BAB II LANDASAN TEORI A. Saham Syariah dan Jakarta Islamic...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Saham Syariah dan Jakarta Islamic...
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Saham Syariah dan Jakarta Islamic Index (JII)
Saham dikategorikan menjadi dua yaitu saham syariah dan saham non
syariah. Perbedaan ini terletak pada kegiatan usaha dan tujuannya.
Menurut Gumilang (2013:9), pasar modal syariah dapat dikatakan
sebagai pasar modal yang menerapkan prisip-prinsip syariah. Oleh karena
itu instrument yang diperdagangkan tidak boleh bertentangan dengan
syariat Islam, seperti riba (bunga), perjudian, spekulasi, produsen minuman
keras dan sebagainya.
Berdasarkan arahan Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Bapepam –
LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, jenis kegiatan utama
suatu badan usaha yang dinilai tidak memenuhi syariah Islam adalah
sebagai berikut:
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang.
2. Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi, jual
beli resiko yang mengandung gharar dan maysir.
3. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan atau
menyediakan: barang dan atau jasa yang haram karena zatnya (haram
lidzatihi), barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram
13
li ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI, serta barang dan atau jasa
yang merusak moral dan bersifat mudarat.
4. Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat
(nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih
dominan dari modalnya, kecuali investasi tersebut dinyatakan
kesyariahannya oleh DSN-MUI.
Sedangkan kriteria saham yang masuk dalam kategori syariah adalah :
1. Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana yang diuraikan di atas.
2. Tidak melakukan perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan
barang atau jasa dan perdagangan dengan penawaran dan permintaan
palsu.
3. Tidak melebihi rasio keuangan sebagai berikut :
a. Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total
ekuitas tidak lebih dari 82% (hutang yang berbasis bunga
dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 45% : 55%)
b. Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan dengan total pendapatan (revenue) tidak lebih dari
10%
Sejarah pasar modal syariah di Indonesia sendiri dimulai dengan
diterbitkanya Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment
Management pada 3 Juli 1997. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia bekerja
sama dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan
14
Jakarta Islamic Index (JII) pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan
memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya secara syariah.
Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan
saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan
prinsip syariah (Bapepam).
Saham-saham dalam Jakarta Islamic Index (JII) terdiri atas 30 jenis
saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah islam,
yang dievaluasi setiap 6 bulan. Penentuan komponen indeks setiap bulan
Januari dan Juli. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan
dimonitoring secara terus menerus berdasarkan data-data publik yang
tersedia. Perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) dilakukan oleh Bursa Efek
Indonesia (BEI) dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang
telah ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu dengan bobot
kapitalisasi pasar (marketcap weighted). Perhitungan indeks ini juga
mencakup penyesuaian-penyesuaian (adjustment) akibat berubahnya data
emiten yang disebabkan oleh aksi korporasi (Hasanah & Riyanti, 2016)
B. Return Saham
Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal
atas suatu investasi saham yang dilakukan (Ang, 1997 dalam Hasanah dan
Riyanti, 2016:59). Tujuan investor dalam berinvestasi adalah untuk
meningkatkan nilai kekayaan dengan cara memaksimalkan return tanpa
melupakan faktor risiko yang dihadapinya. Return saham yang tinggi
mengidentifikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Return
15
saham memungkinkan seorang investor untuk membandingkan keuntungan
aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai
saham pada tingkatan pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain, return
pula memiliki peran yang amat signifikan di dalam menentukan nilai dari
sebuah saham.
Menurut Azilia dan Yulius (2012), return saham merupakan pendapatan
yang berhak diperoleh investor karena menginvestasikan dananya. Return
saham merupakan tingkat keuntungan atau pendapatan yang diperoleh dari
investasi surat berharga saham. Return memungkinkan investor untuk
membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan
yang disediakan oleh berbagai investasi pada tingkat pengembalian yang
diinginkan. Seorang investor yang rasional akan sangat memperhatikan
hasil pengembalian saham karena return saham merupakan salah satu
indikator untuk mengetahui keberhasilan suatu investasi. Faktor yang
mempengaruhi return suatu investasi adalah faktor internal perusahaan dan
faktor eksternal. Faktor internal perusahaan meliputi kualitas dan reputasi
manajemen, struktur permodalan, struktur hutang, tingkat laba yang dicapai
dan kondisi intern lainnya di dalam perusahaan. Dan faktor eksternal yang
mempengaruhi adalah gejolak politik dalam negeri, perubahan suku bunga
tabungan dan deposito, kurs valuta asing, dan inflasi.
Menurut Hardian Hariono (2010), Komponen return terdiri dari 2 jenis
yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain (keuntungan
selisih harga). Current income merupakan keuntungan yang diperoleh
16
melalui pembayaran yang bersifat periode seperti pembayaran bunga
deposito, bunga obligasi, dividen dan sebagainya. Disebut sebagai
pendapatan lancar, maksudnya adalah keuntungan yang diterima biasanya
dalam bentuk kas atau setara kas, sehingga dapat diuangkan secara cepat,
seperti bunga / jasa giro dan dividen tunai. Dan yang setara kas adalah
saham bonus atau dividen saham yaitu dividen yang dibayarkan dalam
bentuk saham dan dapat dikonversi menjadi uang kas.
Komponen kedua dari return adalah capital gain, yaitu keuntungan
yang diterima karena adanya selisih antara harga jual dengan harga beli
saham dari suatu instrumen investasi. Capital gain sangat tergantung dari
harga pasar instrumen investasi, yang berarti bahwa instrumen investasi
harus diperdagangkan di pasar. Dengan adanya perdagangan maka akan
timbul perubahan nilai suatu instrumen investasi yang memberikan capital
gain.
C. Laporan Keuangan
Menurut PSAK No.1 Tentang Penyajian Laporan Keuangan. Definisi
Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan
dan kinerja keuangan suatu entitas (IAI,2012). Menurut Munawir (2001)
dalam Lidya dan Astri (2014), Laporan keuangan adalah dasar untuk dapat
menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana
dengan hasil analisa tersebut pihak-pihak yang berkepentingan mengambil
keputusan.
17
PSAK No.1 Tentang Penyajian Laporan Keuangan menyatakan bahwa
tujuan laporan keuangan adalah:
1. Memberikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
keuangan , dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar
pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi;
2. Laporan keuangan juga dapat digunakan untuk menunjukkan hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka (IAI,2012).
D. Laba Akuntansi
Laba merupakan kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan, perubahan aktiva atau penurunan
kewajiban yang menyebabkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penambahan modal. Laba diartikan sebagai imbalan atas upaya
perusahaan dalam menghasilkan barang atau jasa sehingga laba merupakan
kelebihan pendapatan diatas biaya. Laba bersih adalah selisih positif dari
seluruh pendapatan dikurangi seluruh biaya dan pajak. Laba bersih
merupakan laba operasi dikurangi pajak, biaya bunga, biaya riset, dan
pengembangan. (Sri Purwanti, dkk: 2015).
Menurut Azilia dan Yulius (2012), laba adalah jumlah pendapatan yang
diperoleh dalam satu periode. Laba akuntansi didefinisikan sebagai
perbedaan antara pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi
selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan
tersebut. Informasi laba sering dilaporkan dalam penerbitan laporan
18
keuangan dan digunakan secara luas oleh pemegang saham dan penanam
modal potensial dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan. Laba dipakai
untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan dalam penggunaan sumbe daya
ekonomi perusahaan. Ukuran efisiensi umumnya dilakukan dengan
membandingkan laba periode berjalan dengan laba periode sebelumnya atau
dengan perusahaan lain dengan industri yang sama. Hingga saat ini banyak
yang memandang laporan laba rugi akuntansi sebagai informasi terbaik
dalam menilai prospek arus kas dimasa depan. Oleh karena itu kualitas laba
akuntansi yang dilaporkan oleh manajemen menjadi pusat perhatian pihak
eksternal perusahaan. Laba akuntansi yang berkualitas adalah laba
akuntansi yang memiliki sedikit atau tidak mengandung gangguan persepsi
dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya.
Sehingga semakin besar gangguan persepsi yang terkandung dalam laba
akuntansi, maka semakin rendah kualitas laba akuntansi tersebut. Laporan
laba rugi merupakan laporan yang mengukur keberhasilan operasi
perusahaan untuk suatu periode tertentu. Laporan laba rugi seringkali
digunakan sebagai ukuran kinerja perusahaan atau sebagai dasar bagi
ukuran lain seperti imbal hasil investasi.
Berdasarkan konsep akuntansi keuangan SFAC No. 1 FASB 1978
dalam Hardian Hariono Sinaga (2010), informasi mengenai laba dan
komponen-komponennya memiliki fokus utama dari laporan keuangan
dimana diukur oleh pertambahan perhitungan akuntansi umum yang
memungkinkan indikasi yang lebih baik dari pelaksanaan usaha dagang
19
dibandingkan informasi tentang tanda terima peredaran uang dan
pembayaran.
Lebih lanjut dikatakan bahwa para investor, kreditor dan yang lainnya
sering menggunakan laporan pendapatan dan informasi mengenai laba dan
komponen-komponennya dalam bermacam-macam cara dan tujuan untuk
menaksir prospek mereka untuk aliran kas dari investasi dalam pinjaman
untuk usaha.
Menurut Faisal Abdullah (2004) dalam Hardian Hariono Sinaga (2010),
mereka menggunakan informasi tentang laba dalam hal :
1. Mengevaluasi pelaksanaan manajemen
2. Menaksir penambahan laba/jumlah lain yang mereka lihat seperti
mewakili jangka panjang laba usaha yang mampu didapat.
3. Memprediksi laba di masa datang
4. Menaksir resiko dari menginvestasikan pinjaman pada usaha
Apabila kinerja keuangan perusahaan menunjukkan prospek yang baik,
maka sahamnya akan diminati investor dan harganya meningkat. Laba
bersih perusahaan mendapatkan perhatian lebih banyak daripada bagian
laba dalam laporan keuangan. Hal ini karena laba bersih mengukur
kemampuan usaha untuk menghasilkan laba dan menjawab pertanyaan
bagaimana keberhasilan perusahaan dalam mengelola usahanya.
20
E. Arus Kas
Arus kas merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang
memiliki arti penting dalam penilaian harga saham perusahaan. Arus kas
berisi aliran kas masuk dan kas keluar perusahaan selama periode tertentu.
Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa
mendatang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas
yang telah dibuat sebelumnya.
Laporan arus kas adalah sebuah laporan keuangan dasar yang
melaporkan kas yang diterima, kas yang dibayarkan , dan perubahannya,
dari kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dari
bisnis selama satu periode dalam sebuah format yang menyatakan saldo kas
awal dan akhir (Tjiptowati Endang Irianti, 2008).
Arus kas melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar yang utama
dari suatu perusahaan selama satu periode (PSAK 2004 No.2, paragraf 9).
Menurut Hardian Hariono Sinaga (2010), laporan ini menyediakan
informasi yang berguna mengenai kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan kas dari operasi, mempertahankan dan memperluas kapasitas
opersinya, memenuhi kewajiban keuangannya dan membayar deviden.
Tujuan utama laporan arus kas adalah memberikan informasi tentang
penerimaan kas dan pembayaran kas suatu entitas selama periode tertentu.
Tujuan lain adalah memberikan informasi kepada kreditor, investor dan
pemakai lainnya dalam :
21
1. Menentukan kemampuan perusahaan untuk menimbulkan arus kas
bersih positif dimasa yang akan datang.
2. Menentukan kemampuan perusahaan menyelesaikan kewajibannya
seperti melunasi hutang kepada kreditor.
3. Menentukan alasan tentang terjadinya perbedaan antara laba bersih dan
dihubungkan dengan pembayaran dan penerimaan kas.
4. Menentukan pengaruh transaksi kas pembelanjaan dan investasi bukan
kas terhadap posisi keuangan perusahaan.
Arus kas sebagai salah satu komponen dalam laporan keuangan yang
penting bagi para pengguna laporan keuangan diklarifikasikan menjadi tiga
komponen, yaitu :
1. Arus Kas Operasi
Menurut Sri Purwanti dkk (2015), Arus kas operasi merupakan
jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi perusahaan. Aktivitas
operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan
aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan. Beberapa contoh aktivitas operasi diantaranya :
a. Penerimaan kas dari pelanggan
b. Pembayaran kas kepada pemasok
c. Pembayaran kas kepada karyawan
Menurut PSAK 2004 No.2, paragraf 12 dalam Hardian Hariono
Sinaga (2010), jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi
merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya
22
perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi
pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar
deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber
pendanaan dari luar .
Arus kas dari aktivitas operasi terutama deviden dari aktivitas
penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas
tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang
mempengaruhi pemdapatan laba atau rugi bersih. Beberapa contoh arus
kas dari operasi adalah: (PSAK 2004 No. 2, paragraf 13)
a. Penerimaan kas dari penjualan barang atau jasa.
b. Penerimaan kas dari royalti, komisi dan pendapatan lain.
c. Pembayaran kas kepada pemasok barang atau jasa.
d. Pembayaran kas kepada karyawan.
e. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi
sehubungan dengan premi, klain, anuitas dan manfaat asuransi
lainnya.
f. Pembayaran kas atau penerimaan kembali pajak penghasilan kecuali
jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari
aktivitas pendanaan dan investasi.
23
2. Arus Kas Investasi
Menurut Sri Purwanti dkk (2015), Aktivitas investasi adalah
perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang
tidak termasuk setara kas. Beberapa aktivitas investasi adalah sebagai
berikut :
a. Pembayaran utang untuk pembelian aktiva tetap, aktiva tidak
berwujud, dan aktiva jangka panjang lainnya
b. Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, aktiva jangka
panjang dan aktiva tidak berwujud lainnya
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi
perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk
menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
Menurut PSAK 2004 No.2, paragraf 15 dalam Hardian Hariono
Sinaga (2010), beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas
investasi adalah :
a. Pembayaran uang untuk membeli aktiva tetap, aktiva tidak
berwujud dan aktiva jangka panjang lain, termasuk
pengembangan yang dikapitalisasikan dan aktiva tetap yang
dibangun sendiri.
b. Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan,
aktiva tidak berwujud dan aktiva jangka panjang lain.
c. Perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain.
24
d. Uang muka pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta
pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan).
e. Pembayaran sehubungan dengan future contracts, forward
contracts, option contracts dan swap contracts kecuali apabila
kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing or
trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan
sebagai aktivitas pendanaan.
3. Arus Kas Pendanaan
Menurut Sri Purwanti dkk (2015), Arus kas yang berasal dari
aktivitas pendanaan mencakup transaksi dan peristiwa yang melibatkan
pos-pos kewajiban sehingga mengakibatkan perubahan dalam jumlah
serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Beberapa contoh arus
kas pendanaan adalah sebagai berikut :
a. Pembayaran kas kepada pemegang saham untuk menebus sahamnya
b. Penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya
c. Pelunasan pinjaman
Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas
pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klain
terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan.
Menurut PSAK 2004 No.2, paragraf 16 dalam Hardian Hariono
Sinaga (2010), beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas
pendanaan adalah :
a. Penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya.
25
b. Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menebus
saham perusahaan.
c. Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman wesel, hipotik dan
pinjaman lainnya
d. Pelunasan pinjaman.
e. Pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lessee) untuk
mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna
usaha pembiayaan.
F. Faktor Fundamental
Faktor fundamental merupakan salah satu faktor lain yang dapat
mempengaruhi return saham. Faktor fundamental yaitu faktor-faktor yang
berasal dari dalam perusahaan, misalnya adanya pemogokan, tuntutan pihak
lain, penelitian yang tidak berhasil, kinerja perusahaan (tingkat
profitabilitas, tingkat likuiditas, leverage, deviden,asset growth, ukuran
perusahaan, dan lain-lain) (M. Iqbal dan Arruzi Bandi, 2003: 647 dalam
Hasanah dan Riyanti, 2016).
Menurut Halim (2003) dalam Monika (2012), untuk melakukan analisis
dan memilih saham terdapat dua pendekatan dasar, yaitu analisis
fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental adalah analisis
yang membandingkan nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya
guna menentukan apakah harga pasar saham tersebut sudah menunjukan
nilai intrinsiknya atau belum. Analisis ini mencoba memperkirakan harga
saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor
26
fundamental (seperti penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan
dividen dan sebagainya) yang mempengaruhi harga saham dimasa yang
akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga
diperoleh taksiran harga saham.
Return saham selalu dijelaskan dengan variabel fundamental menurut
Chu, E.L (1997) dalam Hasanah dan Riyanti (2016) informasi fundamental
secara umum dapat digambarkan sebagai informasi yang berkaitan dengan
data keuangan historis suatu perusahaan (Supadi dan M. Nuryatno Amin,
2012:2 dalam Hasanah dan Riyanti, 2016).
Rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi return saham
antara lain Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE) Dan Debt to
Equity Ratio (DER). Ketiga rasio ini digunakan bagi investor yang
membutuhkan informasi jangka pendek (Samsul, 2006 dalam Hasanah dan
Riyanti, 2016).
Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham adalah tingkat
keuntungan bersih untuk tiap lembar saham yang mampu diraih perusahaan
pada saat menjalankanoperasinya. Laba per lembar saham atau Earning Per
Share (EPS) diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham dibagi
dengan jumlah rata-rata saham yang beredar. Jadi, Earning Per Share (EPS)
digunakan sebagai alat analisis untuk mengetahui tingkat profitabilitas
sebuah perusahaan (Hanani, 2011 dalam Hasanah dan Riyanti, 2016).
27
G. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor lain yang dapat
mempengaruhi return saham. Menurut Lailatus S. dan Kadarusman (2014),
ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aktiva,
penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Ketiga variabel ini
digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili
seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin
banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin
banyak pula perputaran uang dan semakin besar pula ia dikenal di dalam
masyarakat. Besar kecilnya perusahaan dapat diukur dengan aktiva/besar
harta perusahaan dengan menggunakan perhitungan logaritma natural total
aktiva.
Perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil
karena perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar
modal sehingga lebih mudah untuk mendapatkan tambahan dana. Ukuran
perusahaan menunjukkan jumlah pengalaman dan kemampuan tumbuhnya
suatu perusahaan yang mengindikasikan kemampuan dan tingkat risiko
dalam mengelola investasi yang diberikan para stakeholder untuk
meningkatkan kemakmuran mereka.
Perusahaan yang memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa
perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan. Jika perusahaan memiliki
total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap
kedewasaan (maturity) dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah
28
positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang
relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih
stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan
total asset yang kecil (Ninna Daniati dan Suhairi : 2006 dalam Lailatus S.
dan Kadarusman: 2014). Dividend yang dibagikan kepada pemegang saham
pun semakin besar. Hal ini menyebabkan saham perusahaan tetap menarik
bagi investor dan akhirnya saham tersebut mampu bertahan pada harga yang
tinggi secara relatif.
Ukuran Perusahaan adalah ukuran sebuah perusahaan diukur dengan
menggunakan logaritma natural dari total aset perusahaan yang menjadi
sampel di dalam penelitian ini (Hafis, 2013 dalam Serli dan Pipin: 2016).
Bentuk logaritma digunakan karena pada umumnya nilai aset perusahaan
sangat besar, sehingga untuk menyeragamkan nilai dengan variabel lainnya
nilai aset sampel diubah ke dalam bentuk logaritma terlebih dahulu.
Menurut Undang-Undang No. 17/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang usaha
kecil, menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki hasil penjualan
tahunan sebanyak Rp1.000.000.000.000,- (satu milyar rupiah) digolongkan
ke dalam kelompok usaha kecil. Dengan adanya ketentuan ini, maka dapat
dinyatakan bahwa perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan di atas
Rp1.000.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dapat dikelompokkan ke dalam
industri menengah dan besar.
Selain itu, ukuran perusahaan yang didasarkan pada total assets yang
dimiliki oleh perusahaan diatur dengan ketentuan Bapepam-LK (sekarang
29
OJK) No.IX.C.7 (1997) yang menyatakan bahwa:“Perusahaan menengah
atau kecil adalah perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan (total assets)
tidak lebih dari 100 milyar rupiah”. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari
total aktiva yang dimiliki perusahaan, karena total aktiva perusahaan
bernilai milyaran rupiah, maka hal ini dapat disederhanakan dengan
mentransformasikannya ke dalam logaritma natural.
H. Penelitian Terdahulu
1. Vicky Oktavia (2008).
Vicky Oktavia (2008), menganalisis pengaruh total arus kas,
komponen arus kas dan laba akuntansi terhadap harga saham di BEI.
Hasil yang diperoleh dari pengujian pertama, total arus kas memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Hasil
pengujian kedua, laba akuntansi memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap harga saham. Hal tersebut menunjukan bahwa
laba akuntansi yang paling sering menjadi pertimbangan investor
untuk melakukan investasi di pasar modal. Hasil pengujian ketiga,
terdapat pengaruh yang signifikan antara laba akuntansi dan total
arus kas secara bersama-sama terhadap harga saham. Hasil
pengujian keempat, terhadapat pengaruh yang signifikan antara arus
kas operasi terhadap harga saham. Hasil pengujian kelima, terdapat
pengaruh yang signifikan antara arus kas investasi terhadap harga
saham. Pengujian keenam terdapat pengaruh yang signifikan dan
positif antara arus kas pendanaan terhadap return saham syariah.
30
Pengujian ketujuh terdapat pengaruh yang signifikan dan positif
antara arus kas operasi, arus kas operasi dan arus kas pendanaan
secara bersama-sama terhadap harga saham.
2. Gumilang Surya Asmara (2013).
Gumilang Surya Asmara (2013), menganalisis pengaruh
informasi arus kas dan laba akuntansi terhadap return saham syariah
JII 2011-2012. Hasil pengujian pertama, total arus kas memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham syariah. Hasil
pengujian kedua, laba akuntansi memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap return saham syariah. Hasil pengujian ketiga,
terdapat pengaruh yang signifikan antara arus kas operasi terhadap
return saham syariah. Hasil pengujian keempat, tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara arus kas investasi terhadap return
saham syariah. Dan pengujian kelima terdapat pengaruh yang
signifikan antara arus kas pendanaan terhadap return saham syariah.
3. Harnovinsah dan Bernad Sagala (2015).
Harnovinsah dan Bernad Sagala (2015), menganalisis pengaruh
economic value added, rasio profitabilitas dan cash flow from
operating terhadap return saham. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh economic value added, rasio profitabilitas,
dan cash flow from operating terhadap return saham. Penelitian ini
dilakukan dengan metode penelitian kuantitatif dan menggunakan
analisis regresi data panel, dimana economic value added, rasio
31
profitabilitas, dan cash flow from operating merupakan variabel
bebas, sedangkan return saham sebagai variable terikat. Penelitian
ini menggunakan populasi seluruh perusahaan properti yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 - 2013, sedangkan
pengumpulan data dilakukan dengan metode studi pustaka, serta
studi dokumentasi untuk selanjutnya dilakukan pembahasan dan
analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel EVA dan
ROA berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan
properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 –2013.
Sementara itu, variabel ROE dan CFO tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham perusahaan properti yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2010 – 2013.
4. Serli Meryana dan Pipin Fitriasari (2016).
Serli Meryana dan Pipin Fitriasari (2016), penelitian ini
menganalisis tentang Pengaruh Komponen Arus Kas, Laba
Akuntansi dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham
Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI Periode
2012-2014. Hasil analisis pada uji yang pertama yaitu arus kas dari
aktivitas operasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap return
saham pada perusahaan property & realestate periode 2012 –2014.
Hasil pengujian kedua Arus kas dari aktivitas investasi tidak
berpengaruh secara parsial terhadap return saham pada perusahaan
property & realestate periode 2012–2014. Hasil pengujian ketiga
32
arus kas dari aktivitas pendanaan tidak berpengaruh secara parsial
terhadap return saham pada perusahaan property & realestate
periode 2012–2014. Hasil pengujian keempat Laba setelah pajak
tidak berpengaruh secara parsial terhadap return saham pada
perusahaan property & realestate periode 2012–2014. Hasil
pengujian ke lima ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara
parsial terhadap return saham pada perusahaan property & realestate
periode 2012–2014. Dan hasil uji keenam arus kas dari aktivitas
operasi, arus kas dari aktivitas investasi, arus kas dari aktivitas
pendanaan, laba setelah pajak dan ukuran perusahaan secara
bersama-sama tidak berpengaruh secara simultan terhadap return
saham pada perusahaan property & realestate periode 2012–2014.
5. Hasanah Setyowati dan Riyanti Ningsih (2016).
Hasanah Setyowati dan Riyanti Ningsih (2016). Menganalisis
tentang pengaruh faktor fundamental, risiko sistematis dan ekonomi
makro terhadap return saham syariah yang tergabung di Jakarta
Islamic Index (JII) pada periode 2012-2014. Hasil analisis data dan
pembahasan yang telah dilakukan adalah pada uji pertama tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independent (EPS,
ROE, DER, Beta Saham, Inflasi dan Kurs) dengan variabel
dependent (Return saham syariah) secara simultan. Diperoleh hasil
secara simultan (Uji F) nilai Fhitung sebesar 1,185 lebih kecil dari
Ftabel sebesar 2,28 dan nilai (sig.) dari F = 0,329 > 0,05 maka
33
hipotesis alternatif ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa model regresi ini tidak dapat digunakan untuk memprediksi
return saham syariah atau dapat dikatakan Earning Per Share (EPS),
Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Beta Saham,
Inflasi dan Kurs secara simultan tidak berpengaruh terhadap Return
saham syariah.
Hasil Uji kedua secara parsial (Uji t) dapat disimpulkan bahwa
semua variabel yaitu Earning Per Share (EPS), Return On Equity
(ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Beta Saham, Inflasi dan kurs
tidak berpengaruh terhadap return saham syariah. Hasil secara rinci
yaitu:
a. Nilai t hitung variabel EPS yakni -1,674 dengan t tabel=1,67412
(t hitung < t tabel) dan nilai sig=0,100 lebih besar dari nilai
probabilitas 0,05 (0,100>0,05)
b. Nilai t hitung variabel ROE yakni 0,560 dengan t tabel=1,67412
(t hitung < t tabel) dan nilai sig= 0,578 lebih besar dari nilai
probabilitas 0,05 (0,578>0,05)
c. Nilai t hitung variabel DER yakni -0,312 dengan t tabel=1,67412
(t hitung < t tabel) dan nilai sig= 0,756 lebih besar dari nilai
probabilitas 0,05 (0,756>0,05)
34
d. Nilai t hitung variabel beta saham yakni 0,430 dengan t
tabel=1,67412 (t hitung < t tabel) dan nilai sig=0,669 lebih besar dari
nilai probabilitas 0,05 (0,669>0,05)
e. Nilai t hitung variabel inflasi yakni 0,450 dengan t tabel=1,67412
(t hitung < t tabel) dan nilai sig=0,655 lebih besar dari nilai
probabilitas 0,05 (0,655>0,05)
f. Nilai t hitung variabel kurs yakni -1,689 dengan t tabel=1,67412
(t hitung < t tabel) dan nilai sig=0,097 lebih besar dari nilai
probabilitas 0,05 (0,097>0,05).
Hasil uji ketiga koefisien determinasi menunjukkan nilai
adjusted R2 sebesar 0,018. Hal ini berarti bahwa 1,8% variasi Return
saham syariah dapat dijelaskan oleh variabel Earning Per Share
(EPS), Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Beta
Saham, Inflasi dan Kurs, sedangkan sisanya yaitu 98,2% return
saham syariah dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model
regresi.
35
I. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menurut teoritis dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Persamaan satu (1)
Persamaan dua (2)
Gambar 2.1. Kerangka konseptual
Sumber : hasil olah data spss, 2017
Total Arus Kas
(TAK)
Laba Akuntansi
(AKO)
(AKI)
(LAK)
Arus Kas Operasi
Arus Kas Investasi
Arus Kas Pendanaan
Return Harga
Saham (Y)
H1
H2
H3
H4
(AKP)
H5
H6
H7
36
J. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah
penelitian yang kebenarannya masih lemah, sehingga harus diuji secara
empiris.
Adapun hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut :
H1: Ada pengaruh signifikan positif antara Total Arus Kas terhadap Return
Saham Syariah.
H2: Ada pengaruh signifikan positif antara Laba Akuntansi terhadap Return
Saham Syariah.
H3: Ada pengaruh signifikan positif antara Arus Kas Operasi terhadap
Return Saham Syariah.
H4: Ada pengaruh signifikan positif antara Arus Kas Investasi terhadap
Return Saham Syariah.
H5: Ada pengaruh signifikan positif antara Arus Kas Pendanaan terhadap
Return Saham Syariah.
H6: Ada pengaruh signifikan antara Total Arus Kas dan Laba Akuntansi
secara serentak terhadap Return Saham Syariah.
H7: Ada pengaruh signifikan antara Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi
dan Arus Kas Pendanaan secara serentak terhadap Return Saham Syariah.