BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistikarepository.ump.ac.id/5271/3/NINDIYANTIKA BAB II.pdf · Gaya...

17
BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistika Stilistika (stylistics) menyaran pada pengertian studi tentang stile, kajian terhadap wujud performansi kebahasaan, khususnya yang terdapat di dalam karya sastra. Kajian stilistika itu sendiri sebenarnya dapat ditujukan terhadap berbagai ragam penggunaan bahasa, tak terbatas pada sastra saja namun biasanya stilistika lebih sering dikaitkan dengan bahasa sastra (Chapman dalam Nurgiyantoro, 2010: 279). Menurut Ratna (2009: 3) stilistika (stylistic) adalah ilmu tentang gaya, sedangkan stile (style) secara umum adalah cara-cara yang khas, bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu, sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal. Gaya merupakan salah satu cabang ilmu tertua dalam bidang kritik sastra. Makna-makna yang diberikan sangat kontroversial, relevansinya menimbulkan banyak perdebatan. Gaya terkandung dalam semua teks, bukan bahasa tertentu, bukan semata-mata teks sastra. Gaya adalah ciri-ciri, standar bahasa, gaya adalah cara ekspresi. Meskipun demikian, pada umumnya gaya dianggap sebagai sebuah istilah khusus, semata-mata dibicarakan dan dengan demikian dimanfaatkan dalam bidang tertentu, bidang akademis, yaitu bahasa dan sastra. Dengan pertimbangan bahwa gaya menyangkut masalah penggunaan bahasa secara khusus, maka sastralah, dalam hubungan ini karya sastra yang dianggap sebagai sumber data utamanya. Perkembangan terakhir dalam sastra juga menunjukkan bahwa gaya hanya dibatasi dalam kaitannya dengan analisis puisi. Alasannya, di antara genre-genre karya sastra, puisilah yang dianggap sebagai memiliki penggunaan bahasa paling 7 Kajian Stilistika pada Buku..., Nindyantika Sintha Defi, FKIP UMP 2012

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistikarepository.ump.ac.id/5271/3/NINDIYANTIKA BAB II.pdf · Gaya...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistikarepository.ump.ac.id/5271/3/NINDIYANTIKA BAB II.pdf · Gaya adalah ciri-ciri, standar ... adalah cara khas yang dipakai seseorang ... luas daripada

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Stilistika

Stilistika (stylistics) menyaran pada pengertian studi tentang stile, kajian

terhadap wujud performansi kebahasaan, khususnya yang terdapat di dalam karya

sastra. Kajian stilistika itu sendiri sebenarnya dapat ditujukan terhadap berbagai ragam

penggunaan bahasa, tak terbatas pada sastra saja namun biasanya stilistika lebih sering

dikaitkan dengan bahasa sastra (Chapman dalam Nurgiyantoro, 2010: 279).

Menurut Ratna (2009: 3) stilistika (stylistic) adalah ilmu tentang gaya,

sedangkan stile (style) secara umum adalah cara-cara yang khas, bagaimana segala

sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu, sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat

dicapai secara maksimal. Gaya merupakan salah satu cabang ilmu tertua dalam bidang

kritik sastra. Makna-makna yang diberikan sangat kontroversial, relevansinya

menimbulkan banyak perdebatan. Gaya terkandung dalam semua teks, bukan bahasa

tertentu, bukan semata-mata teks sastra. Gaya adalah ciri-ciri, standar bahasa, gaya

adalah cara ekspresi. Meskipun demikian, pada umumnya gaya dianggap sebagai

sebuah istilah khusus, semata-mata dibicarakan dan dengan demikian dimanfaatkan

dalam bidang tertentu, bidang akademis, yaitu bahasa dan sastra. Dengan

pertimbangan bahwa gaya menyangkut masalah penggunaan bahasa secara khusus,

maka sastralah, dalam hubungan ini karya sastra yang dianggap sebagai sumber data

utamanya. Perkembangan terakhir dalam sastra juga menunjukkan bahwa gaya hanya

dibatasi dalam kaitannya dengan analisis puisi. Alasannya, di antara genre-genre

karya sastra, puisilah yang dianggap sebagai memiliki penggunaan bahasa paling

7

Kajian Stilistika pada Buku..., Nindyantika Sintha Defi, FKIP UMP 2012

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistikarepository.ump.ac.id/5271/3/NINDIYANTIKA BAB II.pdf · Gaya adalah ciri-ciri, standar ... adalah cara khas yang dipakai seseorang ... luas daripada

8

khas. Stilistika jelas berkaitan dengan genre.Sebagai institusi genre seolah-olah

memaksa pengarang untuk menciptakan jenis yang sesuai dengan karya yang ditulis.

Seorang penyair sejak semula sudah berpikir bahwa bahasa yang digunakan adalah

bahasa puisi, bahasa dengan tingkat seleksi yang tinggi.

Seperti pernyataan tersebut, pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Noor

(2005: 118) bahwa stilistika berasal dari kata style yang artinya gaya. Style atau gaya

adalah cara khas yang dipakai seseorang untuk mengungkapkan diri. Cara

pengungkapan tersebut dapat meliputi setiap aspek bahasa (kata-kata, kiasan-kiasan,

susunan kalimat, nada, dan sebagainya).

Analisis stilistika biasanya dimaksudkan untuk menerangkan sesuatu, yang

pada umumnya dalam dunia kesastraan dan pada khususnya dalam puisi untuk

menerangkan hubungan antara bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya. Kajian

stilistika juga dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan antara apresiasi estetis

(perhatian kritikus) di satu pihak dengan deskripsi linguistik (perhatian linguis) di

pihak lain (Leech & Short dalam Nurgiyantoro, 2010: 280). Stilistika kesastraan,

dengan demikian, merupakan sebuah metode analisis karya sastra.

Gaya dengan demikian adalah kualitas bahasa, merupakan ekspresi langsung

pikiran dan perasaan. Tanpa adanya proses hubungan yang harmonis antara kedua

gejala tersebut, maka gaya bahasa tidak ada. Dalam aktivitas kreatif komunikasi

antara pikiraan dan perasaan diproduksi secara terus-menerus sejak awal hingga akhir

cerita, sehingga keseluruhan karya dapat dianggap sebagai memiliki gayabahasa.

Perbedaannya ciri-ciri perasaan dominan dalam puisi, sebaliknya, pikiran dominan

dalam prosa (Murry dalam Ratna, 2009: 6). Style atau gaya dapat diartikan sebagai

Kajian Stilistika pada Buku..., Nindyantika Sintha Defi, FKIP UMP 2012

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistikarepository.ump.ac.id/5271/3/NINDIYANTIKA BAB II.pdf · Gaya adalah ciri-ciri, standar ... adalah cara khas yang dipakai seseorang ... luas daripada

9

cara khas yang dipergunakan oleh seseorang untuk mengutarakan atau

mengungkapkan diri dengan gaya pribadi (Al-Ma‟ruf, 2009: 9).

Menurut Shipley dalam Ratna (2009: 8) stilistika (stylistic) adalah ilmu

tentang gaya (style), sedangkan style itu sendiri berasal dari akar kata stilus (Latin),

semula berarti alat berujung runcing yang digunakan untuk menulis di atas bidang

berlapis lilin. Bagi mereka yang dapat menggunakan alat tersebut secara baik disebut

sebagai praktisi gaya yang sukses (stilus exercitotus), sebaliknya bagi mereka yang

tidak dapat menggunakannya dengan baik disebut praktisi gaya yang kasar atau gagal

(stilus rudis).

Benda runcing sebagai alat untuk menulis dapat diartikan bermacam-macam.

Salah satu di antaranya adalah menggores, melukai, menusuk bidang datar sebagai

alas tulisan. Konotasi lain adalah „menggores‟, „menusuk‟ perasaan pembaca, bahkan

juga penulis itu sendiri, sehingga menimbulkan efek tertentu. Pada dasarnya di sinilah

terletak makna kata stilus sehingga kemudian berarti gaya bahasa yang sekaligus

berfungsi sebagai penggunaan bahasa yang khas. Secara praktis, khususnya dalam

karya sastra, ruang lingkup stilistika adalah deskripsi penggunaan bahasa secara khas.

Stilus itu sendiri juga berasal dari akar kata „sti-„ yang berarti mencakar atau

menusuk. Dalam bahasa Yunani dikenal dengan istilah stylos berarti pilar atau rukun

yang dikaitkan dengan tempat untuk bersemadi atau bersaksi. Dalam bidang bahasa

dan sastra style dan stylistic berarti penggunaan bahasa yang khas sehingga

menimbulkan efek tertentu (Ratna, 2009: 9).

Gaya dikenal dalam retorika dengan istilah style. Seperti di atas, pernyataan

yang sama juga diungkapkan Keraf, bahwa kata style diturunkan dari bahasa Latin

stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Gaya bahasa adalah

Kajian Stilistika pada Buku..., Nindyantika Sintha Defi, FKIP UMP 2012

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistikarepository.ump.ac.id/5271/3/NINDIYANTIKA BAB II.pdf · Gaya adalah ciri-ciri, standar ... adalah cara khas yang dipakai seseorang ... luas daripada

10

cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi,

watak, dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu. Semakin baik

gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya. Gaya bahasa dapat

dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang

memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) (Keraf, 2009: 113).

Sedangkan menurut Siswantoro (2010: 115), gaya bahasa (figure of speech)

adalah suatu gerak membelok dari bentuk ekspresi sehari-hari atau aliran ide-ide yang

biasa untuk menghasilkan suatu efek yang luar biasa.

Terdapat enam pengertian gaya yang diberikan oleh Enkvist dalam Junus

(1989: 4) sebagai berikut:

1. Bungkus yang membungkus inti pemikiran atau pernyataan yang telah ada

sebelumnya.

2. Pilihan antara berbagai-bagai pernyataan yang mungkin.

3. Sekumpulan ciri pribadi.

4. Penyimpangan daripada norma atau kaedah.

5. Sekumpulan ciri-ciri kolektif.

6. Hubungan antara satuan bahasa yang dinyatakan dalam teks yang lebih

luas daripada sebuah ayat.

Kajian sastra adalah kegiatan mempelajari unsur-unsur dan hubungan antar

unsur dalam karya sastra dengan bertolak dari pendekatan, teori, dan cara kerja

tertentu (Aminuddin, 1997: 61). Dengan demikian, stile dapat bermacam-macam

sifatnya, tergantung konteks di mana dipergunakan, selera penyair, namun juga

tergantung apa tujuan penuturan itu sendiri. Stile pada hakikatnya merupakan teknik,

teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan

diungkapkan. Teknik itu sendiri, juga merupakan suatu bentuk pilihan, dan pilihan itu

dapat dilihat pada bentuk ungkapan bahasa seperti yang dipergunakan dalam sebuah

karya (Nurgiyantoro, 2010: 277).

Kajian Stilistika pada Buku..., Nindyantika Sintha Defi, FKIP UMP 2012

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistikarepository.ump.ac.id/5271/3/NINDIYANTIKA BAB II.pdf · Gaya adalah ciri-ciri, standar ... adalah cara khas yang dipakai seseorang ... luas daripada

11

Stile, atau wujud performansi kebahasaan, hadir kepada pembaca dalam

sebuah fiksi melalui proses penyeleksian dari berbagai bentuk yang berlaku dalam

sistem bahasa itu. Pengarang, dalam hal ini, memiliki kebebasan yang luas untuk

mengekspresikan struktur maknanya ke dalam struktur lahir yang dianggap lebih

efektif (Fowler dalam Nurgiyantoro, 2010: 279).

Menurut Noth dalam Ratna (2009: 35) stilistika jika dikaitkan dengan retorika

klasik, terkandung dalam elocuito. Perbedaan antara retorika dengan stilistika

dijelaskan sebagai berikut.

1. Stilistika pada dasarnya memusatkan perhatian pada struktur permukaan

teks, pada umumnya merupakan varian ekspresi leksikal dan sintaktik,

sedangkan retorika menyediakan aturan bagi pengorganisasian wacana

secara keseluruhan. Dalam hubungan ini retorika lebih komprehensif

dibandingkan dengan stilistika.

2. Stilistika lebih banyak tertarik terhadap ciri bahasa pengarang individual

(atau zaman), retorik tertarik untuk menemukan atau merekomendasikan

pola-pola struktural yang ditetapkan oleh tradisi norma-norma lama.

Dalam hal ini stilistika lebih komprehensif dibandingakan dengan retorika

sebab ia mempertimbangkan sembarang ciri-ciri tekstual, tidak hanya

tradisional.

3. Retorika lebih tertarik terhadap efek wacana atas audiens, sedangkan

stilistika lebih fokus pada keunikan tekstual, fase-fase teks pragmatik yang

berbeda, seperti resepsi teks dan produksi teks.

Dengan singkat stilistika berkaitan dengan pengertian ilmu tentang gaya secara

umum, meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Stilistika dalam karya sastra

merupakan bagian stilistika budaya itu sendiri. Meskipun demikian, dengan adanya

intensitas penggunaan bahasa, maka dalam karya sastralah pemahaman stilistika

paling banyak dilakukan (Ratna, 2009: 5). Para pelopor dalam bidang kajian stilistika

memiliki anggapan bahwa bahasa dari sebuah teks mencerminkan dunia tekstual

secara sempurna (Fasold, 1990; Joseph, Love dan taylor, 2001 dalam Black, 2011: 1).

Kajian Stilistika pada Buku..., Nindyantika Sintha Defi, FKIP UMP 2012

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistikarepository.ump.ac.id/5271/3/NINDIYANTIKA BAB II.pdf · Gaya adalah ciri-ciri, standar ... adalah cara khas yang dipakai seseorang ... luas daripada

12

Dalam pengertian paling luas, stilistika dan estetika bekerja saling meliputi,

stilistika mengimplikasikan keindahan, demikian juga sebaliknya. Keindahan

melibatkan berbagai sarana yang dimiliki oleh gaya bahasa (Ratna, 2009: 251).

Menurut Sudjiman (1993: 7) stilistika berupaya menunjukkan bagaimana unsur-unsur

suatu teks berkombinasi membentuk suatu pesan. Dengan kata lain, bagaimana karya

sastra berlaku sebagai suatu sarana komunikasi.

B. Jenis-jenis Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah semacam bahasa yang bermula dari bahasa yang biasa

digunakan dalam gaya tradisional dan literal untuk menjelaskan orang atau objek

(Minderop, 2005: 51). Dengan menggunakan gaya bahasa, pemaparan imajinatif

menjadi lebih segar dan berkesan. Bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri,

bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita.

Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain: agar menarik perhatian orang

lain terhadap kita dan keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan

emosi (Keraf, 2004: 2). Bahasa, disamping sebagai alat komunikasi, memungkinkan

pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan

mengambil bagian dari pengalaman tersebut (Keraf, 2004: 6).

Sementara itu, gaya bahasa merupakan ekspresi yang personal. Artinya gaya

bahasa dipandang sebagai ekspresi pribadi penulisnya dalam menghadapi dan

menyikapi pokok masalah karangannya. Menurut Jassin gaya bahasa adalah perihal

memilih dan mempergunakan kata-kata sesuai dengan isi yang mau disampaikan.

Gaya bahasa juga menyangkut masalah bagaimana menyusun kalimat secara efektif

Kajian Stilistika pada Buku..., Nindyantika Sintha Defi, FKIP UMP 2012

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistikarepository.ump.ac.id/5271/3/NINDIYANTIKA BAB II.pdf · Gaya adalah ciri-ciri, standar ... adalah cara khas yang dipakai seseorang ... luas daripada

13

dan secara estetis. Menurut Ahmadi dalam Al-Ma‟ruf (2009: 15) gaya bahasa

berfungsi sebagai alat untuk meyakinkan atau mempengaruhi pembaca atau

pendengar. Gaya bahasa juga berkaitan dengan situasi dan suasana karangan. Artinya,

gaya bahasa menciptakan suasana hati tertentu, misalnya kesan baik atau buruk,

senang, tidak enak, yang diterima karena pelukisan tempat, peristiwa, dan keadaan

tertentu.

Menurut Ratna (2009: 22) gaya adalah ekspresi linguistis, baik di dalam puisi

maupun prosa (cerpen, novel, drama). Shipley dalam Ratna (2009: 23) membedakan

tujuh jenis gaya, sebagai berikut:

1. Gaya bahasa berdasarkan pengarang, seperti: gaya Shakespearean,

Dantean, Homeric, dan gaya Miltonic.

2. Gaya bahasa berdasarkan waktu, hari, dekade, abad, peristiwa sejarah atau

sastra, seperti: gaya pra-Shakespeare, gaya abad keemasan sastra Latin.

3. Gaya bahasa berdasarkan medium bahasa, seperti: gaya bahasa Jerman,

gaya bahasa Perancis.

4. Gaya bahasa berdasarkan subjek, seperti: gaya bahasa resmi, ilmu

pengetahuan, filsafat, komis, tragis, dan gaya didaktis.

5. Gaya bahasa berdasarkan lokasi atau geografi, seperti: gaya bahasa urban,

professional, gaya New England.

6. Gaya bahasa berdasarkan audiens, seperti: gaya bahasa umum, istana,

kekeluargaan, populer, dan gaya mahasiswa.

7. Gaya bahasa berdasarkan tujuan atau suasana hati, seperti: gaya bahasa

sentimental, sarkatis, diplomatis, dan gaya informasional.

Gaya bahasalah yang menjadi unsur pokok untuk mencapai berbagai bentuk

keindahan. Dominasi gaya bahasa terkandung dalam puisi dengan pertimbangan

keterbatasan medium penampilannya, sehingga unsur yang ditonjolkan adalah bahasa

itu sendiri. Bahasa dalam puisi sekaligus merupakan alat dan tujuan. Tujuan gaya

bahasa adalah menghadirkan aspek keindahan. Menurut Aminuddin (1997: 57) dalam

konteks komunikasi kebahasaan, gaya secara umum memang dapat diartikan sebagai

cara penggunaan bahasa untuk mengungkapkan gagasan.

Kajian Stilistika pada Buku..., Nindyantika Sintha Defi, FKIP UMP 2012

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistikarepository.ump.ac.id/5271/3/NINDIYANTIKA BAB II.pdf · Gaya adalah ciri-ciri, standar ... adalah cara khas yang dipakai seseorang ... luas daripada

14

Dengan gaya bahasa, seorang penyair dapat memperkaya makna sehingga ia

dapat menggapai pesan yang diinginkan secara lebih intensif hanya dengan sedikit

kata. Keraf (2009: 117) mengungkapkan pendapat bahwa berdasarkan pilihan kata,

gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-

posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari

lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini

mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi tertentu.

Menurut Pradopo (2005: 271) untuk dapat menangkap makna karya sastra

secara keseluruhan, lebih dahulu harap diterangkan gaya bahasa dalam wujud kalimat

atau sintaksisnya, kemudian diikuti analisis gaya kata, dan yang terakhir analisis gaya

bunyi. Dalam gaya kalimat, sajak memerlukan kepadatan dan ekspresivitas karena

sajak itu hanya mengemukakan inti masalah atau inti pengalaman. Gaya dalam wujud

kalimat tampak dalam baris-baris atau kalimat-kalimat yang terdapat dalam jenis gaya

bahasa berikut:

1. Metafora

Adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi

dalam bentuk yang singkat (Keraf, 2009: 139). Metafora sebagai perbandingan

langsung tidak mempergunakan kata seperti, bak, bagaikan, laksana, sehingga pokok

pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua. Pendapat yang sama juga

dinyatakan oleh Minderop (2005: 53) bahwa metafora merupakan gaya bahasa yang

membandingkan satu benda dengan benda lainnya secara langsung.

2. Personifikasi

Adalah gaya bahasa yang menggambarkan benda-benda mati atau barang tidak

bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan (Keraf dalam Siswantoro, 2010:

Kajian Stilistika pada Buku..., Nindyantika Sintha Defi, FKIP UMP 2012

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistikarepository.ump.ac.id/5271/3/NINDIYANTIKA BAB II.pdf · Gaya adalah ciri-ciri, standar ... adalah cara khas yang dipakai seseorang ... luas daripada

15

212). Menurut Minderop (2005: 53) personifikasi adalah suatu proses penggunaan

karakteristik manusia untuk benda-benda non-manusia, tremasuk abstraksi atau

gagasan.

3. Simile

Adalah perbandingan langsung antara benda-benda yang tidak selalu mirip

secara esensial (Minderop, 2005:52). Perbandingan yang menggunakan simile,

biasanya terdapat kata seperti, bak, bagaikan, atau laksana. Menurut Keraf (2009: 138)

simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan

perbandingan yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu

yang sama dengan hal yang lain.

4. Hiperbola

Adalah pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan, sehingga kenyataan

tersebut menjadi tidak masuk akal. Sedangkan tujuan dari majas hiperbola ini adalah

untuk mendapatkan perhatian lebih dari orang yang membaca kalimat tersebut.

5. Pleonasme

Adalah acuan yang mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang

diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan (Keraf, 2009:133). Bila kata

yang berlebihan itu dihilangkan, artinya atau maknanya tetap utuh.

Gaya dalam kata bertujuan untuk menghidupkan lukisan dan memberikan

gambaran yang jelas. Sedangkan gaya dalam bunyi berfungsi untuk mendukung atau

memperkeras arti kata ataupun kalimat. Gaya bunyi untuk memperdalam makna kata

dan kalimat (Pradopo, 2005: 273).

Ketepatan pilihan kata atau diksi mempersoalkan kesanggupan sebuah kata

untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau

Kajian Stilistika pada Buku..., Nindyantika Sintha Defi, FKIP UMP 2012

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistikarepository.ump.ac.id/5271/3/NINDIYANTIKA BAB II.pdf · Gaya adalah ciri-ciri, standar ... adalah cara khas yang dipakai seseorang ... luas daripada

16

pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara.

Sebab itu, persoalan ketepatan pilihan kata akan menyangkut pula masalah makna

kata dan kosa kata seseorang. Kosa kata yang kaya raya akan memungkinkan penulis

atau pembicara lebih bebas memilih-milih kata yang dianggapnya paling tepat

mewakili pikirannya (Keraf, 2009: 87).

Menurut Aminnudin (1997: 155) apabila diperhatikan, unsur bunyi dalam teks

sastra nilai keberadaanya tidak dapat dilepaskan dari ranah kebahasaan. Sebab itulah

bunyi sebagai gaya dapat menuansakan nilai rasa, suasana, dan pengertian tertentu.

Hal demikian sesuai dengan kenyataan bahwa aspek bunyi dalam suatu kata lazimnya

dapat dihubungkan dengan citra tertentu. Kata yang diakhiri bunyi nasal bersuara,

misalnya bunyi [n] lazimnya menuansakan gerak secara serempak yang memberikan

persepsi tertentu. Secara lebih terperinci, kajian menyangkut manipulasi bunyi dalam

teks sastra dapat dilakukan dengan bertumpu pada pilahan menyangkut fakta yang

disebut “bunyi kebahasan”.

Al-Ma‟ruf (2009: 15) mengemukakan fungsi gaya bahasa dalam karya sastra

adalah sebagai alat untuk:

1. Meninggikan selera, artinya, dapat meningkatkan minat pembaca atau

pendengar untuk mengikuti apa yang disampaikan pengarang atau

pembicara;

2. Mempengaruhi atau meyakinkan pembaca atau pendengar, artinya dapat

membuat pembaca semakin yakin dan mantap terhadap apa yang

disampaikan pengarang atau pembicara;

3. Menciptakan keadaan perasaan hati tertentu, artinya dapat membawa

pembaca hanyut dalam suasana hati tertentu, seperti kesan baik atau

buruk, perasaan senang atau tidak senang, benci, dan sebagainya setelah

menangkap apa yang dikemukakan pengarang;

4. Memperkuat efek terhadap gagasan, yakni dapat membuat pembaca

terkesan oleh gagasan yang disampaikan pengarang dalam karyanya.

Kajian Stilistika pada Buku..., Nindyantika Sintha Defi, FKIP UMP 2012

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistikarepository.ump.ac.id/5271/3/NINDIYANTIKA BAB II.pdf · Gaya adalah ciri-ciri, standar ... adalah cara khas yang dipakai seseorang ... luas daripada

17

Gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk

posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari

lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini

mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu

(Keraf, 2009: 117).

C. Puisi sebagai Genre Sastra

Kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan.Puisi

adalah ekspresi yang konkrit dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam

bahasa emosional dan berirama (Dunton dalam Tarigan, 1984: 7). Persamaan

pendapat juga diutarakan oleh Siswantoro (2010: 24) bahwa bahasa puisi tertata

secara artistik, sehingga komposisinya terasa lebih menawan. Ujud yang artistik

tersebut disebabkan oleh kenyataan bahwa puisi merupakan bentuk seni. Sedangkan

menurut Abercrombie (dalam Tarigan,1984: 7) puisi adalah ekspresi dari pengalaman

yang bersifat imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau

pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa, yang

memanfaatkan setiap rencana dengan matang dan tepat guna.

Secara konvensional, puisi biasa diartikan sebagai tuturan yang terikat (terikat

oleh baris, bait, rima, dan sebagainya). Beberapa ahli sastra berbeda pendapat

mengenai pengertian puisi, tetapi intinya hampir sama bahwa unsur-unsur yang

terdapat dalam puisi itu berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan

panca indera, susunan kata-kata kiasan, kepadatan, dan sebagainya (Noor, 2005: 25).

Menurut Ratna (2004: 86) di dalam puisi, energi organisatoris ini dipegang oleh ritme.

Semata-mata dalam struktur penceritaan inilah, sebagai kualitas yang dibangun,

Kajian Stilistika pada Buku..., Nindyantika Sintha Defi, FKIP UMP 2012

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistikarepository.ump.ac.id/5271/3/NINDIYANTIKA BAB II.pdf · Gaya adalah ciri-ciri, standar ... adalah cara khas yang dipakai seseorang ... luas daripada

18

sebagai struktur yang diciptakan, terkandung kualitas estetis sebuah karya sastra.

Konsep lain juga dikemukakan oleh Sklovsky, adalah otomatisasi dan defamiliarisasi.

Otomatisasi adalah pemakaian bahasa yang sudah biasa, otomatis. Defamiliarisasi

(pengasingan) membuat yang sudah biasa menjadi luar biasa, menjadi baru, menjadi

aneh, menyimpang.

Suyitno (2009: 78) berpendapat bahwa, sesungguhnya puisi merupakan

struktur norma-norma. Mengolah bahasa dalam berpuisi adalah semacam mengolah

bahasa sehingga bahasa itu bersih dari pengertian-pengertian yang terdapat dalam

fungsi linguistik sehari-hari. Menurut Ratna (2009: 85) puisi yang baik adalah mantra,

setiap kata, bahkan setiap bunyi harus diberikan makna dan dengan sendirinya

mengandung energi. Mungkin saja membaca puisi dilakukan dengan cara diam tetapi

dalam hati harus bersuara sebab puisi harus dibaca sekaligus didengar, bahkan juga

mungkin dilaksanakan sebagai akibat energi yang mendorong untuk bertindak.

Puisi yang baik akan menghasilkan aspek-aspek yang selalu baru dalam setiap

kali proses pembacaan. Kata-kata yang tertulis dalam setiap bait, sebagai naskah tetap

sama sepanjang masa, tetapi maknanya, sebagai teks, berubah sesuai dengan

tanggapan pembaca. Secara tradisional energi karya sastra dan dengan demikian gaya

terkandung dalam persamaan bunyi yang diperluas dengan majas. Puisi dengan

demikian adalah keindahan bunyi (Ratna, 2009: 86).

Puisi merupakan karya sastra yang imajinatif yang mempunyai unsur seni

(estetik) dominan. Segala yang tertuang dalam puisi juga merupakan bentuk

kesedihan, amarah, kebahagiaan, rasa iba, dan semua yang berhubungan dengan

perasaan. Yang kesemuanya itu dirangkai dengan penuh kehati-hatian oleh penulis.

Kajian Stilistika pada Buku..., Nindyantika Sintha Defi, FKIP UMP 2012

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistikarepository.ump.ac.id/5271/3/NINDIYANTIKA BAB II.pdf · Gaya adalah ciri-ciri, standar ... adalah cara khas yang dipakai seseorang ... luas daripada

19

Puisi mengandung keindahan fisik terkait dengan bahasa dan sekaligus keindahan

struktur batinnya. Kandungan makna di dalam puisi, misalnya, banyak memberi

manfaat bagi kehidupan, sebab makna itu terkait dengan nasihat, petuah, ajaran

tentang moral, budi pekerti mulia, nilai kebijakan, keutamaan, dan keluhuran yang

dapat menuntun ke arah jalan kebenaran.

Unsur utama puisi adalah kata, maka diksi berkaitan dengan bagaimana

memilih kata paling tepat dan paling sesuai, karena itu penguasaan kosa kata dan

maknanya sangat penting dalam menulis puisi, kekayaan akan perbendaharaan kata

dan pemahaman mendalam akan maknanya membantu kita dalam membuat diksi yang

unik dan khas. Untuk menciptakan keindahan dan kekuatan ekspresif, sebuah puisi

harus dapat membangkitkan suasana dan memperdalam makna. Kedalaman puisi

meliputi kedalaman emosi, pikiran, imaji, makna dan elemen-elemen puisi yang

lainnya, yang membuat penikmat puisi tidak bisa berhenti membaca, tidak bisa

berhenti merasakan, tidak bisa berhenti berpikir, walaupun puisi sudah berakhir.

Seakan maknanya terus menusuk ke dalam jantung pembacanya, hanyut ke dalam

alam bawah sadarnya. Oleh sebab itu, untuk mencapai kedalaman, puisi tidak bisa

ditulis sepintas lalu.

Karya atau puisi yang kualitas keindahannya tinggi adalah puisi yang latar

belakangnya jelas, artinya bahwa karya tidak dibuat secara asal-asalan, atau secara

sembarangan. Puisi, meskipun dilihat secara makna sering menimbulkan makna yang

kabur atau bias, tetapi dari segi proses kreatif dan proses imajinatif sebenarnya akan

terlihat kejelasan tujuan adanya sebuah karya. Untuk memahami puisi, perlu analisis

yang menyeluruh, perlu pembacaan keseluruhan karya, setiap baris puisi adalah

lukisan suasana tersendiri yang saling melengkapi bagian satu dengan bagian yang

Kajian Stilistika pada Buku..., Nindyantika Sintha Defi, FKIP UMP 2012

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistikarepository.ump.ac.id/5271/3/NINDIYANTIKA BAB II.pdf · Gaya adalah ciri-ciri, standar ... adalah cara khas yang dipakai seseorang ... luas daripada

20

lainnya, selain pemaknaan secara menyeluruh dari segi isi, memahami keindahan puisi

juga harus dilihat dari segi bentuk, misalnya saja rima.

Puisi dapat menjadi penjaga keindahan taman kehidupan ini. Oleh karena itu

wajar, puisi akan selalu ditulis oleh manusia yang merindukan dan mendambakan

taman-taman surgawi dalam seluruh kehdupannya. Menulis puisi dapat dikatakan

sebagai aktivitas kreatif yang khas. Aktivitas kreatif bukan semata-mata meyusun

kata-kata, akan tetapi harus dapat mewakili benang-benang penghayatan atas rasa dan

perasaannya, sehingga akhirnya dapat menjadi sebuah karya yang amat indah. Proses

ini sangat rumit, lembut, tetapi kadang-kadang mengguncang dan mendebarkan,

menggelisahkan atau mencemaskan, tetapi selalu berakhir dengan kenyamanan jiwa

yang tiada tara.

D. Estetika dalam Puisi

Kata estetika berasal dari bahasa Yunani aesthesis, yang berarti perasaan,

selera perasaan, atau taste. Estetika dalam konteks penciptaan menurut John Hosper,

merupakan bagian dari filsafat yang berkaitan dengan proses penciptaan karya yang

indah. Menurut Kant dalam Noor (2005: 109) estetika berasal dari Yunani aestanestai.

Estetika bertujuan membuat manusia lebih peka terhadap realitas seni. Estetika adalah

bagian dari filsafat seni, yakni bagian filsafat yang mengkaji nilai-nilai berkaitan

dengan keindahan. Estetika dalam arti seluas-luasnya menurut pandangan Bradley

dalam Noor (2005: 116) sebenarnya ditujukan kepada seni-seni yang lain, bukan pada

seni sajak saja.

Estetika adalah ilmu tentang keindahan. Estetika merupakan cabang filsafat

yang membahas keindahan yang melekat pada karya seni. Istilah estetis, biasanya

Kajian Stilistika pada Buku..., Nindyantika Sintha Defi, FKIP UMP 2012

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistikarepository.ump.ac.id/5271/3/NINDIYANTIKA BAB II.pdf · Gaya adalah ciri-ciri, standar ... adalah cara khas yang dipakai seseorang ... luas daripada

21

merujuk pada indah, tentang keindahan, atau memiliki nilai keindahan. NiIai estetis

sebuah karya seni, dalam hal ini puisi, mampu memberikan hiburan, kepuasan,

kenikmatan, dan kebahagiaan batin ketika puisi itu dibaca, didengarkan, atau diresapi.

Ada keindahan yang terkait dengan bahasa dan ada keindahan terkait dengan isi,

makna, atau amanat.

Dalam estetika, dengan “subjek dengan proses kreatif” dimaksudkan seniman

yang mengalami suatu pengalaman terjadinya restrukturasi dan biasosiasi.

Pengalaman kreatif itu berlangsung dalam dunia internal atau dunia batiniah sehingga

pengalaman kreatif merupakan suatu misteri. Untuk mencoba menyelami dan

menyingkapkan misteri dunia internal harus dapat memahami tentang diri manusia

melalui refleksi dan introspkesi (Noor, 2005: 110).

Kita perlu mengenal estetika, karena pengalaman estetika (pengalaman

mengenai karya seni) itu begitu berharga sehingga dibutuhkan penelitian terhadap

kualitas-kualitas karya seni. Estetika merupakan pengetahuan yang mempelajari dan

memahami melalui pengamatan keindahan, baik pada pencipta maupun pengamatan

melalui proses kreatif. Unsur estetika yang turut membangun keindahan sebuah puisi

adalah warna, penyair-penyair besar biasanya memiliki ciri khas atau warna tersendiri

dalam setiap karyanya, di mana ciri khas tersebut berbeda dengan gaya penyair

lainnya.

Gagasan-gagasan atau ide-ide yang cemerlang juga turut serta membentuk

estetikanya suatu karya, puisi-puisi yang banyak dikenal adalah puisi yang lahir dari

pemikiran yang cemerlang para pengarangnya. Bahasa di tangan penyair adalah

substansi (zat) yang akan dibentuk atau diciptakan. Bahasa puisi bersifat konotatif

Kajian Stilistika pada Buku..., Nindyantika Sintha Defi, FKIP UMP 2012

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistikarepository.ump.ac.id/5271/3/NINDIYANTIKA BAB II.pdf · Gaya adalah ciri-ciri, standar ... adalah cara khas yang dipakai seseorang ... luas daripada

22

karena banyak menggunakan makan kias dan makna lambang (majas). Dibandingkan

dengan bentuk karya sastra yang lain, puisi lebih bersifat konotatif. Dalam puisi,

bahasa bukan hanya merupakan sarana komunikasi belaka, tetapi lebih dari itu, bahasa

juga merupakan sarana untuk mencapai nilai estetis.

Dalam sebuah karya sastra, telah diketahui bahwa selain unsur imajinatif,

unsur keindahan memegang peranan penting bagi karya sastra. Sesungguhnya

keindahan karya sastra terletak pada cara pengarang melukiskan hal yang ingin

disampaikan dan tentu saja melalui perantara bahasa karena pada hakikatnya bahasa

adalah substansi karya sastra.

Stilistika dan estetika jelas merupakan aspek penting dalam karya sastra.

Stilistika berkaitan dengan medium utama, yaitu bahasa, keindahan berkaitan dengan

hasil akhir dari kemampuan medium itu sendiri dalam menampilkan kekhasannya.

Stilistika dan estetika dominan dalam karya seni. Perbedaannya, stilistika dalam karya

seni yang memanfaatkan bahasa, yaitu karya sastra, estetika dalam karya seni yang

lain (Ratna, 2009: 254).

Menurut Ratna (2009: 249), dalam khazanah sastra di Indonesia ada empat

jenis estetika, sebagai berikut.

1. Estetika sastra Sansekerta (estetika rasa).

2. Estetika sastra Jawa Kuno (estetika lango).

3. Estetika sastra melayu Kuno (estetika ekstatis).

4. Estetika sastra Indonesia Modern (estetika oposisi).

Estetika rasa berkaitan dengan kata rasa (bhava) itu sendiri yang dibedakan

menjadi tiga macam, yaitu: rasa sebagai selera, rasa sebagai kesenangan atau

kesukaan, dan rasa sebagaimana terkandung dalam karya sastra. Rasa dalam karya

sastra jelas berkaitan dengan emosi (pe-rasa-an). Estetika lango berkaitan dengan

Kajian Stilistika pada Buku..., Nindyantika Sintha Defi, FKIP UMP 2012

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Stilistikarepository.ump.ac.id/5271/3/NINDIYANTIKA BAB II.pdf · Gaya adalah ciri-ciri, standar ... adalah cara khas yang dipakai seseorang ... luas daripada

23

pengalaman estetis pengarang, hanyut dalam keindahan. Estetika ekstatis berkaitan

dengan kegembiraan, kegairahan, dan keheranan pengarang yang sedang mencipta.

Terakhir, estetika pertentangan berkaitan dengan hakikat karya seni itu sendiri. Karya

sastra yang baik adalah karya yang menampilkan kebaruan.

Keseluruhan aspek estetis, baik dalam karya seni maupun dalam kehidupan

praktis sehari-hari jelas dilakukan dengan menggunakan gaya tertentu. Gaya dan

keindahan adalah dua unsur yang saling meliputi dan saling melengkapi dalam rangka

menampilkan makna suatu aktivitas kultural (Ratna, 2009: 252).

Persamaan bunyi dalam puisi, kombinasi warna dalam lukisan, susunan nada

dalam lagu, kombinasi menu dalam makanan, disamping menampilkan gaya tertentu,

pada gilirannya juga akan memperlihatkan atau menonjolkan unsur-unsur keindahan

tertentu.

Kajian Stilistika pada Buku..., Nindyantika Sintha Defi, FKIP UMP 2012