BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ...repository.ump.ac.id/7373/3/Anugrah...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ...repository.ump.ac.id/7373/3/Anugrah...
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
1. Pengertian Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Kemampuan berpikir tingkat tinggi/ Higher Order Thinking Skills
(HOTS) adalah proses berpikir yang mengharuskan murid untuk
memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi
mereka pengertian dan implikasi baru (Gunawan, 2012:171). Limpan
menggambarkan berpikir tingkat tinggi melibatkan berpikir kritis dan
kreatif yang dipandu oleh ide-ide kebenaran yang masing-masing
mempunyai makna. Berpikir kritis dan kreatif saling ketergantungan,
seperti juga kriteria dan nilai-nilai, nalar dan emosi. (Kuswana, 2012: 200)
Menurut Ernawati (2017:196-197), berpikir tingkat tinggi atau
Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan cara berpikir yang tidak
lagi hanya menghafal secara verbalistik saja namun juga memaknai
hakikat dari yang terkandung diantaranya, untuk mampu memaknai makna
dibutuhkan cara berpikir yang integralistik dengan analisis, sintesis,
mengasosiasi hingga menarik kesimpulan menuju penciptaan ide-ide
kreatif dan produktif.
Berdasarkan beberapa pendapat-pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi/ Higher Order
Thinking Skills (HOTS) adalah kemampuan berpikir yang bukan hanya
sekedar mengingat, menyatakan kembali, dan juga merujuk tanpa
melakukan pengolahan, akan tetapi kemampuan berpikir untuk menelaah
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
6
informasi secara kritis, kreatif, berkreasi dan mampu memecahkan
masalah.
2. Taksonomi Berpikir
a. Taksonomi Bloom
Taksonomi belajar dalam domain kognitif yang paling umum
dilakukan adalah taksonomi Bloom. Benjamin S Bloom membagi
taksonomi hasil belajar dalam enam kategori, yakni: a. Pengetahuan
(knowledge), b. pemahaman (comprehension),c. penerapan
(application), d. analisis, e. Sintesis, dan f. Evaluasi. Tingkat
pemahaman peserta didik dianggap berjenjang dengan tingkat paling
rendah (C1): pengetahuan atau mengingat, sampai tingkat paling tinggi
(C6): evaluasi (Sani, 2016: 103). Taksonomi Bloom yang setelah
digunakan cukup lama untuk membuat rancangan instrusksional dalam
dunia pendidikan, Anderson dan Krathwohl (2000) menelaah kembali
Taksonomi Bloom dan melakukan revisi sebagai berikut (Sani,
2016:103-104).
Tabel. 2.1 Revisi Taksonomi Bloom
Tingkatan Taksonomi Bloom
(1956)
Anderson dan
Krathwohl (2000)
C1 Pengetahuan Mengingat
C2 Pemahaman Memahami
C3 Aplikasi Menerapkan
C4 Analisis Menganalisis
C5 Sintesis Mengevaluasi
C6 Evaluasi Berkreasi
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
7
Catatan : pada Taksonomi Bloom yang direvisi digunakan kata
kerja
Gambar. 2.1 Tingkatan Proses Kognitif menurut Anderson dan
Krathwohl (Sani, 2016: 104)
Revisi taksonomi yang dilakukan oleh Krathwol dan Anderson
mendeskripsikan perbedaan antara proses kognitif dengan dimensi
pengetahuan (pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,
pengetahuan prosedural dan pengetahuan metagoknitif) (Sani,
2016:104). Revisi taksonomi tersebut memberikan gambaran bahwa
yang termasuk dalam kemampuan berpikir tingkat rendah yaitu
mengingat, memahami dan mengaplikasikan. Sedangkan yang
termasuk dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah
menganalisis, mengevaluasi dan berkreasi. Hal tersebut sesuai dengan
dimensi proses kognitif yang semakin meningkat dari mengingat
sampai berkreasi.
Mengingat
Berkreasi
Memahami
Mengaplikasikan
Menganalisis
Mengevaluasi
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
8
b. Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan terdapat empat macam antara lain:
dimensi faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.
1) Pengetahuan faktual adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri
tampak lebih nyata dan operasional, serta bersifat penjelasan
singkat atau bersifat kebendaan yang diobservasi dengan mudah.
Meliputi definisi pengetahuan, pengetahuan umum dan bagian-
bagiannya, atau bentuk dari bagian-bagan sesuatu benda baik
dalam bentuk proses atau hasil pekerjaan atau alam.
2) Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan yang lebih rumit
dalam bentuk pengetahuan yang tersusun secara sistematis.
Meliputi pengetahuan pengklasifikasian, prisip-prinsip,
generalisasi, teori-teori hukum, model-model dan struktur isi
materinya.
3) Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan bagaimana melakukan
sesuatu. Meliputi pengetahuan keterampilan algoritma, teknik-
teknik metode-metode, dan penentuan kriteria pengetahuan atau
pembenaran „ketika melakukan‟ dalam ranah dan mata pelajaran
tertentu.
4) Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai
pengertian umum dan pengetahuan tentang tugas-tugas termasuk
pengetahuan kontekstual dan kondisional, pengetahuan itu sendiri,
tentunya, beberapa aspek pengetahuan metagoknitif adalah tidak
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
9
sama dengan pengetahuan yang digambarkan oleh para ahli.
(Kusnawa, 2012: 114)
c. Dimensi Proses Kognitif
Dimensi proses kognitif Bloom sebagaimana yang telah direvsi
oleh Anderson dan Krathwol adalah sebagai berikut:
1) Mengingat kembali (Recall)
Mengingat kembali artinya mendapatkan kembali atau
pengembalian pengetahuan relevan yang tersimpan dari memori
jangka panjang (Kusnawa, 2012: 115). Pertanyaan mengingat
kembali adalah pertanyaan mengingat kembali tentang informasi,
fakta konsep, generalisasi yang didiskusikan, definisi, metode, dan
sebagainya (Sani, 2016: 110). Contoh kata kerja operasional yang
digunakan pada level mengetahui yaitu: menyebutkan,
menjelaskan, menggambarkan dan menunjukkan .
2) Memahami (Comprehension)
Memahami artinya mendeskripsikan susunan dalam artian
pesan pembelajaran, mencakup oral, tulisan dan komunikasi grafik
(Kusnawa, 2012: 115). Pertanyaan ini menyangkut kemampuan
peserta didik menyerap informasi, menginterpretasi arti, dan
melakukan eksplorasi atau memberikan saran (Sani, 2016: 111).
Kata kerja operasional yang digunakan pada level memahami
yaitu: memperkirakan, menjelaskan, mencirikan dan
membandingkan.
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
10
3) Menerapkan (mengaplikasikan)
Menerapkan yaitu menggunakan prosedur dalam situasi
yang dihadapi (Kusnawa, 2012: 115). Pertanyaan ini meminta
peserta didik menggunakan abstraksi dan generalisasi secara bebas
dari suatu keadaan dimana generalisasi telah digambarkan
sebelumnya. Pertanyaan aplikasi sebenarnya erat dengan
pertanyaan pemahaman (Sani, 2016: 111). Contoh kata kerja
operasional yang digunakan pada level menerapkan yaitu:
menugaskan, mengurutkan, menentukan dan menerapkan.
4) Menganalisis
Menganalisis yaitu memecahkan materi menjadi bagian-
bagian pokok dan menggambarkan bagaimana bagian-bagian
tersebut, dihubungkan satu sama lain maupun menjadi sebuah
struktur keseluruhan atau tujuan (Kusnawa, 2012: 115). Pertanyaan
analisis meminta peserta didik menyelesaikan permasalahan
melalui pemeriksaan sistematik tentang fakta atau informasi (Sani,
2016: 111). Contoh kata kerja operasional yang digunakan pada
level menganalisis yaitu: menganalisis, memecahkan, menegaskan,
menelaah dan mengaitkan.
5) Mengevaluasi atau menilai
Mengevaluasi yaitu melakukan evaluasi atau penilaian yang
didasarkan pada kriteria dan atau standar (Kusnawa, 2012: 115).
Pertanyaan ini meminta peserta didik membuat penilaian tentang
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
11
suatu berdasarkan sebuah acuan atau standar (Sani, 2016: 111).
Contoh kata kerja pada level mengevaluasi yaitu: membandingkan,
menyimpulkan, menilai dan mengkritik.
6) Menciptakan (berkreasi)
Menempatkan bagian-bagian secara bersama-sama ke
dalam suatu ide, semuanya saling berhubungan untuk membuat
hasil yang baik (Kusnawa, 2012: 115). Pertayaan ini meminta
peserta didik untuk menemukan penyelesaian masalah melalui
pemikiran kreatif (Sani, 2016 : 110-112). Contoh kata kerja
operasional yang digunakan pada level menciptakan yaitu:
mengatur, mengumpulkan, mengkategorikan, memadukan dan
menyusun.
3. Indikator Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Krathwohl dalam Lewy, dkk (2009:16), menyatakan bahwa
indikator untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi menliputi:
a. Menganalisis
1) Menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau
menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk
mengenali polah atau hubungannya
2) Mampu mengenali serta membedaka faktor penyebab dan akibat
dari sebuah skenario yang rumit
3) Mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
12
b. Mengevaluasi
1) Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan dan metodologi
dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada
untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya
2) Membuat hipotesis, mengkritik dan melakukan pengujian
3) Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan
c. Mengkreasi
1) Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu
2) Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah
3) Mengorganisasikan usur-unsur atau bagian-bagian menjadi struktur
baru yang belum pernah ada sebelumnya.
4. Karakteristik Soal HOTS
Menurut Widana (2017: 3-6) Karakteristik Soal-soal HOTS sangat
direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk penilaian kelas.
Berikut adalah karakteristik soal-soal HOTS :
a. Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan
untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir
kritis (critical thinking), berpikir kratif (creative thinking), kemampuan
berargumen (reasoning) dan kemampuan mengambil keputusan
(desicion making). Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
13
salah satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib
dimiliki oleh setiap peserta didik.
Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri
atas:
1) Kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar;
2) Kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
3) Menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan
cara-cara sebelumnya.
‘Difficulty’ is NOT same as higher order thinking. Tingkat
kesukaran dalam butir soal tidak sama dengan kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang
tidak umum mungkin memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi,
tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak
termasuk higherorder thinking skilis. Dengan demikian, soal-soal
HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang
tinggi.
b. Berbasis Permasalahan Kontekstual
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi
nyata dalam kehidupan sehar-hari, dimana peserta didik diharapkan
dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk
menyelesaikan masalah. Berikut ini diuraikan lima karakterstik
asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
14
1) Relating, asesmen terkait langsung dengan konteks pengalaman
kehidupan nyata.
2) Experencing, asesmen yang ditentukan kepada penggalian
(exploration), penemuan (discovery) dan penciptaan (creation).
3) Applying, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untu
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk
menyelesaikan masalah-masalah nyata.
4) Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik
untuk mampu mengomunikasikan kesimpulan model pada
kesimpulan konteks masalah.
5) Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik
untuk mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas
ke dalam situasi atau konteks baru.
c. Membangun bentuk soal beragam
Bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir soal
HOTS (yang digunakan pada model pengujian PISA), sebagai berikut:
1) Pilihan ganda
Pada umumnya soal-soal HOTS menggunakan stimulus
yang bersumber pada situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari
pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban
terdiri atas jawaban dan pengecoh (disractor).
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
15
2) Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)
Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk
menguji pemahaman peserta didik terhadap suatu masalah secara
komperhensif yang terkait antara pernyataan satu dengan yang
lainnya. Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS
yang berbentuk pilihan ganda kompleks juga memuat stimulus
yang bersumber pada situasi kontekstual.
3) Isian singkatan atau melengkapi
Soal isian singkatan atau melengkapi adalah soal yang
menuntut peserta tes untuk mengisi jawaban singkat dengan cara
mengisi kata, frase, angka atau simbol. karakteristis soal isian
singkkatan atau melengkapi adalah sebagai berikut:
(1) Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu
bagian dalam ratio butir soal, dan paling banyak dua bagian
supaya tidak membingungkan siswa.
(2) Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu
berupa frase, kata, angka, simbol, tempat atau waktu.
4) Jawaban singkat atau pendek
Soal dengan bentuk jawaban singkat atau pendek adalah
soal yang jawabannya berupa kata, kalimat pendek, atau frase
terhadap suatu pertanyaan. Katakteristik soal jawaban singkat
adalah sebagai berikut:
a) Menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau kalimat
perintah
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
16
b) Pertanyaan atau perintah harus jelas, agar mendapat jawaban
yang singkat
c) Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab oleh siswa pada
semua soal diusahakan relatif sama
d) Hindari penggunaan kata, kalimat atau frase yang diambil
langsung dari buku teks, sebab akan mendorong siswa untuk
sekedar mengingat atau menghafal apa yang ditulis dibuku.
5) Uraian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya
menuntut siswa untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal
yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau
mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya
sendiri dalam bentuk tertulis.
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang
telah dicapai dari apa yang dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya
(Poerwadarminta, 2007:911). Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda
yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi”
yang berarti “hasil usaha” (Arifin, 2013: 12).
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
17
Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan
kegiatan antara lain dalam kesenian, olah raga, dan pendidikan, khususnya
pembelajaran ( Arifin, 2013: 12). Dari beberapa pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari seluruh
usaha yang telah dilakukan untuk mendapatkan sesuatu.
2. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan
sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep,
pemahaman atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seeorang
terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir,
merasa, maupun dalam bertindak. (Susanto, 2016:4)
Menurut Syah belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengann lingkungan yang melibatkan proses
kognitif (Syah, 2005: 92). Sedangkan Menurut Skinner belajar adalah
suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progresif (Sagala, 2012:14).
Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu tahapan yang dilakukan manusia agar memperoleh perubahan
tingkah laku yang baru berupa keterampilan, pengetahuan maupun
kebiasaan.
3. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi belajar
(1999:700) adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
18
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes/
angka nilai yang diberikan oleh guru. Istilah “prestasi belajar”
(achievement) berbeda dengan “hasil belajar” (learning outcome). Prestasi
belajar pada umumnya berkenanan dengan aspek pengetahuan, sedangkan
hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. (Arifin,
2013:12)
Sebagaimana dikemukakan oleh Cronbach bahwa kegunaan
prestasi belajar banyak ragamnya antara lain “sebagai umpan balik bagi
guru dalam mengajar, untuk diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan
penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau
penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan
kebijakan sekolah”. (Arifin, 2013:13)
Pedapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang telah dicapai setelah terjadinya proses belajar yang dapat
diketahui melalui evaluasi dalam bentuk angka yang diberikan oleh guru.
4. Prinsip Dasar Pengukuran Prestasi
Gronlund dalam Azwar (2013: 18) mengenai tes prestasi
merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi sebagai
berikut:
a. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang dibatasi secara jelas
sesuai dengan tujuan instruksional
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
19
b. Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil
belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksional atau
pengajaran
c. Tes prestasi harus berisi aitem-aitem dengan tipe yag paling cocok
guna mengukur hasil belajar yang diinginkan
d. Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaan hasilnya.
e. Relibilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil
ukuranya harus ditafsirkan dengan hati-hati
f. Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar para
anak didik
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Ahmadi dan Widodo (2013: 138) Prestasi belajar yang
dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar
diri (faktor eksternal).
a. Faktor Internal
Faktor-faktor yang tergolong dalam faktor internal adalah:
1) Faktor jasmaniyah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun
yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan,
pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh terdiri atas:
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
20
a) Faktor intelektik yang meliputi:
(1) Faktor potensial yang kecerdasan dan bakat.
(2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur keperibadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,
penyesuaian diri.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor yang tergolong faktor eksternal, ialah:
1) Faktor sosial yang terdiri atas:
a) Lingkungan keluarga
b) Lingkungan sekolah
c) Lingkungan masyarakat
d) Lingkungan kelompok
2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,
iklim.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
21
C. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat
memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya
sebagai pendangan hidup (way of life) (Darajat, 2009:86).
Pengertian pendidikan agama Islam menurut Ditbinpaisun
pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat
dipahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan,
menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan akhirnya dapat
mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah
dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan
keselamatan dunia dan akhirat kelak (Darajat, 2009:88).
Menurut Majid pendidikan agama Islam adalah usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang ditentukan untuk mecapai
tujuan yang ditetapkan (Majid dan Diyan, 2005: 132).
Pendidikan Agama Islam adalah suatu sistem pendidikan yang
meliputi ajaran-ajaran agama Islam bertujuan agar peserta didik memiliki
pemahaman tentang Islam, sehingga dapat mengarahkan hidpunya sesuai
dengan ajaran Islam.
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
22
2. Materi yang Revelan
Materi yang berhubungan dengan fokus penelitian ini yaitu pada
pokok bahasan thaharah dan hikmahnya. Adapun materi tersebut sebagai
berikut:
a. Kompetensi Inti
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya.
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
23
b. Kompetensi Dasar
1.1 Meyakini bahwa thaharah adalah larangan Allah dapat memberi
kemudharatan bagi individu dan masyarakat.
2.1 Menunjukkan sikap iman sebagai hikmah dari thaharah.
3.1 Menganalisis hikmah thaharah bagi individu
4.1 Menyimulasikan tata cara berthaharah
c. Indikator Pencapaian
1.1.1
2.1.1
3.1.1
3.1.2
4.1.1
Peserta didik mampu membiasakan diri dari thaharah
Peserta didik mampu menunjukan sikap iman dari thaharah
Peserta didik mampu menyebutkan dalil tentang thaharah
Peserta didik mampu menjelaskan hikmah thaharah
Peserta didik mampu menyimulasikan tata cara thaharh
dengan baik dan benar
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang pernah dilaksanakan dan dijadikan sebagai referensi
dalam penelitian ini adalah:
1. Jurnal berjudul “Pengembangan High Order Thinking (HOT) Melalui
Metode Pembelajaran Mind Banking dalam Pendidikan Agama Islam”.
Peneliti bernama Luluk Ernawati dari Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya (2017) menjelaskan bahwa pendidikan mempunyai peran
penting dalam mengembangkan HOTS terutama pendidikan agama Islam.
Metode pembelajaran inovatif kreatif dalam pendidikan agama Islam
sebagai upaya mengembangkan HOTS perlu dirancang dan diterapkan
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
24
agar peserta didik lebih berani, kritis dan produktif dalam menghadapi era
globalisasi.
2. Skripsi berjudul “Pengembangan Instrumen Asesmen Higher Order
Thinking Skill (HOTS) Untuk Mengukur Dimensi Pengetahuan IPA Siswa
Di SMP”. Peneliti bernama Suhaesti Julianingsih dari Universitas
Lampung (2017) menjelaskan bahwa telah dikembangkan instrumen tes
Higher Order Thinking Skills untuk penilaian keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa pada dimensi pengetahuan.
3. Jurnal yang berjudul “Studi Pelaksanaan Pembelajaran Matematika
Berbasis Higher Order Thinking Skills pada kelas x di MAN (Model) dan
MAN 2 Lubuklinngau” peneliti oleh Wni Maryani, Drajat Friansah, dan
Lucy Asri Purwasih menjelaskan bahwa pengaruh higher order thinking
skills terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran matematika.
Perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian terdahulu
terletak pada locus dan focus penelitian. Locus penelitian ini akan
dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 1 Purwokerto, dan focus penelitian ini
adalah menganalisis deskripsi kemampuan berpikir tingkat tinggi/ Higher
Order Thinking Skills (HOTS) pada pendidikan agama Islam siswa kelas X
SMK Muhammadiyah Purwokerto ditinjau dari prestasi belajar. Penelitian ini
menarik dan layak dikaji karena penelitian ini akan memberikan gambaran
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki siswa di sekolah tersebut,
sehingga dapat dikembangkan untuk meningkatkan prestasi belajarnya dan
menjadi bekal untuk menghadapi tantangan jaman.
Kemampuan Berpikir Tingkat..., Anugrah Aningsih, Fakultas Agama Islam UMP, 2018