BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi...
7
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Penjualan
II.1.1. Definisi Penjualan
Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu
perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan
yang dapat menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Banyak para ahli yang berbeda-
beda dalam mendefinisikan pengertian dari penjualan namun semuanya memiliki arti
yang sama. Beberapa di antaranya adalah menurut Swasta (1999), ”Penjualan
merupakan suatu ilmu dan seni untuk mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh
penjual untuk mengajak orang lain agar bersedia membeli barang atau jasa yang
ditawarkan.” (h.8). Sedangkan menurut Mulyadi (2001), ”Kegiatan penjualan terdiri
dari transaksi penjualan barang atau jasa, baik kredit maupun tunai.” (h.2).
II.1.2. Jenis-jenis Penjualan
Secara umum terdapat dua jenis penjualan yaitu penjualan tunai dan penjualan
kredit. Tetapi sebenarnya penjualan memiliki empat jenis penjualan yaitu penjualan
tunai, penjualan kredit, penjualan cicilan, dan penjualan konsinyasi. Biasanya
masyarakat umum mendefinisikan arti dari penjualan kredit dan cicilan sama tetapi
sebenarnya hal tersebut berbeda. Berikut ini adalah jenis-jenis dari penjualan, yaitu:
1. Penjualan secara tunai
Menurut Mulyadi (2001), “Penjualan tunai dilaksanakan oleh perusahaan dengan
8
cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga barang lebih dulu sebelum
barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli. Setelah uang diterima oleh
perusahaan, barang kemudian diserahkan kepada pembeli dan transaksi penjualan
tunai kemudian dicatat oleh perusahaan.” (h.455).
2. Penjualan secara kredit
Menurut Mulyadi (2001), “Penjualan kredit dilaksanakan oleh perusahaan dengan
cara mengirimkan barang sesuai order yang diterima dari pembeli dan untuk
jangka waktu tertentu, perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut.”
(h.210).
3. Penjualan cicilan
Menurut Dr.F.Zebua (2009),”Penjualan angsuran adalah penyerahan produk milik
penjual kepada pembeli dengan menerima uang muka (down payment), dan sisanya
dalam bentuk pembayaran cicilan selama beberapa tahun”. (h. 71).
4. Penjualan Konsinyasi
Menurut IFRS (IAS 2) di dalam bukunya Wiley 2007, ”Penjualan konsinyasi
adalah situasi yang pihak pemegang barang persediaan bertindak sebagai agen
bagi pemilik sebenarnya.” (h.179).
II.2. Penjualan Cicilan
II.2.1. Dasar dari Penjualan Cicilan
Di dalam penjualan cicilan, ada beberapa hal yang mendasarinya. Menurut
Dr.F.Zebua (2009), beberapa hal yang mendasari dilaksanakannya penjualan cicilan
adalah:
9
1. Penjualan asset didasarkan pada rencana pembayaran yang ditangguhkan, di mana
pihak penjual menerima uang muka (down payment) dan sisanya dalam bentuk
cicilan selama beberapa tahun.
2. Adanya barang jaminan yang digunakan untuk menyelesaikan kontrak penjualan
apabila pembeli tidak mampu untuk menyelesaikan pembayaran/cicilannya sesuai
dengan kontrak penjualan. (h.71).
II.2.2. Metode Penetapan Laba Kotor pada Penjualan Cicilan
Penjualan cicilan mempunyai dua metode di dalam penetapan laba kotor.
Menurut Dr.F.Zebua (2009), metode penetapan laba kotor tersebut adalah:
1. Laba Kotor dalam Periode Penjualan
Laba kotor pada metode ini ditetapkan pada saat penjualan, saat di mana barang
ditukarkan dengan klaim yang secara hukum dapat dipaksakan terhadap konsumen
atau pelanggan. Prosedur ini membutuhkan penetapan semua beban yang
menyangkut penyelenggaraan penjualan dan piutang tak tertagih pada saat
penjualan. Hal ini dilakukan dengan cara mendebet perkiraan beban yang
bersangkutan dan dengan mengkredit penyisihan untuk beban yang diantisipasi.
2. Penetapan Laba Kotor dalam Periode Penagihan per Kas
Penjualan cicilan dipandang sebagai transaksi khusus dengan penanganan laba
kotor yang dilakukan dan bukan dalam periode di mana piutang ini timbul.
Kriteria pendapatan di dalam metode ini adalah arus kas yang masuk. Di dalam
metode ini, terdapat beberapa prosedur alternatif. Prosedur alternatif tersebut antara
lain:
10
a) Penagihan dipandang sebagai perolehan kembali harga pokok. Penagihan per
kas atas kontrak penjualan cicilan terutama menyatakan perolehan kembali
harga pokok. Setelah itu, maka semua penagihan berikutnya dianggap sebagai
laba.
b) Penagihan dipandang sebagai realisasi laba. Penagihan terutama dipandang
sebagai realisasi laba kotor atas kontrak penjualan cicilan. Setelah seluruh laba
atas transaksi ditetapkan, maka semua penagihan kas berikutnya dianggap
sebagai perolehan kembali harga pokok.
c) Penagihan dipandang sebagai perolehan kembali harga pokok dan realisasi
laba. Setiap penagihan atas kontrak penjualan cicilan dianggap sebagai
perolehan kembali harga pokok maupun sebagai realisasi laba dalam rasio di
mana kedua faktor ini terdapat dalam harga jual awal. (h.71).
II.2.3. Pencatatan untuk Penjualan Cicilan
Metode pencatatan pendapatan pada umumnya terdiri dari 2 metode yaitu cash
basis method dan accrual basis method. Kedua metode ini memiliki arti:
1. Metode Cash Basis
Suatu system dimana pendapatan belum diakui sebelum pendapatan tersebut
ditrima. Dalam akuntansi berbasis kas, transaksi ekonomi dan kejadian lain
diakui ketika kas diterima atau dibayarkan. Basis kas ini dapat mengukur kinerja
keuangan yaitu untuk mengetahui perbedaan antara penerimaan kas dan
pengeluaran kas dalam suatu periode. Basis kas menyediakan informasi
mengenai sumber dana yang dihasilkan selama satu periode, penggunaan dana
dan saldo kas pada tanggal pelaporan. Model pelaporan keuangan dalam basis
11
kas biasanya berbentuk Laporan Penerimaan dan Pembayaran (Statement of
Receipts and Payment) atau Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement).
2. Metode Accrual Basis
Metode pencatatan pendapatan, dimana pendapatan itu dicatat pad asaat sudah
terjadi hak tanpa memperhatikan pendapatan tersebut sudah diterima.
Keuntungan metode ini adalah metode ini sangat teliti dalam pengukuran
keuntungan (dalam laporan laba rugi) dan neraca selisih.
Sedangkan di dalam melakukan pencatatan untuk penjualan cicilan, terdapat dua
jenis pencatatan yang berbeda. Kedua jenis pencatatan ini yang membedakan metode di
dalam penetapan laba kotor penjualan cicilan. Metode di dalam penetapan laba kotor
penjualan cicilan terdapat dua macam yaitu penetapan laba dalam periode penjualan dan
penetapan laba berkala dalam proporsi penagihan. Menurut Dr.F.Zebua (2009), kedua
jenis pencatatan tersebut di antaranya:
Tabel 2.1
Tabel Pencatatan untuk Penjualan Cicilan
Transaksi
Ayat Jurnal
Penetapan Laba dalam
Periode Penjualan
Penetapan Laba Berkala
dalam Proporsi Penagihan
Dijual asset, nilai buku
xxx, dengan harga xxx
Piutang xxx
Asset xxx
Keuntungan
atas penjualan xxx
Cara perhitungannya:
Piutang xxx
Asset xxx
Laba Kotor
yang Ditangguhkan xxx
Cara perhitungannya:
12
Keuntungan=Piutang-Asset Laba Kotor yang
ditangguhkan = Piutang-
Asset
Diterima uang muka
xxx dan wesel hipotik
sisanya xxx
Kas xxx
Wesel Hipotik xxx
Piutang xxx
Kas xxx
Wesel Hipotik xxx
Piutang xxx
Dibayar biaya
penjualan sebesar xxx
Biaya Penjualan xxx
Kas xxx
Biaya Penjualan xxx
Kas xxx
Penyesuaian untuk
tanggal 31 Desember
untuk:
Bunga yang masih
harus diterima atas
wesel hipotik
Laba kotor yang
direalisasikan
Bunga Akrual
Atas wesel hipotik xxx
Pendapatan Bunga xxx
Cara perhitungannya:
Nominal wesel hipotik x
bunga x jangka waktu
Bunga Akrual
Atas wesel hipotik xxx
Pendapatan Bunga xxx
Laba Kotor yang
Ditangguhkan xxx
Laba Kotor yang
direalisasikan xxx
Cara perhitungannya:
(Laba/Harga Jual) x uang
muka
Menutup perkiraan
nominal
Keuntungan atas
penjualan xxx
Laba Kotor
Yang direalisasi xxx
13
Pendapatan bunga xxx
Biaya Penjualan xxx
Ikhtisar L/R xxx
Pendapatan Bunga xxx
Biaya Penjualan xxx
Ikhtisar L/R xxx
Untuk Mengimbangi
(reverse) bunga yang
masih harus diterima,
yang ditetapkan pada
akhir periode
sebelumnya
Pendapatan Bunga xxx
Bunga Akrual atas
Wesel hipotik xxx
Pendapatan Bunga xxx
Bunga Akrual atas
Wesel hipotik xxx
Diterima cicilan
semester atas wesel
hipotik
Kas xxx
Wesel Hipotik xxx
Pendapatan Bunga xxx
Kas xxx
Wesel Hipotik xxx
Pendapatan Bunga xxx
Asset yang dijual
diperoleh kembali
yang dinilai sebesar
xxx, wesel hipotik
yang diserahkan
dengan saldo yang
belum dibayar xxx
Asset xxx
Kerugian atas
Pemilikan Kembali xxx
Wesel Hipotik xxx
Asset xxx
Laba Kotor yang
Ditangguhkan xxx
Wesel Hipotik xxx
Keuntungan atas
Pemilikan Kembali xxx
Sumber: Dr.F.Zebua (2009, h.72).
14
II.2.4. Perhitungan Keuntungan dan Kerugian atas Pemilikan Kembali
Di dalam menghitung keuntungan dan kerugian atas kepemilikan kembali asset
yang dijual terdapat perbedaan di dalam cara menghitungnya. Berikut ini adalah cara
perhitungan keuntungan dan kerugian atas pemilikan kembali dengan menggunakan
masing-masing metode:
Tabel 2.2
Tabel Perhitungan Keuntungan dan Kerugian atas Pemilikan Kembali
Penetapan Laba
dalam Periode
Penjualan
Penetapan Laba
Berkala dalam
Proporsi Penagihan
Total yang ditagih dan diterima xxx xxx
Kerugian dalam nilai harta benda yang
dimiliki kembali:
1. Dasar Semula xxx
2. Nilai pasar yang wajar atas
perolehan kembali xxx
xxx xxx
Keuntungan bersih xxx xxx
Keuntungan yang ditetapkan sebelum
pemilikan kembali
xxx
(Keuntungan
penuh yang
langsung diakui
di awal
penjualan )
xxx
(Keuntungan yang
sudah direalisasikan)
15
Keuntungan/kerugian atas pemilikan
kembali
xxx xxx
Sumber: Dr.F.Zebua (2009, h.73).
II.3. Laporan Keuangan
II.3.1. Definisi Laporan Keuangan
Secara umum laporan keuangan didefinisikan sebagai catatan tertulis yang
digunakan untuk melaporkan kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode. Banyak
sumber yang mendefinisikan laporan keuangan secara berbeda-beda namun memiliki
arti yang hampir sama. Beberapa sumber di antaranya adalah menurut Sofyan Syafiri
Harahap (1999), laporan keuangan adalah: “Output dan hasil akhir dari proses
akuntansi.” (h.121).
Sedangkan menurut Munawir (1999), laporan keuangan adalah: Hasil dari
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data
keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengana pihak-pihak yang berkepentingan
dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. (h.2).
II.3.2. Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan secara umum terdiri dari 5 komponen utama yaitu neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan. Menurut Perbankan (2009) tentang pedoman penyajian dan pengungkapan
laporan keuangan emiten atau perusahaan publik industri perbankan menjelaskan
komponen laporan keuangan terdiri dari:
a) Neraca
16
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan, yang
menunjukkan aktiva, kewajiban, dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal
tertentu. Komponen utama neraca terdiri dari:
1. Aktiva
Pos aktiva antara lain sebagai berikut:
1.1. Kas dan Bank
Kas merupakan alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk
membiayai kegiatan perusahaan. Bank adalah kas yang ditempatkan di bank
dalam bentuk rekening giro atau tabungan. Kas dan Bank yang telah
ditentukan penggunaannya tidak diklasifikasi dalam kas dan Bank.
1.2. Efek-efek
Pos ini adalah surat berharga komersial dalam bentuk efek ekuitas dan efek
hutang. Efek ini dapat digolongkan dalam 3 (tiga) kategori yaitu:
1.2.1. Diperdagangkan (trading)
Adalah efek yang dibeli dan dimiliki untuk menghasilkan keuntungan
dari perbedaan harga jangka pendek. Efek untuk "Diperdagangkan"
disajikan di Neraca sebesar nilai wajar, dan keuntungan atau kerugian
yang belum direalisasi diakui dalam Laporan Laba Rugi.
1.2.2. Dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity)
Merupakan aktiva keuangan dengan kepastian pembayaran dan
kepastian tanggal jatuh tempo, dimana perusahaan bermaksud dan
mampu memilikinya hingga jatuh tempo. Efek yang dimiliki hingga
jatuh tempo disajikan di Neraca sebesar biaya perolehan setelah
diperhitungkan amortisasi premi atau diskonto.
17
1.2.3. Tersedia untuk dijual (available for sale):
Efek ini disajikan di Neraca sebesar nilai wajar dan keuntungan atau
kerugian yang belum direalisasi diakui sebagai komponen ekuitas,
sampai Efek tersebut dijual atau dilepas, dan pada saat tersebut
keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi diakui dalam Laporan
Laba Rugi. Investasi pada efek ini disajikan sebesar biaya perolehan.
1.3. Wesel Tagih
Pos ini merupakan piutang usaha pihak ketiga yang didukung janji tertulis
untuk membayar dalam jangka waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan atau
satu siklus usaha normal, mana yang lebih lama. Wesel Tagih disajikan
sebesar jumlah yang dapat direalisasi, setelah memperhitungkan penyisihan
wesel tagih yang diperkirakan tidak dapat ditagih.
1.4. Piutang
Pos ini merupakan piutang yang dikenakan bunga yang timbul dari kegiatan
penjualan cicilan yang diberikan kepada konsumen dengan pembayaran
angsuran. Piutang disajikan sebesar jumlah yang dapat direalisasikan, setelah
memperhitungkan penyisihan piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih
dan pendapatan yang masih ditangguhkan. Pendapatan yang ditangguhkan
merupakan selisih jumlah angsuran yang akan diterima dan pokok penjualan.
1.5. Piutang Lain-lain
Pos ini adalah piutang yang tidak dapat digolongkan dalam pos-pos pada
angka (1.3) dan (1.4) di atas dan tidak cukup material disajikan dalam pos
tersendiri.
18
1.6. Agunan yang Diambilalih
Pos ini merupakan aktiva yang diambilalih oleh perusahaan sebagai akibat dari
ketidakmampuan pelanggan untuk melunasi pinjaman yang diberikan
kepadanya. Aktiva tersebut disajikan berdasarkan nilai terendah antara nilai
tercatat piutang terkait dengan nilai realisasi bersih dari agunan yang diambil
alih. Selisih antara nilai tercatat dan nilai realisasi bersih dicatat sebagai
penyisihan penurunan nilai wajar atas agunan yang diambil alih dan
dibebankan pada laporan laba rugi tahun berjalan.
1.7. Pajak Dibayar Dimuka
Pos ini merupakan kelebihan pembayaran pajak, misalnya Pajak Pertambahan
Nilai, yang akan ditagih kembali atau dikompensasikan terhadap kewajiban
pajak masa berikutnya. Pajak dibayar dimuka disajikan sebesar selisih antara
uang yang dibayarkan dengan tagihan pajak.
1.8. Biaya Dibayar Dimuka.
Pos ini merupakan biaya yang telah dibayar namun pembebanannya baru akan
dilakukan pada periode yang akan datang, pada saat manfaat diterima, seperti
premi asuransi dibayar di muka, dan sewa dibayar di muka. Biaya dibayar
dimuka disajikan sebesar nilai yang belum terealisasi.
1.9. Aktiva Pajak Tangguhan
Pos ini merupakan jumlah Pajak Penghasilan terpulihkan pada periode
mendatang sebagai akibat adanyap perbedaan temporer yang boleh
dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian
Konsekuensi pajak dari saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui
sebagai Aktiva Pajak Tangguhan apabila besar kemungkinan bahwa laba
19
fiskal pada masa yang akan datang memadai untuk dikompensasi. Aktiva
pajak tangguhan disajikan sebesar jumlah yang dapat dipulihkan kembali.
Aktiva Pajak Tangguhan harus dikompensasi (offset) dengan Kewajiban Pajak
Tangguhan dan jumlah netonya disajikan pada Neraca.
1.10.Investasi pada Perusahaan Asosiasi
Pos ini merupakan investasi pada perusahaan asosiasi yang dimaksudkan
untuk dimiliki oleh perusahaan. Investasi pada perusahaan asosiasi
(perusahaan memiliki 20% sampai dengan 50% bagian ekuitas perusahaan
investee), harus disajikan menggunakan metode ekuitas sebesar biaya
perolehan (cost) dan selanjutnya disesuaikan untuk bagian pemilikan
perusahaan atas perubahan nilai buku perusahaan asosiasi.
1.11.Investasi Lain-lain
Pos ini adalah merupakan investasi dalam properti dan investasi lainnya yang
bukan berupa surat berharga.
1.11.1. Investasi dalam properti, harus disajikan di Neraca sebesar harga
perolehan.
1.11.2. Investasi lainnya harus disajikan sebesar nilai wajar.
1.12.Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai,
baik melalui pembelian maupun dibangun lebih dahulu, yang digunakan
dalam kegiatan usaha perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari
satu tahun.
20
1.13.Aktiva Tidak Berwujud
Pos ini merupakan aktiva non moneter yang dapat diindentifikasi dan tidak
memiliki wujud fisik, serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan
atau menyerahkan barang atau jasa, untuk disewakan kepada pihak lainnya
atau untuk tujuan administratif. Pos ini antara lain terdiri dari hak paten,
merek dagang, goodwill, biaya pengembangan. Aktiva Tidak Berwujud
disajikan sebesar nilai tercatat, yaitu biaya perolehan dikurangi dengan
akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai aktiva tidak
berwujud.
1.14.Aktiva Lain-lain
Pos ini adalah aktiva yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam pos-
pos sebelumnya dan tidak cukup material disajikan dalam pos tersendiri.
Aktiva lain-lain disajikan sebesar nilai tercatat, yaitu biaya perolehan setelah
dikurangi dengan amortisasi dan penurunan nilai.
2. Kewajiban
Kewajiban merupakan tanggung jawab perusahaan pada saat ini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diperkirakan akan membutuhkan sumber
daya perusahaan. Pos Kewajiban antara lain sebagai berikut:
2.1. Pinjaman Yang Diterima
Pos ini merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak bank atau lembaga
keuangan lainnya.
2.2. Wesel Bayar
Pos ini merupakan hutang usaha pada pihak ketiga yang didukung janji tertulis
untuk membayar dalam jangka waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan dari
21
tanggal neraca atau satu siklus operasi normal perusahaan, mana yang lebih
lama.
2.3. Hutang Pajak
Pos ini merupakan kewajiban pajak perusahaan dan pajak lainnya yang belum
dibayar.
2.4. Beban Masih Harus Dibayar
Pos ini merupakan beban yang telah menjadi kewajiban perusahaan namun
belum jatuh tempo.
2.5. Pendapatan Diterima Dimuka
Pos ini merupakan pembayaran yang diterima dari pelanggan dan pihak ketiga,
yang belum dapat diakui sebagai pendapatan karena penyerahan jasa belum
diselesaikan.
2.6. Kewajiban Pajak Tangguhan
Pos ini merupakan jumlah pajak penghasilan terutang untuk periode
mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. Kewajiban
Pajak Tangguhan harus dikompensasi (offset) dengan Aktiva Pajak
Tangguhan dan jumlah netonya disajikan pada Neraca.
2.7. Keuntungan Tangguhan Aktiva yang Dijual
Pos ini adalah selisih antara harga jual dan nilai buku aktiva yang dijual.
Keuntungan yang ditangguhkan harus diakui sebagai pendapatan secara
proposional dengan masa penjualan. Keuntungan Tangguhan disajikan sebesar
nilai yang belum diamortisasi.
22
2.8. Kewajiban Imbalan Kerja
Pos ini merupakan kewajiban yang timbul dari program imbalan pasti yang
merupakan nilai kini kewajiban imbalan pasti disesuaikan dengan keuntungan
dan kerugian aktuarial yang belum diakui, biaya masa lalu yang belum diakui,
dan nilai wajar aktiva program. Pos ini juga merupakan jumlah iuran terutang
untuk program iuran pasti.
2.9. Hutang Subordinasi
Pos ini merupakan pinjaman yang diperoleh berdasarkan suatu perjanjian
subordinasi, dengan ketentuan pinjaman tersebut baru dapat dibayar kembali
apabila perusahaan telah melunasi seluruh kewajibannya atau kewajiban
tertentu.
2.10. Surat Berharga yang Diterbitkan
Pos ini adalah surat pengakuan hutang yang diterbitkan oleh perusahaan
seperti obligasi, wesel, atau surat berharga lain. Surat berharga yang
diterbitkan dicatat sebesar nilai nominal dan disajikan sebesar nilai nominal
dikurangi atau ditambah diskonto atau premium yang belum diamortisasi.
2.11. Kewajiban Lain-lain
Pos ini mencakup kewajiban yang tidak dapat dikelompokkan dalam pos-pos
sebelumnya dan tidak cukup material disajikan dalam pos tersendiri.
Kewajiban Lain-lain di dalam neraca dicatat dan disajikan sebesar nilai
kewajiban.
23
3. Ekuitas
Ekuitas adalah bagian hak pemilik dalam perusahaan, yang merupakan nilai sisa
dari aktiva suatu perusahaan setelah dikurangi dengan kewajibannya. Komponen
ekuitas umumnya terdiri atas:
3.1. Modal Saham
Pada pos ini disajikan nilai nominal untuk setiap jenis saham. Disamping itu,
pada pos ini disajikan:
3.1.1.Modal Dasar
Jumlah saham, untuk setiap jenis saham sesuai dengan anggaran dasar
perusahaan.
3.1.2.Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
Merupakan jumlah dari bagian modal dasar yang telah ditempatkan dan
disetor penuh untuk tiap jenis saham.
3.1.3.Tambahan Modal Disetor - Bersih
Tambahan Modal Disetor disajikan pada neraca dengan menjumlahkan
pos-pos berikut :
3.1.3.1. Agio Saham
Pos ini merupakan kelebihan setoran pemegang saham di atas
nilai nominal.
3.1.3.2. Biaya Emisi Efek Ekuitas
Pos ini merupakan biaya yang berkaitan dengan penerbitan efek
ekuitas perusahaan.
3.1.3.3. Modal Sumbangan
24
Pos ini merupakan modal yang berasal dari sumbangan yang
diperoleh perusahaan dari pemerintah dan atau dari pemegang
saham dan atau pihak lain.
3.2. Saldo Laba
Pos ini merupakan akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan
pembagian dividen dan koreksi laba rugi periode lalu. Dalam hal dilakukan
kuasi reorganisasi, jumlah saldo laba negatif (defisit) yang dieliminasi harus
disajikan selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun kuasi reorganisasi
dilakukan. Tanggal kuasi reorganisasi harus diungkapkan pada pos saldo laba
untuk jangka waktu sepuluh tahun ke depan.
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan ringkasan aktivitas usaha perusahaan untuk periode
tertentu yang melaporkan hasil usaha atau kerugian bersih yang timbul dari kegiatan
usaha dan aktivitas lainnya. Komponen laba rugi terdiri dari:
1. Pendapatan
Pos ini merupakan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan utama perusahaan.
Pendapatan bunga yang timbul dari kegiatan penjualan cicilan, diakui berdasarkan
proporsi waktu kontrak kerjasama dan dihitung dengan menggunakan metode
yang dianggap paling mencerminkan kondisi yang sebenarnya,sepanjang metode
tersebut diterapkan secara konsisten.
2. Beban
Pos ini merupakan beban yang berasal dari kegiatan penjualan cicilan yang
dilakukan oleh perusahaan, yang antara lain meliputi:
2.1. Beban bunga pinjaman bank
25
2.2. Beban provisi dan administrasi bank
2.3. Beban legal dan komitmen
2.4. Beban amortisasi emisi obligasi
3. Laba Bruto
Pos ini merupakan pendapatan dikurangi dengan beban.
4. Laba Bruto yang Ditangguhkan
Pos ini merupakan laba yang belum direalisasi atas penjualan cicilan. Laba bruto
yang ditangguhkan ini akan mengurangi laba bruto.
5. Laba Bruto yang Direalisasi
Pos ini merupakan laba atas penjualan cicilan yang sudah terealisasi pada tahun
tersebut. Laba bruto yang direalisasi ini merupakan hasil pengurangan dari laba
bruto dengan laba bruto yang ditangguhkan.
6. Beban Usaha
Pos ini merupakan beban kegiatan utama perusahaan yang dilaporkan dalam dua
kategori yaitu:
6.1. Beban pemasaran
6.2. Beban umum dan administrasi
7. Beban Piutang Tak Tertagih
Pos ini merupakan penyisihan piutang tak tertagih atas transaksi penjualan
secara kredit/cicilan.
8. Pendapatan Usaha
Pos ini merupakan pendapatan bruto dikurangi dengan beban usaha dan beban
piutang tak tertagih.
9. Pendapatan (beban) lain-lain
26
Pos ini merupakan pendapatan (beban) yang tidak dapat dihubungkan langsung
dengan kegiatan usaha utama perusahaan. Pendapatan (Beban) Lain-lain meliputi:
9.1. Pendapatan dividen
9.2. Laba (rugi) kurs
9.3. Pendapatan penjualan aktiva tetap
10.Laba (Rugi) sebelum Pajak Penghasilan
Pos ini merupakan Laba (Rugi) Usaha setelah memperhitungkan
Penghasilan (beban) lain-lain dan Bagian Laba (Rugi) Perusahaan Asosiasi.
11. Beban (Penghasilan) Pajak
Pos ini merupakan jumlah agregat pajak kini (current tax) dan pajak tangguhan
(deffered tax) yang diperhitungkan dalam perhitungan laba atau rugi pada periode
berjalan.
12. Laba (Rugi) dari Aktivitas Normal Perusahaan
Pos ini merupakan Laba atau Rugi setelah dikurangi dengan Beban (Penghasilan)
Pajak, sebelum pos-pos luar biasa
13. Pos Luar Biasa
Pos ini merupakan pos-pos yang berasal dari kejadian atau transaksi yang tidak
biasa (unusual) dan tidak sering terjadi (infrequent). Pos luar biasa disajikan
bersih setelah memperhitungkan pajak. Yang termasuk dalam pos luar biasa
antara lain kerugian dari pengalihan aktiva (bersih), keuntungan dari
restrukturisasi hutang bermasalah, kerugian selisih kurs (bersih), kerugian
kebakaran, dan lain-lain.
27
14. Laba/Rugi Bersih
Pos ini merupakan Laba/rugi dari aktivitas perusahaan setelah memperhitungkan
Beban (Penghasilan) Pajak dan Pos Luar Biasa
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas
perusahaan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau
kekayaan selama periode bersangkutan. Komponen Laporan Perubahan Ekuitas
terdiri dari:
1. Laba (rugi) bersih periode bersangkutan
2. Setiap pos yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas.
Contoh pos ini antara lain keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi dari efek
tersedia untuk dijual.
3. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik, seperti
pembagian dividen.
d. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas adalah laporan yang berisi informasi historis mengenai perubahan
kas dan bank yang diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan selama periode tertentu. Selain itu di dalam laporan arus kas juga
disajikan informasi mengenai aktivitas yang tidak mempengaruhi arus kas. Laporan
Arus Kas harus menyajikan arus kas selama periode tertentu dan dikelompokkan
menurut klasifikasi aktivitas sebagai berikut:
1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus Kas dari Aktivitas Operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari
operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk
28
melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar
dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber
pendanaan dari luar.
2. Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Arus Kas dari Aktivitas Investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan
dan arus kas masa depan.
3. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Arus kas dari aktivitas pendanaan adalah arus kas yang timbul dari penerimaan dan
pengeluaran kas sehubungan dengan transaksi pendanaan jangka panjang dengan
kreditur dan pemegang saham perusahaan.
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
1. Gambaran umum perusahaan ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos
laporan keuangan dan informasi lainnya
2. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
yang diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting
3. Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan dalam neraca,
laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas
4. Informasi lain yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan
dalam rangka penyajian secara wajar.