BAB II LANDASAN TEORI...bidang profesi. Guru merupakan profesi oleh karena itu para guru harus sudah...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI...bidang profesi. Guru merupakan profesi oleh karena itu para guru harus sudah...
13
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Kinerja Guru 2.1.1.Pengertian Kinerja Guru
Kinerja guru menurut Nayyar dalam Hanif
(2004:54) didefinisikan “Job performance, which refer to
the degree to which an individual executes his or her
roles with reference to certain specified standars set by
the organization, is central to any organization”
kemampuan guru dalam melaksanakan tugas atau
peran yang dibebankan kepadanya yang mengacu pada
seperangkat standar-standar spesifik tetentu yang
dibuat oleh organisasi atau lembaga pendidikan untuk
mencapai tujuan organisasi atau lembaga tersebut.
Tugas guru adalah untuk membentuk dan
membangun kepribadian anak didik. Guru adalah
sosok arsitektur yang dapat membentuk dan
membangun jiwa dan watak anak didik. Tugas guru
bisa dikelompokkan dalam tiga jenis tugas, yaitu: (1)
tugas guru dalam bidang profesi (2) tugas kemanusiaan
(3) tugas kemasyarakatan. Pertama, tugas guru dalam
bidang profesi. Guru merupakan profesi oleh karena
itu para guru harus sudah mendapatkan pendidikan
khusus karena tidak semua orang dapat melakukan
tugas tersebut. Tugas guru meliputi tugas mendidik,
mengajar dan melatih, artinya meneruskan dan
mengembangkan nilai nilai hidup. Mengajar berarti
meneruskan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sedangkan melatih berarti mengembangkan
ketrampilan- ketrampilan siswa.
14
Kedua, tugas guru dalam bidang kemanusiaan
adalah guru harus bisa memotivasi siswa untuk
belajar.Guru harus bisa menjadi teladan bagi para
siswanya sehingga guru harus bisa menjadi panutan.
Tanpa adanya keteladanan maka akan terjadi krisis
keteladan. Guru juga harus bisa menanamkan nilai
kemanusiaan kepada siswanya sehingga akan
terbentuk generasi yang mempunyai karakter yang
baik.
Ketiga, tugas guru di bidang kemasyarakatan.
Dalam bidang ini guru mempunyai tugas mendidik dan
mengajar masyarakat, karena guru tidak hanya di
perlukan di ruang kelas atau sekolah tetapi juga
diperlukan oleh lingkungan masyarakat untuk
menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi
masyarakat. Di samping itu guru juga mempunyai
tugas lain yang sifatnya administratif sekolah dan
kelompok kerja guru.
Menurut Hanif (2004:57) pekerjaan guru tidak
terbatas di dalam ruang kelas tetapi juga tidak terlepas
dengan lingkungan bekerja dalam kontek organisasi
sekolah. Guru berperan dan bertanggung jawab terkait
dengan pengajaran. Guru tidak terlepas dalam hal
manajemen sekolah, kurikulum yang berubah-ubah
karena menyesuaikan perubahan zaman dan inovasi
atau pembaharuan pendidikan, dan guru juga harus
bisa bekerjasama dengan orang tua siswa dan
bagaimana melayani masyarakat (community services).
Dalam bidang ini guru mempunyai tugas mendidik dan
mengajar masyarakat, karena guru juga di perlukan
untuk lingkungan masyarakatnya untuk
15
menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi
masyarakat.
Hanif (2004:57-58) berpendapat ada beberapa
aspek di dalam kinerja guru, antara lain (1) effective
teaching (pengajaran yang efektif) pengajaran yang
efektif adalah ketika guru bisa menyampaikan materi
pembelajaran dengan tepat. Pada dasarnya guru sudah
mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan bagaimana
mengajar yang baik sehingga apa yang menjadi tujuan
pengajaran bisa tercapai dengan baik memuaskan dan
berkualitas. Kualitas dalam pengajaran mencakup
indikator: (a) Guru harus menggunakan strategi,
metode dan gaya mengajar yang berbeda beda karena
kemampuan siswa dalam menangkap materi belajar
mempunyai tipe sendiri sendiri ada siswa yang
mempunyai tipe visual, ada yang yang mempunyai tipe
audio atau pendengaran dan tipe meraba, (b) Guru
harus selalu mengikuti perkembangan belajar siswa
dengan baik artinya bahwa tingkat perkembangan
belajar siswa bermacam macam ada yang cepat dalam
memahami pelajaran tetapi juga ada yang lambat
dalam memahami pelajaran, (c) Guru harus mengajar
siswa sesuai harus sesuai dengan kapasitas dan
kemampuan siswa hal ini terkait dengan tingkat
intelegency siswa, (d) Guru membuat persiapan
sebelum mengajar dengan baik (e) Guru harus mampu
menyampaikan materi yang komplek dengan mudah,
(f) Guru harus mampu menjawab pertanyaan siswa
dengan memuaskan.
(2) time manajemen (manajemen waktu) adalah
tentang bagaimana guru mengelola waktu yang
16
tersedia untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan
seproduktif mungkin. Waktu merupakan salah satu
sumberdaya yang mesti dikelola secara efektif dan
efisien. Efektifitas dan efisiensi waktu terlihat dari
tercapainya tujuan dalam memanfaatkan waktu yang
telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen waktu
diperlukan guru dalam usaha menjalankan tugas guru
agar bisa berjalan dengan baik. Guru dituntut untuk
menyelesaikan tugas tugas administrasi, tugas dari
masyarakat, membantu perkembangan sekolah dan
perkembangan professional.
(3) Punctuality and regularity (ketepatan waktu
dan keteraturan) adalah bagaimana guru bisa hadir
tepat waktu dan teratur kesekolah dan termasuk
bagaimana guru masuk tepat waktu kedalam kelas
waktu mengajar.
(4) Effective communication with students,
collegues, and students’ parent (komunikasi yang efektif
terhadap siswa, rekan sejawat, dan orang tua siswa).
Dalam hal efektifitas komunikasi guru harus
mempunyai keahlian dalam berbicara, mendengar, dan
mampu mengatasi hambatan hambatan komunikasi
verbal maupun non verbal dari murid dan mampu
memecahkan masalah atau konflik secara konstruktif .
Kinerja guru yang baik akan ditentukan bagaimana
guru membangun ketrampilan antar pribadi yang baik
dengan siswa. Guru harus bisa adil dan bersikap sama
terhadap semua siswa baik baik terhadap siswa yang
pandai maupun yang bodoh.
Menurut Hanif (2004:58) dalam effective teaching
guru harus memahami :
17
(1) Perbedaan karakteristik individu sebagai
sumber dari kinerja, dalam proses pembelajaran
terdapat dua kegiatan yang terjadi dalam satu kesatuan
waktu dan pelaku yang berbeda. Pelaku belajar adalah
siswa sedangkan pembelajarnya adalah guru. Kegiatan
berlangsung dalam proses yang berkaitan untuk
mencapai tujuan instruksional. Dalam proses
pembelajaran terjadi hubungan interaktif antara guru
dengan siswa. Karena pelaku dalam proses
pembelajaran tidak terlepas dari faktor siswa maka
guru harus bisa memahami perbedaan karakteristik
siswa yang meliputi segi tingkat kemampuan,
pengetahuan dan sikap yang telah ada pada diri siswa.
(2) Aspek situasi sebagai fasilitator untuk kinerja,
guru harus memahami situasi yang ada sehingga guru
harus memfasilitasi siswa dan memberikan pelayanan
kepada siswa agar mereka dapat menjadi peserta didik
yang selaras dengan tujuan pendidikan. Guru harus
bertanggungjawab atas hasil kegiatan belajar anak
melalui proses interaksi belajar mengajar. Sehingga
guru haruslah mampu memberikan bantuan dan
fasilitas kepada setiap individu untuk mencapai tujuan
pendidikan.
(3) Keteraturan sebagai proses dari kinerja,
Keteraturan guru dalam proses pembelajaran adalah
kemampuan guru untuk menepati waktu datang
ketepatan waktu untuk masuk kelas dan ketepatan
waktu untuk pulang. Ketepatan waktu akan
mempengaruhi hasil atau produktifitas dari kinerja itu
sendiri. Kedisiplinan atau keteraturan dalam bekerja
merupakan suatu sikap dan perilaku yang berniat
18
untuk mentaati segala peraturan lembaga atau
organisasi yang di dasari atas kesadaran diri untuk
menyesuaikan dengan peraturan organisasi.
Lebih lanjut Hanif (2004:55) memandang
kinerja sebagai suatu bentuk yang bergerak kearah
yang lebih fleksibel dari tugas dan peranan kerja,
mereka memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang
lebih dinamis dan bisa dipertukarkan dengan lentur.
Fokusnya adalah pada kompetensi personal yang
dipersyaratkan untuk unjuk kerja berbagai tugas dan
peranan kerja yang bermacam macam dari pada ulasan
yang sempit dari tugas dan pekerjaan yang melekat
pada peranan dan tugas yang pasti.
Faktor - faktor tambahan yang sering dijelaskan
sebagai penyebab dalam pembelajaran. Menurut
Forsyth dan McMilan dalam Hanif (2004:55)
menemukan bahwa para siswa percaya hasil ujian
mereka sebagai akibat dari pengajaran yang baik atau
jelek, suasana kelas dan lain sebagainya. Para siswa
percaya kegagalan atau kesuksesan dan juga
keunggulan akademis sebagai kualitas pengajaran.
Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang
berkualitas dan berlangsung secara efektif dan efisien.
2.1.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kinerja
Guru.
Hanif (2004:81-82) mengemukakan bahwa
kinerja guru secara signifikan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu: faktor stress, motivasi kerja dan
kepuasan kerja, siswa dalam kelas, pendapatan,
pengalaman kerja,beban kerja, lingkungan kerja, jenis
19
kelamin guru dan sekolah negeri-swasta. Status guru
akan juga mempengaruhi kinerja guru itu sendiri.
Penelitian terhadap guru yang sudah menikah dan
belum menikah menemukan bahwa kinerja guru yang
belum menikah lebih baik dibandingkan guru yang
sudah menikah. Tingkat kesejahteraan mempengaruhi
kinerja guru karena terbukti guru dengan tingkat
pendapatan yang tinggi memiliki kinerja yang lebih
baik. Hal ini disebabkan karena guru akan lebih fokus
dalam bekerja.
Banyaknya pengalaman kerja guru secara
signifikan meningkatkan kinerja guru Pengalaman
kerja guru yang semakin banyak juga akan semakin
meningkatkan kinerja guru menjadi semakin baik,
bahkan status sekolah ternyata juga dapat
mempengaruhi kinerja guru. Hasil penelitian Astawa
(2009) mengenai kinerja guru di Sekolah Swasta di
Pakistan menemukan bahwa kinerja guru di Sekolah
Negeri adalah buruk, sedangkan kinerja guru di
sekolah swasta adalah lebih baik.
Peneliti yang meneliti mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja guru serta hubungannya
dari berbagai aspek antara lain: Gupta (1988:422)
meneliti hubungan dari effektifitas dan ketidakefektifan
dalam pengajaran guru. Dia menemukan kepuasan
kerja dan dukungan keuangan secara signifikan
mempengaruhi keefektifan mengajar. Semakin tinggi
tingkat kepuasan guru dan tingkat dukungan
keuangannya semakin tinggi tingkat kinerjanya..
Yezzi and Lester (2000) dalam Chamundeswari
(2013:4220) menguji kepuasan kerja guru di antara
20
guru-guru dan menemukan usia dan keinginan
berprestasi sebagai prediktor dari kinerja guru dengan
menggunakan suatu metode multiple–exclusive
regresion.
Cetin (2006) dalam Chamundeswari (2013:413)
melakukan suatu penelitian untuk menemukan apakah
ada perbedaan signifikan antara kepuasan kerja,
jabatan, dan komitmen organisasi dari 132 guru dan
menemukan hubungan antara kepuasan kerja dan
kinerja.
Pratiwi (2013:96) menemukan adanya pengaruh
dari motivasi kerja, kepuasan kerja, kepemimpinan
kepala sekolah, iklim sekolah dengan kinerja guru.
Artinya bahwa semakin tinggi motivasi kerja, kepuasan
kerja, kepemimpinan kepala sekolah yang baik dan
iklim kerja yang mendukung maka akan semakin
meningkatkan kinerja guru.
2.1.3 Mengukur Kinerja Guru
Penelitian ini mempergunakan Teacher Job
Performance Scale yang disusun oleh Hanif (2004:230),
untuk mengukur kinerja guru. TJPS telah terbukti valid
dan reliable. Dari hasil tes validitas dan reliabilitas
pada 25 item pada TJPS dan hasilnya adalah r
(corrected item-total correlation) sebesar 0,27 – 0,46 dan
alpha sebesar 0,71 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,01. TJPS dibuat untuk mengukur kinerja guru
ditempat kerja dan dapat membantu untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kinerja guru
pada tingkat individual dan organisasional serta
21
membantu guru untuk meningkatkan kualitas dan
efektifitas dalam mengajar.
TJPS terdiri dari 25 item dan mengukur 4
ketrampilan, yaitu:
(1) TS (Teaching skills) adalah guru memiliki
ketrampilan mengajar yang baik, yaitu mengajar
secara efektif dikelas dan memuaskan dalam gaya
dan kualitas mengajarnya.
(2) MS (Manajemen Skills) adalah ketrampilan guru
untuk mengatur waktu mengajar dan tugas tugas
lainnya yang ditugaskan oleh kepala sekolah dan
departemen.
(3) DR (Discipline And Regularity) adalah terkait
dengan keteraturan dan ketepatan waktu guru di
sekolah.
(4) IS (Interpersonal Skill) adalah ketrampilan guru
menjalin interaksi yang baik dengan siswa, orang
tua siswa dan rekan sekerjanya.
Dalam penelitian ini setiap item dalam Teacher
Job Scale Skala Likert dan diberi empat pilihan
jawaban. Menurut Sugiyono (2010:93) Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial, skala ini menggunakan respon yang
dikategorikan dalam empat macam kategori jawaban
yaitu : (SS) Selalu (SR) Sering (J) Jarang , dan (TP)
Tidak Pernah.Skala Likert ini meniadakan kategori
jawaban yang di tengah yaitu (R) berdasarkan pada
alasan yaitu : kategori undecided yang berarti ganda
dapat diartikan belum dapat memutuskan atau
memberi jawaban
22
2.2 Kepuasan Kerja
2.2.1 Pengertian Kepuasan Kerja Guru
Menurut Knox (2011:25) menyatakan job
satisfaction adalah “an affective reaction to one’s job,
resulting from the incumbent’s comparation of actual
outcomes with those that are desired (expected,
deserved, and so on)” Kepuasan kerja adalah reaksi
sikap terhadap hasil dari perbandingan sekarang dari
pendapatan aktual dengan hal – hal yang di inginkan
(harapkan, layak terima dan lain sebagainya).
Kepuasan kerja dipelajari karena sikap dan perasaan
mempengaruhi tingkah laku dari guru, yang akhirnya
menyumbang terhadap kesuksesan organisasi atau
kegagalan.
Kepuasan kerja adalah produk dari berbagai
faktor yang akan mempengaruhi kepuasan kerja guru.
Kepuasan kerja guru berhungan erat dengan pekerjaan
yang dijalani. Para guru mempunyai harapan terhadap
imbalan yang akan diperolehnya baik yang
menyenangkan ataupun tidak menyenangkan. Sikap
guru dalam bekerja bisa dijadikan tolok ukur apakah
guru tersebut merasa puas atau tidak sehingga
kepuasan kerja guru akan bisa membawa kemajuan
bagi sekolah.
Memahami dan mengukur kepuasan kerja para
guru di sekolah adalah penting. Para guru mempunyai
tugas - tugas yang sangat sulit seperti kebutuhan kerja,
tugas dan emosional Chang dalam Knox (2011:24-25).
menyatakan bahwa para guru yang mengalami stress
pekerjaan yang berkepanjangan mempunyai hubungan
23
yang lebih lemah dengan para siswa yang mengarah
pada meningkatnya masalah manajemen
Ketidakpuasan guru terhadap pekerjaannya sebagai
penyumbang utama terhadap perasaan negatif atau
tidak menyenangkan. Kesadaran yang meningkat
terhadap kelemahan sekolah dan meningkatkan
kepuasan kerja guru adalah salah satu cara terbaik
untuk menguatkan sekolah dan profesi guru.
Latham;1988 dan Mertler:2002 dalam Knox
(2011:25) menyatakan bahwa meningkatkan motivasi
guru dapat memperbaiki kekuatan dan juga
menggairahkan prospek terbaik untuk memasuki
bidangnya. Para guru dengan kepuasan kerja yang
tinggi tampaknya berhasrat untuk memperbaiki usaha
usaha mengajar mereka dan berhubungan dalam
melanjutkan pendidikan.
Memperbaiki kepuasan kerja dapat lebih berarti
dari pada hanya mendapatkkan guru - guru yang
berkualitas; hal ini dapat membantu memperbaiki
kemampuan dan ketrampilan mengajar mereka.
Kepuasan kerja guru adalah faktor yang bisa dikontrol
yang para administrator perlu untuk mengukurnya dan
untuk mengerti untuk selanjutnya guru yang
terpuaskan akan lebih produktif.
Masalah kedua adalah Ketahanan guru untuk
tetap berada pada pekerjaanya adalah berhubungan
dengan kepuasan kerja, Houchins, Shippen & Cattret
dalam Knox (2011:25). Angka berkurangnya jumlah
guru adalah memprihatinkan untuk pendidikan publik.
Angka pengurangan guru adalah 46% pada akhir lima
tahun terakhir artinya hampir setengah dari jumlah
24
guru akan meninggalkan profesinya.Tidak semua guru
guru yang meninggalkan pekerjaanya karena kepuasan
kerja yang rendah, tetapi pengurangan tenaga
kependidikan dapat menghemat waktu dan uang.
Usaha untuk meningkatkan kepuasan guru tidak
hanya meningkatkan uang dan waktu sekolah tapi juga
akan meningkatkan kemampuan akademis siswa.
2.2.2. Faktor–Faktor yang mempengaruhi Kepuasan
Kerja
Menurut Knox (2011:27), ada Sembilan faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja guru yaitu:
1. Supervition (Supervisi)
Knox (2011:28-30) menyatakan bahwa supervisi
didefinisikan sebagai jumlah regulasi dan kontrol yang
disediakan oleh hubungan interpersonal antara guru
dengan atasan. Hubungan antara atasan dengan guru
dikenal dengan nama unjuk fungsional. Penelitian
tentang supervisi sebagai faktor kepuasan kerja guru di
klasifikasikan kedalam dua bidang, yaitu. (1) feedback,
Feedback dapat mempengaruhi pekerjaan bawahan
atau guru lewat kuantitas (jumlah), kedalaman,
kelayakan dan waktu. Feedback yang pantas dapat
menciptakan perasaan penting dari para guru.
Pemimpin yang efektif dapat membantu bawahan
mencapai tujuan tempat kerja dengan mendiskusikan
tujuan dan ambisi mereka dalam organisasi. Dengan
meningkatkan jumlah dan kedalaman feedback. kinerja
akan membaik, dan guru berkembang harga dirinya (2)
Policy and bureaucracy (kebijakan dan birokrasi). Policy
and bureaucracy adalah factor yang dapat
25
menyebabkan menurunkan kepuasan guru. Para guru
memandang pekerjaan administrasi atau pekerjaan
yang berhubungan dengan tulis menulis, pertemuan –
pertemuan, dan aturan aturan sebagai birokrasi dan
kebijakan yang tidak perlu yang mengganggu tujuan
mendidik siswa. Sekolah yang menerapkan manajemen
birokrasi yang ketat menunjukkan kepuasan kerja
yang lebih rendah.
2. Colleagues (Rekan Kerja)
Rekan kerja mempunyai peran yang sangat
penting dalam meningkatkan kinerja. Garner dan
Lipsitz dalam Knox (2011:31) menyatakan bahwa Para
guru yang bekerja dalam team mereka melaporkan
kepuasan kerja yang lebih tinggi dan merasa perasaan
professional yang lebih tinggi sebagai hasil dari
mempunyai kesempatan untuk bekerja dengan guru
guru yang lain.
Rekan kerja terdiri dari kelompok kerja guru,
dan definisinya termasuk aspek sosial dan setting
sekolah. Suatu metode yang umum dalam meraih
hubungan yang positif diantara guru di sekolah sekolah
adalah dengan menerapkan sistem team. Sistem ini
dapat meningkatkan kecocokan, berbagi ide, dan
memperbaiki pengajaran dengan memberikan guru
kesempatan untuk memperbaiki kelemahan mereka
dan membagi kemampuannya.
Para guru yang merupakan bagian team
professional mempunyai profesionalitas, kemampuan,
dan kepuasan kerja yang lebih tinggi dari pada mereka
yang tidak merupakan anggota team. (Ashton &
Webb;1986 Kim & Loadman; 1994 Maslow; 1954
26
Sweeney;1988 dalam Knox (2011:32) menyatakan
bentuk hubungan kerja karena berbagai alasan, tetapi
ikatan dengan rekan kerja apakah di dalam atau diluar
dunia sekolah dapat menyediakan ikatan yang
memuaskan kebutuhan ini.
3. working Condition (Kondisi Kerja).
Kondisi kerja meliputi pembuatan kebijakan
dan administrasi sekolah dan semua kondisi fisik dari
lingkungan kerja guru. Herzberg et al ; Schneider; 2008
Sergiovanni 1967 dalam Knox (2011:33) menemukan
ada akibat langsung pada kualitas pengajaran dan
pembelajaran dan kondisi dari fasilitas pendidikan.
Kondisi fisik dari pekerjaan, jumalah pekerjaan, dan
fasilitas adalah kondisi kondisi yang mempengaruhi
kondisi kerja para guru. Para guru akan kurang
proporsional memberikan pendidikan yang pantas pada
para siswa ketika mengajar dalam fasilitas yang tidak
cukup,ukuran kelas yang kurang lebar,kurangnya
sumberdaya, kurangnya dukungan, fasilitas yang jelek,
dan variable yang berkaitan akan lebih mengalami
kepuasan kerja yang rendah.
Guru perlu untuk merasa bahwa mereka
mempunyai pengaruh andil di lingkungan sekolah.
Seringkali bahwa semua keputusan yang dibuat untuk
mereka terasa tidak memuaskan.
Sebagai guru menyuarakan pendapat dan
membuat keputusan akan mempengaruhi keseluruhan
komponen sekolah, mereka menyatakan peranan
mereka dalam budaya sekolah. Guru yang merasa
bahwa mereka mempunyai pengaruh dalam budaya
sekolah akan mempunyai kepuasan kerja yang tinggi
27
dan juga menambah komitmen pada organisasi
sekolah.
4. Pay (gaji)
Gaji didefinisikan sebagai kompensasi keuangan
guru untuk kinerja. Gaji meliputi aspek ekonomi dari
pengajaran termasuk income tahunan guru dan juga
pengakuan keuangan dalam menyelesaikan tugas.
Knox (2011:36) menemukan bahwa gaji tidak hanya
dapat sebagai sumber kepuasan kerja tapi itu juga
dapat sebagai harga diri.
Guru perlu untuk mengetahui bahwa mereka
secara keuangan adalah stabil dan mempersiapkan
untuk waktu yang tidak menyenangkan dan juga pada
saat pensiun. Stabilitas keuangan adalah penting diera
modern ini. Guru yang menghadapi gangguan
keuangan tampaknya akan bereaksi negatif terhadap
rangsangan dari luar ditempat kerja karena gaji adalah
komponen dari kebutuhan keselamatan dan keamanan.
Dilain pihak Herzberg et al ;1959 ; Sylvia &
Hutchinson ;1985 dalam Knox (2011:36) gaji sebagai
motivasi ektrinsik untuk para guru di temukan
mengurangi kepuasan kerja guru. Gaji, insentif,
imbalan, pujian, ditemukan tidak meningkatkan
motivasi. Jika guru di giring kearah pekerjaan yang
berharga secara keuangan, mereka akan memilih
profesi yang berbeda. Gaji tidak membantu guru
memenuhi kebutuhan tingkat yang lebih tinggi,
kebutuhan ini lebih baik dipenihi di dalam kelas
dengan menciptakan hubungan pembelajaran yang
lebih tinggi dengan sedikit mengajar.
28
5. Responsibility (tanggung jawab).
Tanggung jawab di definisikan sebagai
akuntabilitas dari pekerjaan seseorang dan juga
peranan aktif dalam pembelajaran siswa dan kebijakan
sekolah. Herzberg et al; 1959, Kim & Loadman;1994
Sergiovani 1967 dalam Knox (2011:31) menemukan
tanggung jawab di tempat kerja ada tiga bagian (1)
tangggungnjawab dan akuntabilitas pada pekerjaannya,
(2) Tanggung jawab guru untuk membuat dan menjaga
hubungan yang pantas dengan para siswa dan (3)
partisipasi guru dalam menciptakan dan menyangga
kebijakan sekolah.
Guru yang termotivasi dan terhormat ketika
diberi tanggung jawab dan kekuatan untuk membuat
keputusan di ruang kelas mereka dan untuk sekolah
mereka. Para pendidik merasa berhasrat lebih besar
dalam tanggung jawab di wilayah yang mempengaruhi
anak baik di dalam ruang kelas dan untuk kebijakan
sekolah. Para guru yang diberi kesempatan untuk
untuk membuat keputusan sendiri selanjutnya akan
memberikan tanggung jawab yang lebih besar, mereka
memberikan kepuasan kerja yang lebih tinggi.
Para guru harus merasa bahwa mereka telah
diberi tanggungjawab di tempat kerja mereka untuk
memperoleh harga diri. Tanggung jawab yang
memotivasi guru meliputi bekerja tanpa supervisi,
tanggung jawb personal, peranan supervisi,dan tugas
tugas pekerjaan yang baru tanpa kelanjutan gelar
formal.
29
6. Work itself (Pekerjaan itu sendiri).
Herzberg et.al. tahun 1959 dalam Knox
(2011:38) pekerjaan itu sendiri sebagai tugas harian
dan rutin dari semua pekerja termasuk tingkat otonomi
yang diberikan kepada pekerja. Pekerjaan itu sendiri
melibatkan kebebasan menerapkan materi inovatif dan
menggunakan ketrampilan dan kemampuan seseorang
dan otonomi pekerjaan seseorang. Rutinitas dan tugas
harian guru adalah spesifik pada tingkat - level dan isi
yang diajarkan. Rutinitas dan tugas harian dan
aktifitas berhubungan dengan pengajaran , namun hal
itu membatasi pekerjaan guru pada kreatifitas ,
pengaruh, kontrol dan kebebasan untuk eksperimen
yang merupakan bidang pekerjaan itu sendiri.
Hubungan dengan siswa seringkali dianggap
sebagai aspek positif dari pengajaran dan merupakan
bagian terpadu dari tugas guru. Kim and Loadman
;1994 dalam Knox (2011:42) menyatakan bahwa
pekerjaan itu sendiri terdiri dari tugas tugas harian dan
rutinitas guru dan ditemukan untuk meningkatkan
kepuasan sebagai motivator instrinsik. Variasi tugas,
kreativitas, dan kepemilikan tugas dapat lebih penting
terhadap guru daripada gaji. Guru yang menjalankan
tugas tugas yang sifatnya repetitif cenderung
menunjukkan kepuasan kerja yang lebih rendah.
Selanjutnya Davis and Wilson:2000 dan
Sergiovanni;1992 dalam Knox (2011:42) menemukan
bahwa pekerjaan itu sendiri seringkali muncul sebagai
unsur ketidakpuasan guru. Aspek pekerjaan itu sendiri
dari guru pekerjaan yang sifatnya pengulangan, tugas
perawatan, seperti kehadiran, studi hall, tugas makan
30
siang, dan cek kesehatan. Para guru melaporkan
bahwa bekerja di bidang pendidikan menyediakan
kesempatan dalam potensi kepuasan tapi banyak
merasa secara negatif dipengaruhi oleh tugas tugas
yang tidak menarik.
Lester;1987 dalam Knox (2011:42) menyatakan
bahwa pekerjaan itu sendiri meliputi beberapa aspek
dari pekerjaan termasuk tugas harian, kreativitas
tugas, dan otonomi.
7. Advancement (Kemajuan Jabatan).
Kemajuan jabatan dalam Knok (2011:44)
didefinisikan sebagai kesempatan guru untuk promosi
atau kenaikan gaji, status, atau gelar.
Pekerja yang mengetahui bahwa mereka
mempunyai sedikit kesempatan untuk maju tampaknya
merasa negative atau tidak termotivasi pada
pekerjaanya. Ketika ada tingkat herarki dimana
pagawai atau pekerja mengerti tentang kemajuan,
pekerja akan lebih puas dengan pekerjaanya. Untuk
tugas yang lebih besar, hal ini penting atau perlu
bahwa pekerja mempunyai kesempatan untuk promosi
yang berkelanjutan dan mengerti bahwa kemajuan
tidak hanya semata mata datang dari lamanya bekerja
tetapi dari kinerjanya juaga Kanter;1977 Larsen;1982
dalam Knox (2011:44) .
Kepuasan kerja dapat di peroleh ketika guru
percaya bahwa mereka mempunyai kesempatan untuk
kemajuan pada pekerjaannya. Ini akan menjaga
kepuasan di lain aspek dalam kehidupan mereka.
Ketika guru mendapatkan promosi, mereka
mendapatkan kebutuhan harga diri dengan
31
memperoleh keyakinan dan penghormatan diri.
Rendahnya penghormatan akan mengarah pada
perasaan frustrasi, rendah diri, dan tanpa nilai. Cranny
et al;1992, Maslow;1954 dalam Knox (2011:44)
manyatakan bahwa orang mendapatkan kebahagiaan
sesaat ketika teerpenuhi kebutuhan hygieni tetapi
kepuasan yang lebih tetap dicapai lewat motivator
seperti prestasi.
Prestasi diri dalam suatu tempat kerja dapat
diperoleh lewat promosi. ini dapat meningkatkan
kepuasan kerja sebagai pegawai yang mendirikan
perasaan berkembang, pengakuan, prestasi, dan
tanggung jawab. Prestasi dapat dicapai lewat
pengakuan orang lain.
8. Security (keamanan)
Kebijakan sekolah termasuk jabatan, senioritas,
pengangguran, pension, berhenti bekerja, dan
pemberhentian kerja adalah faktor faktor dari
keamanan kerja guru. Banyak pendidik yang percaya
bahwa pekerja yang yakin dalam pekerjaannya dan
puas dengan gajinya dapat menfokuskan pada
pekerjaanya dan tidak harus merasa khawatir tentang
masa masa tidak bekerja, berhenti bekerja, dan skala
pembayaran. Meningkatkan keamanan kerja guru
sebagai biaya yang efektif, suatu pemacuan terhadap
kebebasan akademik dan suatu perbaikan kualitas
paedagogik McGee & Block tahun 1991 dalam Knox
(2011:45).
9. Recognition (pengakuan).
Pengakuan didefinisikan sebagai prestise,
apresiasi dan perhatian atasan. Tindakan menyalahkan
32
dan mengkritik adalah aspek negatif. Pengakuan
seringkali dilaporkan menyumbang pada kepuasan
kerja. Guru yang sukses diakui adalah yang paling
efektif pada tugas ketika mereka dipuji karena
penyelesaian tugas. Hackman & Oldham; 1980:
Herzberg; 1959 Maslow and Sergiovanni;1967 dalam
Knox (2011:46) menemukan bahwa pengakuan sebagai
indikator yang paling sering terjadi dari kepuasan
kerja.
Pengakuan diakui sebagai kebutuhan harga diri
karena ini berkaitan dengan harga diri, prestasi,
mastery, kebebasan, status, dominasi, prestise, dan
tanggung jawab manajerial.
2.2.3 Mengukur Kepuasan Kerja
Dua faktor teori dari Herzberg et al 1959 dalam
Knox (2011:46) adalah berhubungan dalam penelitian
kepuasan kerja. Mereka menyatakan bahwa kepuasan
dan ketidakpuasan kerja bertindak sendiri sendiri dan
masing masing memperbaiki kesadaran diri dan status
pegawai untuk memperbaiki faktor pekerjaan itu
sendiri. Faktor utama yang ditemukan untuk
memprbaiki kepuasan kerja yaitu lingkungan kerja
khususnya yang menganalisa kebijakan, prosedur,
supervisi, dan kondisi kerja dapat memperbaiki
kepuasan kerja.
Dalam penelitian ini instrument yang digunakan
adalah TJSQ (teacher job satisfaction Questionaire) dari
Lester (1987) dalam (Knox;2011: 299) untuk mengukur
kepuasan kerja guru. TJQS Questionaire mempunyai
banyak keuntungan untuk memperoleh informasi dari
33
responden. Questionaire ini sifatnya ekonamis dan
anonim. Standar pertanyaan dapat digunakan dan
skoring dapat diketahui dengan mudah. Sub skala dari
TJSQ adalah supervision, Colleagues, working
conditions, pay, responsibility, work itself, advancement,
security, and recognition.
Penelitian Maslow (1954) dan Herzberg et al
(1959) digunakan untuk mengembangkan taksonomi
untuk menciptakan factor-faktor TJSQ. Yaitu
instrumen yang digunakan untuk mengukur kepuasan
kerja dalam penelitian ini.
Hackman dan Oldam;1980 dalam Knox
(2011:47) menyatakan bahwa meningkatnya
karakteristik kerja dari identitas kerja, signifikansi
tugas, varietas ketrampilan, otonomi, dan umpan balik
menghasilkan keadaan psikologis yang lebih positif
untuk para pegawai. Organisasi pegawai beruntung
dengan memiliki pengaruh positif pada hasil kerja
termasuk kepuasan yang tumbuh, motivasi kerja, dan
efektifitas kerja. Para guru bekerja paling efektif ketika
pekerjaan mereka berarti, merasa memiliki terhadap
kelas dan sekolah mereka, dan mengetahui hasil
pekerjaan mereka.
2.3.Motivasi Kerja
2.3.1.Pengertian Motivasi Kerja.
Motivasi menurut Vroom; 1982 dalam McKinney
(2000:17) menyatakan motivation was defined as a
process governing choices made by persons among
alternative forms of voluntary activity. Motivated activity
34
is variable, constructive, and goal oriented (Motivasi
adalah suatu proses yang mengontrol atau
mengarahkan pilihan pilihan yang dibuat oleh
seseorang diantara bentuk bentuk alternative
alternative dari aktifitas aktifitas sukarela. Tingkah
laku motivasi adalah variable, kontruksi dan
pengarahan tujuan).
Motivasi dalam Osei (2011:14) merupakan salah
satu kunci yang paling penting untuk kesuksesan.
Kurangnya motivasi dalam organisasi membuat
organisasi tidak akan mendapatkan hasil atau
mendapatkan hasil sekedarnya saja. Dengan adanya
motivasi organisasi akan mendapatkan prestasi dan
hasil yang lebih baik Kurangnya motivasi adalah
kurangnya antusiasme, bumbu dan ambisi, sehingga
keberadaan motivasi adalah tanda dari keinginan yang
kuat, energy, dan antusiasme dan kerelaan untuk
melakukan uttuk mencapai tujuan.
Russell tahun 1971 dalam McKinney (2000:34)
menyatakan motivasi dengan tiga karakteristik : (1)
Kekuatan dari dalam, (2) Menggerakkan tindakan, dan
(3) Menentukan arah dari tindakan. Pendorong motif
instrinsik adalah pendorong yang penting yang melekat
dalam proses belajar dan bukanlah bahan dari luar
yang diterapkan dari luar.Pendorong dari luar adalah
tangible (dapat dilihat) atau intangible (tidak dapat
dilihat), bukanlah bagian dari proses belajar internal,
dan di kenakan dari luar.
Selanjutnya Herzberg; Mausner and Snyderman
1959 dalam McKinney (2000:34) mengidentifikasi
pendekatan dua faktor untuk mengerti motivasi
35
pegawai. Pertama , dia membagi tingkah laku pegawai
dalam dua kategori dan faktor Higiene. Herzberg
mendefinisikan motivator sebagai faktor faktor yang
merangsang perkembangan psikologi. Motivator dalam
kategori insrinsik termasuk achievement (prestasi),
recognition (pengakuan), responsibility (tanggung
jawab), dan advancement (kemajuan) dan workitself
(pekerjaan itu sendiri).
Di sisi lain, faktor hygiene menganjurkan bahwa
memperbaiki factor hygiene adalah reward ektrinsik
terhadap isi dari pekerjaan. Herzberg menyatakan
bahwa memperbaiki faktor hygiene, seperti gaji bisa
membantu mengurangi kepuasan kerja, tapi dia
mengakui bahwa karena faktor faktor ini tidak
meningkatkan pertumbuhan psikologi, mereka akan
mempunyai efek kecil pada peningkatan usaha guru.
Selanjutnya dia menyatakan bahwa membayar insentif
bisa mencegah dari rasa ketidakpuasan, tetapi reward
instrinsik lebih efektif dari pada gaji dalam
memperbaiki kinerja guru.
2.3.2 Meningkatkan motivasi kerja guru.
Frederick Herzberg tehun 1959 dalam Thomas
(1983:15) mendasarkan pada motivation hygiene theory
pada konsep bahwa manusia mempunyai dua
rangkaian kebutuhan: kebutuhan mereka sebagaimana
hewan yaitu untuk menghindari rasa sakit dan
kebutuhan mereka sebagai manusia untuk berkembang
secara psikologis Lima faktor sebagai pembeda yang
kuat pada kepuasan kerja yang selanjutnya akan
meningkatkan motivasi kerja yaitu; achievement,
recognition, the work itself, responsibility and
36
advancement. Faktor rangkaian kedua yang berkaitan
dengan hubungan manusia terhadap apa yang dia
lakukan: job content, achievement on a task,
recognition for a task, and professional advancement
through growth in task capability.
Selanjutnya Herzberg, Mausner and
Snydermann tahun 1959 dalam Mc Kinney (2000:34)
menganjurkan pada hasil penelitiannya tentang
motivasi kerja pegawai: Mereka merekomendasikan (1).
Bahwa pekerjaan harus distrukturisasi untuk
memaksimalkan kemampuan pekerja untuk mencapai
sasaran yang sasaran atau tujuan yang berhubungan
dengan pekerjaan yang penuh arti. (2). Bahwa
kumpulan prestasi mengarah pada pertumbuhan
pribadi pada individu diikuti oleh meningkatnya
tanggung jawab.
2.3.3. Faktor faktor yang mempengaruhi motivasi kerja. Dilain sisi, faktor hygiene adalah reward
(imbalan-imbalan) ekstrinsik terhadap isi pekerjaan.
Lawler 1973 dalam McKinney (2000:34)
menggambarkan teori motivasi Maslow sebagai motivasi
ketika orang bekerja untuk memperoleh hasil seperti
perasaan tumbuh atau berkembang. Motivasi ektrinsik
adalah berhubungan dengan imbalan seperti makanan
dan air.
A.Motivasi instrinsik Faktor faktor motivasi instrinsik yang
mempengaruhi motivasi adalah: 1).Achievement. (Prestasi)
Prestasi dapat merupakan faktor motivasi
kerja guru. Guru yang berprestasi dalam
37
penyelesaian pekerjaan akan meningkatkan
motivasi kerjanya. Menurut Mc Clelland,1988 dalam
Osei (2011:28-30) menyatakan bahwa pekerja
dengan prestasi tinggi perlu mencari untuk
melebihi atau melampaui pekerjaan mereka dan
menghargai pengakuan dan usaha mereka. Mereka
cenderung untuk menghindari situasi pendapatan
kecil dan situasi yang penuh resiko.
2).Recognition. (Pengakuan)
Guru yang mendapatkan pengakuan dari
prestasi dan dalam menyelesaikan tugas tidak
diragukan lagi akan lebih termotivasi dalam
pekerjaan. Knippenberg tahun 2000 dalam Osei
(2011:35) mengatakan bahwa hal ini penting untuk
pegawai untuk dianggap anggota penting dari
perusahaan. Ketika pegawai menganggap mereka
sendiri sebagai bagian kelompok, mereka akan
menunjukkan kinerja dan motivasi kerja yang tinggi
demikian sebaliknya.
3).Responsibility. (Tanggungjawab)
Tanggung jawab guru dalam pembelajaran di
sekolah bisa memotivasi guru. Guru akan merasa
terhormat jika dia bisa memberi keputusan di ruang
kelas, sehingga para guru harus di beri tanggung
jawab sesuai dengan posisinya sebagai guru.
4).Advancement.(Kemajuan Jabatan)
Pengembangan profesi adalah salah satu
langkah besar dalam meningkatkan motivasi kerja
guru. Guru harus disediakan kesempatan
kesempatan belajar. Sekolah harus menyediakan
kesempatan untuk pengembangan karir dari para
38
guru. Benham tahun 1993 dalam Osei(2011:33)
menyatakan bahwa promosi adalah suatu cara
untuk menyatakan sukses dimana pegawai di beri
tempat dan tanggung jawab yang lebih tinggi atau
besar pada tingkat yang lebih tinggi.
5).Work itself (Pekerjaan Itu Sendiri)
Pekerjaan itu sendiri adalah tugas rutin
guru. Guru yang diberi kebebasan dalam
mengembangkan kreatifitasnya dalam pengajaran
akan menambah motivasi kerja guru itu sendiri.
Mengenali kesuksesan adalah penting sehingga
member kebebasan dalam berkreatifitas dengan
menyediakan kebebasan waktu, dan sumber daya
terhadap pegawai sangatlah di perlukan. Fielding,
2006 dalam Osei (2011:37) menyatakan bahwa
untuk merangsang kreativitas dan keyakinan lewat
pendidikan berkelanjutan, kelas- kelas, seminar dan
keanggotaan.
B.Motivasi Kerja ekstrinsik.
Motivasi kerja ekstrinsik merupakan motivasi yang
merupakan “preventive and environtment” faktor faktor
hygiene yang bagus dengan memperbaiki lingkungan
akan meningkatkan kinerja.
Faktor-faktor motivasi ekstrinsik yaitu :
1). Supervision.(Supervisi)
Supervisi bisa meningkatkan motivasi kerja guru.
Dengan system supervisi yang tepat akan bisa
menambah motivasi mereka. Supervisi guru
merupakan salah satu motivasi terbesar bagi guru
39
sehingga supervisi yang komprehensif harus di lakukan
untuk meningkatkan motivasi kerja guru.
Menurut Seidental tahun 2007 dalam Osei
(2011:47-48) menyatakan bahwa menilai kinerja
pegawai dan memberikan umpan balik pada pegawai
adalah suatu tugas yang paling menakutkan. Akibatnya
mereka cenderung mengabaikannya atau menghindari
tapi memberikan umpan balik pada pegawai adalah
penting. Pegawai akan belajar ketrampilan baru mereka
dengan adanya umpan balik.
2). Salary (Gaji)
Gaji yang diterima guru bisa menjadi factor
motivasi.Gaji yang tinggi akan bisa memotivasi guru
untuk bekerja lebih baik. kompensasi penting bagi guru
karena kompensasi yang berupa gaji memotivasi
karyawan meningkatkan produktifitas.
Meskipun gaji bisa merupakan sumber motivasi
kerja guru tapi tidak semua bentuk imbalan keuangan
adalah sangat mendukung motivasi kerja.
Dipermukaan insentif keuangan tampaknya bentuk
motivasi yang sangat berarti namun dalam jangka
panjang hal ini akan sangat membebani.
Fielding tahun 2006 dalam Osei (2011:39)
menyatakan bahwa sifat alami manusia cenderung
untuk berfikir bahwa majikan mereka telah atau telah
tidak melakukan sesuatu pada mereka akhir akhir ini,
khususnya jika mereka merasa telah tidak dihargai
sehingga ucapan terimakasih hanya ketika
penghargaan keuangan di berikan tidak dianggap
sebagai suatu ungkapan yang tulus.
40
3). Work Condition (Kondisi Kerja)
Beban kerja dalam bentuk aktifitas aktifitas yang
bukan mengajar bisa mempengaruhi motivasi kerja
guru. Guru seharusnya tidak diberi tugas selain
mengajar. Tugas tugas administrasi bisa dilimpahkan
ke staff bukan pengajar. Selanjutnya akan lebih tepat
guru diberi tugas mengajar dan penelitian. Terlalu
banyak tugas bagi guru menciptakan beban kerja yang
berlebihan.
Drukpa (2010:7) menyatakan bahwa work condition
merujuk pada ketersediaan dari infrastruktur dasar
seperti bangunan/gedung ,ruang yang cukup, ventilasi
yang layak, perabotan, fasilitas olah raga dan
permainan, material belajar mengajar, lingkungan yang
aman, yang bebas dari resiko kesehatan dan tempat
yang pantas untuk guru untuk bekerja.
4). Job Security (Keamanan Kerja)
Keamanan kerja guru adalah mirip dengan
pelayanan yang adil, perlindungan terhadap ancaman.
Afiliasi kerja guru dapat berupa tanggapan kepala
terhadap para guru, partisipasi dalam pembuatan
keputusan, dan advokasi terhadap guru jika guru
mengalami masalah.
2.4. Kajian yang Relevan untuk Kinerja Guru.
2.4.1 Kajian yang Relevan untuk Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru. Kaliri (2008:viii) dalam penelitiannya tentang
Pengaruh Disiplin dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja
Guru SMA Negeri di Kabupaten Pemalang. Dalam
41
penelitian ini Kaliri menggunakan Pendekatan
Kuantitatif dengan rancangan Ex Post Facto desain
korelasional dengan populasinya adalah semua Guru
SMA Negeri di Kabupaten Pemalang sebanyak 400 guru
PNS. Adapun teknik sampling menggunakan tabel
Krejcie. Untuk pengambilan sampel dengan teknik
proportional random sampling, teknik analisis data
menggunakan teknik analisis regresi (regression
analysis).
Hasil penelitian ini adalah (1) Ada pengaruh
yang signifikan disiplin terhadap kinerja guru di SMA
negeri di Kabupaten Pemalang dengan koefisien
determinasi sebesar 8,3 % (2) Ada pengaruh yang
signifikan antara motivasi kerja terhadap kinerja guru
SMA Negeri di Kabupaten Pemalang dengan koefisisen
determinasi sebesar 14,3 % (3) Ada pengaruh yang
signifikan disiplin dan motivasi kerja secara bersama
sama terhadap kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten
Pemalang dengan koefisien determinasi sebesar 78,5 %
ditentukan oleh faktor lain di luar variabel dalam
penelitian ini.
Dengan demikian semakin tinggi disiplin guru
semakin baik pula kinerjanya. Semakin tinggi motivasi
kerja guru maka semakin baik pula kinerjanya.
Sedangkan menurut Inayatullah and Jengahir
(2013:96) tentang Teacher’s Job Performance: The Role
of Motivation in public and private schools of Peshawar
city in the Province of Khyber Pakhtunkhwa. Penelitian
ini menemukan bahwa ada hubungan yang positif
antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru.
Motivasi kerja guru perempuan lebih tinggi
42
dibandingkan motivasi kerja guru laki laki dan kinerja
guru perempuan lebih baik dibandingkan dengan
kinerja guru laki laki. Dalam penelitian ini juga
ditemukan bahwa ada perbedaan signifikan motivasi
kerja dan kinerja guru di sekolah umum dengan
sekolah swasta. Guru-guru sekolah swasta labih
termotivasi dari pada guru guru sekolah negeri.
Penelitian ini menemukan bahwa ada perbedaan
yang berarti dalam motivasi kerja dan kinerja guru
berkaitan dengan jenis kelamin dan income sementara
itu kwalifikasi pendidikan dan pengalaman mengajar
tidak ditemukan berhubungan dengan motivasi dan
kinerja. sehingga, penelitian ini menyimpulkan bahwa
kebanyakan guru tidak puas dengan gaji dan gaji yang
rendah mempengaruhi kinerja mereka. Namun mereka
puas dengan lingkungan kerja yang rilek , pekerjaan
yang tidak membuat mereka stress, penghargaan dari
atasan. Sebagian besar guru merasa bahwa guru yang
berpendidikan lebih tinggi danberpengalaman
mempunyai kecakapan dan kepercayaan lebih tinggi
dari pada yang lain dan memberikan usaha yang
terbaik terhadap pekerjaan dan kinerja.
2.4.2. Kajian yang Relevan untuk Kepuasan Kerja Guru dengan Kinerja Guru. Kepuasan kerja adalah suatu konstruk yang
multi-demensi, tiga komponen pokok yang akan
mempengaruhi kepuasan kerja guru adalah 1) The
Nature of Work (e.g. teaching responsibility, students /
perents, working condition), 2) the context of the work
(e.g. physical environtment), and 3). the consequences
43
associated with teaching (e.g renumeration, pension and
career development (Black, Branch 1996).
Usop (2013:251) melakukan penelitian Work
Performance and Job satisfaction among teachers.
Dalam penelitian ini berusaha untuk menemukan
hubungan kinerja dan kepuasan kerja diantara guru-
guru di Devision of Cotabato City, Hasilnya menyatakan
bahwa kebanyakan adalah berumur 31 – 40 tahun.
Mayoritas perempuan dan menikah, mendapat gelar
universitas dan melanjutkan ke tingkat master, 64%
dari mereka melakukan pekerjaan selama 15 tahun.
Selanjutnya penemuan menyimpulkan bahwa bidang
kepuasan kerja mereka seperti kebijakan sekolah,
supervisi, gaji, hubungan pribadi, kesempatan untuk
promosi dan promosi, kondisi kerja, pekerjaan itu
sendiri, prestasi, dan tanggung jawab.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
seorang guru yang puas dengan pekerjaan mereka
adalah merupakan seorang guru yang produktif.
Selanjutnya jika para guru guru puas dengan
pekerjaan mereka, mereka akan mengembangkan dan
menjaga kinerja tingkat tinggi. Proses belajar dan
mengajar menjadi lebih efektif dan efisien yang dapat
menghasilkan pelajar yang kompetitif.
Penelitian ini menggunakan Descriptive
Correlation Design. Responden dalam penelitian ini
adalah 200 guru Sekolah Dasar di Devision Of Cotabato
City di Mindanao philipina. Peneliti menggunakan
statistic descriptif seperti dalam distributif frekuensi
kelompok, percentile, mean dan standar deviasi.
Peneliti juga menggunakan Pearson Product Moment
44
Coeffisient r untuk menentukan korelasi diantara
kepuasan kerja dan kinerja.
2.5 Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritik di atas dapat
dirumuskan hipotesis empirik sebagai berikut:
1. H0 : Tidak ada hubungan yang sigifikan antara
motivasi kerja guru dengan kinerja guru.
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara
motivasi kerja guru dengan kinerja guru.
2. H0: Tidak ada hubungan signifikan antara
kepuasan kerja guru dengan kinerja guru.
Ha : Ada hubungan signifikan antara
kepuasan kerja guru dengan kinerja guru
2.6 Model Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengetahui
hubungan motivasi kerja guru (X1) dan kepuasan kerja
guru (X2) dengan kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten
Temanggung (Y). Untuk memperjelas gambaran model
penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.1 Model Penelitian Keterangan: X1 : Motivasi Kerja guru X2 : Kepuasan Kerja Guru Y : Kinerja Guru
X1
X2
Y