BAB II LANDASAN TEORI A. Psikologi dalam Sastrarepository.ump.ac.id/2708/4/ANI SETIA HARINI BAB...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Psikologi dalam Sastrarepository.ump.ac.id/2708/4/ANI SETIA HARINI BAB...
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Psikologi dalam Sastra
Psikologi dan sastra merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda tetapi
keduannya memiliki titik kesamaan yaitu berbicara tentang manusia dan
saling berinteraksi. Dengan demikian jelaslah bahwa antara psikologi dan
sastra mempunyai keterkaitan. Hal itu dikarenakan karya sastra dianggap
sebagai hasil kreatifitas dan ekspresi pengarang.Sedangkan psikologi
dianggap dapat membantu seorang pengarang dalam hal mengentalkan
kepekaannya pada kenyataan, mempertajam kemampuan pengamatan dan
memberi kesempatan untuk menjajaki pola-pola yang belum terjamah
sebelumnya. Ini berarti psikologi dapat digunakan oleh pengarang untuk
memilih karakter tokoh serta kejiwaan tokoh dalam cerita yang dikisahkan
karakter yang ditampilkan mampu mendukung jalannya cerita.
Bahwa pendekatan psikologi sastra pada dasarnya berhubungan
dengan tiga gejala utama yaitu pengarang, karya sastra dan pembaca dengan
pertimbangan bahwa pendekatan psikologi lebih banyak berhubungan dengan
pengarang dan karya sastra (Ratna, 2009: 61).
Tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang
terkandung dalam suatu karya sastra, meskipun demikian bukan berarti
bahwa analisis psikologi sastra sama sekali terlepas dengan kebutuhan
masyarakat. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra memberikan pemahaman
8 Motivasi Hidup Tokoh ..., Ani Setia Harini, FKIP UMP, 2013
9
terhadap tokoh-tokonya, misalnya masyarakat dapat memahami perubahan,
kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi dalam
masyarakat, khususnya dalam kaitan psike.
Psikologi sastra adalah suatu kajian yang memandang karya sastra
yang memuat peristiwa-peristiwa kehidupan manusia yang diperankan oleh
tokoh-tokoh imajiner yang ada atau mungkin diperankan oleh tokoh-tokoh
faktual (Sangidu, 2004: 30).
Keterkaitan karya sastra dan psikologi memang memiliki pertautan
yang erat, menurut Endraswara (2008: 97-99) bahwa psikologi dan sastra
memiliki hubungan secara tidak langsung dan fungsional. Pertautan tidak
langsung, karena baik sastra maupun psikologi mempunyai obyek yang sama
yaitu kehidupan manusia, sedangkan pertautan fungsional karena psikologi
dan sastra sama-sama memperlajari kejiwaan orang lain, bedanya dalam
psikologi gejala tersebut riil, sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif.
Menurut Wellek (1995:90) istilah psikologi satra mempunyai empat
kemungkinan pengertian. Pertama adalah study tentang psikologi pengarang
sebagai tipe atau sebagai pribadi. Kedua adalah studi proses kretif. Ketiga
adalah studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan dalam karya
sastra kepada pembaca (psikologi pembaca). Menurut Walgito (dalam
Endraswara, 2008: 93) daya tarik masalah paa psikologi sastra adalah pada
masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Psikologi adalah salah satu
cabang ilmu pengetahuan yang objek studinya adalah manusia kerana psyche
atau psycho mengandung pengertian jiwa. Dengan demikian psikologi
Motivasi Hidup Tokoh ..., Ani Setia Harini, FKIP UMP, 2013
10
mengandung makna ilmu pengetauan tentang jiwa. Psikologi dan sastra
mempunyai hubungan yang sangat erat karena psikologi menjadi salah satu
kajian dalam menelaah karya sastra. Psikologi sastra adalah subjek yang
menghasilkkan karya (Ratna, 2009: 341).
Psikologi sastra merupakan ilmu sastra yang mendekati karya sastra
dari sudut psikologi. Penelitian psikologi sastra memfokuskan pada aspek-
aspek kejiwaan. Psikologi sastra adalah analisis teks dengan
mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologi. Dengan demikian
memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh, maka akan dapat dianalisis konflik
batin. Dengan adanay kaitan yang erat antara aspek psikologis dengan unsur
tokoh dan penokohan, maka karya sastra yang relevan untuk dianalisis secara
psikologis dalam karya-karya yang memberikan intensitas pada aspek
kejiwaan.
Pada dasarnya psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah
yang berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang
terkandung dalam karya sastra. Aspek- aspek kemanusiaan inilah yang
merupakan objek utama psikologi satra, sebab semata-mata dalam diri
manusia itulah aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan. Penelitian
psikologi sastra dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui pemahaman
teori-teori psikologi diadakan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua,
dengan terlebih dahulu mnentukan sebuah karya sasatra sebagai objek
penelitian, kemudian ditentuka teori-teori psikologi yang dianggap relevan
untuk melakukan analisis (Ratna, 2009:342-344).
Motivasi Hidup Tokoh ..., Ani Setia Harini, FKIP UMP, 2013
11
Terkait dengan psikologi, terutama dengan psikologi kepribadian,
sastra menjadi salah satu bahan telaah yang menarik karena sastra bukan
sekedar telaah teks yang menjemukan, tetapi menjadi bahan kajian yang
melibatkan perwatakan atau kepribadian tokoh dalam karya satra (Minderop,
2010: 3). Perwatakan manusia dan aktivitas yang mereka lakukan disetiap
kehidupan banyak yang dapat dijelaskkan dari problem-problem kejiwaan
dalam kehidupan. Untuk dapat memahami berbagai bentuk kejiwaan yang
dialami oleh para tokoh dalam sebuah karya sastra dapat dipahami dengan
ilmu psikologi sastra. Psikologi sastra adalah kajian yang menelaah cerminan
psikologis dalam diri para tokoh yang disajikan sedemikian rupa oleh
pengarang, sehingga pembaca merasa terbuai oleh problem psikologi yang
terdapat di dalam karya satra (Minderop, 2010: 55)
Dari teori diatas bisa disimpulkan yaitu psikologi sastra adalah cabang
ilmu sastra yang mendekati atau menganalisis sastra dari sudut pandang
psikologinya.Bisa kepada psikologi pengarang, pembaca atau kepada teks itu
sendiri.
B. Psikologi Motivasi Abraham Maslow
Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal
tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu kondisi
internal tersebut adalah “motivasi”. Motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri
seseorang yang menggerakan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan
Motivasi Hidup Tokoh ..., Ani Setia Harini, FKIP UMP, 2013
12
dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang
didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuia dengan motivasi
yang mendasarinya (Uno, 2007: 1).
Motivasi yaitu dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau
tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi
juga bisa diartikan sebagai usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang
atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin
mencapai tujuan yang dikehendakinya atau juga mendapat kepuasan dengan
perbuatannya (Moeliono (Peny.) 1993: 593).
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak
menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam
konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian tentang
motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan
pendidik, manajer, dan peneliti.
Salah satu teori pada psikologi tentang motivasi Abraham Maslow,
yang menekankan pada hirarki kebutuhan manusia. Maslow meyakini bahwa
manusia dimotivasi oleh kecenderungan atau kebutuhan untuk
mengaktualisasikan, memelihara, dan meningkatkan dirinya. Kebutuhan ini
sifatnya bawaan sebagai kebutuhan dasar jiwa manusia, yang meliputi
kebutuhan fisik dan psikis.
Maslow dalam Yusuf (2011: 156-157) berpendapat bahwa motivasi
manusia diorganisasikan ke dalam sebuah hirarki kebutuhan yaitu suatu
susunan kebutuhan yang sistematis, suatu kebutuhan dasar harus dipenuhi
Motivasi Hidup Tokoh ..., Ani Setia Harini, FKIP UMP, 2013
13
sebelum kebutuhan dasar lainnya muncul. Kebutuhan ini bersifat instinktif,
namun perilaku yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tersebut
sifatnya dipelajari, sehingga terjadi variasi perilaku dari setiap orang dalam
cara memuaskanny. Kebutuhan itu mempunyai beberapa karakteristik sebagai
berikut:
1. Kebutuhan yang lebih rendah dalam hirarki merupakan kebutuhan yang
paling kuat, potensial, dan prioritas; sementara yang lebih tinggi dalam
hirarki merupakan kebutuhan yang paling lemah.
2. Kebutuhan yang paling tinggi muncul terakhir dalam rentang kehidupan
manusia. Kebutuhan fisiologis (biologis) dan rasa aman muncul pada
usia anak, kebutuhan akan pengakuan dan penghargaan muncul pada usia
remaja, sementara kebutuhan aktualisasidiri muncul pada usia dewasa.
3. Kebutuhan yang lebih tinggi kurang diperlukan dalam rangka
mempertahankan hidup, sehingga pemuasannya dapat diabaikan.
Kegagalan dalam pemuasannya tidak akan menimbulkan krisis, gtidak
seperti apabila gagal dalam memenuhi kepuasan kebutuhan lebih rendah.
Dengan alasan ini, Maslow menyebut kebutuhan yang lebih rendah ini
dengan kebutuhan deficit atau defisiensi. Kegagalan dalam memuaskan
kebutuhan ini akan mengakibatkan defisiensi (tidak kenyamanan) dalam
diri individu.
4. Walaupun kebutuhan yang lebih tinggi kurang begitu perlu dalam rangka
survival, namun kebutuhan itu memberikan kontribusi terhadap survival
itu sendiri dan juga perkembangan. Kepuasan yang diperoleh dari
Motivasi Hidup Tokoh ..., Ani Setia Harini, FKIP UMP, 2013
14
kebutuhan yang lebih tinggi itu dapat meningkatkan kesehatan, panjang
usia, dan efisiensi biologis. Dengan alasan ini, Maslow menanamkan
kebutuhan ini dengan kebutuhan perkembangan atau berada (growth or
being needs).
5. Pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi amat bermanfaat baik bagi fisik
maupun psikis. Kondisi ini dapat melahirkan rasa senang, bahagia, dan
bermakna.
6. Pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi memerlukan situasi eksternal
yang lebih baik (sosial, ekonomi, dan politik) daripada pemuasan
kebutuhan yang lebih rendah.
Maslow dalam Yusuf (2011: 157-160) menyampaikan teorinya
tentang kebutuhan bertingkat yang tersusun sebagai berikut:
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar,
kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan
akan makanan, minuman, seks, istirahat (tidur), dan oksigen. Maslow
dalam Yusuf, mengemukakan bahwa manusia adalah binatang hasrat dan
jarang mencapai taraf kepuasan yang sempurna, kecuali untuk suatu saat
yang terbatas. Apabila suatu hasrat telah terpuaskan, maka hasrat lain
muncul sebagai penggantinya.
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar yangpaling mendesak
pemuasannya karena berkaitan dengan pemeliharaan biologis dan
berlansungan hidup. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis yang
dimaksud, yaitu kebutuhan akan makan, minum, seks, istirahat, dan
Motivasi Hidup Tokoh ..., Ani Setia Harini, FKIP UMP, 2013
15
oksigen. Jika kebutuhan fisiologis ini tidak terpenuhi atau tidak
terpuasakan, individu tidak akan bergerak untuk bertindak memuaskan
kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih tinggi. Apabila kebutuhan fisiologis
sudah terpuaskan, dalam diri individu akan muncul kebutuhan yang
dominan terhadap individu dan menuntut pemuasan akan kebutuhan rasa
aman.
2. Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan ini sangat penting bagi setiap orang, baik anak, remaja,
maupun dewasa. Pada anak kebutuhan akan rasa aman ini Nampak jelas,
sebab mereka suka mereaksi secara langsung terhadap sesuatu yang
mengancam dirinya. Agar kebutuhan anak akan rasa aman ini terpenuhi,
maka perlu diciptakan iklim kehidupan yang memberi kebebasan untuk
berekspresi atau berperilaku itu perlu bimbingan dari orang tua, karena
anak belum memiliki kemampuan untuk mengarahkan perilakunya secara
tepat dan benar. Pada orang dewasa, kebutuhan ini memotivasinya untuk
mencari kerja, menjadi peserta asuransi, atau menabung uang. Orang
dewasa yang sehat mentalnya, ditandai dengan perasaan aman, bebas dari
rasa takut dan cemas. Sementara yang tidak sehat ditandai dengan
perasaan seolah-olah selalu dalam keadaan terancam bencana besar.
Kebutuhan akan rasa aman ini adalah suatu kebutuhan yang
mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian dan
keteraturan dari keadaan lingkungan. Kebutuhan akan rasa cinta dan
memiliki adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk
mengadakan hubungan efektifan emosional dengan individu lain, baik
dengan sesama jenis maupun dengan lawan jenis, di lingkungan keluarga
Motivasi Hidup Tokoh ..., Ani Setia Harini, FKIP UMP, 2013
16
maupu kelompok masyarakat. Apabila kebutuhan rasa aman sudah
terpenuhi, maka akan digerakan untuk memuasakan kebutuhan pengakuan
dan kasih sayang.
3. Kebutuhan Pengakuan dan Kasih Sayang
Apabila kebutuhan fisiologis dan rasa aman sudah terpenuhi, maka
individu mengembangkan kebutuhan untuk diakui dan disayang atau
dicintai. Kebutuhan ini dapat diekspresikan dalam berbagai cara, seperti:
persahabatan, percintaan, atau pergaulan yang lebih luas. Melalui
kebutuhan ini seseorang mencari pengakuan, dan curahan kasih sayang
dari orang lain, baik orang tua, saudara, guru, pemimpin, teman atau orang
dewasa lainnya.
4. Kebutuhan Penghargaan
Jika seseorang sudah merasa dicintai atau diakuai maka orang itu
akan mengembangkan kebutuhan perasaan berharga. Kebutuhan dimiliki
dan mencintai telah relative terpuasakan, kekuatan motivasi melemah
diganti motivasi harga diri. Kebutuhan ini meliputi dua kategori, yaitu:
a. Menghargai diri sendiri meliputi: kepercayaan diri, kompetensi,
kecukupan, prestasi dan kebebasan;
b. Mendapat penghargaan dari orang lain meliputi: pengakuan,
perhatian, prestise, respek, dan kedudukan (status). Memperoleh
kepuasan dari kebutuhan ini memungkinkan individu memiliki rasa
percaya diri akan kemampuan dan penampilannya; menjadi lebih
kompeten; dan produktif dalam semua aspek kehidupan. Sebaliknya
apabila seseorang memperoleh kepuasan atau mengalami lack of self-
Motivasi Hidup Tokoh ..., Ani Setia Harini, FKIP UMP, 2013
17
esteem maka dia akan mengalami rendah diri, tidak berdya, tidak
bersemangat, dan kurang percaya diri akan kemampuannya untuk
mengatasi masalah kehidupan yang dihadapinya.
5. Kebutuhan Kognitif
Secara ilmiah manusia memiliki hasrat ingin tahu (memperoleh
pengetahuan atau pemahaman tentang sesuatu). Hasrat ini mulai
berkembang sejak akhir usia bayi dan awal masa anak, yang diekspreikan
sebagai rasa ingin tahunya dalam bentuk pengajuan pertanyaan tentang
berbagai hal, baik diri maupun lingkungannya. Rasa ingin tahu ini
biasanya terhambat perkembangannya oleh lingkungan, baik keluarga
maupun sekolah. Menurut Maslow rasa ingin tahu ini merupakan ciri
mental yang sehat. Kebutuhan kognitif diekspresikan sebagai kebutuhan
untuk memahami, menganalisis, mengevaluasi, menjelaskan, mencari
sesuatu atau suasana baru dan meneliti.
6. Kebutuhan Estetika
Kebutuhan estetika (order and beauty) merupakan ciri orang yang
sehat mentalnya. Mealui kebutuhan inilah manuisa dapat mengembangkan
kreativitasnya dalm bidang seni (lukis, rupa, patung dan grafis), arsitektur,
tata busana, dan tata rias. Disamping itu orang yang sehat mentalnya
ditandai kebutuhan keteraturan, keserasian dan keharmonisan dalam setiap
aspek kehidupannya, seperti dalam cara berpakain dan pemeliharaan
ketertiban lalu lintas. Orang yang kurang sehat mentalnya biasanya kurang
memperhatikan kebersihan dan kurang apresiatif terhadap keteraturan.
Motivasi Hidup Tokoh ..., Ani Setia Harini, FKIP UMP, 2013
18
7. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini merupakan puncak dari hirarki kebutuhan manusia
yaitu perkembangan atau perwujudan potensi dan kapasitas secara penuh.
Maslow berpendapat bahwa manusia dimotivasi untuk menjadi segala
sesuatu yang dia mampu untuk menjadi itu. Walaupun kebutuhan lainnya
terpenuhi, namun apabila kebutuhan aktualisasi diri tidak terpenuhi, tidak
mengembangkan atau tidak mampu menggunakan kemempuan bawaan
secara penuh, maka seseorang akan mengalami kegelisahan, ketidak
senangan, atau frustasi.
Contohnya : misalnya seorang pelukis harus melukis, seorang sastrawan
harus menulis, dan seorang musikus harus membuat musik.
C. Psikologi Kepribadian
Banyak para ahli yang mendefinisikan kepribadian. Salah satu
yang paling penting menurut Allport (dalam Robbins, 2003)
.Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik
individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara
khas. Terjadinya interaksi psikofisik mengarahkan tingkah laku manusia.
Maksud dinamis pada pengertian tersebut adalah perilaku mungkin saja
berubah-ubah melalui proses pembelajaran atau melalui pengalaman-
pengalaman, reward, punishment, pendidikan.
Kata personality dalam bahasa Inggris dari kata Latin: person.
Pada mulanya kata person ini menunjuk kepada topeng yang biasa
Motivasi Hidup Tokoh ..., Ani Setia Harini, FKIP UMP, 2013
19
digunakan oleh para pemain sandiwaran di Zaman Romawi dalam
memainkan peran-perannya. Dari sini lambat laun kata person berubah
menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang
diterima individu dari kelompok atau masyarakatnya, dimana kemudian
individu tersebut diharapkan bertingkah laku sesuai dengan gambaran
social (peran) yang diterimanya. Dalam kehidupan sehari-hari kita
jumpai pengertian kepribadian semacam ini melalui ungkapan-ungkapan
seperti: “Didi berkepribadian pahlawan,” atau “ Dewi memiliki
kepribadian Kartini sejati”. Gambaran bahwa kepribadian, menurut
pengertian sehari-hari, menunjuk kepada bagaimana individu tampil
menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya (Koswara, 1991: 10).
Pendapat Cattel (dalam Yusuf, 2007: 186) kepribadian adalah
“Personality is that which permits a preadiction of what a person will do
in a given situation” kepribadian merupakan suatu yang prekditif tentang
apa yang akan dilakukan oleh individu dalam situasi tertentu.
Dalam kehidupan sehari- hari, kata kepribadian digunakan untuk
menggambarkan: (1) identintas diri. Jati diri seseorang, seperti: “saya
seorang terbuka” atau “saya seorang pendiam”, (2) kesan umum
seseorang tentang diri anda atau orang lain, seperti: “dia agresif” atau
“dia jujur”, dan (3) fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau
bermasalah, seperti: “dia baik” atau “dia pendendam”. Untuk
memperoleh pemahaman tentang kepribadian ini, berikut dikemukakan
beberapa pengertian dari para ahli (Yusuf, 2011: 3).
Motivasi Hidup Tokoh ..., Ani Setia Harini, FKIP UMP, 2013
20
a. Hall & Lindzey mengemukakan bahwa secara popular, kepribadian
dapat diartikan sebagai: (1) ketrampilan atau kecakapan social
(social skill), dan (2) kesan yang paling menonjol, yang ditunjukkan
seseorang terhadap orang lain (seperti seseorang yang dikesankan
sebagai orang yang agresif atau pendiam).
b. Woodworth mengemukakan bahwa kepribadian merupakan “kualitas
tingkah laku total individu”.
c. Dashniell mengartikannya sebagai “gambaran total tentang tingkah
laku total individu”.
d. Dashiell mengartikannya sebagai “gambaran total tentang tingkah
laku individu yang terorganisasi”.
e. Derlege, Winstead & Jones mengartikannya sebagai “system yang
relatif stabil mengenai karateristik individu yang bersifat internal,
yang berkontribusi terhadap pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang
konsisten”.
Menurut (Yusuf, 2011: 19) secara garis besar ada dua faktor
utama yang mempengaruhi perkembangan kepribadian, yaitu faktor
hereditas (genetika) dan faktor lingkungan (enivorinment):
a. Faktor genetika (pembawaan)
Masa dalam kandungan dipandang sebagai saat (periode)
yang kritis dalam perkembangan kepribadian, sebab tidak hanya
sebagai saat pemebentukan pola-pola kepribadian, tetapi juga
sebagai masa pembentukan kemampuan-kemampuan yang
Motivasi Hidup Tokoh ..., Ani Setia Harini, FKIP UMP, 2013
21
menentukn jenis penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah
lahir.
Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak secara
langsung, karena yang dipengaruhi gen secara langsung adalah (1)
kualitas system saraf, (2) keseimbangan biokimia tubuh, dan (3)
struktur tubuh.
Bahwa fungsi hereditas dalam kaitannya dengan
perkembangan kepribadian adalah (1) sebagai sumber bahan mentah
(raw materials) kepribadian seperti fisik, intelegensi, dan
temperamen, (2) membatasi perkembangan kepribadian (meskipun
kondisi lingkungannya sangat baik, perkembangan kepribadian itu
tidak nisa melebihi kapasitas atau potensi hereditas, dan
mempengaruhi keunikan kepribadian.
Contohnya seorang anak perempuan yang wajahnya kurang,
dia akan merasa rendah diri apabila berada dalam lingkungan yang
sngat menghargai wanita dari segi kecantikan fisiknya. Dari contoh
tersebut, bahwa hereditas mempengaruhi “konsep diri” individu
sebgai dasar individualitasnya (keunikannya) sehingga tidak ada dua
orang yang mempunyai pola-pola kepribadian yang sama, meskipun
kembar identik.
b. Faktor lingkungan (environment)
Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepribadian
diantaranya keluarga, kebudayaan dan sekolah.
Motivasi Hidup Tokoh ..., Ani Setia Harini, FKIP UMP, 2013
22
1) Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu utama
pembentukan kepribadian anak. Alasannya adalah (1)
merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat
identifikasi anak, (2) anak banyak menghabiskan waktunya di
lingkungan keluarga, dan (3) para anggota keluarga merupakan
“significant people” bagi pembentukan kepribadian
anak.Apabila anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasarnya, maka dia cenderung berkembang menjadi seorang
pribadi yang sehat.
Suasana keluarga sngat penting bagi perkembangan
kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan dalam
lingkungan keluarga harmonis dan agamis maka anak tersebut
cenderung positif, sehat (welladjustment). Sedangkan anak yang
dikembangkan dalam lingkungan keluaraga yang broken home,
kurang harmonis, orang bersikap keras kepada anak, atau tidak
memperhatikan nilai agama, maka perkembangan
kepribadiannya cenderung mengalami distorsi atau mengalami
kelainan dalam penyesuaian dirinya (maladjustment).
2) Kebudayaan
Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau suku)
memiliki tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas. Kebudayaan
suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap setiap
Motivasi Hidup Tokoh ..., Ani Setia Harini, FKIP UMP, 2013
23
warganya, baik yang menyangkut cara berfikir, cara bersikap,
atau cara berperilaku. Pengaruh kebudayaan terhadap
kepribadian ini dapat dilihat dari perbedaan antara masyarakat
modern, yang budayanya maju dengan masyarakat primitive,
yang budayanya masih sederhana. Perbedaan ini tampak dalam
gaya hidupnya, seperti dalam cara makan, berpakain,
memelihara kesehatan, berinteraksi, pencaharian, dan cara
berfikir (memandang sesuatu).
Setiap suku dan bangsa di dunia ini masing-masing
memiliki tipe kepribadian dasar yang relativ berbeda (meskipun
dalam banyak hal, dengan pengaruh globalisasi perbedaan
karateristik kepribadian itu cenderung berkurang). Contohnya
bangsa Indonesia memiliki karakteristik kepribadian dasar:
religious, ramah, namun kurang disiplin. Sedangkan Jepang:
ulet, kreatif, dan berdisiplin.
3) Sekolah
Lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kepribadian
anak. Faktor-faktor yang dipandang berpengaruh itu diantaranya
sebagai berikut:
a) Iklim emosional kelas
Kelas yang iklim emosinya sehat (guru bersikap ramah,
dan respek terhadap siswa dan begitu juga berlaku diantara
sesama siswa) memberikan dampak positif bagi
Motivasi Hidup Tokoh ..., Ani Setia Harini, FKIP UMP, 2013
24
perkembangan psikis anak, seperti merasa nyaman, bahagia,
mau bekerja sama, termotivasi untuk belajar, dan mau
menaati peraturan.
Sedangkan kelas yang iklim emosinya tidak sehat
(guru bersikap otoriter, dan tidak menghargai siswa)
berdampak kurang baik bagi anak, seperti merasa tegang,
nerveus, sangat kritis, mudah marah, malas untuk belajar,
dan berperilaku yang mengganggu ketertiban.
b) Sikap dan perilaku guru
Sikap dan perilaku guru ini tercermin dalam
hubungannya dengan siswa. Hubungan guru dengan siswa
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya:
(1) Stereotype budaya terhadap guru (pribadi dan profesi),
positif atau negative.
(2) Sikap guru terhadap siswa.
(3) Metode mengajar.
(4) Penegakkan disiplin dalam kelas.
(5) Penyesuaian pribadi guru.
Sikap perilaku guru, secara langsung mempengaruhi
“self-concept” siswa, melalui sikap-sikapnya terhadap tugas
akademik (kesungguhan dalam mengajar), kedisplinan
dalam menaati peraturan sekolah, dan perhatiannya
terhadap siswa. Secara tidak langsung pengaruh guru ini
Motivasi Hidup Tokoh ..., Ani Setia Harini, FKIP UMP, 2013
25
terkait dengan upayanya membantu siswa dalam
mengembangkan kemampuan penyesuaian sosialnya.
c) Disiplin (tata tertib)
Tata tertib ditunjukan untuk membentuk sikap dan
tingkah laku siswa. Disiplin yang otoriter cenderung
mengembangkan sifat-sifat pribadi siswa yang tegang,
cemas dan antagonistic. Disiplin yang permisif, cenderung
membentuk siswa sifat yang kurang tanggung jawab,
kurang menghargai otoritas, dan egoentris. Sementara
disiplin yang demokratis, cenderung mengembangkan
perasaan berharga, merasa bahagia, perasaan tenang, dan
sikap bekerja sama.
d) Prestasi belajar
Perolehan prestasi belajar, atau peringkat kelas dapat
memepengaruhi peningkatan harga diri, dan sikap percaya
diri siswa.
e) Penerimaan teman sebaya
Siswa yang diterima oleh teman-temannya, dia akan
mengembangkan sikap positif terhadap dirinya, dan juga
orang lain. Dia merasa menjadi orang yang berharga.
Motivasi Hidup Tokoh ..., Ani Setia Harini, FKIP UMP, 2013