BAB II LANDASAN TEORI -...

22
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Underachiever Setiap lembaga pendidikan memiliki karekteristik yang berbeda. Terdapat beberapa siswa yang memiliki kesulitan belajar, karena setiap siswa memiliki perbedaan gaya belajar dan tingkat pemahaman suatu materi ajar. Akibatnya, menjadi tidak mudah untuk menangani secara akurat masalah yang dialami. Namun demikian, masalah kesulitan belajar ini sangat memprihatinkan khususnya bagi mereka yang memiliki kesulitan belajar underachiever (Asrori, 2007:243). Demikian kenyataan yang sering dijumpai pada setiap siswa dalam kehidupan sehari-hari. Kesulitan belajar ini terdiri dari beberapa jenis, salah satunya adalah Gifted Childre (anak berbakat). Anak gifted pada mulanya sebagai anak yang memiliki skor IQ yang tinggi dan mempunyai prestasi sekolah baik. Namun belakangan permasalahan tersebut menjadi lebih kompleks dengan munculnya beberapa siswa yang memiliki IQ tinggi tapi, prestasinya rendah (Brody & Mills, 1997:243) Pengertian underachiever menurut Brody & Mills 1997 : 244). Anak-anak berbakat yang memiliki beberapa kesulitan belajar di sekolah dan sering dikatakan sebagai anak underachiever. Kelompok anak ini semacam ini mudah teridentifikasi sebagai anak gifted atau berbakat karena memiliki skor IQ yang tinggi, tetapi dalam perkembangannya terjadi kesenjangan yang besar antara kemampuan yang dimiliki dengan prstasi yang diperoleh. Kadangkala anak pada

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI -...

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Underachiever

Setiap lembaga pendidikan memiliki karekteristik yang berbeda. Terdapat

beberapa siswa yang memiliki kesulitan belajar, karena setiap siswa memiliki

perbedaan gaya belajar dan tingkat pemahaman suatu materi ajar. Akibatnya,

menjadi tidak mudah untuk menangani secara akurat masalah yang dialami.

Namun demikian, masalah kesulitan belajar ini sangat memprihatinkan khususnya

bagi mereka yang memiliki kesulitan belajar underachiever (Asrori, 2007:243).

Demikian kenyataan yang sering dijumpai pada setiap siswa dalam

kehidupan sehari-hari. Kesulitan belajar ini terdiri dari beberapa jenis, salah

satunya adalah Gifted Childre (anak berbakat). Anak gifted pada mulanya sebagai

anak yang memiliki skor IQ yang tinggi dan mempunyai prestasi sekolah baik.

Namun belakangan permasalahan tersebut menjadi lebih kompleks dengan

munculnya beberapa siswa yang memiliki IQ tinggi tapi, prestasinya rendah

(Brody & Mills, 1997:243)

Pengertian underachiever menurut Brody & Mills 1997 : 244). Anak-anak

berbakat yang memiliki beberapa kesulitan belajar di sekolah dan sering

dikatakan sebagai anak underachiever. Kelompok anak ini semacam ini mudah

teridentifikasi sebagai anak gifted atau berbakat karena memiliki skor IQ yang

tinggi, tetapi dalam perkembangannya terjadi kesenjangan yang besar antara

kemampuan yang dimiliki dengan prstasi yang diperoleh. Kadangkala anak pada

6

kelompok ini amat pelupa, ceroboh dan polah pikir serta tingkah lakunya tak

terorganisir dengan baik.

Anak-anak yang teridentifikasi dan diketahui berkesulitan belajar, tetapi tidak

pernah teridentifikasi sebagi anak gifted. Ketidak tepatan pengukuran atau

tertekanya skor IQ sering menyebabkan dugaan yang keliru terhadap kemampuan

intelektualnya. Jika bakat yang luar biasa tidak diketahui, maka kelebihan-

kelebihannya tidak pernah menjadi focus dalam pendidikannya sehingga tidak

pernah teraktualisasikan.

Anak yang tidak teridentifikasi sebagai anak berbakat maupun sebagai anak

berprestasi rata-rata. Pada anak kelompok ini, superioritas kemampuannya

menutupi kelemahannya. Sebaliknya, kelemahannya menutupi kelebihannya. Ini

mungkin kelompok terbesar. Mereka berprestasi pada level yang tidak

menguntungkan yakni jauh di bawah potensi atau keberbakatan yang dimilikinya.

( Broudy dan Mills,1997 : 244).

Menurut Davis & Rimm ( 2004 : 23 ) bahwa yang dimaksud underachiever

atau berprestasi di bawah kemampuan adalah jika ada ketidak sesuaian antara

prestasi sekolah dan kemampuanya sebagaimana nyata dari intelegensinya.

Menurut Makmun ( 2001 : 274) bahwa yang dimaksud underachiever adalah

mereka yang prestasinya ternyata lebih rendah dari apa yang diperkirakan

berdasarkan hasil tes kemampun belajarnya.

Menurut Prayitno dan Amit ( 1999 : 280 ) underachiever identik dengan

keterlambatan akademik yang berarti bahwa ‘’ keadaan siswa yang diperkirakan

7

memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya

secara optimal’’.

Menurut Peters & Van Boxtel (1999:235) underachiever dapat didefinisikan

sebagai kesenjangan antara skor tes intelegensi dan hasil yang diperoleh siswa di

sekolah yang diukur dengan tingkatan kelas dan hasil evaluasi dari guru.

Menurut Rimm ( Del Siegle & McCoah, 2008:123 ) bahwa ketika siswa tidak

menampilkan potensinya, maka ia termasuk underachiever. Reis dan

McMoach(2006:122) mendefenisikan underachiever sebagai kesenjangan akut

antara potensi prestasi dan prestasi yang diraih.

Merujuk dari beberapa pendapat para ahli mengenai underachiever, maka

dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud underachiever adalah siswa yang

memiliki intelegensi IQ tinggi , berprestasi dibawah kemampuannya atau terdapat

ketidaksesuaian antara prestasi yang diperoleh di sekolah dengan kemampun yang

dimiliki, karena siswa tidak menampilkan potensinya sehingga terjadi

kesenjangan antara skor tes intelegensi dan hasil yang diperoleh siswa di sekolah

yang diukur dengan tingkatan kelas dan hasil evaluasi dari guru.

Anak underachiever tergolong gifted yang berkesulitan belajar ini adalah

suatu tipikal siswa yang sering dikarakteristikkan sebagai anak yang cerdas, tapi

bermasalah di sekolah. Mereka sering mengalami perasaan frustasi, agresif,

bertindak ceroboh, dan sering tidak mampu menyelesaikan tugas. Mereka juga

sering membuat suasana kelas menjadi terganggu. Sementara di bidang lain,

mereka mampu menampilkan diri sebagai anak berkemampuan tinggi. Misalnya,

mereka sangat pandai dalam berpikir abstrak (baum,1984:245) dapat

8

mengkonseptualisasikan sesuatu dengan cepat, mampu melakukan generalisasi

dengan mudah, mampu membuat iferensi dengan tepat, dan menyukai tantangan

untuk memecahkan suatu problem (Barton dan Stanes,1989:245).

2.2 Aspek – aspek Siswa Mengalami Underachiever

Di bawah ini merupakan berbagai macam aspek underachiever menurut

para ahli yakni :

a. Aspek kognitif

Menurut Hermans (dalam psikologi pendidikan 2011:38-39) penyebaba

underachiever sebenarnya adalah ketakutan akan gagal. ini berhubungan dengan

situasi pengejaran, kehidupan secara keseluruhan, yaitu tuntutan yang berat dan

persaingan yang tajam. Ketakutan ini muncul disebabkan oleh keraguan total

yang menyebabkan kapasitas tidak sepenuhnya dapat bekerja.

Menurut observasi siswa underachiever di sebabkan oleh berbagai aspek

kognitif yang meliputi masalah yang cukup banyak, kurangnya faktor belajar,

stimulasi gerak dan stimulasi mental. kecukupan gizi, dan faktor perubahan

sistem belajar yang terlalu sering terjadi dalam dunia pendidikan.

b. Aspek humanistik

Menurut Danim (2011:23-29) penyebab underachiever berdasarkan aspek

Humanistik individu secara mental sehat, mengambil tanggung jawab pribadi atas

tindakanya, tidak peduli apakah tindakan tersebut positif atau negatif.

c. Aspek psikoanalisis

Menurut Sigmund Freud penyebab underachiever berdasarkan semua

prilaku manusia dimotivasi oleh keinginan untuk merasakan kenikmatan. Siswa

9

yang berhasil dalam bembelajaran akan menunjukan pola-pola lebih giat untuk

belajar, lebih menikmati pelajaran yang diberikan. Siswa dikatakan mengalami

underachiever apabila tidak memiliki motivasi atau keinginan untuk merasakan

kenikmatan belajar. Sehingga melalaikan belajar dan lebih menggangu proses

belajar dan pembelajaran di kelas.

4. Aspek Kepribadian

Menurut Purwanto (2011 : 140) hasil belajar yang dicapai oleh seseorang

akan tercerminkan dalam seluruh kepribadianya. Siswa yang berhasil dalam

belajar akan menunjukan pola-pola kepribadian tertentu. Siswa dikatakan

mengalami undrachiever apabila menunjukan sikap, tempramen, sifat, watak yang

tidak seimbang. Misalnya acuh tak acuh, melalaikan tugas, sering membolos,

menentang, motivasi lemah, emosi yang tidak seimbang.

5. Aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

Menurut Bloom, dkk ( dalam Dimyanti Mudjiono, 2006 : 26 – 30 )

a) Kognitif

Siswa yang dikatakan underachiever apabila pengetahuan, pemahaman, aplikasi,

analisis, evaluasi rendah.

b) Afektif

Siswa yang dikatakan underachiever apabila penerimaan, jawaban atau reaksi,

penilaian kurang.

10

c) Psikomotorik kemampuan atau keterampilan dalam bertindak

Siswa yang dikatakan underachiever apabila persepsi, kesiapan, gerakan

terbimbing, gerakan terbiasa, penyesuaian pola gerakan dan kreativitasnya lebih

rendah dari teman-temannya.

Merujuk dari beberapa pendapat para ahli mengenai aspek-aspek

underachiever, dapat menarik kesimpulan bahwa aspek underachiever adalah ‘’

Adanya ketakutan akan gagal sehingga melakukan tindakan-tindakan negatif,

yang dimotivasi oleh keinginan untuk merasakan kenikmatan, dengan

menunjukan pola-pola kepribadian tertentu, sehingga pemahaman terhadap ilmu

pengetahuan rendah’’.

2.3 Ciri ciri anak Underachiever

Karakteristik sekunder yaitu biasanya mereka memperlihatkan perilaku

menghindar. Mereka sering mengatakan bahwa pelajaran di sekolah tidak relevan

atau tidak penting karena itu mereka biasanya lebih tertarik kegiatan selain

kegiatan sekolah. Kaufman (dalam Trevallion, 2008:97) menyatakan bahwa

karakteristik ini tampil dalam dua arah yaitu agresif atau menghindar. Mereka

juga akan memperlihatkan ketergantungan seperti tergantung pada orang lain

untuk menyelesaikan tugasnya.

Karakteristik tersier siswa underachiever antara lain buruknya keahlian

dalam tugas-tuga sekolah, kebiasaan belajar yang buruk, memiliki masalah

penerimaan oleh teman sebaya, konsentrasi yang buruk dalam aktivitas sekolah,

tidak bisa mengatur diri baik di rumah maupun di sekolah, mudah

bosan,’’meninggalkan’’ kegiatan kelas, memiliki kemampuan berbahasa oral yang

11

baik, tapi buruk dalam menulis, mudah terdistraksi dan tidak sabaran, sibuk

dengan pikirannya sendiri, kurang jujur, sering mengkritik diri sendiri,

mempunyai hubungan pertemanan yang kurang baik, suka bercanda di

kelas(membuat keributan), ramah terhadap orang yang lebih tua, dan berprilaku

yang tidak biasa.

Ciri ciri anak underachiever adalah sebagi berikut:

1) Memiliki self esteem yang rendah, kurang merasa berharga untuk tampil

diantara teman-teman atau keluarga.

2) Memiliki konsep diri yang tidak realistis, kadang merasa sebagai anak yang

gagal atau tidak berguna.

3) Menghindari komunikasi, menghindari resiko, tidak berdaya

4) Pasif, taat hanya sekedar saja

5) Agresif, membrontak

6) Menolak perintah atau instruksi dari tokoh otoritas (orang tua, guru dan lain-

lain

7) Menyalahkan orang lain kalau ada masalah

8) Kurang kontruktif kelompok

9) Tidak punya tokoh identifikasih, tidak punya teman dekat

10) Kurang fleksibel, sering mentok kreativitas rendah

11) IQ lebih tinggi dari prestasinya kadang bagus, kadang tidak

12) Tidak menyelesaikan pekerjaan rumah

13) Takut gagal (atau sukses) dan bahkan depresi

14) Bersikap negative terhadap sekolah

12

15) Tidak pernah puas dengan hasil kerjanya

16) Berkata kalau ia bosan.

17) Mudah terganggu konsentrasi

18) Mempunyai maslah disiplin berkeliling kelas, terlambat, mengganggu

kelas

19) Menyalahkan guru atau teman jika ada masalah.

2.4 Faktor-Faktor Penyebab Anak Underavhiever

Faktor-faktor penyebab anak underachiever menurut Ahmad & Supriyono

( 2004 : 77 – 93 ) tergolong dalam dua golongan yakni sebagai berikut :

1) Factor intern (factor dari dalam diri manusia) yang meliputi:

a. Faktor fisiologis.

Faktor fisiologis berhubungan dengan sebab yang bersifat fisik yaitu :

1) Karena sakit

Seseorang yang akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris

dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima malalui indranya

tidak dapat diteruskan ke otak. Lebih-lebih sakitnya lama, sarafnya akan

bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari,

yang mengakibatkan ia tertinggal jauh dalam pelajaranya.

2) Karena kurang sehat

Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah

capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang kurang bersemangat,

pikiran terganggu. Karena hal-hal ini maka penerimaan dan respon pelajaran

13

berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja sacara optimal memproses, mengelola,

menginterprestasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui indranya.

3) Cacat tubuh

a) Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang

penglihatan, gangguan psikomotor.

b) Cacat tubuh yang tetap (serius), tuli, bisu, hilang kakinya dan

tanganya.

b. Faktor psikologis.

Faktor psikologi berhubungan dengan sebab yang bersifat rohani yaitu :

1) Minat

Salah satu penyebab anak underachiever adalah kurangnya minat siswa.

Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul

kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan

bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus

anak banyak menimbulkan problem pada dirinya. Karena pelajaran tersebut tidak

pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan.

2) Motivasi

Salah satu penyebab anak underachiever adalah kurangnya motifasi.

Motivasi berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan siswa untuk belajar.

Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai prestasi, anak yang

underachiever motivasinya rendah sehingga acuh tak acuh, mudah putu asa

perhatianya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering

meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan dalam belajar.

14

3) Kesehatan mental

Salah satu faktor anak underachiever yaitu kesehatan mentalnya, emosional

tidak baik. Hubungan antara kesehatan mental dengan anak underachiever saling

timbal balik, kerena kesehatan mental dan ketenangan berperan penting dalam

kehidupan individu di dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan kebutuhan

dan dorongan-dorongan, seperti memperoleh penghargaan, kepercayaan, rasa

aman. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan membawa masalah-

masalah emosional..

Rasa emosional mental yang kurang sehat dapat merugikan individu

khususnya dalam proses belajar dan pembelajaran. Misalnya, anak yang sedih

akan kacau pikiranya, kecewa akan sulit berkonsentrasi. Biasanya mereka

melakukan kompensasi dibidang lain mungkin melakukan perbuatan-perbuatan

agresif, seperti kenakalan, merusak alat-alat sekolah, dan sebagainya. (Ahmadi

Supriyono:78-92 ).

2.Factor eksternal

a. Faktor keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama.Tetapi

dapat juga sebagai factor penyebab anak mengalami underachiever, yang

termasuk factor ini antara lain adalah sebagai berikut:

1) Faktor dari cara orang tua dalam mendidik anak

15

Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya,

mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anaknya, akan

menjadi penyebab underachiever. Orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan

menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak khususnya penderita

underachiever. Hal ini akan berakibat anak tidak dapat tentram, tidak senang di

rumah, ia pergi mencari teman sebayanya, hinga lupa belajar. Sebenarnya orang

tua mengharapkan anaknya pandai, baik, cepat berhasil, tetapi malah menjadi

takut, sehingga rasa harga diri kurang. Orang tua yang lemah, memanjakan

anaknya, ia tidak rela anaknya bersusah paya belajar, menderita, berusaha keras,

akibatnya anak ini tidak memanfaatkan potensi yang dimiliki sehingga anak ini

malas berusaha, malas menyelesaikan tugas-tugas sekolah, sehingga prestasinya

menurun.

Sikap-sikap yang ditunjukan anak tersebut pada umumnya orang tua tidak

memberikan dorongan kepadanya, sehingga anak tersebut tidak menyukai belajar

bahkan benci belajar.

2) Hubungan orang tua dengan anak

Hubungan orang tua dan anak sangat berperan penting dalam dunia

pendidikan, namun penomena yang muncul pada saat ini banyak orang tua dan

anak-anaknya hubungannya kurang baik, karena disebabkan oleh sikap orang tua

yang lebih mengutamakan pekerjaannya dibandingkan dengan anaknya. misalnya

kurangnya kasih sayang yang diberikan sehinnga menimbulkan emosional.

Demikian juga sikap keras, kejam, acuh tak acuh akan menyebabakan anak

16

kurang berminat untuk belajar dan mengembangkan kemampuanya. Kasih sayang

yang kurang orang tua berikan kepada anaknya berupa:

(1). Kurangnya meluangkan waktu bergurau dengannya

(2) Kurangnya orang tua membicarakan kebutuhan keluarga dengan anak-

anaknya.

(3). Seorang anak mengalami underachiever apabila terjadi kesenjangan

hubungan antara orang tua.

3) Bimbingan dari orang tua

Orang tua merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya. Segala yang

diperbuat orang tua tanpa disadari akan ditiru oleh anak-anaknya. Karenanya

sikap orang tua yang bermalas-malasan tidak baik, hendaknya dibuang jauh-jauh.

Demikian juga belajar memerlukan binbingan dari orang tua agar sikap dewasa

dan tanggung jawab belajar, tumbuh pada diri anak. Orang tua yang sibuk bekerja,

terlalu banyak anak yang diawasi, sibuk organisasi, berarti anak tidak

mendapatkan pengawasan/bimbingan dari orang tua, sehingga kemungkinan akan

banyak mengalami kesulitan dalam belajar dan mengembangkan potensi yang

dimilikinya.

4) Suasana Rumah/Keluarga.

Suasana keluarga juga merupakan faktor utama penyebab anak

underachiever, sebab apabila dalam keluarga sangat ramai/gaduh, tidak mungkin

anak dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu dalam belajar,

17

konsentrasi kurang sehingga sukar untuk memahami suatu materi ajar yang

dipelajarinya.

Demikian juga suasana rumah yang selalu tegang, selalu banyak cekcok di

antara anggota keluarga selalu ditimpa kesedihan, antara ayah dan ibu, atau ayah

dan ibu membisu, hal ini akan berdampak negative terhadap anak tersebut

sehingga mentalnya tidak sehat akhirnya konsentrasi anak dalam suatu pelajaran

hilang. Anak akan tidak tahan di rumah, akhirnya keluyuran di luar menghabiskan

waktunya kesana ke mari, sehingga tidak mustahil kalau prestasi belajar menurun.

Untuk itu hendaknya suasana di rumah selalu dibuat menyenangkan

tentram, damai, harmonis, agar anak betah tinggal di rumah. Keadaan ini akan

menguntungkan bagi kemajuan belajar anak sehingga anak tidak mengalami

underachiever.

5) Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi merupakan factor penyebab anak mengalami

underachiever. Keadaan ekonomi digolongkan dalam:

(b) Ekonomi yang kurang/miskin

Anak yang ekonominya kurang akan berdampak pada kurang efektifnya

dalam proses belajar dan pembelajaran hal ini menimbulkan keadaan:

1. Kurangnya alat -alat belajar yang dibutuhkan atau yang memadai proses

belajar anak. kurangnya biaya yang disedikan oleh orang tua, sehingga anak tidak

18

dapat melunasi tugakan-tugakan spp, menyebabkan anak kurang berminat untuk

bela.

2. Tidak mempunyai tempat belajar yang baik.

3. Factor biaya merupakan faktor yang sangat penting karena belajar dan

kelangsungan sangat memerlukan biaya. Maka jika anak yang miskin akan merasa

berat untuk mengeluarkan biaya yang bermacam-macam. Sehingga menimbulkan

kesulitan belajar.

(c) Ekonomi yang berlebihan ( kaya )

Keadaan ini sebaliknya dari keadaan yang pertama, di mana ekonomi

keluarga berlimpah ruah. Mereka akan menjadi segan belajar karena ia terlalu

banyak bersenang-senang. mungkin juga ia dimanjakan oleh orang tuanya

sehingga tidak mengembangkan potensi yang dimilikinya kerena selalu

mengandalkan orang tuanya. Keadan ini seperti ini akan dapat menghambat

kemajuan belajar.

b. Faktor sekolah

Penyebab anak mengalami underachiever yaitu factor sekolah, dimana sekolah

merupakan tempat untuk menuntut ilmu yang didalamnya terdapat element-

element sekolah yang terdiri dari siswa, guru-guru dan kepala sekolah.

Faktor-faktor penyebab underachiever di sekolah yaitu:

19

1) Guru

Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa. tidak baik

dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang

dipegangnya kurang sesuai, hingga kurang menguasai, kurang persiapan sehingga

cara menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh murid-muridnya.

Hubungan guru dengan murid kurang baik. Hal ini bermula pada sifat dan sikap

guru yang tidak disenangi oleh murid-muridnya seperti:

a. Kasar, suka marah, suka mengejek, tak pernah senyum, tak suka membantu

anak, suka membentak dan lain-lain.

b. Tak pandai menerangkan, sinis, sombong

c. Menjengkelkan, tinggi hati, pelit dalam memberi nilai, tak adil, dan lain-lain.

Sikap-sikap guru seperti ini tidak disenangi murid, hingga menghambat

perkembangan potensi yang dimiliki anak. Guru-guru menuntut standar pelajaran

di atas kemampuan anak. Hal ini biasa terjadi pada guru yang masih muda yang

belum berpengalaman hingga belum dapat mengukur kemampuan murid-

muridnya, sehingga hanya sebagian kecil muridnya dapat berhasil dengan baik.

Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha mengdiagnostik kesulitan belajar

yang dialami muridnya. Misalnya dalam bakat, minat, sifat, kebutuhan anak-anak.

Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan masalah-masalah bagi siswa

antara lain:

20

a). Metode mengajar berdasarkan pada latihan mekanis tidak berdasarkan

pada pengertian.

b). Guru dalam mengajar tidak mengunakan alat peraga yang memungkinkan

semua alat indranya siswa berfungsi.

c). Metode mengajar yang menyebabkan murid pasif, sehingga anak tidak

aktif dalam proses belajar dan pembelajaran.

d). Metode belajar tidak menarik, kemungkinan materinya tinggi, atau tidak

menguasai bahan ajar.

e). Guru hanya menggunakan satu metode saja tidak bervariasi. Hal ini

menunjukan metode guru yang sempit, tidak mempunyai kecakapan

diskusi, Tanya jawab, eksperiment sehingga menimbulkan aktivitas murid

dan suasana menjadi hidup.

2) Factor alat

Alat pelajaran yang kurang memadai membuat penyajian suatu bahan

pelajaran tidak baik.Terutama pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya alat

laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar. Kemajuan

teknologi membawa perkembangan pada alat pelajaran/pendidikan semakin maju,

namun alat- alat tersebut guru gunakan cenderung menggunakan metode ceramah

sehingga tidak mustahil dapat menyebabkan permasalahan pada diri siswa, karena

tidak paham apa yang dijelaskan guru karena tidak merujuk pada contoh alat yang

sedang diperagakan oleh guru.

21

3) kurikulum

Kurikulum juga merupakan factor penyebab anak underachiever, karena

kadang kurikulum yang disajikan kurang baik untuk siswa misalnya:

a. Bahan-bahan terlalu tinggi

b. Pembagian bahan tidak seimbang ( kelas 1 banyak pelajaran dan kelas di

atasnya sedikit pelajarannya).

4) Waktu sekolah dan disiplin kurang

Apabila waktu sekolah sore, siang, malam, maka kondisi anak tidak lagi

dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran. Sebab energy sudah

berkurang sehingga minat anak untuk belajar hilang. Disamping itu pelaksanaan

disiplin yang kurang, misalnya murid-murid liar, sering terlambat, tidak

mengerjakan tugas, kewajibanya dilalaikan , sekolah berjalan tanpa kendali maka

berakibat fatal pada siswa khusnya anak underachiever prestasinya rendah

padahal potensi yang dimilikinya tinggi.

c. Factor Mass Media dan lingkungan Sosial

1) Factor Mass Media

Factor Mass Media meliputi: anak sering nonton bioskop , TV, surat kabar,

majalah, buku-buku komik yang menyebabkan anak tersebut lebih cenderung

mengikuti apa yang dilihatnya, dan dibacanya, sehingga prestasi belajarnya turun.

22

Hal-hal tersebut akan menghambat belajar apabila anak terlalu banyak

menghabiskan waktunya untuk itu, hingga lupa akan tugasnya belajar dan belajar.

2) Lingkungan social.

a. Teman bergaul.

Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa

anak. Apabila anak suka bergaul dengan mereka yang tidak sekolah, maka ia akan

malas belajar sebab, cara hidup anak yang bersekolah berlainan dengan anak yang

tidak bersekolah. kewajiban orang tua adalah mengawasi mereka serta

mencegahnya agar mengurangi pergaulan dengan mereka.

b. Lingkungan tetangga.

Corak kehidupan tetangga, misalnya suka main judi, minum -minuman keras,

tidak suk belajar maka mempengaruhi anak-anak yang bersekolah. Minimal tidak

ada motivasi bagi anak untuk belajar. Sebaliknya jika tetangga terdiri dari pelajar,

mahasiswa, dokter, insinyur, dosen, akan mendorong semangat belajar anak.

c. Aktivitas dalam masyrakat.

Terlalu banyak berorganisasi, kursus ini dan itu, akan menyebabkan belajar

anak menjadi terbengkalai.

23

Orang tua harus mengawasi anak-anaknya di rumah, agar kegiatan ekstra di

luar belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugasnya sebagi siswa. Dengan kata

lain anak yang underachiever dapat di tangani dengan baik apabila orang tua, guru

dan siswa itu sendiri saling terbuka satu sama lainya ( bekerjasama ) sehingga

dalam penanganan masalah ini dapat diselesaikan tanpa ada yang tersakiti, atau

terhina, sehingga anak underachiever dapat mengembangkan potensi yang

dimilikinya tanpa ada kesulitan yang dialaminya.

2.5 Peranan Bimbingan dan Konseling

Peranan bimbingan dan konseling dalam mengatasi masalah underachiever

adalah memberikan bantuan kepada siswa baik yang bermasalah dan tidak

bermasalah. Dalam hal ini bimbingan dan konseling akan memberikan bantuan

berupa pencegahan kepada siswa yang underachiever dengan memberikan

layanan bimbingan kelompok, konseling kelompok, konseling individual.

Layanan bimbingan dan konseling kelompok dimaksudkan untuk mencegah

berkembangnya masalah underachiever atau kesulitan belajar pada diri siswa. Isi

kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan

dengan masalah, pekerjaan, pribadi dan masalah sosial yang disajikan dalam

bentuk pelajaran dengan menggunakan berbagai macam tehnik-tehnik atau

latihan-latihan yang ada dalam bimbingan dan konseling yaitu:

1) Menulis (written)

Latihan menulis terdiri atas aktivitas tulis menulis dimana anggota

dapat menulis daftar pertanyaan, mengisi esai, menuliskan reaksi, atau

24

menandai dengan tanda hal-hal seputar isu atau topik yang dibahas

terkait underachiever. Macam-macam menulis yaitu: 1) melengkapi

kalimat, 2) mengisi daftar isian, 3) menulis respon, 4) buku harian, 5)

latihan melengkapi kalimat.

2) Gerak (movement)

Latihan gerak mensyaratkan peserta untuk melakukan suatu hal yang

bersifat fisikal, karenanya peserta harus bergerak. Latihan ini bisa saja

berupa hal kegiatan sederhana seperti berdiri dan menggerakkan

anggota tubuh untuk peregangan ataupun kegiatan yang kompleks.

Macam-macam latihan gerak adalah: 1) bertukar tempat duduk, 2)

berjalan memutar, 3) meneruskan nilai, 4) goals walk, 5) sajauh apa

kamu datang, 6) gambaran keluarga, 7) home spot, 8) jarak personal,

9) jadi patung, 10) opening up, 11) menggambar perasaan.

3) Lingkaran (rounds)

Latihan lingkaran mungkin merupakan latihan yang paling berguna

dimana konselor memiliki akses terhadap kelompok. Latihan ini dapat

dilakukan dengan cepat dan membantu dalam mengumpulkan

informasi yang berbeda terkait penyebab siswa mengalami

underachiver.

4) Dyad dan Triad

25

Dyad merupakan aktivitas dimana anggotanya dipasangkan dengan

satu sama lain untuk mendiskusikan persoalan-persoalan untuk

menyelesaikan suatu tugas. Begitu halnya dengan triad yakni aktivitas

dimana anggota kelompok dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri

atas tiga orang.

5) Creative Props

6) Arts and Crafts

7) Fantasi

8) Bacaan umum

9) Umpan balik

10) Kepercayaan (trust)

11) Experiental

12) Dilema moral

Layanan konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada siswa dalam

rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.

Nurihsan(2007:21-22) Konseling kelompok adalah suatu proses antarpribadi yang

dinamis yang terpusat pada pemikiran dan prilsku yang sadar dan melibatkan

fungsi-fungsi terapi seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan,saling

mempercayai, saling pengertian, saling menerima dan saling mendukung. Klien-

klien dalam konseling kelompok pada dasarnya adalah individu-individu normal

26

yang memiliki berbagai kepedulian dan persoalan yang tidak memerlukan

perubahan kepribadian dalam penangannya.

Nurihsan(2007:10) konseling individual adalah proses belajar melalui

hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antar seorang konselor dan

seorang konseli yang menghadapi masalah (underachiever) tidak dapat

menyelesaikan masalanya. Konseling bertujuan membantu siswa underachiever

untuk mengadakan interpretasi fakta-fakta, mendalami arti nilai hidup pribadi,

kini dan mendatang dalam mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap,

dan tingkah laku.