BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/1484/3/Destoro...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevanrepository.ump.ac.id/1484/3/Destoro...
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Sejenis yang Relevan
Penelitian mengenai tindak tutur sebetulnya sudah dilakukan oleh beberapa
peneliti. Dari penelitian tersebut sama-sama mengkaji tentang tindak tutur. Adapun
peneliti yang mengkaji persoalan tindak tutur di dalam karya sastra di antaranya Septa
Wiki Dwi Cahyani dan Bowo Setyanto. Kedua penelitian tersebut adalah Analisis
Tindak Tutur Ilokusi Dalam Bahasa Jepang yang diteliti oleh Wiki Dwi Cahyani dan
Tindak Tutur Ilokusi Dialog Film 5 CM Karya Rizal Mantovani (Sebuah Tinjauan
Pragmatikyang diteliti oleh Bowo Setyanto. Dari kedua penelitian tersebut peneliti
akan jelaskan persamaan dan perbedaan dari penelitian tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Penelitian dengan judul Analisis Tindak Tutur Ilokusi Dalam Bahasa
Jepangkarya Septa Wiki Dwi Cahyani
Penelitian tersebut dilakukan oleh Septa Wiki Dwi Cahyani mahasiswa
jurusan Bahasa dan Sastra Asing Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Semarang pada tahun 2015. Hasil penelitian tersebut mengkajitentang tindak tutur
tidak langsung ilokusi yang terdapat dalam film Great Teacher Onizuka Special
Graduation. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Septa Dwi Cahyani dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah terletak pada sumber datanya,
yaitupada dongeng anak karya Lia Herliana. Sedangkan Septa Dwi Cahyani
menggunakan film Great Teacher Onizuka Special Graduation sebagai sumber
datanya.
7
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
8
Perbedaan lain adalah pada rumusan masalah, peneliti mengkaji fungsi tindak
tutur ilokusi pada dongeng anak karya Lia Herliana.Sedangkan penelitian yang dikaji
oleh Septa Wiki Dwi adalah mengkaji tindak tutur tidak langsung ilokusi yang
terdapat dalam film Great Teacher Onizuka Special Graduation dan tujuan
penggunaan tindak tutur tidak langsung ilokusi yang terdapat dalam film Great
Teacher Onizuka Special Graduation. Sedangkan persamaan dari penelitian antara
penelitian yang dilakukan oleh Septa Wiki Dwi dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti adalah terletak pada analisis yaitu tentang tindak tutur.
2. Penelitian dengan judul Tindak Tutur Ilokusi Dialog Film 5 CM Karya Rizal
Mantovani (Sebuah Tinjauan Pragmatik)karya Bowo Setyanto
Penelitian tersebut dilakukan oleh Bowo Setyanto mahasiswa jurusan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2015. Hasil penelitian tersebut mengkajitentang
mendeskripsikan tindak tutur ilokusi dalam film 5cm karya Rizal Mantovani.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Bowo Setyono dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti adalah terletak pada sumber datanya, yaitupada dongeng anak
karya Lia Herliana. Sedangkan Bowo Setyono menggunakan film 5 CM Karya Rizal
Mantovani sebagai sumber datanya. Perbedaan lain adalah pada rumusan masalah,
peneliti mengkaji fungsi tindak tutur ilokusi pada dongeng anak karya Lia Herliana.
Sedangkan penelitian yang dikaji olehBowo Setyantoadalah mengkaji tentang
mendeskripsikan tindak tutur ilokusi dalam film 5cm karya Rizal Mantovani.
Sedangkan persamaan dari penelitian antara penelitian yang dilakukan oleh Bowo
Setyono dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah terletak pada analisis
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
9
yaitu tentang tindak tutur. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat diketahui
bahwa penelitian dengan judul Analisis Fungsi Tindak Tutur Ilokusi Pada Dongeng
Anak Karya Lia Herliana perlu dilakukan karena penelitian tersebut benar-benar
berbeda dan belum pernah diteliti oleh peneliti lain.
B. Bahasa
1. Pengertian Bahasa
Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan
oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasikan diri. Pada hakikatnya bahasa itu adalah sistem lambang bunyi
yang bersifat arbitrer, dan bersifat konvensional. Sebagai sistem, bahasa terdiri dari
sejumlah unsur yang berkaitan satu sama lain menurut pola tertentu sehingga
membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sebagai lambang bunyi,
bahasa terdiri dari sejumlah bunyi bahasa yang melambangkan suatu konsep. Karena
merupakan lambang, bahasa itubersifat arbitrer. Artinya, tidak ada hubungan langsung
dan wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya. Hubungan tersebut juga
bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepsi
makna tertentu (Chaer, 2007:32)
Bahasa itu bersifat konvensional. Artinya semua anggota masyarakat bahasa
itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep
tertentu, dengan kata lain, ada diantara kesepakatan setiap penutur untuk mematuhi
hubungan antara lambang dengan apa yang dilambangkannya. Dari pengertian
tersebut, dapat dipahami bahwa bahasa itu memiliki fungsi dalam masyarakat, yakni
sebagai sarana komunikasi antar masyarakat, bekerja sama, dan mengidentifikasi diri.
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
10
Jadi dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah alat komunikasi manusia dalam suatu
masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer dan bersifat
konvensional, dengan kata lain semua anggota masyarakat akan mematuhi hubungan
antar lambang dengan yang dilambangkan. Bahasa digunakan untuk mengidentifikasi
diri, yaitu ketika seseorang sedang menggunakan bahasa sunda, dari bahasa tersebut
kita biasa mengetahui kalau dia adalah orang sunda (Chaer, 2007:33).
2. Fungsi Bahasa
a. Alat untuk Menyatakan Ekspresi Diri
Bahasa membantu manusia menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang
tersirat didalam setiap benak manusia, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan
“keberadaan” manusia itu sendiri. Secara umum bahasa berfungsi sebagai sarana
komunikasi. Hal-hal mendorong ekspresi diri antara lain adalah agar menarik
perhatian orang lain terhadap kita dan keinginan untuk membebaskan diri kita dari
semua tekanan emosi. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain adalah
keinginan menarik perhatian orang lain terhadap kita. Maksudnya dari pernyataan
tersebut adalah bahasa juga dapat digunakan untuk menyatakan eksistensi diri dengan
cara persuasif yaitu menarik perhatian orang lain. Bagaimana eksistensi kita diakui
oleh orang lain disitulah dapat menggunakan bahasa sebagai sarana atau wadah untuk
mendorong perhatian orang lain (Keraf, 2001:3-6).
Kemudian unsur-unsur yang mendorong dari ekspresi diri adalah adanya
keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi. Kita ketahui bahwa
setiap manusia pasti memiliki sifat egois dan dari sifat egois tersebut akan membuat
kita dalam tekanan emosi yang membuat setiap orang untuk membebaskan rasa marah
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
11
tersebut mengekspresikannya melalui bahasa. Misalnya dalam media sosial sekarang
orang marah dan mengeluh banyak mereka ekspresikan rasa marah dan kesal
disampaikan dalam bahasa yang kurang sopan melalui media sosial tersebut. Disitulah
bahasa sangat berperan penting dalam segala bentuk ekspresi diri (Keraf,2001:3-6).
b. Alat Komunikasi
Dengan bahasa, kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, serta dapat
menyampaikan segala perasaan kepada orang lain. Dengan bahasa pula kita
mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta
apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita. Sebagai alat
komunikasi bahasa merupakan saluran merumuskan maksud kita, melahirkan
perasaan kita dan menciptakan kerjasama dengan sesama warga. Bahasa mengatur
berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa
depan kita. Maka dari itu bahasa sangat penting kedudukannya dalam kehidupan
sosial di era globalisasi saat ini (Keraf, 2001:3-6).
c. Alat Mengadakan Integrasi dan Adaptasi Sosial
Bahasa sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia
memanfaatkan pengalaman-pengalamannya, serta belajar berkenalan dengan orang
lain. Melalui bahasa, seorang anggota masyarakat perlahan belajar mengenal segala
adat-istiadat, tingkah laku dan tata krama masyarakat dan berusaha menyesuaikan
dirinya terhadap masyarakatnya supaya mudah dan cepat diterima dan bergaul dengan
lingkungan barunya. Karena kita dilahirkan sebagai mahluk sosial untuk bisa
beradaptasi dengan orang lain. Maka melalui bahasalah kita dapat berinteraksi dan
saling berkomunikasi dilingkungan masyarakat sosial (Keraf, 2001: 3-6).
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
12
d. Alat Mengadakan Kontrol Sosial
Kontrol sosial adalah usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak
tanduk orang lain. Contoh, dikelas guru mengendalikan siswanya menggunakan
bahasa dalam mengajar. Jika siswa berisik, maka guru tersebut akan memperingatkan
muridnya agar tidak berisik dengan menggunakan bahasa. Bahasa digunakan untuk
mengendalikan siswa di kelas. Pada contoh di atas merupakan fungsi bahasa sebagai
alat mengadakan kontrol sosial.Maka bahasa sangatlah penting dalam kehidupan
sebagai alat kontrol sosial (Keraf, 2001: 3-6).
3. Ragam Bahasa
Ragam bahasa ialah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, serta menurut medium pembicaraan (Kridalaksana
,2011:206). Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi,
keadaan, atau untuk keperluan tertentu(Chaer, 2007:56). Untuk situasi formal
digunakan ragam bahasa yang disebut ragam baku atau ragam standar, untuk situasi
yang tidak formal digunakan ragam yang tidak baku atau ragam nonstandar. Dari
sarana yang digunakan dapat dibedakan adanya ragam lisan dan ragam tulisan
Berdasarkan pendapat di atas ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan
menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, serta
medium pembicaraan.
Salah satu jenis ragam bahasa yakni ragam bahasa jurnalistik. Ragam bahasa
jurnalistik merupakan salah satu dari variasi bahasa. Bahasa jurnalistik adalah bahasa
yang digunakan oleh pewarta atau media massa untuk menyampaikan informasi.
Bahasa dengan ciri-ciri khas yang memudahkan penyampaian berita dan komunikatif.
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
13
Bahasa jurnalistik adalah sebuah laras bahasa. Bahasa yang digunakan oleh kelompok
profesi atau kegiatan dalam bidang tertentu. Oleh karena itu ada laras bahasa sastra,
ekonomi, keagamaan. Masing-masing laras bahasa itu memiliki kosakata, struktur,
dan lafal yang berbeda (Chaer, 2007: 56).
C. Pragmatik
Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup
dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna
ucapan yang tidak dapat dijelaskan secara tuntas oleh referensi langsung pada kondisi-
kondisi kebenaran kalimat yang diucapkan. Secara kasar dapat dirumuskan Pragmatik
sama dengan makna dikurangi kondisi-kondisi kebenaran(Tarigan,2009: 31).
Pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan
dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain telaah
mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta penyerasian kalimat-
kalimat dan konteks-konteks secara tepat. Telaah mengenai melakukan dengan
memanfaatkan kalimat-kalimat adalah telaah mengenai tindak tutur (speech acts).
Pragmatik menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan
memusatkan dan memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan
wadah aneka konteks sosial. Performansi bahasa dapat mempengaruhi tafsiran atau
interpretasi Levinson (dalam Tarigan, 2009: 31).
Pragmatik bukan saja menelaah pengaruh-pengaruh fonem suprasegmental,
dialek, dan register, tetapi memandang performansi ujaran pertama sebagai suatu
kegiatan sosial yang ditata oleh aneka ragam konvensi sosial. Para teoritikus
pragmatik telah mengindentifikasikan adanya tiga jenis prinsip kegiatan ujaran, yaitu
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
14
kekuatan ilokusi (illocutionary force), prinsip-prinsip percakapan (konversational
principles),dan presuposisi (presuppositions) Heatherington (dalam Tarigan, 2009:
30).Pragmatik (atau semantik behavioral) menelaah keseluruhan perilaku insan,
terutama dalam hubungannya dengan tanda-tanda dan lambang-lambang. Pragmatik
memusatkan perhatian pada cara insan berperilaku dalam keseluruhan situasi
pemberian dan penerimaan tanda George (dalam Tarigan, 2009: 30)
Pragmatik adalah telaah mengenai, “hubungan tanda-tanda dengan para
penafsir” Morris (dalam Tarigan,2009: 30). Teori pragmatik menjelaskan alasan atau
pemikiran para pembicara dan penyimak dalam menyusun korelasi dalam suatu
konteks sebuah tanda kalimat dengan suatu proposisi (rencana atau masalah). Dalam
hal ini teori pragmatik merupakan bagian dari performansi. Pragmatik adalah telaah
mengenai hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatisasikan atau
disandikan dalam struktur suatu bahasa (Tarigan, 2009:30).Selain dari aneka batasan
yang dikemukakan diatas, ada juga pakar yang mengatakan bahwa “pragmatikadalah
telaah mengenai kegiatan ujar langsung dan tak langsung, presuposisi, implikatur
konvensional dan konversasional, dan sejenisnya” Dowty (dalam Tarigan, 2009: 31).
D. Tindak Tutur
1. Pengertian Tindak Tutur
Tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu
dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi linguistik yang dapat berwujud
pertanyaan, perintah atau yang lainnya. Tindak tutur (speech atcs) adalah gejala
individual yang bersifat psikologi dan keberlangsungan ditentukan oleh kemampuan
bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu (Chaer, 2007:49).Ujaran atau
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
15
tindak tutur dapat terdiri dari satu tindak turur atau lebih dalam suatu peristiwa tutur
dan situasi tutur. Dengan demikian, ujaran atau tindak tutur sangat tergantung dengan
konteks ketika penutur bertutur. Tuturan-tuturan baru dapat dimengerti hanya dalam
kaitannya dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi (Chaer,
2007:49)
Tindak tutur merupakan gejala individu, bersifat psikologis, dan ditentukan
oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur di
titikberatkan kepada makna atau arti tindak, sedangkan peristiwa tutur lebih
dititikberatkan pada tujuan peristiwanya. Dalam tindak tutur ini terjadi peristiwa tutur
yang dilakukan penutur kepada mitra tutur dalam rangka menyampaikan komunikasi
menekankan tindak tutur dari segi pembicara. Tuturan yang disampaikan penutur
harus bisa diterima oleh si mitra tutur. Kalimat yang bentuk formalnya berupa
pertanyaan memberikan informasi dan dapat pula berfungsi melakukan suatu tindak
tutur yang dilakukan oleh penutur Agustin (dalam Subyakto, 1992: 33)
2. Aspek-Aspek Situasi Ujar
a. Penutur dan Mitra Tutur
Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyatakan fungsi
pragmatis tertentu di dalam proses komunikasi. Sementara itu, mitra tutur adalah
orang yang menjadi sasaran atau sekaligus kawan penutur di dalam penuturan. Dalam
peristiwa tutur peran penutur dan mitra tutur dilakukan secara silih berganti. Semula
berperan sebagai penutur dalam tahap bertutur selanjutnya dapat menjadi mitra tutur,
demikian sebaliknya. Aspek-aspek terkait dengan komponen penutur dan mitra tutur
antara lain: usia, latar belakang sosial, ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan
tingkat keakraban (Leech, 2011:19-21).
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
16
b. Konteks Tuturan
Konteks tuturan dalam tata bahasa mencakup semua aspek fisik atau latar
sosial yang relevan dengan tuturan yang diekspresikan. Konteks yang bersifat fisik,
yaitu fisik tuturan dengan tuturan lain, biasa disebut ko-teks. Sementara itu, konteks
latar sosial lazim dinamakan konteks. Di dalam pragmatik, konteks itu berarti semua
latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra tuturnya.
Konteks itu berperan membantu mitra tuturnya, konteks ini berperan membantu mitra
tutur di dalam menafsirkan maksud yang ingin dinyatakan oleh penutur. Pragmatik
memandang konteks sebagai pengetahuan bersama antara pembicara dengan
pendengar dan pengetahuan tersebut mengarah pada interpretasi suatu tuturan.
Pengetahuan atau konteks tertentu dapat mengakibatkan manusia mengidentifikasi
jenis-jenis tindak tutur yang berbeda-beda (Leech, 2011:19-21).
c. Tujuan Tuturan
Tujuan tuturan adalah apa yang ingin dicapai penutur dengan melakukan
tindakan bertutur. Komponen ini menjadikan hal yang melatarbelakangi tuturan
karena semua tuturan memiliki suatu tujuan. Dalam hal ini bentuk tuturan yang
bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau
sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan tuturan yang sama.
Bentuk tuturan pagi, selamat pagi, met pagi dapat digunakan untuk menyatakan
maksud yang sama, yakni menyapa lawan tutur yang ditemui pada pagi hari. Selain
itu, selamat pagi dengan berbagai variasinya bila diucapkan dengan nada tertentu, dan
situasi yang berbeda-beda dapat juga digunakan untuk mengejek teman yang datang
terlambat, atau siswa yang terlambat masuk kelas dan sebagainya (Leech, 2011:19-
21).
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
17
d. Tindak Tutur Sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas
Gramatika tutur sebagai bentuk tindakan atau kegiatan. Gramatika menangani
unsur-unsur kebahasaan sebagai editor yang abstrak, seperti kalimat yang ada dalam
studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik dan sebagainya. Pragmatik
berhubungan dengan tindak verbal yang terjadinya dalam situasi tertentu. Dalam
hubungan ini pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya dibanding dengan tata
bahasa.Tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas adalah bahwa tindaktutur
itu merupakan suatu tindakan juga. Tindak tutur sebagai suatu tindakan tidakubahnya
sebagai tindakan mencubit dan menendang. Hanya saja, pada tindakanmencubit dan
menendang, bagian tubuh yang berperan berbeda dengan tindakbertutur. Pada
tindakan mencubit tanganlah yang berperan, pada tindakanmenendang kakilah yang
berperan, sedangkan tindakan bertutur alat ucaplah yangberperan (Leech, 2011:19-
21).
e. Tuturan Sebagai Bentuk Tindak Verbal
Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatik seperti yang dikemukakan
dalam kriteria keempat merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh karenanya, tuturan
yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal. Sebagai contoh kalimat “apakah
rambutmu tidak terlalu panjang?” dapat ditafsirkan sebagai pertanyaan atau perintah.
Dalam hubungan ini dapat ditegaskan ada prbedaan mendasar antara kalimat(
sentence) dengan tuturan (utturance). Tuturan itu merupakan hasil suatu tindakan.
Tindakan manusia itu dibedakakn menjadi dua, yaitu tindakan verbal dan tindakan
non verbal. Berbicara atau bertutur itu adalah tindakan verbal. Karena tercipta melalui
tindakan verbal.Tindakan verbal adalah tindak mengekspresikan kata-kata atau bahasa
(Leech, 2011:19-21).
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
18
3. Jenis Tindak Tutur
Searle dalam (Leech, 2011:316) mengemukakan bahwa secara pragmatis ada
tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur secara pragmatik ada
tiga jenis tindak bahasa yang pertama, a) tindak lokusi (locutionary act), b) tindak
ilokusi (illocutionary act), dan c) tindak perlokusi (perlocutionary act). Dari pendapat
Searle senada dengan pendapat Austin yang juga membagi tiga jenis tindak tutur yaitu
lokusi, ilokusi dan perlokusi. Tindak tutur lokusi merupakan tindak mengatakan
sesuatu menghasilkan serangkaian bunyi yang berarti sesuatu. Tindak tutur ilokusi
merupakan tindak yang mengandung dua maksud. Kemudian tindak tutur perlokusi
menghasilkan efek atau hasil yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu
pada pendengar, sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu. Lebih
jelasnya akan diterangkan sebagai berikut.
a. Tindak Tutur Lokusi (locutionary act)
Tindak lokusi merupakan tindak mengatakan sesuatu menghasilkan
serangkaian bunyi yang berarti sesuatu. Bila diamati seksama konsep lokusi itu adalah
konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat-kalimat atau tuturan, dalam hal ini
dipandang sebagai satu satuan yang terdiri dari dua unsur, yakni subjek atau topik dan
predikat atau comment (Nababan, 1993: 18). Tindak tutur lokusi merupakan tindak
mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus
dan menurut kaidah sintaksisnya. Lebih jauh tindak lokusi adalah tindak tutur yang
relatif paling mudah untuk diidentifikasikan karena pengidentifikasiannya cenderung
dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur.
Jadi, dari perspektif pragmatik tindak lokusi sebenarnya tidak atau kurang begitu
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
19
penting peranannya untuk memahami tindak tutur. Berdasarkan pendapat para ahli,
dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya dalam tindak lokusi ini tidak
dipermasalahkan fungsi tuturannya karena makna yang terdapat dalam kalimat yang
diujarkan. Selain itu, karena tuturan yang digunakan sama dengan makna yang
disampaikan maka tindak tutur ini merupakan tindak tutur yang paling mudah
diidentifikasi.
Rahardi (2008: 35) tindak tutur lokusi adalah tindak bertutur dengan kata,
frasa, dan kalimat itu. Makna lokusi dapat dibagi menjadi tiga yaitu 1) lokusi
pertanyaan, 2) lokusi pernyataan, 3) lokusi perintah. Dari hal tersebut dapat dijelaskan
tentang makna lokusi pertanyaan adalah kalimat yang hanya meminta pendengar atau
yang mendengar kalimat itu untuk menaruh perhatian saja, pengujar hanya untuk
memberitahukan saja. Lokusi pernyataan adalah kalimat yang isinya meminta agar
pendengar atau orang yang mendengar kalimat itu memberi jawaban secara lisan.
Lokusi perintah adalah kalimat yang isinya meminta agar si pendengar atau yang
mendengar kalimat itu memberi tanggapan berupa tindakan.
1) Lokusi Pertanyaan
Kalimat yang isinya meminta agar pendengar atau orang yang mendengar
kalimat itu untuk memberi jawaban secara lisan.Bentuk pertanyaan berfungsi untuk
menanyakan sesuatu sehinggapendengar diharapan memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diajukanoleh penutur. Bentuk kata tanya pada umumnya meminta
pendengar untuk melaksanakan suatu tindakan dalam tuturan. Cara ini digunakan
untuk menghindari rasa rendah diri terhadap pendengar dengan jalan memberikan
kesempatan untuk menyatakan persetujuan atau penolakan atas pertanyaan pembicara.
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
20
Fungsi kata tanya adalah mengemukakan pertanyaan permintaan. Ciri pertanyaan
adalah intonasi yang digunakan dalam bertanya, sering menggunakan kata tanya (5 W
1 H), 5 W 1 H sendri diambil dari kata-kata tanya dalam bahasa inggris seperti, What,
Who, When, Where, Why, How. Kata tanya yang pertama adalah What(apa) kata tanya
ini berisi pertanyaan mengenai permasalahan atau hal yang terjadi pada suatu
peristiwa. Kemudian Who(siapa) kata tanya siapa mengandung pertanyaan-pertanyaan
mengenai pelaku atau orang lain dari sebuah peristiwa yang terjadi.When(kapan) kata
tanya kapan berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai waktu terjadinya peristiwa, berita
atau cerita yang terjadi. Where(di mana) kata tanya di mana mengandung pertanyaan-
pertanyaan mengenai tempat atau lokasi sebuah peristiwa terjadi. Why(mengapa) kata
tanya mengapa mengandung pertanyaan-pertanyaan mengenai alasan atau motivasi
terjadinya peristiwa. How( bagaimana) kata tanya bagaimana berisi pertanyaan-
pertanyaan yang mengandung cara atau proses berlangsungnya suatu peristiwa
(Rahardi, 2008: 35).
2) Lokusi Pernyataan
Kalimat yang isinya hanya meminta pendengar atau yang mendengar kalimat
itu untuk menaruh perhatian saja, tidak usah melakukan apa-apa, sebab maksud si
pengujar hanya untuk memberitahukan saja.Bentuk pernyataan berfungsi hanya untuk
memberitahukan sesuatu kepadaorang lain sehingga diharapkan pendengar untuk
menaruh perhatian. Tipe pernyataan ini yakni menyatakan sesuatu kepada pendengar.
Lokusi ini merupakan lokusi tidak langsung, karena hanya merupakan berita agar
pendengar percaya dengan apa yang dituturkan pembicara. Pada lokusi ini biasanya
menggunakan tanda baca yang sering kita jumpai yaitu tanda baca titik. Pernyataan
yang disampaikan bisa berupa berita atau pemberitahuan (Rahardi, 2008: 35).
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
21
3) Lokusi Perintah
Kalimat yang isinya meminta agar si pendengar atau yang mendengar kalimat
itu memberi tanggapan berupa tindakan atau perbuatan yang diminta.Bentuk perintah
memiliki maksud agar pendengar memberi tanggapanberupa tindakan atau perbuatan
yang diminta.Bentuk ini merupakan cara untuk mengungkapkan lokusi yang sifatnya
perintah atau larangan. Cirinya adalah intonasi keras (terutama perintahlarangan), kata
kerja yang mengandung isi perintah itu biasanya merupakan kata dasar. Pada ilokusi
ini menggunakan tanda baca yang sering kita jumpai adalah tanda seru dan merupakan
kalimat perintah (Rahardi, 2008: 35).
b. Tindak Tutur Ilokusi (illocutionary act)
1) Pengertian Tindak Tutur Ilokusi
Tindak tutur yang berfungsi menyatakan dan melakukan sesuatu, satu tuturan
mengandung dua maksud, yaitu menginformasikan dan menyuruh untuk melakukan
sesuatu. Sebagai sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau
mengimformasikan sesuatu dapat juga digunakan untuk melakukan sesuatu. Dengan
kata lain, tindak tutur yang dilakukan oleh penutur berkaitan dengan perbuatan
hubungan dengan menyatakan sesuatu. Tindak tutur ilokusi berkaitan dengan nilai
yang ada dalam proposisinya. sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu yakni meminta
maaf karena tidak datang. Tindak tutur ilokusi yaitu tindak tutur yang mengandung
maksud, hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu
ungkapan ( Rahardi, 2008: 35).
Tindak tutur ilokusi ini biasanya berkenaan dengan pemberian izin,
mengucapkan terimakasih, menyuruh, menawarkan, menjanjikan, dan sebagainya
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
22
(Chaer, 2007: 13). Tindak ilokusi adalah pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji,
pertanyaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tindak ilokusi tidak hanya
berfungsi untuk menginformasikan sesuatu tetapi juga mengacu untuk melakukan
sesuatu (Nababan, 1993: 18). Dapat disimpulkan bahwa tindak tutur ilokusi adalah
tindak tutur yang berfungsi menyatakan dan melakukan sesuatu, menginformasikan
dan menyuruh untuk melakukan sesuatu. Sebagai sebuah tuturan selain berfungsi
untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu juga dapat digunakan untuk
melakukan sesuatu berkaitan dengan nilai yang ada dalam proposisinya.
2) Kategori Searle mengenai Tindak Tutur Ilokusi, yaitu:
Klasifikasi yang dibuat oleh Searle mengenai tindakan ilokusi didasarkan pada
berbagai kriteria. Secara garis besar kategori-kategori Searle ialah a) Representatif, b)
Direktif, c) Ekspresif, d)Komisif, e) Deklaratif. Representatif adalah tindak tutur yang
mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Direktif adalah tindak
tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur tindakan yang disebutkan di
dalam tuturan itu. Ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar
ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan.
Komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang
disebutkan di dalam tuturan. Deklaratif adalah tindak tutur yang dimaksudkan
penuturnya untuk menciptakan hal yang baru (Searle dalam Leech, 2011 : 163-165).
a) Representatif
Representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran
atas apa yang diujarkan. Jenis tindak tutur ini kadang-kadang disebut juga tindak tutur
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
23
asertif. Tuturan yang memberikan pernyataan atau menyatakan termasuk tuturan
representatif. Termasuk ke dalam jenis tindak tutur representatif adalah tuturan-
tuturan menyatakan, menuntut, mengakui, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan,
memberikan kesaksian, berspekulasi dan sebagainya. Dalam tuturan itu, penutur
bertanggung jawab atas kebenaran isi tuturannya. Contoh dari tindak tutur
representatif adalah sebagai berikut. ”Penduduk desa ini 1350 jiwa.” Informasi
diucapkan oleh seorang kepala desa kepada seorang petugas sensus penduduk.
Tuturan termasuk dalam tindak tutur representatif karena tuturan mengikat penutur
akan kebenaran tuturannya. Penutur bertanggung jawab memang benar bahwa jumlah
penduduk yang ada di desa yang ia pimpin berjumlah 1350 jiwa. Kebenaran tuturan
itu diperoleh dati fakta yang ada di lapangan. Misalnya menyatakan (stating),
menyarankan (suggesting), membual (boasting), mengeluh (complaining), dan
mengklaim (claiming) (Searle dalam Leech, 2011: 163-165).
b) Direktif
Direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur
melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Tuturan-tuturan memaksa,
memohon, menyarankan, mengajak, meminta, menyuruh, menagih, mendesak,
menyarankan, memerintah, memberi aba-aba dan menantang termasuk ke dalam jenis
tindak tutur direktif ini. Jenis tindak tutur ini disebut juga tindak tutur impositif.
Contoh tindak tutur direktif adalah sebagai berikut. “Tolong belikan ia garam di
warung Pak Amin!” Informasi dituturkan oleh seorang ibu yang sedang memasak
kepada anaknya. Tuturan termasuk dalam jenis tindak tutur direktif karena penutur
menginginkan mitra tutur untuk melalukan sesuatu seperti yang terdapat dalam
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
24
tuturannya. Yang menjadi indikator dalam tuturan direktif adalah adanya suatu
tindakan yang harus dilakukan oleh mitra tutur setelah mendengar sebuah tuturan.
Ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yangdilakukan oleh
petutur, misalnya, memesan, memerintah, memohon, menuntut,dan memberi nasihat
yakni bentuk tuturan yang dimaksudkan penuturannya untuk membuat pengaruh agar
si mitra tutur melakukan tindakan, misalnya, memesan (orderin), memerintah
(commanding), memohon (requesting), menasehati (advising), dan merekomendasi
(recommending) (Searle dalam Leech, 2011: 163-165).
c) Ekspresif
Ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya
diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan itu. Tindak
tutur ekspresif ini disebut juga sebagai tindak tutur evaluatif. Tuturantuturan memuji,
mengucapkan terima kasih, menkritik, mengeluh, menyalahkan, mengucapkan
selamat, menyanjung termasuk dalam tindak tutur ekspresif. Contoh tindak tutur
ekspresif adalah sebagai berikut “Sudah berhemat setengah mati tapi kita tidak kaya
juga.” Informasi dituturkan oleh seorang istri kepada suaminya. Tuturan di atas
termasuk tindak tutur ekspresif karena tuturan itu dapat diartikan sebagai bentuk
evaluasi terhadap hal yang telah mereka lakukan yaitu berhemat tapi hasil yang
mereka harapkan untuk dapat kaya tidak terwujud juga. Isi dari tuturan berupa
keluhan karenanya tuturan itu termasuk dalam tindak ekspresif mengeluh.Bentuk
tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur
terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih (thanking), memberi selamat
(congratulating), meminta maaf (pardoning), menyalahkan (blambing), memuji
(praising), berbelasungkawa (condoling) (Searle dalam Leech, 2011: 163-165).
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
25
d) Komisif
Komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan
apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Berjanji, bersumpah, mengancam,
menyatakan kesanggupan merupakan tuturan yang termasuk dalam jenis tindak
komisif. Contoh tindak tutur komisif adalah sebagai berikut. “Saya akan rajin
belajar.” Informasi tuturan seorang anak kepada ibunya setelah ia mendapatkan nilai
rendah pada saat ulangan harian. Tuturan termasuk tindak tutur komisif karena
tuturan itu mengikat penuturnya untuk rajin belajar. Ikatan untuk rajin belajar
dinyatakan penuturnya yang membawa konsekuensi bagi dirinya untuk memenuhinya.
Karena tuturan itu berisi janji yang secara eksplisit dinyatakan, tindak tutur itu
termasuk tindak tutur komisif bejanji.Yakni bentuk tuturan yang berfungsi untuk
menyatakan janji atau penawaran, misalnya berjanji (promising), bersumpah
(vowing), dan menawarkan sesuatu (offering)(Searle dalam Leech, 2011: 163-165).
e) Deklarasi
Deklarasi adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk
menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Tuturan-tuturan dengan
maksud mengesahkan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan,
mengabulkan, mengangkat, menolong, mengampuni, memaafkan termasuk dalam
tindak tutur deklaratif. Contoh tindak tutur deklaratif adalah sebagai berikut.“Jangan
main di dekat sumur!”. Informasi dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya yang
sedang bermain di belakang rumah. Tuturan termasuk jenis tindak tutur deklarasi
karena dengan tuturan ini penutur menciptakan suatu keadaan yang baru yaitu berupa
larangan bagi anaknya untuk bermain di dekat sumur. Sementara sebelum tuturan ini
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
26
dituturkan oleh ibu, si anak boleh bermain di mana saja yang ia inginkan. Adanya
perubahan status atau keadaan merupakan ciri dari tindak tutur isbati atau deklarasi
ini. Karena tuturan ini berisi larangan maka tuturan ini termasuk tindak tutur deklarasi
melarang. Yaitu bentuk tuturan yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan,
misalnya berpasrah (resigning), memecat (dismissing), menbaptis (chistening),
memberi nama (naming), mengangkat (appointing), mengucilkan (excommicating),
dan menghukum (sentencing) (Searle dalam Leech, 2011: 163-165).
c. Tindak Tutur Perlokusi(perlocutionary act)
Tindak perlokusi menghasilkan efek atau hasil yaitu hasil atau efek yang
ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar, sesuai dengan situasi dan kondisi
pengucapan kalimat itu. Tanggapan tersebut tidak hanya berbentuk kata-kata, tetapi
juga berbentuk tindakan atau perbuatan. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara
sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Menurut Rahardi (2008:36)
tindak perlokusi merupakan tindakmenumbuhkan pengaruh (effect) kepada mitra
tutur. Ibrahim (1993:261) menyatakan bahwa tindak perlokusi dapat bersifat
menerima topik, menolak,dan netral. Maksud yang terdapat dalam perlokusi
ditentukan oleh adanyasituasi konteks dan berlangsungnya percakapan. Mulyana
(2005:81) menyatakan bahwa tindak perlokusi (perlocutionary act) adalah hasil atau
efek yang ditimbulkan oleh ujaran (terhadap pendengar). Maka dapat disimpulkan
bahwa tindak tutur perlokusi adalah tuturan yang mengandung maksud tertentu yang
diinginkan oleh penutur agar terlihat dalam suatu tindakan.
(Searle dalam Leech, 1993: 163-165) juga mengelompokkan tindak tutur
perlokusi menjadi tiga jenis yaitu 1) perlokusi verbal, 2) perlokusi nonverbal, 3)
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
27
perlokusi verbal nonverbal yang akan dijelaskan sebagai berikut. Perlokusi verbal
apabia lawan tutur menanggapi penutur dengan menerima atau menolak maksud
penutur. Perlokusi non verbal lawan tutur menanggapi penutur dengan gerakan seperti
mengangguk,menggeleng, tertawa, senyuman dan bunyi decakan mulut. Perlokusi
verbal nonverbal apabila lawan tutur menanggapi penutur dengan ucapan verbal yang
disertai dengan gerakan (nonverbal). Penjelasan tersebut akan dipaparkan sebagai
berikut.
1) Perlokusi Verbal
Apabila lawan tutur menanggapi penutur dengan menerima atau
menolakmaksud penutur.misalnya, menyangkal, melarang, tidak mengizinkan,
danmeminta maaf. Contoh /bukan aku yang mencuri/. Contoh kalimat tersebut
merupakan contoh kalimat perlokusi verbal menyangkal, kemudian pada contoh
kalimat berikutnya /jangan buang sampah disini/ pada contoh kalimat tersebut adalah
merupakan contoh kalimat perlokusi verbal melarang. Pada contoh kalimat /jangan
pergi dengan dia/ merupakan contoh kalimat yang mengandung perlokusi verbal tidak
mengizinkan dan pada contoh kalimat /maaf saya tidak bisa datang/ merupakan
contoh kalimat yang mengandung perlokusi verbal meminta maaf (Searle dalam
Leech, 1993: 163-165).
2) Perlokusi Nonverbal
Apabila lawan tutur menanggapi penutur dengan gerakan seperti mengangguk,
menggeleng, tertawa, senyuman dan bunyi decakan mulut. Seperti pada contoh
mengangguk biasanya menyatakan setuju atau mau kemudian apabila menggelengkan
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
28
kepala biasanya menyatakan menolak atau tidak mau. Kemudian ketika sedang
tertawa biasanya adalah sedang bahagia atau senang. Kemudia ketika sedang
menangis bisa jadi sedang sedih. Dari contoh tersebut bisa dikatakan bahwa lawan
bicara menanggapi si penutur dengan gerakan saja tanpa mengucapkan kata-kata.
(Searle dalam Leech, 1993: 163-165).
3) Perlokusi Verbal Nonverbal
Apabila lawan tutur menanggapi penutur dengan ucapan verbal yang
disertaidengan gerakan (nonverbal). misalnya, berbicara sambil tertawa,
berbicarasambil berjalan, atau tindakan-tindakan yang diminta oleh lawan tutur. Pada
perlokusi ini merupakan gabungan antara perlokusi verbal dan perlokusi non verbal.
Jadi pada perlokusi ini lawan tutur menanggapi si penutur dengan ucapan yang
disertai gerakan. Pada contoh kalimat /Ali tolong bersihkan papan tulis ini/ dan Ali
menjawab /baik/ sambil membersihkan papan tulis dari contoh tersebut si lawan tutur
menanggapi penutur dengan ucapan disertai dengan gerakan (non verbal) (Searle
dalam Leech, 1993: 163-165).
4. Fungsi Tindak Tutur Ilokusi
Pada hakekatnya terdapat beberapa fungsi tindak tutur ilokusi yang
diklasifikasikan berdasarkan fungsinya yang perlu kita ketahui. Situasi-situasi yang
berbeda menuntut adanya jenis-jenis dan derajat sopan santun yang berbeda juga.
Pada tingkatan yang paling umum, tindak ilokusi mempunyai beraneka ragam fungsi
dalam praktik kehidupan sehari-hari. Berdasarkan bagaimana hubunganya dengan
tujuan sosial dalam menentukan dan memelihara serta mempertahankan rasa dan sikap
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
29
hormat, maka. Fungsi-fungsi ilokusi dapat diklasifikasikan menjadi empat
jenis(Leech, 2011: 162-163), yaitu:
a. Fungsi Tindak Tutur Kompetitif (Competitive)
Fungsi tindak tutur kompetitif merupakan tuturan yang tidak bertata krama,
tidak bertatakrama disini maksudnya adalah tidak menunjukkan rasa hormat dan
sopan santun dalam bertutur karena tujuanilokusi ini bersaing dengan tujuan sosial.
Kesopansantunan memiliki sifat negatif dengan tujuan mengurangi ketidakharmonisan
yang tersirat dalam kompetisi antara apayang ingin dicapai oleh penutur dengan apa
yang dituntut oleh sopan santun. Maksuddari tujuan kompetitif adalah tujuan yang
pada dasarnya tidak bertata krama(discourtes). Tata krama (courtesy) mengacu pada
tujuan sedangkan sopan santun(politeness) mengacu pada perilaku linguistik atau
perilaku lain yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga
kesopansantunan dibutuhkan untuk memperlembutsifat tidak sopan santun yang
terkandung dalam tujuan itu. Misalnya, memerintah,meminta, menuntut, mengemis
Contoh :
Ali : Assalamualaikum.
Bunda : Waalaikumsalam. Wah, anak-anak bunda habis main dimana nih?
Nisa : Nisa abis main sama tante Rio, bu.
Ali : Pergi sana Mio. Aku haus nih. (sambil melempar bola kedalam
keranjang)
Nisa : Ih, Ali. Itu kan tempat mainan Nisa.
Dari kalimat yang diucapkan oleh tokoh dalam dongeng tersebut merupakan fungsi
tindak tutur ilokusi kompetitif. Tepatnya masuk dalam tindak tutur ilokusi kompetitif
memerintah. Dari tuturan yang diucapkan Ali kepada Mio dan Nisa merupakan
tuturan yang tidak bertata krama karena tujuan ilokusi ini bersaing dengan tujuan
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
30
sosial. Pada tuturan Ali kepada Mio selain menginformasikan bahwa dirinya haus juga
secara tidak langsung memerintahkan untuk tidak mengganggunnya.Pada tuturan yang
diucapkan Nisa selain menginformasikan bahwa itu tempat mainannya kepada Ali
secara tidak langsung untuk memerintahkan Ali untuk tidak menaruh bolanya di
tempat mainannya. Di sini terlihat bahwa tuturan dan tindakan Ali tidak menunjukan
kesopanan dan tujuan ilokusi bersaing dengan tujuan sosial jadi dari dialog tersebut
masuk dalam fungsi tindak tutur ilokusi kompetitif memerintah (Leech, 2011: 162-
163).
b. Fungsi Tindak Tutur Konvivial (Convivial)
Fungsi konvivial merupakan tuturan yang bertata krama, bertatakrama disini
maksudnya adalah menunjukkan rasa hormat dan sopan santun dalam bertutur.Tujuan
ilokusi ini sejalan atau sejajar dengan tujuan sosial. Pada fungsi ini,kesopansantunan
memiliki bentuk yang lebih positif dalam menunjukkan rasa hormat dengan mencari
kesempatan untuk beramah-tamah. Pada fungsi ini sopan santun memiliki sifat yang
lebih positif, pada fungsi ini adalah merupakan kebalikan dari fungsi kompetitif.
Misalnya, menawarkan, mengajak,mengundang, menyapa, mengucapkan terima
kasih, mengucapkan selamat.
Contoh :
Bunda : Ali, kenapa? Kok mandinya teriak-teriak gitu.
Oh. Samponya kena mata ya. Sini Bunda bersihkan.
Ali : Wah, terima kasih Bunda.
Dari kalimat yang diucapkan oleh tokoh dalam dongeng tersebut merupakan fungsi
tindak tutur ilokusi konvivial (menyenangkan). Tepatnya masuk dalam tindak ilokusi
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
31
konvivial mengucapkan terima kasih. Dari tuturan Ali kepada Bunda
menginformasikan bahwa mata Ali terkena sampo dan secara tidak langsung
menyuruh bundanya untuk membersihkan sampo yang terkena matanya. Dari tuturan
yang diucapkan Ali kepada Bunda merupakan tuturan yang bertata krama. Tujuan
ilokusi ini sejalan atau sejajar dengan tujuan sosial. Pada fungsi ini,kesopansantunan
memiliki bentuk yang lebih positif dalam menunjukkan rasa hormatdengan mencari
kesempatan untuk beramah-tamah. Dari tuturan Ali kepada Bunda menunjukan
kesopanan dan tujuan ilokusi ini sejalan atau sejajar dengan tujuan sosial jadi dari
dialog tersebut masuk dalam fungsi tindak tutur ilokusi konvivial mengucapkan terima
kasih (Leech, 2011: 162-163).
c. Fungsi Tindak Tutur Kolaboratif (Collaborative)
Fungsi kolaboratif adalah tuturan yang tidak melibatkan sopan santun karena
pada fungsi ini sopan santun tidak relevan. Tujuan ilokusinya tidak melibatkan tujuan
sosial. Pada fungsi ini tidak melibatkan sopan santun karena sopan santun tidak
relevan dalam fungsi ini. Pada fungsi ini cenderung hanya merupakan ungkapan dan
pernyataan saja. Bisa dikatakan pada fungsi ini sama sekali tidak melibatkan sopan
santun. Misalnya: menyatakan, melaporkan, mengumumkan,mengajarkan.
Contoh :
Ali : Aduh samponya kena mata. Bunda, mata Ali kena sampo. Mata Ali
sakit nih!
Bunda : Ali, kenapa? kok mandinya teriak-teriak gitu. Oh. Samponya kena
mata ya. Sini Bunda bersihkan.
Dari kalimat yang diucapkan oleh tokoh dalam dongeng tersebut merupakan fungsi
tindak tutur ilokusi kolaboratif.Tepatnya masuk kedalam tindak tutur ilokusi
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
32
kolaboratif melaporkan .Karena dari segi fungsi berdasarkan bagaimana hubungannya
dengan tujuan sosial dalam menentukan dan memelihara serta mempertahankan rasa
dan sikap hormat tujuan ilokusi tidak mengacuhkan atau biasa-biasa saja terhadap
tujuan sosial. Dari tuturan yang diucapkan Ali kepada Bunda selain untuk
menginformasikan bahwa mata Ali terkena sampo, selain itu secara tidak langsung
memerintahkan Bundanya untuk membersihkan sampo yang terkena matanya (Leech,
2011: 162-163).
d. Fungsi Tindak Tutur Konfliktif (Conflictive)
Fungsi bertentangan atau konfliktif merupakan tuturan yang tidak memiliki
unsurkesopansantunan. Pada fungsi inicenderung sangat menimbulkan kemarahan
karena pada fungsi ini cenderung fungsi yang sangat tidak memiliki fungsi kesopanan.
Fungsi ini pada dasarnya bertujuan menimbulkan kemarahan. Tujuanilokusi di sini
bertentangan dengan tujuan sosial. Misalnya: mengancam, menuduh,menyumpahi,
memarahi, menyalahkan, menjatuhkan hukuman.
Contoh :
Ali : lhoo, pisang gorengnya kok dihabisin, buat Ali mana donk?
Gak salah lagi pasti dihabisin sama Nisa.
Bunda : Sudah-sudah jangan marah-marah, ini kok ibu simpan dikolong meja,
untung gak dimakan sama Mio.
Dari kalimat yang diucapkan oleh tokoh dalam dongeng tersebut merupakan fungsi
tindak tutur ilokusi konfliktif.Tepatnya masuk kedalam tindak tutur ilokusi konfliktiff
menuduhKarena dari segi fungsi berdasarkan bagaimana hubungannya dengan tujuan
sosial dalam menentukan dan memelihara serta mempertahankan rasa dan sikap
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
33
hormat tujuan ilokusi bertentangan atau konfliktif merupakan tuturan yang tidak
memiliki unsurkesopansantunan. Fungsi ini pada dasarnya bertujuan menimbulkan
kemarahan. Tujuanilokusi di sini bertentangan dengan tujuan sosial. Dari tuturan yang
diucapkan Ali kepada Bunda selain untuk menginformasikan bahwa pisang gorengnya
habis dan Ali menuduh Nisa yang menghabiskan, selain itu secara tidak langsung
meminta kepada Bundanya pisang goreng(Leech, 2011: 162-163).
E. Dongeng
1. Pengertian Dongeng
Dongeng merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam
banyakhal sering tidak masuk akal (Nurgiantoro, 2005:198). Pendapat lain mengenai
dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi, terutama tentang kejadian
zaman dulu yang aneh-aneh (KBBI, 2007 : 274). Dongeng ialah cerita rekaan yang
berisi muatan-muatan nilai moral sebagai pembelajaran, terutama untuk anak-anak(
Agus Triyanto, 2007: 46). Dalam EYD (2011 :127 ) dongeng adalah cerita prosa
rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi. Dongeng berisi petuah atau nasihat
yang sangat berguna bagi pembacanya. Beberapa bentuk dongeng yaitu legenda, mite,
sage, dan fabel. Legenda adalah cerita yang berkaitan dengan asal-usul terjadinya
suatu tempatperistiwa. Misal adalah Danau Toba, Tangkuban Perahu, Miteadalah
cerita yang berkaitan tentang dewa, roh bersifat mistis.Misal adalah Nyai Roro
Kidul.Sageadalah cerita yang berkaitan dengan nilai-nilai kejujuran atau
kepahlawanan. Misal adalah Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol,
Fabeladalah cerita yang tokoh dan perannya binatang. Misal adalah Si kancil, buaya
dan kerbau. Hikayat merupakan salah satu sastra melayu klasik. Hikayat berisi tentang
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
34
cerita atau kisah-kisah yang dibacakan dalam sekumpulan. Hikayat bersifat
menghibur, mendidik, dan berisi pesan-pesan moral. Misal adalah Hikayat Abu
Nawas, Hikayat Sri Rama. Cerita Jenaka adalah cerita yang bersifat menghibur.
Dalam cerita jenaka tetap diperhatikan nilai-nilai moral dan amanat yang baik. Misal
adalah Lebai Malang, Jaka Bodo.
2. Jenis Dongeng
Anti Aarne dan Stith Thompson ( dalam Danandjaja, 2007: 86 ) telah membagi
beberapa jenis-jenis dongeng ke dalam empat golongan besar. Pertama adalah
dongeng binatang (animal tales) dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi
binatang peliharaan dan binatang liar. Yang kedua dongeng biasa (ordinary tales)
dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah
suka duka seseorang. Yang ketiga lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes) lelucon
dan anekdot adalah dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati. Dan
yang terakhir dongeng berumus dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan.
Dongeng-dongeng berumus mempunyai beberapa subbentuk, yaitu dongeng
bertimbun banyak, dongeng untuk mempermainkan orang, dongeng yang tidak
mempunyai akhirBruvand (dalam Danandjaja, 2007:139). Lebih lengkapnya keempat
golongan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Dongeng Binatang (animal tales)
Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan
binatang liar. Binatang-binatang tersebut dalam cerita jenis ini dapat berbicara dan
berakal budi seperti manusia. Contohnya adalah cerita fabel kancil dan pak tani. Pada
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
35
dongeng binatang tokoh-tokoh yang ada didalamnya adalah semuanya binatang yang
memiliki sifat yang hampir mirip dengan manusia pada umumnya. Seperti dongeng
sikancil mencuri mentimun pak tani, disini kancil diibaratkan seperti manusia yang
sifatnya suka mencuri barang orang lain yang bukan miliknya. Jadi dalam dongeng
binatang mayoritas tokoh pemeran dongeng tersebut adalah binatang yang menjadi
tokoh Anti Aarne dan Stith Thompson ( dalam Danandjaja, 2007: 86 ).
b. Dongeng Biasa (ordinary tales)
Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya
adalah kisah suka duka seseorang. Dongeng mengenai ilmu sihir (tales of magic),
dongeng keagamaan (religious tales), Cerita-cerita roman (romantic tales), dongeng
mengenai raksasa bodoh (tales of stupid agre).Contohnya bisa seperti cerita cinderela,
pinokio yaitu yang tokohnya diperankan oleh orang. Dalam dongeng ini mayoritas
pemerannya adalah tokoh manusia atau diperankan oleh manusia. Manusia yang
memerankan dalam dongen tersebut Anti Aarne dan Stith Thompson ( dalam
Danandjaja, 2007: 86 ).
c. Lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes)
Lelucon dan anekdot adalah dongeng yang dapat menimbulkan rasa
menggelikan hati. Ada sedikit perbedaan antara lelucon dan anekdot. Lelucon
menyangkut kisah fiktif lucu anggota suatu kolektif, seperti suku bangsa, golongan,
bangsa atau ras. Sedangkan anekdot menyangkut kisah fiktif lucu pribadi seorang
tokoh atau beberapa tokoh yang benar-benar ada. Contohnya bisa seperti pada
dongeng donal bebek dan lain-lain. Lelucon dan anekdot lebih bersifat menghibur
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
36
dan jalan ceritanya biasanya terdapat cerita yang lucu Anti Aarne dan Stith Thompson
( dalam Danandjaja, 2007: 86 ).
d. Dongeng Berumus
Dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan. Dongeng-dongeng
berumus mempunyai beberapa subbentuk, yaitu dongeng bertimbun banyak, dongeng
untuk mempermainkan orang, dongeng yang tidak mempunyai akhirBruvand (dalam
Danandjaja, 2007:139). Sedangkan Stewig (dalam Nurgiyantoro:2005:201) membagi
jenis dongeng dilihat dari waktu kemunculannya yaitu dongeng klasik dan dongeng
modern. Dongeng klasik adalah cerita dongeng yang telah muncul sejak zaman dahulu
yang telah mewaris secara turun temurun lewat tradisi lisan. Sedangkan dongeng
modernadalah cerita dongeng yang sengaja ditulis untuk maksud bercerita dan agar
tulisannya itu dibaca oleh orang lain. Jadi dongeng modern secara jelas ditunjukkan
pengarang, penerbit, dan tahun.
Berdasarkan jenis dongeng tersebut, kumpulan dongeng Charles Perrault ini
dapat dikategorikan ke dalam dongeng klasik dan modern. Dikatakan sebagai dongeng
klasik karena dia tidak mengarang dongeng-dongeng peri. Dongeng tersebut sudah
ada sejak jaman dulu dan diwariskan turun temurun secara lisan dari generasi ke
generasi. Akan tetapi, dalam waktu yang sama, Perrault membuat dongeng peri ke
dalam sebuah karya sastra. Dia tidak puas jika hanya menulis dongeng-dongeng yang
bersumber dari folklor. Dia memberikan sentuhan pada dongengnya yang berupa
nilai-nilai moral berupa sajak yang tentu saja tidak ada dalam dongeng yang
bersumber dari rakyat. Tidak hanya itu saja, Perrault menulis dongeng sebagai
sindiran atau gambaran kehidupan masyarakat pada masanya Anti Aarne dan Stith
Thompson ( dalam Danandjaja, 2007: 86 ).
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
37
3. Fungsi Dongeng
Dongeng sebagai salah satu dari sastra anak, berfungsi untuk memberikan
hiburan, juga sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya
oleh masyarakat pada waktu itu. Dongeng dipandang sebagai sarana untuk
mewariskan nilai-nilai, dan untuk masyarakat lama itu dapat dipandang sebagai satu-
satunya cara. Sesuai dengan keberadaan misi tersebut, dongeng mengandung ajaran
moral. Dongeng sering mengisahkan penderitaan tokoh, namun karena kejujuran dan
ketahanujiannya tokoh tersebut mendapat imbalan yang menyenangkan. Sebaliknya
tokoh jahat pasti mendapat hukuman (Nurgiyantoro, 2005:200).
Hal senada juga dikemukakan oleh (Danandjaja, 2007:83) bahwa dongeng
diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan
kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran. Sama halnya yang
diungkapkan oleh Carvalho-Neto (dalam Danandjaja, 2007:4) bahwa dongeng
mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi
keinginan terpendam. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
dongeng mempunyai banyak fungsi antara lain: sebagai hiburan atau pelipur lara,
pendidik, sarana mewariskan nilai-nilai, protes sosial, dan juga sebagai proyeksi
keinginan terpendam. Melalui pemahaman dongeng diperoleh gambaran bahwa
dongeng merupakan bentuk warisan leluhur yang patut untuk dilestarikan. Peminat
dongeng pada umumnya dikalangan anak-anak karena dongeng mudah dipahami dan
mengandung cerita yang unik dan mengesankan.Ada beberapa manfaat dongeng untuk
anak yaitu :
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
38
a. Merangsang kekuatan berfikir
Semua dongeng atau cerita memiliki alur yang baik, yang membawa pesan
moral, berisi tentang harapan, cinta dan cita-cita. Sehingga anak dapat mengasah daya
pikir dan imajinasinya. Dengan dongeng anak akan membuat daya fikir anak menjadi
berkembang dan meningkatkan rasa ingin tahu anak dan cenderung si anak akan
meniru tokoh baik dalam sebuah dongeng. Dalam dongeng akan mengajarkan si anak
untuk mengembangkan kognitif dan cara berfikir anak bagaimana pola fikir anak.
Mengembangkan daya ingat anak. Karena dalam dongeng biasanya terdapat amanat-
amanat baik yang ingin disampaikan dalam dongeng tersebut Carvalho-Neto (dalam
Danandjaja, 2007:4).
b. Sebagai media yang efektif
Cerita atau dongeng merupakan media yang sangat efektif untuk menanamkan
berbagai nilai etika kepada anak, bahkan untuk memenuhi rasa empati. Misalnya,
nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakwanan, dan kerja keras. Juga tentang
berbagai kebiasaan sehari-hari yang baik seperti berdoa setiap hendak beraktivitas,
makan sayur, makan buah, dan menggosok gigi.Anak juga diharapkan dapat lebih
mudah menyerap berbagai nilai tersebut karena dongeng tidak bersikap memerintah
atau menggurui. Para tokoh cerita dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan
menjadi contoh atau teladan bagi anak. Maka dongeng merupakan media yang paling
efektif untuk media pembelajaran anak Carvalho-Neto (dalam Danandjaja, 2007:4).
c. Mengasah kepekaan anak terhadap bunyi-bunyian
Saat mendongeng, bakat akrobatik suara sangat berguna. Bagaimana
menirukan suara orang tua yang lemah dan gemetar, suara tokoh yang disegani, suara
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
39
hewan dan lain sebagainya. Berusaha menghidupkan kata-kata yang dipilih si
pengarang dengan sangat cermat. Kata-kata bisa jadi mengagumkan jika diucapkan
dengan intonasi dan ekspresi yang berbeda. Hal ini akan mengasah pendengaran anak
terhadap nuansa bunyi-bunyian. Dari apa yang didengarkan anak-anak melalui
dongeng akan merangsang pola pikir anak dan bahasa pada anak Carvalho-Neto
(dalam Danandjaja, 2007:4).
d. Menumbuhkan minat baca
Dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak.
Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritakan, anak diharapkan mulai
menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku dongeng yang
kerap didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan,
sains, agama dan lain sebagainya.Tanpa disadari, orang tua khususnya (ibu) yang
sering membacakan atau bercerita kepada anaknya sejak kecil, ternyata mampu
menciptakan anak-anak yang mencintai buku dan gemar membaca ketika mereka
sudah besar Carvalho-Neto (dalam Danandjaja, 2007:4).
e. Menumbuhkan rasa empati
Orang tua tentunya ingin anak-anaknya memiliki banyak pengetahuan yang
berguna agar bisa memahami dan mempunyai rasa empati terhadap orang lain. Itulah
manfaat mendongeng. Tokoh-tokoh didalam buku cerita atau disampaikan
pendongeng akan terasa hidup. Anak akan terbiasa dan mampu membedakan tokoh
yang satu dan tokoh yang lainnya. Bahkan, anak akan menjadikan tokoh yang baik
menjadi idolanya.Sebuah cerita yang mampu membangkitkan emosi dan contoh
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
40
teladan kehidupan apabila tersampaikan dengan tepat dan benar akan berdampak besar
pada proses perkembangannya. Hal ini dapat diperkuat apabila cerita yang disajikan
sama persis dengan cara anak-anak tersebut menyerap sesuatu yaitu melalui
pendekatan visual (gambar), auditorial (suara), dan kinestetikal (gerak) Carvalho-Neto
(dalam Danandjaja, 2007:4).
F. Kerangka Berfikir
Pada penelitian ini, peneliti mengangkat judul analisis fungsi tindak tutur
ilokusi pada dongeng anak karya Lia Herliana. Pada penelitian ini, berfokus pada ilmu
bahasa yaitu teori pragmatik dan objek analisis adalah tindak tutur pada dongeng anak
karya Lia Herliana sebagai data. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
fungsi tindak tutur ilokusi yang terkandung pada tuturan paratokoh dalam dongeng
anak karya Lia Herliana. Data penelitian ini adalah tuturan yang terdapat pada
dongeng anak karya Lia Herliana yang mengandung fungsi tindak tutur ilokusi
berdasarkan klasifikasinya. Sumber data penelitian ini adalah video dongeng anak
karya Lia Herliana yang berjumlah empat judul video dongeng anak. Penelitian ini
dilakukan dalam tiga tahap, tahap yang pertama adalah penyediaan data menggunakan
metode simak yaitu dengan menyimak tuturan pada video. Teknik yang digunakan
selanjutnya adalah teknik catat, mencatat dialog pada video agar memepermudah
ketika proses menganalisa sesuai permasalahan. Tahap kedua adalah analisis data
dengan menggunakan metode padan ortografis dan metode padan pragmatis. Tahap
ketiga adalah penyajian hasil analisis data menggunakan metode penyajian
informal.Kerangka pemikiran merupakan suatu kerangka untuk menunjukkan
hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Kerangka berfikir merupakan model
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017
41
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan
menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti. Jadi secara
teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen. Oleh
karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada
kerangka berfikir (Sugiyono, 2010:60).
ANALISIS FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA DONGENG ANAK
KARYA LIA HERLIANA
Pragmatik
bar
Bahasa Video Dongeng Anak
Fungsi
Bahasa
Konteks Wacana
Prinsip Percakapan Ragam Bahasa
Fungsi Ilokusi
Lokusi
Analisis fungsi tindak tutur ilokusi
Ilokusi Prinsip Kerja Sama
Prinsip Kesantunan
Tindak Tutur
Perlokusi
Lokusi Pertanyaan
Lokusi Perintah
Lokusi Pernyataan
F. Kolaboratif
F. Konvivial
F. Kompetitif
F. Konfliktif
Perlokusi Verbal
PerlokusiVerbal
Non Verbal
Perlokusi Non Verbal
Analisis Fungsi Tindak Tutur..., Destoro Setyawan, FKIP UMP, 2017