BAB II LANDASAN TEORI DAN HASIL PENELITIAN A ......Pengertian tindak kriminalitas menurut bahasa...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI DAN HASIL PENELITIAN A ......Pengertian tindak kriminalitas menurut bahasa...
20
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HASIL PENELITIAN
A. Modus Operandi Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan
Pengertian modus operandi dalam lingkup kejahatan yaitu
operasi cara atau teknik yang berciri khusus dari seorang penjahat
dalam melakukan perbuatan jahatnya11
. Modus operandi berasal
dari bahasa Latin, artinya prosedur atau cara bergerak atau berbuat
sesuatu. Dalam hukum pidana tradisional, seseorang dikatakan
sebagai penjahat atau pelaku kejahatan apabila orang tersebut telah
melakukan kejahatan yang dapat dihukum dimasa lampau.
Pada umumnya dari sudut pandang masyarakat, kita lebih
berkepentingan untuk melindungi masyarakat dari tindakan-
tindakan dimasa depan daripada membalas dendam kepada penjahat
bagi tindakan-tindakannya dimasa lampau. Perhatian orang lebih
terarah pada kemungkinan timbulnya bahaya dimasa depan daripada
kejahatan yang telah lewat.12
Dalam pandangan hukum sendiri
penjahat atau pelaku kejahatan adalah seseorang yang dianggap
telah melanggar kaidah-kaidah hukum dan perlu dijatuhi hukuman.
Namun perlu diketahui pula tentang ukuran-ukuran yang
menentukan apakah seseorang dapat diperlakukan sebagai penjahat
atau tidak. Kriminalitas berasal dari kata “crimen” yang berarti
11 Dirjosisworo. 1984. Ruang Lingkup Kriminalogi.Rajawali. Jakarta 12 Abdulsyani. 2011. dalam repository.usu.ac.id
21
kejahatan. Pengertian tindak kriminalitas menurut bahasa adalah
sama dengan kejahatan yaitu perkara kejahatan yang dapat dihukum
menurut Undang-Undang, sedangkan pengertian kriminalitas
menurut istilah diartikan sebagai suatu kejahatan yang tergolong
dalam pelanggaran hukum positif (hukum yang berlaku disuatu
Negara).
Pengertian kejahatan sebagai unsur tindak kriminalitas secara
sosiologis mempunyai 2 unsur, yaitu: Kejahatan ialah perbuatan
yang merugikan secara ekonomis dan merugikan secara psikologis
dan melukai perasaan susila dari suatu segerombolan manusia,
dimana orang-orang itu berhak melahirkan celaan.13
Dengan
demikian, pengertian kriminalitas adalah segala macam bentuk
tindakan dan perbuatan yang merugikan secara ekonomis dan
psikologis yang melanggar hukum yang berlaku dalam Negara
Indonesia serta noma-norma sosial dan agama.
Pengertian modus operandi adalah teknik cara-cara
beroperasi yang dipakai oleh penjahat. Berdasarkan pada data di
lapangan dapat diketahui bahwa modus operandi pelaku tindak
pidana pencurian dengan kekerasan di wilayah hukum Polres
Salatiga bervariasi karena modus yang digunakan berbeda-beda
bergantung pada lokasi yang akan digunakan sebagai sasaran
menjalankan perbuatannya. Lokasi tindak pidana pencurian di
13 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, hal 65
22
wilayah hukum Kota Salatiga dilakukan di beberapa lokasi yakni
dilakukan di minimarket, rumah, perkantoran, sekolah dan di
jalanan. Modus operandi yang digunakan pelaku untuk menjalankan
tindak pidana pencurian dengan kekerasan antara lain melakukan
dengan cara pelaku membawa senjata api maupun senjata tajam
untuk mengancam korban dan pelaku tidak akan nekat dengan
melukai korban apabila korban melakukan perlawanan.
Modus operandi yang digunakan pelaku dilakukan dengan
terencana secara baik dan tersusun dengan rapi karena semua pelaku
mempunyai peran dan tugas masing-masing, sehingga memudahkan
pelaku untuk melarikan diri. Bentuk-bentuk kekerasan terdiri atas
beberapa macam yakni kekerasan fisik, kekerasan suhu, kekerasan
arus listrik, kekerasan karena perubahan tekanan, kekerasan udara
dan kekerasan bahan kimia.13
Bentuk kekerasan yang disebutkan
diatas terdapat bentuk kekerasan lainnya antara lain bentuk
kekerasan fisik berupa memukul, menampar, melukai dengan
tangan kosong atau alat atau senjata, bentuk kekerasan psikologi
berupa berteriak-teriak, mengancam, bentuk kekerasan seksual
yakni melakukan tindakan yang mengarah ke ajakan atau desakan
seksual, bentuk kekerasan financial berupa mengambil uang korban
dan bentuk kekerasan spiritual berupa merendahkan keyakinan dan
kepercayaan korban.
13 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, hal 65
23
B. Tindak Pidana dan Unsur – Unsurnya
Istilah tindak pidana menunjukan pengertian gerak – gerik
tingkah laku dan gerak gerik jasmani seseorang. Hal tersebut
terdapat juga seseorang untuk tidak berbuat, akan tetapi dengan tidak
berbuatnya dia, dia telah melakukan tindak pidana.14
Pembentuk
undang – undang sudah tetap dalam pemakaian istilah tindak pidana,
dan beliau lebih condong memakai istilah tindak pidana seperti yang
telah dilakukan oleh pembentuk undang – undang pendapat tersebut.
tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan
diancam dengan pidana, dimana pengertian perbuatan disini selain
perbuatan yang bersifat aktif (melakukan sesuatu yang sebenarnya
dilarang oleh hukum) juga perbuatan yang bersifat pasif (tidak
berbuat sesuatu yang sebenarnya diharuskan oleh hukum).
Setelah mengetahui definisi dan pengertian yang lebih
mendalam dari tindak pidana itu sendiri, maka di dalam tindak
pidana tersebut terdapat unsur – unsur tindak pidana yaitu :
a. Unsur subyektif
1) sifat melanggar hukum
2) kualitas dari si pelaku
3) kausalitas
14 Prasetyo Teguh. 2012. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
24
b. Unsur subyektif
1) Kesengajaan atau ketidaksengajaan
2) maksud pada suatu percobaan seperti ditentukan dalam pasal
5 ayat (1) KUHP.
3) Macam – macam maksud seperti terdapat dalam kejahatan –
kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan dan sebagainya.
4) merencanakan terlebih dahulu, seperti tercantum dalam pasal
340 KUHP yaitu pembunuhan yang direncanakan terlebih
dahulu.
5) Perasaan takut seperti terdapat di dalam pasal 308 KUHP15
Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku
disuatu negara, yang mengadakan dasar-dasar atau aturan-aturan untuk16
:
a. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh
dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sangsi
berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan
tersebut.
b. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang
telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau
dijatuhi pidana sebagaimanayang telah diancamkan,
c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar
larangan tersebut.
15 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, 61 16 Abidin, Andi zaenal. 1987. Asas-Asas Hukum Pidana (Bagian Pertama), Bandung
25
Dalam ilmu hukum ada perbedaan antara istilah “pidana”
dengan istilah “hukuman”.17
Istilah hukuman yang merupakan istilah
umum dan konvensional, dapat mempunyai arti yang luas dan
berubah-ubah karena istilah itu dapat berkonotasi dengan bidang
yang cukup luas. Istilah tersebut tidak hanya sering digunakan dalam
bidang hukum, tetapi juga dalam istilah sehari-hari dibidang
pendidikan, moral, agama, dan sebagainya. Oleh karena pidana
merupakan istilah yang lebih khusus, maka perlu ada pembatasan
pengertian atau makna sentral yang dapat menunjukan cirri-ciri atau
sifat-sifatnya yang khas”.
Pengertian tindak pidana yang di muat di dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) oleh pembentuk undang-
undang sering disebut dengan strafbaarfeit. Para pembentuk undang-
undang tersebut tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai
strafbaarfeit itu, maka dari itu terhadap maksud dan tujuan
mengenai strafbaarfeit tersebut sering dipergunakan oleh pakar
hukum pidana dengan istilah tindak pidana, perbuatan pidana,
peristiwa pidana, serta delik.
Pengertian Tindak Pidana menurut istilah adalah terjemahan
paling umum untuk istilah "strafbaar feit" dalam bahasa Belanda
walaupun secara resmi tidak ada terjemahan resmi strafbaar
feit. Pendapat beberapa ahli tentang Pengertian Tindak Pidana, yaitu:
17 Poernomo Bambang. 1982. Hukum Pidana. Jakarta : PT Bina Aksara
26
Pengertian Tindak Pidana ialah suatu tindakan atau perbuatan
yang diancam dengan pidana oleh undang-undang hukum pidana,
bertentangan dengan hukum pidana dan dilakukan dengan kesalahan
oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab.18
Pengertian
Tindak Pidana adalah Suatu pelanggaran norma (gangguan terhadap
tata tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun dengan tidak
sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan
hukuman trhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya
tertib hukum dan terjaminnya kepentingan hukum.19
Pengertian
Tindak Pidana dengan isilah peristiwa pidana yang sering juga ia
sebut delik, karena peristiwa itu suatu perbuatan (handelen atau doen
positif) atau suatu melalaikan (natalen-negatif), maupun akibatnya
(keadaan yang ditimbulkan karena perbuatan atau melalaikan itu).20
Van Hmamel juga sependapat dengan rumusan tindak pidana dari
simons, tetapi menambahkan adanya “sifat perbuatan yang
mempunyai sifat dapat dihukum”. Jadi, pengertian tindak pidana
menurut Van Hamael meliputi lima unsur, sebagai berikut :
1. Diancam dengan pidana oleh hukum,
2. Bertentangan dengan hukum,
3. Dilakukan oleh seseorang dengan kesalahan (schuld),
4. Seseorang itu dipandang bertanggung jawab atas
perbuatannya,
18 Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Sinar Baru, 1992), 173
19 Schaffmeister, Keijzer, Dan Sutoris, Hukum Pidana, (Yogyakarta: Liberty, 1995)
20 Cansil dan Cristhine Cansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2007),38
27
5. Sifat perbuatan yang mempunyai sifat dapat dihukum.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpukan bahwa
pengertian tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilakukan
manusia yang dapat bertanggung jawab yang mana perbuatan
tersebut dilarang atau diperintahkan atau dibolehkan oleh undang-
undang hukum pidana yang diberi sanksi berupa sanksi pidana20
Untuk membedakan suatu perbuatan sebagai tindak pidana atau
bukan tindak pidana ialah apakah perbuatan tersebut diberi sanksi
pidana atau tidak diberi sanksi pidana.
Unsur formal meliputi :
a. Perbuatan manusia, yaitu perbuatan dalam arti luas, artinya tidak
berbuat yang termasuk perbuatan dan dilakukan oleh manusia.
b. Melanggar peraturan pidana. dalam artian bahwa sesuatu akan
dihukum apabila sudah ada peraturan pidana sebelumnya yang
telah mengatur perbuatan tersebut, jadi hakim tidak dapat
menuduh suatu kejahatan yang telah dilakukan dengan suatu
peraturan pidana, maka tidak ada tindak pidana.
c. Diancam dengan hukuman, hal ini bermaksud bahwa KUHP
mengatur tentang hukuman yang berbeda berdasarkan tindak
pidana yang telah dilakukan.
20 Cansil dan Cristhine Cansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, (Jakarta: Pradnya
Paramita, 2007)
28
d. Dilakukan oleh orang yang bersalah, dimana unsur-unsur
kesalahan yaitu harus ada kehendak, keinginan atau kemauan
dari orang yang melakukan tindak pidana serta Orang tersebut
berbuat sesuatu dengan sengaja, mengetahui dan sadar
sebelumnya terhadap akibat perbuatannya. Kesalahan dalam arti
sempit dapat diartikan kesalahan yang disebabkan karena si
pembuat kurang memperhatikan akibat yang tidak dikehendaki
oleh undang-undang.
e. Pertanggungjawaban yang menentukan bahwa orang yang tidak
sehat ingatannya tidak dapat diminta pertanggungjawabannya.
Dasar dari pertanggungjawaban seseorang terletak dalam
keadaan jiwanya.
Unsur material dari tindak pidana bersifat bertentangan dengan
hukum, yaitu harus benar-benar dirasakan oleh masyarakat sehingga
perbuatan yang tidak patut dilakukan.21
Jadi meskipun perbuatan itu
memenuhi rumusan undang-undang, tetapi apabila tidak bersifat
melawan hukum, maka perbuatan itu bukan merupakan suatu tindak
pidana. Unsur-unsur tindak pidana dalam ilmu hukum pidana dibedakan
dalam dua macam, yaitu unsur objektif dan unsur subjektif. Unsur
objektif adalah unsur yang terdapat di luar diri pelaku tindak pidana.
Unsur ini meliputi:
21 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2008), 54
29
a. Perbuatan atau kelakuan manusia, dimana perbuatan atau kelakuan
manusia itu ada yang aktif (berbuat sesuatu), misal membunuh
(Pasal 338 KUHP), menganiaya (Pasal 351 KUHP).
b. Akibat yang menjadi syarat mutlak dari delik. Hal ini terdapat dalam
delik material atau delik yang dirumuskan secara material, misalnya
pembunuhan (Pasal 338 KUHP), penganiayaan (Pasal 351 KUHP),
dan lain-lain.
c. Ada unsur melawan hukum. Setiap perbuatan yang dilarang dan
diancam dengan pidana oleh peraturan perundang-undangan hukum
pidana itu harus bersifat melawan hukum, meskipun unsur ini tidak
dinyatakan dengan tegas dalam perumusan.
Unsur lain yang menentukan sifat tindak pidana
Ada beberapa tindak pidana yang untuk mendapat sifat
tindak pidanya itu memerlukan hal-hal objektif yang menyertainya,
seperti penghasutan (Pasal 160 KUHP), melanggar kesusilaan (Pasal
281 KUHP), pengemisan (Pasal 504 KUHP), mabuk (Pasal 561
KUHP). Tindak pidana tersebut harus dilakukan di muka umum.23
a. Unsur yang memberatkan tindak pidana. Hal ini terdapat dalam
delik-delik yang dikualifikasikan oleh akibatnya, yaitu karena
timbulnya akibat tertentu, maka ancaman pidana diperberat,
contohnya merampas kemerdekaan seseorang (Pasal 333 KUHP)
22 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
23 Cansil dan Cristhine Cansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana
30
diancam dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun,
jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat ancaman
pidana diperberat lagi menjadi pidana penjara paling lama 12
(dua belas) tahun.
b. Unsur tambahan yang menentukan tindak pidana. Misalnya
dengan sukarela masuk tentara asing, padahal negara itu akan
berperang dengan Indonesia, pelakunya hanya dapat dipidana
jika terjadi pecah perang (Pasal 123 KUHP).
Tindak pidana juga mengenal adanya unsur subjektif, unsur
ini meliputi :
a. Kesengajaan (dolus), dimana hal ini terdapat di dalam pelanggaran
kesusilaan (Pasal 281 KUHP), perampasan kemerdekaan (Pasal 333
KUHP), pembunuhan (Pasal 338).
b. Kealpaan (culpa), dimana hal ini terdapat di dalam perampasan
kemerdekaan (Pasal 334 KUHP), dan menyebabkan kematian (Pasal
359 KUHP), dan lain-lain.
c. Niat (voornemen), dimana hal ini terdapat di dalam percobaan atau
poging (Pasal 53 KUHP)
d. Maksud (oogmerk), dimana hal ini terdapat dalam pencurian (Pasal
362 KUHP), pemerasan (Pasal 368 KUHP), penipuan (Pasal 378
KUHP), dan lain-lain
31
e. Dengan rencana lebih dahulu (met voorbedachte rade), dimana hal
ini terdapat dalam membuang anak sendiri (Pasal 308 KUHP),
membunuh anak sendiri (Pasal 341 KUHP), membunuh anak sendiri
dengan rencana (Pasal 342 KUHP).
Suatu perbuatan dikatakan melawan hukum apabila orang
tersebut melanggar undang-undang yang ditetapkan oleh hukum. Tidak
semua tindak pidana merupakan perbuatan melawan hukum karena ada
alasan pembenar, berdasarkan pasal 50, pasal 51 KUHP. Sifat dari
melawan hukum itu sendiri meliputi :
1. Sifat formil yaitu bahwa perbuatan tersebut diatur oleh undang-
undang.
2. Sifat materiil yaitu bahwa perbuatan tersebut tidak selalu harus diatur
dalam sebuah undang-undang tetapi juga dengan perasaan keadilan
dalam masyarakat.
Perbuatan melawan hukum dapat dibedakan menjadi :
1. Fungsi negatif yaitu mengakui kemungkinan adanya hal-hal diluar
undang-undang dapat menghapus sifat melawan hukum suatu
perbuatan yang memenuhi rumusan undang-undang.
2. Fungsi positif yaitu mengakui bahwa suatu perbuatan itu tetap
merupakan tindak pidana meskipun tidak dinyatakan diancam pidana
32
dalam undang-undang, apabila bertentangan dengan hukum atau
aturan-aturan yang ada di luar undang-undang.
Sifat melawan hukum untuk yang tercantum dalam undang-
undang secara tegas haruslah dapat dibuktikan. Jika unsure melawan
hukum dianggap memiliki fungsi positif untuk suatu delik maka hal itu
haruslah dibuktikan. Jika unsure melawan hukum dianggap memiliki
fungsi negatif maka hal itu tidak perlu dibuktikan.24
Berkaitan dalam asas hukum pidana yaitu Geen straf zonder
schuld, actus non facit reum nisi mens sir rea, bahwa tidak dipidana jika
tidak ada kesalahan, maka pengertian tindak pidana itu terpisah dengan
yangdimaksud pertanggungjawaban tindak pidana. Tindak pidana
hanyalah menunjuk kepada dilarang dan diancamnya perbuatan itu
dengan suatu pidana, kemudian apakah orang yang melakukan
perbuatan itu juga dijatuhi pidana sebagaimana telah diancamkan akan
sangat tergantung pada soal apakah dalam melakukan perbuatannya itu
si pelaku juga mempunyai kesalahan.
Dalam kebanyakan rumusan tindak pidana, unsur kesengajaan
atau yang disebut dengan opzet merupakan salah satu unsur yang
terpenting. Dalam kaitannya dengan unsur kesengajaan ini, maka
apabila didalam suatu rumusan tindak pidana terdapat perbuatan dengan
sengaja atau biasa disebut dengan opzettelijk, maka unsur dengan
24 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana
33
sengaja ini menguasai atau meliputi semua unsur lain yang ditempatkan
dibelakangnya dan harus dibuktikan.
Disini dikaitkan dengan teori kehendak yang dirumuskan maka
dapat dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan sengaja adalah
kehendak membuat suatu perbuatan dan kehendak untuk menimbulkan
suatu akibat dari perbuatan itu atau akibat dari perbuatannya itu yang
menjadi maksud dari dilakukannya perbuatan itu.
Jika unsur kehendak atau menghendaki dan mengetahui dalam
kaitannya dengan unsur kesengajaan tidak dapat dibuktikan dengan jelas
secara materiil -karena memang maksud dan kehendak seseorang itu
sulit untuk dibuktikan secara materiil- maka pembuktian adanya unsur
kesengajaan dalam pelaku melakukan tindakan melanggar hukum
sehingga perbuatannya itu dapat dipertanggungjawabkan kepada si
pelaku seringkali hanya dikaitkan dengan keadaan serta tindakan si
pelaku pada waktu ia melakukan perbuatan melanggar hukum yang
dituduhkan kepadanya tersebut.
Disamping unsur kesengajaan diatas ada pula yang disebut
sebagai unsur kelalaian atau kelapaan yang dalam doktrin hukum pidana
disebut sebagai kealpaan yang tidak disadari atau onbewuste schuld dan
kealpaan disadari atau bewuste schuld. Dimana dalam unsur ini faktor
terpentingnya adalah pelaku dapat menduga terjadinya akibat dari
perbuatannya itu atau pelaku kurang berhati-hati.
34
Kelalaian ini dapat didefinisikan sebagai apabila seseorang
melakukan sesuatu perbuatan dan perbuatan itu menimbulkan suatu
akibat yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-
undang, maka walaupun perbuatan itu tidak dilakukan dengan sengaja
namun pelaku dapat berbuat secara lain sehingga tidak menimbulkan
akibat yang dilarang oleh undang-undang, atau pelaku dapat tidak
melakukan perbuatan itu sama sekali.
Dalam kelalaian ini, unsur terpentingnya adalah pelaku
mempunyai kesadaran atau pengetahuan yang mana pelaku seharusnya
dapat membayangkan akan adanya akibat yang ditimbulkan dari
perbuatannya, atau dengan kata lain bahwa pelaku dapat menduga
bahwa akibat dari perbuatannya itu akan menimbulkan suatu akibat yang
dapat dihukum dan dilarang oleh undang-undang.
Maka dari uraian tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa jika ada
hubungan antara batin pelaku dengan akibat yang timbul karena
perbuatannya itu atau ada hubungan lahir yang merupakan hubungan
kausal antara perbuatan pelaku dengan akibat yang dilarang itu, maka
hukuman pidana dapat dijatuhkan kepada si pelaku atas perbuatan
pidananya itu.
Pengaturan mengenai penyertaan dalam melakukan tindak
pidana terdapat dalam KUHP yaitu Pasal 55 dan Pasal 56. Dari
ketentuan dalam KUHP tersebut dapat disimpulkan bahwa antara yang
35
menyuruh maupun yang membantu suatu perbuatan tindak pidana
dikategorikan sebagai pembuat tindak pidana. Ajaran mengenai
penyertaan itu adalah: “Sebagai suatu ajaran yang bersifat umum, pada
dasarnya merupakan suatu ajaran mengenai pertanggungjawaban dan
pembagian pertanggungjawaban, yakni dalam hal dimana suatu delik
yang menurut rumusan undang-undang sebenarnya dapat dilakukan oleh
seseorang secara sendirian, akan tetapi dalam kenyataannnya telah
dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam suatu kerja sama yang
terpadu baik secara psikis (intelektual) maupun secara material”.
Berdasarkan pasal-pasal dalam KUHP, penyertaan dibagi menjadi 2
(dua) pembagian besar, yaitu:
1. Pembuat atau Dader
Pembuat atau dader diatur dalam Pasal 55 KUHP. Pengertian dader itu
berasal dari kata daad yang di dalam bahasa Belanda berarti sebagai
hal melakukan atau sebagai tindakan. Dalam ilmu hukum pidana,
tidaklah lazim orang mengatakan bahwa seorang pelaku itu telah
membuat suatu tindak pidana atau bahwa seorang pembuat itu telah
membuat suatu tindak pidana, akan tetapi yang lazim dikatakan orang
adalah bahwa seorang pelaku itu telah melakukan suatu tindak pidana.
Pembuat atau dadersebagaimana ditentukan dalam Pasal 55 KUHP,
yang terdiri dari :
36
2. Pelaku (pleger). Pleger adalah setiap orang yang dengan seorang diri
telah memenuhi semua unsur dari delik seperti yang telah ditentukan di
dalam rumusan delik yang bersangkutan, juga tanpa adanya ketentuan
pidana yang mengatur masalah deelneming itu, orang-orang tersebut
tetap dapat dihukum.
3. Yang menyuruhlakukan (doenpleger). Mengenai doenplagen atau
menyuruh melakukan dalam ilmu pengetahuan hukum pidana biasanya
di sebut sebagai seorang middelijjke dader atau seorang mittelbare
tater yang artinya seorang pelaku tidak langsung. Ia di sebut pelaku
tidak langsung oleh karena ia memang tidak secara langsung
melakukan sendiri tindak pidananya, melainkan dengan perantaraan
orang lain. Dengan demikian ada dua pihak, yaitu pembuat langsung
atau manus ministra/auctorphysicus), dan pembuat tidak langsung atau
manus domina/auctor intellectualis. Untuk adanya suatu doenplagen
seperti yang dimaksudkan di dalam Pasal 55 ayat (1) KUHP, maka
orang yang disuruh melakukan itu haruslah memenuhi beberapa syarat
tertentu. Menurut Simons, syarat-syarat tersebut antara lain:
a. Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu
adalah seseorang yang seperti yang tercantum dalam Pasal 44
KUHP.
37
b. Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana
mempunyai suatu kesalahpahaman mengenai salah satu unsur
dari tindak pidana yang bersangkutan (dwaling).
c. Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu
sama sekali tidak mempunyai schuld, baik dolus maupun culpa
ataupun apabila orang tersebut tidak memenuhi unsur opzet seperti
yang telah disyaratkan oleh undang-undang bagi tindak pidana
tersebut.
d. Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu
tidak memenuhi unsur oogmerk padahal unsur tersebut tidak
disyaratkan di dalam rumusan undang-undang mengenai tindak
pidana.
e. Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu
telah melakukannya di bawah pengaruh suatu overmacht atau di
bawah pengaruh suatu keadaan yang memaksa, dan terhadap
paksaan mana orang tersebut tidak mampu memberikan suatu
perlawanan.
f. Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana dengan
itikad baik telah melaksanakan suatu perintah jabatan padahal
perintah jabatan tersebut diberikan oleh seorang atasan yang tidak
berwenang memberikan perintah semacam itu.
38
g. Apabila orang yang disuruh melakukan suatu itndak pidana itu
tidak mempunyai suatu hoedanigheid atau suatu sifat tertentu
seperti yang telah disyaratkan oleh undng-undang yaitu sebagai
suatu sifat yang harus dimiliki oleh pelakunya sendiri.
C. Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan
Tindak pidana pencurian di dalam KUHP diatur di dalam Pasal 362
(pencurian biasa), Pasal 363 (pencurian dengan pemberatan), Pasal
364 (pencurian ringan), dan Pasal 365 (pencurian dengan
kekerasan). Ketentuan mengenai pencurian dengan kekerasan
sebagaimana diatur pada Pasal 365 Ayat (1), (2), ke 1, dan 2 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yaitu:
1. Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun
pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud atau
mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal
tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri
atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang
dicuri.
2. Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun
Masalah kejahatan pada dasarnya sudah ada semenjak manusia
itu ada di permukaan bumi ini, atau dengan perkataan lain dapat
39
disebutkan bahwa “kejahatan itu adalah setua dan seumur dengan
umat manusia di alam jagad raya ini”.25
Bahkan dalam
perkembangan selanjutnya dewasa ini suatu peristiwa kejahatan
sering dilakukan bukan hanya dilakukan oleh satu orang pelaku
saja melainkan dilakukan oleh lebih dari seorang pelaku yang
dilakukan secara bersama-sama.
Untuk melindungi serta menyelamatkan berbagai macam
kepentingan yang ada di dalam masyarakat dari berbagai bentuk
kejahatan dan demi untuk terciptanya kehidupan masyarakat yang
aman, tertib dan sejahtera maka diciptakanlah berbagai aturan-aturan
atau norma-norma didalam kehidupan masyarakat yang diantaranya
adalah norma hukum. Dalam hal ini adalah norma hukum pidana atau
yang dikenal sebagai hukum pidana. Adapun yang dimaksud dengan
hukum pidana adalah26
: “Bagian dari keseluruhan hukum yang
berlaku di suatu Negara yang mengadakan dasar-dasar atau aturan-
aturan untuk:
1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh
dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi
yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan
tersebut.
25 Schaffmeister, Keijzer, dan Sutoris, Hukum Pidana 26 Moelyatno, Asas-Asas Hukum Pidana,
40
2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang
telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau
dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.
3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dpat
dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar
larangan tersebut.
4. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang
telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau
dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.
5. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksnakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar
larangan tersebut.
Hukum Pidana adalah merupakan aturan yang akan diterapkan
kepada orang yang melakukan tindak pidana dan telah terbukti
kesalahannya di muka persidangan. Akan tetapi apabila si pelaku
dalam melakukan tindak pidananya bukan hanya dilakukannya sendiri
melainkan dilakukan lebih dari dua orang bersekutu dan berlanjut,
maka penerapan hukum pidana bagi yang bersangkutan secara teoritis
harus senantiasa dihubungkan dengan “Ajaran Penyertaan dan teori
Gabungan Tindak Pidana”.
Adapun ancaman yang akan dijatuhkan kepada orang yang
telah melakukan tindak pidana dinamakan sanksi atau hukuman atau
41
pidana yaitu “reaksi atas delik dan ini berujud suatu nestapa yang
sengaja ditimpakan Negara kepada pembuat delik itu ”Dengan
demikian maka setiap orang yang telah melanggar aturan atau hukum
pidana (yang memang telah ditetapkan terlebih dahulu aturannya)
sudah barang tentu dapat dipidana.27
Akan tetapi ternyata menurut
ilmu pengetahuan hukum pidana juga ditegaskan : “Seseorang yang
melakukan suatu tindak pidana tidak selalu dapat dipidana. Hal ini
tergantung dari apakah orang itu dalam melakukan tindak pidana itu
mempunyai kesalahan atau tidak?. Sebab untuk dapat menjatuhkan
pidana terhadap seseorang itu tidak cukup dengan dilakukanya tindak
pidana saja tetapi selalin daripada itu harus ada pila kesalahan, atau
sikap batin yang dapat dicela”.
D. Penyidikan Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan
Menurut Simons, mampu bertanggung jawab adalah mampu
menginsyafi sifat melawan hukumnya perbuatan dan sesuai dengan
keinsyafan itu mampu untuk menentukan kehendaknya.
Menurut Moeljatno bahwa untuk adanya kemampuan bertanggung
jawab harus ada :
1. kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang
baik dan yang buruk yang sesuai dengan hukum dan yang
melawan hukum.
27 Schaffmeister, Keijzer, dan Sutoris, Hukum Pidana Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
42
2. kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut
keinsyafan tentang baik dan buruknya perbuatan tadi.
Tersebut butir a. merupakan faktor akal (intellectual
factor) yaitu dapat membedakan antara perbuatan yang
diperbolehkan dengan yang tidak. Tersebut butir b. merupakan
faktor perasaan atau kehendak (volitional factor) yaitu dapat
menyesuaikan tingkah lakunya dengan keinsyafan atas mana
yang diperbolehkan dan mana yang tidak diperbolehkan.
Selanjutnya dapat dikatakan bahwa orang yang tidak mampu
bertanggung jawab adalah orang yang keadaan jiwa/bathinnya
tidak seperti apa yang dirumuskan dimuka.21
Keadaan
jiwa/bathinya tidak normal/sehat itu menurut pasal 44 KUHP
disebabkan karena jiwanya cacat dalam pertumbuhannya atau
terganggu karena penyakit. Tidak mampu bertanggung jawab
menurut Pasal 44 KUHP merupakan alasan peniadaan kesalahan
(alasan pemaaf) yang dibedakan dengan alasan pemaaf lain
seperti diatur di Pasal 48 KUHP (daya paksa), Pasal 49 ayat (2)
KUHP (bela paksa lampau batas), Pasal 51 ayat (2) KUHP
(perintah jabatan tidak sah). Kalau dalam tidak mampu
bertanggung jawab fungsi jiwa/bathinnya tidak normal,
sedangkan dalam alasan pemaaf lainnya, fungsi jiwa/bathinnya
tidak normal itu disebabkan keadaan dari luar, sedangkan organ
21 Moelyatno, Asas-Asas Hukum Pidana
43
jiwa bathinnya adalah normal.Untuk menentukan
ketidakmampuan bertanggung jawab sehingga ia tidak dapat
dipidana ada tiga system 14
:
1) Sistem deskriptif (menyatakan), yaitu dengan cara
menentukan dalam perumusannya itu sebab-sebabnya tidak
mampu bertanggung jawab.
2) Sistem normative (menilai) yaitu dengan cara hanya
menyebutkan akibatnya yakni tidak mampu bertanggung
jawab tanpa menentukan sebab-sebabnya.
Yang penting di sini adalah apakah orang itu mampu
bertanggung jawab atau tidak ? Jika dipandang tidak mampu
bertanggung jawab, maka apa yang menjadi sebabnya tidak
perlu dipikirkan lagi.
3) Sistem deskriptif-normatif yaitu dengan cara gabungan dari
cara butir a. dan butir b. tersebut, yakni menyebutkan sebab-
sebabnya tidak mampu bertanggung jawab. Dan hal ini harus
sedemikian rupa akibatnya hingga dipandang atau dinilai
sebagai tidak mampu bertanggung jawab.
Dari ketiga sistem tersebut di atas, sistem deskriptif-normatif
inilah yang dianut oleh KUHP dimana dengan cara gabungan ini
maka untuk dapat menentukan terdakwa tidak mampu bertanggung
jawab dalam praktek diperlukan adanya kerjasama antara psikiater
14 Moelyatno, Asas-Asas Hukum Pidana
44
dengan hakim. Psikiater yang berhak dan mampu untuk menentukan
ada atau tidaknya sebab-sebab yang ditentukan dalam undang-
undang sedangkan hakim yang menilai apakah karena sebab-sebab
itu terdakwa mampu bertanggung jawab atau tidak. Dalam hal
menerapkan pertanggung jawaban pidana bagi seorang pelaku pada
dasarnya secara teoritis dikaitkan dengan Teori atau ajaran
Pertanggung Jawaban Pidana.
E. Hasil Penelitian
1. Paparan Kasus
Tabel 1
Paparan Kasus
Kasus I Kasus II Kasus III
Kasus yang terjadi di
salatiga adalah modus
operandi yang dilakukan di
sebuah minimarket. sebuah
minimarket Indomaret di
Jalan Diponegoro, salatiga
dibobol pencuri. Akibat
kejadian tersebut kerugian
ditaksir 16 juta. salah
seorang karyawan toko,
bapak sunardi yang pertama
mengetahui kalau tempatnya
bekerja dibobol oleh maling.
Dijelaskannya, ia pertama
kali tiba di toko sekitar
pukul 06.30 dan melihat
bungkus rokok berantakan
di kasir.
Telah terjadi Pembunuhan
yang korbannya adalah
seorang wartawan lepas.
Tiga tersangka pembunuh
telah ditangkap, sisanya
masih buron. Motif
pembunuhan murni
pencurian saat para
tersangka mencuri di rumah
korban. Kasus ini adalah
kasus pencurian dengan
kekerasan dan tidak ada
motif yang lain.
Terkait dengan peristiwa di
atas, tips hukum kali ini
membahas tentang aturan
hukum pidana pencurian
Novi Darmawan alias Empi, 23;
Iwan Setiawan alias Odang, 25;
Yogi Pangestu alias Ogi, 23;
Didinalis Uang, 25; dan
Sulaeman alias Eman, 30,diring
kuspetugas Polsek dalam kurun
aktu beberapa pekan terakhir ini.
Pasalnya kelima warga itu kerap
meresahkan warga seiring
dengan aksi pencurian
kendaraan bermotor (curanmor)
yang kerap dilakukan komplotan
tersebut. Kapolres mengatakan,
daritangan para pelaku petugas
ikut mengamankan sebanyak 6
unit kendaran motor berbagai
jenis berikut 1 kunci letter T
yang digunakan dalama ksinya.
Dari hasil penyelidikan
kelimanya ini merupakan
45
“Saat itu pintu masuk juga
tidak mengalami kerusakan.
Melihat ini saya curiga dan
saat melakukan pengecekan,
ternyata pencuri berhasil
membawa kabur sejumlah
puluhan slop rokok
berbagai merek dan uang
tunai” sementara itu
kapolsek Sidorejo AKP
Jumaeri yang menangani
kasus ini mengatakan,
pihaknya tengah melakukan
penyelidikan salah satunya
dengan memeriksa CCTV di
Indomaret tersebut dan
mereka belum bisa
memastikan berapa jumlah
pencuri yang masuk dan
bagaimana mereka bisa
masuk di Indomaret dan
menyikat barang – barang
yang mudah dibaa kabur itu.
Modus operandi yang
dilakukan pada minimarket
dengan cara menggunakan
senjata api atau senjata
tajam dan bentuk ancaman
yang dilakukan pelaku
dengan cara melukai,
mengancam dengan senjata
api atau senjata tajam dan
mengancam menggunakan
kata-kata, pelaku terlebih
dahulu mengintai
minimarket dengan melihat
jam tutup toko, kemudian
pelaku masuk minimarket
dengan kekerasan.
Aturan hukum pidana
pencurian dengan kekerasan
diatur dalam Pasal 365
Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP).
Ancaman hukuman dari
pencurian dengan kekerasan
hingga menyebabkan mati
adalah dengan pidana mati
atau pidana penjara seumur
hidup atau selama waktu
tertentu paling lama dua
puluh tahun.
Selengkapnya Pasal 365
KUHP berbunyi:
(1) Diancam dengan pidana
penjara paling lama
sembilan tahun, pencurian
yang didahului, disertai atau
diikuti dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan,
terhadap orang, dengan
maksud untuk
mempersiapkan atau
mempermudah pencurian,
atau dalam hal tertangkap
tangan, untuk
memungkinkan melarikan
diri sendiri atau peserta
lainnya, atau untuk tetap
menguasai barang yang
dicuri.
(2) Diancam dengan pidana
penjara paling lama dua
jaringan pencuri sepeda motor
yang terorganisir dan
meresahkan warga Kabupaten
Bandung. Dia menjelaskan,
modus operandi yang dilakukan
pelaku yakni mengintai sasaran
terutama anak dibawah umur
yang kerap mengendarai
kendaraan bermotor. Kemudian,
para pelaku pun mencegat
sasarannya ditempat sepi dan
merampas kendaraan milik
korban dengan upaya kekerasan.
Erwin menilai bila modus yang
dilakukan para pelaku terbilagn
baru karena mengincar sasaran
anak dibawah umur. Untuk itu
pihaknya mengimbau agar para
orang tua dapat mengawasi
putra-putrinya saat membawa
kendaraan.
Lebih lanjut, kata dia, setelah
berhasil menggasak motor milik
korban kemudian pelaku pun
menjualnya kepenadah yang saat
ini masih DPO. Untuk
mempertanggungjawabkan
perbuatannya, pelaku dijerat
pasal 363 KUHP dengan
ancaman pidana 7 tahun dan
pasal 365 KUHP dengan
ancaman hukuman 9 tahun
penjara.
Pengakuan seorang tersangka
Iwan Setiawan alias Odang,
25,terpaksa melakukan aksi ini
untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.Dari hasil penjualan
sepeda motor curian itu
diagunakan untuk makan dan
sering juga berfoya-foya
46
dengan cara mengancam
korban dan menyuruh untuk
memberitahukan tempat
menyimpang brankas, dan
apabila terdapat Closed
Circuit Television (CCTV)
maka pelaku akan
merusaknya
belas tahun:
1. jika perbuatan dilakukan
pada waktu malam dalam
sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang
ada rumahnya, di jalan
umum, atau dalam kereta
api atau trem yang sedang
berjalan;
2. jika perbuatan dilakukan
oleh dua orang atau lebih
dengan bersekutu;
3. jika masuk ke tempat
melakukan kejahatan
dengan merusak atau
memanjat atau dengan
memakai anak kunci palsu,
perintah palsu atau pakaian
jabatan palsu;
4. jika perbuatan
mengakibatkan luka-luka
berat.
(3) Jika perbuatan
mengakibatkan kematian
maka diancam dengan
pidana penjara paling lama
lima belas tahun.
(4) Diancam dengan pidana
mati atau pidana penjara
seumur hidup atau selama
waktu tertentu paling lama
dua puluh tahun, jika
perbuatan mengakibatkan
luka berat atau kematian dan
dilakukan oleh dua orang
atau lebih dengan bersekutu,
bersama rekannya. Saat ditanya
alas an memilih korban yang
masih dibawah umur karena
dianggap tidak akan melakukan
perlawanan.
47
disertai pula oleh salah satu
hal yang diterangkan dalam
nomor 1 dan 3.
Sebagai perbandingan, jika
sekilas melihat peristiwa di
atas, para tersangka, dapat
juga dikenakan pasal
Pembunuhan Dengan
Pemberatan
(Gequalificeerde Doodslag).
Hal ini diatur dalam Pasal
339 KUHP yang bunyinya
sebagai berikut:
"Pembunuhan yang diikuti,
disertai, atau didahului oleh
kejahatan dan yang
dilakukan dengan maksud
untuk memudahkan
perbuatan itu, jika
tertangkap tangan, untuk
melepaskan diri sendiri atau
pesertanya daripada
hukuman, atau supaya
barang yang didapatkannya
dengan melawan hukum
tetap ada dalam tangannya,
dihukum dengan hukuman
penjara seumur hidup atau
penjara sementara selama-
lamanya dua puluh tahun."
Pembunuhan ini Diikuti,
Disertai atau Didahului
Dengan Tindak Pidana Lain.
Dalam kasus ini tindak
pidana pencurian. Unsur-
48
unsur dari pasal ini yaitu:
1. Semua unsur
pembunuhan (obyektif dan
subyektif) Pasal 388 KUHP;
2. Yang (1) diikuti, (2)
disertai atau (3) didahului
oleh tindak pidana lain;
3. Pembunuhan itu
dilakukan dengan maksud:
1) Untuk mempersiapkan
tindak pidana lain;
2) Untuk mempermudah
pelaksanaan tindak pidana
lain;
3) Dalam hal tertangkap
tangan ditujukan:
a) Untuk menghindarkan:
(1) Diri sendiri
(2) Peserta lainnya dari
pidana
b) Untuk memastikan
penguasaan benda yang
diperolehnya secara
melawan hukum (dari
tindak pidana lain)
Sumber ; Polres salatiga, 2015
F. Analisis
1. Modus Operandi Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan
Berdasarkan kasus – kasus yang diangkat dalam penelitian
pencurian dengan kekerasan pasal 362 – 365. Modus operandi tindak
pidana yang dilakukan antara lain : Pasal 362 KUHP adalah “Barang
49
siapa mengambil suatu barang yang sama sekali atau sama sekali atau
sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan
memiliki barang itu dengan melawan hak, di hukum karena pencurian
, dengan hukuman penjara selama – lamanya lima tahun.
a. Ini adalah pencurian biasa yang elemen – elemennya
adalah sebagai berikut :
1) Perbuatan mengambil
2) Yang diambil harus suatu barang
3) Barang itu harus, seluruhnya atau sebagian kepunyaan
orang lain.
4) Pengambilan itu harus dilakukan dengan maksud
“memiliki” barang itu dengan “melawan hukum”
b. Mengambil = mengambil untuk dikuasainya, maksudnya
waktu pencuri mengambil barang itu belum ada dalam
kekerasannya apabila waktu memiliki itu barangnya sudah
ada ditangannya, maka perbuatan ini bukan penggelapan.
c. Pengambilan (pencurian) itu sudah dapat dikatakan
selesai, apabila barang tersebut sudah pidah tempat. Bila
orang baru memegang saja barang itu, dan belum
berpindah tempat, maka orang itu belum dapat dikatakan
mencuri.
50
d. Pengambilan itu harus dengan sengaja dan dengan maksud
untuk dimilikinya . orang „karena keliru” mengambil
barang – barang lain itu bukan pencurian. Seseorang
menemukan barang di jalan kemudian diambilnya. Bila
waktu mengambil itu sudah ada maksud “untuk
memiliki”barang itu, maka sudah termasuk dalam
pencurian.
Pasal 363 KUHP :
(1) Diancam dengan pidana paling lama tujuh tahun.
(2) Bila pencurian tersebut dengan nomor 3 dan 5 perbuatan
itu diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
tahun.
Pasal 365 KUHP :
(1) Diancam dengan pidana paling lama sembilan tahun
pencurian yang didahului, disertai atau diikuti engan
kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang dengan
maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pencurian itu, atau bila tertangkap tangan, untuk
memungkinkan diri sendiri atau peserta lainnya untuk
melarikan diri atau untuk tetap menguasai barang yang
dcuri.
51
(2) Diancam dengan pidana enjara paling lama dua belas
tahun penjara.
(3) Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima
belas tahun.
(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana mati atau pidana
seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu,
paling lama dua puluh tahun, bila perbuatan itu
mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan
oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu disertai pula
oleh salah satu hal yang diterangkan dalam nomor 1 dan 3.
Upaya merupakan suatu tindakan atau langkah-langkah yang
digunakan untuk dapat menyelesaikan suatu kendala yang dihadapi
oleh penyidik, baik kendala secara internal maupun kendala secara
eksternal. Upaya yang dilakukan penyidik untuk mengatasi kendala
internal yakni dengan melakukan upaya internal antara lain
melakukan penerimaan anggota baru pada Unit Reserse Kriminal
Polres Salatiga yang diharapkan dapat memberikan motivasi bagi
anggota penyidik yang lama agar menjadi lebih bersemangat dalam
menjalankan proses penyidikan. Hal ini bertujuan supaya pelaku
dapat dengan mudah untuk ditangkap karena adanya penambahan
anggota penyidik baru.
52
Penambahan jumlah anggota dalam menjalankan patroli
diharapkan dapat mengurangi terjadinya tindak pidana pencurian
dengan kekerasan sehingga tidak menimbulkan korban karena jumlah
pelaku banyak oleh karena itu perlu dilakukan koordinasi terhadap
unit-unit lainnya dalam melakukan patroli, munculnya pelaku baru
tidak membuat penyidik khawatir karena penyidik dapat melihat pada
ciri-ciri dari setiap pelaku karena setiap kelompok pasti memiliki ciri
yang digunakan dalam menjalankan aksinya, pelaksanaan piket harus
dijalankan dengan maksimal agar dalam proses penangkapan
penyidik dapat dengan mudah menangkap pelaku, pemanfaatan ruang
kantor harus dibuat nyaman agar anggota merasa betah di kantor,
seharusnya proses pemberian uang pengganti yang dikeluarkan oleh
anggota harus segera cepat diselesaikan agar penyidik tetap
bersemangat menjalankan tugasnya karena kebutuhan masing-masing
anggota berbeda-beda, perlu ditambah mobil dinas karena apabila
mobil kurang maka menggunakan mobil pribadi penyidik, terdapat
pembagian wilayah kerja yang terdiri atas wilayah utara, wilayah
tengah, wilayah timur, wilayah selatan dan wilayah barat, penyidik
melakukan upaya dengan menggunakan bantuan informan untuk
memudahkan proses pencarian pelaku, informan adalah seorang yang
memberi informasi atau keterangan.
53
Penyidik melakukan dengan cara pelaku dirayu dengan tujuan
agar dipermudah perkaranya, kebutuhan selama di tahanan dipenuhi,
pelaku diadu domba agar terbuka dan apabila tidak menjelaskan
maka menanyakan padateman terdekat pelaku maupun dengan teman
di tahanan, penyidik mendatangi dan menanyakan keberadaan pelaku
pada keluarga, teman nongkrong maupun teman kerja, mencari
informan yang dapat membantu tugas penyidik serta apabila berbagai
upaya telah dilakukan namun belum mendapatkan hasil hingga waktu
yang telah ditentukan maka dikeluarkan Daftar Pencarian Orang
(DPO).
Upaya eksternal yang dilakukan penyidik antara lain
melakukan melakukan negoisasi pada pelaku yang telah tertangkap
dengan cara akan diringankan dan akan dijamin kebutuhannya selama
dalam proses penyidikan, dengan adanya pemberian keringanan pada
penyidik diharapkan dapat mengungkap mengenai persembunyian
pelaku selain itu juga diperlukan bantuan informan, polisi
mengharapkan agar masyarakat bisa teliti dan mengingat-ingat
mengenai barang yang dimiliki.
Polisi harus melakukan upaya dengan cara melakukan
sosialisasi hukum dan lebih mendekatkan pada masyarakat yang
kurang mengerti tentang hukum serta mengayomi dan bersikap
bersahaja kepada masyarakat sehingga masyarakat menjadi lebih
54
memahami tentang hukum dan tidak takut, dilakukan seharusnya
yakni dengan pemasangan Closed Circuit Television (CCTV) secara
tersembunyi sehingga pelaku tidak akan mengetahui bahwa
tindakannya terekam Closed Circuit Television (CCTV), masyarakat
harus bertindak cepat yakni dengan mengingat ciri dari pelaku.
Kondisi geografis dan letak wilayah Kota Salatiga yang sulit
untuk diakses menggunakan mobil biasa seharusnya ditambahkan
dengan mobil besar bak terbuka yang dimiliki Unit Sabhara agar
mudah untuk mengakses jalan, upaya yang digunakan untuk
meningkatkan keamanan dan kesadaran hukum yakni dengan cara
mengadakan siskampling maupun ronda pada setiap RT, sebaiknya
ketika melakukan perjalanan hendaknya dengan ditemanin oleh
seorang teman atau apabila merasa diikuti oleh orang yang tidak
dikenal hendaknya segera melanjutkan kendaraan dengan memacu
menggunakan kecepatan yang lebih kencang dan segera mencari
tempat yang aman dan ramai orang, perlu dilakukan koordinasi
dengan polisi yang ada di wilayah yang dijadikan sasaran untuk
pelaku melarikan diri karena pelaku memiliki ciri tempat
persembunyian, penyidik perlu melakukan cara bekerjasama dan
berkoordinasi dengan pihak kepolisian wilayah lain agar dapat saling
membantu untuk informasi mengenai identitas pelaku, untuk
mengatasi kendala eksternal mengenai olah tempat kejadian perkara,
55
pencarian pelaku, saksi dan korban serta penanganan barang bukti
maka dilakukan upaya pada tempat kejadian perkara wajib dijaga
oleh semua pihak untuk proses kepentingan penyidikan dan tidak
boleh dirusak oleh karena itu setiap terjadi suatu tindak pidana maka
tempat kejadian perkara tersebut wajib diberikan police line (garis
polisi).
Pada pencarian pelaku dengan bantuan informan yang
dipercaya dapat membantu penyidik untuk melakukan penangkapan,
selain itu juga dilakukan terhadap pelaku yang telah tertangkap
dengan cara dirayu agar dipermudah perkaranya dan dicukupi
kebutuhannya selama proses penyidikan agar memudahkan untuk
memberitahukan posisi kaburnya pelaku serta penyidik harus jeli dan
teliti dalam melakukan penyidikan karena setiap pelaku kejahatan
akan meninggalkan jejak, selain itu penyidik juga melakukan adu
domba agar pelaku mau untuk terbuka, penyidik juga melakukan
koordinasi dan kerjasama dengan kepolisian lainnya, upaya yang
dilakukan penyidik selama proses penyidikan yakni memberikan
perlindungan terhadap saksi dan korban dan pencarian barang bukti
dilakukan dengan cara mengecek nomor barang apabila Handphone
maka dapat dilihat nomor IME atau nomor seri pada kardus apabila
barang bukti tidak ditemukan maka akan dikeluarkan Daftar
56
Pencarian Barang (DPB) dan tidak boleh diganti dengan barang bukti
lain.
2. Kendala yang dihadapi dalam Modus Operandi Tindak Pidana
Pencurian dengan Kekerasan
Terjadinya suatu tindak pidana pencurian banyak sekali faktor
– faktor yang melatar belakanginya. selain faktor dari diri pelaku
sebagai pihak yang melakukan suatu tindak pidana pencurian dengan
kekerasan, banyak faktor lain yang mendorong dapat terjadinya suatu
tindak pidana pencurian dengan kekerasan. terdapat dua faktor yang
dapat menjadi kendala dalam mengatasi tindak pidana pencurian,
diantaranya ;
a. adanya niat pelaku yang kuat
b. keadaan ekonomi yang terus menghimpit. adanya kenaikan
kebutuhan yang terjadi secara terus menerus tetapi tidak
diimbangi adanya penghasilan dan lapangan pekerjaan yang
memadai.
c. tingkat moral dan pendidikan yang masih relatif rendah.
kebanyakan dari kategori ini masih berfikir pendek untuk
memenuhi kebutuhannya, sehingga menghalalkan segala cara
untuk dapat memenuhi hal tersebut. maka kemungkinan orang
tersebut akan melanggar norma yang berlaku. tingkat pendidikan
juga menentukan dapat melakukan tindak pidana pencurian.
57
karena dari kebanyakan pelaku tindak pidana pencurian memiliki
pendidikan yang tidak terlalu tinggi.
d. lingkungan tempat tinggal dapat ditinjau dari segi keamanan.
e. kurangnya jumlah personil Polri
f. kemampuan Polri dalam menganalisa kasus masih kurang
g. data identitas para pelaku pencurian minimarket belum ada
h. kurangnya koordinasi antar instansi Polri dan pemerintah daerah
terkait pengamanan minimarket.
i. banyaknya minimarket yang buka 24 jam sehingga hal ini
menjadi kendala.
j. kurang optimalnya kualitas CCTV sehingga sulit dalam proses
identifikasi.