BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kosakatarepository.ump.ac.id/3017/3/ANGGORO AGUNG NUGROHO BAB...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kosakatarepository.ump.ac.id/3017/3/ANGGORO AGUNG NUGROHO BAB...
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kosakata
Kosakata adalah perbendaharaan kata (Depdikbud. 1985: 524)
Kosakata atau perbendaharan kata dapat diartikan sebagai berikut ;
a. semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa.
b. kata-kata yang dikuasai oleh seseorang atau yang dipergunakan oleh
sekelompok orang dari suatu lingkungan yang sama.
c. kata-kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan.
d. seluruh morfem yang ada dalam suatu bahasa (pengertian lingustik).
e. sejumlah kata dan frasa dari suatu bahasa yang disusun secara alfabetis
disertai batasan dan keterangannya (Adiwimarta dkk 1978: 2)
Soedjito dalam Djago Tarigan (1994: 477) mengatakan kosakata
sebagai berikut :
a. semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa.
b. kekayaan kata yang dimiliki oleh seseorang pembicara atau penulis.
c. kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan.
d. daftar kata yang disusun seperti kalimat disertai penjelasan singkat dan
praktis.
Lain halnya menurut Sarwadi (1992: 18 ) istilah kosakata itu
mengandung arti:
a. semua kata terdapat dalam suatu bahasa.
4 Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
5
b. jumlah kata yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dalam
lingkungan yang sama.
c. jumlah kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan.
d. semua kata asal yang terdapat dalam suatu bahasa.
e. daftar sejumlah kata dan sekelompok kata yang disusun secara alfabetis
dan disertai
batasan keterangan dari suatu bahasa.
Berdasarkan pendapat di atas bahwa kosakata adalah semua kata
dalam suatu bahasa yang digunakan oleh pembicara atau penulis untuk
menyatakan suatu maksud dalam bentuk kalimat atau kata.
B. Pengertian Bahasa Baku
Bahasa baku adalah ragam bahasa yang ejaannya, tata bahasanya, dan
kosakatanya diakui beserta diterima oleh kalangan masyarakat luas dan
dijadikan norma pemakaian yang benar (Kamus Bahasa Indonesia).
Berdasarkan dari pengertian bahasa baku terkandung pengertian yang
bersifat paradoks. Dalam pengertian bahasa baku terkandung pula
pengertian bahasa non baku. Sedangkan masyarakat pemakai bahasa dapat
mempertentangkan kedua pengertian tersebut. Untuk mengetahui bahasa
baku perlu terlebih dahulu mengetahui pengertian ciri-ciri bahasa baku
tersebut. Dengan mengetahui ciri-ciri bahasa yang baku tersebut akan dapat
mengetahui yang mana bahasa yang baku dan sekaligus dapat pula
mengetahui bahasa non baku. Semua bahasa baik itu bahasa modern
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
6
maupun bahasa yang terisolasi mengalami perubahan. Sejumlah kata-kata
atau leksikon hilang dari pemakaian dan diganti oleh kata-kata yang baru,
baik sebagai hasil bentukan baru maupun sebagai hasil pinjaman atau
serapan dari suatu bahasa yang lain. Bahasa dan bunyi-bunyi bahasa dapat
berubah karena pengaruh bahasa lain ataupun karena menginginkan sesuatu
yang baru yang dianggap lebih baik dan sesuai dengan perkembangan
(Adul, 1981 : 12).
Sesungguhnya setiap bahasa, bahasa maupun juga, tidak lepas dari
pengaruh bahasa lain dan tidak lepas dari perubahan-perubahan. Tidak dapat
disangkal bahwa bahasa yang hidup dan berkembang akan mengalami
peristiwa yang demikian. Bahasa yang hidup adalah bahasa yang dinamis
yang menghendaki perubahan yang sesuai dengan gejolak dan aspirasi
masyarakat pemakaiannya yang disebabkan oleh berbagai faktor diluar
persoalan bahasa itu sendiri. Bahasa yang mempunyai kaidah yang tetap,
yang mempunyai leksikon yang tetap, yang tidak bertambah dan berubah-
ubah lagi, demikian pulastruktur yang tidak berkambang, yang tidak
mengikuti perkembangan masyarakat pemakai bahasanya, cepat atau lambat
akan menjadi bahasa mati atau akan menjadi bahasa klasik. Jtga bahasa
yang selalu berubah yang tidak terkendalikan lebih baik dalam bidang
leksikon, fonologi, morfologi, morfosinteksis dan juga sintaksis atau
keseluruhan bidang bahasa, berarti adalah sebuah bahasa yang kacau. Jelas
yang demikian bukanlah pula bahasa baku (Adul, 1981 : 13 ).
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
7
Pengertian bahasa baku, bahasa baku memiliki kaidah atau aturan
yang tetap, atau memiliki kemantapan dinamis. Tetapi dalam kemantapan
ini tergantung sifat terbuka untuk meneria perubahan yang bersistem di
bidang kosakata dan peristilahan dan untuk perkembangan berbagai jenis
ragam dan gaya di bidang kalimat dan makna (Moeliono dalam Amran
Halim ed. 1976: 29). Dalam mencapai kemantapan sebagaimana tersebut di
atas, haruslah ada usaha kodifikasi bahasa dan kodifikasi ini harus pula
menyangkut dua aspek yang penting (1) bahasa menurut situasi pemakai
dan pemakaiannya, (2) bahasa menurut struktur sebagai suatu sistem
komunikasi. Selain dari ciri kemampuan yang dinamis dan mempunyai sifat
terbuka untuk menerima perubahan yang bersistem. Sebagaimana telah
dikemukakan di atas bahasa baku yang modern harus juga mempunyai ciri
kecendekian. Dengan demikian bahasa baku yang harus mampu
mengungkapkan proses pemikiran yang rumit diberbagai bidang ilmu dan
hubungan antar manusia tanpa menghilangkan kodrat dan kepribadiannya
(Adul, 1981: 14).
Pengertian bahasa baku sebagaimana telah dijelaskan dengan istilah
kodifikasi bahasa, haruslah bahasa itu mempunyai sistem ortografi yang
antara lain berupa ejaan yang baku guna menjelaskan ujaran yang terdapat
dalam bahasa tersebut. Kemudian sebagai bahasa baku itu menjelaskan
fungsinya yang meliputi:
a. fungsi pemersatu
b. fungsi penanda kepribadian
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
8
c. fungsi penambah wibawa
d. fungsi sebagai kerangka acuan
(Moeliono dalam Halim ed, 1976: 30).
Uraian di atas dapat dikemukakan batasan bahwa bahasa baku adalah
bahasa yang mempunyai kemantapan kaidah atau aturan yang merupakan
kerangka acuan yang bersifat dinamis dan terbuka yang dapat menerima
unsur-unsur baru guna memperbaiki dirinya dengan tetap mempertahankan
kodrat dan kepribadiannya, yang berperan dalam berbagai bidang ilmu dan
antar hubungan manusia serta didukung dengan setia oleh pemakainya.
Kata baku adalah kata yang cara pengucapan atau cara penulisannya
sesuai dengan kaidah-kaidah standar atau kaidah yang telah dibakukan.
Kaidah standar yang dimaksud dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata
bahasa baku, atau kamus umum.
C. Ciri-ciri Bahasa Baku
a. Tidak dipengaruhi bahasa daerah
Baku Tidak Baku
asam kecut
anak bocah
anda koe
b. Tidak dipengaruhi bahasa asing
Baku Tidak Baku
akhir ahir
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
9
aluminium almunium
c. Bukan merupakan bahasa percakapan
Baku Tidak Baku
bagaimana gimana
dengan sama
membeli beli
tidak enggak
tetapi tapi
d. Pemakaian imbuhan secara eksplisit
Baku Tidak Baku
Mengesampingkan mengenyampingkan
menukarkan mentukarkan
menyikapinya mensikapinya
e. Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat
Baku Tidak Baku
suka akan suka dengan
disebabkan oleh disebabkan kerena
lebih besar daripada lebih besar dari
lebih kecil daripada lebih kecil dari
f. Tidak Terkontaminasi, tidak rancu
Baku Tidak Baku
berkali-kali berulang kali
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
10
terus terang terang-terangan
g. Tidak mengandung arti pleonasme
Baku Tidak Baku
Artinya artinya adalah
pada zaman dahulu pada zaman dahulu kala
maju maju ke depan
para kyai para kyai-kyai
h. Tidak mengandung hiperkorek
Baku Tidak Baku
akhir insyaf
anggota anggauta
bangkrut bangkerut
batrai batre
buah buwah
cuma cuman
Contoh kata baku dan tidak baku dalam bahasa Indonesia
Baku Tidak Baku
abjad abjat
adegan adehan
administrasi administerasi
aerob aerobe
aerodinamika aerodinamik
ahli akhli
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
11
bazar basar
biodata bio data
cek check
dialog dialoh
efek epek
eksklusif esklusif
ekstra extra
fase pase
fisik pisik
hemoglobin haemoglobin
hidraulik hidrolik
instruksi intruksi
jadwal jadual
karier karir
konstruksi kontruksi
Kristal krystal
Masyarakat masarakat
Metode metoda
Nasihat nasehat
Objek obyek
Pasien pasen
Personal personil
Praktik praktek
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
12
Sakarin saharin
Sistem sistim
Skripsi sekripsi
Taksi taxsi
Tim team
Transportasi tranportasi
Vakum vakem
Xenon senon
Zigot zygote
Zodiak jodiak
(Depdikbud, 2005 : 93)
D. Jenis Kata Dalam Bahasa Indonesia
Menurut (Depdikbud. 2005 : 116) jenis kata dapat dibedakan atas :
a. Kata kerja (verba)
b. Kata benda (nomina)
c. Kata ganti (pronominal)
d. Kata bilangan (numeralia)
e. Kata sifat (adjektifa)
f. Kata keterangan (adverba)
g. Kata sandang (artikel)
h. Kata depan (preposisi)
i. Kata penghubung (konjungsi)
j. Kata seru (injeksi)
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
13
a. Kata Kerja
Kata kerja (verbal) adalah kata yang menyatakan makna perbuatan,
pekerjaan, tindakan, atau keadaan.
Jenis-jenis kata kerja
a. Berdasarkan bentuknya
1) Kata kerja bentuk dasar
Contoh : Makan
Minum
Pergi
Lari
Singgah
2) Kata kerja bentuk turunan
Contoh : lari-lari
Makan-makan
Berputar-putar
Termangu-mangu
Kejar-kejran
3) Kata kerja bentuk pemajemukan
Contoh : Bertanggung jawab
Membagi rata
Memberitahukan
Memberi tahu
Menandatangani
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
14
Membalas budi
Menganakemaskan
Berinduk semang
Memperjualbelikan
Memukul mundur
4) Kata kerja bentuk pengimbuhan
Contoh : Membaca
Mempermainkan
Bernyanyi
Bersemburan
Terguling
Padamkan
Dihadiri
Diperbolehkan
b. Kata Benda
Kata benda (atau) adalah kata yang mengacu pada manusia,
binatang, benda, dan konsep atau pengertian.
Jenis-jenis kata benda
1. Kata benda konkret dan abstrak.
a) Kata benda konkret adalah nama benda yang dapat
b) ditangkap dengan panca indra.
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
15
Kata benda konkret terbagi dalam beberapa macam :
Nama diri : Hasan, Bandung, Musi, Galunggung.
Nama jenis : binatang, meja, ayam, harimau, buku,
pulpen.
Nama himpunan : ASEAN, KONI, Perserikatan Bangsa
Bangsa.
Nama zat : emas, perak, minyak, air, uap, kayu.
c) Kata benda abstrak adalah nama-nama benda yang tidak dapat
ditangkap dengan panca indra.
Contoh : kebahagiaan, pembelian, penghijauan.
2. Kata benda bentuk dasar dan kata benda turunan.
a) Kata benda bentuk dasar
Contoh : gambar, pisau, bawang, ikan, laut, bumi, mobil, kucing,
langit.
b) Kata benda bentuk turunan
Pengimbuhan Perulangan pemajemukan
Kendaraan mobil-mobilan kutu buku
Perumahan rumah-rumah darah daging
Kesehatan gunung-gunung lomba lari
Pertambangan pepohonan unjuk rasa
Keindahan biji-bijian doa restu
Olah ragawan tali-temali pedagang eceran
Hadirin sayur-mayur mata duitan
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
16
c. Kata Ganti
Kata ganti (pronomina) adalah kata yang menggantikan kata
benda atau kata yang dibendakan. Kata ganti dibedakan atas berikut ini.
1. Kata ganti orang,
Persona
Makna
Tunggal Jamak
Pertama Saya, aku, daku, ku Kami, kita
Kedua Engkau, kamu, anda,
dikau, kau-, -mu
Kalian, kamu sekalian,
anda sekalian.
Ketiga Ia, dia, beliau,-nya Mereka
2. Kata ganti penunjuk
a. Penunjuk umum : ini, itu
b. Penunjuk tempat : sini, sana, situ
c. Penunjuk ikhwal : begini, begitu
d. Penunjuk tak tentu : sesuatu, seseorang
3. Kata ganti tanya.
Kata tanya Yang Ditanyakan
siapa orang
apa barang
mana pilihan
mengapa alasan, sebab-sebab, pendapat
kapan, bila, bilamana waktu
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
17
di mana, ke mana, dari mana tempat
bagaimana cara
berapa, ke berapa jumlah, urutan
d. Kata Bilangan
Kata bilangan (numeralia) adalah kata yang dipakai untuk
menghitung banyaknya wujud (orang, binatang, benda) dan konsep.
Kata bilangan dapat dibedakan atas :
1. Kata bilangan pokok
Contoh : nol, satu, dua, tiga.
2. Kata bilangan tingkat
Contoh : kesatu, kesepuluh, ketujuh belas, keseratus, kelima ratus.
3. Kata bilangan pecahan
Contoh : seperdua, setengah, sepersepuluh, separuh
e. Kata Sifat
Kata sifat (adjektiva) adalah kata yang dipakai untuk
mengungkapkan sifat atau keadaan, orang, binatang, atau benda.
Jenis-jenis kata sifat
1. Kata sifat bentuk dasar
Contoh : Asin Cerah Kecil Malang
Anggun Ceria Kurus Murah
Besar Mewah Lama Ramai
Biru Murah Lemah Rusak
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
18
2. Kata sifat bentuk turunan
Contoh : pengimbuhan perulangan
pemajemukan
Alami kekanak-kanakan berat lidah
Insani cantik-cantik aman tentram
Jasmaniah murah-murah padat karya
f. Kata Keterangan
Kata keterangan (adverbial) adalah kata yang memberi keterangan
pada kata lainnya. Kata keterangan dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Berdasarkan bentuknya
a) Kata keterangan bentuk dasar
Contoh : sangat, lebih, terlalu
b) Kata keterangan bentuk turunan
Contoh : diam-diam, habis-habisan, sesungguhnya
2. Berdasarkan letaknya
a) Medahului kata yang diterangkan
Contoh : lebih tinggi, sangat indah
b) Mengikuti kata yang diterangkan
Contoh : tampan nian, Duduk saja
c) Dapat mengikuti atau mendahului kata yang diterangkan
Contoh : lekas-lekas pulang, Pulang lekas-lekas
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
19
g. Kata Sandang
Kata sandang adalah kata yang fungsinya sebagai penentu bagi
kata benda. Kata sandang terbagi dalam beberapa jenis berikut.
1. Mengacu pada makna tunggal
Contoh : sang, hang, sri, dang.
2. Mengacu pada makna kelompok
Contoh : para
3. Bermakna netral
Contoh : si
h. Kata Depan
Kata depan adalah kata yang bertugas membentuk frase
preposional. Fungsinya adalah
1. Menandai peruntukan
Contoh : bagi, untuk, buat, guna.
2. Menandai hubungan asal, arah, atau milik
Contoh : dari
3. Menandai hubungan cara
Contoh : dengan
4. Menandai hubungan tempat berada
Contoh : di
5. Menandai hubungan sebab
Contoh : karena, sebab
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
20
6. Menandai arah suatu tempat
Contoh : ke
7. Menandai hubungan pelaku
Contoh : Oleh
8. Menandai hubungan tempat atau waktu
Contoh : pada
9. Menandai hubungan peristiwa
Contoh : tentang
i. Kata Penghubung
Kata penghubung (konjungsi) adalah kata yang fungsinya
menghubungkan bagian-bagian kalimat.
Fungsi kata penghubung :
1. menandai hubungan penambahan, contohnya : dan, serta
2. menandai hubungan pemilihan, contohnya : atau
3. menandai hubungan perlawanan, contohnya : tetapi, melainkan.
4. menandai hubungan waktu, contohnya : sesudah, sebelum, ketika
5. menandai hubungan syarat, contohnya : jika, bila
6. menandai hubungan pengandaian, contohnya : andaikan,
umpamanya
7. menandai hubungan tujuan, contohnya : agar, supaya
8. menandai hubungan pemiripan, contohnya : seakan-akan, seperti
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
21
9. menandai hubungan sebab, contohnya : sebab, karena
10. menandai hubungan akibat, contohnya : maka, sehingga
11. menandai hubungan cara, contohnya : dengan
j. Kata Seru
Kata seru (interjeksi) adalah kata yang mengungkapkan cetusan
perasaan atau lupan emosi. Kata seru ini digunakan untuk memperkuat
rasa kagum, sedih, heran, jengkel. Untuk menyatakan rasa kagum,
misalnya orang tidak merasa cukup dengan menyatakan, “indah sekali
pemandangan itu!” tetapi biasa mengawalinya dengan kt wow, amboi.
Dengan demikian, kalimat “amboi, indah sekali pemandangan itu” tidak
hanya menyatakan fakta, tetapi juga ungkpn rasa hati pembicaranya.
Kata seru mengacu pada pada nada atau sikap berikut:
1. bernada negative, yakni cih, cis, bah, ih, idih, brengsek, sialan.
Contoh : - Cih, tidak tahu malu mengemis kepad orang lain
- Cis, muak aku melihat rupamu lagi
- Bah, pergi kau dari sini
2. bernada positif, yakni aduhai, amboi, asyik, Alhamdulillah,
subhanallah, hore.
Contoh : - Asyik, saya mendapat nilai sepuluh
- Alhamdulillah, saya meraih juara pertama
- Hore, saya dapat hadiahnya
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
22
3. bernda keheranan, yakni ai, lho, astaghfirullah, masyaallah
Contoh : - Ai, mengapa kamu menjadi kurus begini?
- Lho, kamu kan masih saudr saya?
- Masyaallah, dia berani melawan ibunya?
Pemakian kata-kata seru umumnya digunakan dalam bahasa
lisan ataupun tulisan yang berbentuk percakapan. Dalam percakapan
yang bersifat informal atau dalam situasi santai, kat-kata seru banyak
dijumpai. Sebaliknya pada situasi resmi, kata seru ini semakin jarang
digunakan.
E. Fungsi dan Kriteria Bahasa Baku
a. Fungsi Bahasa Baku.
Bahasa baku mempunyai empat fungsi yang mendukung, tuga
diantaranya bersifat pelambang atau simbolis sedangkan satu lagi bersifat
objektif: (1) fungsi pemersatu, (2) Fungsi pemberi kekhasan, (3) Fungsi
pembawa kewibawaan (4) Fungsi sebagai kerangka acuan (Moeliono, dkk,
1998: 15)
1. Fungsi pemersatu
Bahasa Indonesia meningkat kebinekaan bahasa daerah
diseluruh Indonesia. Fungsi pemersatu dapat ditingkatkan lagi dengan
mengintensifkan usaha berlakunya suatu bahasa baku yang beraturan,
yang menjadi ciri manusia modern.
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
23
2. Fungsi Penanda kepribadian
Bahasa Indonesia yang telah baku dan teratur, akan terlihat di
dalam pergaulan dengan bahasa lain. Yang dinyatakan dengan
identitas dengan menggunakan bahasa Indonesia. Kalau fungsi ini
sudah dilaksanakan secara luas, maka bahasa Indonesia dapat
dianggap telah melaksanakan peranan yang penting sebagai bahasa
Pndonesia yang baku.
3. Fungsi Penambah Kewibawaan
Berdasarkan dari unsur tersebut menduduki tempat tinggi pada
skala tata nilai dalam masyarakat bahasa, gengsi yang melekat pada
bahasa Indonesia baku, karena dipakai oleh kalangan masyarakat yang
berpengaruh seperti: pejabat tinggi pemerintah, guru, alim ulama,
penyiar radio, rohaniwan. Mereka akan lebih berwibawa bila telah
mahir berbahasa. Kewibawaan yang tinggi dapat pula terlaksana kalau
bahasa Indonesia dapat dipautkan dengan teknologi serta unsur
kebudayaan baru.
4. Fungsi Sebagai Kerangka Acuan
Yaitu dijadikan ukuran untuk tepat tidaknya pemakaian bahasa
dalam situasi tertentu.
b. Kriteria Kosakata Ragam Baku.
Bahasa selalu berkembang seirama dengan perkembangan
kehidupan masyarakat. Perkembangan yang mudah dikenali terdapat
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
24
dalam bidang kosakata karena bidang inilah yang terpeka terhadap
perubahan budaya dalam kehidupan masyarakat. Akibatnya, ada kata-
kata yang muncul dalam pemakaian dan ada yang tengelam dari
pemakaian kemunculannya akan dapatmenambah atau memperkaya
kosakata yang telah ada (Sabariyanto. 1993 : 217)
F. Ragam Bahasa
Bahasa Indonesia yang amat luas wilayah pemakaiannya dan
bermacam ragam penuturannya, mau takluk pada hukum perubahan. Arah
perubahan itu tidak selalu tak terelakan karena kita pun dapat mengubah
bahasa secara berencana. Faktor sejarah dan perkembangan masyarakat
turut pula berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa Indonesia
ciri dan kaidah tata bunyi, pembentukan kata dan tata makna umumnya
sama. Itulah sebabnya kita masil bisa memahami orang lain yang berbahasa
Indonesia walaupun di samping itu kita dapat mengenali beberapa
perbedaan dalam perwujudan bahasa Indonesianya (Moeliono, dkk.
1988: 3)
Pertama-tama ragam menurut golongan penutur bahasa dan ragam
menurut jenis pemakaian bahasa, kita akan melihat bahwa ragam-ragam
itu saling bertautan. Ragam yang ditinjau ari sudut pandang penulis dapat
diterima menurut patokan daerah, pendidikan, dan sekup penutur.
Ragam daerah sudah lama dikenali dengan nama logat atau dialek.
Bahasa yang menyebar luas selalu mengenal logat. Masing-masing dapat
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
25
dipahami secara timbal balik oleh penuturnya, sekurang-kurangnya oleh
penutur dialek yang daerahnya berdampingan.
Jika di dalam wilayah pemakaiannya orang tidak mudah
berhubungan, misalnya karena tempat kediamannya dipisahkan oleh
pegunungan, selat atau laut, maka logat itu dalam perkembangan akan
banyak berubah sehingga akhirnya dianggap bahasa yag berbeda.
Logat daerah adalah yang paling ketara karena tata bunyinya yang
mudah dikenali. Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, turun-naiknya nada,
dan panjang pendek bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda-beda.
Perbedaan kosakata dan variasi gramatikal tentu ada juga walaupun
mungkin kurang tampak. Ragam dialek dengan sendirinya erat
hubungannya dengan bahasa ibu si penutur (Moeliono, dkk. 1988: 4).
Ragam bahasa menurut pendidikan formal yang berselingan
dengan ragam dialek, menunjukan perbedaan yang jelas antara kaum yang
berpendidikan formal dan yang tidak. Tata bunyi Bahasa Indonesia
golongan kedua itu berbeda dengan fonologi kaum terpelajar. Bunyi / f /
dan gugus konsonan akhir /-ks/, misalnya sering tidak terdapat dalam
ujaran orang yang tidak sekolah atau hanya berpendidikan rendah. Bentuk
fadil, fakultas, film, fitnah, dan kompleks dalam ragam orang yang tidak
berpendidikan, bervariasi dengan padil, pakultas, pilem, fitroh dan
komplek dalam ragam orangtidak mujur dapat menikmati pendidikan yang
cukup di sekolah (Moeliono, dkk. 1988: 5).
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
26
Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak
bahasa Indonesia yang masing-masing pada asasnya tersedia bagi tiap
pemakaian bahasa. Ragam ini, yang bisa disebut langgam atau gaya,
pemeliharaannya tergantung pada sikap penutur terhadap orang yang
diajak berbicara atau terhadap pembacanya. Sikapnya itu dipengaruhi
antara lain oleh umur dan kedudukan orang yang disapa, tingkat keakraban
antar penutur, pokok persoalan yang hendaknya disampaikan dan tujuan
penyampaian informasinya. Dalam hal ragam bahasa menurut sikap
penutur , kita berhadapan dengan pemilihan bentuk-bentuk bahasa tertentu
yang menggambarkan sikap kita yang kaku resmi, adab, dingin, hangat,
akrab atau santai. Perbedaan berbagai gaya itu tercemin pada kosakata dan
tata bahasa. Ragam bahasa: menurut jenis pemakaiannya dapat dirinci
menjadi tiga macam, ragam dari sudut pandang bidang atau pokok
persoalan; ragam menurut sasarannya dan ragam yang mengalami
percampuran.
Tiap penutur bahasa hidup dan bergerak dalam sejumlah
lingkungan masyarakat yang adat istiadatnya atau tata cara pergaulannya
dapat berbeda-beda, perbedaan itu terwujud pula dalam pemakaian bahasa.
Orang yang ingin turut serta dalam bidang tertentu atau yang ingin
membicarakan pokok persoalan yang berkaitan dengan lingkungan itu
harus memilih salah satu ragam yang dikuasainya dan yang cocok dengan
bidang atau pokok tersebut. Jumlah ragam yang dimilikinya agak terbatas
karena bergantung pada luas pergaulan, pendidikan, profesi, kegemaran,
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
27
dan pengalamannya. Tiap penutur bahasa pada dasarnya dapat
memanfaatkan kedua ragam lisan dan ulisan tersebut sesuai dengan
keperluannya, apapun latar belakangnya. Meskipun demikan, kita tidak
dapat berharap orang yang kurang mendalam proses belajarnya mampu
menggunakan ragam tulisan dengan penampilan orang yang terpelajar.
Pokok pengajaran bahasa di sekolah pada dasarnya berkisar pada
peningkatan keterampilan dalam kedua ragam tersebut (Moeliono, dkk.
1988: 6)
Ragam bahasa menurut sasarannya lazim dibagi atas ragam lisan
atau ujaran, dan ragam tulisan. Karena setiap masyarakat bahasa
mempunyai ragam lisan, sedangkan ragam tulisan itu baru muncul
kemudian maka soal yang perlu ditelaah adalah bagaimana orang
menaungkan ujarannya ke dalam bentuk tulisan. Ragam lisan dan tulisan
masih mengenal kendala atau hambatan lain. Artinya ada bidang atau
pokok persoalan yang mudah dituangkan ke dalam ragam yang satu dari
pada yang lain (Moeliono, dkk. 1988: 8)
G. Pengertian dan Definisi Proses Belajar Mengajar.
Proses belajar mengajar, yang disingkat jadi PBM, merupakan salah
satu konsep yang semakin populer dengan pendidikan Indonesia.
Kepopuleran konsep tersebut berkat adanya Proyek Pengembangan
Pendidikan Guru, disingkat (P3G), serta perubahan kurikulum di Lembaga
Pendidikan Tenega Kependidikan, disingkat LPTK. Dikatakan semakin
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
28
populer karena sejauh sebelumnya istilah itu sudah ada bahkan para
pengajar pun sudah mengenal dan mempraktekannya. Apabila pada masa
sebelum P3G konsep itu dijalani dengan kondisi yang belum mantap maka
sesidah adanya P3G dan perubahan kurikulum LPTK konsep itu
dilaksanakan dengan lebih mantap, lebih terarah dengan kesadaran akan
pentingnya peranan dan fungsi PBM dalam meningkatkan kualitas
pendidikan.
Pengertian PBM sering tidak sama bagi para pengajar. Pada saat ini,
sekurang-kurangnya istilah PBM digunakan dalam tiga konteks yang
berbeda, walaupun harus diakui bahwa ketiga-tiganya menyangkut bidang
pendidikan. Penggunaan pertama dijumpai pada ”Model Program
Pendidikan Tenaga Kependidikan”, 1978, Jakarta-Bandung: Lokakarya
Pendidikan Guru P3G. konsep P3G ini dilaksanakan LPTK mulai tahun
akademis 1979/1980.
Pada penggunaan pertama itu PBM mengacu kepada kelompok mata
kuliah yang tergabung dalam salah satu komponen kurikulum.kita sudah
mengetahui bahwa kurikulum LPTK memiliki empat komponen, yakni:
a. Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU): antara lain: Pancasila. UUD ’45.
Kewiraan. Bahasa Indonesia. Bahasa Inggris. Dan lain-lain.
b. Mata Kuliah Dasar Keguruan (MKDK): antara lain, Ilmu Jiwa,
Landasan Kependidikan, dan lain-lain.
c. Bidang Studi (BS): mata-mata pelajaran yang sesuai dengan nama
jurusa.
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
29
d. Proses belajat Mengajar (PBM): antara lain, pengajaran Remedi,
Metode pengajaran, Evaluasi, dan Lain-lain.
Penggunaan kedua, tentunya dengan arti yang berlainan pula,
dijumpai dalam ruangan kelas sat guru melaksanakan program instruksional.
Di sini PBM mengacu pada aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam suatu
pelaksanaan program pengaharan dalam kelas. Bila dihubungkan dengan
kutikulum ’75 nama yang lebih tepat di sini ialah kegiatan belajar mengajat
(KBM).
Penggunaan ketiga, dengan pengertian yang jauh lebih luas dari
pengertian pertama dan kedua, mengacu kepada tugas dan kewajiban setiap
pengajar. PBM dalam situasi seperti ini dapat dirinci dan meliputi:
a. proses penyusuran program pengajaran: menetapkan tujuan, bahan,
metode, dan media pengajaran.
b. proses pelaksanaan program pengajaran: mengajar di kelas, praktek di
laboratorium atau di kebun percobaan, dan lain-lain.
c. proses pengevaluasian program: baik perencanaannya, pelaksanaannya
serta prestasi belajar siswa.
Berdasarkan pengertian ketiga, penulis sampai pada definisi PBM,
yaitu: suatu proses kegiatan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan
mengevaluasian program pengajaran. Di dalam PBM terlibat guru, siswa
dan komponen lainnya. Tentang komponen PBM akan dijelaskan pada
bagian berikutnya.
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
30
Penafsiran makna, isi dan bobot komponen PBM tidak terlepas
bahkan sangat diwarnai oleh pandangan para ahli pendidikan terhadap
istilah belajar dan mengajar. Apabila penekanan diarahkan kepada kata
menagajar, maka muncullah istilah proses mengajar belajar (PMB). Gaya
mengajar PMB tersirat dalam konsep ”Instructure CenteredInstruction”.
Seandainya penekanan diletakan kepada kata belajar maka muncullah
istilah proses belajar mengajar (PBM). Gaya mengajarnya tersirat dalam
konsep ”Student Centered Indtruction”.
Agaknya, dunia pendidikan di Indonesia saat ini, setidak-tidaknya
dunia pendidikan guru, cenderung kepada gaya mengajar yang tersirat
dalam konsep ”Student Centered Indtruction”. Kecenderungan itu terlihat
dengan jelas pada penerapan konsep CBSA dalam program pengajaran.
Oleh katrena penulis merasa perlu membicarakan hakikat CBSA serta
bagaimana hubungan antara PBM dan CBSA (Tarigan, 1984 : 3).
H. CBSA dan Hubungan dengan PBM
CBSA atau Cara Belajar Siswa Aktif adalah suatu konsep tentang
belajar siswa. Makna yang tersirat dalam konsep tersebut, ialah dalam
proses belajar mengajar siswa dianggap dominan. Dengan kata lain, siswa
adalah subjek dan bukan obkek dari pengajaran. Guru dan konsep CBSA
berfungsi fasilitator atau pemberi kemudahan belajar bagi siswa. Secara
garis besar konsep CBSA dapat disimpulkan dalam pengertian sebagai
berikut:
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
31
a. belajar lebih dipentingkan daripada mengajar.
b. siswa dipandang sebagai subjek dan bukan objek.
c. melalui partisipasi, mengalami, mencoba, dan melaksanakan atau
mempraktekan diri apa yang dipelajari siswa akan menghasilkan hasil
belajar yang lebih mantap.
Jelas kelihatan bahwa konsep CBSA pun bukanlah barang baru.
Bahkan di Indonesia pun konsep CBSA ditemui dalam konsep pendidikan
Taman Siswa, Tut Wuri Handayani. Atau dalam pribahasa ”Pengalaman
adalah guru terbaik’.
Mendidik suatu konsep Tut Wuri Handayani adalah mengikuti serta
mengawasi anak yang sedang berkembang. Bila diperlukan guru dapat
mempengaruhinya agar perkembangan anak selaras dengan bakat dan
pembawaannya.
Peranan pendidik dalam konsep ”Tut Wuri Handayani” adalah
sebagai pendorong anak, agar anak secara aktif mengembangkan bakat dan
kemampuannya. Tugas guru akan lebih berhasil dilaksanakan apabila guru
sudah mengenal bakat, pembawaan dan potensi setiap anak didiknya.
Apabila konsep CBSA dituangkan kepada proses belajar mengajar
(PBM) maka implimentasinya adalah sebagai berikut:
a. Siswa:
1. ada kesempatan menyatakan permasalahan yang mereka temui atau
hadapi.
2. ada kesempatan menyalurkan bakat dan minat siswa.
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
32
3. ada kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penyusunan
program pengajaran.
4. ada kesempatan turut aktif dalam setiap proses pengajaran.
5. ada kesempatan untuk membuktikan rasa keingintahuan,
mempraktekan sesuatu, atau membuktikan sesuatu.
b. Guru:
1. bersikap demokratis
2. patner aktif siswa.
3. bersifat mendorong, membimbing dan bola diperlukan dapat
mengarahkan siswa.
4. di samping mempunyai pengetahuan yang mendalam dan luas,
guru memiliki serta dapat menggunakan teknik-teknik mengajar
yang bervariasi.
5. guru dapat memilih dan menggunakan media pengajaran ataupun
teknologi pendidikan.
6. guru selalu berusaha mengaktifkan siswanya.
c. Iklim Belajar:
1. terjadinya hubungan yang erat dan lancar antara guru dan siswa, di
antara guru dan siswa, siswa dan siswa.
2. adanya sifat keterbukaan di antara guru dan siswa, di antara siswa
dan siswa.
3. adanya suasana gembira dalam proses belajar.
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
33
d. Program:
1. dipersiapkan, direncanakan dengan teliti.
2. dilaksanakan dengan penuh keyakinan
3. dinilai dari saat ke saat.
4. terbuka untuk perbaikan bila perlu dirombak.
Melalui penjelasan –penjelasan yang tertera dalam bagian ketiga ini
dapatlah disimpulkan bahwa hubungan antara PBM dan CBSA sangat erat.
Bila PBM sebagai buah mangga dalam pengertian materinya, maka pemberi
rasa dan warna adalah CBSA. Dua-duanya bersatu padu sehingga
menimbulkan mangga yang manis dan enak untuk dimakan. Begitu pula
PBM yang diwarnai CBSA akan menghasilkan mumusan yang berkualitas
tinggi serta relevan dengan tuntutan lapangan tugasnya (Tarigan, 1984 : 5).
I. Komponen PBM
Proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan guru (dalam
hal-hal tertentu juga siswa) mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian program pengajaran. Kegiatan tersebut melibatkan sejumlah
komponen, yang kita namai komponen PBM. Isi komponen PBM ternyata
tidak selalu sama di antara para ahli. Salah satu sumber yang memuat
komponen PBM secara lengkap penulis temui pada waktu ”Komponen
Proses Belajar Mengajar” yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Jakarta, 1969, halaman 5, yang isinya sebagai berikut:
a. tujuan
b. kuliah
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
34
c. mahasiswa
d. dosen
e. teknologi
f. sarana
g. administrasi
Dengan beberapa perubahan, penambahan dan pengurangan
terhadap komponen tersebut di atas penulis mencoba menyusun kembali
komponen PBM yang lebih cocok dengan tulisan ini. komponen kuliah
sebaiknya diganti dengan nama metode, dosen dan mahasiswa penulis ganti
dengan guru dan siswa sedang teknologi penulis ganti dengan media
pengajaran dengan pengertian alat bantu pengajaran. Sarana dan
administrasi dihilangkan, dan yang terpenting bahan pelajaran penulis
tambahkan sebagai komponen PBM (Tarigan, 1984 : 7).
Hasil modifikasi tersebut, menghilangkan komponen PBM menurut
versi penulis, yang terdiri dari:
a. siswa
b. guru
c. tujuan
d. bahan
e. metode
f. media
g. evaluasi
Ketujuh komponen PBM hasil modifikasi tersebutlah yang akan
diwarnai oleh CBSA, sehingga terjadi perpaduan antara PBM dan CBSA.
Dengan demikian dapat pula kita katakan bahwa komponen PBM yang
kedelapan adalah CBSA.
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
35
a. Siswa
Siswa merupakan komponen utama dalam setiap PBM karena
siswa adalah subjek dan bukan objek dari pengajaran. Pengajaran tanpa
siswa tidak mungkin sama sekali. Hal-hal mengenai siswa yang perlu
mendapat perhatian para pengajar dalam PBM, antara lain:
1. Minatnya
2. Bakatnya
3. Kesulitan-kesulitan yang dihadapinya
b. Guru
Peranan guru dalam PBM yang dijiwai oleh CBSA tetap besar
bahkan mungkin semakin berat dari biasanya. Di samping guru harus
berkualifikasi tinggi
, ia juga harus dapat menyusun, menyelenggarakan dan menilai
program pengajaran. Guru juga dituntut menjadi contoh yang baik,
mengenal siswa-siswanya. Peranan guru antara lain sebagai berikut:
a. Informator : sumber informasi, penyampai informasi berupa
ilmu, dan
pengetahuan umum.
b. Organisator : pengelola kegiatan belajar mengajar.
c. Konduktor : menjaga dan mengatur keserasian kegiatan proses
belajar
mengajar kesasaran yang telah ditetapkan.
d. Katalisator : pengantar kegiatan ke arah tujuan.
e. Pengarah : mengarahkan semua kegiatan proses belajar
mengajar ke
tujuan instruksional.
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
36
f. Inisiator : pengambil inisiatif pertama sehingga muncul
gairah kerja.
g. Moderator : pengarah siswa ke arah masalah.
h. Tranmitter : penyebar ide, ilmu, peraturan, kebijakan pimpinan
dan lain-
lain.
i. Fasilitator : pemberi kemudahan belajar bagi siswa.
j. Evaluator : penilai kegiatan proses belajar mengajar
teristimewa prestasi
belajar siswa.
c. Tujuan
Kegiatan belajar mengajar dalam kelas sebagian besar
didasakan kepada pencapaian tujuan pengajaran. Tujuan menyatakan
apa yang harus dikuasi, diketahui atau dapat dilakukan oleh anak didik
setelah mereka selesai melakukan kegiatan belajar mengajar. Biasanya
tujuan dapat berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap. Tujuan
pengajaran sangat menentukan bahan yang harus diajarkan, cara
penyampaian bahan dan juga menentukan media yang digunakan.
d. Bahan atau Materi
Bahan atau materi pengajaran harus menunjang tujuan yang
telah ditetapkan. Dengan perkataan lain tujuan pengajaran berpengaruh
dalam penyusunan materi. Bahan pelajaran harus pula sesuai dengan
taraf perkembangan dan kemampuan siswa baik untuk pengembangan
pengetahuannya maupun untuk keperluan tugasnya di lapangan.
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
37
e. Metode
Metode , cara atau teknik pengajaran merupakan komponen
PBM yang banyak menentukan keberhasilan pengajaran. Guru harus
dapat memilih, mengkombinasikan serta mempraktekan berbagai cara
penyampaian bahan yang sesuai dengan situasi. Keberhasilan dalam
melaksanakan suatu pengajaran sebagian besar ditentukan oleh pilihan
bahan dan pemakaian metode yang tepat. Pembicaraan yang mendalam
tentang metode dalam rangka PBM, akan membawa kita ke daerah
atau bidang strategi belajar mengajar.
f. Media
Media mengajarkan dalam perkembangannya sudah sampai
kepada teknologi pendidikan. Fungsinya untuk memperjelas materi
yang disampaikan kepada siswa. Pilihan dan penggunaan media
pengajaran yang tepat menciptakan situasi belajar mengarang yang
”favourable”. Jenis atau macam media beraneka ragam mulai dari
benda aslinya, gambarnya atau duplikatnya. Dapat pula dalam dalam
bentuk sederhana seperti papan planel, berupa kertas, karton dapat pula
dalam bentuk mewah seperti radio, TV, Film, dan lain-lain.
g. Evaluasi
Evaluasi dapat ditujukan kepada prestasi belajar siswa dan
dapat pula ditujukan kepada program. Evaluasi dapat memberikan
umpan balik bagi guru dalam rangka perbaikan setiap komponen PBM
yang ikut berproses. Melalui hasil evaluasi guru dapat mengukur
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
38
keberhasilan penyusunan dan pelaksanaan program pengajaran, lebih-
lebih evaluasi terhadap prestasi belajar siswa merupakan dasar
perbaikan terhadap penyusunan tujuan instruksional, bahan, metode,
dan pilihan media. Melalui evaluasi juga dapat diketahui aktivitas
siswa apakah sudah memenuhi konsep CBSA atau belum.
Konsep CBSA sebagai pemberi sifat, karakter atau watak
terhadap PBM, harus terlihat, terasa dalam aktivitas siswa dalam
belajar. Dalam komponen PBM lainnya CBS seharusnya juga sudah
terbayang. Komponen PBM yang paling mudah menggambarkan ke-
CBSA-an ialah siswa, metode,. Ini tidak dapat membayangkan ke-
CBSA-an, hanya sukar memberikan contoh-contohnya.
Komponen PBM dan CBSA dapat dikelompok-kelompokan
berdasarkan fungsi. Ada komponen berfungsi sebagai pelaku misalnya
siswa dan guru. Ada komponen yang berfungsi sebagai penilai,
pemberi karakter, sebagai sarana penunjang petunjuk arah kegiatan dan
penjaring umpan balik. Secara sistematis hal tersebut dapat disusun
sebagai berikut:
1. Siswa dan guru merupakan komponen pelaku dalam setiap PBM
2. Bahan, metode dan media berfungsi sebagai sarana penunjang PBM
3. Tujuan berfungsi penunjuk arah setiap kegiatan dalam PBM
4. CBSA berfungsi sebagai pemberi karakter kepada setiap komponen
PBM
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
39
5. Evaluasi berfungsi sebagai pengukur keberhasilan program dan
penjaring umpan balik
E. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori di atas, penelitian mempunyai anggapan
bahwa jika penggunaan kosakata yang diterapkan oleh guru hanya mengacu
pada proses belajar mengajar di kelas. Sehingga tidak menjamin hasil
belajar mengajar yang efektif.
Kosakata Bahasa Indonesia merupakan keseluruhan kata dalam suatu
bahasa yang digunakan oleh para pembicara atau penulis untuk menyatakan
maksud yang ingin disampaikan dalam bentuk kalimat atau kata. Berbicara
mengenai kosakata tidak akan lepas dari kata, karena kata merupakan
realitas dari kosakata. Kosakata dapat diartikan sebagai pembendaharaan
kata yang dimiliki oleh seseorang. Kosakata merupakan salah satu dasar
utama untuk untuk menyampaikan ide gagasan, pikiran, dan amanat melalui
perangkaian kata.
Berdasarkan dalam pembelajaran ternyata kita saling berinteraksi
atau berkomunikasi dengan anak didik kita di dalam kelas. Tentunya di
dalam sebuah komunikasi tersebut kita tidak dapat dilepaskan dari
penguasaan kosakata. Untuk mempermudah dengan peserta didik,
seharusnya guru mempunyai penguasaan kosakata yang luas, agar nantinya
dalam pembelajaran dapat mempelancar jalannya komunikasi yang baik
dengan peserta didik. Selain itu juga untuk menambah wawasan atau
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011
40
pembendaharaan kosakata terhadap peserta didiknya. Memang pada
praktiknya sering terjadi suatu komunikasi yang berhenti atau tidak jalan hal
ini disebabkan karena siswa tidak mengetahui kosakata yang digunakan oleh
gurunya sehingga siswa tidak dapat menangkap apa yang telah guru
sampaikan di saat pembelajaran berlangsung. Seorang guru haruslah
menyadar benar-benar bahwa pertumbuhan kosakata bukanlah hanya
sekedar kulir luar atau bagian luar kehidupan kitatetapi justru merupakan
pusat dan inti kehidupan pertumbuhan. Kosakata dapat membimbing para
siswa ke arah pengalaman-pengalaman yang lebih luas yang pada gilirannya
menurunkan pengalaman-pengalaman baru yang lebih banyak.
Penggunaan Kosakata Baku..., Anggoro Agung Nugroho, FKIP UMP, 2011