BAB II LANDASAN TEORI A. Sertifikasi Guru 1. Definisi...
-
Upload
nguyenthien -
Category
Documents
-
view
228 -
download
1
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Sertifikasi Guru 1. Definisi...
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sertifikasi Guru
1. Definisi Sertifikasi Guru
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen.
Sertifikasi pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada
guru dan dosen sebagai tenaga profesional (UU RI No 14 Tahun 2005 dalam
Depdiknas, 2004).
Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu
proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus
uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain,
sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk
mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian
sertifikat pendidik (UU RI No 14 Tahun 2005 dalam Depdiknas, 2004).
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Sertifikasi
bagi guru dalam jabatan dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah. Pelaksanaan
sertifikasi bagi guru dalam jabatan ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidkan
Nasional Nomor 18 Tahun 2007, yakni dilakukan dalam bentuk portofolio
(Samani, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Sertifikasi guru merupakan kebijakan yang sangat strategis, karena langkah
dan tujuan melakukan sertifikasi guru untuk meningkat kualitas guru, memiliki
kompetensi, mengangkat harkat dan wibawa guru sehingga guru lebih dihargai
dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia (Sanaky, 2004).
Menurut Mulyasa (2007), Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi
bagi calon guru atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau
meningkatkan kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya. Representasi
pemenuhan standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam sertifikasi guru
adalah sertifikat kompetensi pendidik. Sertifikat ini sebagai bukti pengakuan atas
kompetensi guru atau calon guru yang memenuhi standar untuk melakukan
pekerjaan profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Dengan kata
lain sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan
kompetensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandnag sebagai
bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
National Commision on Education Services (NCES) memberikan pengertian
sertifikasi guru secara lebih umum. Sertifikasi guru merupakan prosedur untuk
menentukan apakah seorang calon guru layak diberikan izin dan kewenangan
untuk mengajar. Hal ini diperlukan karena lulusan lembaga pendidikan tenaga
keguruan sangat bervariasi, baik di kalangan perguruan tinggi negeri maupun
swasta (NCES dalam Mulyasa, 2007).
Maka, dapat disimpulkan bahwa program sertifikasi guru adalah suatu program
yang dilakukan oleh pemerintah dibawah kuasa Dinas Pendidikan Indonesia
Universitas Sumatera Utara
dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, yang dilaksanakan
melalui LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah dengan pemberian
sertifikat kepada guru yang telah berhasil mengikuti program tersebut.
2. Prinsip Sertifikasi Guru
Menurut Jalal (2007), prinsip sertifikasi guru adalah sebagai berikut:
a. Dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel.
Objektif yaitu mengacu kepada proses perolehan sertifikat pendidik yang
impartial, tidak diskriminatif, dan memenuhi standar pendidikan nasional.
Transparan yaitu mengacu kepada proses sertifikasi yang memberikan peluang
kepada para pemangku kepentingan pendidikan untuk memperoleh akses
informasi tentang proses dan hasil sertifikasi. Akuntabel merupakan proses
sertifikasi yang dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan
pendidikan secara administratif, finansial, dan akademik.
b. Berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan
guru dan kesejahteraan guru.
Sertifikasi guru merupakan upaya Pemerintah dalam meningkatkan mutu
guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru yang telah
lulus uji sertifikasi guru akan diberi tunjangan profesi sebesar satu kali gaji
pokok sebagai bentuk upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
guru. Tunjangan tersebut berlaku, baik bagi guru yang berstatus pegawai
negeri sipil (PNS) maupun bagi guru yang berstatus non-pegawai negeri sipil
(non PNS/swasta). Dengan peningkatan mutu dan kesejahteraan guru maka
Universitas Sumatera Utara
diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di
Indonesia secara berkelanjutan.
c. Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.
Program sertifikasi pendidik dilaksanakan dalam rangka memenuhi
amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
d. Dilaksanakan secara terencana dan sistematis.
Agar pelaksanaan program sertifikasi dapat berjalan dengan efektif dan
efesien harus direncanakan secara matang dan sistematis. Sertifikasi mengacu
pada kompetensi guru dan standar kompetensi guru. Kompetensi guru
mencakup empat kompetensi pokok yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional, sedangkan standar kompetensi guru mencakup
kompetensi inti guru yang kemudian dikembangkan menjadi kompetensi guru
TK/RA, guru kelas SD/MI, dan guru mata pelajaran. Untuk memberikan
sertifikat pendidik kepada guru, perlu dilakukan uji kompetensi melalui
penilaian portofolio.
e. Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah.
Untuk alasan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan sertifikasi guru serta
penjaminan kualitas hasil sertifikasi, jumlah peserta pendidikan profesi dan uji
kompetensi setiap tahunnya ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan jumlah
yang ditetapkan pemerintah tersebut, maka disusunlah kuota guru peserta
Universitas Sumatera Utara
sertifikasi untuk masing-masing Provinsi dan Kabupaten/Kota. Penyusunan
dan penetapan kuota tersebut didasarkan atas jumlah data individu guru per
Kabupaten/ Kota yang masuk di pusat data Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
3. Dasar Hukum Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru
Sertifikasi bagi guru dalam jabatan sebagai upaya meningkatkan
profesionalisme guru dan meningkatkan mutu layanan dan hasil pendidikan di
Indonesia, diselenggarakan berdasarkan landasan hukum sebagai berikut (Samani,
2007):
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik.
e. Fatwa/Pendapat Hukum Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor
I.UM.01.02-253.
f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.
Universitas Sumatera Utara
4. Tujuan Sertifikasi Guru
Menurut Jalal (2007), sertifikasi guru memiliki beberapa tujuan diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional
2. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan
3. Meningkatkan martabat guru
4. Meningkatkan profesionalitas guru
5. Manfaat Sertifikasi Guru
Menurut Fajar (2006), manfaat uji sertifikasi guru adalah sebagai berikut:
1. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik layanan pendidikan yang tidak
kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri.
2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas
dan profesional yang akan dapat menghambat upaya peningkatan kualitas
pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia di negeri ini.
3. Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK yang bertugas mempersiapkan
calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan
pendidikan.
4. Menjaga lembaga penyelenggaran pendidikan dari keinginan internal dan
tekanan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan-ketentuan
yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
5. Memperoleh tunjangan profesi bagi guru yang lulus ujian sertifikasi sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan guru.
6. Jenis-jenis Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru
Dalam pelaksanaannya, sertifikasi guru terbagi dalam 2 (dua) jenis,
diantaranya sebagai berikut (Dasuki dkk, 2008):
a. Sertifikasi bagi guru prajabatan dilakukan melalui pendidikan profesi di LPTK
yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah diakhiri dengan uji kompetensi.
b. Sertifikasi guru dalam jabatan dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007, yakni dilakukan dalam bentuk
penilaian portofolio.
7. Jalur Sertifikasi Guru dalam Jabatan
Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilakukan melalui dua jalur (Dasuki, 2008):
a. Penilaian portofolio (Permendiknas no. 18 tahun 2007)
b. Jalur pendidikan (Permendiknas no. 40 tahun 2007)
A. Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Melalui Penilaian Portofolio
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 18 Tahun 2007
menyatakan bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji
kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Uji kompetensi tersebut
dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio, yang merupakan pengakuan atas
Universitas Sumatera Utara
pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan
dokumen yang mencerminkan kompetensi guru (Samani, 2007).
Sertifikasi guru dalam jabatan melalui penilaian portofolio adalah proses
pemberian sertifikat pendidik bagi guru dalam jabatan melalui penilaian dokumen
prestasi yang telah dimiliki guru selama mengajar (berdasarkan Permendiknas
Nomor 18 tahun 2007). Penilaian portofolio tersebut diselenggarakan oleh
Perguruan Tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Keputusan Mendiknas
Nomor 057/O/2007.
Portofolio guru adalah kumpulan dokumen yang menggambarkan pengalaman
berkarya/prestasi dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval
waktu tertentu.
Penilaian portofolio guru adalah penilaian kumpulan dokumen yang
mencerminkan rekam jejak prestasi guru dalam menjalankan tugasnya sebagai
agen, sebagai dasar pertimbangan pengakuan tingkat profesionalitas guru yang
bersangkutan.
Komponen portofolio (sesuai Permendiknas no. 18 tahun 2007):
1. Komponen kualifikasi akademik
Kualifikasi akademik adalah ijazah pendidikan tinggi yang dimiliki oleh guru
pada saat yang bersangkutan mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S1,
S2, atau S3) maupun nongelar (D-IV), baik di dalam maupun di luar negeri.
2. Komponen pendidikan dan pelatihan
Pendidikan dan Pelatihan adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan yang
pernah diikuti oleh guru dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan
Universitas Sumatera Utara
kompetensi selama melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional.
3. Komponen pengalaman mengajar
Pengalaman mengajar adalah masa kerja sebagai guru pada jenjang, jenis, dan
satuan pendidikan formal tertentu.
4. Komponen perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah persiapan pembelajaran yang akan
dilaksanakan untuk satu topik atau kompetensi tertentu. Perencanaan
pembelajaran sekurang-kurangnya memuat perumusan tujuan/kompetensi,
pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber/media
pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian proses dan hasil belajar.
5. Komponen penilaian dari atasan dan pengawas
Penilaian dari atasan dan pengawas adalah penilaian atasan terhadap
kompetensi kepribadian dan sosial.
6. Komponen prestasi akademik
Prestasi akademik adalah prestasi yang dicapai guru dalam pelaksanaan
tugasnya sebagai agen pembelajaran yang mendapat pengakuan dari
lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi, nasional, maupun internasional. Komponen ini meliputi lomba dan
karya akademik (juara lomba atau penemuan karya monumental di bidang
pendidikan atau nonkependidikan), sertifikat keahlian/keterampilan tertentu,
dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
7. Komponen karya pengembangan profesi
Karya pengembangan profesi adalah hasil karya guru yang menunjukkan
adanya upaya pengembangan profesi, misalnya guru ikut serta dalam
pembuatan soal Ujian Nasional (UN).
8. Komponen keikutsertaan dalam forum ilmiah
Keikutsertaan dalam forum ilmiah adalah partisipasi guru dalam forum ilmiah
pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, atau internasional,
baik sebagai nara sumber/pemakalah maupun sebagai peserta.
9. Komponen pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial
Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial adalah keikutsertaan
guru menjadi pengurus organisasi kependidikan atau organisasi sosial pada
tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, propinsi, nasional, atau
internasional, dan/atau mendapat tugas tambahan.
10. Komponen penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan adalah penghargaan
yang diperoleh guru atas dedikasinya dalam pelaksanaan tugas sebagai agen
pembelajaran dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu, hasil,
lokasi/geografis), dan kualitatif (komitmen, etos kerja), baik pada tingkat
kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional.
Alur Sertifikasi Guru dalam Jabatan melalui Penilaian Portofolio
Alur sertifikasi guru dalam jabatan melalui penilaian portofolio adalah sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Guru dalam jabatan peserta sertifikasi, menyusun dokumen portofolio dengan
mengacu Pedoman Penyusunan Portofolio.
2. Dokumen portofolio yang telah disusun kemudian diserahkan kepada Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota untuk diteruskan kepada Rayon LPTK
Penyelenggara sertifikasi untuk dinilai.
3. LPTK Penyelenggara Sertifikasi terdiri atas LPTK Induk dan LPTK Mitra.
4. Apabila hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi dapat mencapai angka
minimal kelulusan, maka dinyatakan lulus dan memperoleh sertifikat
pendidik.
5. Apabila skor hasil penilaian portofolio telah mencapai batas kelulusan, namun
secara administrasi masih ada kekurangan maka peserta harus melengkapi
kekurangan tersebut (melengkapi administrasi). Misalnya ijazah belum
dilegalisasir, pernyataan peserta pada portofolio sudah ditandatangani tanpa
dibubuhi materai, dan sebagainya.
6. Apabila hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi belum mencapai angka
minimal kelulusan, maka Rayon LPTK menetapkan alternatif sebagai berikut:
a. Melakukan kegiatan yang berkaitan dengan profesi pendidik untuk
melengkapi kekurangan portofolio bagi peserta yang memperoleh skor 841
s/d 849.
b. Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (Diklat Profesi Guru
atau DPG) yang diakhiri dengan uji kompetensi. Materi DPG mencakup 4
(empat) kompetensi yaitu kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial.
Peserta yang lulus uji kompetensi akan memperoleh Sertifikat Pendidik.
Universitas Sumatera Utara
7. Pelaksanaan DPG diatur oleh LPTK penyelenggara dengan memperhatikan
skor hasil penilaian portofolio dan rambu-rambu yang ditetapkan oleh
Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG).
a. Peserta DPG yang lulus uji kompetensi, akan memperoleh sertifikat
pendidik.
b. Peserta yang tidak lulus diberi kesempatan mengikuti ujian ulang
sebanyak dua kali, dengan tenggang waktu sekurang-kurangnya dua
minggu. Apabila tidak lulus peserta diserahkan kembali ke Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota.
B. Sertifikasi Guru dalam Jabatan melalui Jalur Pendidikan
Sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur pendidikan adalah proses
pemberian sertifikat pendidik bagi guru dalam jabatan melalui pendidikan selama-
lamanya 2 semester (Permendiknas Nomor 40 Tahun 2007 tentang Sertifikasi
Bagi Guru dalam Jabatan melalui Jalur Pendidikan). Pendidikan tersebut
diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah
(Keputusan Mendiknas Nomor 122/P/2007 tentang Penetapan Perguruan Tinggi
Penyelenggara Sertifikasi Guru Dalam Jabatan melalui Jalur Pendidikan).
Sertifikasi melalui jalur pendidikan diorientasikan bagi guru yunior yang
berprestasi dan mengajar pada pendidikan dasar (SD dan SMP).
Alur Sertifikasi Guru dalam Jabatan melalui Jalur Pendidikan
Alur sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur pendidikan adalah sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Guru yang memenuhi syarat untuk mengikuti sertifikasi guru dalam jabatan
melalui jalur pendidikan mendaftar ke dinas pendidikan kabupaten/kota
dengan melengkapi berkas.
2. Dinas pendidikan kabupaten/kota melakukan seleksi administratif kepada
calon peserta, sesuai dengan rambu rambu yang telah ditetapkan. Masing-
masing dinas pendidikan kabupaten/kota mengusulkan 2 (dua) orang guru
SMP per bidang studi dan 2 (dua) orang guru SD.
3. Rekap usulan calon peserta sertifikasi melalui jalur pendidikan beserta
dokumen kelengkapannya di kirimkan ke Ditjen Dikti.
4. LPTK penyelenggara sertifikasi melalui jalur pendidikan bersama dengan
Ditjen Dikti melakukan seleksi akademik untuk menetapkan calon peserta.
Ditjen Dikti menetapkan alokasi jumlah peserta pada masing-masing LPTK
yang ditunjuk.
5. Peserta yang lolos seleksi akademik mengikuti Penelusuran Kemampuan
Awal (PKA) untuk menentukan jumlah SKS yang wajib diambil selama
mengikuti sertifikasi guru melalui jalur pendidikan.
6. Peserta mengikuti pendidikan maksimal 2 semester dan wajib lulus semua
mata kuliah, sebagai syarat untuk mengikuti uji kompetensi. Peserta yang
belum lulus ujian mata kuliah diberi kesempatan mengikuti pemantapan dan
ujian ulang sampai 2 kali. Peserta yang tidak lulus dikembalikan ke Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota untuk mendapatkan pembinaan.
7. Peserta uji kompetensi yang tidak lulus diberi kesempatan untuk mengikuti
remidi di LPTK. Kesempatan remidi diberikan dua kali. Bila peserta gagal uji
Universitas Sumatera Utara
kompetensi yang ke-3, maka peserta dikembalikan ke Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota untuk mendapatkan pembinaan.
8. Aspek-aspek yang Diujikan pada Sertifikasi Guru
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen Bab IV Pasal 8 pasal 13 (dalam Komara, 2007) bahwa dalam
sertifikasi guru akan mengujikan beberapa aspek, diantaranya kualifikasi
akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Menurut McAshan (dalam Komara, 2007), kompetensi itu adalah suatu
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki oleh
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku
kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.
Selanjutnya dijelaskan oleh Mulyasa (2007) bahwa Program Sertifikasi Guru
akan menguji empat jenis kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, dan sosial.
a. Kompetensi Pedagogik
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Universitas Sumatera Utara
Ditambahkan Sanaky (2007), aspek pada kompetensi ini berkaitan dengan
aktualisasi diri dan menekuni profesi, jujur, beriman, bermoral, peka, luwes,
humanis, berwawasan luas, berpikir kreatif, kritis, refletif, mau belajar
sepanjang hayat.
b. Kompetensi Kepribadian
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b
dikemukakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian
yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia.
c. Kompetensi Profesional
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c
dikemukakan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan.
Ditambahkan Sanaky (2007), aspek pada kompetensi ini berkaitan dengan
kemampuan mengajar, meliputi kemampuan dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pembelajaran, kemampuan dalam menganalisis, penyusunan
program perbaikan dan pengayaan, kemampuan dalam membimbing dan
konseling. Kemampuan dalam bidang keilmuan, terkait dengan keluasan dan
kedalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan ditransformasikan kepada
peserta didik, pemahaman terhadap wawasan pendidikan, dan kemampuan
memahami kebijakan-kebijakan pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
d. Kompetensi Sosial
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d
dikemukakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.
9. Pentingnya Uji Kompetensi dalam Sertifikasi Guru
Dalam standar sertifikasi guru, uji kompetensi baik secara teoritis maupun
praktis memiliki manfaat yang sangat penting, terutama dalam meningkatkan
kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas guru. Pentingnya uji kompetensi
dalam sertifikasi guru antara lain dapat dikemukakan berikut ini (Mulyasa, 2007):
a. Sebagai alat untuk mengembangkan standar kompetensi guru
Uji kompetensi guru dapat digunakan untuk mengembangkan standar
kompetensi guru. Berdasarkan hasil uji dapat diketahui kemampuan rata-rata
para guru, aspek mana yang perlu ditingkatkan, dan siapa guru yang perlu
mendapat pembinaan secara kontinyu, serta siapa guru yang telah mencapai
standar kemampuan minimal.
b. Merupakan alat seleksi penerimaan guru
Melalui uji kompetensi, diharapkan dapat terjaring guru-guru yang
kompeten, kreatif, profesional, inovatif, dan menyenangkan, sehingga mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolahnya. Dengan uji kompetensi
yang digunakan sebagai alat seleksi, penerimaan guru baru dapat dilakukan
Universitas Sumatera Utara
secara profesional, tidak didasarkan atas suka-tidak suka, atau alasan subjektif
lain, yang bermuara pada korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), tetapi
berdasarkan standar kompetensi yang objektif, dan berlaku secara umum
untuk semua calon guru.
c. Untuk pengelompokkan guru
Hasil uji kompetensi guru dapat digunakan untuk mengelompokkan dan
menentukan mana guru profesional yang berhak menerima tunjangan
profesional, tunjangan jabatanm dan penghargaan profesi serta guru yang
tidak profesional yang tidak berhak menerimanya. Dalam hal ini, guru-guru
dapat dikelompokkan berdasarkan hasil uji kompetensi, misalnya kelompok
tinggi, kelompok sedang, dan kelompok kurang.
d. Sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum
Secara khusus keberhasilan lembaga pendidikan dalam mempersiapkan
calon guru ditentukan oleh berbagai komponen dalam lembaga tersebut, antara
lain Kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum lembaga pendidikan yang
mempersiapkan calon guru harus dikembangkan berdasarkan kompetensi
guru.
e. Merupakan alat pembinaan guru
Dengan adanya syarat yang menjadi kriteria calon guru, maka akan
terdapat pedoman bagi para administrator dalam memilih, menseleksi, dan
menempatkan guru sesuai dengan karkateristik dan kondisi, serta jenjang
sekolah.
Universitas Sumatera Utara
f. Mendorong kegiatan dan hasil belajar
Kegiatan pembelajaran, dan hasil belajar peserta didik tidak saja
ditentukan oleh manajemen sekolah, kurikulum, sarana dan prasarana
pembelajaran, tetapi sebagian besar ditentukan oleh guru. Oleh karena itu, uji
kompetensi guru akan mendorong terciptanya kegiatan dan hasil belajar yang
optimal, karena guru yang teruji kompetensinya akan senantiasa
menyesuaikan kompetensinya dengan perkembangan kebutuhan dan
pembelajaran.
10. Penetapan Peserta Sertifikasi Guru
Mengacu pada Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007, persyaratan utama
peserta sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah guru yang telah memiliki
kualifikasi akademik Sarjana (S1) atau Diploma Empat (D-IV) (Samani, 2007).
A. Peserta Sertifikasi Guru Melalui Penilaian Portofolio
1. Persyaratan Peserta
Persyaratan dan prioritas penentuan calon peserta sertifikasi guru baik untuk
guru PNS maupun bukan PNS berlaku sama, kecuali pangkat dan golongan.
Persyaratan peserta sertifikasi guru melalui penilaian portofolio sebagai berikut
(Dasuki, 2008):
1. Memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S1) atau diploma empat (D-
IV) dari program studi yang terakreditasi.
2. Mengajar di sekolah umum di bawah binaan Departemen Pendidikan
Nasional.
Universitas Sumatera Utara
3. Guru PNS yang mengajar pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah atau guru yang diperbantukan pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat.
4. Guru bukan PNS yang berstatus guru tetap yayasan (GTY) atau guru yang
diangkat oleh Pemerintah Daerah (Pemda) yang mengajar pada satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemda.
5. Memiliki masa kerja sebagai guru minimal 5 tahun pada satu sekolah atau
sekolah yang berbeda dalam yayasan yang sama
6. Memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK).
2. Penetapan Peserta
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan peserta diantaranya:
a. Penetapan peserta untuk jenis dan jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMA,
dan SMK dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
b. Penetapan peserta untuk satuan pendidikan SLB dilakukan oleh dinas
pendidikan provinsi.
c. Guru yang diranking hanya guru yang memenuhi persyaratan yaitu memiliki
ijazah S1/D4 dan NUPTK.
d. Penetapan peserta dilakukan secara terbuka dan transparan dengan melibatkan
beberapa unsur terkait yaitu perwakilan dari kepala sekolah, guru, pengawas,
PGRI, dan asosiasi profesi guru lainnya.
e. Mengikuti prosedur yang telah ditetapkan yaitu meranking guru calon peserta
berdasarkan urutan kriteria penetapan peserta.
Universitas Sumatera Utara
f. Menggunakan data individu guru pada masing-masing wilayah yang telah
diverifikasi.
g. Tidak memberikan kuota ke sekolah-sekolah.
h. Hasil penetapan peserta diumumkan secara terbuka melalui pertemuan dengan
kepala sekolah, media masa, pengumuman di dinas pendidikan
kabupaten/kota, dan media lain.
3. Urutan Prioritas Penetapan Peserta
Penentuan guru calon peserta sertifikasi guru dalam jabatan menggunakan
sistem ranking bukan berdasarkan seleksi atau tes. Penyusunan ranking calon
peserta sertifikasi secara berurutan adalah: masa kerja sebagai guru, usia,
pangkat/golongan (bagi PNS), beban mengajar, jabatan/tugas tambahan, dan
prestasi kerja.
Urutan prioritas penetapan peserta dijelaskan sebagai berikut (Dasuki, 2008):
a. Masa kerja sebagai guru
Masa kerja dihitung sejak yang bersangkutan bekerja sebagai guru baik
sebagai PNS maupun bukan PNS.
b. Usia
Usia dihitung berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran yang tercantum
dalam akta kelahiran atau bukti lain yang sah.
c. Pangkat/Golongan
Pangkat/golongan adalah pangkat/golongan terakhir yang dimiliki guru saat
dicalonkan sebagai peserta sertifikasi. Kriteria ini khusus untuk guru PNS.
Universitas Sumatera Utara
d. Beban mengajar
Beban mengajar adalah jumlah jam mengajar per minggu yang diemban oleh
guru saat didaftarkan sebagai peserta sertifikasi guru.
e. Tugas tambahan
Tugas tambahan adalah jabatan atau tugas yang diemban oleh guru pada saat
guru yang bersangkutan diusulkan sebagai calon peserta sertifikasi. Tugas
tambahan yang dimaksud misalnya kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
ketua program/jurusan, kepala laboratorium, kepala bengkel, kepala unit
produksi satuan pendidikan, kepala perpustakaan sekolah, atau ketua program
keahlian.
f. Prestasi kerja
Prestasi kerja yang dimaksudkan adalah prestasi akademik dan atau non
akademik yang pernah diraih guru atau pembimbingan yang dilakukan guru
dan mendapatkan penghargaan baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi, nasional, maupun internasional. Di samping itu, prestasi kerja
termasuk kinerja guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
B. Peserta Sertifikasi Guru Melalui Jalur Pendidikan
1. Persyaratan Peserta
Persyaratan peserta sertifikasi melalui jalur pendidikan adalah sebagai berikut
(Dasuki, 2008):
1. Memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S1) atau diploma empat (D-
IV) dari program studi yang terakreditasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Mengajar di sekolah umum di bawah binaan Departemen Pendidikan
Nasional.
3. Guru PNS yang mengajar pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah atau guru yang diperbantukan pada satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat.
4. Guru bukan PNS, yaitu guru tetap yayasan (GTY) atau guru yang mengajar
pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
5. Memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK).
6. Guru SD yang meliputi guru kelas dan guru Pendidikan Jasmani. Guru kelas
diutamakan yang memiliki latar belakang pendidikan S1 PGSD atau S1
kependidikan lainnya, sedangkan guru Pendidikan Jasmani diutamakan yang
memiliki latar belakang S1 keolahragaan.
7. Guru SMP (bidang studi PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,
IPA, IPS, Kesenian, Pendidikan Jasmani, dan guru bimbingan konseling)
diutamakan yang mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
8. Memiliki masa kerja sebagai guru minimal 5 tahun dengan usia maksimal 40
tahun pada saat mendaftar.
9. Memiliki prestasi akademik/non akademik dan karya pengembangan profesi
di tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau nasional yang diselenggarakan oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun organisasi/lembaga.
10. Bersedia mengikuti pendidikan selama 2 semester dan meninggalkan tugas
mengajar.
Universitas Sumatera Utara
11. Disetujui oleh dinas pendidikan kabupaten/kota dengan pertimbangan proses
pembelajaran di sekolah tidak terganggu.
2. Penetapan Peserta
Penetapan peserta sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur pendidikan
dilakukan dengan proses yang berjenjang yaitu dimulai dari seleksi tingkat
kabupaten oleh dinas pendidikan kabupaten/kota, dan seleksi di tingkat Pusat oleh
Direktorat Ketenagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dasuki, 2008).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan peserta diantaranya
(Dasuki, 2008):
a. Kelengkapan dokumen peserta
b. Calon peserta sertifikasi guru melalui jalur pendidikan tidak terdaftar sebagai
peserta sertifikasi melalui jalur penilaian portofolio.
3. Kriteria Penetapan Peserta
Penetapan peserta sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur pendidikan
dilakukan melalui seleksi administrasi oleh dinas pendidikan kabupaten/kota dan
seleksi akademik oleh LPTK.
Seleksi administrasi menggunakan kriteria seleksi sebagai berikut:
a. Prestasi akademik adalah prestasi yang dicapai guru dalam pelaksanaan
tugasnya sebagai agen pembelajaran yang mendapat pengakuan dari
lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi, nasional, maupun internasional. Misalnya mengikuti lomba dan
karya akademik, pembimbingan siswa kegiatan ekstrakurikuler (pramuka,
drumband, mading, karya ilmiah remaja-KIR, dan lain-lain).
Universitas Sumatera Utara
b. Karya pengembangan profesi adalah hasil karya guru yang menunjukkan
adanya upaya pengembangan profesi. Misalnya menulis buku yang
dipublikasikan pada tingkat kabupaten/kota, membuat artikel yang dimuat
dalam media cetak, dan sebagainya.
B. Sikap
1. Definisi Sikap
Pratkanis & Greenwald (dalam Deaux, Dane, & Wrightsman, 1993)
mendefenisikan sikap sebagai suatu evaluasi terhadap objek dimana individu
memiliki pengetahuan yang memadai akan objek tersebut. Ditambahkan lagi oleh
Baron & Byrne (2004) bahwa evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak
suka terhadap isu, ide, orang, kelompok sosial, dan objek lainnya.
Berkowitz (dalam Azwar, 2003) menyatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah
perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak
mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu. Sikap
merupakan ekspresi bagaimana seseorang suka atau tidak suka terhadap beberapa
hal, atau diekspresikan melalui bentuk pro-anti, favorit-non favorit, dan positif-
negatif. Ekspresi tersebut mewakili evaluasi terhadap keanekaragaman dari objek
sikap. Sikap itu didasari oleh informasi yang didapat. Jadi sikap itu akan terbuka
terhadap informasi yang datang dan informasi ini dapat mempengaruhi sikap
terhadap objek.
Universitas Sumatera Utara
Sikap juga dapat diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk melakukan
sesuatu. Kecenderungan untuk melakukan atau meninggalkan, hal ini tergantung
kepada kesesuaian oleh seseorang dengan objek yang disikapi tersebut (Tim
Penyusun, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan UNIMED).
Zana dan Rempel (dalam Azwar, 2003) menyatakan bahwa sikap merupakan
respon evaluatif terhadap pengalaman kognisi, reaksi afeksi, kehendak, dan
perilaku berikutnya.
Menurut para ahli, dalam memahami sikap harus diperhatikan tentang
ambivalensi sikap. Istilah ini mengacu pada kenyataan bahwa evaluasi manusia
terhadap objek, isu, orang, atau peristiwa tidak selalu secara seragam positif atau
negatif; sebaliknya, evaluasi itu sering terdiri dari dua reaksi baik positif maupun
negatif (Baron & Byrne, 2004).
Hogg dan Vaughan (2000) menyatakan bahwa mengukur sikap adalah
pekerjaan yang tidak mudah, karena sikap tidak dapat diobservasi secara
langsung. Cara yang paling umum dilakukan untuk mengetahui sikap adalah
bertanya langsung pada orang tersebut. Sikap diukur dengan pertanyaan yang
meminta seseorang membuat evaluasi positif atau negatif pada objek tertentu. Ada
4 (empat) teknik pengukuran sikap, yaitu: skala Thurstone (skala interval tampak
setara), skala Likert (skala rating yang dijumlahkan), skala Guttman, dan skala
Osgood (skala diferensi semantik).
Pernyataan sikap (attitude expression) merupakan rangkaian kalimat yang
mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan
sikap dapat berisi kalimat-kalimat yang bersifat mendukung atau memihak dan
Universitas Sumatera Utara
juga bersifat yang tidak mendukung atau tidak memihak. Pernyatan sikap dapat
diperoleh dari suatu skala sikap yang merupakan indikator sikap paling dapat
diandalkan. Namun tidak berarti bahwa skala-skala itu selalu dapat dipercaya
sepenuhnya dan tepat mencerminkan sikap yang sesungguhnya. Hal itu
disebabkan adanya berbagai faktor yang menghambat penerjemahan sikap
individu yang sebenarnya kedalam pernyataan-pernyataan yang terdiri atas
kalimat-kalimat yang maknanya terbatas (Azwar, 2003).
Dapat disimpulkan bahwa sikap adalah evaluasi terhadap suatu objek.
Evaluasinya bisa positif atau negatif, dan juga bisa tercampur antara positif dan
negatif. Dalam penelitian ini sikap guru terhadap program sertifikasi guru, yaitu
ekspresi positif atau negatif yang ditampilkan guru terhadap program sertifikasi
guru.
2. Komponen Sikap
Krech, Cruthchfield, dan Ballachey (dalam Sobur, 2003) merumuskan bahwa
sikap memiliki 3 (tiga) komponen. Yaitu, komponen kognitif, komponen afektif,
dan komponen konatif. Komponen kognitif adalah kepercayaan (belief) seseorang
terhadap objek sikap. Belief bergantung pada sistem sikap, yang merupakan
evaluative belief mencakup ciri-ciri menyenangkan atau tidak menyenangkan,
menguntungkan atau tidak menguntungkan, berkualitas baik atau buruk, dan belief
tentang cara merespons yang sesuai dan tidak sesuai terhadap objek. Komponen
afektif menunjuk pada emosionalitas terhadap objek. Objek dirasakan sebagai
sesuatu yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, disukai atau tidak disukai.
Universitas Sumatera Utara
Dan komponen konatif adalah kecenderungan tindakan seseorang, baik positif
maupun negatif, terhadap objek sikap.
Selanjutnya Mann (dalam Azwar, 2003), menyatakan sikap terdiri dari 3 (tiga)
komponen, yaitu:
1. Komponen Kognitif
Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang
dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat
disamakan dengan pandangan (opini) terutama apabila menyangkut masalah
isu atau problem yang kontroversial.
Azwar (2003) menyatakan kepercayaan terhadap sesuatu datang dari apa
yang telah dilihat atau dari yang telah diketahui. Berdasarkan hal ini kemudian
terbentuk ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu
objek. Sekali kepercayaan terbentuk akan menjadi dasar pengetahuan
seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu.Tentu saja
kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selamanya akurat. Kadang-
kadang kepercayaan itu terbentuk justru karena kurang atau tiadanya informasi
yang benar mengenai objek yang dihadapi.
2. Komponen Afektif
Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan
menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar
paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling
bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin mengubah sikap
seseorang. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang
Universitas Sumatera Utara
dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali
sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.
Azwar (2003) menyatakan bahwa reaksi emosional banyak dipengaruhi
oleh kepercayaan atau apa yang dipercayai sebagai benar dan berlaku bagi
objek termaksud.
3. Komponen Konatif
Komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak
atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Menurut
Azwar (2003) komponen konatif menunjukkan bagaimana cara berperilaku
sesuai dengan objek sikap yang dihadapi. Asumsinya adalah bahwa
kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Kecenderungan
berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini
membentuk sikap individual
Azwar (2003) menyatakan bahwa ketiga komponen diatas adalah selaras dan
konsisten. Konsistensi antara kepercayaan (kognitif), perasaan (afektif), dan
tendensi perilaku (konatif) menjadi landasan dalam usaha penyimpulan sikap yang
dicerminkan oleh jawaban terhadap skala sikap. Apabila salah satu diantara ketiga
komponen tersebut tidak konsisten dengan yang lain, maka akan terjadi
mekanisme perubahan sikap.
Komponen tambahan dalam sikap adalah cognitive complexity (kompleksitas
kognitif), berarti bahwa dalam objek sikap manusia memiliki pikiran dan
keyakinan yang beragam. Tidak semuanya benar, dan bisa saja saling bertolak
belakang (Taylor, Peplau, dan Sears, 2000). Ahli lain mengemukakan tentang
Universitas Sumatera Utara
komponen tambahan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dan tingkah
laku. Sikap mempermudah akses terhadap informasi yang relevan dan
menghubungkan semua informasi yang terdapat dalam ingatan (Judd, Drake,
Downing, dan Krosnick dalam Taylor, Peplau dan Sears, 2000). Komponen lain
adalah bahwa sikap mempermudah seseorang membuat keputusan dengan cepat,
karena sikap mengandung informasi yang dibutuhkan dalam membuat pilihan
(Sanbonmatsu dan Fazio dalam Taylor, Peplau dan Sears,2000).
Dijelaskan oleh Crites, Fabrigar, dan Petty (dalam Taylor, Peplau dan Sears,
2000), komponen afektif berisi semua perasaan manusia dan mempengaruhi
evaluasi positif atau negatif terhadap suatu objek. Komponen konatif terdiri dari
bagaimana seseorang cenderung bertindak terhadap suatu objek. Komponen
kognitif terdiri dari pikiran seseorang tentang objek sikap, termasuk fakta
pengetahuan dan keyakinan. 3 (tiga) komponen ini tidak selalu berkaitan satu
sama lain dan, penting untuk selalu mempertimbangkan ketiganya.
3. Faktor-faktor Pembentukan Sikap
Hudaniah (2003) menyatakan bahwa pada dasarnya sikap bukan merupakan
suatu pembawaan, melainkan hasil interaksi dinamis antara individu dengan
lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Faktor pengalaman besar peranannya
dalam pembentukan sikap.
Deaux, Dane dan Wrightsman (1993) menyatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu:
1. Pengalaman langsung dengan objek sikap.
Universitas Sumatera Utara
Hal yang langsung berpengaruh terhadap sikap adalah nilai tentang objek
yang diperoleh secara langsung. Middlebrook (Azwar, 2003) menyatakan
bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek cenderung
akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.
Hogg dan Vaughan (2000) mengatakan bahwa pengalaman langsung
dengan objek sikap harus meninggalkan kesan yang kuat agar dapat menjadi
dasar pembentukan sikap.
Selanjutnya Azwar (2003) menyatakan bahwa agar pengalaman langsung
dengan objek sikap meninggalkan kesan yang kuat, maka pengalaman tersebut
terjadi dengan melibatkan faktor emosional.
2. Orangtua dan teman sebaya
Orang lain disekitar individu merupakan salah satu diantara komponen
sosial yang ikut mempengaruhi sikap. Seseorang yang dianggap penting
(significant others) adalah seseorang yang diharapkan persetujuannya atas
tingkah laku dan pendapat individu.
Diantara yang dianggap penting adalah orangtua dan teman sebaya.
Orangtua adalah sumber sikap yang terdekat dan paling nyata bagi seseorang.
Demikian juga dengan teman sebaya yang memberikan pengaruh besar
terhadap sikap.
3. Pengaruh media
Oskamp dkk (dalam Deaux, Dane dan Wrightsman, 1993) menyatakan
bahwa media, khususnya televisi, merupakan sumber kekuatan dari sikap.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian oleh Taras (dalam Deaux, Dane dan Wrightsman, 1993) telah
membuktikan bahwa media mempengaruhi sikap dan penguatan yang
diperoleh individu. Misalnya seorang anak yang meminta jenis makanan
tertentu karena frekuensi makanan tersebut muncul ditelevisi tinggi.
Azwar (2003) menyatakan adanya informasi baru megenai sesutau hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila
cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga
terbentuklah arah sikap tertentu.
4. Perubahan Sikap
Pada dasarnya sikap itu relatif tetap, tetapi dapat berubah. Perubahan sikap
dipengaruhi oleh (a) Sistem sikap (b) kepribadian dan (c) afiliasi individu dalam
kelompok (Krech, Couthfield, & ballachey dalam Mujiyati, 2004).
Menurut Walgito (dalam Hudaniah, 2003) bahwa perubahan sikap ditentukan
oleh dua faktor, yaitu:
a. Faktor internal (individu itu sendiri), yaitu cara individu dalam menanggapi
dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima
atau ditolak.
b. Faktor eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang
merupakan stimulus untuk mengubah sikap.
Universitas Sumatera Utara
C. Guru
1. Definisi Guru
Djamarah (2000) mengungkapkan, guru adalah unsur manusiawi dalam
pendidikan. Guru merupakan figur manusia sebagai sumber yang menempati
posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang
mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru mesti terlibat dalam agenda
pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah.
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru
dalam pandangan masyarakat Indonesia merupakan orang yang melaksanakan
pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak harus di lembaga pendidikan formal,
tetapi bisa juga di mesjid, di rumah, dan sebagainya.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991 (dalam Syah,
1995), guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya)
mengajar.
Guru yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas mengajar termasuk
metode, model, strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan aktivitas
penyajian materi pelajaran (Syah, 1995).
Guru merupakan profesi, yaitu pekerjaan yang menuntut keahlian. Artinya,
pekerjaan sebagai guru tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan
tidak disiapkan. Kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah terhadap
peserta didik tidak bisa dilakukan sembarang orang, karena untuk melakukan
tersebut dituntut keahlian atau kompetensi sebagai guru. Guru adalah orang yang
profesional, artinya secara formal mereka disiapkan oleh lembaga atau institusi
Universitas Sumatera Utara
pendidikan yang berwenang. Mereka dididik secara khusus memperoleh
kompetensi sebagai guru, yaitu meliputi pengetahuan, keterampilan, kepribadian,
serta pengalaman dalam bidang pendidikan (Wibowo, 2004).
Maka, guru dapat kita definisikan sebagai suatu profesi yang memiliki tugas
atau pekerjaan mengajar, dengan memberikan ilmu pengetahuan kepada individu
lain, yang dalam hal ini dinamakan sebagai anak didik.
2. Persyaratan Guru
Menjadi guru menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat dkk (dalam Djamarah, 2000)
tidaklah sembarangan, tetapi harus memenuhi persyaratan seperti di bawah ini:
a. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Guru merupakan teladan bagi anak didiknya, sejauhmana seorang guru
mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak didiknya, sejauh itu
pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi
penerus bangsa yang baik dan mulia.
b. Berilmu
Guru harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan mengajar.
c. Sehat jasmani dan rohani
d. Berkelakuan baik
Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru harus
menjadi teladan, karena ank-anak bersifat suka meniru.
Universitas Sumatera Utara
3. Tanggungjawab Guru
Guru adalah orang yang bertanggungjawab mencerdaskan kehidupan anak
didik. Membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang menjadi
orang yang berguna bagi nusa dan bangsa (Djamarah, 2000).
Wens Tanlain dkk (dalam Djamarah, 2000) mengatakan bahwa guru yang
bertanggungjawab harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan.
b. Memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, gembira.
c. Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta akibat-akibat
yang akan timbul.
d. Menghargai orang lain, termasuk anak didik.
e. Bijaksana dan baik hati.
f. Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Peranan Guru
Djamarah (2000) menyatakan ada 13 peranan yang harus dijalani oleh seorang
guru, diantaranya yaitu korektor, inspirator, informator, organisator, motivator,
inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator,
supervisor, dan evaluator.
Sementara menurut Mulyasa (2007) merangkum peranan guru menjadi 4
peranan penting, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Guru sebagai fasilitator; Seorang guru bertugas untuk memberikan kemudahan
belajar kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana
Universitas Sumatera Utara
yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani
mengemukakan pendapat secara terbuka.
2. Guru sebagai motivator; Guru dituntut untuk membangkitkan motivasi belajar
peserta didik.
3. Guru sebagai pemacu; Guru harus mampu melipatgandakan potensi peserta
didik, dan mengembangkannya sesuai dengan aspirasi dan cita-cita mereka di
masa yang akan datang.
4. Guru sebagai pemberi inspirasi; Guru harus mampu memerankan diri dan
memberikan inspirasi bagi peserta didik, sehingga kegiatan belajar dan
pembelajaran dapat membangkitkan berbagai pemikiran, gagasan, dan ide-ide
baru.
5. Guru Sebagai Suatu Profesi
Guru adalah pendidik profesional dengan utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Komara, 2007).
Dalam menjalankan tugasnya, guru memiliki prinsip-prinsip profesionalitas
yang harus dipenuhi dan dijalankannya (Dikdasdki, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Prinsip-prinsip tersebut diantaranya:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia.
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas.
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Selain prinsip profesionalitas di atas, Wibowo (2002) juga menyatakan bahwa
seorang guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi yang dimaksud di sini adalah
kualifikasi akademik yang diperoleh dari pendidikan tinggi program sarjana atau
diploma empat. Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi yang
Universitas Sumatera Utara
harus dimiliki seorang guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.
D. Sikap Guru Terhadap Program Sertifikasi Guru
Berkowitz (dalam Azwar, 2003) menyatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah
perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak
mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu. Sikap
merupakan ekspresi bagaimana seseorang suka atau tidak suka terhadap beberapa
hal, atau diekspresikan melalui bentuk pro-anti, favorit-non favorit, dan positif-
negatif. Ekspresi tersebut mewakili evaluasi terhadap keanekaragaman dari objek
sikap. Sikap itu didasari oleh informasi yang didapat.
Ada tiga komponen dalam sikap: pertama, komponen kognitif yang merupakan
persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu;
kedua, komponen afektif yang merupakan perasaan individu terhadap objek sikap
dan menyangkut masalah emosi dan ketiga, komponen konatif yang merupakan
tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu
dengan cara-cara tertentu (Mann dalam Azwar, 2000).
Sikap guru terhadap Program Sertifikasi Guru dimaksudkan sebagai tendensi
mental yang diaktualkan atau diverbalkan terhadap Program Sertifikasi Guru
yang didasarkan pada pengetahuan atau perasaannya terhadap Program Sertifikasi
Universitas Sumatera Utara
Guru. Yang menjadi komponen objek sikap adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan Sertifikasi Guru.
Berkaitan dengan komponen-komponen sikap, maka sikap terhadap Program
Sertifikasi Guru dapat di jelaskan sebagai berikut:
a. Komponen kognitif
Komponen ini dapat menggambarkan bagaimana sikap guru itu muncul
berdasarkan pengetahuannya atau pemahamannya terhadap Program
Sertifikasi Guru, misalnya bagaimana persyaratan untuk mengikutinya, seperti
apa proses pelaksanaannya, dan lain-lain. Secara umum dapat dikatakan
bahwa komponen kognitif menjawab pertanyaan-pertanyaan apa yang diyakini
dan dipikirkan oleh guru terhadap Program Sertifikasi Guru.
b. Komponen afektif
Komponen ini dapat menggambarkan bagaimana sikap guru itu muncul
berdasarkan apa yang dirasakan guru terhadap Program Sertifikasi Guru.
Komponen ini menjawab pertanyaan: “apa yang dirasakan guru terhadap
Program Sertifikasi Guru?”. Misalnya guru senang dengan adanya Program
Sertifikasi Guru yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan melalui guru.
Perasaan seperti senang atau tidak senang yang berhubungan dengan Program
Sertifikasi Guru, termasuk komponen afektif. Jadi afektif itu menimbulkan
evaluasi emosional terhadap objek.
c. Komponen konatif
Berdasarkan komponen-komponen kognitif dan afektif nampak adanya
kecenderungan untuk bertindak sebagai reaksi terhadap Program Sertifikasi
Universitas Sumatera Utara
Guru. Komponen ini menjawab pertanyaan-pertanyaan bagaimana kesediaan
atau kesiapan guru untuk bertindak terhadap Program Sertifikasi Guru. Guru
yang memperlihatkan tingkah laku seperti aktif mencari tahu tentang
Sertifikasi Guru melalui internet, media cetak, maupun televisi, membeli buku
yang membahas tentang Sertifikasi Guru dan sebagainya, merupakan contoh
yang tergolong dalam komponen konatif.
E. Komitmen Guru
1. Definisi Komitmen Guru
Komitmen guru adalah suatu penafsiran internal seorang guru tentang
bagaimana mereka menyerap dan memaknai pengalaman kerja mereka (Solomon,
2007). Secara umum komitmen mengacu pada satu tingkatan penerimaan dalam
organisasi. Komitmen menjelaskan hasil yang disetujui dari sebuah keputusan
atau meminta dan membuat sebuah usaha yang baik untuk menjalankan keputusan
tersebut secara efektif (Yulk, 2002 dalam Solomon, 2007).
Menurut Riehl dan Sipple (dalam Solomon, 2007) komitmen guru memiliki
efek positif terhadap prestasi siswa di sekolah. Pengertian tentang komitmen guru
berbeda-beda berdasarkan konteks analisanya. Komitmen merupakan keadaan
psikologis yang mengidentifikasikan suatu keterbukaan individual yang
diasosiasikan dengan hasrat untuk melibatkan diri (Leithwood, Menzies, & Jantzi,
1994 dalam Solomon, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Komitmen guru dimaknai sebagai komitmen guru merupakan faktor penentu
yang mempengaruhi proses pengajaran dan belajar siswa (Reyes & Rosenholtz,
dalam Solomon, 2007).
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa komitmen
guru adalah penafsiran internal seorang guru tentang bagaimana mereka menyerap
dan memaknai pengalaman kerja mereka yang ditandai dengan keinginan untuk
menetap di dalam organisasi dan terlibat dalam pekerjaan, serta keinginan untuk
mempengaruhi proses belajar siswa.
2. Aspek-aspek Komitmen Guru
Pugach (2006) menjelaskan lima aspek dari komitmen guru, yaitu sebagai
berikut :
a. Belajar dari berbagai sumber ilmu pengetahuan
Apa yang didapatkan seorang guru selama menjalankan pendidikannya akan
memberikan dasar bagi guru untuk mengajar, hal tersebut diperlukan untuk
menumbuhkan kepercayaan diri guru. Tetapi apapun profesinya tidaklah mungkin
untuk mempelajari semua hal yang berkaitan. Tidak mungkin seorang guru
mendapatkan semua informasi dari pendidikan formal yang dijalaninya. Seorang
guru diharapkan bisa memulai dengan tingkat kompetensi dalam menciptakan
suasana kelas, menyusun instruksi, dan bekerja sama dengan siswa untuk
mendukung pelajaran mereka.
Seorang guru telah memiliki pengalaman tentang mengajar selama ia menjadi
siswa dulu, tetapi pengalaman itu sangat berbeda jika dilihat dari perspektif
Universitas Sumatera Utara
profesional. Guru belajar mengajar dari latar belakang personal dan
pengalamannya, dari persiapan profesionalnya, dari pengalaman mengajarnya,
dari saran orang lain tentang mengajar, dari pendidikan formal untuk guru, dan
dari program pengembangan profesional.
Untuk menjadi guru yang bisa menghadapi tantangan tersebut guru diharapkan
untuk terus belajar. Untuk menambah pengetahuannya guru hendaknya juga
belajar dari praktek mengajarnya dan dari interaksi dengan orang lain,
berhubungan dengan proses mengajar mereka (Donovan, 2000 dalam Pugach,
2006).
Tinjauan kritis yang akan dihadapi dengan sumber ilmu pengetahuan dari
pertumbuhan profesional seorang guru dan mengembangkan ilmu tersebut dalam
karirnya adalah sebagai berikut:
1. Guru yang melihat diri mereka sebagai pelajar yang siap belajar dari para
siswanya. Siswa memiliki banyak hal yang bisa diajarkan kepada guru tentang
kehidupan mereka di dalam maupun di luar sekolah, tentang bagaimana
mereka belajar, tentang kehidupan mereka, dan tentang sebaik apa guru telah
mengajar berdasarkan pengertian guru tentang tugas yang telah dikerjakan
oleh siswanya.
2. Guru yang melihat diri mereka sebagai model pembelajaran yang penting bagi
siswa-siswa mereka. Mengenal bahwa ada hal baru dalam belajar, dimana
belajar memiliki nilai, dan bersama dengan siswa-siswa mereka guru bisa
mencoba pendekatan baru dalam mengajar sebagai cara dalam belajar.
Universitas Sumatera Utara
3. Guru membuat pilihan mengenai apa yang mereka lakukan untuk belajar pada
tempat pertama. Apakah seorang guru tertarik untuk fokus pada isi pelajaran
baru, metode mengajarnya, apakah guru akan bersikap fleksibel dalam
mengajar, semua ini berhubungan dengan penempatan rangkaian pelajaran
sepanjang karir seorang guru dan menggambarkannya dalam sumber ilmu
pengetahuan yang beragam.
b. Menjalankan kurikulum dengan penuh tanggung jawab
Kurikulum merupakan salah satu hal yang utama dalam mencapai tujuan
pendidikan. Seorang guru harus memiliki akses dengan kurikulum formal, dengan
materi instruktusional formal dan buku panduan dalam bekerja. Tetapi walaupun
seorang guru telah mengetahui dan menjalankan kurikulum, tetap saja guru harus
membuat banyak pilihan mengenai apa dan bagaimana sebaiknya mengajar.
Dengan kata lain, ketika guru menjalankan materi suatu kurikulum, guru harus
mengetahui cara untuk mengajar.
Seorang guru harus bisa menjalankan kurikulum dengan menyeluruh dan
mendalam. Guru bisa nyaman dengan kurikulum tersebut dan kurikulum dapat
menarik bagi siswa sehingga mereka termotivasi untuk belajar.
Komitmen profesional untuk menggunakan kurikulum secara bertanggung
jawab mengandung arti bahwa guru tidak hanya mengetahui apa yang ada di
dalam kurikulum tersebut, tetapi juga berpikir mengenai cara terbaik dalam
mengajar dengan kurikulum tersebut yang bertujuan untuk membuat siswa
menjadi mandiri.
Universitas Sumatera Utara
c. Menggantikan batasan-batasan yang dimiliki dengan batasan umum
yang lebih beranekaragam.
Ketika seorang guru tidak terbiasa dengan bahasa dan budaya siswa atau ketika
guru bertempat tinggal di luar komunitas para siswa yang diajarnya, maka guru
harus menjembatani budaya dan perbedaan sosial ekonomi tidak hanya dengan
siswa tetapi juga dengan keluarga siswa.
Tindakan yang dipilih guru di dalam kelas untuk menghormati perbedaan yang
ada dapat mempengaruhi kesuksesan ataupun kegagalan yang akan diterima
siswa. Apakah guru akan melihat perbedaan sebagai aset yang akan memperkaya
kelas mereka atau guru akan menghargai perbedaan yang dihadapinya. Apakah
mereka akan komit sebagai guru untuk mempercayai potensi dari masing-masing
siswanya, untuk memberikan kepada setiap siswa dengan tantangan pengalaman
sekolah dan kemungkinan untuk tumbuh, daripada hanya menyukai siswa yang
memiliki latar belakang yang sama dengan dirinya.
d. Membicarakan kebutuhan pribadi siswa dalam lingkungan kelas dan
sekolah.
Pada bagian komitmen ini, guru harus mengerti bahwa mengajar bukan hanya
kegiatan pasif yang terjadi di dalam kelas, membuka buku, dan membaca petunjuk
untuk kegiatan selanjutnya di depan kelas. Terampil, menjalankan pekerjaan
sebagai guru dengan aktif untuk menjadi gambaran bagaimana memotivasi dan
terlibat dalam proses belajar siswanya. Mereka dengan sukarela mencari dan
mengimplementasikan metode mengajar yang akan memungkinkan guru untuk
menjangkau seluruh siswanya. Hal ini sering diartikan sebagai sebuah
Universitas Sumatera Utara
kebijaksanaan yang menggabungkan seluruh kelas, kelas kecil, dan kerja
individual. Mengajar yang hanya untuk merata-ratakan siswa tidak menjadi
pilihan bagi guru yang memperhatikan kebutuhan siswanya.
e. Memberikan kontribusi secara aktif pada profesinya
Guru bisa memberikan kontribusinya terhadap profesi dengan berbagai cara
yang berbeda. Sepanjang perjalanan karir, seorang guru perlu membuat pilihan
mengenai tingkatan komitmen yang akan mereka capai. Akankah guru tersebut
menjadi guru yang pasif yang hadir setiap hari, menghabiskan hari, pulang ke
rumah, dan mengumpulkan bon gaji setiap bulannya atau menjadi guru yang aktif
yang ikut berpartisipasi secara profesional, kehidupan intelektual dari mengajar
untuk menambah apa yang akan diberikan di dalam kelas atau sekolah. Pada area
apa kekuatan dari keahlian khusus seorang guru akan berkembang, dan bagaimana
kekuatan itu akan digunakan untuk lebih baik menjangkau siswa dan membantu
guru yang lain melakukan hal yang sama.
Kontribusi apa yang akan diberikan oleh seorang guru, apakah akan
menjalankan peran kepemimpinan pada lingkungan sekitar sekolah, untuk
membangun partisipasi dari pihak keluarga di dalam sekolah, atau akan membuat
komitmen untuk menjalankan peraturan pendidikan atau bekerja dalam organisasi
profesional yang menyediakan pengembangan mengajar dalam subjek utama atau
area yang khusus. Dalam merencanakan karirnya sebagai guru, penting untuk
mengetahui bagaimana untuk bisa menjadi produktif dan menjadi anggota yang
aktif dalam profesinya.
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Guru
Banyak faktor yang mempengaruhi komitmen guru, diantaranya adalah :
a. Kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan organisasi (Mowday, dkk,
dalam Solomon, 2007).
b. Tingkat keterlibatan dalam pengambilan keputusan (Kushman, 1992 dalam
Solomon, 2007).
c. Menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar (Kushman, 1992, dalam
Solomon, 2007).
d. Prestasi siswa (Kushman, 1992 dalam Solomon, 2007).
e. Hadiah dan otonomi tugas (Rosenholtz 1989, dalam Solomon, 2007).
f. Feedback dari lingkungan atas tugas yang telah dilaksanakan (Solomon,
2007).
g. Pengertian guru terhadap tugas dan keahliannya (Firestone & Rosenblum,
dalam Solomon, 2007).
h. Kepuasan kerja (Fresko, Kfir, & Nasser, 1997 dalam Solomon, 2002).
i. Tingkatan tugas (Deci & Ryan, 1985 dalam Solomon, 2007).
j. Dukungan administratif (Firestone and Rosenblum, 1988 dalam Solomon,
2007).
k. Pengertian guru akan keunikan siswa (Louis, 1998 dalam Solomon, 2007).
l. Pengabdian guru dalam membantu siswa untuk belajar (Dannetta, 2002 dalam
Solomon, 2007).
Universitas Sumatera Utara
F. Hubungan Antara Komitmen Guru dengan Sikap Guru Terhadap
Program Sertifikasi Guru
Sikap merupakan ekspresi bagaimana seseorang suka atau tidak suka terhadap
beberapa hal, atau diekspresikan melalui bentuk pro-anti, favorit-non favorit, dan
positif-negatif. Ekspresi tersebut mewakili evaluasi terhadap keanekaragaman dari
objek sikap. Sikap itu didasari oleh informasi yang didapat.
Ada tiga komponen dalam sikap: pertama, komponen kognitif yang merupakan
persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu;
kedua, komponen afektif yang merupakan perasaan individu terhadap objek sikap
dan menyangkut masalah emosi dan ketiga, komponen konatif yang merupakan
tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu
dengan cara-cara tertentu (Mann dalam Azwar, 2000).
Sikap guru terhadap Program Sertifikasi Guru dimaksudkan sebagai tendensi
mental yang diaktualkan atau diverbalkan terhadap Program Sertifikasi Guru
yang didasarkan pada pengetahuan atau perasaannya terhadap Program Sertifikasi
Guru. Yang menjadi komponen objek sikap adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan Sertifikasi Guru.
Menurut Danetta (dalam Solomon, 2007), salah satu hal yang dapat
mempengaruhi seorang guru dalam menyikapi suatu ketentuan atau pun peraturan
yang ditujukan kepada mereka, terutama demi mewujudkan pengabdian guru
dalam menjalankan tugasnya adalah komitmen guru itu sendiri. Komitmen guru
merupakan penafsiran internal seorang guru tentang bagaimana mereka menyerap
dan memaknai pengalaman kerja mereka (Solomon, 2007). Secara umum
Universitas Sumatera Utara
komitmen mengacu pada satu tingkatan penerimaan dalam organisasi. Komitmen
menjelaskan hasil yang disetujui dari sebuah keputusan atau meminta dan
membuat sebuah usaha yang baik untuk menjalankan keputusan tersebut secara
efektif (Yulk, 2002 dalam Solomon, 2007). Salah satu usaha yang dilaksanakan
oleh Pemerintah demi memaknai pengalaman kerja guru dengan tujuan
meningkatkan profesionalitas guru adalah Sertifikasi Guru.
Menurut Riehl dan Sipple (dalam Solomon, 2007) komitmen guru memiliki
efek positif terhadap prestasi siswa di sekolah. Pengertian tentang komitmen guru
berbeda-beda berdasarkan konteks analisanya. Komitmen merupakan keadaan
psikologis yang mengidentifikasikan suatu keterbukaan individual yang
diasosiasikan dengan hasrat untuk melibatkan diri (Leithwood, Menzies, & Jantzi,
1994 dalam Solomon, 2007).
Komitmen guru dimaknai sebagai komitmen guru merupakan faktor penentu
yang mempengaruhi proses pengajaran dan belajar siswa (Reyes & Rosenholtz,
dalam Solomon, 2007).
Komitmen guru dapat dilihat dari lima aspek (Pugach, 2006), diantaranya:
1. Belajar dari berbagai sumber ilmu pengetahuan
2. Menjalankan kurikulum dengan bertanggung jawab
3. Menggantikan batasan-batasan yang dimiliki dengan batasan umum yang
lebih beranekaragam
4. Membicarakan kebutuhan pribadi siswa pada lingkungan kelas dan sekolah
5. Memberikan kontribusi secara aktif pada profesinya.
Universitas Sumatera Utara
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian
ini adalah ada hubungan positif antara komitmen guru dengan sikap guru terhadap
program sertifikasi guru. Makna dari adanya hubungan positif ini adalah semakin
tinggi komitmen seorang guru, maka semakin positif sikap guru terhadap program
sertifikasi guru.
Universitas Sumatera Utara