingan dari orang tua maupun orang dewasa

lainnya.

Di sekolah orang yang paling tepat mendampingi siswa dalam

menjalankan tugas perkembangannya adalah guru pembimbing. Agar

dapat membimbing siswa dengan baik, seorang guru pembimbing

sebaiknya memiliki ciri–ciri kepribadian yang diinginkan oleh para

siswanya.

2.5. Sekilas Hasil Penelitian Yang Berhubungan

1. Srimastuti (2001) dalam penelitiannya tentang karakteristik guru BP,

diperoleh kesimpulan : (91,25%) siswa menginginkan guru BP sebagai

sahabat dan 92% siswa menginnginkan guru BP sebagai orang tua.

2. Handoko S (2003) Dalam penelitiannya tentang karakteristik guru

pembimbing yang dinginkan siswa diperoleh kesimpulan dengan nilai

tertinggi bahwa guru pembimbing yang diinginkan siswa yakni: sabar,

penuh kasih sayang, penuh perhatian, ramah, toleran, empati, hangat,

menerima siswa apa adanya, adil, memahami perasaan siswa, pemaaf,

menghargai kebebasan, akrab.

3. Fatchurahman (2004) dalam penelitiannya tentang preferensi siswa

terhadap perilaku guru pembimbing di SMA Negeri Palangkaraya

diperoleh kesimpulan, yakni: disiplin, punya hubungan sosial yang baik,

terbuka, optimistik, sabar, humoris dan jujur.

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

51

4. Asmar (1999) melalui penelitian Penerapan Model Bimbingan Kompre-

hensif di SMA 1 Cisarua menyimpulkan temuan sebagai berikut:

a. Penerapan model bimbingan komprehensif memberikan atribusi dan

kontribusi terhadap siswa dan pelaksanaan program bimbingan dan

konseling di SMA I Cisarua. Ada topik-topik tertentu dari layanan

dasar bimbingan yang relevan dengan materi pelajaran Agama,

Sosiologi, dan PMP-KN sehingga guru mata pelajaran yang

bersangkutan dapat dilibatkan dalam pelaksanaan layanan dasar

bimbingan di kelas dan menjadikan materi layanan dasar bimbingan

sebagai bagian terpadu dalam mata pelajaran yang diajarkannya.

b. Penerapan model bimbingan komprehensif, memberi dampak positif

terhadap aspek tugas-tugas perkembangan siswa, dan mendorong

para siswa secara sukarela datang kepada guru pembimbing

mengkonsultasikan masalahnya, diidentifikasikan sebagai: a)

Masalah pribadi, meliputi pengenalan tentang kekuatan diri sendiri,

bakat, dan minat, serta penyaluran dan pengembangannya. b)

Masalah sosial, meliputi kemampuan berkomunikasi, menerima dan

menyampaikan pendapat secara logis, efektif dan efisien, hubungan

dengan teman sebaya dan lawan jenis. c) Masalah belajar, meliputi

informasi dan orientasi di perguruan tinggi, penguasaan materi

pelajaran dan cara belajar yang baik. d) Masalah karier, meliputi

pengambilan keputusan karir, orientasi dan informasi karier, dunia

kerja dan upaya memperoleh penghasilan sendiri.

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

52

c. Dampak penerapan model bimbingan komprehensif bagi guru: sikap

belajar siswa semakin positif, keterampilan berkomunikasi siswa

semakin efektif, penghargaan siswa terhadap guru maupun terhadap

teman meningkat, dilihat dan dirasakan guru pada waktu mengajar di

kelas, ketika siswa mengerjakan tugas yang diberikan, dan ketika

siswa mengikuti ujian.

5. Suherman (2005) melaporkan hasil penelitian tentang Persepsi Dan Eks-

pektasi Siswa Tentang Unjuk Kerja Guru Pembimbing Dalam

Mengembangkan Hubungan Yang Bersifat Membantu, Studi Deskriptif

Pengembangan Program Peningkatan Unjuk Kerja Profesional Guru

Pembimbing di SMA Lembang Bandung sebagai berikut:

a. Unjuk kerja guru pembimbing dalam mengembangkan hubungan

yang bersifat membantu ditandai adanya: (1) perilaku empatik, (2)

penerimaan dan penghargaan, (3) kehangatan dan perhatian, (4)

keterbukaan dan ketulusan, serta (5) kekonkretan dan kekhususan

ekspresi.

b. Terdapat kesenjangan antara persepsi dan ekspektasi siswa tentang

unjuk kerja guru pembimbing dalam mengembangkan hubungan yang

bersifat membantu.

c. Unjuk kerja guru pembimbing dalam mengembangkan hubungan

yang bersifat membantu umumnya dipersepsikan siswa sebagai unjuk

kerja yang kurang membantunya dalam memecahkan masalah dan

mengembangkan diri, akan tetapi siswa sangat mengharapkan unjuk

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

53

kerja tersebut sebagai fasilitator yang dapat membantunya dalam

mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi.

d. Unjuk kerja guru pembimbing yang dipersepsi siswa kurang

membantu dalam mengembangkan diri dan memecahkan masalah

yang dihadapinya terutama pada aspek dan sub aspek:

a) Perilaku empatik, yaitu: (1) meninjau permasalahan dari sudut

pandang siswa, (2) menafsirkan ungkapan siswa secara tepat.

b) Kehangatan dan perhatian, yaitu: (1) memperlakukan siswa secara

bersahabat, (2) membantu melancarkan ungkapan siswa, (3)

memelihara perhatian penuh pada siswa, (4) mengungkapkan

kembali pernyataan siswa secara tepat.

c) Kekonkritan dan kekhususan ekspresi, yaitu: (1) mengemukakan

ungkapan yang mudah dipahami siswa, dan (2) memperjelas

pernyataan siswa. Kesembilan sub aspek tersebut dijadikan bahan

pertimbangan utama dalam perkembangan program hipotetik

pelatihan peningkatan unjuk kerja guru pembimbing dalam

mengembangkan hubungan yang bersifat membantu.

6. Temuan lain menunjukan bahwa faktor masa kerja guru pembimbing dan

akumulasi konsultasi siswa-guru pembimbing cenderung mempengaruhi

persepsi dan ekspektasi siswa tentang unjuk kerja guru pembimbing

dalam mengembangkan hubungan yang bersifat membantu.

7. Kartini (2007) meneliti hubungan pola interaksi guru pembimbing dengan

siswa kelas III SMA Terpadu Krida Nusantara Bandung. Temuannya

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI - UKSW · BAB II . LANDASAN TEORI. 2.1. Kepribadian Guru Pembimbing. 2.1.1. Pengertian Kepribadian. Gordon Allport (1937) mengatakan bahwa kepribadian sebagai

54

menyatakan bahwa pola interaksi guru pembimbing yang memudahkan

(enabling) melalui menyediakan waktu untuk berdiskusi dengan siswa di

luar jam bimbingan, siswa senang berhubungan dengan guru pembimbing,

siswa terbuka mengemukakan masalahnya, siswa percaya pada guru

pembimbingnya sehingga kualitas pola interaksi guru pembimbing dengan

siswa yang sedemikian terbukti mendorong siswa melakukan eksplorasi

dan komitmen identitas sosial khususnya dalam pemilihan pendidikan

lanjutan maupun mendorong siswa meningkatkan kemandirian dalam

pengambilan keputusan.

8. Damsus (2007) dalam penelitiannya tentang Karakteristik Guru BK yang

diinginkan siswa SMA Negeri 1 Waingapu diperoleh kesimpulan sebagai

berikut : 1) Kemampuan memberikan dukungan (94%). 2) Kemampuan

menghargai pribadi (93,1%). 3) Kemampuan menjalin relasi dengan

orang lain (92,7%). 4) Kemampuan menjalin komunikasi (91,2%). 5)

Kemampuan berempati (91,2%). 6) Kepribadian yang hangat dan

terbuka (90,4%). 7) Kepribadian yang dewasa (90%). 8) Wawasan yang

luas (87,9%). 9) Sikap objektif dan fleksibel (86,7%). 10) Bebas dari ke-

cenderungan menguasai siswa (86%).