BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027...

34
9 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pajak Secara Umum II.1.1.1 Definisi Pajak Demi terus berlangsungnya pembangunan Nasional, aspek pajak sebagai sumber utama penerimaan dana harus diperhatikan. Berikut ini adalah definisi pajak dari para Ahli : 1. Definisi pajak yang dikemukakan Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH yang dikutip oleh Siti Resmi (2008): “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) secara langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. (h.1) 2. Definisi pajak yang dikemukakan Prof. Dr Adriani seperti yang dikutip oleh Edy Suprianto (2011): “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan – peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi- kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”. (h.2) Dari buku Edy Suprianto (2011) bahwa unsur-unsur pajak, adalah:

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

9

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Kerangka Teori dan Literatur

II.1.1. Pajak Secara Umum

II.1.1.1 Definisi Pajak

Demi terus berlangsungnya pembangunan Nasional, aspek pajak sebagai sumber

utama penerimaan dana harus diperhatikan. Berikut ini adalah definisi pajak dari para

Ahli :

1. Definisi pajak yang dikemukakan Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH yang dikutip

oleh Siti Resmi (2008):

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-

undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal

(kontraprestasi) secara langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum”. (h.1)

2. Definisi pajak yang dikemukakan Prof. Dr Adriani seperti yang dikutip oleh Edy

Suprianto (2011):

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan – peraturan, dengan

tidak mendapatkan prestasi- kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang

gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum

berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”. (h.2)

Dari buku Edy Suprianto (2011) bahwa unsur-unsur pajak, adalah:

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

10

 

1. Iuran/pungutan

Pajak merupakan suatu kewajiban pembayaran dari warga negara kepada

negaranya sendiri. Hal ini dianggap sebagai suatu rasa tanggungjawab sebagai

rakyat. Awalnya memang pajak ini pada zaman kerajaan disebut sebagai upeti

yang harus dibayar oleh rakyat kepada rajanya.

2. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang

Undang-undang memberikan wewenang kepada fiskus atau petugas pajak untuk

memaksa wajib pajak untuk mematuhi dan melaksanakan kewajiban pajaknya.

Sebab undang-undang menurut sanksi-sanksi pidana fiskal (pajak) sanksi

administratif yang khusus diatur oleh undang-undang termasuk wewenang dari

perpajakan untuk mengadakan penyitaan terhadap harta bergerak/tetap wajib

pajak.

3. Pajak dapat dipaksakan

Dalam hukum pajak di indonesia dikenal lembaga sandera atau girling yaitu

wajib pajak yang pada dasarnya mampu membayar pajak namun selalu

menghindari pembayaran pajak dengan berbagai dalih, maka fiskus dapat

penyandera wp dengan memasukannya ke dalam penjara.

4. Tidak menerima kotra prestasi

Ciri khas pajak dibanding dengan pungutan lainnya adalah wajib pajak (tax

payer) tidak menerima jasa timbal yang dapat ditunjuk secara langsung dari

pemerintah namun perlu dipahami bahwa sebenarnya subjek pajak menerima

jasa timbal tetapi diterima secara kolektif bersama dengan masyarakat lainnya.

5. Untk membiayai pengeluaran umum pemerintah

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

11

 

Pajak yang dipungut tidak pernah ditujukan untuk kepentingan khusus, artinya

semua pengeluaran negara ditujukan untuk kepentingan masyarakat banyak atau

umum.(h.3)

Fungsi pajak menurut Mardiasmo (2009) ada dua yaitu:

1. Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluarannya.

2. Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan

dibidang sosial dan ekonomi.

Contoh:

a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi

konsumsi minuman keras.

b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk

mengurangi gaya hidup konsumtif.

c. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk

Indonesia di pasaran dunia.

II.1.1.2. Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka

pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut, seperti yang ada dalam buku

Mardiasmo (2009):

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

12

 

1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan

pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan

diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan

dengan kemampuan masing-masing. Sedangkan adil dalam pelaksanaannya

yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan,

penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada majelis

pertimbangan pajak.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat Yudiris)

di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan

jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.

3. Tidak menggangu perekonomian (syarat Ekonomis)

pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun

perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat Finansiil)

sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga

lebih rendah dari hasil pemungutannya.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong

masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpanjangannya. Syarat ini telah

dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.

Contoh:

• bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

13

 

• Tarif PPN yang beragam disederhakan hanya satu tarif, yaitu 10%.

• Pajak perseroan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan

disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi

badan maupun perseorangan (orang pribadi). (h.2)

II.1.1.3 Asas – asas Pemungutan Pajak dan Pengelompokannya

Asas- asas pemungutan pajak yang telah dikenal menurut para ahli didasarkan

pada: (http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak)

1. Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang terkenal

"The Four Maxims", asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut.

• Asas Equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan):

pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan

kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak

diskriminatif terhadap wajib pajak.

• Asas Certainty (asas kepastian hukum): semua pungutan pajak harus

berdasarkan UU, sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi

hukum.

• Asas Convinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu atau

asas kesenangan): pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak

(saat yang paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima

penghasilannya atau disaat wajib pajak menerima hadiah.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

14

 

• Asas Effeciency (asas efesien atau asas ekonomis): biaya pemungutan pajak

diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak

lebih besar dari hasil pemungutan pajak.

2. Menurut W.J. Langen, asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut.

• Asas daya pikul: besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar

kecilnya penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin

tinggi pajak yang dibebankan.

• Asas manfaat: pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk

kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum.

• Asas kesejahteraan: pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat.

• Asas kesamaan: dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu

dengan yang lain harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama

(diperlakukan sama).

• Asas beban yang sekecil-kecilnya: pemungutan pajak diusahakan sekecil-

kecilnya (serendah-rendahnya) jika dibandinglan sengan nilai obyek pajak.

Sehingga tidak memberatkan para wajib pajak.

3. Menurut Adolf Wagner, asas pemungutan pahak adalah sebagai berikut.

• Asas politik finalsial : pajak yang dipungut negara jumlahnya memadadi

sehingga dapat membiayai atau mendorong semua kegiatan negara

• Asas ekonomi: penentuan obyek pajak harus tepat Misalnya: pajak

pendapatan, pajak untuk barang-barang mewah

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

15

 

• Asas keadilan yaitu pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi,

untuk kondisi yang sama diperlakukan sama pula.

• Asas administrasi: menyangkut masalah kepastian perpajakan (kapan,

dimana harus membayar pajak), keluwesan penagihan (bagaimana cara

membayarnya) dan besarnya biaya pajak.

• Asas yuridis segala pungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang.

Sedangkan pengelompokan pajak menurut Mardiasmo (2009) terdiri dari:

1. Menurut golongan

a. Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat

dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak

yang bersangkutan.

Contohnya: Pajak Penghasilan

b. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat

dilimpahkan ke pihak lain.

Contohnya: Pajak Pertambahan Nilai

2. Menurut sifat

Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan pembagiannya

berdasarkan ciri-ciri prinsip:

a. Pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjek yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti

memperhatikan keadaan Wajib Pajak.

Contohnya: Pajak Penghasilan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

16

 

b. Pajak objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

objeknya, tanpa memperhatikan Wajib Pajak.

Contohnya: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah.

3. Menurut pemungutnya dan pengelolaannya

a. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Contohnya: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea

Materai.

b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak daerah terdiri atas:

• Pajak propinsi, contoh: pajak kendaraan bermotor dan pajak

bahan bakar kendaraan bermotor.

• Pajak kabupaten/kota, contoh: pajak hotel, pajak restaurant, dan

pajak hiburan. (h.2)

Namun PBB akan menjadi Pajak Daerah sesuai UU Pajak dan Retribusi

Daerah No 29 tahun 2009

II.1.1.4. Tata cara pemungutan pajak

Tatacara pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2009) dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Stelsel Pajak

Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3 stelsel:

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

17

 

a. Stelsel nyata (riil stelsel)

pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata)

sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,

yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata

mempunyai kelebihan atau kebaikan dan kekurangan. Kebaikan stelsel

ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Sedangkan

kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode

(setelah penghasilan riil diketahui)

b. Stelsel anggapan (fictive stelsel)

pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh

undang-undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama

dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapay

ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan,

kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan,

tanpa harus menunggu akhir tahun. Sedangkan kelemahannya adalah

pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.

c. Stelsel campuran

merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel

anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu

anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya besarnya pajak

disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak

menurut kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut anggapan, maka

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

18

 

wajib pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya

dapat diminta kembali.

2. Asas- asas

Azas-azas pengenaan pajak adalah :

a. Azas domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib

pajak yang bertempat tinggak di wilayahnya, baik penghasilan yang

berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Azas ini berlaku untuk wajib

pajak dalam negeri

b. Azas sumber

negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang

bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib

pajak

c. Azas kebangsaan

pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara

3. sistem pemungutan pajak

a. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang

kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang

terutang oleh wajib pajak.

Ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

fiskus

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

19

 

2) Wajib pajak bersifat pasif

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya suatu ketetapan pajak

oleh fiskus

b. Self assessment system

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

terutang.

Ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

wajib pajak sendiri

2) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, meyetor dan melapor

sendiri pajak yang terutang

3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi

c. Witholding system

adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan)

untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada

pada pihak ketiga, selain fiskus dan wajib pajak. (h.6)

II.1.1.5. Tarif Pajak

ada empat macam tarif pajak menurut Mardiasmo (2009):

1. Tarif sebanding/proporsional

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

20

 

Tarif berupa presentase yang tetap terhadap berapapun jumlah

yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang erhutang proporsional

terhadap besarnya nilai yang dikenakan pajak

2. Tarif tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapaun jumlah

yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terhutang tetap

3. Tarif progresif

Presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang

dikenai pajak semakin besar

4. Tarif degresif

Presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang

dikenai pajak semakin besar (h.9)

II.1.1.6. Timbul dan Hapusnya Utang Pajak

Menurut Prof. Dr. Mardiasmo (2009: 8) ada dua ajaran yang mengatur timbulnya

utang pajak:

1. Ajaran formil

Utang pajak timbul dikarenakan keluarnya surat ketetapan pajak oleh

fiskus. Ajaran ini diterapkan pada official assessment system

2. Ajaran materiil

Utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang. Seseorang dikenai

pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada self

assessment system.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

21

 

Hapusya utang pajak menurut Mardiasmo (2009) dapat disebabkan oleh:

1. Pembayaran

2. Kompensasi

3. Daluwarsa

4. Pembebasan dan penghapusan

II.1.1.7. Hambatan pemungutan pajak

Hambatan terhadap pemungutan pajak oleh Mardiasmo (2009) dapat

dikelompokan menjadi:

1. Perlawanan pasif

Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan

antara lain:

a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat

b. Sistem perpajakan yang mungkin sulit dipahami masyarakat

c. Sistem kontrol yang tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan

baik

2. Perlawanan aktif

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara

langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak.

Bentuknya antara lain:

a. Tax avoidance, usaha untuk meringankan beban pajak dengan tidak

melanggar undang-undang

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

22

 

b. Tax evasion, usaha untuk meringankan beban pajak dengan cara

melanggar undang-undang (penggelapan pajak) (h.8)

II.1.1.8 Pajak Negara dan Pajak Daerah

Pajak di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok ditinjau dari lembaga pemungut

pajak yaitu pajak Negara dan pajak Daerah. Berikut ini adalah pajak negara dan daerah

yang masih berlaku hingga saat ini:

1. Pajak Negara Sering disebut juga Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh

Pemerintah Pusat yang terdiri dari: (http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak)

a. Pajak Penghasilan Diatur dalam UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak

Penghasilan yang diubah terakhir kali dengan UU Nomor 36 Tahun

2008

b. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Diatur dalam UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai

dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang diubah terakhir kali

dengan UU No. 42 Tahun 2009

c. Pajak Bumi dan Bangunan Diatur dalam UU No. 12 Tahun 1985

tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang diubah terakhir kali dengan

UU No. 12 Tahun 1994

d. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Diatur dalam UU No.

21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

yang diubah oleh Undang-Undang No. 20 Tahun 2000

e. Bea Materai UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

23

 

2. Dalam Pasal 1 angka 6 UU No.34 tahun 2000 Mengenai Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah disebutkan pengertian pajak daerah adalah “Pajak Daerah,

yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang

pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang,

yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan

Daerah dan pembangunan Daerah “

Pajak daerah dibagi menjadi dua bagian menurut Mardiasmo (2009), yaitu:

a. Pajak Propinsi, terdiri dari:

i. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air

ii. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air

iii. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

iv. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air

permukaan

b. Pajak kabupaten/kota, terdiri dari:

i. Pajak hotel

ii. Pajak restaurant

iii. Pajak hiburan

iv. Pajak reklame

v. Pajak penerangan jalan

vi. Pajak pengambilan bahan galian golongan C

vii. Pajak parkir

viii. Pajak lain-lain (h.8)

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

24

 

II.1.2 Pajak Bumi dan Bangunan

II.1.2.1 Sejarah PBB

PBB merupakan jenis pajak objektif yang berlaku sejak Januari 2986

berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan bangunan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994. Jenis pajak

ini bukanlah tergolong jenis pajak baru karena pada dasarnya terdapat jenis pajak yang

memiliki kesesuaian dengan PBB yang telah lama dikenal dan jauh sebelum

diundangkannya Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985. Secara umum latar belakang

sejarah ke-PBB-an terbagi menjadi tiga bagian yaitu sebelum penjajahan, masa

penjajahan, dan masa kemerdekaan. Pada masa sebelum penjajahan, pajak atas tanah

telah lama dikenal sejak zaman kerajaan-kerajaan Hindu berkuasa di nusantara dengan

nama drwyahaji. Salah satu kerajaan besar di masa lalu, Mataram, dalam sejarah

disebutkan telah menerapkan tanah pertanian ssebagai objek pajak. Saat itu pajaknya

dipungut berdasarkan luas tanah. Selain di Jawa, di kerajaan Aceh dikenal pula pungutan

atas tanah ladang yang dikenal dengan istilah wase tanah disamping pungutan-pungutan

lainnya. Pada masa penjajahan, dikenal adanya jenis pajak bumi yang disebut Land Rent.

Jenis pajak ini diperkenalkan oleh Sir Stanford Rafles, Seorang Gubernur Jenderal

Inggris di Indonesia pada tahun 1811 sampai dengan tahun 1816. Land Rent dikenakan

terhadap semua jenis tanah produktif dan wajib pajaknya adalah desa (kepada desa),

bukan perseorangan, karena kepada desa dianggap sebagai penyewa yang harus

membayar sewa tanah. Besarnya tarif Land Rent bervariasi antara 20% hingga 50% dari

hasil produksi pertania tergantung pada jenis produksinya. Pada masa penjajahan

Belanda (1986) pemungutan Land Rent tetap dipertahankan dengan mengganti namanya

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

25

 

menjadi Landrente dan besarnya tarif juga diubah menjadi 20% dari produksi pertanian.

Selanjutnya pada masa pemerintahan Jepang di Indonesia (1942-1945), nama Land Rent

diubah menjadi Land Tax. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945,

nama Land Tax atau pajak tanah disebut Pajak Bumi. dan pada tahun 1951 sampai

dengan 1959 nama Jawatan Pendaftaran Tanah Milik Indonesia (PTMI) yang

mempunyai tugas mendaftar dan mengeluarkan surat pendaftaran sementara bagi tanah-

tanah milik terdaftar. Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 11 Prp Tahun 1959

tentang Pajak Hasil Bumi, terhadap tanah yang tunduk kepada hukum adat dipungut

pajak yang dikenal sebagai Iuran Pembangunan Daerah (Ipeda). Selain Ipeda, pada masa

itu dipungut pula enam pajak kekayaan dan pungutan lain atas tanah dan bangunan yang

menimbulkan tumpang tindih antara satu pajak dengan pajak lainnya dan menyebabkan

adanya beban pajak berganda bagi masyarakat. Dengan adanya reformasi perpajakan

pertama yang dimulai pada tahun 1983, antara lain dengan penyederhanaan jumlah dan

jenis pajak atas tanah dan bangunan melalui pengundangan Undang-undang Nomor 12

Tahun 1985, maka tujuh jenis pajak kebendaan dan kekayaan atas tanah dan bangunan

disederhakan menjadi PBB.

Dalam halaman Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1985

Tentang Pajak Bumi dan bangunan, pertimbangan-pertimbangan Pemerintah dalam

membentuk undang-undang pajak nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan

Bangunan adalah:

a. Bahwa pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat

penting artinya bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional

sebagai pengamalan Pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

26

 

dan kesejahteraan rakyat, dan oleh karena itu perlu dikelola dengan

meningkatkan peran-serta masyarakat sesuai dengan kemampuannya;

b. Bahwa bumi dan bangunan memberikan keuntungan dan/atau kedudukan sosial

ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak

atasnya atau memperoleh manfaat dari padanya, dan oleh karena itu wajar

apabila mereka diwajibkan memberikan sebagian dari manfaat atau kenikmatan

yang diperolehnya kepada negara melalui pajak;

c. Bahwa sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Garis-garis Besar Haluan

Negara Tahun 1983 perlu diadakan pembaharuan sistem perpajakan, sehingga

dapat mewujudkan peran serta dan kegotongroyongan masyarakat sebagai

potensi yang sangat besar dalam pembangunan nasional;

d. Bahwa sistem perpajakan yang berlaku selama ini, khususnya pajak kebendaan

dan pajak kekayaan, telah menimbulkan beban pajak berganda bagi masyarakat

dan oleh karena itu perlu diakhiri melalui pembaharuan sistem perpajakan yang

sederhana, mudah, adil, dan memberi kepastian hukum;

e. Bahwa untuk mencapai maksud tersebut di atas perlu disusun Undang-undang

tentang Pajak Bumi dan Bangunan

II.1.2.2 Definisi

Definisi bumi dan bangunan Menurut Heru Suprianto (2010) yang diambil dari

UU tahun 1960 mengenai Peraturan dasar Pokok-pokok Agrarra adalah:

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

27

 

Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. permukaan

bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-rawa, tambak, perairan)

serta laut wilayah Republik Indonesia.

Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap

pada tanah dan atau perairan. (h.3)

Termasuk dalam pengertian bangunan menurut Mardiasmo (2009) adalah:

1. Jalan lingkungan dalan satu kesatuan komplek bangunan

2. Jalan tol

3. Kolam renang

4. Pagar mewah

5. Tempat olahraga

6. Galangan kapal, dermaga

7. Taman mewah

8. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak

9. Fasilitas lain yang memberikan manfaat (h.311)

Menurut Erly Suandy, (2002) yang dimaksud pajak bumi dan bangunan adalah

pajak yang bersifat kebendaan dan besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan

objek atau bumi, tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak

ikut menentukan besar pajak. (h.64)

Menurut Suharno, (2003) yang dimaksud Pajak Bumi dan Bangunan adalah

penerimaan pajak pusat yang sebagian besar hasilnya diserahkan kepada daerah. Dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), penerimaan Pajak Bumi dan

Bangunan tersebut dimasukkan dalam kelompok penerimaan bagi hasil pajak. (h.32)

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

28

 

Sedangkan pengertian PBB yang diambil dari www.pajak.go.id adalah Pajak

Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan

atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi

dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 12 Tahun

1994.PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang

ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subyek

(siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.

Dari pengertian tentang Pajak Bumi dan Bangunan diatas maka penulis

menyimpulkan bahwa Pajak Bumi dan Bangunan adalah penerimaan negara yang

berasal dari rakyat atas kebendaan objek atau bumi, tanah dan atau bangunan yang

sebagian besar hasilnya diserahkan kepada daerah masing-masing untuk meningkatkan

pendapatan daerah tersebut.

II.1.2.3 NJOP

Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) menurut Mardiasmo (2009) adalah harga rata-rata

yang diperoleh dari transaksi jual-beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak

terdapat transaksi jual beli, nilai jual objek pajak ditentukan melalui perbandingan harga

dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau nilai jual objek pengganti.

Yang dimaksud dengan:

• Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, adalah suatu

pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara

membandingkannya dengan objek pajak lain yang sejenis yang letaknya

berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya;

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

29

 

• Nilai perolehan baru, adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu

objek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan

penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek tersebut;

• Nilai jual pengganti, adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu

objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi objek pajak tersebut.

Besarnya NJOP berdasarkan klasifikasi:

1. Objek pajak sektor pedesaan dan perkotaan

2. Objek pajak sektor perkebunan

3. Objek pajak sektor kehutanan atas hak penguasaan hutan, hak pengusahaan

hasil hutan, izin pemanfaatan kayu serta izin sah lainnya selain penguasaan

hutan tanaman industri

4. Objek pajak sektor kehutanan atas hak pengusahaan hutan tamanan industri

5. Objek pajak sektor pertambangan minyak dan gas bumi

6. Objek pajak sektor pertambangan energi panas bumi

7. Objek pajak sektor pertambangan non migas selain energi panas bumi dan

galian c

8. Objek sektor pertambangan non migas galian c

9. Objek pajak sektor pertambangan yang dikelola berdasarkan kontrak karya

atau kontrak kerjasama

10. Objek pajak usaha bidang perikanan laut

11. Objek pajak usaha bidang perikanan darat

12. Objek pajak bersifat khusus (h. 312)

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

30

 

II.1.2.4 Objek PBB

Berikut ini adalah Objek pajak bumi dan bangunan menurut Mardiasmo (2009):

1. Yang menjadi objek pajak adalah bumi dan bangunan

2. yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan

bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, serta

untuk memudahkan penghitungan pajak yang terutang.

Dalam menentukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikan daktor-faktor sebagai

berikut:

a. Letak

b. Peruntukan

c. Pemanfaatan

d. Kondisi lingkungan dan lain-lain

dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor-faktor sebagai

berikut:

a. Bahan yang digunakan

b. Rekayasa

c. Letak

d. Kondisi lingkungan dan lain-lain

3. Pengecualian objek pajak adalah:

a. Digunakan semata-mata untuk kepentingan umum dan tidak mencari

keuntungan, antara lain:

1) di bidang ibadah, contoh: masjid, gereja, vihara

2) di bidang kesehatan, contoh: rumah sakit

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

31

 

3) di bidang pendidikan, contoh: madrasah, pesantren

4) di bidang sosial, contoh: panti asuhan

5) di bidang kebudayaan nasional, contoh: museum, candi

b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis

dengan itu

c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman

nasional, tanah penggembalaan yang dukuasai oleh desa, dan tanah

negara yang belum dibebani suatu hak

d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas

perlakuan timbal balik

e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internsional yang

ditentukan oleh menteri keuangan

4. Objek pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan pemerinthan,

penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Yang dimaksud dengan objek pajak adalah objek pajak yang

dimiliki.dikuasai/digunakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam

menyelenggarakan pemerintahan. Pajak bumi dan bangunan adalah pajak negara

yang sebagian besar penerimaannya merupakan pendapatan daerah yang anatara

lain dipergunakan untuk penyediaan fasillitas yang juga dinikmati oleh

pemerintah pusat dari pemerintah daerah. Oleh sebab ituwajar pemerintah pusat

juga ikut membiayai fasilitas tersebut melalui pembayaran pajak bumi dan

bangunan. Mengenai bumi dan atau bangunan milik perseorangan dan atau

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

32

 

bukan yang digunakan oleh negara, kewajiban perpajakannya tergantung pada

perjanjian yang diadakan.

5. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan untuk

masing-masing kabupaten/kota dengan besar setinggi-tingginya Rp.12.000.000,-

(dua belas juta rupiah) untuk setiap wajib pajak. Apabila seorang wajib pajak

memiliki beberapa objek pajak, yang diberikan NJOPTKP hanya salah satu objek

pajak yang nilainya terbesar, sedangkan objek pajak lainnya tetap dikenakan

secara penuh tanpa dikurangi NJOPTKP. (h. 313)

II.1.2.5 Subjek PBB

Menurut Widodo, dkk (2010) yang dimaksud dengan subjek PBB adalah:

Yang menjadi subjek PBB adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata :

a. Mempunyai suatu hak atas bumi, dan/ atau;

b. Memperoleh manfaat atas bumi, dan atau;

c. Memiliki bangunan, dan atau;

d. Menguasai bangunan, dan atau;

e. Memperoleh manfaat atas bangunan.

Subjek pajak yang disebutkan di atas adalah yang dikenakan kewajiban

membayar pajak. Apabila suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, maka

Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan subjek pajak yang disebutkan diatas sebagai

wajib pajak (subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak).

Subjek pajak yang ditetapkan sebagai wajib pajak dapat menolak untuk dijadikan

wajib pajak dengan cara memberi keterangan secara tertulis kepada Direktur Jenderal

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

33

 

Pajak bahwa wajib pajak tersebut bukan wajib pajak terhadap objek yang dimaksud.

Direktur Jenderal Pajak dapat menyetujui maupun menolak keterangan tertulis yang

diajukan oleh wajib pajak. Jika Direktur Jenderal Pajak menyetujui keterangan tertulis

wajib pajak yang menolak penetapan sebagai wajib pajak, maka Direktur Jenderal Pajak

membatalkan penetapan sebagai wajib pajak dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak

diterimanya surat keterangan tertulis. Apabila keterangan tertulis yang diajukan oleh

wajib pajak tidak disetujui (ditolak) maka Direktur Jenderal Pajak mengeluarkan surat

keputusan penolakan dengan disertai alasan-alasannya. Jika dalam jangka waktu 1 (satu)

bulan sejak tanggal diterimanya surat keterangan dari wajib pajak, Direktur Jenderal

Pajak tidak memberikan keputusan, maka keterangan yang diajukan itu dianggap di

setujui. (h.6)

II.1.2.6 Nilai Jual Kena Pajak

Menurut Widodo (2010) Dasar perhitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak

(NJKP) yang besarnya presentase NJKP adalah sebagai berikut :

1. Objek Pajak Perkebunan adalah sebesar 40% dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

2. Objek Pajak Kehutanan adalah sebesar 40% dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

3. Objek Pajak Pertambangan adalah sebesar 40% dari Nilai Jual Objek Pajak

(NJOP)

4. Objek Pajak Lainnya:

a. Sebesar 40% dari Nilai Jual Objek Pajak jika Nilai Jual Objek Pajaknya

Rp. 1.000.000.000,- (1 milyar) atau lebih.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

34

 

b. Sebesar 20% dari Nilai Jual Objek Pajak jika Nilai Jual Objek Pajaknya

kurang dari dari Rp. 1.000.000.000,- (1 milyar) (h.10)

II.1.2.7 Tarif PBB

Menurut Undang-undang PBB tahun 1985 Bab IV pasal 5, Tarif pajak yang

dikenakan atas Obyek Pajak adalah sebesar 0,5% (lima persepuluh persen).

II.1.2.8 SPOP, SPPT dan SKP

Berikut ini adalah mengenai SPOP, SPPT dan SKP menurut Mardiasmo (2009):

1. Dalam rangka pendataan, subjek pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya

dengan memakai SPOP.

Dalam rangka pendataan, wajib pajak akan diberikan SPOP untuk diisi dan

dikembalikan kepada direktur Jenderal Pajak. Wajib pajak yang pernah

dikenakan IPEDA tidak wajib mendaftarkan objek pajaknya kecuali kalau ia

menerima SPOP, maka dia wajib mengisinya dan mengembalikannya keoada

Direktorat Jenderal Pajak.

2. SPOP harus diisi dengan jelas , benar, lengkap dan tepat waktu serta

ditandatangani dan disampaikan kepada dirjen pajak yang wilayah kerjanya

meliputi letak objek pajak selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah

tanggal diterimanya SPOP oleh subjek pajak.

Yang dimaksud dengan jelas dan benar adalah:

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

35

 

Jelas dimaksudkan agar penulisan data yang diminta dalam SPOP dibuat

sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang dapat merugikan

negara maupun wajib pajak sendiri.

Benar, berarti data yang dilaporkan harus sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya, seperti luas tanah dan atau bangunan, tahun dan harga perolehan dan

seterusnya sesuai dengan kolom-kolom/pertanyaan yang ada pada Surat

Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

3. Dirjen Pajak akan menerbitkan SPPT berdasarkan SPOP yang diterimanya.

SPPT diterbitkan atas dasar SPOP, namun untuk membantu wajib pajak SPPT

dapat diterbitkan berdasarkan data objek pajak yang telah ada pada Direktorat

Jenderal pajak.

4. Direktur jenderal Pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak dalam hal

sebagai berikut:

a. Apabila SPOP tidak disampaikan dan setelah ditegur secara tertulis tidak

disampaikan sebagaimanaditentukan dana Surat Teguran.

b. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata

jumlah pajak terutang (seharusnya) lebih besar dari jumlah pajak yang

dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh wajib pajak.

Wajib pajak yang tidak menyampaikan SPOP pada waktunya, walaupun sudah

ditegur secara tertulis juga tidak menyampaikan dalam jangka waktu yang

ditentukan dalam Surat Teguran itu, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan

Surat Ketetapan Pajak (SKP) secara jabatan.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

36

 

Apabila berdasarkan pemeriksaan atau keterangan lain yang ada pada Direktorat

Jenderal Pajak ternyata Jumlah Pajak terutang lebih besar dari jumlah pajak

dalam SPPT yang dihitung atas dasar SPOP yang disampaikan wajib pajak,

Direktur Jenderal Pajak menerbitkan SKP secara jabatan.

5. Jumlah pajak terutang dalam SKP sebagaimana dimaksud dalam nomor 4 huruf a

adalah pokok pajak ditambah dengan denda administrasi sebesar 25% dihitung

dari pokok pajak.

Sanksi administrasi yang dikenakan terhadap wajib pajak yang tidak

menyampaikan SPOP, dikenakan sanksi sebagai tambahan terhadap pokok pajak

yaitu sebesar 25% dari pokok pajak.

SKP ini berdasarkan data yang ada pada Direktorat Jenderal Pajak memuat

penetapan objek pajak dan besarnya pajak yang terutang beserta denda

administrasi yang dikenakan kepada wajib pajak.

6. Jumlah pajak yang terutang dalam SKPKB sebagaimana dimaksud dalan no 4

huruf b, adalah selisih pajak yang terutang berdasarkan hasil pemeriksaan atau

keterangan lain dalam pajak terutang yang dihitung berdasarkan SPOP ditambah

denda administrasi sebesar 25% dari selisih pajak yang terutang.

Sanksi administrasi dikenakan terhadap wajib pajak yang mengisi SPOP tidak

sesuai dengan keadaan sebenarnya. (h.319)

II.1.2.9 Dasar Pengenaan Pajak

Berikut ini adalah dasar pengenaan pajak menurut Mardiasmo (2009):

1. Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual objek pajak (NJOP)

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

37

 

2. Besarnya nilai jual objek pajak (NJOP) ditetapkan setiap tiga tahun oleh kepala

kantor wilayah direktorat jenderal pajak atas nama menteri keuangan dengan

mempertimbangkan pendapat Gubernur/Bupati/Walikota (pemerintah daerah)

setempat

3. Dasar penghitungan pajak adalah yang ditetapkan serendah-rendahnya 20% dan

setinggi-tingginya 100% dari nilai jual objek pajak

4. Besarnya presentase ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan

memperhatikan kondisi ekonomi nasional

pada dasarnya penetapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah 3 (tiga) tahun sekali.

Namun demikian untuk daerah tertentu yang karena perkembangan pembangunan

mengakibatkan kenaikan NJOP cukup besar, maka penetapan nilai jual ditetapkan

setahun sekali.

Dalam menetapkan nilai jual, kepala kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas

nama menteri keuangan dengan mempertimbangkan pendapat Gubernur/Bupati/

Walikota (Pemerintah Daerah) setempat serta memperhatikan asas self assessment.

Yang dimaksud (assessment value) adalah nilai jual yang dipergunakan sebagai dasar

penghitungan pajak. Yaitu suatu presentase tertentu dari nilai jual sebenarnya. (h.317)

II.1.2.10 Tahun pajak, saat dan tempat yang menentukan pajak terhutang

Berikut ini adalah tahun, saat dan tempat yang menentukan pajak terutang menurut

Widodo, dkk, (2010):

1. Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim. Jangka waktu satu tahun

takwim adalah dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

38

 

2. saat yang menentukan pajak yang terhutang adalah menurut keadaan objek pajak

tanggal 1 Januari. Karena tahun pajak dimulai pada tanggal 1 Januari, maka

keadaan objek pajak pada tanggal tersebut merupakan saat yang menentukan

pajak terutang.

3. Tempat pajak yang terhutang:

a. Untuk daerah Jakarta, di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta

b. Untuk daerah lainnya, di wilayah kabupaten daerah tingkat II atau

kotamadya daerah tingkat II (h.12)

II.1.3 Metode Perencanaan Pemerintah

Pemerintah memiliki beberapa metode dalam menentukan besarnya rencana

yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Adapun jenis-jenis rencana yang

dipakai oleh pemerintah yang diambil dari http://h0404055.wordpress.com/ 2010/04/02/

kelebihan-dan-kekurangan-model-perencanaan-top-down-planning-bottom-up-planning-

dan-perancangan-gabungan/ adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan dengan sistem top down planning artinya adalah perencanaan yang

dilakukan oleh lembaga pemerintahan sebagai pemberi gagasan awal serta

pemerintah berperan lebih dominan dalam mengatur jalannya program yang

berwal dari perencaan hingga proses evaluasi, dimana peran masyarakat tidak

begitu berpengaruh.

2. Perencanaan dengan sistem bottom up planning artinya adalah perencanaan yang

dilakukan diaman masyarakat lebih berperan dalam hal pemberian gagasan awal

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

39

 

sampai dengan mengevaluasi program yang telah dilaksanakan sedangkan

pemerintah pemerintah hanya sebagai fasilitator dalam suatu jalannya program.

3. Perencaan dengan sistem gabungan dari kedua sistem diatas adalah perencaan

yang disusun berdasarkan kebutuhan masyarakat dan program yang diinginkan

oleh masyarakat yang merupakan kesepakatan bersama antara pemerintah dan

juga masyarakat sehingga peran antar satu dan keduanya saling berkaitan.

Adapun kelemahan dari tipe top down planning adalah :

1. Masyarakat tidak bisa berperan lebih aktif dikarenakan peran pemerintah yang

lebih dominan bila dibanding peran dari masyarakat itu sendiri.

2. Masyarakat tidak bisa melihat sebarapa jauh suatu program telah dilaksanakan.

3. Peran masyarakat hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari suatu

program tanpa mengetahui jalannya proses pembentukan program tersebut dari

awal hingga akhir.

4. Tujuan utama dari program tersebut yang hendaknya akan dikirimkan kepada

masyarakat tidak terwujud dikarenakan pemerintah pusat tidak begitu memahami

hal-hal yang diperlukan oleh masyarakat.

5. Masyarakat akan merasa terabaikan karena suara mereka tidak begitu

diperhitungkan dalam proses berjalannya suatu proses.

6. Masyarakat menjadi kurang kreatif dengan ide-ide mereka.

Kelebihan dari sistem ini adalah

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

40

 

1. Masyarakat tidak perlu bekerja serta memberi masukan program tersebut sudah

dapat berjalan sendiri karena adanya peran pemerintah yang optimal.

2. Hasil yang dikeluarkan bisa optimal dikarenakan biaya yang dikeluarkan

ditanggung oleh pemerintah.

3. Mengoptimalkan kinerja para pekerja dipemerintahan dalam menyelenggarakan

suatu program.

Kelebihan dari sistem bottom up planning adalah

1. Peran masyarakat dapat optimal dalam memberikan masukan atau ide-ide kepada

pemerintah dalam menjalakan suatu program.

2. Tujuan yang diinginkan oleh masyarakat akan dapat berjalan sesuai dengan

keinginan masyrakat karena ide-idenya berasal dari masyarakat itu sendiri

sehingga masayarakat bisa melihat apa yang diperlukan dan apa yang diinginkan.

3. Pemerintah tidak perlu bekerja secara optimal dikarenakan ada peran masyarakat

lebih banyak.

4. Masyarakat akan lebih kreatif dalam mengeluarkan ide-ide yang yang akan

digunakan dalam suatu jalannya proses suatu program.

Kelemahan dari sistem bottom up planning adalah

1. Pemerintah akan tidak begitu berharga karena perannya tidak begitu besar.

2. Hasil dari suatu program tersebut belum tentu biak karena adanya perbadaan

tingkat pendidikan dan bisa dikatakn cukup rendah bila dibanding para pegawai

pemerintahan.

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

41

 

3. Hubungan masyarakat dengan pemerintah tidak akan berlan lebih baik karena

adanya silih faham atau munculnya ide-ide yang berbeda dan akan menyebabkan

kerancuan bahkan salah faham antara masyarakat dengan pemerintah

dikarenakan kurang jelasnya masing-masing tugas dari pemerintah dan juga

masyarakat.

Bila dilihat dari kekurangan serta kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing sistem

tersebut maka sitem yang dianggap paling baik adalah suatu sistem gabungan dari kedua

janis sistem tersebut karena banyak sekali kelebihan yang terdapat didalamya antara lain

adalah selain masyarakat mampu berkreasi dalam mengembangkan ide-ide mereka

sehingga mampu berjalan beriringan bersama dengan pemerintah sesuai dengan tujuan

utama yang diinginkan dalam mencapai kesuksesan dalam menjalankan suatu program

tersebut

II.2. Metodologi Penelitian

Metodelogi penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan proposal

skripsi ini menggunakan dua cara, yaitu :

1. Studi Literatur

Penulis melakukan pengumpulan informasi yang berkaitan dengan judul

proposal skripsi dengan cara mempelajari dan membaca buku – buku

serta literatur guna mendapat referensi dan teori – teori yang relevan yang

akan dijadikan dasar kriteria dalam membahas masalah yang ditemukan

pada saat penelitian lapangan.

2. Penelitian Lapangan

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI II.1. Kerangka Teori dan Literatur ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00027 AK PBB BAB II pdk aren.pdf · “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

42

 

Penulis melakukan peninjauan di lokasi penelitian. Dalam hal ini penulis

melihat kondisi dan keadaan geografis pada kecamatan Pondok Aren

untuk mendapatkan gambaran mengenai PBB yang seharusnya didapat.

3. Wawancara

Penulis melakukan wawancara kepada pihak yang terkait, untuk

mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan rencana dan realisasi

penerimaan PBB pada kecamatan Pondok Aren.