BAB II LANDASAN TEORI Pendidikan nonformal adalah...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI Pendidikan nonformal adalah...
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pendidikan NonformalPendidikan nonformal adalah pendidikan yang
dilakukan secara teratur, dengan sadar dilakukan, tetapi
tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan yang
tetap¸ seperti pada pendidikan formal di sekolah, karena
pendidikan nonformal pada umumnya dilaksanakkan
tidak dalam lingkungan fisik sekolah, maka pendidikan
nonformal diidentik dengan pendidikan luar sekolah.
Oleh karena itu pendidikan nonformal dilakukan diluar
sekolah, maka sasaran pokok adalah anggota
masyarakat. Sebab itu program pendidikan nonformal
harus dibuat sedemikian rupa agar bersifat luwes tetapi
lugas, namun tetap menarik minat para konsumen
pendidikan.
Menurut Soelaman Joesoef (1992: 54), pendidikan
non formal adalah setiap kesempatan dimana terdapat
komunikasi yang terarah di luar sekolah dan seseorang
memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun
bimbingan sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan
hidup, dengan tujuan mengembangkan tingkat
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan
baginya menjadi peserta-peserta yang efesien dan efektif
10
dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan
lingkungan masyarakat dan negaranya.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan nonformal adalah pendidikan kegiatan
belajar mengajar yang diadakan di luar sekolah untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik tertentu
untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, latihan,
dan bimbingan sehingga mampu bermanfaat bagi
keluarga, masyarakat, dan negara.
2.2. Pengertian HomeschoolingMenurut Saputra (2007: 11) homeschooling
diartikan sebagai sebuah proses layanan pendidikan
yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh
orang tua atau keluarga di rumah atau tempat-tempat
lain, di mana proses belajar mengajar dapat berlangsung
dalam suasana yang kondusif dengan tujuan agar setiap
potensi anak yang unik dapat berkembang secara
maksimal.
Sejalan dengan pengertian tersebut, Sumardiono
(2007: 23) menuturkan bahwa homeschooling merupakan
model pendidikan di mana sebuah keluarga memilih
untuk bertanggung jawab sendiri secara aktif atas
pendidikan anak-anaknya dan menggunakan rumah
sebagai basis pendidikannya. Maksud dari bertanggung
jawab secara aktif di sini adalah keterlibatan penuh
orang tua pada proses penyelenggaraan pendidikan,
11
mulai dalam hal penentuan arah dan tujuan pendidikan,
nilai-nilai (values) yang ingin dikembangkan, kecerdasan
dan keterampilan yang hendak diraih, kurikulum dan
materi pembelajaran, hingga metode belajar serta praktik
belajar keseharian anak-anak.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, program-program dalam pendidikan juga
turut mengalami perkembangan. Perkembangan dari
filsafat dan ilmu pengetahuan serta adanya usaha untuk
memaksimalkan proses pembelajaran selama berabad-
abad menghasilkan perubahan pada sistem pendidikan
yang sekarang ini kita kenal sebagai sekolah. Menurut
Abdullah (2011: 18) sekolah adalah sebuah lembaga
yang dirancang untuk pengajaran peserta didik di bawah
pengawasan pendidik. Sekolah juga dijadikan sebagai
solusi untuk mengatasi keterbatasan keluarga dalam
mendidik anaknya secara sadar dan terencana. Di
Indonesia sendiri, pembagian pendidikan pada sekolah
disesuaikan dengan usia peserta didik, hal ini berlaku
untuk pendidikan formal dan nonformal.
Meskipun sekolah menjadi institusi pendidikan
yang terbukti memberikan manfaat bagi kemanusiaan,
namun proses pencarian pendidikan yang terbaik tidak
pernah berhenti. Berbagai filsafat dan pemikiran terus
lahir, serta berinteraksi dengan kondisi sosial yang
dialami oleh masyarakat. Di Amerika Serikat, gelombang
pertama homeschooling terjadi pada era 1960-an. Pada
12
masa ini, muncul pemikiran bahwa anak-anak belajar
baik jika tanpa instruksi sebagaimana di sekolah. Selain
John Holt, inisiator lainnya pada masa itu adalah
Raymond Moore, seorang psikolog perkembangan dan
peneliti pendidikan. Pada akhir 1970-an, Holt
menerbitkan surat kabar Growing Without School yang
menjadi sistem pendukung homeschooling pada masa itu
(Saputra, 2007: 12).
Di Indonesia, belum ada penelitian yang secara
khusus meneliti tentang akar perkembangan
homeschooling. Sebagai sebuah istilah, homeschooling
atau sekolah rumah adalah istilah yang relatif baru
dalam dunia pendidikan di Indonesia. Tetapi kalau
diperhatikan secara esensi dari filosofi, model dan
praktek penyelenggaraannya, homeschooling bukanlah
sebuah hal yang benar-benar baru. Apabila
memperhatikan konsep-konsep kunci homeschooling,
maka kita akan mendapatkan bentuk-bentuk praktik
homeschooling yang pernah ada di Indonesia. Salah satu
konsep kunci dari homeschooling adalah pembelajaran
yang tidak berlangsung melalui institusi sekolah formal.
Konsep ini membawa kita pada konsep yang lebih umum
yaitu, belajar otodidak atau belajar mandiri (Sumardiono,
2007: 24). Nadhirin (2008: 2) memaparkan bahwa
homeschooling merupakan model pendidikan alternatif
selain sekolah yang diselenggarakan oleh keluarga, yang
memungkinkan anak berkembang sesuai dengan potensi
13
diri mereka masing-masing. Nadhirin (2008: 2)
memaparkan bahwa metode homeschooling terbagi
menjadi 3 jenis, yakni homeschooling tunggal,
homeschooling majemuk dan homeschooling komunitas.
Berikut dijabarkan pengertian dari masing-masing jenis
homescooling.
1. Homeschooling tunggal
Homeschooling tunggal merupakan homeschooling
yang dilaksanakan oleh orang tua dalam suatu
keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Dalam hal
ini orang tua terjun langsung sebagai guru menangani
proses belajar anaknya, jika pun ada guru yang
didatangkan secara privat hanya akan membimbing
dan mengarahkan minat anak dalam mata pelajaran
yang disukainya. Guru tersebut bisa berasal dari
lembaga-lembaga yang khusus menyelengarakan
program homeschooling.
2. Homeschooling majemuk
Homescooling majemuk merupakan homeschooling
yang dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga
untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok
tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing.
3. Homeschooling komunitas
Homeschooling komunitas merupakan gabungan
beberapa homeschooling majemuk. Pada jenis ini ini
terdapat silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah
raga, seni dan bahasa), sarana/prasarana dan jadwal
14
pembelelajaran. Dalam hal ini beberapa keluarga
memberikan kepercayaan kepada Badan Tutorial
untuk memberi materi pelajaran. Badan tutorial
melakukan kunjungannya ke tempat yang disediakan
komunitas.
Dasar penyelenggaraan homeschooling di
antaranya adalah UU No. 20 Th. 2003 tentang Sisdiknas,
terutama pasal 27 yang berbunyi: (1) Kegiatan
pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
(2) Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal
setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar
nasional pendidikan. Kegiatan homeschooling perlu
dilaporkan ke Dinas Pendidikan setempat agar peserta
homeschooling mendapat ijazah resmi dari pemerintah.
Untuk ijazah SD adalah Paket A, SMP Paket B, dan SMA
Paket C. Sistem ujiannya adalah melalui ujian nasional
kesetaraan.
Nadhirin (2008: 4) menyebutkan bahwa
homeschooling memberi banyak keleluasaan bagi anak
didik untuk belajar tanpa harus merasa tertekan dengan
beban-beban yang terkondisi oleh target kurikulum.
Setiap siswa homeschooling diberi kesempatan untuk
terjun langsung mempelajari materi yang disediakan.
Siswa diajak mengevaluasi secara langsung tentang
materi yang sedang di bahas. Bahkan bagi siswa yang
15
memiliki ketertarikan di bidang tertentu, misalnya Fisika
atau Ilmu alam, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
mengadakan observasi dan penelitian sesuai ketertarikan
mereka. Beberapa keunggulan lain homeschooling
sebagai pendidikan alternatif, yaitu karena sistem ini
menyediakan pendidikan moral atau keagamaan,
lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik,
menyediakan waktu belajar yang lebih fleksibel. Selain
hal tersebut sistem pembelajaran pada homesechooling
juga memberikan keterampilan khusus yang menuntut
pembelajaran dalam waktu yang lama seperti pertanian,
seni, olahraga, dan sejenisnya, memberikan
pembelajaran langsung yang kontekstual, tematik, dan
nonscholastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan
ilmu.
Namun, selain keunggulan yang ditawarkan pada
pendidikan homeschooling, terdapat juga beberapa
kekurangan diantaranya kondisi belajar di homeschooling
membuat anak kurang berinteraksi dengan teman
sebaya. Kemungkinan lainnya anak didik bisa terisolasi
dari lingkungan sosial yang kurang menyenangkan
sehingga akan kurang siap nantinya menghadapi
berbagai kesalahan atau ketidakpastian.
Kurangnya interaksi juga membuat anak didik
kehilangan kesempatan untuk bergabung dalam salah
satu tim olah raga, dan organisasi siswa pada umumnya
seperti OSIS, PMR, IRM, PASKIBRA, pramuka, tim
16
basket, tim sepak bola dan sebagainya seperti halnya
yang terdapat disekolah umum. Kekurangan lain adalah
tidak ada kompetisi atau bersaing. Sehingga ada
kemungkinan anak didik tidak bisa membandingkan
sampai di mana kemampuannya dibanding anak-anak
lain seusianya. Selain itu anak didik belum tentu merasa
cocok jika diajar oleh orang tua sendiri, apalagi jika
memang mereka tidak punya pengalaman mengajar
sebelumnya. Faktor tingginya biaya homeschooling juga
menjadi salah satu kekurangan, karena dipastikan biaya
yang dikeluarkan untuk memberikan pendidikan
homeschooling lebih besar dibanding jika kita mengikuti
pendidikan formal disekolah umum (Nadhirin, 2008: 4).
Saat ini, perkembangan homeschooling di
Indonesia dipengaruhi oleh akses terhadap informasi
yang semakin terbuka dan membuat para orang tua
memiliki semakin banyak pilihan untuk pendidikan
anak-anaknya. Selanjutnya Sumardiono (2007: 24) juga
menambahkan bahwa banyak keluarga Indonesia yang
belajar di luar negeri menyelenggarakan homeschooling
untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya.
Selain itu, ketidakpuasan terhadap kualitas pendidikan
di sekolah formal juga menjadi pemicu bagi keluarga-
keluarga Indonesia untuk menyelenggarakan
homeschooling yang dinilai lebih dapat mencapai tujuan-
tujuan pendidikan yang direncanakan oleh keluarga.
17
Homeschooling adalah model pendidikan alternatif
selain di sekolah. Homeschooling dipraktikkan oleh
jutaan keluarga di seluruh dunia. Walaupun ada
keinginan untuk membuat sebuah definisi mengenai apa
yang dimaksud dengan homeschooling, tetapi tak mudah
untuk melakukannya. Tak ada sebuah definisi tunggal
mengenai homeschooling karena model pendidikan yang
dikembangkan di dalam homeschooling sangat beragam
dan bervariasi.
Sejauh ini kurikulum yang ada di Indonesia yaitu
kurikulum yang ditentukan oleh Diknas. Namun dalam
homeschooling tidak dipaksakan untuk mengikuti
kurikulum Diknas karena sebagian besar dari
homeschooling yang ada memilih materi dan
pengajarannya sendiri. Dengan melihat apa yang
dibutuhkan oleh anak dan keluarga. Namun pemerintah
mempunyai prasyarat dalam homeschooling. Diantaranya
menggunakan paket kurikulum lengkap yang dibeli dari
penyedia kurikulum di mana 3% materi yang digunakan
berasal dari partner homeschooling yang dijalankan oleh
lembaga setempat. Bila dilihat dari Homeschooling Kak
Seto kegiatan atau biasa disebut proses pembelajaran
terbagi atas dua pembelajaran yaitu yang pertama
kegiatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran
siswa atau kemudian biasa disebut homeschooler di
mana kegiatan tersebut membantu siswa dalam proses
belajar menjadi menyenangkan. Meliputi games, inspiring
18
story, project class, nonton bareng, outing,
ekstrakurikuler, distance learning gathering. Yang kedua
yaitu parent’s meeting dan bimbingan konseling.
Homeschooling Destiny Institute menggunakan
kurikulum ACE (Accelerated Christian Education). Filosofi
yang dibangun atas prinsip-prinsip dasar firman Allah di
mana siswa diajarkan untuk melihat kehidupan dari
sudut pandang Allah sebagai tanggung jawab untuk
pembelajaran sendiri. Program ini berdasarkan Alkitab
komprehensif yang berfungsi baik sekolah berbasis
kampus dan homeschooling. Diantaranya program
berbasis Alkitab dengan karakter Ilahi, pendekatan
individual, Self Instruction–kurikulum berbasis
penguasaan, keterlibatan orang tua, pelatihan dan
konvensi, peluang siswa untuk pengembangan karakter.
2.3. Pengertian ManajemenHasibuan (2011: 2) berpendapat bahwa
manajemen merupakan ilmu dan seni yang mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian
manjamen juga dijelaskan oleh Gordon (Bafadal,
2004: 39) yang menyebutkan bahwa manajemen
merupakan metode yang digunakan administrator
untuk melakukan tugas-tugas tertentu atau
mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut
Stoner (2001: 4) manajemen adalah suatu proses
19
perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan
mengawasi pekerjaan organisasi dan untuk
menggunakan semua sumber daya organisasi yang
tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang
dinyatakan dengan jelas. Lebih lanjut Griffin (2004:
8) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,
dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Selanjutnya
Terry (2000: 15) menyatakan bahwa manajemen
adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu
kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan
organisasional atau maksudmaksud yang nyata. Dari
paparan pendapat ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu
proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
yang dirancang untuk mencapai tujuan. Pada
penelitian ini yang manajemen yang dimaksud adalah
manajemen program pendidikan pada homeschooling
Destiny Institute.
2.4. Analisis Manajemen Program PendidikanHomeschoolingDalam dunia pendidikan manajemen pada
program pendidikan memiliki peranan yang sangat
penting. Menurut Hasibuan (2011: 2), Manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
20
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif
dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Pernyataan tersebut senada dengan pernyataan menurut
Prayudi (2007: 55) bahwa manajemen adalah
pengendalian dan pemanfaatan dari pada semua faktor
dan sumber daya yang menurut suatu perencanaan
(planning) diperlukan untuk mencapai atau
menyelesaikan suatu tujuan kerja tertentu. Jadi,
manajemen adalah suatu proses yang dilakukan agar
suatu usaha dapat berjalan denga baik memerlukan
perencanaan, pemikiran, pengarahan, dan pengaturan
serta mempergunakan atau mengikutsertaan semua
potensi yang ada baik personal maupun material secara
efektif dan efesien.
Pada dasarnya manajemen program pendidikan
ialah pengaturan semua kegiatan yang terangkum dalam
pendidikan baik dalam kegiatan, proses, dan hasil yang
dirancang guna menciptakan masyarakat yang
kompetitif dalam menghadapi kemajuan jaman.
Pengertian pendidikan yang tertuang dalam Undang-
Undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003 menjelaskan
bahwa pendidikan merupakan sebuah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta
didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif
supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan,
keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual
21
keagaman, kepribadian serta akhlak mulia. Program
pendidikan di Indonesia dirancang untuk memajukan
pendidikan di Indonesia, adapun program yang
dirancang tersebut secara garis besar dituangkan dalam
proses pembelajaran. Dalam keseluruhan proses
pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan
aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak
tergantung pada proses pembelajaran yang baik.
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan
asas pendidikan maupun teori belajar, yang merupakan
penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran
merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan
belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Dalam
pengertian demikian dapat dikatakan bahwa
pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk
belajar. Kegiatan ini akan mengakibatkan siswa
mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan
efisien. Menurut Uno (2006: 56) pembelajaran (learning)
adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan
siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan
faktor lingkungan belajarnya, karakteristik siswa,
karakteristik bidang studi serta berbagai strategi
pembelajaran baik penyampaian, pengelolaan maupun
pengorganisasian pembelajaran.
22
Berpijak dari pendapat para ahli di atas maka
dapat disimpulkan bahwa manajemen program
pendidikan homeschooling merupakan pengelolaan dari
kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
terhadap program pendidikan di homeschooling. Untuk
mengetahui gambaran mengenai pendidikan
homeschooling Destiny Institute, maka perlu dilakukan
analisis terhadap manajemen program pendidikan di
Destiny Institute. Adapun analisis dilakukan dengan
mengacu teknik analisis interaktif. Teknik analisis
interaktif dikembangkan oleh Miles dan Huberman.
Adapun langkah-langkah analisis dilakukan secara siklis
dan interaktif, yaitu dari pengumpulan data, penyajian
data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan.
2.5. Hasil Penelitian yang relevanFarah Husna (2012: 3). Melakukan penelitian
dengan judul “Pengelolaan Pembelajaran Homeschooling
Studi Situs Homeschooling Primagama Yogyakarta”.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Ingin mengetahui
karakteristik mengelola kelembagaan homeschooling di
Lembaga Homeschooling Primagama Yogyakarta (2) Ingin
mengetahui karakteristik interaksi pembelajaran
homeschooling di Lembaga Homeschooling Primagama (3)
Ingin mengetahui hubungan lembaga homeschooling
dengan orang tua siswa di Lembaga Homeschooling
Primagama. Jenis penelitian ini adalah penelitian
23
kualitatif dengan desain etnografi. Lokasi penelitian di
Homeschooling Primagama Yogyakarta. Narasumber
dalam penelitian ini adalah direktur dan guru lembaga
Homeschooling Primagama Yogyakarta. Teknik
pengumpulan data dengan pengaturan data, proses
penganalisisan, sajian data, penarikan simpulan
(verifikasi), penyusunan kesimpulan. Analisis data yang
digunakan metode analisis data di dalam situs dapat
digunakan selama atau sesudah pengumpulan data,
tetapi biasanya cenderung menjadi sangat bermanfaat
bilamana dasar datanya lengkap, serta penelitian berada
dalam tahapan analisis dan penulisan final. Model
penyajian yang khas adalah dalam bentuk teks naratif.
Keabsahan data dilakukan dengan pemakaian waktu
peneliti di lapangan diusahakan dapat berjalan secara
efektif, trianggulasi, ketergantungan, konfirmabilitas.
Hasil dari penelitian ini adalah:1) Karakteristik
pengelolaan kelembagaan homeschooling meliputi:
pendidikan kebutuhan masyarakat, sekolah alternatif,
anak berkebutuhan khusus, pengembangan sekolah
nonformal dengan kurikulum Sistem Pendidikan
Nasional, lembaga fleksibel, layanan individu siswa,
secara akademik lebih terstruktur, pengembangan
akademik dan bakat anak, pendekatan aspek psikologi
anak. 2) Interaksi pembelajaran homeschooling meliputi:
KTSP, konsep learn how to learn, guru dan jam belajar
menyesuaikan kebutuhan anak, pelaksanaan
24
pembelajaran @ 2 jam/mata pelajaran, proses belajar
mengajar tiap hari senin-sabtu mulai pukul 08.00-17.00,
pembelajaran individu atau kelompok, Ujian Nasional
dan Ujian Kesetaraan, pembelajaran komunitas satu
minggu sekali, raport bersifat kualitatif dan kuantitatif,
metode hypnotherapy, kegiatan fieldtrip dan outbond. 3)
Hubungan lembaga homeschooling dengan orang tua
siswa meliputi: pertemuan dengan orang tua (parent
meeting) dilaksanakan tiga-empat bulan sekali, kegiatan
Home Visit dua bulan sekali, dalam proses pembelajaran
orang tua, lembaga, dan anak terlibat, menyebar angket
untuk orang tua dalam rangka untuk mengetahui
perkembangan anak, keikutsertaan orangtua dalam
kegiatan anak, terdapat 16 cabang lembaga
Homeschooling Primagama di pulau Sumatra dan pulau
Jawa.
Selanjutnya, Mayasari (2015: 432) melakukan
penelitian dengan judul “Manajemen Pembelajaran
Homeschooling”. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui penyelenggaraan manajemen pembelajaran
homeschooling di Sekolah Dolan Malang, metode
penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
manajemen pembelajaran homeschooling di Sekolah
Dolan Malang, meliputi: (1) perencanaan pembelajaran di
25
Sekolah Dolan yaitu kurikulum yang digunakan
mengacu pada Kemendikbud; (2) pelaksanaan
pembelajaran di Sekolah Dolan yaitu siswa di Sekolah
Dolan diberi kesempatan untuk bereksplorasi secara
langsung berkaitan dengan sesuatu yang mereka
pelajari; (3) evaluasi hasil pembelajaran siswa
homeschooling di Sekolah Dolan untuk kelulusan
ditentukan dari nilai ujian kesetaraan; dan (4) hambatan
dalam pelaksanaan pembelajaran homeschooling di
Sekolah Dolan Malang yaitu konsistensi anak dan orang
tua dalam mengikuti program pembelajaran yang telah
disepakati.
Moh. Fauzi Ibrahim (2010: 3) melalukan penelitian
dengan judul Impelmentasi Model Homeschooling di
Komunitas Sekolah Pelangi Ciputat. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa Komunitas Sekolah Rumah Pelangi
Ciputat telah mengimplementasi model homescool,
Montessori, model homeschool Charolate Mason, dan
jenis homeschooling Komunitas tanpa melupakan minat
dan kebutuhan anak seusianya, sehingga anakpun dapat
termotivasi belajarnya.
Himmatul Aliyah (2008: 2) telah melakukan
penelitian dengan judul Konsep Homeschooling Menurut
DR. Seto Mulyadi Dalam Perspektif Pendidikan Islam.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa konsep
homeschooling Dr. Seto Mulyadi terdapat keterkaitan
erat dengan konsep pendidikan Islam yaitu: (1) Konsep
26
homeschooling menurut Dr. Seto Mulyadi adalah
pembelajaran yang dilakukan di rumah dengan anak
sebagai peserta didik dan orang tua sebagai fasilitator.
Dalam praktiknya, homeschooling Kak Seto
menggunakan Kurikulum dari Depdiknas (KTSP 2006)
yang dimodifikasi dengan teori psikologi dan
perkembangan anak, teori belajar, perkembangan IPTEK
dan isu-isu lingkungan, sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat. Sedangkan metode pembelajaran yang
digunakan menganut teori Active Learning, Fun
Learning, dan Contextual Teaching Learning .(2)
Pendidikan integral bagi pendidikan anak adalah
pendidikan berdasarkan nilai-nilai Islam yang bersumber
pada Al-Qur'an dan Sunnah sebagai rujukan dan
pendidikan yang ditawarkan oleh Dr. Seto Mulyadi
sangat erat keterlibatannya dengan konsep Pendidikan
Islam yang telah ada. Terutama dalam hal tanggung
jawab pendidikan anak, metode dan prinsip kurikulum
yang digunakan.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Destia
Dwi Anggraeni (2008: 2) dengan judul Gambaran Sikap
Orangtua Terhadap Pendidikan Homeschooling
menunjukkan bahwa sikap orangtua terhadap
pendidikan homeschooling yang termasuk ke dalam
kategori sikap positif sebesar 17 orang dengan
persentase 28,33%. Sedangkan yang termasuk ke dalam
kategori sikap negatif sebesar 22 orang dengan
27
persentase 36,67%. Berdasarkan tingkat pendidikan
sikap orangtua yang positif terhadap homeschooling
berada pada tingkat S1 dengan nilai mean170,22 dan
Berdasarkan tingkat penghasilan sikap orangtua yang
positif terhadap homeschooling berada pada tingkat Rp.
2.000.001- Rp. 2.500.000,- dengan nilai mean 168,57.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
homeschooling merupakan sebuah metode pendidikan
yang memberikan kebutuhan anak untuk
mengembangkan bakatnya di mana kondisi tersebut
tidak terpenenuhi di pendidikan formal, selain itu
menunjukkan bahwa manajemen program pendidikan
yang dimiliki homeschooling berbeda dengan pendidikan
formal. Penelitian lainnya juga menunjukkan pandangan
orangtua terhadap pendidikan di homeschooling.
Mencermati hasil-hasil penelitan yang telah dilakukan di
atas, maka peneliti berkeinginan untuk melakukan
penelitian terhadap manajemen program pendidikan
homeschooling, di mana penelitian ini nantinya akan
dapat memberikan gambaran mengenai manajemen
program pendidikan homeschooling, khususnya
homeschooling Destiny Institute.
2.6. Kerangka BerpikirHomeschooling adalah salah satu sarana untuk
menempuh ilmu pendidikan bagi mereka yang tidak
menempuh pendidikan secara reguler. Homeschooling
merupakan alternatif pendidikan non formal berupa
28
pembelajaran individu yang dapat mengembangkan
potensi anak secara optimal baik dalam pengetahuan,
sikap dan kepribadian dengan menekankan pada
penugasan pengembangan sikap mandiri. Destiny’s
Institute merupakan salah satu Homeschooling dikota
Salatiga. Homeschooling Destiny Institute merupakan
homeschooling yang menggunakan kurikulum ACE
(Accelerated Christian Education) yakni pembelajaran
yang didasari dengan filosifis kerohanian sehingga selain
anak dapat berkembang secara intelektual juga
berkembang secara kerohanian. Untuk melihat program
pendidikan homeschooling di Destiny Institute maka
dilakukan analisis terhadap manajemen program
pendidikan yang diterapkan di homeschooling di Destiny
Institute. Kegiatan analisis dimulai dari perencanaan
untuk memulai suatu penelitian, kemudian
melaksanakan apa yang sudah direncanakan sehingga
memudahkan peneliti untuk mendapatkan informasi,
selanjutnya menyimpulkan atau merangkum segala
kegiatan yang sudah direncanakan dan dilakukan.