BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Definisi ...
BAB II LANDASAN TEORI (TINJAUAN...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI (TINJAUAN...
10
BAB II
LANDASAN TEORI (TINJAUAN PUSTAKA)
Dalam membahas berbagai masalah atau persoalan yang terdapat pada
penelitian ini penulis memerlukan landasan teori yang sesuai dengan masalah
yang diteliti. Landasan teori ini dimaksudkan untuk menjelaskan mengenai
konsep-konsep yang digunakan penulis sebagai pedoman penelitian di lapangan
dan untu manganalisis masalah. Oleh karana itu dalam hal ini akan berusaha
menjelaskan mengenai konsep dan definisi dari masalah penelitian yang penulis
hadapi.
Menurut Moh. Uzer Usman peranan adalah “terciptanya serangkaian
tingkah laku yang saling berkaiatan yang dilakukan dalam dalam situasi tertentu
serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan
yang menjadi tujuannya”. 7
A. Peran Kepala Sekolah
Maksud dari peran kepala sekolah pada tulisan ini adalah segala kegiatan
yang dilakukan sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawab serta fungsi
seorang pemimpin sebuah lembaga pendidikan/sekolah (kepala sekolah).
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 Tanggal 17 April 2007 tentang standar
Kepala Sekolah/Madrasah pada point B tentang Kompetensi Manajerial, dimana
tugas kepala sekolah adalah Kepribadian, Manajerial, Kewirausahaan, Supervisi
dan Sosial, dan Permendiknas No. 28 tahun 2010 pasal 1 tentang penugasan guru
sebagai kepala sekolah/madrasah. menyatakan Kepala sekolah/madrasah adalah
7 Moh. Uzer Usman. 2003. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya. Bandung. hlm.4.
11
guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin taman kanak-kanak/raudhotul
athfal (TK/RA), taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar/madrasah
ibtidaiyah (SD/MI), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah pertama luar biasa
(SMPLB), sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), sekolah
menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK), atau sekolah
menengah atas luar biasa (SMALB) yang bukan sekolah bertaraf internasional
(SBI) atau yang tidak dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional (SBI).
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah mempunyai peran yang sangat
besar dalam mengembangkan semangat kerja dan kerjasama yang harmonis, minat
terhadap perkembangan dunia pendidikan, perkembangan kualitas profesional
guru- guru yang dipimpinnya, serta kualitas siswa atau sekolah secara umum
banyak ditentukan oleh kualitas pemimpin sekolah (Kepala Sekolah).
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006),
terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai : (1) educator (pendidik);
(2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin);
(6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan. Merujuk kepada tujuh peran
kepala di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala
sekolah dengan peningkatan kualitas guru;
1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru
merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala
sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan
12
kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat
memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan
senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara
terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar
dapat berjalan efektif dan efisien.
Menurut R. Gunawan Sudarmanto seorang guru yang profesional harus
mau merancang dan membuat perangkat pembelajaran yang diperlukan.
Perangkat pembelajaran tidak dapat ditembak begitu saja dari belakang meja
tanpa adanya analisis kondisi sekolah. Ketika merancang dan membuat perangkat
pembelajaran maka seorang guru harus memahami kondisi sekolah tempat
mengajarnya, dengan cara demikian maka pembelajaran yang dilaksanakan sangat
sesuai dengan kondisi warga belajar dan penunjangnya.8
Menurut Susilana & Riyana menyatakan pengadaan, pemanfaatan dan
pemeliharaan sarana atau fasilitas pembelajaran antar sekolah sangat bervariatif.
Dalam hal pengadaan sarana, ada kecenderungan bahwa sekolah-sekolah yang
memiliki pimpinan (kepala sekolah) yang “lincah dan gesit” serta mempunyai
hubungan yang baik dengan penentu kebijakan pemberian bantuan saranalah yang
akan banyak mendapatkan fasilitas pembelajaran, sedangkan untuk sekolah-
sekolah dengan pimpinan yang kurang “lincah dan gesit” serta mempunyai
hubungan yang belum baik dengan penentu kebijakan pemberian bantuan sarana,
hanya akan mendapatkan sedikit atau bahkan tidak mendapatkan bantuan
8 R. Gunawan Sudarmanto. Profesionalitas Guru Kaitan Pemetaan SK-KD, Silabus, dan
Analisis SK-KD untuk Pengembangan Bahan Ajar dan Media.
(http://staff.unila.ac.id/radengunawan/2011/10/11/profesionalitas-guru/)
13
kelengkapan sarana prasarana/fasilitas pembelajaran.9
2. Kepala sekolah sebagai manajer
Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus
dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan
pengembangan profesi para guru. Dalam hal ini, kepala sekolah melaksanakan
rapat rencana kerja yang dilaksanakan pada akhir tahun ajaran atau lebih dikenal
dengan rapat kerja tahunan (Raker Tahunan).
Rencana kerja sekolah adalah salah satu komponen dari perencanaan
program sekolah. Rencana kerja sekolah menggambarkan tujuan yang akan
dicapai dalam kurun waktu tertentu sebagai dasar pengelolaan sekolah dalam
mendukung peningkatan mutu lulusan. Remcana Kerja Tahunan (RKT) adalah
rencana kerja tahunan sekolah/madrasah yang berdasar pada rencana kerja jangka
menengah (empat tahunan) yang dinyatakan dalam rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) sebagai istilah lain dari Rencana
Anggaran Penerimaan dan Belanja Sekolah/Madrasah (RAPB-SM). (Lampiran
Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007)10
3. Kepala sekolah sebagai administrator
Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk
tercapainya peningkatan kualitas guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa
besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kualitas guru tentunya
akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu
kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi
9 Susilana & Riyana 2007. Media Pendidikan: Hakikat, Pengembangan Pembelajaran, dan
Pemanfaatannya. Bandung:CV Wacana Prima. 10 Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007
14
upaya peningkatan kualitas guru.
Menurut Soewadji Lazaruth masalah keuangan adalah masalah yang peka.
Oleh karena itu dalam mengelola bidang ini kepala sekolah harus berhati-hati,
jujur dan terbuka agar tidak timbul kecurigaan baik dari staf maupun dari
masyarakat atau orang tua murid. Kepala sekolah harus mampu mengelola
administrasi keuangan (keluar masuknya uang) dengan menggunakan buku Kas
Umum, Kas BOS. Dalam memudahkan dan melancarkan proses administrasi
keuangan, disusun pedoman keuangan yang dapat dipakai sebagai referensi
sekolah dalam mengelola dan menyelenggarakan administrasi dana program.
Selain itu, dengan adanya pedoman ini diharapkan sekolah menjadi lebih sadar
dan peduli terhadap pentingnya pembuatan laporan keuangan yang baik dan
transparan.11
Selain pengelolaan keuangan sekolah peran Kepala Sekolah sebagai
administrator dalam mengelola pengajaran bagi upaya peningkatan kompetensi
mewajibkan setiap guru untuk berperan aktif dalam kegiatan forum ilmiah seperti;
MGMP, Bintek, Workshop/ lokakarya, seminar.
Persoalan perubahan dalam dunia pendidikan juga bergantung dari
bagaimana para guru memaknai perubahan tersebut karena setiap inovasi dan
perubahan dapat terjadi jika ada usaha individu untuk memaknai perubahan pada
dirinya, MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) memiliki kedudukan yang
sangat penting untuk meningkatkan pemahaman guru dalam keseluruhan proses
pembelajaran, MGMP merupakan wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru
11 Soewadji Lazaruth. Kepala Sekolah dan Tanggung Jawab. 1988. Kanisius. Yogyakarta
15
mata pelajaran yang berada di suatu sanggar, kabupaten/kota yang berfungsi
sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran serta
bertukar pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai pelaku
perubahan pembelajaran di kelas. MGMP diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam meningkatkan profesionalisme
guru (Depdiknas, 2004:1)12
.
4. Kepala sekolah sebagai supervisor
Sebagai supervisor Kepala sekolah mengetahui sejauh mana guru mampu
melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan
kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk
mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan
penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui
kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat
penguasaan kualitas guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi,
pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki
kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam
melaksanakan pembelajaran.
Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002)
mengemukakan bahwa “ menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan
yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah
12 Doni Koesoema. Pendidik Karakter di Zaman Keblinger: Mengembangkan Visi Guru
sebagai Pelaku Perubahan dan Pendidik Karakter. 2009. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Bandung
16
sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala
sekolah mereka”. Ungkapan tersebut mengandung makna bahwa kepala sekolah
harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala
sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia
sendiri tidak menguasainya dengan baik.
Kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan mempunyai kewajiban
membimbing dan membina guru atau staf lainnya. Pembinaan dan bimbingan
guru akan berpengaruh besar terhadap kelangsungan dan kelancaran proses belajar
mengajar. Tugas kepala sekolah sebagai supervisor tersebut adalah memberi
bimbingan, bantuan dan pengawasan serta penilaian pada masalah-maslah yang
berhubungan dengan teknik penyelenggara dan pengembangan pendidikan,
pengajaran yang berupa perbaikan program pengajaran dan kegiatan-kegiatan
pendidikan pengajaran untuk dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang
lebih baik (Hartati Sukirman 1999 : 45).13
Berbagai teknik dapat digunakan supervisor dalam membantu guru
meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok (group techniques),
maupun secara perorangan (individual techniques), ataupun dengan cara langsung
atau bertatap muka, dan cara tidak langsung atau melalui media komunikasi
(visual, audial, audio visual)14
Supervisi tanpa pemberitahuan adalah seorang superisor secara tiba-tiba
datang ke kelas pada saat guru sedang mengajar, Supervisor dapat mengetahui
keadaan yang sesungguhnya, sehingga dapat menentukan sumbangan/ bantuan
13 Hartati Sukirman, dkk. 1999. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. FIP IKIP Yogyakarta. 14 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen
Pendidikan. 2008. Alfabeta, Bandung.
17
apakah yang diperlukan guru tersebut dan suatu latihan dalam melaksankan tugas
mengajar agar setiap guru mempersipakan diri.15
Kegiatan supervisi kelas terhadap guru sebagai bagian penting dari
kegiatan supervisi haruslah direncanakaan dengan baik. Kepala Sekolah
hendaknya menyusun program supervisi dalam satu tahun atau satu semester, ada
tiga macam teknik supervisi yaitu supervisi dengan pemberitahuan, tanpa
pemberitahuan dan undangan dari guru.16
5. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)
Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat
menumbuh-suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan
kualitas guru? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya
kepemimpinan yaitu pertama kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dimana
mampu mengelola sumberdaya yang dimiliki dalam upaya mencapai visi yang
telah ditentukan, Menurut Prof. Dr. H. Dadang Suhardan dkk, bahwa
kepemimpinan yang memiliki visi (visionary leadership) yaitu kepemimpinan
yang kerja pokoknya difokuskan pada rekayasa masa depan yang penuh
tantangan, menjadi agen perubahan (agent of change) yang unggul dan menjadi
penentu arah organisasi yang tahu prioritas, menjadi pelatih yang profesional dan
dapat membimbing personil lainnya ke arah profesiionalisme kerja yang dapat
diharapkan.17
Kedua kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam
rangka meningkatkan kualitas guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan
15 Nuzuar. Pelaksanaan Supervisi “Kunjungan Kelas” (Classroom-Visitation). Skolar vol 8.
STAIN, Bengkulu. 16 Soewadji Lazaruth. Kepala Sekolah dan Tanggung Jawab. 1988. Kanisius. Yogyakarta 17 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen
Pendidikan. 2008. Alfabeta,Bandung.
18
kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan yang ada. Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan
dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan
tercermin dalam sifat-sifat sebagai barikut : (1) jujur; (2) percaya diri; (3)
tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar;
(6) emosi yang stabil, dan (7) teladan.
Berbicara tentang teladan Kepala sekolah tentu harus menjadi pemimpin
yang teladan bagi masyarakat sekolah. Kepala sekolah menjadi figur sentral dan
harus menjadi teladan bagi para tenaga kependidikan. Bukan hanya karena
lamanya pengabdian, namun ide yang cemerlang diperlukan untuk
mempersiapkan kader bangsa melalui penggodogan pendidikan di lembaga
pendidikan yang disebut sekolah. Jadi, sekolah yang dipimpin Kepala sekolah
harus dapat menangkap misi dan visi masa depan sekolah, sehingga eksistensinya
sebagai lembaga pencetak kader bangsa tetap relevan. 18
6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja
Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru
lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai
usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya
menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah memberikan
motivasi kepada guru baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu
mendatangkan motivator.
18 DR. E. Mulyasa .MPD. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. 2009.
http://id.shvoong.com/humanities/arts/1898017-menjadi-kepala-sekolah-
profesional/#ixzz1vqnm4Ori
19
Menurut Herzberg (dalam Arikunto, 1998) kepala sekolah sebagai
motivator guru, guru memiliki motivasi kerja yang berbeda antara guru yang satu
dengan lainnya. Hal ini kelak akan berakibat adanya perbedaan kinerja guru
dalam meningkatkan mutu pendidikan. menyatakan bahwa “Motivasi kerja
bukanlah dimensi tunggal, tetapi tersusun dalam dua faktor, yaitu: faktor
motivator (satisfier) dan faktor hygiene“. Faktor motivator adalah faktor yang
menyebabkan terjadinya kepuasan kerja, seperti prestasi kerja, pengakuan,
kemajuan, perasaan bahwa yang mereka kerjakan penting dan tanggung jawab.
Faktor hygiene adalah faktor yang terbukti bisa menjadi sumber ketidakpuasan,
seperti kebijakan administrasi, supervisi, hubungan dengan teman kerja, gaji, rasa
aman dalam pekerjaan, kehidupan pribadi, kondisi kerja dan status. Motivasi kerja
guru merupakan faktor penting dalam peningkatan kinerja guru karena sebagai
pendorong utama setiap guru melaksanakan tugas profesinya sesuai ketentuan
yang berlaku.19
Kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
(1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik
dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan
diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja,
para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru
harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah
lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5)
usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga
19 Arikunto, Suharsimi (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka
Cipta, Jakarta.
20
memperoleh kepuasan.
Usahakan memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru sehingga
memperoleh kepuasan. Dengan menciptakan suasana sekolah seperti ini
diharapkan etos kerja guru meningkat yang berdampak pada peningkatan
kompetensi.20
7. Kepala sekolah sebagai wirausahawan
Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan
peningkatan kualitas guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan
pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang.
Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan
perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-
hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kualitas
gurunya. Serta kepala sekolah dapat mengembangkan sense of belonging melalui
kegiatan pembinaan, motivasi, organisasi guru dan lain-lain.
Profesionalitas guru sebagai tenaga profesional kini telah diakui secara
sah. Juga peningkatan penghasilannya telah mengangkat martabat guru di tengah
masyarakat. Oleh karena itu, hendaknya setiap guru meningkatkan sense of
belonging (rasa turut memiliki) dan sense of responsibility (rasa turut
bertanggungjawab).21
20 Akhmad Sudrajat. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan. Model
Pembelajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo. 21 U. E. Wahyudi. Guru Profesional dan Bermartabat. 2001. http://uewahyudi.blogspot.com
/2011/01/guru-profesional.html
21
B. Kualitas Guru IPS
Guru diartikan sebagai pendidik yang pekerjaan utamanya adalah
mengajar.22 Sedangkan menurut Nawawi23
, guru diartikan sebagai orang yang
bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggug jawab
membantu anak-anak mecapai kedewasaannya masing-masing. Jadi, yang
dimaksud guru IPS disini ialah guru yang mengajar atau mentransfer Ilmu
Pendidikan Sosial (ekonomi, geografi, sejarah, sosiologi dan antropologi) pada
sebuah lembaga pendidikan untuk membantu siswa mencapai kedewasaaannya,
terutama dalam mempelajarai Ilmu Pendidikan Sosial.
Kualitas/ mutu merupakan derajat atau tingkat keunggulan suatu produk
(hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa adapun kualitas disini ialah
hubungannya dengan masalah-masalah pendidikan yang dititik beratkan pada
perbaikan pembelajaran guru IPS. 24
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
mengamatkan bahwa guru adalah pendidik profesional (guru harus memiliki
kualitas dalam pembelajaran dan pengajaran). Dengan demikian, guru selain harus
profesional juga harus memiliki kualifikasi akademik serta memiliki kecakapan
hidup untuk mewujudkan tujuan lembaga pendidikan/sekolah khususya dan tujuan
pendidikan nasional pada umumnya.
22 Muhibbin Syah, Organisasi Sekolah Dan Pengelolaan Kelas (Bandung : Remaja Rosda
Karya, 1997), 225 23 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah Dan Pengelolaan Kelasm (Jakarta : CV. Haji Mas
Agung, 1989), 123 24 Ibid. Hal 271.
22
C. Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas Guru IPS
Maksud dari peran Kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru IPS
adalah bagaimana seorang kepala sekolah mampu meningkatkan kualitas dan
mengembangkan sebuah lembaga pendidikan/sekolah yang dipimpinnya. Namun
dalam skripsi ini, penulis lebih menitikberatkan pada tujuh peran kepala sekolah
(1) educator (pendidik); (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor (penyelia);
(5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan, dalam
meningkatkan kualitas para guru melalui kompetensi yang dilakukan oleh kepala
sekolah terutama terhadap guru IPS untuk mencapai tujuan sekolah.