BAB II LANDASAN TEORI › bitstream › 123456789 › 14798 › 2 › T1_3… · BAB II LANDASAN...

15
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Komunitas Komunitas berasal dari bahasa latin communities yang berarti ”kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”. Komunitas sebagai sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu- individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. (Wenger, 2002:4) Pengertian komunitas menurut Kertajaya Hermawan (2008), adalah sekelompok orang yang peduli satu sama lain yang lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values. Menurut Crow dan Allan, komunitas dapat terbagi menjadi 2 komponen : 1. Berdasarkan lokasi atau tempat wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat dimana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis. 2. Berdasrkan minat sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena mempunyai ketertarikan dan minat yang sama, misalnya agama, pekerjaan, suku, ras, maupun berdasarkan kelainan seksual. Proses pembentukannya bersifat horizontal karena dilakukan oleh individu-individu yang kedudukannya setara. Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional (Soenarno, 2002). Kekuatan pengikat suatu komunitas,

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI › bitstream › 123456789 › 14798 › 2 › T1_3… · BAB II LANDASAN...

  • 9

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Komunitas

    Komunitas berasal dari bahasa latin communities yang berarti

    ”kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti “sama,

    publik, dibagi oleh semua atau banyak”. Komunitas sebagai sebuah kelompok

    sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki

    ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-

    individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya,

    preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. (Wenger,

    2002:4)

    Pengertian komunitas menurut Kertajaya Hermawan (2008), adalah

    sekelompok orang yang peduli satu sama lain yang lebih dari yang

    seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat

    antar anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau

    values.

    Menurut Crow dan Allan, komunitas dapat terbagi menjadi 2 komponen :

    1. Berdasarkan lokasi atau tempat wilayah atau tempat sebuah

    komunitas dapat dilihat sebagai tempat dimana sekumpulan orang

    mempunyai sesuatu yang sama secara geografis.

    2. Berdasrkan minat sekelompok orang yang mendirikan suatu

    komunitas karena mempunyai ketertarikan dan minat yang sama,

    misalnya agama, pekerjaan, suku, ras, maupun berdasarkan

    kelainan seksual.

    Proses pembentukannya bersifat horizontal karena dilakukan oleh

    individu-individu yang kedudukannya setara. Komunitas adalah sebuah

    identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi

    kebutuhan fungsional (Soenarno, 2002). Kekuatan pengikat suatu komunitas,

  • 10

    terutama adlah kepentingan bersama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan

    sosialnya yang biasanya didasarkan atas kesamaan latar belakang budaya,

    ideologi, sosial ekonomi. Disamping itu secara fisik suatu komunitas

    biasanya diikat oleh batas lokasi atau wilayah geografis masing-masing

    komunitas. Karenanya akan memiliki cara dan mekanisme yang berbeda

    dalam menanggapi dan menyikapi keterbatasan yang dihadapinya serta

    mengembangkan kemampuan kelompoknya.

    Menurut Vanina Delobelle, definisi suatu komunitas adalah group

    beberapa orang yang barbagi minat yang sama, yang terbentuk oleh 4 faktor,

    yaitu :

    1. Komunikasi dan keinginan berbagi (sharing)

    2. Tempat yang disepakati bersama untuk bertemu

    3. Ritual dan kebiasaan : orang-orang datang secra teratur dan

    periodik

    4. Influencer : Influencer merintis sesuatu hal dan para anggota

    selanjutnya ikut terlibat

    Vanina juga menjelaskan bahwa komunitas mempunyai beberapa aturan

    sendiri, yaitu :

    1. Saling berbagi : mereka saling menolong dan berbagi satu

    sama lain dalam komunitas.

    2. Komunikasi : mereka saling respon dan komunikasi satu

    sama lain.

    3. Kejujuran : dilarang keras untuk berbohong. Sekali

    seseorang berbohong, maka akan segera ditinggalkan.

    4. Transparansi : saling bicara terbuka dan tidak boleh

    menyembunyikan sesuatu hal.

    5. Partisipasi : semua anggota harus disana dan

    berpartisipasi pada acara bersama komunitas.

    Menurut Mac Iver (Mansyur, cholil 1987:69) community diistilahkan

    sebagai persekutuan hidup atau paguyuban dan dimaknai sebagai suatu

    daerah masyarakat yang ditandai dengan beberapa tingkatan pertalian

  • 11

    kelompok sosial satu sama lain. Dalam Soerjono Soekanto (1983:143), Mac

    Iver menjelaskan mengenai unsur-unsur dalam sentiment community, yaitu :

    a. Seperasaan

    Unsur seperasaan muncul akibat adanya tindakan anggota dalam

    komunitas yang mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok

    dikarenakan adanya kesamaan kepentingan

    b. Sepenanggungan

    Sepenanggungan diartikan sebagai kesadaran akan peranan dan

    tanggung jawab anggota komunitas dalam kelompoknya

    c. Saling memerlukan

    Unsur saling memerlukan diartikan sebagai perasaan

    ketergantungan terhadap komunitas baik yang sifatnya fisik

    maupun psikis.

    2.1.2 Strategi Komunikasi

    Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu “strategos” yang berarti seni

    umum, namun term ini kemudian berubah menjadi kata sifat yaitu “strategia”

    yang memiliki arti “keahlian militer”. Karl von Clausewitz (1780-1831)

    dalam bukunya yang berjudul On War merumuskan Strategi sebagai suatu

    seni menggunakan sarana pertempuran untuk mencapai tujuan perang,

    Strategi komunikasi menurut Rogers (1982) sebagai suatu rancangan yang

    dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang lebih besar

    melalui transfer ide-ide baru (Cangara, 2013 : 61). Strategi komunikasi

    merupakan panduan perencanaan komunikasi (communication planning)

    dengan manajemen komunikasi (communication managemen) untuk

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Effendy, 2013 : 32).

    Dalam Abidin (2015:86) Sondang P Siagian mendefinisikan perencanan

    sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari hal-

    hal yang akan dikerjakan pada masa yang akan datang dalam rangka

    pencapaian tujuan yang telah di tentukan sebelumnya. Adapun perencanaan

    komunikasi menurut Cangara (Abdidin, 2015:89), communication explains

  • 12

    how to covey the right message, from the right communicator, to the right

    audience, through the right channel, at right time (Perencanaan komunikasi

    menjelaskan cara mengirimkan pesan yang tepat dari komunikator yang tepat,

    kepada khalayak yang tepat melalui saluran yang tepat pada waktu yang

    tepat).

    Marthin-Anderson (1968) merumuskan strategi adalah seni di mana

    melibatkan kemampuan intelegensi atau pikiran untuk membawa semua

    sumber daya yang tersedia dalam mencapai tujuan dengan memperoleh

    keuntungan yang maksimal dan efisien (Cangara, 2013 : 61).

    Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari lingkup komunikasi, sebagai

    makhluk sosial menggunakan komunikasi bukan hanya untuk kontak

    hubungan dengan individu lain namun komunikasi juga merupakan alat bagi

    individu untuk bertahan hidup. Komunikasi memilik kekuatan dalam

    memberikan stimulus atau rangsangan yang kuat. Dari ruang komunikasi ada

    beberapa bentuk-bentuk strategi komunikasi yaitu :

    1. Tujuan

    2. Sasaran

    3. Pesan

    4. Instrument dan kegiatan

    5. Sumber daya dan skala

    6. Evaluasi dan perbaikan 1

    Strategi komunikasi adalah suatu cara atau taktik rencana dasar yang

    menyeluruh dari rangkaian tindakan yang dilaksanakan oleh seseorang atay

    organisasi untuk mencapa suatu tujuan (Afdjani, 2014:191)

    Dalam strategi komunikasi, pasti terdapat sebuah tujuan tertentu yang

    ingin dicapai, beberapa tujuan strategi komunikasi (Liliweri, 2011:248-249)

    ialah sebagai berikut :

    1. Memberitahu (Announcing)

    1 http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/04/DANA%20PRIATAMA%2006.56443.08669.02%20EJOURNAL%20(04-30-13-04-43-58.pdf diakses tgl 10 Maret pukul 22.16

    http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/04/DANA%20PRIATAMA%2006.56443.08669.02%20EJOURNAL%20(04-30-13-04-43-58.pdfhttp://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/04/DANA%20PRIATAMA%2006.56443.08669.02%20EJOURNAL%20(04-30-13-04-43-58.pdfhttp://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/04/DANA%20PRIATAMA%2006.56443.08669.02%20EJOURNAL%20(04-30-13-04-43-58.pdf

  • 13

    2. Memotivasi (Motivating)

    3. Mendidik (Educating)

    4. Menyebarkan informasi (Informing)

    5. Mendukung pembuatan keputusan (Supporting Decision Making)

    Menyusun strategi komunikasi harus memperhitungkan faktor-faktor

    pendukung dan penghambat. Berikut ini sebagian komponen komunikasi dan

    faktor serta penghambat pada setiap komponen tersebut (Effendy, 2013:35)

    1. Mengenali sasaran komunikasi

    a. Faktor kerangka referensi

    b. Faktor situasi dan kondisi

    2. Pemilihan media komunikasi

    3. Pengkajian tujuan pesan komunikasi

    4. Peranan komunikator dan komunikasi

    a. Daya tarik sumber

    b. Kredibilitas sumber

    Dalam rangka menyusun strategi perlu diperhatikan dalam menyusun

    strategi komunikasi (Effendy, 2013:35-39) :

    1. Mengenali Sasaran Komunikasi

    Mengenal sasaran komunikasi merupakan langkah pertama bagi

    seorang komunikator dalam usaha mencapai komunikasi yang

    efektif. Hal ini tentu bergantung pada tujuan komunikasi yang

    ingin dicapai, hanya sekedar mengetahui informasi atau diharapkan

    ada tindakan tertentu dari komunikan. Faktor-faktor yang perlu

    diperhatikan dari komunikan ialah :

    a. Faktor kerangka referensi

    Kerangka referensi setiap individu berbeda dengan individu

    yang lain. Kerangka referensi masing-masing individu

    terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dari paduan pengalaman,

    pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideology,

    cita-cita dan sebagainya.

  • 14

    b. Faktor situasi dan kondisi

    Situasi yang dimaksud adalah situasi komunikasi pada saat

    komunikan menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi yang

    menghambat proses komunikasi bisa diduga sebelumnya, atau

    dapat juga datang secara tiba-tiba. Sedangkan kondisi adalah

    state of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis

    komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi.

    2. Pemilihan Media Komunikasi

    Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu

    atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang

    akan dicapai, pesan yang disampaikan dan teknik yang akan

    digunakan. Media komunikasi banyak jumlahnya mulai dari yang

    tradisional sampai modern. Media komunikasi dapat

    diklasifikasikan sebagai media tulisan atau cetakan, visual, aural,

    dan audio-visual.

    3. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi

    Pesan komunikasi (massage) mempunyai tujuan tertentu. Ini

    menentukan teknik yang harus diambil, apakah teknik infomasi,

    teknis persuasi atau teknik intruksi. Apapun tekniknya, langkah

    pertama komunikasi harus mengerti pesan komunikasi itu. Isi

    pesan komunikasi bisa satu, tetapi lambing yang dipergunakan bisa

    bermacam-macam. Lambing yang biasa dipergunakan untuk

    menyampaikan isi komunikasi ialah bahasa, gambar, warna,

    gesture, dan sebagainya.

    4. Peranan Komunikator Dalam Komunikasi

    Terdapat faktor penting yang harus dimiliki seorang komunikator

    bila ia akan memberikan informasi, yaitu daya tarik sumber (source

    attractiveness) dan kredibilitas sumber (source credibility).

    a. Daya tarik sumber

    Seorang komunkator akan berhasil dalam komunikasi, akan

    mampi mengubah sikap, opini dan perilaku komunikan

  • 15

    melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa

    bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan kata lain

    komunikan merasa ada kesamaan dengan komunikator

    sehingga komunikan taat dengan isi pesan yang sedang

    disampaikan.

    b. Kredibilitas sumber

    Komunikasi akan berhasil jika komunikan memberikan

    kepercayaan kepada kominkator. Kepercayaan ini

    bersangkutan pada profesi dan keahlian yang dimiliki seorang

    komunikator.

    Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator

    dalam menghadapi komunikan harus bersikap empatik

    (empathy) yaitu kemampuan memproyeksikan dirinya seperti

    peranan orang lain.

    2.1.3 Model Perencanaan Komunikasi AIDDA

    Dalam berkomunikasi, untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan,

    seorang komunikator harus memiliki strategi komunikasi yang baik. Adanya

    proses pendekatan merupakan awal yang baik dalam berkomunikasi. Proses

    pendekatan tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan A-A procedure atau

    from attention to action procedure (Afdjani, 2014:195).

    Menurut Kasali (1992:83-86) A-A Procedure ini sebenarnya adalah

    penyederhanaan dari proses yang disingkat dengan AIDDA, yaitu :

    1. Attention (perhatian)

    2. Interest (minat)

    3. Desire (hasrat)

    4. Decision (keputusan)

    5. Action (kegiatan)

    Dalam Cangara (2013, 78-79) dijelaskan bahwa langkah pertama yang

    harus dilakukan seorang komunikator adalah menanamkan perhatian atau

    attention. Dimana dalam hubungan ini komunikator harus menimbulkan daya

  • 16

    tarik yang mengarah pada target sasaran sehingga komunikan menyadari atau

    mengetahui ide atau gagasan yang ditawarkan. Apabila perhatian komunikan

    telah terbangkitkan, maka akan muncul fase dimana akan timbul minat atau

    interest yang merupakan tingkatan lebih tinggi dari perhatian. Minat

    merupakan kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi

    timbulnya suatu hasrat atau desire untuk melakukan suatu kegiatan yang

    diharapkan oleh komunikator. Jika hanya ada hasrat saja pada diri

    komunikan, maka bagi komunikator proses ini belum berarti apa-apa sebab

    harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan atau decision, yaitu keputusan

    untuk melakukan kegiatan atau actionsebagaimana yang diharapkan oleh

    komunikator.

    2.1.4 Kearifan Lokal

    Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua

    kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam kamus Inggris Indonesia

    John M. Echols dan Hassan Syadily, lokal berarti setempat, sedangkan

    wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local

    wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan

    setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang

    tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya (Wiloso 2012:114)

    Dalam Sibarani (2012:112-113) juga dijelaskan bahwa kearifan lokal

    adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal

    dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat.

    Kearifan lokal juga dapat didefinisikan sebagai nilai budaya lokal yang dapat

    dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif atau

    bijaksana.

    Menurut Keraf (2002) kearifan lokal (tradisional) adalah semua bentuk

    pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau

    etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas

    ekologis. Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam suatu sistem sosial

    masyarakat dapat dihayati, dipraktikkan, diajarkan dan diwariskan dari satu

  • 17

    generasi ke generasi lainnya yang sekaligus membentuk dan menuntun pola

    perilaku manusia sehari-hari.

    Menurut Ataupah (2004) kearifan lokal bersifat historis dan positif. Nilai-

    nilai diambil oleh leluhur dan kemudian diwariskan secara lisan kepada

    generasi berikutnya lalu oleh ahli warisnya tidak menerimanya secara pasif,

    namun dapat menambah atau mengurangi dan diolah sehingga apa yang

    disebut kearifan itu berlaku secara situasional dan tidak dapat dilepaskan dari

    sistem lingkungan hidup atau sistem ekologi/ekosistem yang harus dihadapi

    orang-orang yang memahami dan melaksanakan kearifan itu.

    Haba (2007:11) menjelaskan kearifan lokal mengacu pada berbagai

    kekayaan budaya yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah masyarakat

    yang dikenal, dipercaya dan diakui sebagai elemen-elemen penting yang

    mampu mempertebal kohesi masyarakat.

    Lebih lanjur Haba (2007:4) menjelaskan bahwa ada beberapa fungsi dari

    kearifan lokal, yakni :

    1. Sebagai penanda sebuah komunitas

    2. Elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama dan

    kepercayaan

    3. Kearifan lokal tidak bersifat memaksa atau dari atas (top done),

    tetapi sebuah unsus kultural yang ada dalam masyarakat, karena itu

    daya ikatnya lebih mengena dan bertahan

    4. Kearifan lokal memberikan warna kebersamaan bagi sebuah

    komunitas

    5. Local wisdom akan mengubah pola pikir dan hubungan timbal

    balik individu dan kelompok dengan meletakkannya di atas

    common ground atay kebudayaan yang dimiliki

    6. Kearifan lokal dapat berfungsi mendorong terbangunnya

    kebersamaan, apresiasi sekaligus sebagai sebuah mekanisme

    bersama untuk menepis berbagai kemungkinan yang meredusir

    bahkan merusak, solidaritas komunal yang dipercaya tumbuh di

    atas kesadaran bersama dari sebuah komunitas terintegrasi.

  • 18

    Rahyono (dalam Sinar, 2011:4) mengemukakan jika local genius hilang

    atau musnah, kepribadian bangsa memudar, hal itu disebabkan karena hal-hal

    berikut :

    1. Kearifan lokal merupakan pembentuk identitas yang inheran sejak

    lahir.

    2. Kearifan lokal bukan sebuah keasingan bagi pemiliknya.

    3. Keterlibatan emosional masyarakat dalam penghayatan kearifan

    lokal kuat.

    4. Pembelajaran kearifan lokal tidak memerlukan pemaksaan.

    5. Kearifan lokal mampu menumbuhkan harga diri dan percaya diri.

    6. Kearifan lokal mampu meningkatkan martabat bangsa dan negara.

    Sementara Sibarani (2012:5) mengatakan bahwa ada nilai-nilai yang

    terkandung dalam kearifan lokal tersebut, antara lain :

    1. Kerja keras (keuletan, inovasi, visi dan misi kerja, dan disiplis

    kerja)

    2. Gotong Royong (melakukan dan menyelesaikan pekerjaan secara

    bersama)

    3. Kerukunan (sikap toleransi antar umat beragama, etnik, budaya)

    4. Penyelesaian konflik (sikap dalam menyelesaikan masalah sesuai

    dengan hukum adat)

    5. Kesehatan (menjaga hidup baik secara pribadi maupun

    masyarakat)

    6. Pendidikan (peningkatan pengetahuan tentang suatu hal)

    7. Menjaga lingkungan (penjagaan lingkungan untuk tetap menjaga

    rantai kehidupan)

    8. Pelestarian dan inovasi budaya (pemeliharaan dan pengembangan

    warisan budaya)

    9. Penguatan identitas (tetap menjaga keaslian budaya)

    10. Peningkatan kesejahteraan (menambah pendapatan masyarakat)

    11. Hukum (norma-norma dan aturan-aturan adat yang telah

    ditetapkan dan harus dipatuhi)

  • 19

    2.2 Penelitian Terdahulu

    Peniliti Judul Tujuan Metode Hasil

    Yohane Paulus

    Sutedjo

    Strategi

    Komunikasi

    Komunitas

    Dalam

    Mempertahankan

    Eksistensi (Studi

    Pada Komunitas

    Kicau Mania

    Salatiga)

    Untuk

    menggambarkan

    strategi

    komunitas Kicau

    Mania Salatiga

    dalam

    mempertahankan

    Solidaritas.

    Metode

    Penelitian

    Kualitatif

    dengan

    pendekatan

    deskriptif.

    Kicau Mania

    memiliki dua

    factor yang

    mendorong

    adanya

    solidaritas

    diantara

    anggotanya

    yaitu adanya

    komunikasi

    atau hubungam

    kontak

    berkelanjutan

    diantara

    anggotanya

    serta adanya

    event-event

    yang rutin

    dilakukan.

    Eny Suparny Strategi

    Komunikasi

    Pada Komunitas

    Skareboard

    Dalam

    Mempertahankan

    Eksistensi (Studi

    Deskriptif

    Untuk

    mengetahui

    bagaimana pola

    komunikasi

    kelompok yang

    digunakan dan

    strategi yang

    diterapkan dalam

    Kualitatif

    Eksploratif

    Bahwa

    komunitas

    gedung pusat

    skateboarding

    Jogjakarta

    menggunakan

    pola

    komunikasi

  • 20

    Kualitatif

    Komunitas

    Gedung Pusat

    Skateboarding

    Jogjakarta)

    mempertahankan

    eksistensi.

    vertikal,

    horizontal dan

    informal.

    Rike Indriyani Strategi

    Komunikasi

    Youth Krew

    Salatiga Dalam

    Mempertahankan

    Eksistensi

    Kelompok

    Menjelaskan

    strategi

    komunikasi

    komunitas Youth

    Krew Salatiga

    dalam

    mempertahankan

    eksistensi

    kelompok

    Deskriptif

    Kualitatif

    Pola

    Komunikasi

    yang digunakan

    komunitas

    Youth Krew

    adalah model

    komunikasi all

    channel yang

    memungkinkan

    para

    anggotanya

    bertukan

    informasi

    kepada anggota

    lain. Pesan yang

    disampaikan

    bersifat

    komunikasi

    massa terutama

    event-event

    khusus yang

    diselenggarakan

    komunitas

    Youth Krew.

  • 21

    Meliana

    Sadikun Halim

    Strategi

    Komunikasi

    Dalam Upaya

    Pembentukkan

    Groupthink Pada

    Komunitas

    Perempuan

    Gemuk (Studi

    Kasus Ikatan

    Wanita Gemuk

    Indonesia –

    KAGUMI)

    Untuk

    mendeskripsikan

    strategi

    komunikasi

    dalam upaya

    pembentukan

    groupthink dan

    factor-faktor

    yang

    mempengaruhi

    pembentukan

    groupthink pada

    komunitas

    perempuan

    gemuk.

    Kualitatif

    Deskriptif

    Ada dua

    Strategi

    Komunikasi

    yang digunakan

    KAGUMI yaitu

    tatap muka dan

    nonverbal.

    Kristina Dewi

    Widyaningtyas

    Strategi

    Komunikasi

    Ketua Rukun

    Warga Dalam

    Menarik Minat

    Warga Kampung

    Pancuran Untuk

    Bergabung

    Dalam Drumblek

    Generasi Muda

    Pancuran

    (GEMPAR)

    Untuk

    mengetahui

    strategi

    komunikasi

    dalam Ketua

    Rukun Warga

    menarik minat

    warga pancuran

    untuk bergabung

    dengan

    drumblek

    GEMPAR

    Deskriptif

    Kualitatif

    Bahwa

    GEMPAR

    menggunakan

    model

    perencanaan

    AIDDA dengan

    factor-faktor

    komunikator

    yaitu respect,

    emphaty,

    audiable,

    clarity, humble

    yang ditandai

    dengan adanya

    rasa percaya,

    sikap suportif

  • 22

    dan sikap

    terbuka.

    Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

    2.3 Kerangka Pikir

    Gambar 1. Kerangka Pikir

    Melihat permasalahan beberapa anak-anak lereng gunung Merapi yang

    berpotensi dalam bidang seni lokal daerah gunung Merapi namun tidak memiliki

    wadah untuk bermain atau mengembangkan bakatnya, menjadi salah satu faktor

    Bapak Gunawan dan teman-temannya membuat suatu komunitas untuk mewadahi

    anak lereng gunung Merapi bermain dan belajar tradisi lokal yang ada lereng

    Gunung Merapi. Yang mana pada awalnya Bapak Gunawan dan teman-temannya

    membuat sebuah perpustakaan mini disalah satu dusun daerah gunung merapi.

    Namun pasca erupsi 2006, Bapak Gunawan dan teman-temannya memutuskan

    untuk memfokuskan anak-anak lereng Gunung Merapi untuk ikut serta dalam

    pelestarian tradisi seni lokal. Sampai pada akhirnya terbentuk Komunitas Tlatah

    Bocah yang beranggotakan anak lereng Merapi dari beberapa dusun sekitar. Dalam

    proses menjaring anak-anak lereng Gunung Merapi untuk menjadi anggota baru

    Komunitas Tlatah Bocah dibutuhkan cara atau langkah-langkah khusus untuk

    Komunitas Tlatah

    Bocah

    Strategi Komunikasi dengan model

    perencanaan AIDDA melalui

    program Beasiswa Merapi sebagai

    kearifan lokal setempat Anak-anak Lereng

    Merapi dari beberapa

    Dusun sekitar

    Menjaring

    anggota

    baru

    Komunitas

    Tlatah

    Bocah

  • 23

    memengaruhi anak-anak lereng Gunung Merapi. Peneliti ingin mengetahui

    bagaimana strategi komunikasi pengurus Komunitas Tlatah Bocah sehingga dapat

    membuat anak lereng gunung Merapi yang tersebar di beberapa dusun tersebut mau

    bersedia bergabung menjadi anggota baru komunitas Tlatah Bocah yang mana

    strategi yang dilakukan akhirnya mampu menggerakan minat anak lereng Gunung

    Merapi untuk bergabungmelalui program Komunitas Tlatah Bocah yaitu Beasiswa

    Merapi yang merupakan kearifan lokal di lereng Gunung Merapi. Sampai akhirnya

    komunitas Tlatah Bocah dikenal oleh banyak masyarakat sekitar khusunya dengan

    berbagai program dalam bidang kesenian yang disambut baik oleh masyarakat

    setempat.