BAB II LANDASAN TEORI A. Indekos
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Indekos
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Indekos
Indekos adalah Tinggal dirumah orang lain tanpa makan, dengan
membayar setiap bulannya. 11 Dalam wikipedia definisi indekos adalah
sebuah jasa yang menawarkan kamar untuk ditinggali dengan sejumlah
pembayaran tertentu setiap periode (umumnya pembayaran dilakukan setiap
bulan). Kata “kost” berasal dari bahasa belanda yakni in the kost. Definisi “In
The Kost” adalah “makan didalam” apabila dijabarkan lebih lanjut dapat
diartikan “tinggal dan ikut makan” didalam tempat tinggal.12
Pada dasarnya, rumah kos adalah rumah hunian yang menyediakan
kamar untuk tempat tinggal, lengkap dengan prabot standar kost yakni
tempat tidur dan lemari. Sedangkan sistem pembayarannya ada yang
menggunakan bulanan dan tahunan.
1. Sejarah Indekost
Kost (in the kost) ada sejak zaman kolonial / penjajahan Belanda di
Indonesia. Pada saat itu “in the kost” adalah sebuah gaya hidup yang
cukup populer dikalangan menengah ke atas untuk kaum pribumi,
terutama bagi kaum yang mengagung-agungkan budaya Barat / Eropa
khususnya adat Belanda yang dirasa sangat terhormat saat itu.
11 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ke 3, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2003), 443. 12 Wikipedia, 25 Februari 2018, http://id.m.wikipedia.org/wiki/indekost
14
Dalam masa penjajahan, bangsa Belanda ataupun bangsa Eropa pada
umumnya mendapatkan setatus sangat terpandang dan memiliki
kedudukan tinggi dalam sastra sosial di masyarakat, terutama dikalangan
masyarakat pribumi Indonesia. Selain orang Belanda dan non-tradisional
menganggap perlunya anak mereka bersikap seperti layaknya orang
Belanda. Dengan membayar sejumlah uang tertentu sebagai jaminan,
anaknya diperbolehkan untuk tinggal dirumah orang Belanda yang mereka
inginkan, dengan beberapa syarat yang sudah diperhitungkan, dan
resmilah si anak diangkat sebagai anak angkat oleh keluarga Belanda
tersebut.
Konsep in the kost zaman dulu yaitu mengadaptasi dan meniru
budaya hidup, bukan sekedar hanya makan dan tidur saja, namun
diharapkan setelah berhenti menumpang sang anak dapat cukup terdidik
untuk mampu hidup mandiri sesuai dengan tradisi keluarga tempat dimana
ia pernah tinggal.
Seiring berjalannya waktu, saat ini istilah in the kos disebut kost, di
berbagai daerah di Indonesia, sentra pendidikan, akademi, dan universitas.
Hal ini diikuti dengan bertambahnya jumlah rumah-rumah atau bangunan
khusus yang menawarkan jasa kost bagi para pelajar / mahasiswa yang
membutuhkan. 13
13 Wikipedia, 25 februari 2018, https://id.im.wikipedia.org/wiki/indekost
15
2. Fungsi Indekost
Indekost dirancang untuk memenuhi kebutuhan hunian yang bersifat
sementara dengan sasaran pada umumnya adalah mahasiswa dan pelajar
yang berasal dari luar kota ataupun luar daerah. Namun tidak sedikit pula
indekost ditempati oleh masyarakat umum yang tidak memiliki rumah
pribadi dan menginginkan berdekatan dengan lokasi aktifitas. Oleh karena
itu fungsi indekost dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Sebagai sarana tempat tinggal sementara bagi mahasiswa yang pada
umumnya berasal dari luar daerah selama masa studinya.
b. Sebagai sarana tempat tinggal sementara bagi masyarakat umum yang
bekerja di kantor atau tidak memiliki rumah tinggal agar berdekatan
dengan lokasi kerja.
c. Sebagai sarana pembentukan kepribadian mahasiswa untuk lebih
disiplin, mandiri, dan bertanggung jawab.14
B. Faktor Pribadi
1. Pengertian Faktor Pribadi
Faktor pribadi didefinisikan sebagai karakteristik psikologis
seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan
yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan.
Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti
usia dan tahap siklus hidup pembeli, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya
hidup serta kepribadian dan konsep diri.
14 Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 314.
16
Dalam Islam, konsumis tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan.
Peranan keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan
memberikan cara pandang dunia yang cenderung mempengaruhi
kepribadian manusia, yang dalam bentuk prilaku, gaya hidup, , selera,
sikap, sumber daya, dan ekologi. Namun konsumsi juga memiliki batasan
yang dijelaskan dalam firman Allah SWT:
ض حللا طي باا ول تتبعوا خطوات رأ ا في الأ يا أيها الناس كلوا مم
شاء وأنأ أمركمأ بالسوء والأفحأ الشيأطان إنه لكمأ عدو مبين إنما يأ
ما ل تعألمون تقولوا على الل
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti lagkah-langkah syaitan;
karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
“Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji,,
dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. (Q.S Al-
Baqarah ayat 168-169).15
2. Karakteristik Faktor Pribadi
a) Usia dan siklus hidup
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama
masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabot dan rekreasi
sering kali berhubungan dengan usia. Membeli juga dibentuk oleh
tahap siklus hidup keluarga sesuai dengan usia kedewasaannya.
Pemasar sering mendefinisikan sasaran pasar dalam bentuk tahap siklus
hidup dan mengembangkan produk yang sesuai serta rencana
pemasaran untuk setiap produk.
15 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2007),
17
b) Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang
dibelinya. Pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang
mempunyai minat-minat di atas rata-rata akan produk dan jasa mereka.
Sebuah perusahaan bahkan dapat melakukan spesialisasi dalam
memasarkan produk menurut kelompok pekerjaan tertentu.
c) Situasi ekonomi
Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan
produk. Pemasar barang yang sensitif terhadap pendapatan yang
mengamati gejala pendapatan pribadi, tabungan, dan tingkat minat. Jika
indikator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil
langkah-langkah untuk merancang ulang, memposisikan kembali dan
mengubah harga produknya.
Sesungguhnya antara konsumsi dan pemasukan tersebut
memiliki dalil-dalil yang jelas dalam perekonomian Islam, diantara
firman Allah SWT:
قه زأ ه ر يأ ل ر ع د نأ ق م ه و ت ع نأ س ة م ع قأ ذو س ف نأ ي ل
ا اه ا آت ا إل م سا فأ ن ف الل ل ك ل ي اه الل ا آت م قأ م ف نأ ي لأ ف
ا را ر يسأ سأ د ع بعأ عل الل يجأ س
18
“Hendaklah orang-orang yang mampu memberi nafkah menurut
kemampuannya, dan orang-orang yang disempitkan rizqinya hendaklah
memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah
tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang
Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan
sesudah kesempitan.” (Q.S Al- Thalaq ayat 7)16
Kesesuaian antara pemasukan dan konsumsi bagi konsumen
muslim sangatlah penting untuk diperhatikan karena dengan begitu
konsumen muslim tidak memaksakan kehendaknya untuk memenuhi
keinginannya. Karena pada hakikatnya kebutuhan yang mengikuti
pemasukan bukan pemasukan yang mengikuti kebutuhan.
d) Gaya hidup
Gaya hidup (lifestyle) adalah pola hidup seseorang yang
diekpresikan dalam aktivitas (pekerjaan, hobi, berbelanja, olahraga,
kegiatan sosial) minat (makanan, mode, keluarga, rekreasi) dan opini
yang lebih dari sekedar kelas sosial dan kepribadian seseorang, gaya
hidup menampilkan pola berekreasi dan berinteraksi seseorang secara
keseluruhan di dunia.
e) Kepribadian dan konsep diri
Kepribadian setiap orang berbeda mempengaruhi perilaku
pembeliannya. Kepribadian (personality) mengacu pada karakteristik
psikologi unik yang menyebabkan respon yang relatif konsisten dan
bertahan lama terhadap lingkungan orang itu sendiri. Kepribadian
biasanya diuraikan dalam arti sifat-sifat seperti rasa percaya diri,
dominasi, kemudahan bergaul, otonomi, mempertahankan diri,
16 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2007),
446.
19
kemampuan beradaptasi dan keagresifan. Kepribadian dapat
bermanfaat menganalisis tingkah laku konsumen untuk pemilihan
produk atau merk tertentu.17
C. Kelompok Referensi
1. Pengertian Kelompok Referensi
Kelompok referensi menurut Philip Kotler adalah seorang
yang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap
muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. 18
Sedangkan menurut Soloman bahwa kelompok referensi adalah ndividu
atau sekelompok orang yang memiliki relevan yang signifikan terhadap
seseorang dalam hal megevaluasi, memberi aspirasi, atau dalam
berperilaku.19
2. Jenis-Jenis Kelompok Referensi
Kelompok referensi ini dapat memiliki banyak jenis
tergantung pada tingkat hubungan timbal balik pribadi, struktur dan
tujuan. Klasifikasi yang dikenalkan ini merefleksikan terminologi standar,
akan tetapi tidak ada kategori yang berdiri sendiri. Adapun kelompok
tersebut dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya primer dan sekunder
yaitu:20
17 Philip Kotler dan Gry Armstrong 169-171 18 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Jili 1, (Jakarta: Indeks, 2004), 187 19 Ristianti Prasetijo dan John, Perilaku Konsumen, (Yogyakarta: J.O.I, 2005), 151 20 Ibid, 188
20
a. Kelompok primer merupakan kelompok acuan yang berinteraksi
terus-menerus dan informal. Contoh konkrit kelompok ini seperti
keluarga, teman, tetangga, dan rekan sekerja.
b. Kelompok sekunder merupakan kelompok acuan yang cenderung
lebih formal dan membutuhkan interaksi yang tidak begitu rutin.
Contoh: kelompok sekunder ini seperti kelompok keagamaan, serikat
kerja, dan asosiasi perdagangan.
Pengaruh kelompok acuan sekurang-kurangnya melalui tiga
jalur yaitu diantaranya:21
a. Kelompok acuan menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya
hidup baru.
b. Kelompok acuan mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi
seseorang.
c. Kelompok acuan menciptakan tekanan untuk mengikuti kebiasaan
kelompok yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan merek
aktual seseorang
Menurut Kotler sebagaimana dikutip dalam jurnalnya Tiara
Atika Wulandari menyatakan bahwa kelompok acuan dapat diukur
dengan menggunakan:22
21 Ibid, 189 22 Tiara Atika Wulandari,dkk, Pengaruh Kelompok Acuan dan Desain Produk terhadap
Keputusan Pembelian Skin Protector Merek Blink, Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 2, No. 4,
2014, 1301.
21
a. Sumber pribadi yang terdiri dari teman, saudara, dan kenalan.
b. Sumber komersial yang terdiri dari iklan, kemasan, dan pajangan.
c. Sumber publik yang terdiri dari media massa dan organisasi
konsumen.
d. Sumber pengalaman yang terdiri dari pemakaian produk, penanganan,
dan pengkajian.
e. Sumber media online yaitu internet.
3. Faktor-Faktor yang menentukan kekuatan pengaruh kelompok referensi
Menurut Solomon yang dikutip dalam bukunya Rustiyanti
Prasetijo ada jenis kekuatan yang dimiliki oleh kelompok acuan yang
dapat memberikan pengaruh kepada konsumen diantaranya:23
a. Kekuatan sosial (social power)
Hal ini ditujukan dalam situasi dimana kelompok acuan itu
mampu mengubah perilaku seseorang, secara sukarela ataupun tidak,
dan berlaku pada waktu kelompok atau orang yang bersangkutan ada
ataupun tidak ada.
b. Kekuatan acuan (referent power)
Jika seseorang mengagumi kualitas orang lain atau kelompok
tertentu, dia akan mencobauntuk meniru perilaku orang atau
kelompok yang bersangkutan untuk menyenangkan atau
mengidentifikasi dirinya dengan orang yang dikagumi.
23Rustiyanti Prasetijo dan John J.O.I Ihalauw, 153.
22
c. Kekuatan informatif (informative power)
Seseorang bias mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi
orang lain karena dia memiliki informasi yang ingin diketahui orang
lain. Pengalaman menggunakan produk dapat menghasilkan kekuatan
informatif.
d. Kekuatan sah atau wewenang (legitimate power)
Seseorang dapat memiliki kekuatan ini karena dia diberi
kekuasaan oleh yang berwenang.
e. Kekuatan keahlian (expert power).
Konsumen mudah dipengaruhi oleh ahli yang dianggap bisa
mengevaluasi produk dengan obyektif dan informatif.
f. Kekuatan pemberian ganjaran (reward power)
Konsumen terpengaruh oleh orang yang memberinya ganjaran
positif yang dapat berbentuk sesuatu yang kasat mata seperti hadiah,
adapun yang tidak kasat mata seperti penerimaan sebagai anggota
suatu kelompok.
g. Kekuatan paksaan (coercive power)
Kekuatan ini merupakan satu bentuk pengaruh dengan
intimidasi sosial atau fisik. Kekuatan paksaan ini tidak efektif apabila
digunakan dalam pemasaran, karena hasilnya hanya sementara saja
dan tidak bisa untuk jangka waktu lama.
23
Besar kecilnya pengaruh yang diberikan oleh kelompok acuan terhadap
perilaku individu biasanya tergantung dari sifat-sifat dasar individu, produk
yang ditawarkan, juga pada faktor-faktor yang spesifik diantaranya:24
a. Informasi tentang produk dan pengalaman menggunakan produk
tersebut.
b. Kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan kelompok acuan. Sifat produk
yang menonjol secara visual maupun verbal (produkproduk yang
dikonsumsi di depan umum dan juga produk yang eksklusif seperti
barang-barang mewah.
c. Dampak kelompok acuan terhadap produk dan pilihan merek,
terutama yang mengandung reward power dan social power.
d. Besar kecilnya resiko yang dipersepsi konsumen bila dia
menggunakan produk tersebut.
4. Penerapan konsep kelompok referensi pada promosi beberapa kelompok
referensi yang terkait dengan konsumen adalah kelompok persahabatan
(frienship groups), kelompok belanja (shopping groups), kelompok kerja
(work groups), kelompok atau masyarakat maya (virtual groups or
communities) dan kelompok pegiat konsumen (consumer action group).
Selain itu, ada tiga jenis daya tarik utama kelompok acuan yang biasa
digunakan dalam kiatkiat pemasaran yaitu diantaranya:25
24 Ibid, 156. 25 Ibid, 159.
24
a. Selebritis: pada umumnya orang akan terpesona melihat orang yang
kaya, sukses dan terkenal, dan mereka bisa terkenal karena cantik
atau ganteng dan mempunyai keahlian tertentu. Mereka
mempengaruhi pengagumnya disegala aspek baik dalam hal cara
berfikir, apa yang dibeli, digunakan, dikonsumsi, bahkan disemua
kegiatan yang mereka ikut terlibat.
b. Ahli atau pemimpin pendapat: mereka adalah orang-orang yang
pendapatnya mengenai suatu produk tertentu dituruti oleh orangorang
yang kurang tahu tentang produk tersebut.
c. Orang biasa: para konsumen yang sudah berpengalaman
menggunakan produk tersebut dan mengerti betul tentang suatu
produk. Oleh karena itu, pendapatnya dituruti oleh orang lain di
komunitas atau lingkungan tempat tinggalnya.
d. Fungsi kelompok refenesi dalam mempengaruhi keputusan beli
konsumen
Fungsi kelompok referensi dapat dilihat dengan jelas pada waktu
konsumen ingin:26
a. Dipuji dan dihargai oleh orang-orang yang dianggapnya penting.
b. Mengidentifikasi dirinya dengan kelompok atau orang yang
dikagumi atau dihormatinya. Disini dirasakan adanya kesamaan
antara konsumen dengan kelompok atau orang tersebut.
26 Ibid, 193.
25
c. Memperoleh dan mempertahankan penerimaan oleh kelompok
dengan berperilaku sesuai dengan norma-norma kelompok.
d. Mengakui, tergantung pada, dan memanfaatkan keahlian orang lain
dalam mengevaluasi produk.
D. Keputusan Konsumen
1. Pengertian Keputusan Konsumen
Menurut Kotler & Armstrong, keputusan konsumen adalah tahap
dalam proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benar-
benar membeli. 27 Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan
individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang yang ditawarkan. Menurut Setiadi,
mendefinisikan suatu keputusan (decision) melibatkan pilihan diantara
dua atau lebih alternatif tindakan atau perilaku. Keputusan selalu
mensyaratkan pilihan diantara beberapa perilaku yang berbeda.28
Keputusan pembelian merupakan salah satu dari perilaku konsumen.
Menurut Engel, Blackwell,dan Miniar, pemahaman terhadap perilaku
konsumen mencakup pemahaman terhadap tindakan yang langsung
dilakukan konsumen dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang
mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.29
27 Kotler dan Amstrong, Dasar- Dasar Pemasaran Edisi 9, Jilid I(Jakarta: Indeks Kelompok
Gramedia, 2003), 227. 28 Nugroho J. Setiabudi, Perilaku Konsumen Konsep Dan Implikasi Untuk Strategi Dan
Penelitian Pemasaran (Jakarta: Kencana, 2003), 341. 29 Tatik Suryani, Perilaku Konsumen: Implikasi Pada Strategi Pemasaran (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2008), 5.
26
Perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang
dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada
persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.30 Menurut Kotler dan
Keller, perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu,
kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan
membuang barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan mereka.31
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen
Menurut Kotler, adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
keputusan konsumen tersebut antara lain:32
a. Faktor Kebudayaan
Faktor budaya mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam
pada perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang
dimainkan oleh budaya, sub budaya dan kelas sosial pembeli.
1. Budaya adalah kumpulan nilai dasar, persepsi, keinginan, dan
perilaku yang dipelajari oleh anggota masyarakat dari keluarga dan
institusi penting lainnya.
30 Basu Swastha dan T. Hani Handoko, Manajemen Pemasaran (Analisa perilaku konsumen)
(Yogyakarta : BPFE UGM, 2000), 9. 31 Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi Ke 12., 214-231. 32 Philip Kotler dan Gery Amstrong, Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi 12 (Jakarta: Erlangga,
2001), 157-176.
27
2. Sub budaya adalah kelompok masyarakat yang berbagi sistem nilai
berdasarkan pengalaman hidup dan situasi yang umum.
3. Kelas Sosial adalah pembagian yang relatif permanen dan
berjenjang dalam masyarakat di mana anggotanya berbagai nilai,
minat dan perilaku yang sama.
b. Faktor Sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh factor-faktor social,
seperti kelompok kecil, keluarga, serta peran dan status social
konsumen.
1. Kelompok adalah dua atau lebih orang yang berinteraksi untuk
mencapai tujuan pribadi atau tujuan bersama.
2. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling
penting dalam masyarakat.
3. Peran dan Status, maksudnya posisi seseorang dalam masing-masing
kelompok dapat didefinisikan peran dan status. Peran terdiri dari
kegiatan yang dilakukan seseorang sesuai dengan orang-orang yang
disekitarnya. Masing-masing peran membawa status yang
mencerminkan nilai umum yang diberikan kepadanya oleh
masyarakat.
c. Faktor Pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi seperti usia dan tahap siklus hidup pembeli, pekerjaan, situasi
ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri.
28
1. Usia dan tahap siklus hidup, orang mengubah barang dan jasa yang
mereka beli sepanjang hidup mereka. Pembelian juga dibentuk oleh
siklus hidup keluarga, tahap-tahap yang dilalui keluarga ketika
mereka menjadi matang dengan berjalannya waktu.
2. Pekerjaan seseorang mempengaruhi produk dan jasa yang mereka
beli.
3. Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Jika
indikator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil
langkah-langkah untuk merancang ulang, mereposisi, dan
menetapkan harga kembali untuk produk mereka secara seksama.
4. Gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang yang diekspresikan
dalam kegiatan, minat, dan pendapatannya.
5. Kepribadian dan konsep diri, kepribadian mengacu pada
karakteristik psikologi unik seseorang yang mnyebabkan respon
yang relative konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan
orang itu sendiri.
d. Faktor Psikologis
Pilihan membeli seseorang dipengaruhi oleh empat faktor
psikologis utama yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta
keyakinan dan sikap.
1. Motivasi adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mendorong
seseorang untuk mencari kepuasan atas kebutuhan tersebut.
29
2. Persepsi adalah proses di mana orang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia
yang berarti.
3. Pembelajaran adalah perubahan dalam perilaku seseorang yang
timbul dari pengalaman.
4. Keyakinan dan Sikap, Keyakinan adalah pikiran deskriptif yang
dimiliki seseorang tentang sesuatu. Sedangkan sikap adalah
evaluasi, perasaan dan tendensi yang relatif konsisten dari seseorang
terhadap sebuah objek atau ide.
3. Proses Keputusan Konsumen
Proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian sesungguhnya
dan berlanjut dalam waktu yang lama setelah pembelian. Pemasar harus
memusatkan perhatian pada keseluruhan proses pembelian dan bukan
hanya pada keputusan pembelian. Menurut Kotler dan Amstrong, proses
pengambilan keputusan pembelian adalah sebagai berikut:33
a. Pengenalan kebutuhan
Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah
atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika
salah satu kebutuhan normal seseorang timbul pada tingkat yang cukup
tinggi sehingga menjadi dorongan. Kebutuhan juga bisa dipicu oleh
rangsangan eksternal.
Manusia memiliki 3 kebutuhan yang harus dipenuhi yaitu kebutuhan
sandang, pangan dan papan. Salah satu kebutuhan manusia yang mendasar
33 Ibid., 179-181.
30
adalah tempat tinngal atau rumah. Rumah sebagai tempat tinggal
merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain pakaian dan
makan. Dalam pelaksanaan semua kegiatan kita, Allah SWT pun
menjelaskan dalam FirmanNya:
ود ل نأ ج مأ م ل لك ع ج ناا و ك مأ س ك وت ي نأ ب مأ م ل لك ع ج والل
نأ م مأ و ك ت ام ق م إ يوأ مأ و ك ن عأ م ظ ا يوأ ه فون خ ت سأ اا ت يوت ام ب ع نأ الأ
لى حين ا إ اعا ت م اا و اث ث ا أ ه عار شأ أ ا و ه بار وأ أ ا و ه اف و صأ أ
“Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal
dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumahm (kemah-kemah) dari kulit
binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu
berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu-
bulu domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan
perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu).”34 (Q.S An-Nahl
ayat 80)35
Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Allah SWT pun
mengajarkan kepada seluruh hambanya agar mengunjungi aktivitasnya
dengan memiliki tempat tinggal bagaimanapun caranya, karena tempat
tinggal merupakan salah satu kebutuhan manusia yang harus dipenuhi.
Tempat tinggal biasanya sering dianggap sebagai rumah yang mempunyai
bangunan teratur untuk berlindung, beristirahat, dan berkumpul bersama
keluarga.
b. Pencarian informasi
34 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2007),
220. 35Ibid, 327
31
Tahap proses kebutuhan pembeli dimana konsumen ingin mencari
informasi lebih banyak, konsumen mungkin hanya memperbesar perhatian
atau melakukan pencarian informasi secara aktif. Konsumen dapat
memperoleh informasi dari beberapa sumber. Sumber-sumber ini meliputi
sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga), sumber komersial (iklan, situs
Web, kemasan), sumber publik (media massa, organisasi peringkat
konsumen, pencarian internet),sumber pengalaman (penanganan,
pemerikasaan, penggunaan produk).
c. Evaluasi alternatif
Tahap proses keputusan pembeli di mana konsumen menggunakan
informasi untuk mengevaluasi merk alternatif dalam sekelompok pilihan.
Konsumen sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda melalui
beberapa prosedur evaluasi. Bagaimana cara konsumen mengevaluasi
alternatif bergantung pada konsumen pribadi dan situasi pembelian
tertentu.
d. Keputusan pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen menentukan peringkat merek dan
membentuk niat pembelian. Keputusan pembelian konsumen adalah
membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara
niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap
orang lain dan faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak
diharapkan.
e. Perilaku pasca pembelian
32
Tahap proses keputusan pembeli di mana konsumen mengambil
tindakan selanjutnya setelah pembelian, berdasarkan kepuasan atau
ketidakpuasan mereka. Pekerjaan pemasar tidak berakhir ketika produk
telah dibeli. Perilaku konsumen pasca pembelian harus diperhatikan.
4. Konsep Islam Terhadap Keputusan Konsumen
a. Perilaku konsumen dalam Islam
Perilaku konsumen merupakan kecenderungan dalam melakukan
konsumsi untuk memaksimalkan kepuasannya. Dalam memenuhi
kebutuhan, Islam menyarankan agar manusia dapat bertindak ditengah-
tengah (modernity) dan sederhana (simplicity). Untuk itu, Islam menolak
manusia yang selalu memenuhi keinginannya, karena pada dasarnya
manusia memiliki kecenderungan terhadap keinginan, baik itu keinginan
yang baik maupun keinginan yang buruk. Keinginan tidak sering sejalan
dengan rasionalitas, karena bersifat terbatas dalam kualitas maupun
kuantitasnya. Dalam ajaran Islam juga manusia harus mengendalikan dan
mengarahkan keinginannya sehingga dapat membawa kemanfaatan dan
bukan kerugian bagi kehidupan di dunia dan di akhirat.36
Dalam hal ini, perilaku konsumen menjadi hal-hal yang mendasari
konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Adapun hal-hal tersebut
adalah proses dan aktivitas ketika konsumen berhubungan dengan
pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan serta pengevaluasian
produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
b. Keputusan pembelian dalam Islam
36 Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Islami (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), 123.
33
Proses pengambilan keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh
perilaku konsumen. Dalam Islam, proses pengambilan keputusan
pembelian diterangkan dalam beberapa ayat al-Qur’an yang lebih bersifat
umum. Artinya bisa diterapkan dalam segala aktivitas. Selain itu, konsep
pengambilan keputusan pembelian dalam Islam lebih ditekankan
keseimbangan. Firman Allah :
ك ل ن ذ يأ ان ب ك وا و ر ت قأ لمأ ي فوا و ر قوا لمأ يسأ ف نأ ذا أ ين إ ذ ال و
ا اما و ق
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian” (Q.S. Al Furqan ayat 67).37
Berdasarkan ayat diatas setiap pengambilan keputusan untuk
membeli sesuatu haruslah seimbang, dikatakan seimbang jika dalam
pembelian tidak berlebih-lebihan yang sesuai dengan kebutuhandan tidak
kikir.
Barang, komoditi atau jasa yang dibutuhkan dan diingkan oleh
masyarakat calon konsumen harus jelas-jelas dipahami dan diproyeksikan
laku di pasar. Pelaku bisnis harus yakin benar bahwa barang atau jasa
yang dijual adalah barang yang bernilai positif atau bermanfaat positif
bagi masyarakat konsumen dan berguna bagi pengembangan budaya
masyarakat. Pelaku bisnis tidak boleh semata mempertimbangkan factor
yang menguntungkan secara finansial saja melainkan harus juga menilai
37 Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahan (Jakarta: Pustaka Amani, 2005)
34
bahwa barang atau jasa itu dibutuhkan dan diingkan oleh konsumen, tetapi
jika barang atau jasa ini merugikan keselamatan, kesejahteraan, dan
kesehatan konsumen, maka tidak layak dibuat atau dijual dan
diperdagangkan. Seperti barang yang memabukakan, barang yang
merusak kesehatan badan dan jiwa masyarakat, meski barang tersebut
menjadi barang yang cukup laris di masyarakat namun pada hakekatnya
barang tersebut dapat berakibat merusak kesehatan.38
Maka dari itu, konsumen dianjurkan untuk berhati-hati dalam
memilih dan menerima informasi suatu produk yang akan dibeli. Hal ini
sesuai dengan firman Allah :
نأ نوا أ ي ب ت ف إ ب ن ق ب مأ فاس ك اء نوا إنأ ج ين آم ذ ا ال يه ا أ ي
ين م اد مأ ن ت لأ ا فع لى م بحوا ع صأ ة فت ال ه ج ا ب ما يبوا قوأ ص ت
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”
(Q.S. Hujurat ayat 6).39
Dari ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa, sebagai umat muslim
hendaknya berhati-hati ketika kita memilih suatu produk baik untuk
dikonsumsi atau digunakan, sebaiknya kita berhati-hati. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat tahapan-tahapan seseorang dalam
mengambil suatu keputusan pembelian. Dimulai dari pengenalan
38 Muslich, Bisnis Syariah Perspektif Mu’amalah dan Manajemen (Yogyakarta: Unit
Penerbit Dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Ykpn, 2002), 150-151. 39 Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahan (Jakarta: Pustaka Amani, 2005)