BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 ·...

21
BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian yang berjudul Referensi dan Inferensi pada Wacana Spanduk Suporter Sepak Bola Liga Super Indonesia 2014 memiliki dua penelitian yang relevan. Penelitian yang telah ditulis sebelumnya yaitu Analisis Ekstenal Wacana pada Iklan Kosmetik di Televisi dan Analisis Unsur Eksternal Wacana pada Iklan Produk Home Shopping Di Lejel TV. Skripsi ini memiliki perbedaan dengan skripsi sebelumnya. Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Analisis Eksternal Wacana pada Iklan Kosmetik di Televisi oleh Elis Kristiyanti Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian yang dilakukan oleh Elis Kristiyanti termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian tersebut dilakukan bertujuan untuk mendiskripsikan unsur eksternal wacana pada iklan kosmetik di televisi. Data dalam penelitian tersebut berupa tuturan pada iklan kosmetik di televisi. Sumber data dalam penelitian tersebut adalah iklan kosmetik di televisi. Kajian dan hasil dalam penelitian tersebut adalah unsur ekternal wacana meliputi implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, dan konteks wacana. Penelitian yang dilakukan oleh penulis yakni penelitian yang berjudul Referensi dan Inferensi pada Wacana Spanduk Suporter Sepak Bola Liga Super Indonesia 2014berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan Elis Kristiyanti dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada 10 Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 ·...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Relevan

Penelitian yang berjudul Referensi dan Inferensi pada Wacana Spanduk

Suporter Sepak Bola Liga Super Indonesia 2014 memiliki dua penelitian yang

relevan. Penelitian yang telah ditulis sebelumnya yaitu Analisis Ekstenal Wacana

pada Iklan Kosmetik di Televisi dan Analisis Unsur Eksternal Wacana pada Iklan

Produk Home Shopping Di Lejel TV. Skripsi ini memiliki perbedaan dengan skripsi

sebelumnya. Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Analisis Eksternal Wacana pada Iklan Kosmetik di Televisi oleh Elis

Kristiyanti Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Penelitian yang dilakukan oleh Elis Kristiyanti termasuk dalam penelitian

deskriptif kualitatif. Penelitian tersebut dilakukan bertujuan untuk mendiskripsikan

unsur eksternal wacana pada iklan kosmetik di televisi. Data dalam penelitian tersebut

berupa tuturan pada iklan kosmetik di televisi. Sumber data dalam penelitian tersebut

adalah iklan kosmetik di televisi. Kajian dan hasil dalam penelitian tersebut adalah

unsur ekternal wacana meliputi implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, dan

konteks wacana.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis yakni penelitian yang berjudul

“Referensi dan Inferensi pada Wacana Spanduk Suporter Sepak Bola Liga Super

Indonesia 2014” berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan antara penelitian

yang dilakukan Elis Kristiyanti dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada

10

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

11

data dan sumber data. Penelitian yang dilakukan oleh Elis Kristiyanti menggunakan

data berupa tuturan pada iklan kosmetik di televisi dan sumber data berupa iklan

kosmetik di televisi, sedangkan pada penelitian kali ini menggunakan data berupa

wacana spanduk suporter sepak bola Liga Super Indonesia 2014 dan sumber data

berupa spanduk suporter sepak bola Liga Super Indonesia 2014. Kajian dan hasil

penelitian yang dilakukan penulis pun dibatasi yakni unsur eksternal wacana meliputi

referensi dan inferensi.

2. Analisis Unsur Eksternal Wacana pada Iklan Produk Home Shopping di Lejel

TV oleh Shinta Ana Pudjiman Mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Purwokerto.

Penelitian yang dilakukan oleh Shinta Ana Pudjiman termasuk penelitian

deskriptif kualitatif. Penelitian tersebut dilakukan bertujuan untuk mendiskripsikan

unsur eksternal wacana pada iklan produk home shopping di Lejel TV. Data yang

digunakan dalam penelitian adalah tuturan iklan produk home shopping di Lejel TV.

Sumber data dalam penelitian tersebut adalah iklan produk home shopping di Lejel

TV. Kajian dan hasil penelitian adalah unsur eksternal wacana meliputi implikatur,

presuposisi, referensi, inferensi, dan konteks wacana.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh penulis yakni penelitian yang

berjudul “Referensi dan Inferensi pada Wacana Spanduk Suporter Sepak Bola Liga

Super Indonesia 2014” berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan antara

penelitian yang dilakukan Shinta Ana Pudjiman dengan penelitian yang akan

dilakukan terletak pada data dan sumber data. Penelitian yang dilakukan oleh Shinta

Ana Pudjiman menggunakan data berupa tuturan iklan produk home shopping di Lejel

TV dan sumber data berupa iklan produk home shopping di Lejel TV, sedangkan pada

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

12

penelitian kali ini menggunakan data berupa wacana spanduk suporter sepak bola Liga

Super Indonesia 2014 dan sumber data berupa spanduk suporter sepak bola Liga

Super Indonesia 2014. Kajian dan hasil penelitian yang dilakukan penulis pun dibatasi

yakni unsur eksternal wacana meliputi referensi dan inferensi. Berdasarkan dua kajian

pustaka tersebut, maka penelitian dengan judul “Referensi dan Inferensi pada Wacana

Spanduk Suporter Sepak Bola Liga Super Indonesia 2014”, memang berbeda dengan

penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, dapat dilihat kembali perbedaan yang

dilakukan oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya.

B. Wacana

1. Pengertian Wacana

Wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki

gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Sebagai satuan bahasa

yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan atau ide yang

utuh, yang dapat dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam

wacana lisan). Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, maka wacana itu

dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal

dan persyaratan kewacanaan lainnya. Persyaratan gramatikal dalam wacana dapat

dipenuhi jika dalam wacana tersebut sudah terbina yang disebut kekohesian.

Kekohesian yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam

wacana tersebut (Chaer, 2007: 267).

Sebuah tulisan merupakan sebuah wacana. Akan tetapi tidak hanya tulisan

saja. Seperti halnya yang dinyatakan dalam kamus webster, sebuah pidato pun adalah

wacana. Jadi kita akan mengenal wacana lisan maupun wacana tulis. Hal ini sejalan

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

13

dengan pendapat Tarigan (dalam Sobur, 2009: 10) yaitu istilah wacana dipergunakan

untuk mencakup bukan hanya percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan di

muka umum, tulisan, serta upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau

lakon.

Menurut Alwi (2007: 1265) wacana merupakan komunikasi verbal,

percakapan, keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan, satuan bahasa

terlengkap. Realisasinya tampak pada bentuk karangan atau laporan utuh, seperti

spanduk, novel, buku, artikel, pidato atau khotbah. Semua dapat dikatakan wacana

karena selalu berhubungan dengan sebuah perkataan dan tuturan. Wacana merupakan

kesatuan bahasa paling lengkap yang terdiri atas seperangkat kalimat yang

mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain.

Menurut Rani (2013: 30) wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran

kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa

dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis

dan dapat bersifat transaksional atau interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara

lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antara penyapa dan

pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari

pengungkapan ide/gagasan penyapa.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

wacana adalah satuan bahasa yang lengkap dan satuan gramatikal tertinggi atau

terbesar yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial yang dinyatakan

dalam bentuk karangan utuh. Karangan yang utuh tersebut diantaranya spanduk,

novel, buku, artikel, dan sebagainya. Wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan

ide/gagasan penyapa atau penulis. Akan tetapi yang dinamakan wacana tidak hanya

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

14

tulisan saja, sebuah pidato pun adalah wacana. Jadi, semuanya dapat dikatakan

wacana karena selalu berhubungan dengan sebuah perkataan dan tuturan.

2. Jenis Wacana

Menurut Mulyana (2005: 47-63) wacana dapat dikelompokkan menjadi enam,

yaitu: (a) berdasarkan bentuk, (b) berdasarkan media penyampaian, (c) berdasarkan

jumlah penutur, (d) berdasarkan sifat, (e) berdasarkan isi, dan (f) berdasarkan gaya

dan tujuan. Pada dasarnya, klasifikasi diperlukan untuk memahami, mengurai, dan

menganalisis wacana secara tepat. Ketika analisis dilakukan, perlu diketahui terlebih

dahulu jenis wacana yang dihadapi. Pemahaman ini sangat penting agar proses

pengkajian, pendekatan, dan teknik-teknik analisis wacana yang digunakan tidak

keliru. Dalam penelitian ini klasifikasi wacana dibatasi menjadi dua jenis menurut

dasar pengklasifikasiannya, yaitu media penyampaian dan tujuannya.

a. Berdasarkan Media Penyampaian

Dalam media penyampaiannya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu

wacana tulis dan wacana lisan. Wacana tulis yaitu jenis wacana yang disampaikan

melalui tulisan. Wacana lisan yaitu jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau

langsung dengan bahasa verbal. Selanjutnya akan dipaparkan secara lebih jelas

mengenai wacana tulis dan wacana lisan.

1) Wacana Tulis

Wacana tulis adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Berbagai

bentuk wacana sebenarnya dapat dipresentasikan atau direalisasikan melalui tulisan

karena tulisan merupakan media yang sangat efektif dan efisiensi untuk

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

15

menyampaikan gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apapun yang dapat

mewakili kreativitas manusia.

2) Wacana Lisan

Wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau

langsung dengan bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan atau

ujaran. Adanya kenyataan bahwa pada dasarnya bahasa pertama kali lahir melalui

mulut atau lisan. Oleh karena itu, wacana yang utama, primer, dan sebenarnya adalah

wacana lisan. Wacana lisan memiliki beberapa kelebihan yaitu, bersifat alami dan

langsung.

b. Berdasarkan Tujuannya

Wacana dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu wacana narasi, wacana

deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

2013: 20-33). Wacana narasi mengisahkan suatu kejadian bedasarkan urutan waktu.

Wacan deskripsi menggambarkan sesuatu berdasarkan pengalaman. Wacana eksposisi

menginformasikan tentang sesuatu sehingga memperluas pengetahuan pembaca.

Wacana persuasi membujuk pembaca agar mau berbuat sesuai dengan keinginan

penulisnya. Wacana argumentasi meyakinkan pembaca agar mau mengubah

pandangan kemudian mengikuti pandangan penulis. Selanjutnya akan dipaparkan

secara lebih jelas mengenai kelima wacana berdasarkan tujuannya tersebut.

1) Wacana Narasi

Wacana narasi merupakan salah satu jenis wacana yang mengisahkan suatu

kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktu. Wacana narasi terdiri atas narasi

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

16

kejadian dan narasi runtut cerita. Wacana narasi kejadian adalah paragraf yang

menceritakan suatu kejadian atau peristiwa, sedangkan wacana narasi runtut cerita

adalah pola pengembangan yang menceritakan suatu urutan dari tindakan atau

perbuatan dalam menciptakan sesuatu. Berdasarkan jenis cerita, naratif dibagi menjadi

dua macam yaitu narasi yang mengisahkan peristiwa yang benar-benar terjadi atau

cerita non fiksi. Serta narasi yang hanya mengisahkan suatu hasil rekaan, khayalan,

atau imajinasi pengarang.

2) Wacana Deskripsi

Wacana deskripsi adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan

sesuatu berdasarkan pengalaman semua pancaindra dengan kata-kata secara jelas dan

terperinci. Objek yang dikembangkan dalam wacana deskripsi berhubungan dengan

ruang dan waktu. Wacana deskripsi dapat dikembangkan dengan pola pengembangan

pengamatan, pola pengembangan fokus, pola tidak bergerak/statis, dan pola bergerak.

3) Wacana Eksposisi

Eksposisi merupakan karangan yang bertujuan untuk menginformasikan

tentang sesuatu sehingga memperluas pengetahuan pembaca. Wacana eksposisi

ini bersifat ilmiah/nonfiksi. Sumber karangan ini dapat diperoleh dari hasil

pengamatan, penelitian, atau pengalaman. Paragraf eksposisi lebih mengarah pada

tingkat kecerdasan atau akal. Untuk memperjelas paparan, karangan atau paragraf

eksposisi disertai data serperti grafik, gambar, data statistik, contoh, denah, diagram,

dan peta.

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

17

4) Wacana Persuasi

Persuasi adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca

agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuan dapat

tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh ketika akan menulis paragraf persuasi adalah

menentukan topik dan tujuan yaitu tujuan penulis dapat dikemukakan secara langsung.

Membuat kerangka karangan yaitu kerangka tulisan perlu mendapat perhatian dalam

rumusannya. Selanjutnya yaitu mengumpulkan bahan, menarik kesimpulan, dan

penutup.

5) Wacana Argumentasi

Wacana argumentasi bertujuan untuk meyakinkan pembaca agar pembaca mau

mengubah pandangan dan keyakinannya kemudian mengikuti pandangan dan

keyakinan penulis. Keberhasilan sebuah wacana argumentasi ditentukan oleh adanya

pernyataan/pendapat penulis, keseluruhan data, fakta, atau alasan-alasan yang secara

langsung dapat mendukung pendapat penulis. Keberadaan data, fakta, dan alasan

sangat mutlak dalam karangan argumentasi.

3. Unsur-Unsur Wacana

Wacana memiliki dua unsur pendukung utama, yaitu unsur dalam (internal)

dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal

kebahasaannya, sedangkan unsur eksternal berkenaan dengan hal-hal di luar wacana

itu sendiri. Kedua unsur tersebut membentuk satu kepaduan dalam suatu struktur yang

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

18

utuh dan lengkap. Unsur-unsur eksternal wacana terdiri atas implikatur, presuposisi,

referensi, inferensi, dan konteks wacana. Analisis dan pemahaman terhadap unsur-

unsur tersebut dapat membantu pemahaman tentang suatu wacana (Mulyana,

2005:11). Unsur eksternal wacana adalah sesuatu yang menjadi bagian wacana.

Namun, tidak nampak secara eksplisit. Sesuatu itu berada di luar satuan lingual

wacana. Sesuai judul penelitian, penulis membatasi unsur-unsur wacana tersebut

hanya unsur eksternal wacana. Sebab yang akan penulis analisis yaitu mengenai unsur

eksternal wacananya. Namun, dalam penelitian ini tidak menggunakan semua unsur

eksternal. Dikarenakan hanya ada dua unsur eksternal yang dapat digunakan untuk

menganalisis data yang diperoleh peneliti. Unsur eksternal yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi unsur referensi dan inferensi.

a. Implikatur

Menurut Lubis (1993:67) implikatur merupakan arti atau aspek arti pragmatik.

Dengan demikian hanya sebagian saja dari arti literal (harfiah) itu yang turut

mendukung arti sebenarnya dari sebuah kalimat, selebihnya berasal dari fakta-fakta

disekeliling kita (atau dunia ini) situasinya, kondisinya. Sedangkan implikatur

menurut Grice (dalam Mulyana, 2005:11) merupakan ujaran yang menyiratkan

sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu “yang berbeda”

tersebut adalah maksud pembicara yang tidak dikemukakan secara eksplisit. Dengan

kata lain, implikatur adalah maksud, keinginan, atau ungkapan-ungkapan hati yang

tersembunyi. Dalam lingkup analisis wacana, implikatur berarti sesuatu yang terlibat

atau menjadi bahan pembicaraan. Secara struktural, implikatur berfungsi sebagai

jembatan/rantai yang menghubungkan antara “yang diucapkan” dengan “yang

diimplikasikan”.

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

19

Implikatur dapat dibedakan menjadi dua yaitu implikatur konvensional dan

implikatur percakapan Grice (dalam Mulyana, 2005:12). Implikatur konvensional

adalah pengertian yang bersifat umum dan konvensional. Implikatur percakapan yaitu

memiliki makna dan pengertian yang lebih bervariasi. Pemahaman terhadap hal yang

dimaksud sangat bergantung kepada konteks terjadinya percakapan.

1) Implikatur Konvensional

Implikatur konvensional yaitu pengertian yang bersifat umum dan

konvensional. Semua orang umunya sudah mengetahui tentang maksud dan

pengertian sesuatu hal tertentu. Implikatur konvensional ini bersifat non temporer.

Artinya, makna atau pengertian tentang sesuatu bersifat lebih tahan lama. Suatu

leksem, yang terdapat dalam suatu bentuk ujaran, dapat dikenali implikasinya karena

maknanya “yang tahan lama” dan sudah diketahui secara umum.

2) Implikatur Percakapan

Implikatur percakapn memiliki makna dan pengertian yang lebih bervariasi,

karena pemahaman terhadap hal yang dimaksudkan sangat bergantung pada konteks

terjadinya percakapan. Oleh karena itu implikatur tersebut bersifat temporer (terjadi

saat berlangsungnya tindak percakapan). Non konvensioanl atau sesuatu yang

diimplikasikan tidak mempunyai relasi langsung dengan tuturan yang diucapkan.

Dalam suatu dialog sering terjadi seorang penutur tidak mengutarakan maksudnya

secara langsung. Hal yang hendak diucapkan justru disembunyikan, diucapkan secara

tidak langsung, atau yang diucapkan sama sekali berbeda dengan maksud ucapannya

(Levinson, dalam Mulyana, 2005: 13).

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

20

b. Presuposisi

Menurut Nababan dalam (Mulyana, 2005: 14) istilah presuposisi adalah

tuturan dari bahasa Inggris presupposition yang berarti perkiraan, prasangkaan.

Praanggapan merupakan anggapan dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks

menjadi bermakna bagi pendengar atau pembaca. Praanggapan membantu pembicara

menentukan bentuk-bentuk bahasa (kalimat) untuk mengungkapkan makna atau pesan

yang ingin dimaksudkan. Jadi, semua pernyataan atau ungkapan kalimat, baik yang

bersifat positif maupun negatif, tetap mengandung ungkapan dasar. Anggapan dasar

tersebut sebagai isi dan substansi dari kalimat tersebut.

c. Referensi

Secara tradisional referensi berarti hubungan antara kata dengan benda (orang,

tumbuhan, sesuatu lainnya) yang dirujuknya. Referensi merupakan perilaku

penulis/pembicara. Jadi, yang menentukan referensi suatu tuturan adalah pihak penulis

sendiri, sebab hanya pihak penulis yang paling mengetahui hal yang diujarkan dengan

hal yang dirujuk oleh pengujarnya. Pendengar atau pembaca hanya dapat menerka hal

yang dimaksud oleh pembicara dalam ujarannya itu. Terkaan itu bersifat relatif, bisa

benar, bisa pula salah (Lubis, 1993: 29).

Lubis (dalam Mulyana, 2005:18) membagi referensi menjadi dua yaitu

referensi menurut jenisnya dan referensi menurut bentuknya. Referensi menurut

jenisnya dapat dipilah menjadi tiga jenis, yaitu: (1) referensi personal, (2) referensi

demonstratif, dan (3) referensi komparatif. Sedangkan berdasarkan bentuknya dapat

dipilah menjadi tiga bagian, yaitu: (1) referensi dengan nama, (2) referensi dengan

kata ganti, dan (3) referensi dengan pelesapan.

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

21

Menurut Halliday (dalam Mulyana, 2005:16-17) referensi dilihat dari

acuannya dapat dibagi menjadi dua bagian. Kedua bagian tersebut yaitu referensi

eksofora dan referensi endofora. Referensi eksofora adalah interpretasi terhadap kata

yang terletak di luar teks. Referensi endofora adalah interpretasi terletak di dalam teks

itu sendiri. Selanjutnya akan dipaparkan secara lebih jelas mengenai referensi

eksofora dan referensi endofora.

1) Referensi Eksofora

Referensi eksofora adalah interpretasi terhadap kata yang terletak di luar teks

yaitu pada konteks situasi. Referensi ini membawa kita ke luar teks , misalnya, tampak

pada kalimat di bawah ini.

(4) Kami ada untuk Barito Putra.

Pada wacana (4), terlihat bahwa pembaca atau pendengar tidak akan tahu yang

dimaksud kami dalam wacana tersebut. Kata kami menunjukkan sesuatu yaitu

kelompok suporter Barito Putra. Pembaca atau pendengar akan tahu maksudnya jika

kita mengetahui konteks saat penutur mengucapkannya atau menunjukkannya. Jadi,

referensi eksofora itu mengaitkan langsung antara teks dengan sesuatu yang ditunjuk

di luar teks. Referensi eksofora merupakan penunjukan atau interpretasi terhadap kata

yang relasinya terletak dan tergantung pada konteks situasional. Bila interpretasi itu

terletak di dalam teks itu sendiri, maka relasi penunjuk itu dinamakan referensi

endofora.

2) Referensi Endofora

Referensi endofora adalah interpretasi terletak di dalam teks itu sendiri.

Referensi ini merupakan referensi intratekstual yang mengacu kepada sesuatu yang

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

22

teridentifikasi di dalam teks di sekelilingnya. Referensi endoforik termasuk kategori

umum untuk menamakan pengacuan ke dalam teks, entah secara anaforik ataupun

kataforik (Budiman, 1999: 32). Hubungan endofora ini dibagi atas dua bagian, yaitu

referensi endofora anafora dan referensi endofora katafora. Untuk lebih jelasnya,

dapat dilihat paparan berikut ini.

a) Referensi endofora anafora yaitu hubungan antara bagian yang satu dengan

bagian lainnya dalam teks. Hubungan ini menunjuk pada sesuatu yang telah

disebut sebelumnya. Sebagai contoh referensi endafora anafora sebagai berikut:

(5) Muhamad Ridwan adalah pemain sepak bola. Dia bermain di Persib

Bandung

Pada wacana (5), kata dia pada kalimat kedua mengacu pada Muhamad

Ridwan, yaitu nama yang disebutkan sebelumnya pada kalimat pertama. Pada

pengacuan masih merujuk pada sesuatu atau seseorang yang berada dalam teks, jadi

tidak perlu dicari nama Muhamad Ridwan yang mana.

b) Referensi endofora katafora yaitu bagian yang ditunjuk mengacu pada sesuatu

yang akan disebut sesudahnya. Contoh kalimat referensi endofora katafora

sebagai berikut:

(6) Turunkan CEO Persegres. Bang Anton

Pada wacana (6), kata CEO pada kalimat pertama mengacu pada kata yang

disebut sesudahnya, yaitu Bang Anton. Penunjuk ini sekaligus menjadi jawabannya.

Pada pengacuan masih merujuk pada sesuatu atau seseorang yang berada dalam teks,

jadi tidak perlu dicari siapa yang menjadi CEO tim Persegres.

Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa referensi

merupakan penjelasan kata yang terdapat pada wacana dengan benda (orang,

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

23

kelompok suporter, sesuatu lainnya) yang dirujuknya. Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan jenis referensi menurut Halliday yaitu referensi eksofora dan referensi

endofora. Peneliti membatasi penelitian ini dengan menggunakan referensi eksofora

dan referensi endofora, karena peneliti hanya menganalisis tentang interpretasi di luar

wacana dan interpretasi di dalam wacana.

d. Inferensi

Menurut Hasan (dalam Mulyana, 2005: 19) inferensi atau inference secara

leksikal berarti kesimpulan. Inferensi adalah proses yang harus dilakukan pembaca

untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat dalam wacana yang

diungkapkan oleh pembicara atau penulis (Alwi, 2003: 441). Dalam bidang wacana,

istilah inferensi sebagai proses yang harus dilakukan. Pembaca dapat mengambil

pengertian, pemahaman atau penafsiran suatu makna tertentu. Dengan kata lain,

pembaca harus bisa membuat kesimpulan sendiri meskipun makna tidak terungkap

secara eksplisit. Contoh inferensi yaitu sebagai berikut. Ada seorang anak yang

hendak meminta uang untuk membeli tiket pertandingan Persib kepada ibunya. Dalam

usahanya itu, mungkin sekali si anak akan menyatakan wacana berikut:

(7) Bu, besok Persib main di Jalak Harupat. Pertandingan dimulai sore hari.

Tapi harga tiket masuk lumayan mahal.

Pada wacana (7), terlihat bahwa pernyataan seorang anak pada wacana di atas

jelas tidak menyangkut masalah permintaannya untuk diperbolehkan menonton

pertandingan atau untuk meminta uang membeli tiket menonton pertandingan Persib.

Dari pernyataan tersebut, si ibu harus mengambil inferensi apa yang dimaksud anak

itu. Pengambilan inferensi pada umumnya memakan waktu yang lebih lama dari pada

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

24

penafsiran secara langsung, tanpa memerlukan inferensi. Hal itu merupakan bukti

bahwa ada sesuatu yang tidak disampaikan kepada pembaca atau pendengar. Bukti

tersebut dapat dilihat dari wacana pada contoh inferensi tersebut.

Menurut Mulyana (2005:20-21) untuk memahami atau menafsirkan wacana

yang mengandung inferensi dapat diterapkan dua prinsip, yaitu prinsip analogi dan

prinsip penafsiran lokal. Prinsip analogi merupakan penafsiran tentang makna yang

terkandung didalam wacana yang didasarkan pada akal atau pengetahuan dan

pengalaman. Contoh prinsip analogi:

(8) Awas tegangan tinggi!

Pada wacana (8), jelas merupakan suatu peringatan penting kepada siapa pun agar

tidak menyentuh gardu listrik terebut. Jika dilakukan resikonya dapat mati karena

tersengat aliran listrik bertegangan tinggi. Pengetahuan bahwa gardu itu bertegangan

tinggi diperoleh dari pengalaman dunia. Tulisan tersebut tentunya tidak ditulis di

sembarang tempat.

Prinsip penafsiran lokal merupakan anjuran kepada pembaca untuk memahami

wacana berdasarkan konteks lokal yang melingkupi wacana. Pembaca tidak perlu

mencari konteks yang lebih luas dari yang diperlukan. Konteks yang dimaksud adalah

wilayah, area atau lokal (setting). Contoh prinip penafsiran lokal:

(9) Jangan nyalakan kembang api saat pertandingan!

Pada wacana (9), jelas merupakan peringatan bagi penonton yang berada di stadion.

Wacana tersebut khusus bagi penonton sepak bola dan di tulis di lapangan. Wacana itu

ditulis dengan tujuan penonton tidak menyalakan kembang api di sekitar stadion

karena menggangu penglihatan penonton lain dalam menikmati pertandingan sepak

bola.

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

25

Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa inferensi

merupakan hasil menyimpulkan wacana yang harus dilakukan pembaca untuk

memahami makna ungkapan pada wacana yang dilakukan oleh penulis berdasarkan

konteks yang melingkupi wacana. Jadi, inferensi merupakan kesimpulan berdasarkan

ungkapan dan konteks.

1) Ungkapan

Ungkapan adalah perkataan atau kelompok kata yang khusus untuk

menyatakan suatu maksud dengan arti kiasan (Poerwadarminta, 2007:1341).

Ungkapan dapat berupa perkataan, perbuatan , tulisan dan ekspresi wajah. Ungkapan

dalam bidang wacana berarti mengemukakan, menyatakan dan memaparkan sesuatu

yang tadinya menjadi rahasia atau tidak banyak diketahui oleh umum sehingga semua

orang dapat mengetahui apa maksud dari ungkapan tersebut. Dari penjelasan di atas,

ungkapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menceritakan atau memaparkan

sesuatu yang dituangkan dalam bentuk wacana spanduk yang dilakukan oleh suporter.

Ungkapan dalam spanduk suporter merupakan wacana yang maksud dari wacananya

hanya diketahui oleh suporter atau pembuatnya dan tidak banyak diketahui oleh

umum. Contoh ungkapan:

(10) Kami datang karena panggilan jiwa Arema.

Pada wacana (10), jelas merupakan suatu ungkapan seluruh suporter yang menyatakan

bahwa datang ke stadion untuk mendukung tim kebanggaan karena panggilan jiwa.

Suporter datang mendukung tim kebanggaan bukan karena paksaan, tetapi karena

ikhlas mendukung demi penyemangat.

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

26

2) Konteks

Menurut Mulyana (2005:21-22) konteks ialah situasi atau latar terjadinya suatu

komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu

komunikasi. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan langsung/tidak

langsung, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat

tergantung pada konteks yang melatar belakangi peristiwa tuturan itu. Salah satu unsur

konteks yang cukup penting yaitu waktu dan tempat.

Imam Syafi’ie (dalam Mulyana, 2005:24) konteks terjadinya percakapan

langsung/tidak langsung dapat dipilah menjadi empat macam, yaitu; (a) konteks

linguistik (linguistic context), yaitu kalimat-kalimat dalam percakapan, (b) konteks

epistemis (epistemic context), adalah latar belakang pengetahuan yang sama-sama

diketahui oleh partisipan, (c) konteks fisik (physical context), meliputi tempat

terjadinya percakapan, objek yang disajikan dalam percakapan, dan tindakan para

partisipan, (d) konteks sosial (social context), yaitu relasi sosio-kultural yang

melengkapi hubungan antarpelaku atau partisipan dalam percakapan.

Halliday & Hasan (1994:62-63) membagi konteks menjadi konteks situasi dan

konteks budaya.

a) Konteks Situasi

Konteks situasi adalah lingkungan langsung tempat teks itu benar-benar

berfungsi. Atau dengan kata lain, kontek situasi adalah keseluruhan lingkungan, baik

lingkungan tutur (verbal) maupun lingkungan tempat teks itu diproduksi (diucapkan

atau ditulis). Dell Hymes (dalam Mulyana, 2005:23-24) merumuskan dengan baik

sekali ihwal faktor-faktor penentu dalam konteks situasi, melalui akronim

SPEAKING. Tiap-tiap fonem mewakili faktor penentu yang dimaksudkan.

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

27

S : Setting and scene, yaitu latar dan suasana. Latar (setting) lebih bersifat fisik, yang meliputi tempat dan waktu terjadinya tuturan. Sementara scene adalah latar psikis yang lebih mengacu pada suasana psikologis yang menyertai peristiwa tuturan.

P : Participants, peserta tuturan, yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan, baik langsung maupun tidak langsung. Hal-hal yang berkaitan dengan partisipan, seperti usia, pendidikan, latar sosial, dsb, juga menjadi perhatian.

E : Ends, hasil, yaitu hasil atau tanggapan dari suatu pembicaraan yang memang diharapkan oleh penutur (ends as outcomes), dan tujuan akhir pembicaraan itu sendiri (ends in view goals).

A : Act sequence, pesan/amanat, terdiri dari bentuk pesan (message form) dan isi pesan (message content).

K : Key, meliputi cara, nada, sikap, atau semangat dalam percakapan. Semangat percakapan, misalnya: serius, santai, akrab, dan sebagainya.

I : Instrumentalities atau sarana, yaitu sarana percakapan. Maksudnya dengan media apa percakapan tersebut disampaikan. Misalnya: dengan cara lisan, tertulis, surat, radio, dan sebagainya.

N : Norms, atau norma, menunjuk pada norma atau aturan yang membatasi percakapan. Misalnya, apa yang boleh dibicarakan dan tidak, bagaimana cara membicarakannya: halus, kasar, terbuka, jorok, dan sebagainya.

G : Genres atau jenis, yaitu jenis atau bentuk wacana. Hal ini langsung menunjuk pada jenis wacana yang disampaikan. Misalnya: wacana telepon, wacana koran, wacana puisi, wacana ceramah, dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa konteks situasi

merupakan lingkungan langsung tempat teks itu benar-benar berfungsi yang

dijelaskan dalam akronim speaking. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan

langsung/tidak langsung, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun

informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatar belakangi peristiwa

tuturan itu.

b) Konteks Budaya

Konteks kultural merupakan keseluruhan latar belakang sistem kultural

(budaya, sosial, dan artefak) sebagai pengetahuan bersama, pra-anggapan bersama,

atau pengetahuan ensiklopedi partisipan suatu teks/wacana. Contoh kalimat yang

mengandung konteks budaya sebagai berikut:

(11) Yang menggunakan tiket “hallo” bukan jiwa aremania. Alias bonek

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

28

Pada wacana (11), kata bonek merupakan nama suporter Persebaya Surabaya.

Bonek yang dimaksud dalam kalimat tersebut memiliki arti bondho nekat. Secara

pemikiran dan pengetahuan masyarakat, bonek merupakan suporter yang memiliki

kenekatan dalam mendukung tim kebanggannya. Walaupun biaya pas-pasan mereka

berani mendukung hingga keluar daerah Surabaya. Tindakan bondho nekat tersebut,

merupakan kebudayaan suporter bonek yang selalu diingat oleh masyarakat.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa konteks

merupakan situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi baik langsung maupun tidak

langsung yang didasarkan pada konteks situasi dan konteks budaya. Seperti yang telah

disebutkan oleh Halliday & Hasan, peneliti menggunakan pendapat tersebut sebagai

kajian dalam penelitian ini. Halliday & Hasan membagi konteks menjadi konteks

situasi dan konteks budaya. Konteks situasi merupakan lingkungan langsung tempat

teks itu benar-benar berfungsi yang dijelaskan dalam akronim speaking, sedangkan

konteks budaya merupakan seluruh latar belakang sistem kultural (budaya, sosial dan

artefak) sebagai pengetahuan bersama atau pra-anggapan bersama.

C. Spanduk Suporter Sepak Bola

Spanduk adalah suatu kain yang direntangkan berisi semboyan misalnya

pernyataan sikap, propaganda, slogan, atau berita (Poerwadarminta, 2007:1142).

Spanduk biasanya dibentangkan di tempat umum yang banyak keramaian misalnya di

tepi jalan, di gedung, di lapangan atau yang dibawa pada saat demonstasi, pawai dan

lain sebagainya. Spanduk suporter merupakan kain rentang yang berisi tentang

dukungan, penyemangat, protes, kekecewaan, kerinduan, harapan, himbauan, ucapan

terima kasih, dan menciptakan persaudaraan. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati,

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

29

gembira, sedih, takut, prihatin marah, dan benci terhadap sepak bola dapat

disampaikan lewat tulisan. Sekarang ini banyak suporter mengungkapkan dukungan

maupun kekecewaan kepada tim sepak bola yang didukung, pengelola tim sepak bola

maupun pemerintah. Suporter melakukan aksinya menggunakan spanduk yang berisi

tulisan-tulisan tentang apa yang sedang terjadi dalam dunia sepak bola. Aksi suporter

yang membentangkan spanduk di dalam stadion dengan harapan aspirasinya dilihat

dan ditanggapi dengan baik.

D. Liga Super Indonesia 2014

Sepak bola Indonesia dibagi menjadi 3 kasta yaitu Indonesia Super League,

Divisi Utama dan Liga Nusantara. Indonesia Super League atau yang biasa dikenal

dengan singkatan ISL merupakan kasta sepak bola tertinggi di Indonesia. Indonesia

Super League (yang biasa dikenal dalam istilah bahasa inggris) merupakan Liga Super

Indonesia (yang biasa dikenal oleh masyarakat Indonesia) . Liga Super Indonesia

merupakan pertarungan klub profesional level tertinggi di Indonesia yang dimulai

sejak tahun 2008 sampai 2014. Pemain-pemain yang bertarung di liga tertinggi

merupakan pemain nomor wahid yang ada di Indonesia dan tidak banyak juga yang

berani mengontrak pemain mahal dari luar negara. Liga Super Indonesia 2014 dimulai

pada bulan Februari dan berakhir bulan November. Di tahun 2014 Liga Super

Indonesia dihuni oleh 22 tim yaitu (1) Arema Malang, (2) Barito Putra, (3) Gresik

United, (4) Mitra Kukar, (5) Pelita Bandung Raya, (6) Persebaya Surabaya, (7) Persela

Lamongan, (8) Persepam Madura United, (9) Perseru Serui, (10) Persib Bandung, (11)

Persiba Balikpapan, (12) Persiba Bantul, (13) Persija Jakarta, (14) Persijap Jepara,

(15) Persik Kediri, (16) Persipura Jaya Pura, (17) Persiram Raja Ampat, (18) Persisam

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevanrepository.ump.ac.id/3091/3/BAB II.pdf · 2017-08-03 · deskripsi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi (Mahmudi,

30

Samarinda, (19) Persita Tangerang, (20) PSM Makasar, (21) Semen Padang dan (22)

Sriwijaya FC.

Dari seluruh tim peserta Liga Super Indonesia memiliki kelompok suporter

fanatik yang berbeda-beda. Kelompok suporter fanatik yang ada di Liga Super

Indonesia diantaranya Bobotoh Viking (Persib Bandung), The Jak (Persija Jakarta),

Bonek (Persebaya Surabaya) dan lain sebagainya. Setiap kelompok suporter juga

memiliki cara yang berbeda dalam mendukung timnya masing-masing. Perbedaan

supoter tersebut terlihat jelas dari pakaian yang digunakan meliputi warna, tulisan dan

gambar logo tim kesebelasan. Selain dari pakaian bentuk dukungan juga terlihat dari

yel-yel atau nyanyian yang dinyanyikan di dalam stadion ketika tim kesebelasan

sedang bertanding. Bentuk penyemangat yang terlihat juga bisa berupa tulisan-tulisan

pada sanduk yang terbentang di dalam stadion.

Referensi Dan Inferensi Pada…, Hasenda Adityawan, FKIP, UMP, 2016