BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850...

61
4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur Beban-beban pada hakekatnya adalah seetiap faktor yang menimbulkan resultan dalam bentuk tegangan dan regangan di dalam struktur. Gaya beban dapat berupa aksi terpusat, merata, momen, terbagi merata, tidak merata, simetri, anti- simetri dan sebagainya. Sementara itu penggolongan beban yang didasarkan pada sifat-sifat alamiahnya dapat dirinci sebagai berikut: (1) beban mati; (2) beban hidup; (3) beban angin; (4) Beban Gempa 2.1.1 Beban Mati (D) Beban mati (Dead Load) adalah beban gravitasi yang berasal dari berat semua elemen struktur/bangunan yang bersifat permanen selama masa layan struktur tersebut. Untuk mendesain sebuah struktur harus memperkirakan berat atau beban mati dari berbagai elemen struktur yang akan digunakan dalam analisis. Unsur tambahan pada beban mati meliputi sistem perpipaan, jaringan listrik, penutup lantai, serta plafon..Perkiraan berat struktur harus relevan dan dapat diperoleh dari rumus dan tabel yang terdapat di dalam referensi buku dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Tabel 2.1 Berat Sendiri Bahan Bangunan dan Komponen Gedung Bahan Bangunan Berat Baja 7850 kg/m 3 Beton 2200 kg/m 3 Beton Bertulang 2400 kg/m 3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m 3 Pasir (kering udara) 1600 kg/m 3 Komponen Gedung Berat Spesi dari semen, per cm tebal 21 kg/m 2 Dinding bata merah 1/2 batu 250 kg/m 2 atap genting 50 kg/m 2 Penutup lantai ubin per tebal 24 kg/m 2

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pembebanan Struktur

Beban-beban pada hakekatnya adalah seetiap faktor yang menimbulkan

resultan dalam bentuk tegangan dan regangan di dalam struktur. Gaya beban dapat

berupa aksi terpusat, merata, momen, terbagi merata, tidak merata, simetri, anti-

simetri dan sebagainya. Sementara itu penggolongan beban yang didasarkan pada

sifat-sifat alamiahnya dapat dirinci sebagai berikut: (1) beban mati; (2) beban hidup;

(3) beban angin; (4) Beban Gempa

2.1.1 Beban Mati (D)

Beban mati (Dead Load) adalah beban gravitasi yang berasal dari berat semua

elemen struktur/bangunan yang bersifat permanen selama masa layan struktur

tersebut. Untuk mendesain sebuah struktur harus memperkirakan berat atau beban

mati dari berbagai elemen struktur yang akan digunakan dalam analisis. Unsur

tambahan pada beban mati meliputi sistem perpipaan, jaringan listrik, penutup

lantai, serta plafon..Perkiraan berat struktur harus relevan dan dapat diperoleh dari

rumus dan tabel yang terdapat di dalam referensi buku dan Standar Nasional

Indonesia (SNI).

Tabel 2.1 Berat Sendiri Bahan Bangunan dan Komponen Gedung

Bahan Bangunan Berat

Baja 7850 kg/m3

Beton 2200 kg/m3

Beton Bertulang 2400 kg/m3

Kayu (kelas I) 1000 kg/m3

Pasir (kering udara) 1600 kg/m3

Komponen Gedung Berat

Spesi dari semen, per cm tebal 21 kg/m2

Dinding bata merah 1/2 batu 250 kg/m2

atap genting 50 kg/m2

Penutup lantai ubin per tebal 24 kg/m2

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

5

2.1.2 Beban Hidup (L)

Beban Hidup (Live Load) adala beban gravitasi yang timbul akibat

penggunaan suatu gedung selama masa layan gedung tersebut. beban hidup yang

digunakan dalam perancangan bangunan gedung dan struktur lain harus beban

maksimum yang diharapkan terjadi akbiat penghunian dan penggunaan bangunan

gedung, akan tetapi tidak boleh kurang dari beban merata minimum yang di

tetapkan dalam SNI 1727:2013.

Tabel 2.2 Beban Hidup pada Lantai Gedung Sekolah

Hunian atau Penggunaan Merata

(kn/m2)

Terpusat

(kN)

Sekolah

Ruang kelas 1,92 4,5

Koridor di atas lantai pertama 3,83 4,5

Koridor lantai pertama 4,79 4,5

Bak-Bak/scuttles, rusuk untuk atap kaca dan langit-langit yang dapat diakses - 0,89

Pinggir jalan untuk pejalan kaki, jalan lintas kendaraan, dan lahan/jalan

untuk truk-truk 11,97 35,6

Tangga dan jalan keluar 4,79 -

Rumah tinggal untuk satu dan dua keluarga saja 1,92 -

Sumber : SNI 1727 2013

2.1.3 Beban Gempa (E)

Beban gempa adalah beban dalam arah horizontal yang bekerja pada suatu

struktur akibat dari pergerakan tanah yang disebabkan karena adanya gempa bumi

(gempa tektonik atau vulkanik) yang mempengaruhi struktur tersebut.

Peraturan perencanaan beban gempa pada gedung-gedung di indonesia yang

berlaku saat ini diatur dalam SNI 1726:2019. Pada peraturan ini dijelaskan tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan perhitungan untuk analisis beban gempa

sebagai berikut:

a) Geografis

Perencanaan beban gempa pada sebuah gedung tergantung dari lokasi gedung

tersebut dibangun. Hal ini disebabkan karena wilayah yang berbeda memilki

percepatan batuan dasar yang berbeda pula.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

6

b) Faktor Keutamaan Gempa

Faktor ini ditentukan berdasarkan jenis pemanfaatan gedung. Gedung dengan

kategori resiko I dan II memiliki faktor keutamaan gedung 1, untuk kategori

resiko III memiliki faktor 1,25, dan kategori resiko IV memilki faktor1.5

dapat dilihat pada tabel

c) Kategori Desain Seismik

Pembagian kategori desain seismik dari rendah ke tinggi yaitu A,B,C,D,E,F.

Penentuan kategori ini dapat dilihat pada tabel

d) Sistem Penahan gaya Seismik

Struktur dengan sistem penahangaya seismik memiliki faktor reduksi gempa

atau koefisien modifikasi respon (R), faktor kuat lebih sistem (), dan faktor

pembesaran defleki (Cd) yang berbeda-beda sesuai dengan tabel.

2.1.4 Beban Kombinasi

Struktur serta komponen elemen struktur harus dirancang sedemikian hingga

kuat rencananya sama atau melebihi pengaruh beban terfaktor dengan kombinasi

pembebanan sesuai SNI 1726:2019 sebagai berikut:

(a) 1,4D

(b) 1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau R)

(c) 1,2D + 1,6L (Lr atau R) + (L atau 0,5W)

(d) 1,2D +1,0W + L + 0,5(Lr atau R)

(e) 1,2D + 1,0E + L

(f) 0,9D + 1,0W

(g) 0,9D + 1,0E

Catatan tambahan untuk kombinasi beban:

Nilai faktor L pada (c), (d), (e) dapat direduksi menjadi 0,5L, jika nilai L tidak

lebih besar daripada 4,8 kN/m2, dengan pengecualian daerah garasi atau

luasan yang ditempati merupakan tempat pertemuan umum.

Untuk struktur yang memikul beban fluida, maka unsur beban fluida tersebut

dapat dimasukkan pada (a), (e), (g) dengan faktor beban yang sama dengan

faktor beban untuk beban mati.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

7

Jika ada pengaruh tekanan tanah lateral, H, maka ada tiga kemungkinan

berikut:

Apabila H bekerja sendiri, atau menambah efek dari beban-beban lainnya,

maka H harus dimasukkan dalam kombinasi pembebanan dengan faktor

beban sebesar 1,6.

Apabila H permanen dan bersifat melawan pengaruh dari beban-beban

lainnya. Maka H dapat dimasukkan dalam kombinasi pembebanan dengan

faktor beban sebesar 0,9

Jika H bersifat tidak permanen, namun pada saat H bekerja mempunyai

sifat melawan beban-beban lainnya. Maka beban H boleh tidak

dimasukkan ke dalam kombinasi pembebanan.

Apabila beban angin, W, belum direduksi oleh faktor arah, maka faktor beban

untuk beban angin ada (d) harus diganti menjadi 1,6 dan pada (c) diganti

menjadi 0,8.

2.1.5 Analisa Beban Gempa (Respon Spektrum)

Pada analisa beban gempa digunakan analisa statik ekivalen berdasarkan SNI

1726:2019. Dalam SNI 1726:2019 telah di jabarkan secara detail tahapan analisa

gempa untuk bangunan gedung. Tahapan ilmiah inilah yang akan menentukan aman

atau tidaknya struktur tersebut ketika menerima beban gempa ditinjau dari

simpangan horizontal yang dihasilkan, dibandingkan dengan simpangan horizontal

yang diijinkan. Analisa gempa pada bangunan gedung juga berfungsi untuk

mengetahui apakah sistem struktur yangdigunakan pada gedung tersebut mampu

menahan gaya lateral akibat gempa. Langkah-langkah analisa gaya gempa metode

statik ekivalen adalah sebagai berikut:

2.1.5.1 Kategori Resiko Gempa

Kategori resiko gempa dikelompokkan menjadi empat kategori yang ditinjau

dari jenis pemanfaatan gedung, yang ditabelkan sebgaia berikut:

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

8

Tabel 2.3 Kategori Resiko gempa

Jenis Pemanfaatan Kategori

Risiko

Gedung dan non gedung yang memiliki nsiko rendah terhadap jiwa manusia pada

saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain:

Fasilitas pertanian, perkebunan, pertemakan, dan perikanan

Fasilitas sernentara

Gudang penyimpanan

Rumah jaga dan struktur kecil lainnya

I

Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategon nsiko

I,II,III,dan IV termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:

Perumahan

Rumah toko dan rumah kantor

Pasar

Gedung perkantoran

Gedung apartemen/ rumah susun

Pusat perbelanjaan mall

Bangunan industn

Fasilitas manufaktur

Pabrik

II

Gedung dan non gedung yang memiliki nsiko tinggi terhadap jiwa manusia pada

saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:

Bioskop

Gedung pertemuan

Stadion

Fasiiitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat

Fasilitas penitipan anak

Penjara

Bangunan untuk orang jompo

Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori resiko IV, yang memiliki

potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal

terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi

tidak dibatasi untuk:

Pusat pembangkit listrik biasa

Fasiiitas penanganan air

Fasilitas penanganan Iimbah

Pusat telekomunikasi

Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV, (termasuk,

tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan,

penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia

berbahaya, Iimbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak) yang mengandung

bahan beracun atau peiedak di mana jumiah kandungan bahannya melebihi nilai

batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan

bahaya bagi masyarakatjika terjadi kebocoran

III

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

9

Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, termasuk,

tetapi tidak dibatasi untuk:

Bangunan-bangunan monumental

Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan

Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah

dan unit gawat darurat

Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi

kendaraan darurat

Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat

perlindungan darurat lainnya

Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya

untuk tanggap darurat

Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada

saat keadaan darurat

Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur

bangunan lain yang masuk ke dalam kategon risikoIV.

IV

Sumber : SNI 1726 2019

2.1.5.2 Faktor Keutamaan Gempa dan Kelas Situs

Setelah mengetahui kategori resiko gempa dilakukan penentuan faktor

keutamaan gempa yang ditabelkan sebagai berikut:

Tabel 2.4 Faktor Keutamaan Gempa

Katagori Risiko Faktor Keutamaan Gempa, Ie

I atau II 1,0

III 1,25

IV 1,50

Sumber : SNI 1726 2019

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

10

Tabel 2.5 Definisi Kelas Situs

Kelas Situs Vs (m/detik) N atau N ch uS (kPa)

SA (batuan keras) > 1500 N/A N/A

SB (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A

SC (tanah keras,sangat

padat dan batuan lunak) 350 sampai 750 >50 > 100

SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50

50 sampai 100

SE (tanah lunak)

< 175 <15 < 50

Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m tanah

dengan

karateristik sebagai berikut :

1. Indeks plastisitas, PI > 20,

2. Kadar air, w > 40 %, dan

3. Kuat geser niralir uS <25 kPa

SF (tanah khusus,yang

Membutuhkan investigasi

geoteknik spesifik dan

analisis respons

spesifiksitus

Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih

dari karakteristik berikut:

- Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa

seperti mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah

tersementasi lemah,

- Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan H > 3 m),

- Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H > 7,5 m

dengan

Indeks Plasitisitas, PI > 75),

- Lapisan lempung lunak/medium kaku dengan ketebalan H > 35

m

dengan uS < 50 kPa.

Sumber : SNI 1726 2019

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

11

2.1.5.3 Parameter Respon Spektral Desain

Setelah menentukan kelas situs dilakukan penentuan nilai parameter

percepatan spektral desain. S1 untuk parameter respons percepatan spektral dari peta

periode 1 detik dan Ss untuk parameter respons percepatan spectral dari peta periode

pendek 0,2 detik. Nilai S1 dan Ss dapat dicari menggunakan aplikasi yang

dikeluarkan oleh Pusat Litbang Perumahan dan Permukian (Puskim). Peta gempa

yang dipertimbangkan memiliki dua variable yaitu S1 dan S2 seperti dibawah ini:

Gambar 2.1 SS Gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko tertarget (MCER)

Sumber : SNI 1726 2019

Gambar 2.2 S1 Gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko tertarget (MCER)

Sumber : SNI 1726 2019

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

12

Setelah mendapatkan nilai dari S1 dan S2 maka tahap selanjutnya adalah

menentukan nilai dari koefisien situs berdasarkan tabel berikut:

Tabel 2.6 Koefisien Situs Fa

Kelas

Situs

Parameter respons spektral percepatan gempa MCER

Terpetakan pada perioda pendek, T=0,2 detik, Ss

Ss ≀ 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1,0 Ss β‰₯ 1,25

SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0

SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0

SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0

SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9

SF SSb

Sumber : SNI 1726 2019

Tabel 2.7 Koefisien Situs Fv

Kelas

Situs

Parameter respons spektral percepatan gempa MCER

terpetakan pada perioda 1 detik, Ss

S1≀ 0,1 S1=0,2 S1= 0,3 S1=0,4 S1≀ 0,5

SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0

SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3

SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5

SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4

SF SSb

Sumber : SNI 1726 2019

Sehingga dapat ditentukan nilai dari parameter respons percepatan spektral

MCE dengan rumus sebagai berikut:

S1 untuk parameter percepatanrespons spektral MCE pada periode tinggi 1

detik

𝑆𝑀1 = 𝑆1 Γ— 𝐹𝑉 ..................................................................................... (2-1)

SS untuk parameter percepatan respon spektral MCE pada periode pendek 0,2

detik

𝑆𝑀𝑆 = 𝑆𝑆 Γ— πΉπ‘Ž ..................................................................................... (2-2)

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

13

Nilai parameter percepatan respon spektral dicari untuk menentukan kategori

desain seismik bangunan dan didapatkan dari rumus:

S1 untuk parameter percepatanrespons spektral MCE pada periode tinggi 1

detik

𝑆𝐷1 =2

3𝑆𝑀1 ........................................................................................ (2-3)

SS untuk parameter percepatan respon spektral MCE pada periode pendek 0,2

detik

𝑆𝐷𝑆 =2

3𝑆𝑀𝑆 ........................................................................................ (2-4)

2.1.5.4 Kategori Desain Seismik

Berdasarkan pada SNI 1726 tahun 2012, untuk menentukan kategori desain

seismik ditentukan berdasarkan parameter respon spektral yang disajikan pada tabel

di bawah ini:

Tabel 2.8 Kategori Resiko SDS

Nilai SDS Kategori Risiko

I atau II atau III IV

SDS < 0,167 A A

0,167 ≀ SDS < 0,33 B C

0,33 ≀ SDS < 0,50 C D

0,50 ≀ SDS D D

Sumber : SNI 1726 2019

Tabel 2.9 Kategori Resiko SD1

Nilai SD1 Kategori Risiko

I atau II atau III IV

SD1 < 0,167 A A

0,167 ≀ SD1 < 0,133 B C

0,133 ≀ SD1 < 0,20 C D

0,20 ≀ SD1 D D

Sumber : SNI 1726 2019

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

14

2.1.5.5 Spektrum Respons Desain

Pada SNI 1726-2012, dalam menentukan kurva spektrum respons harus

mengikuti ketentuan sebagai berikut:

a) Untuk perioda yang lebih kecil dati T0, spektrum respon percepatan

desain, Sa, harus diambil dari persamaan;

π‘†π‘Ž = 𝑆𝐷𝑆 (0,4 + 0,6𝑇

𝑇0)

b) Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari

atau sama dengan Ts, spektrum respons percepatan desain, Sa, sama

dengan SDS

c) Untuk perioda lebih besar dari Ts, spektrum respons percepatan desain,

Sa, diambil berdasarkan pada persamaan;

π‘†π‘Ž =𝑆𝐷1

𝑇

Keterangan:

𝑆𝐷𝑆 = parameter respons spektral percepatan desain pada perioda pendek;

𝑆𝐷1 = parameter respons spektral percepatan desain pada perioda 1 detik;

𝑇 = periode getar fundamental struktur

𝑇0 = 0,2 ×𝑆𝐷1

𝑆𝐷𝑆

𝑇𝑠 = 𝑆𝐷1

𝑆𝐷𝑆

Gambar 2.3 Spektrum Respons Desain

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

15

2.1.5.6 Faktor Koefisien Modifikasi Respons, Kuat Lebih Sistem, Pembesaran

Defleksi

Nilai-nilai dari koefisien modifikasi respon (R), kuat lebih sistem (Ξ©0),

pembesaran defleksi (Cd) dan dapat ditentukan setelah mengetahui kategori desain

seismic. Karena ada perencanaan ulang ini menggunkan Sistem Rangka Pemikul

Momen Khusus (SRPMK), maka nilai-nilai koefisienya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.10 Faktor R, Ξ©0, Cd untuk Penahan Gempa

Sistem Penahan Gaya Seismik

Koefisien

Modifikasi

Respons,Ra

Faktor

Kuat

Lebih

Sistem,

Faktor

Pembesaran

Defleksi,

Cdb

Batasan Sistem Struktur

dan Batasan Tinggi

Struktur, hn (m)c

Kategori Desain Seismik

B C Dd Ed Dd

D. Sistem Ganda Dengan Rangka

Pemikul Momen Khusus yang

mampu menahan paling sedikit

25persen gaya gempa yang

ditetapkan

1 Rangka baja dengan bresing

eksentris 8 4 TB TB TB TB TB

2 rangka baja dengan bresing

konsentris khusus 7 TB TB TB TB TB

3 Dinding geser beton bertulang

khusus 7 TB TB TB TB TB

4 Dinding geser beton bertulang biasa 6 TB TB TI TI TI

5 rangka baja dan beton komposit

dengan bresing eksentris 8 TB TB TB TB TB

6 Rangka baja dan beton komposit

dengan bresing kosentris khusus 6 5 TB TB TB TB TB

7 Dinding geser pelat baja dan beton

komposit 6 TB TB TB TB TB

8 Dinding geser baja dan beton

komposit khusus 7 6 TB TB TB TB TB

9 Dinding geser baja dan beton

bertulang biasa 6 5 TB TB TI TI TI

10 Dinding geser batu bata bertulang

khusus 3 5 TB TB TB TB TB

11 Dindin geser batu bata bertulang

menengah 4 TB TB TI TI TI

12 Rangka baja dengan bresing

terkekang terhadap tekuk 8 5 TB TB TB TB TB

13 Dinding geser pelat baja khusus 8 TB TB TB TB TB

Sumber : SNI 1726 2019

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

16

Keterangan:

TB = Tidak Dibatasi

TI = Tidak Diijinkan

R = Faktor Modifikasi Respom

Cd = Faktor Pembesaran Defleksi

Ξ©0 = Faktor Kuat-lebih Sistem

Diijinkan untuk direduksi dengan mengurangi setengah untuk struktur

dengan diafragma fleksibel, tetapi tidak boleh diambil kurang dari 2,0 untuk segala

struktur, kecuali untuk sistem kolom kantilever.

Dari tabel ini diketahui bahwa sistem rangka pemikul momen khusus mampu

menahan gaya gempa paling sedikit 25 persen.

2.1.5.7 Periode Fundamental Pendekatan

Periode fundamenta pendekatan (Ta) menurut SNI 1726:2019 pasal 7.8.2.1

bahwa untuk struktur dinding geser batu bata atau beton diijinkan untuk ditentukan

dari persamaan berikut ini:

π‘‡π‘Ž = πΆπ‘‘β„Žπ‘›π‘₯ ............................................................................................... (2-5)

Dimana:

hn = Ketinggian struktur (m)

Ct dan x = dapat ditentukan dengan melihat tabel 15 pada SNI 1726:2019

Gambar 2.4 Tabel 15 SNI 1726:2019

(Sumber : SNI 1726 2019)

Agar suatu bangunan tidak terlalu fleksibel periode waktu getar dibatasi.

Berdasarkan SNI 1726:2019 pasal 7.8.2.1 batasan periode ditentukan dengan

persamaan berikut ini

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

17

π‘‡π‘Ž π‘šπ‘Žπ‘₯ = π‘‡π‘Ž π‘šπ‘–π‘›πΆπ‘’

Dimana Cu didapat dari tabel 14 pada SNI 1726:2019 seperti pada gambar

dibawah ini:

Gambar 2.5 tabel 14 pada SNI 1726:2019

(Sumber : SNI 1726 2019)

2.1.5.8 Koefisien Respons Seismik (Cs) dan Gaya Dasar Seismik (v)

Koefisien respons Seismik (Cs)

Untuk menentukan nilai Cs ditentukan dari rumus berikut:

𝐢𝑆 π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ π‘–π‘šπ‘’π‘š =𝑆𝐷1

𝑇(𝑅

𝐼𝑒)

β„Žπ‘› ................................................................... (2-6)

𝐢𝑆 π‘šπ‘–π‘›π‘–π‘šπ‘’π‘š = 0,044 Γ— 𝑆𝐷1 Γ— 𝐼𝑒 β‰₯ 0,01 .......................................... (2-7)

Nilai CS Hitung harus berada diantara CS minimum dan CS maksimum.

CS minimum < CS Hitung < CS maksimum

Keterangan:

SDS = Parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang periode 0,2

detik

SD1 = Parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang periode 1

detik

R = Faktor modifikasi repons

Ie = Faktor keutamaan gempa yang ditentukan

T = Periode fundamental pendekatan

Gaya Dasar Seismik (v)

Setelah mendapatkan nilai CS, gaya dasar seismik dapat dicari dengan

persamaan berikut:

𝑉 = 𝐢𝑆 Γ— 𝑀 ......................................................................................... (2-8)

Keterangan:

Ie = Koefisien respons seismik yang ditentukan

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

18

w = berat bobot bangunan (kN)

2.1.5.9 Distribusi Beban Gempa pada Struktur Bangunan

Gaya gempa lateral, Fx (kN) yang timbul disemua tingkat harus ditentukan

dari persamaan berikut:

𝐹𝑋 = 𝐢𝑉𝑋 Γ— 𝑉 ...................................................................................... (2-9)

Dimana:

𝐢𝑉𝑋 =π‘Šπ‘‹Γ—β„Žπ‘₯

π‘˜

βˆ‘ π‘Šπ‘–Γ—β„Žπ‘–π‘˜π‘›

𝑖=1

................................................................................. (2-10)

Keterangan:

CVX = Faktor distribusi vertikal

V = Gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur (kN)

wi dan wx = bagian dari berat seismik efektif total struktur (W)

yang di tempatkan atau dikenakan pada tingkat i atau x

k = Eksponen yang terkait dengan perioda struktur sebagai berikut:

k = 1, untuk struktur yang mempunyai periode 0,5 detik atau

kurang

k = 2, untuk struktur yang mempunyai periode 2,5 detik atau

lebih

k harus diinterpolasi linear apabila mempunyai periode diantar

0,5 dan 2,5 detik.

2.1.5.10 Metode Respon Spektrum

Dalam analisa perhitungan struktur digunakan metode respon spektrum

menggunakan SNI 1726 tahun 2012 Pasal 7.9 dimana dijelaskan seperti berikut ini:

a) Jumlah Ragam

Analisa harus dilakukan untuk menentuan ragam getar alami untuk struktur.

Analisis harus mendapatkan partisipasi massa ragam terkombinasi sebisar

paling sedikit 90% dari massa aktual dalam masing-masing arah.

b) Parameter Respons Ragam

Nilai untuk setiap parameter desain yang berkaitan dengan gaya yang di

tinjau, termasuk simpangan antar laintai tingkat, gaya dukung, dan gaya

elemen struktur individu untuk setiap ragam respons harus dihitung

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

19

menggunakan properti masing-masing ragam dan spektrum respons dibagi

dengan kuantitas (R/Ie). Nilai untuk perpindahan dan kuantitas simpangan

antar lantai harus dikalikan dengan kuantitas (Cd/Ie).

c) Parameter Respons Terkombinasi

Nilai untuk masing-asing parameter yang ditinjau, yang dihitung untuk

berbagai ragam, harus dikombinasikan menggunakan metode akar kuadrat

jumlah kuadrat (SRSS) atau metode kombinasi kudrat lengkap (CQC), sesuai

dengan SNI 1726. Metode CQC harus digunakan untuk setiap nilai ragam

dimana ragam berjarak dekat mempunyai korelasi silang yang signifikan di

antara respons translasi dan torsi.

d) Skala Nilai Desain Untuk Respons Terkombinasi

Geser dasar (V) harus dihitung dalam masing-masing dua arah horisontal

menggunakan periode fundamental struktur yang dihitung T dalam masing-

masing arah dan prosedur gaya lateral ekivalen.

Jika periode fundamentral yang dihitung melebihi CuTa, maka CuTa harus

digunakan sebagai pengganti dari T dalam arah itu, kombinasi respons untuk

geser dasar ragam (Vt) < 85 persen dari gaya geser dasar yang dihitung (V),

maka gaya harus dikalikan dengan 0,85.(V/ Vt).

2.2 Konstruksi Beton Bertulang

2.2.1 Beton

Beton adalah campuran semen antara semen portland atau semen hidrolis

lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan

(admixture). (SNI-03-2847-2013)

Proses awal terjadinya beton adalah pasta semen yaitu proses hidrasi antara

air dan semen, selanjutnya jika ditambahkan dengan agregat halus dan agregat kasar

maka akan menjadi beton. Penambahan material lain akan membedakan jenis

beton, misalnya yang ditambahkan adalah tulangan baja akan terbentuk beton

bertulan. (Mulyono, 2004)

Nilai Kuat tekan beton dengan kuat tariknya tidak berbanding lurus, setiap

usaha perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai oleh peningkatan yang kecil

dari kuat tariknya. Menurut perkiraan kasar nilai kuat tarik beton berkisar antara

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

20

9% - 15% kuat tekannya. Kecilnya kuat tarik ini merupakan salah satu kelemahan

daro beton biasa. Untuk mengatasinya, beton dikombinasikan dengan tulangan

dimana baha biasa digunakan sebagai tulangannya. (Mulyono, 2004)

2.2.2 Beton Bertulang

Beton Bertulang adalah suatu kombinasi antara beton dan tulangan baja,

dimana tulangan baja berfungsi sebagai penambah kuat tarik yang dimiliki beton.

Tulangan baja juga dapat menahan gaya tekan sehingga digunakan pada kolom dan

pada berbagai kondisi lain.

2.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Beton Bertulang

Beton bertulang sebagai bahan konstruksi yang universal memilik kelebihan

antara lain:

a) Beton memiliki kuat tekan yang tinggi dibandingkan dengan kebanyakan

bahan lain.

b) Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air,

bahkan merupakan bahan struktur terbaik untuk bangunan yang banyak

tersentuh air.

c) Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.

d) Beton dapat dicetak menjadi bentuk yang sangat beragam seperti plat,

balok, kolom dan kubah maupun cangkang besar.

e) Struktur beton bertulang sangat kokoh.

Adapun kelemahan dari beton bertulang sebagai bahan konstruksi yang

universal antara lain:

a) Beton memiliki kuat tarik yang sangat rendah, sehingga memerlukan

penggunaan tulangan tarik.

b) Beton bertulang sangatlah berat, sehingga sangat berpengaruh pada

struktur bentang panjang dimana berat sendiri beton bertulang yang besar

akan sangat mempengaruhi momen lentur.

c) Dapat terjadinya susut (Shrinkage) dan rangkak (Creep).

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

21

2.3 Elemen Stuktur

Struktur adalah sarana untuk menyalurkan beban yang diakibatkan

penggunaan dan atau kehadiran bangunan di atas tanah, struktur sendiri hanya

merupakan hasil dari penambahan elemen-elemen yang lebih sederhana.

2.3.1 Pelat Beton Bertulang

Pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang

dengan bidang yang arahnya horizontal dan beban yang bekerja tegak lurus pada

suatu struktur. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan

dengan bentang panjang atau lebar bidangnya. Pelat ini sangat kaku dan arahnya

horizontal, sehingga pada bangunan gedung pelat ini berfungsi sebagai diafragma

atau unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran

balok portal.

Jenis-Jenis Pelat

Berdasarkan pada sistem penulangannya jenis-jenis plat dibagi menjadi 2

kelompok:

a) Sistem Pelat Satu Arah

Gambar 2.6 Pelat Satu Arah

Sistem pelat yang hanya ditumpu di kedua sisinya, maka pelat tersebut

akan melentur mengalami lendutan dalam arah tegak lurus dari sisi tumpuan.

Beban akan didistribusikan oleh pelat dalam satu arah saya yaitu kearah

tumpuan. Apabila rasio bentang panjang terhadap bentang pendek lebih besar

atua sama dengan 2, maka hampir 95% beban akan dilimpahkan dalam arah

bentang pendek, Pelat akan menjadi pelat satu arah.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

22

Gambar 2.7 Koefisien Momen Pelat Satu Arah

Tabel 2.11 Momen Pelat Satu arah

Koefisien Momen Panel Luar Koefisien Momen Panel Dalam

Mu = π‘žπ‘’πΏ2

24 (Tumpuan)

Mu = π‘žπ‘’πΏ2

14 (Lapangan)

Mu = π‘žπ‘’πΏ2

10 (Tumpuan)

Mu = π‘žπ‘’πΏ2

11 (Tumpuan)

Mu = π‘žπ‘’πΏ2

16 (Lapangan)

Mu = π‘žπ‘’πΏ2

11 (Tumpuan)

b) Sistem Pelat Dua Arah

Gambar 2.8 Pelat Dua Arah

Struktur Pelat beton yang ditopang di keempat sisinya. Rasio antara

bentang panjang terhadap bentang pendeknya kurang dari 2, maka pelat

tersebut adalah sistem pelat dua arah. Dalam hal ini analisis boleh

diasumsikan bahwa pelat merupakan balok lebar atau pendek, yang bersama-

sama dengan kolom di atas dan bawahnya membentuk portal kaku.

Peraturan SNI memberikan beberapa metode pendekatan dalam

melakukan analisis dan desain suatu sistem struktur pelat dua arah salah

satunya yaitu:

Metode Perencanaan Langsung (Direct Design Method, DDM)

Metode ini merupakan rangkuman dari pendekatan ACI untuk

mengevaluasi dan mendistribusikan momen total pada panel slab dua arah.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

23

Berikut ini adalah batasan penggunaan metode desain langsung:

1. Pada masing-masing arah minimum ada tiga bentang menerus.

2. Perbandingan antara bentang yang panjang dengan bentang yang pendek

pada satu panel tidak boleh melebihi 2,0.

3. Panjang bentang yang bersebelahan dalam masing-masing arah tidak

boleh berbeda dari sepertiga bentang yang panjang.

4. Kolom dapat mempunyai offset maksimum 10% dari bentang dalam arah

offset dari kedua sumbu antar garis pusat kolom yang bersebelahan.

5. Semua beban yang hanya akibat beban gravitasi dan terbagi merata

seluruh panel. Beban hidup tidak boleh melebihi tiga kali beban mati.

6. Apabila panel tersebut ditumpu oleh balok pada semua sisinya, maka

kekakuan balok dalam dua arah yang saling tegak lurus tidak boleh

kurang dari 0,2 dan tidak boleh lebih besar dari 5,0.

Momen statis terfaktor total (Mo) untuk suatu bentang harus ditentukan

pada suatu lajur yang dibatasi secara lateral oleh garis pusat panel pada setiap

sisi garis pusat tumpuan. Jumlah mutlak momen positif dan negatif rata-rata

dalam setiap arah tidak boleh kurang dari:

Mo = π‘žπ‘’πΏ2𝐿𝑛

2

8 .................................................................................. (2-1)

Keterangan:

Mo = Momen total statik (Nm)

L2 = Rencana lebar pelat per meter (m)

Ln = Jarak bentang bersih pelat (m)

Tabel 2.12 Distribus Momen Total Terfaktor pada Pelat Dua Arah

Tepi

Eksterior

tak-

terkekang

Slab

dengan

balok di

antara

semua

tempuan

Slab tana balok di antara tumpuan

interior Tepi

eksterior

terkekang

penuh Tanpa Balok Tepi Dengan Balok Tepi

Momen terfaktor

negatif interior 0,75 0,70 0,70 0,70 0,65

Momen terfaktor

positif 0,63 0,57 0,52 0,50 0,35

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

24

Momen terfaktor

negatif eksterior 0 0,16 0,26 0,30 0,65

Sumber : SNI 1726 2019

Gambar 2.9 Disribusi Momen Total Terfaktor pada Pelat Dua Arah Dengan Balok Di

Antara Semua Tumpuan

Tabel 2.13 Momen pada Pelat Dua Arah

Koefisien Momen Panel Luar Koefisien Momen Panel Dalam

Mu = 0,16π‘€π‘œ (Tumpuan)

Mu = 0,57π‘€π‘œ (Lapangan)

Mu = 0,70π‘€π‘œ (Tumpuan)

Mu = 0,65π‘€π‘œ (Tumpuan)

Mu = 0,35π‘€π‘œ (Lapangan)

Mu = 0,65π‘€π‘œ (Tumpuan)

(a)

(b)

Gambar 2.10 (a) pelat dan tumpuan (b) diagram tegangan yang terjadi di serat pelat

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

25

Dari diagram regangan pada gambar, maka dengan menggunakan

perbandingan segitiga akan diperoleh hubungan berikut:

𝑐

𝑑 =

0,003

0,003+𝑓𝑦 𝐸𝑠⁄ .................................................................................... (2-2)

Atau jika nilai E, diambil sebesar 200000 Mpa, maka

𝑐 = (600

600+𝑓𝑦) 𝑑 ..................................................................................... (2-3)

Dari gambar 2.7 (b) diatas dengan menggunakan persamaan

kesetimbangan gaya, maka dapat dituliskan:

C = T

0,85.𝑓′𝑐. π‘Ž.b = 𝐴𝑠. 𝑓𝑦 ........................................................................ (2-4)

π‘Ž = 𝐴𝑠×𝑓𝑦

0,85.𝑓′𝑐.b ........................................................................................ (2-5)

Rasio penulangan atau rasio baja, adalah perbandingan antara jumlah

luas tulangan baja tarik (𝐴𝑠) terhadap luas efektif penampang (lebar b x tinggi

efektif d)

𝜌 = 𝐴𝑠

bΓ—d ............................................................................................... (2-6)

Persamaa diatas disubstitusikan pada persamaan (2-4):

0,85.𝑓′𝑐. π‘Ž.b =𝜌. 𝑏. 𝑑 . 𝑓𝑦

Atau

πœŒπ‘ = 0,85.𝑓′𝑐

dΓ—fyπ‘Ž =

0,85.𝑓′𝑐.b

dΓ—fy𝛽1𝑐 .............................................................. (2-7)

Selanjutnya substitusikan nilai 𝑐 dari persamaan (2-3), untuk

mendapatkan persamaan umum rasio tulangan seimbang, πœŒπ‘:

πœŒπ‘ =0,85.𝑓′𝑐.

fy𝛽1 (

600

600+𝑓𝑦) ..................................................................... (2-8)

Momen nominal untuk tulangan baja

𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 𝑓𝑦 (𝑑 βˆ’π‘Ž

2) ............................................................................ (2-9)

Langkah-Langkah Perencanaan Penulangan Pelat:

Catatan: untuk penulangan pelat direncanakan tiap 1m lebar pelat

π‘˜= 𝑀𝑒

βˆ….𝑏.𝑑2

dimana k adalah faktor tahanan

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

26

Ο‰ = 0,85 βˆ’ √0,72 βˆ’ 1,7π‘˜

𝑓𝑐′

Pemeriksaan Rasio Tulangan Tarik

ρ = Ο‰.𝑓𝑐 β€²

𝑓𝑦

ρb = 0,85.𝑓𝑐 β€².𝛽1

𝑓𝑦.

600

(600+𝑓𝑦)

πœŒπ‘€π‘Žπ‘₯ = 0,75 ρb

πœŒπ‘€π‘–π‘› = 1,4

𝑓𝑦

Luas Tulangan Pokok

𝐴𝑠 = ρ. b. d

Luas Tulangan Susut

𝐴𝑠 = 0,002 Γ— b Γ— h

Pemeriksaan d pakai

π‘‘π‘π‘Žπ‘˜π‘Žπ‘– = h βˆ’ π‘ π‘’π‘™π‘–π‘šπ‘’π‘‘ π‘π‘’π‘‘π‘œπ‘› βˆ’1

2βˆ… tulangan pokok

Kontrol

π‘Ž = 𝐴𝑠×𝑓𝑦

0,85×𝑓𝑐′×𝑏

𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 𝑓𝑦 (𝑑 βˆ’π‘Ž

2)

𝑀𝑅 > πœƒπ‘€π‘›

2.3.2 Balok Beton Bertulang

Balok adalah elemen struktur yang dominan memikul gaya dalam berupa

momen lentur dan juga geser. Ketika momen lentur cukup besar untuk

menyebabkan tegangan tarik pada serat beton terluar lebih besar daripada modulus

keruntuhan, seluruh beton pada sisi tarik balok diasumsikan mengalami retak

sehingga harus diabaikan dalam perhitungan lentur.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

27

2.3.2.1 Keruntuhan Pada Balok

A. Keruntuhan Seimbang

Pada kondisi ini beton akan hancur dan besi tulangan leleh terjadi secara

bersamaan.

Gambar 2.11 Penampang persegi pada keruntuhan seimbang

Dari diagram regangan pada gambar, maka dengan menggunakan

perbandingan segitiga akan diperoleh hubungan berikut:

𝑐𝑏

𝑑 =

0,003

0,003+𝑓𝑦 𝐸𝑠⁄ ............................................................................................. (2-10)

Atau jika nilai E, diambil sebesar 200000 Mpa, maka

𝑐𝑏 = (600

600+𝑓𝑦) 𝑑 ............................................................................................. (2-11)

Selanjutnya dengan menggunakan persamaan kesetimbangan gaya, maka dapat

dituliskan:

C = T

0,85.𝑓′𝑐. π‘Žπ‘ .b = 𝐴𝑠𝑏 . 𝑓𝑦 ............................................................................. (2-12)

π‘Žb = 𝐴𝑠×𝑓𝑦

0,85.𝑓′𝑐.b ............................................................................................ (2-13)

Presentasi tulangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan kondisi seimbang

disebut sebagai rasio tulangan seimbang,

πœŒπ‘ = 𝐴𝑠𝑏

bΓ—d .................................................................................................... (2-14)

Dengan:

b = Lebar penampang yang tertekan

d = Jarak dari serat tekan terluar ke titik berat tulangan baja tari

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

28

Persamaa diatas disubstitusikan pada persamaan (2-12):

0,85.𝑓′𝑐. a𝑏 .b = πœŒπ‘ . 𝑏. 𝑑 . 𝑓𝑦

Atau

πœŒπ‘ = 0,85.𝑓′𝑐

dΓ—fya𝑏 =

0,85.𝑓′𝑐.b

dΓ—fy𝛽1𝑐𝑏 .................................................................. (2-15)

Selanjutnya substitusikan nilai 𝑐𝑏 dari persamaan (2-11), untuk mendapatkan

persamaan umum rasio tulangan seimbang, πœŒπ‘:

πœŒπ‘ =0,85.𝑓′𝑐.

fy𝛽1 (

600

600+𝑓𝑦) ............................................................................. (2-16)

Secara umum, momen nominal dari suatu balok persegi bertulang tunggal

dihitung dengan mengalikan nilai C atau T.

Mn = 0,85.𝑓′𝑐. π‘Ž.b. (𝑑 βˆ’a

2) = 𝐴𝑠. 𝑓𝑦. (𝑑 βˆ’

a

2) ......................................... (2-17)

Untuk mendapatkan besarnya kuat rencana, βˆ…Mn, maka kuat momen

nominal, Mn, harus direduksi dengan cara dikalikan dengan faktor reduksi βˆ… :

βˆ…Mn = βˆ…. 𝐴𝑠. 𝑓𝑦. (𝑑 βˆ’a

2) = βˆ….𝐴𝑠. 𝑓𝑦. (𝑑 βˆ’

𝐴𝑠×𝑓𝑦

1,7f'cΓ—b) .................................. (2-18)

Syarat ini berlaku untuk balok beton non-prategang serta komponen struktur

yang memikul beban aksial kurang dari 0,1f'c𝐴𝑔.

Regangan penampang pada kondisi seimbang diperoleh:

𝑐𝑏 =ab

𝛽1=

𝐴𝑠𝑏×𝑓𝑦

0,85×𝑓′𝑐×𝛽1×𝑏=

πœŒπ‘Γ—π‘“π‘¦Γ—π‘‘

0,85×𝑓′𝑐×𝛽1 .......................................................... (2-19)

Maka diperoleh pula:

𝑐 =πœŒΓ—π‘“π‘¦Γ—π‘‘

0,85×𝑓′𝑐×𝛽1 .............................................................................................. (2-20)

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

29

B. Keruntuhan Tarik

Keruntuhan tarik adalah keruntuhan dimana tulangan baja mengalami leleh

sebelum beton hancur atau mencapai regangan batas tekannya. Keruntuhan ini

terjadi pada penampang dengan rasio tulangan yang kecil.

Gambar 2.12 Penampang Keruntuhan Seimbang dan Penampang Keruntuhan Tarik

Dari kedua persamaan tersebut dapat dinyatakan perbandingan c dan 𝑐𝑏:

𝑐

𝑐𝑏=

𝜌

πœŒπ‘ ........................................................................................................... (2-21)

Apabila kedua ruas dibagi dengan d, maka diperoleh:

𝑐

𝑑=

𝜌.𝑐𝑏

πœŒπ‘.𝑑 .......................................................................................................... (2-22)

Dari perbandingan segitiga, didapatkan persamaan:

𝑐

𝑑=

0,003

0,003+ 𝑑 .................................................................................................... (2-23)

𝑐𝑏

𝑑=

0,003

0,003+𝑓𝑦 𝑠⁄ .............................................................................................. (2-24)

Selanjutnya dari persamaan (2-22) dan (2-24):

𝑐

𝑑=

𝜌.𝑐𝑏

πœŒπ‘.𝑑=

𝜌

πœŒπ‘(

0,003

0,003+𝑓𝑦 𝑠⁄) ............................................................................ (2-25)

Substitusikan persamaan (2-25) ke dalam persamaan (2-23)

𝜌

πœŒπ‘=

0,003+𝑓𝑦 𝑠⁄

0,003+ 𝑑 .............................................................................................. (2-26)

Dalam hal desain balok atau komponen struktur lentur lainnya, batas

maksimum rasio tulangan dapat diambil dengan menggunakan nilai νœ€π‘‘ = 0,005,

sehingga dari persamaan (2-26) dapat dirumuskan:

πœŒπ‘šπ‘Žπ‘˜π‘  = (0,003+𝑓𝑦 𝑠⁄

0,008) πœŒπ‘ ............................................................................... (2-27)

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

30

Dengan menggunakan batasan tersebut, maka penampang akan dikategorikan

sebagai penampang terkendali tarik, dan nilai faktor reduksi βˆ… dapat diambil

sebesar 0,9. Sedangkan balok atau komponen struktur dengan 𝜌 > πœŒπ‘šπ‘Žπ‘˜π‘ , maka

akan menghasilkan νœ€π‘‘ yang kurang dari 0,005. Pasal 10.3 SNI 2847:2019

mensyaratkan nilai νœ€π‘‘ tidak boleh kurang dari 0,004, maka persamaan (2-26) akan

menjadi:

𝜌

πœŒπ‘=

0,003+𝑓𝑦 𝑠⁄

0,007 .............................................................................................. (2-28)

namun faktor βˆ…, tidak dapat diambil sebesar 0,9, karena penampang berada

pada daerah transisi, untuk penampang dengan tulangan nonspiral, maka nilai βˆ…

pada daerah transisi adalah sebesar:

βˆ…π‘‘ = 0,65(νœ€π‘‘ βˆ’ 0,002)(250 3⁄ ) = 0,65 + (0,004 βˆ’ 0,002)(250 3⁄ ) = 0,817

C. Keruntuhan Tekan

Keruntuhan tekan adalah keruntuhan dimana beton akan mengalami hancur

sebelum tulangan baja leleh. Keruntuhan terjadi akibat dari penampang rasio

tulangan yang besar. Berlebihannya tulangan baja tarik mengakibatkan garis netral

bergeser ke bawah, hal tersebut akan menyebabkan beton mendahului mencapai

regangan maksimum 0,003 sebelum tulangan baja tariknya luluh.

Gambar 2.13 Penampang keruntuhan Seimband dan Penampang Keruntuhan Tekan

Dari kedua persamaan tersebut dapat dinyatakan perbandingan c dan 𝑐𝑏:

𝑐

𝑐𝑏=

𝜌

πœŒπ‘ ........................................................................................................... (2-29)

Apabila kedua ruas dibagi dengan d, maka diperoleh:

𝑐

𝑑=

𝜌.𝑐𝑏

πœŒπ‘.𝑑 .......................................................................................................... (2-30)

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

31

Dari perbandingan segitiga, didapatkan persamaan:

𝑐

𝑑=

0,003

0,003+ 𝑑 .................................................................................................... (2-31)

𝑐𝑏

𝑑=

0,003

0,003+𝑓𝑦 𝑠⁄ .............................................................................................. (2-32)

Selanjutnya dari persamaan (2-30) dan (2-32):

𝑐

𝑑=

𝜌.𝑐𝑏

πœŒπ‘.𝑑=

𝜌

πœŒπ‘(

0,003

0,003+𝑓𝑦 𝑠⁄) ............................................................................ (2-33)

Substitusikan persamaan (2-31) ke dalam persamaan (2-33)

𝜌

πœŒπ‘=

0,003+𝑓𝑦 𝑠⁄

0,003+ 𝑑 .............................................................................................. (2-34)

Dalam hal desain balok atau komponen struktur lentur lainnya, batas

maksimum rasio tulangan dapat diambil dengan menggunakan nilai νœ€π‘‘ ≀ 𝑓𝑦 νœ€π‘ β„ ,

sehingga dari persamaan (2-34) dapat dirumuskan:

πœŒπ‘šπ‘Žπ‘˜π‘  = (0,003+𝑓𝑦 𝑠⁄

0,003+𝑓𝑦 𝑠⁄) πœŒπ‘ ............................................................................... (2-35)

πœŒπ‘šπ‘Žπ‘˜π‘  = πœŒπ‘

2.3.2.2 Balok Persegi Bertulang Tunggal

Balok persegi bertulang tunggal bertujuan untuk menahan lentur akibat beban

luar yang bekerja pada suatu balok tersebut. Dasar perencanaan adalah

kesetimbangan antara momen tahanan MR dan momen luar Mn , dimana momen

tahanan berasal dari momen kopel antara beton tekan dan baja tarik, sedangkan

momen luar berasal dari beban luar yang bekerja pada balok.

Dengan memanfaatkan hubungan internal yang sudah dikenal pada waktu

membahas keruntuhan seimbang balok sebelumnya, kemudian dilakukan

modifikasi-modifikasi tertentu agar proses perencanaan dapat lebih di

sederhanakan, yaitu :

𝑀𝑅= βˆ… C z= βˆ… 0,85.𝑓′𝑐. π‘Ž.b (𝑑 βˆ’π‘Ž

2) .......................................................... (2-36)

Dimana : π΄π‘ πœŒ = 𝜌 b d; π‘Ž = 𝐴𝑠×𝑓𝑦

0,85.𝑓′𝑐.b

Dengan menggunakan rumus-rumus tersebut dapat dilakukan peyederhanaan

sedemikian rupa sehingga,

π‘Ž = 𝐴𝑠×𝑓𝑦

0,85.𝑓′𝑐.b=

𝜌 b d×𝑓𝑦

0,85.𝑓′𝑐.b=

𝜌 d×𝑓𝑦

0,85.𝑓′𝑐

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

32

Kemudian ditetapkan nilai πœ” = πœŒπ‘“π‘¦

𝑓′𝑐

Maka, π‘Ž = πœ”π‘‘

0,85

Masukkan dalam persamaan (2-28)

𝑀𝑅= βˆ… 0,85.𝑓′𝑐. (πœ”π‘‘

0,85) .b (𝑑 βˆ’ πœ”

d

2.0,85)

𝑀𝑅= βˆ… b 𝑑2π‘“π‘β€²πœ”(1 βˆ’ 0,59πœ”) ........................................................................ (2-37)

Dari persamaan tersebut didapat bilangan k, sebagai berikut:

π‘˜= π‘“π‘β€²πœ”(1 βˆ’ 0,59πœ”)

Bilangan k disebut sebagai koefisien tahanan yang nilainya tergantung pada

𝜌, 𝑓𝑐′ dan 𝑓𝑦.

Dengan demikian persamaan (2-37) menjadi

𝑀𝑅= βˆ… b 𝑑2π‘˜

Langkah-Langkah Perencanaan:

k = 𝑀𝑒

βˆ….𝑏.𝑑2

Ο‰ = 0,85 βˆ’ √0,72 βˆ’ 1,7𝐾

𝑓𝑐′

Pemeriksaan Rasio Tulangan Tarik

ρ = Ο‰.𝑓𝑐 β€²

𝑓𝑦

ρb = 0,85.𝑓𝑐′.𝛽1

𝑓𝑦(

600

(600+𝑓𝑦))

πœŒπ‘€π‘Žπ‘₯ = 0,625 ρb (untuk 𝑓𝑦 = 400 π‘€π‘ƒπ‘Ž); πœŒπ‘€π‘–π‘› = 1,4

𝑓𝑦

Pemeriksaan Rasio Tulangan

πœŒπ‘€π‘–π‘› >𝜌<πœŒπ‘€π‘Žπ‘₯ (Keruntuhan Seimbang)

𝜌 > πœŒπ‘€π‘–π‘› (Keruntuhan Tarik)

𝜌 < πœŒπ‘€π‘Žπ‘₯ (Keruntuhan Tekan)

Luas Tulangan Pokok

𝐴𝑠 = ρ. b. dπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘π‘Žπ‘›π‘Ž

Pemeriksaan b pakai

π‘π‘π‘Žπ‘˜π‘Žπ‘– = 2 Γ— selimut beton + 2 Γ— βˆ…π‘ π‘’π‘›π‘”π‘˜π‘Žπ‘›π‘” + 𝑛 βˆ… tulangan + (𝑛 βˆ’

1) π‘—π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘˜ π‘‘π‘’π‘™π‘Žπ‘›π‘”π‘Žπ‘›

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

33

Jika b pakai < b rencana maka digunakan tulangan satu lapis

Jika b pakai > b rencana maka digunakan tulangan dua lapis

Pemeriksaan d pakai

π‘‘π‘π‘Žπ‘˜π‘Žπ‘– = h βˆ’ π‘ π‘’π‘™π‘–π‘šπ‘’π‘‘ π‘π‘’π‘‘π‘œπ‘› βˆ’ βˆ…π‘ π‘’π‘›π‘”π‘˜π‘Žπ‘›π‘” βˆ’1

2βˆ… tulangan pokok

π‘‘π‘π‘Žπ‘˜π‘Žπ‘– > π‘‘π‘Ÿπ‘’π‘›π‘π‘Žπ‘›π‘Ž (OK)

Pemeriksaan Tulangan Penampang

a = 𝐴𝑠×𝑓𝑦

0,85×𝑓𝑐′×𝑏

Momen Nominal Penampang

𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 𝑓𝑦 (𝑑 βˆ’π‘Ž

2)

Momen Tahanan Penampang

𝑀𝑅 = πœƒπ‘€π‘› νœ€π‘ 

Kontrol

𝑀𝑅 > 𝑀𝑒 (OK)

2.3.2.3 Balok Persegi Bertulang Rangkap

Balok bertulang rangkap merupakan penampang balok yang didesain

memiliki tulangan tarik dan tulangan tekan. Penggunaan tulangan tekan sering

dijumpai pada daerah momen negatif dari suatu balok menerus atau di tengah

bentang dari suatu balok yang cukup panjang dan memikul beban yang berat serta

persyaratan kontrol lendutan cukup ketat.

Keuntungan yang diperoleh dengan menambahkan tulangan tekan pada

penampang beton bertulang, yaitu:

a) Mengurangi lendutan jangka panjang

Fungsi utamayang paling penting dari penambahan tulangan tekan adalah

mengurangi lendutan jangka panjang akibat beban yang secara kontinu

bekerja pada balok.

b) Meningkatkan daktilitas

Penambahan tulangan tekan dapat mengurangi tinggi blok tegangan tekan

ekuivalen beton, a. Dengan berkurangnya a, maka regangan pada tulangan

tarik akan naik, dan menghasilkan perilaku balok yang lebih daktail.

c) Menghasilkan keruntuhan tarik pada struktur

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

34

Ketika 𝜌>πœŒπ‘, maka balok akan mengalami keruntuhan yang bersifat getas,

ketika daerah tekan beton hancur sebelum tulangan baja mengalami luluh.

Apabilapada balok tersebut diberikan tulangan tekan yang mencukupi,

maka kehancuran beton dapat dicegah hinngga tulangan baja tarik dapat

mengalami lu;uh terlebih dahulu. Pada kasus ini balok akan mengalami

keruntuhan yang daktail.

2.3.2.4 Tulangan Tekan Sudah Luluh

Momen internal balok bertulang rangkap dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu Mu1 adalah momen internal yang dihasilkan dari gaya tekan pada

beton dan gaya tarik ekuivalen pada tulangan baja, As1. Sedangkan Mu2 merupakan

momen internal tambahan yang diperoleh dari gaya tekan pada tulangan tekan A’s

dan gaya tarik pada tulangan tarik tambahasan As2.

Momen Mu1 merupakan momen yang diperoleh dari balok tulangan tunggal

sebagai berikut:

𝑇1 = 𝐢1 .......................................................................................................... (2-38)

𝐴𝑠1.𝑓𝑦 = 0,85. 𝑓′𝑐. π‘Ž. 𝑏 .................................................................................. (2-39)

π‘Ž = 𝐴𝑠1×𝑓𝑦

0,85×𝑓′𝑐×𝑏 ............................................................................................. (2-40)

𝑀𝑒1 = βˆ…π΄π‘ 1 𝑓𝑦 (𝑑 βˆ’π‘Ž

2) ................................................................................ (2-41)

Gambar 2.14 Penampang Persegi dengan Tulangan rangkap dan Diagram Regangan

Syarat batasan tulangan untuk As1, adalah bahwa harus dipenuhi (𝜌1 =

𝐴𝑠1 𝑏𝑑⁄ ) < πœŒπ‘šπ‘Žπ‘˜π‘  untuk penampang terkendali tarik dari balok bertulang tunggal,

seperti dalam persamaan (2-27). Selanjutnya Mu2 dapat dihitung dengan

mengasumsikan tulangan tekan, As’ sudah luluh:

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

35

𝑀𝑒2 = βˆ…π΄π‘ 2𝑓𝑦(𝑑 βˆ’ 𝑑′) = βˆ…π΄π‘ β€² 𝑓𝑦(𝑑 βˆ’ 𝑑′) .................................................... (2-42)

Dalam hal ini 𝐴𝑠2 = 𝐴𝑠′, menghasilkan gaya yang sama besar namun

berlawanan arah seperti ditunjukkan pada gambar 2.12. dan akhirnya momen

nominal total dari suatu balok bertulang rangkap diperoleh dengan menjumlahkan

Mu1 dan Mu2:

βˆ…π‘€π‘› = 𝑀𝑒1 + 𝑀𝑒2 = βˆ… [𝐴𝑠1𝑓𝑦 (𝑑 βˆ’π‘Ž

2) + 𝐴𝑠

β€² 𝑓𝑦(𝑑 βˆ’ 𝑑′)] .......................... (2-43)

Luas total tulangan baja tarik yang digunakan adalah jumlah dari As1 dan As2,

sehingga:

𝐴𝑠 = 𝐴𝑠1 + 𝐴𝑠2 = 𝐴𝑠1 + 𝐴′𝑠 ........................................................................ (2-44)

Atau

𝐴𝑠1 = 𝐴𝑠 βˆ’ 𝐴′𝑠 .............................................................................................. (2-45)

Selanjutnya persamaan (2-30) dan (2-33) dapa dituliskan pula dalam bentuk:

π‘Ž = (𝐴𝑠1βˆ’π΄π‘ 

β€² )×𝑓𝑦

0,85×𝑓𝑐′×𝑏 ............................................................................................. (2-46)

βˆ…π‘€π‘› = 𝑀𝑒1 + 𝑀𝑒2 = βˆ… [(𝐴𝑠 βˆ’ 𝐴′𝑠)𝑓𝑦 (𝑑 βˆ’π‘Ž

2) + βˆ…π΄π‘ 

β€² 𝑓𝑦(𝑑 βˆ’ 𝑑′)] ............. (2-47)

Serta diperoleh pula syarat batas maksimum rasio tulangan:

(𝜌 βˆ’ πœŒβ€²) < πœŒπ‘šπ‘Žπ‘˜π‘  = πœŒπ‘ (0,003+𝑓𝑦 𝑠⁄

0,008) ............................................................ (2-48)

Gambar 2.15 Balok dengan Tekan: (1) sudah luluh; (2) belum luluh

Dalam analisis yang sudah dilakukan, digunakan asumsi bahwa tulangan

tekan sudah luluh dari gambar 2.12, apabila tulangan tekan sudah luluh maka

dipenuhi:

νœ€π‘ β€² β‰₯ νœ€π‘¦ =

𝑓𝑦

𝐸𝑠 .................................................................................................. (2-49)

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

36

Dari kesamaan segitiga di atas sumbu netral, serta dengan menggunakan 𝐸𝑠 =

200.000 π‘€π‘ƒπ‘Ž, maka:

𝑐

𝑑′=

0,003

0,003βˆ’π‘“π‘¦

𝐸𝑠

=600

600βˆ’π‘“π‘¦

Atau

𝑐 = (600

600βˆ’π‘“π‘¦) 𝑑′ .............................................................................................. (2-50)

Mengingat bahwa: 𝐴𝑠1𝑓𝑦 = 0,85 Γ— π‘“π‘β€²π‘Žπ‘

Serta 𝐴𝑠1 = 𝐴𝑠 βˆ’ 𝐴′𝑠 dan 𝜌1 = (𝜌 βˆ’ πœŒβ€²)

Maka dapat diperoleh hubungan sebagai berikut:

(𝜌 βˆ’ πœŒβ€²)𝑏𝑑𝑓𝑦 = 0,85π‘“β€²π‘π‘Žπ‘

Atau

(𝜌 βˆ’ πœŒβ€²) = 0,85 (𝑓′𝑐

𝑓𝑦) (

π‘Ž

𝑑) ............................................................................. (2-51)

Dengan mengingat pula hubungan π‘Ž = 𝛽1𝑐, serta persamaan (2-50), maka

diperoleh:

π‘Ž = 𝛽1𝑐 = 𝛽1 (600

600βˆ’π‘“π‘¦) 𝑑′ .............................................................................. (2-52)

Maka persamaan (2-51) dapat dituliskan kembali menjadi:

(𝜌 βˆ’ πœŒβ€²) = 0,85𝛽1 (𝑓𝑐

β€²

𝑓𝑦) (

𝑑′

𝑑) (

600

600βˆ’π‘“π‘¦) ........................................................... (2-53)

Selain itu, dari persamaan (2-53) dapat diturunkan suatu syarat pemeriksaan

apakah tulangan tekan sudah luluh atau belum, yaitu:

(𝜌 βˆ’ πœŒβ€²) β‰₯ 0,85𝛽1 (𝑓′𝑐

𝑓𝑦) (

𝑑′

𝑑) (

600

600βˆ’π‘“π‘¦) .......................................................... (2-54)

2.3.2.5 Tulangan Tekan Belum Luluh

Apabila:

(𝜌 βˆ’ πœŒβ€²) < 0,85𝛽1 (𝑓′𝑐

𝑓𝑦) (

𝑑′

𝑑) (

600

600βˆ’π‘“π‘¦) = 𝐾

Maka tulangan baja belum luluh atau dapat dikatakan pula bahwa jika

(𝜌 βˆ’ πœŒβ€²) < 𝐾, tulangan baja tarik akan luluh sebelum beton mencapai regangan

maksimumnya sebesar 0,003, dan regangan pada tulangan tekan, νœ€β€²π‘ , belum

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

37

mencapai νœ€π‘¦ pada saat terjadi keruntuhan. Luluhnya tulangan tekan juga

dipengaruhi oleh letaknya terhadap serat terluar, 𝑑′. Semakin tinggi rasio 𝑑′ 𝑐⁄

berarti tulangan tekan semakin dekat dengan sumber netral, maka semakin kecil

kemungkinan tulangan tekan mencapai kuat luluhnya. νœ€π‘ = 0,003

Dari gambar 2.10, dengan menggunakan perbandingan segitiga, diperoleh:

νœ€β€²π‘  = 0,003 (π‘βˆ’π‘‘β€²

𝑐)

𝑓𝑠′ = πΈνœ€β€²π‘  = 200.000 (0,003) (

π‘βˆ’π‘‘β€²

𝑐) = 600 (

π‘βˆ’π‘‘β€²

𝑐)

dengan memperhitungkan luas beton yang ditempati oleh tulangan baja, maka

dapat dituliskan rumusan untuk besarnya gaya tekan pada tulangan, 𝐢𝑠, dan gaya

tekan pada beton, 𝐢𝑐, sebagai berikut

𝐢𝑠 = 𝐴′𝑠(𝑓′𝑠 βˆ’ 0,85𝑓′𝑐) = 𝐴′𝑠 [600 (π‘βˆ’π‘‘β€²

𝑐) βˆ’ 0,85𝑓′𝑐]

𝐢𝑐 = 0,85𝑓′𝑐𝛽1𝑐𝑏

Karena 𝑇 = 𝐴𝑠𝑓𝑦 = 𝐢𝑠+𝐢𝑐, maka:

𝐴𝑠𝑓𝑦 = 0,85𝑓′𝑐𝛽1𝑐𝑏 + 𝐴′𝑠 [600 (π‘βˆ’π‘‘β€²

𝑐) βˆ’ 0,85𝑓′𝑐]

Apabila diatur kembali, maka persamaan diatas dapat dituliskan dalam bentuk

(0,85𝑓′𝑐𝛽1𝑏)𝑐2 + [(600𝐴′𝑠) βˆ’ (0,85𝑓′𝑐𝐴′𝑠) βˆ’ 𝐴𝑠𝑓𝑦]𝑐 βˆ’ 600𝐴′𝑠𝑑′ = 0 ... (2-55)

Persamaan diatas identik dengan persamaan berikut:

𝐾1𝑐2 + 𝐾2𝑐 + 𝐾3 = 0 ................................................................................... (2-56)

Dengan :

𝐾1 = 0,85𝑓′𝑐𝛽1𝑏

𝐾2 = 𝐴′𝑠(600 βˆ’ 0,85𝑓′𝑐) βˆ’ 𝐴𝑠𝑓𝑦

𝐾3 = βˆ’600𝐴′𝑠𝑑′

Nilai c dalam persamaan (2-56) dapat dihitung dengan rumus ABC

sederhana, yaitu:

𝑐 =βˆ’πΎ2±√𝐾2

2βˆ’4𝐾1𝐾3

2𝐾1 ........................................................................................ (2-57)

Dengan deketahuinya c, f’s, a, 𝐢𝑐, dan 𝐢𝑠, dapat dihitung demikian pula

dengan kuat momen rencana penampang:

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

38

βˆ…π‘€π‘› = βˆ… [𝐢𝑐 (𝑑 βˆ’π‘Ž

2) + 𝐢𝑠(𝑑 βˆ’ 𝑑′)] ............................................................ (2-58)

Bila tulangan tekan belum luluh, 𝑓′𝑠 < 𝑓𝑦, maka luas total tulangan tarik yang

dibutuhkan untuk suatu penampang persegi adalah:

π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  𝐴𝑠 = πœŒπ‘šπ‘Žπ‘˜π‘  + 𝐴′𝑠

𝑓′𝑠

𝑓𝑦= 𝑏𝑑 (πœŒπ‘šπ‘Žπ‘˜π‘  +

πœŒπ‘“β€²π‘ 

𝑓𝑦) ...................................... (2-59)

Atau jika dinyatakan dalam rasio tulangan, maka persamaan (2-59) dapat dibagi

dengan bd.

(𝜌 βˆ’ πœŒβ€²πœŒπ‘“β€²π‘ 

𝑓𝑦) < πœŒπ‘šπ‘Žπ‘˜π‘  .................................................................................... (2-60)

Dengan πœŒπ‘šπ‘Žπ‘˜π‘  adalah rasio tulangan maksimum untuk penampang yang

bertulang tunggal (persamaan 2-28).

Berdasarkan SNI 2847:2019 Pasal 10.2.7.3, untuk 𝑓′𝑐 antara 17 dan 28 Mpa.

𝛽1 harus diambil sebesar 0,85. Untuk 𝑓′𝑐 di atas 28 Mpa, 𝛽1 harus direduksi sebesar

0,05 untuk setiap kelebihan kekuatan sebesar 7 Mpa di atas 28 Mpa, tetapi 𝛽1 tidak

boleh diambil kurang dari 0,65.

Langkah-Langkah Perencanaan:

k = 𝑀𝑒

βˆ….𝑏.𝑑

dimana k adalah faktor tahanan

Ο‰ = 0,85 βˆ’ √0,72 βˆ’ 1,7𝐾

𝑓𝑐′

Pemeriksaan Rasio Tulangan Tarik

ρ = Ο‰.𝑓𝑐 β€²

𝑓𝑦

πœŒπ‘ = 0,85.𝑓𝑐 β€².𝛽1

𝑓𝑦(

600

(600+𝑓𝑦))

πœŒπ‘€π‘Žπ‘₯ = 0,625 ρb (untuk 𝑓𝑦 = 400 π‘€π‘ƒπ‘Ž)

πœŒπ‘€π‘–π‘› = 1,4

𝑓𝑦

Pemeriksaan Rasio Tulangan

πœŒπ‘€π‘–π‘› >𝜌<πœŒπ‘€π‘Žπ‘₯ (Keruntuhan Seimbang)

𝜌 > πœŒπ‘€π‘–π‘› (Keruntuhan Tarik)

𝜌 < πœŒπ‘€π‘Žπ‘₯ (Keruntuhan Tekan)

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

39

Luas Tulangan Pokok

𝐴𝑠 = ρ. b. dπ‘Ÿπ‘’π‘›π‘π‘Žπ‘›π‘Ž

Pemeriksaan b pakai

π‘π‘π‘Žπ‘˜π‘Žπ‘– = 2 Γ— selimut beton + 2 Γ— βˆ…π‘ π‘’π‘›π‘”π‘˜π‘Žπ‘›π‘” + 𝑛 βˆ… tulangan + (𝑛 βˆ’

1) π‘—π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘˜ π‘‘π‘’π‘™π‘Žπ‘›π‘”π‘Žπ‘›

Jika b pakai < b rencana maka digunakan tulangan satu lapis

Jika b pakai > b rencana maka digunakan tulangan dua lapis

Pemeriksaan d pakai

π‘‘π‘π‘Žπ‘˜π‘Žπ‘– = h βˆ’ π‘ π‘’π‘™π‘–π‘šπ‘’π‘‘ π‘π‘’π‘‘π‘œπ‘› βˆ’ βˆ…π‘ π‘’π‘›π‘”π‘˜π‘Žπ‘›π‘” βˆ’1

2βˆ… tulangan pokok

π‘‘π‘π‘Žπ‘˜π‘Žπ‘– > π‘‘π‘Ÿπ‘’π‘›π‘π‘Žπ‘›π‘Ž (OK)

Pemeriksaan Tulangan Penampang

π‘Ž = 𝐴𝑠×𝑓𝑦

0,85×𝑓𝑐′×𝑏

Momen Nominal Penampang

𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 𝑓𝑦 (𝑑 βˆ’π‘Ž

2)

Momen Tahanan Penampang

𝑀𝑅 = πœƒπ‘€π‘›

Kontrol

𝑀𝑅 > 𝑀𝑒 (OK)

2.3.3 Kolom Beton Bertulang

Kolom adalah komponen struktur vertikal yang berfungsi untuk memikul

beban aksial tekan (dengan atau tanpa adanya momen lentur). Kolom harus

dirancang untuk menahan gaya aksial serta kondisi pembebanan yang

menghasilkan momen maksimum dari beban terfaktor pada semua lantai atau atap.

Dalam menghitung momen beban gravitasi pada kolom diizinkan untuk

mengasumsikan ujung kolom yang dibangun menyatu dengan struktur sebagai

terjepit.

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

40

2.3.3.1 Kolom Pendek Eksentrisitas Kecil

Menurut Nawi (1990), apabila kolom runtuh dengan kegagalan materialnya

yaitu lelehnya tulangan baja dan hancurnya beton, maka kolom digolongkan

sebagai kolom pendek. Apabila kolom beton bertulang pendek hanya dibebani gaya

aksial secara konsentrik, maka kolom akan memberikan reaksi/perlawanan (kolom

mempunyai kekuatan) dalam 2 komponen, yaitu:

Gambar 2.16 Gaya Aksial Konsentrik pada Kolom

a) Sumbangan Beton : 𝐢𝑐 = 0,85𝑓′𝑐(𝐴𝑔 βˆ’ 𝐴𝑠𝑑)

Dimana: 𝐴𝑔 = Luas penampang kolom total (termasuk luas penampang

tulangan)

𝐴𝑠𝑑 = Luas total penampang tulangan

Penggunaan nilai 0,85 pada kekuatan kolom dari sumbangan beton didasari

atas adanya perbedaan kuat tekan beton pada elemen struktur aktual terhadap

kuat tekan beton silinder 𝑓′𝑐.

b) Sumbangan Baja : 𝑇𝑠 = 𝑓𝑦. 𝐴𝑠𝑑

Sehingga kekuatan nominal total kolom pendek yang dibebani secara aksial

adalah:

𝑃𝑛 = 𝑃0 = 𝐢𝑐 + 𝑇𝑠 = 0,85𝑓′𝑐(𝐴𝑔 βˆ’ 𝐴𝑠𝑑) + 𝑓𝑦. 𝐴𝑠𝑑 ................................. (2-61)

Pada kondisi di lapangan cukup sulit dipastikan bahwa gaya aksial yang

bekerja pada kolom dalam keadaan konsentrik, sehingga pada perencanaan perlu

diperhitungkan eksentrisitas minimum.

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

41

Eksentrisitas minimum tersebut harus diambil minimal:

β€’ 0,1 lebar kolom untuk kolom dengan tulangan pengikat sengkang

β€’ 0,05 lebar kolom untuk kolom dengan tulangan pengikat spiral

Gambar 2.17 Keadaan Seimbang Diagram Tegangan Regangan Kolom Persegi

Perhitungan eksentris minimum dapat dihindari (boleh tidak dilakukan) bila

kekuatan penampang 𝑃0 direduksi sebesar 15% untuk kolom dengan pengikat

spiral dan 20% untuk kolom dengan pengikat sengkang. Sehingga kekuatan

nominal penampang kolom setelah direduksi untuk antisipasi eksentrisitas

minimum menjadi (SNI 2847:2019 Pasal 10.3.6.2):

Kuat aksial sengkang persegi:

βˆ…π‘ƒπ‘› = βˆ… 0,80[0,85𝑓′𝑐𝐴𝑔 + 𝐴𝑠𝑑(𝑓𝑦 βˆ’ 0,85𝑓′𝑐)] ....................................... (2-62)

Kuat aksial sengkang persegi:

βˆ…π‘ƒπ‘› = βˆ… 0,85[0,85𝑓′𝑐𝐴𝑔 + 𝐴𝑠𝑑(𝑓𝑦 βˆ’ 0,85𝑓′𝑐)] ....................................... (2-63)

Dengan:

βˆ… = 0,65 untuk sengkang persegi

βˆ… = 0,75 untuk sengkang spiral

𝐴𝑔 = Luas total penampang kolom

𝐴𝑠𝑑 = Tulangan baja

Pada kondisi di lapangan dapat digunakan rasio tulangan memanjang, πœŒπ‘”,

sebesar 1% hingga maksimum 8% terhadap luas penampang kolom beton.

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

42

2.3.3.2 Kolom pendek Eksentrisitas Besar

Pada saat kolom diberi beban tekan eksentris dengan eksentrisitas yang besar,

maka akan terjadi keruntuhan tarik. Keruntuhan tarik pada kolom diakibatkan oleh

luluhnya tulangan baja dan hancurnya beton pada saat regangan tulangan baja

melampaui νœ€π‘¦ = 𝑓𝑦 𝐸𝑠⁄ . Dalam kasus ini kuat tekan nominal penampang, 𝑃𝑛 akan

lebih kecil dari 𝑃𝑏, atau eksentrisitas, 𝑒 = 𝑀𝑛 𝑃𝑛⁄ lebih besar dari eksentrisitas pada

kondisi seimbang, 𝑒𝑏.

Gambar 2.18 Ilustrasi Kolom Bereksentris

Kesetimbangan gaya-gaya, βˆ‘ 𝐻 = 0, pada penampang kolom pendek dengan

beban aksial eksentrisitas besar adalah sebagai berikut:

𝑃𝑛 = 𝑁𝐷1 + 𝑁𝐷2 βˆ’ 𝑁𝑇 ................................................................................... (2-64)

𝑃𝑛 = 0,85π‘“π‘β€²π‘Žπ‘ + 𝐴′𝑠𝑓′𝑠

βˆ’ 𝐴𝑠𝑓𝑠 ................................................................... (2-65)

Apabila tulangan tekan dan tarik eksentris, 𝐴𝑠 = 𝐴′𝑠, maka:

𝑃𝑛 = 0,85π‘“π‘β€²π‘Žπ‘ ............................................................................................. (2-66)

Nilai kesetimbangan momen terhadap titik berat geometris dimana jarak e

ditentukan, menghasilkan persamaan berikut:

𝑀𝑛 = 𝑃𝑛𝑒

𝑃𝑛𝑒 = 0,85π‘“π‘β€²π‘Žπ‘ (β„Ž

2βˆ’

π‘Ž

2) + 𝐴′𝑠𝑓′

𝑦(

β„Ž

2βˆ’ 𝑑′) + 𝐴𝑠𝑓𝑦 (𝑑 βˆ’

β„Ž

2)

𝑃𝑛𝑒 = 0,85π‘“π‘β€²π‘Žπ‘ (β„Ž

2βˆ’

π‘Ž

2) + 𝐴𝑠𝑓𝑦(𝑑 βˆ’ 𝑑′) ................................................... (2-67)

Dengan melakukan substitusi nilai 𝑃𝑛𝑛 didapatkan persamaan:

𝑃𝑛𝑒 = 𝑃𝑛 (β„Ž

2βˆ’

𝑃𝑛

1,70𝑓′𝑐𝑏) + 𝐴𝑠𝑓𝑦(𝑑 βˆ’ 𝑑′) ....................................................... (2-68)

(𝑃𝑛)2

1,70π‘“β€²π‘π‘βˆ’ 𝑃𝑛 (

β„Ž

2βˆ’ 𝑒) βˆ’ 𝐴𝑠𝑓𝑦(𝑑 βˆ’ 𝑑′) = 0 .................................................... (2-69)

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

43

Dari persamaan (2-58) dan (2-59) didapat persamaan untuk 𝑃𝑛 sebagai

berikut:

𝑃𝑛 = 0,85𝑓′𝑐𝑏 [(β„Ž

2βˆ’ 𝑒) + √(

β„Ž

2βˆ’ 𝑒)

2

+2𝐴𝑠𝑓𝑦(π‘‘βˆ’π‘‘β€²)

0,85𝑓′𝑐𝑏] .................................... (2-70)

Jika nilai π‘š =𝑓𝑦

0,85𝑓′𝑐𝑏 dan 𝜌 = πœŒβ€² =

𝐴𝑠

𝑏𝑑, maka nilai 𝑃𝑛 dapat disusun ulang,

dan diperoleh nilai sebagai berikut:

𝑃𝑛 = 0,85𝑓′𝑐𝑏𝑑 [(β„Žβˆ’2𝑒

2𝑑) + √(

β„Žβˆ’2𝑒

2𝑑)

2

+ 2π‘šπ‘ (1 βˆ’π‘‘β€²

𝑑) ] ............................. (2-71)

Gambar 2.19 Regangan Kolom Eksentrisitas Besar

Proses perhitungan akan lebih mudah jika keseimbangan momen

diperhitungkan terhadap titik berat tulangan tarik. Maka eksentrisitas

diperhitungkan sebagai berikut:

𝑒′ = [𝑒 + (𝑑 βˆ’β„Ž

2)] ......................................................................................... (2-72)

(β„Žβˆ’2𝑒

2𝑑) = 1 βˆ’

𝑒′

𝑑 .............................................................................................. (2-73)

𝑃𝑛 = 0,85𝑓′𝑐𝑏𝑑 [(1 βˆ’π‘’β€²

𝑑) + √(1 βˆ’

𝑒′

𝑑)

2

+ 2π‘šπ‘ (1 βˆ’π‘‘β€²

𝑑) ] .......................... (2-74)

2.3.3.3 Asumsi Desain dan Faktor Reduksi Kekuatan

Dalam perencanaan elemen kolom, ada beberpaa asumsi desain yang

diisyaratkan dalam SNI 2847:2019 Pasal 10.2, diantaranya adalah:

a) Regangan pada beton dan baja dianggap proposrsional terhadap jarak ke

sumbu netral.

b) Kesetimbangan gaya dan kompatibilitas regangan harus dipenuhi.

c) Regangan tekan maksimum pada beton dibatasi sebesar 0,003.

d) Kekuatan beton di daerah tarik dapat diabaikan.

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

44

e) Tegangan pada tulangan baja adalah 𝑓𝑠 = νœ€πΈπ‘  < 𝑓𝑦

f) Blok tegangan beton dianggap berbentuk persegi sebesar 0,85𝑓′𝑐 yang

terdistribusi merata dari serat tekan terluar hingga setinggi π‘Ž = 𝛽1𝑐,

dengan c adalah jarak dari serat tekan terluar ke sumbu netral penampang.

Nilai 𝛽1 adalah 0,85, jika 𝑓′𝑐 < 30 π‘€π‘ƒπ‘Ž. Nilai 𝛽1 akan berkurang 0,05

setiap kenaikan 7 Mpa, namun tidak boleh diambil kurang dari 0,65.

Faktor reduksi kekuatan βˆ…, dapat bervariasi tergantung beberapa kondisi:

β€’ Apabila 𝑃𝑒 = βˆ…π‘ƒπ‘› β‰₯ 0,1𝑓′𝑐𝐴𝑔, maka βˆ… = 0,65 untuk kolom dengan

sengkang persegi, dan βˆ… = 0,75 untuk kolom dengan sengkang spiral.

Kondisi ini terjadi apabila keruntuhan yang direncanakan adalah

keruntuhan tekan.

β€’ Penampang dengan regangan tarik tulangan baja terluar, νœ€π‘‘, berada antara

0,002 dan 0,005 (daerah transisi). Nilai βˆ… akan bervariasi antara 0,90 dan

0,65 atau 0,75.

βˆ… = 0,75 + (νœ€π‘‘ βˆ’ 0,002)(50) (untuk tulangan spiral)

βˆ… = 0,65 + (νœ€π‘‘ βˆ’ 0,002) (250

3) (untuk tulangan non-spiral)

Sebagai alternatif, nilai βˆ… pada daerah transisi dapat ditentukan sebagai

rasio c/d1 untuk 𝑓𝑦 = 400 π‘€π‘ƒπ‘Ž sebagai berikut:

βˆ… = 0,75 + 0,15 [1

𝑐/𝑑1βˆ’

5

3] (untuk tulangan spiral)

βˆ… = 0,65 + 0,25 [1

𝑐/𝑑1βˆ’

5

3] (untuk tulangan non-spiral)

Gambar 2.20 Variasi Nilai βˆ… Terhadap Nilai Regangan Tarik Tulangan Baja

Sumber : SNI 1727 2013

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

45

Dengan:

𝑐 = tinggi sumbu netral pada kuat nominal

𝑑1 = jarak dari serat tekan beton terluar ke tulangan tarik terluar

β€’ Jika 𝑃𝑒 = 0 atau kasus lentur murni, maka βˆ… = 0,90 untuk penampang

terkendali tarik, dan bervariasi antara 0,90 dan 0,65 atau 0,75 untuk

penampang pada daerah transisi.

2.3.3.4 Jenis-Jenis Keruntuhan pada Kolom

A. Kolom dengan Keruntuhan Seimbang

Gambar 2.21 Diagram Regangan dan Tegangan Kolom dengan Keruntuhan Seimbang

Pada saat bersamaa tulangan baja tarik mengalami regangan leleh νœ€π‘  = νœ€π‘¦ dan

beton mengalami regangan batasnya νœ€π‘π‘’ = 0,003. (𝑷𝒏 = 𝑷𝒏𝒃)

Garis netral pada kondisi seimbang

𝑐𝑏

𝑑=

0,003

0,003+𝑓𝑦

𝐸𝑠

............................................................................................... (2-75)

Atau jika nile E, diambil sebesar 200.000 Mpa, maka:

𝑐𝑏 = (600

600+𝑓𝑦) 𝑑 .......................................................................................... (2-76)

π‘Žπ‘ = 𝛽1𝑐𝑏 = (600

600+𝑓𝑦) 𝛽1𝑑 ......................................................................... (2-77)

Tegangan pada tulangan tekan:

𝑓′𝑠 = πΈπ‘ νœ€β€²π‘  = 600 (π‘βˆ’π‘‘β€²

𝑐) ≀ 𝑓𝑦 .................................................................. (2-78)

Kapasitas penampang:

𝑃𝑛 = 0,85π‘“π‘β€²π‘Žπ‘π‘ + 𝐴′𝑠𝑓′𝑦

βˆ’ 𝐴𝑠𝑓𝑦 .......................................................... (2-79)

𝑀𝑛𝑏 = 𝑃𝑛𝑏𝑒𝑏 = 0,85π‘“π‘β€²π‘Žπ‘π‘ (𝑦 βˆ’π‘Žπ‘

2) + 𝐴′𝑠𝑓′

𝑦(𝑦 βˆ’ 𝑑) + 𝐴𝑠𝑓𝑦(𝑑 βˆ’ 𝑦) . (2-80)

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

46

Eksentrisitas pada kondisi seimbang:

𝑒𝑏 =𝑀𝑛𝑏

𝑃𝑛𝑏 ..................................................................................................... (2-81)

B. Kolom dengan Keruntuhan Tarik

Gambar 2.22 Diagram Regangan Tegangan Kolom dengan Keruntuhan Seimbang

Lelehnya tulangan tarik baja dan hancurnya beton pada saat tulangan baja

melampaui νœ€π‘¦ = 𝑓𝑦 𝐸𝑠⁄ . Eksentrisitas yang terjadi adalah: 𝒆 > 𝒆𝒃 atau (𝑷𝒏 < 𝑷𝒏𝒃).

Apabila Tegangan pada tulangan tekan, 𝐴′𝑠 belum leleh:

𝑓′𝑠 = πΈπ‘ νœ€β€²π‘  = 600 (π‘βˆ’π‘‘β€²

𝑐) ≀ 𝑓𝑦

Apabila Tegangan pada tulangan tekan sudah leleh, 𝐴′𝑠 = 𝐴𝑠:

𝑃𝑛 = 0,85π‘“π‘β€²π‘Žπ‘ + (𝐴′𝑠𝑓′𝑦

βˆ’ 𝐴𝑠𝑓𝑦)

𝑃𝑛 = 0,85π‘“π‘β€²π‘Žπ‘

𝑀𝑛𝑏 = 0,85π‘“π‘β€²π‘Žπ‘ (𝑦 βˆ’π‘Ž

2) + 𝐴′𝑠𝑓′

𝑦(𝑦 βˆ’ 𝑑′) βˆ’ 𝐴𝑠𝑓𝑦(𝑑 βˆ’ 𝑦)

𝑀𝑛𝑏 = 0,85π‘“π‘β€²π‘Žπ‘ (𝑦 βˆ’π‘Ž

2) + 𝐴𝑠𝑓𝑦(𝑑 βˆ’ 𝑑′) .............................................. (2-82)

Jika, π‘š =𝑓𝑦

0,85𝑓′𝑐 dan 𝜌 =

𝐴𝑠

𝑏𝑑; maka:

𝑃𝑛 = 0,85𝑓′𝑐𝑏𝑑 [(β„Žβˆ’2𝑒

2𝑑) + √(

β„Žβˆ’2𝑒

2𝑑)

2

+ 2π‘šπ‘ (1 βˆ’π‘‘β€²

𝑑) ] .......................... (2-83)

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

47

C. 2.3.3.4.3 Kolom dengan Keruntuhan Tekan

Gambar 2.23 Diagram Regangan dan Tegangan Kolom dengan Keruntuhan Seimbang

Beton akan mengalami hancur sedangkan tulangan tarik baja belum leleh.

Eksentrisitas yang terjadi adalah: 𝒆 > 𝒆𝒃 atau (𝑷𝒏 > 𝑷𝒏𝒃).

Langkah-langkah rumus hamper sama dengan keruntuhan seimbang maupun

keruntuhan tarik, hanya saja yang membedakan dari rumus kapasitas

penampangnya.

Persamaan Whitney:

𝑃𝑛 =𝐴𝑠𝑓𝑦

[𝑒

π‘‘βˆ’π‘‘β€²]

+𝑏.β„Ž.𝑓′𝑐

(3β„Ž.𝑒

𝑑2 )+1,18 ............................................................................... (2-84)

2.3.3.5 Kolom Tulangan Samping dengan Lentur Dua Arah (Biaxial Bending)

Kolom dengan lentur dua arah dapat terjadi apabila 𝑃𝑛 bekerja pada sumbu y

dengan eksentrisitas sebesar 𝑒𝑦 akan menghasilkan momen terhadap sumbu x

yang besarnya 𝑀𝑛𝑦 = 𝑃𝑛𝑒𝑦, 𝑃𝑛 Atau dapat juga bekerja pada sumbu x dengan

eksentrisitas sebesar 𝑒π‘₯ akan menghasilkan 𝑀𝑛π‘₯ = 𝑃𝑛𝑒π‘₯.

Gambar 2.24 Gambar Kolom Lentur Dua Arah

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

48

Gambar 2.25 Gambar Diagram dan Regangan Kolom dengan Tulangan Samping

(Keruntuhan Simbang)

Langkah-langkah perhitungan kolom biaksial:

𝑒 =𝑀𝑒

𝑃𝑒

𝐸𝑐 = 4700 Γ— βˆšπ‘“π‘β€²

πΌπ‘˜ =1

12Γ— 𝑏 Γ— β„Ž3

𝐼𝑏 =1

12Γ— 𝑏 Γ— β„Ž3

π‘Ÿ = 0,3 Γ— β„Ž3β„Ž

𝐸.πΌπ‘˜

πΏπ‘˜

𝐸.𝐼𝑏

𝐿𝑏

πœ“π΄ = 0

πœ“π΅ =βˆ‘

𝐸.πΌπ‘˜

πΏπ‘˜

βˆ‘πΈ.𝐼𝑏

𝐿𝑏

π‘˜ 𝑙𝑒

π‘Ÿ< 34 βˆ’ 12

𝑀1

𝑀2

Perhitungan Kolom Pendek Ekivalen

π‘Ž = 𝐴𝑠1×𝑓𝑦

0,85×𝑓𝑐′×𝑏

𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 𝑓𝑦 (𝑑 βˆ’π‘Ž

2)

𝑀𝑅 = πœƒπ‘€π‘›

𝑀𝑅 > 𝑀𝑒 (OK)

Pemeriksaan 𝑷𝒖 terhadap beban pada keadaan seimbang βˆ…π‘·π’π’ƒ

𝑐𝑏 = (600

600+𝑓𝑦) 𝑑

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

49

π‘Žπ‘ = 𝛽1𝑐𝑏

𝑓𝑠′ = 600 (π‘π‘βˆ’π‘‘β€²

𝑐𝑏)

πœƒπ‘ƒπ‘›π‘ = 0,65(0,85π‘“π‘π‘Žπ‘π‘ + 𝐴′𝑠𝑓′𝑠

βˆ’ 𝐴𝑠𝑓𝑦)

Pemeriksaan kekuatan penampang

π‘š =𝑓𝑦

0,85𝑓′𝑐

𝜌 =𝐴𝑠

𝑏𝑑

𝑃𝑛 = 0,85𝑓𝑐′𝑏𝑑 [(β„Žβˆ’2𝑒

2𝑑) + √(

β„Žβˆ’2𝑒

2𝑑)

2

+ 2π‘šπ‘ (1 βˆ’π‘‘β€²

𝑑) ] 10βˆ’3

πœƒπ‘ƒπ‘› = 0,65 Γ— 𝑃𝑛

πœƒπ‘ƒπ‘› > 𝑃𝑒 (OK)

2.3.3.6 Batasan rasio Kelangsingan

Batasan antara kolom pendek dan kolom panjang sangat ditentukan oleh rasio

kelangsingannya. Batasan tersebut diberikan dalam SNI 2847:2019 Pasal 10.10.1

menyatakan bahwa kelangsingan boleh diabaikan dalam kasus berikut:

β€’ Untuk komponen struktur tekan yang tidak dibresing terhadap goyangan

menyamping (Elemen struktur tekan bergoyang).

π‘˜ 𝑙𝑒

π‘Ÿ< 22 ........................................................................................ (2-85)

β€’ Untuk komponen struktur tekan yang dibresing terhadap goyangan

menyamping (Elemen struktur tekan tak bergoyang).

π‘˜ 𝑙𝑒

π‘Ÿ< 34 βˆ’ 12 [

𝑀1

𝑀2] ≀ 40 ............................................................. (2-86)

Dimana:

K = Faktor panjang efektif kolom

𝑙𝑒 = Panjang kolom yang ditopang

R =jari-jari potongan lintang kolom = √𝐼

𝐴

Dimana 𝑀1 dan 𝑀2 adalah momen ujung terfaktor pada kolom, dengan

𝑀2 > 𝑀1. Rasio 𝑀1

𝑀2 bernilai positif apabila terjadi kelengkungan tunggal,

dan bernilai negatif apabila terjadi kelengkungan ganda.

Page 47: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

50

2.3.3.7 Panjang Efektif Kolom

Panjang efektif kolom merupakan fungsi dari dua buah faktor utama, yaitu :

a) Panjang tak terkekang, 𝐼𝑒, merupakan tinggi tak terkekang kolom antara dua

lantai tingkst. Nilai ini diukur dari jarak bersih antar pelat lantai, balok, ataupun

elemen struktur lain yang memberikan kekangan lateral pada kolom.

b) Faktor panjang efektif, π‘˜, adalah rasio antara jarak dua titik dengan momen nol

terhada panjang tak terkekang dari elemen kolom tersebut. Kolom dengan

tumpuan kedua ujung berupa sendi, dengan panjang tak terkekang sebesar 𝐼𝑒,

dan jarak antara dua titik yang memiliki momen sama dengan nol adalah 𝐼𝑒,

memiliki faktor panjang efetif , π‘˜ = 𝑙𝑒 𝑙𝑒⁄ = 1,0. Jika kedua tumpuan ujung

adalah jepit, momen nol terjadi pada jarak 𝑙𝑒 4⁄ dari kedua tumpuan, sehingga

π‘˜ = 0,5 𝑙𝑒 𝑙𝑒⁄ = 0,5. Nilai π‘˜ dapat ditentukan pula dengan menggunakan

nomogram dengan terlebih dahulu menghitung faktor tahanan ujung πœ“π΄ dan πœ“π΅

pada sisi atas dan bawah dari kolom.

πœ“π΅ =βˆ‘πΈπΌ 𝐼𝑐⁄ π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘š

βˆ‘πΈπΌ 𝐼𝑐⁄ π‘π‘Žπ‘™π‘œπ‘˜

π‘˜ 𝑙𝑒

π‘Ÿ .............................................................................. (2-87)

Dalam perhitungan nilai πœ“ tersebut, dibutuhkan besara jari-jari girasi

penampang yang nilainya sangat ditentukan oleh modulus elasitisitas dan

momen inersia penampang. Untuk modulus elastisitas beton bertulang dapat

diambil menggunakan persamaan empiris:

𝐸𝑐 = 0,043. 𝑀1,5βˆšπ‘“π‘β€² ............................................................................. (2-88)

𝐸𝑐 = 4700 Γ— βˆšπ‘“π‘β€² .................................................................................. (2-89)

Nilai momen inersia penampang dapat direduksi seperti dicantumkan dalam

peraturan SNI 2847:2019 Pasal 10.10.4.1, sebagai berikut:

Elemen Struktur Tekan:

Kolom 𝐼 = 0,70𝐼𝑔

Dinding Geser (tidak retak) 𝐼 = 0,70𝐼𝑔

Dinding Geser (retak) 𝐼 = 0,35𝐼𝑔

Page 48: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

51

Elemen Struktur Lentur:

Balok 𝐼 = 0,35𝐼𝑔

Pelat datar dan slab datar 𝐼 = 0,25𝐼𝑔

Dengan 𝐼𝑔 adalah momen inersia bruto dari penampang. Cara alternatif,

momen inersia untuk elemen struktur tekan dan lentur dapat dihitung dengan

persamaan berikut:

Untuk elemen struktur tekan:

𝐼 = (0,80 + 25𝐴𝑠𝑑

𝐴𝑔) (1 βˆ’

𝑀𝑒

π‘ƒπ‘’β„Žβˆ’ 0,5

𝑃𝑒

π‘ƒπ‘œ) 𝐼𝑔 ≀ 0,875𝐼𝑔 .......................... (2-90)

Dengan 𝑃𝑒 dan 𝑀𝑒 diperoleh dari kombinasi beban yang ditinjau, atau dari

kombinasi 𝑃𝑒 dan 𝑀𝑒 yang menghasilkan nilai terkecil untuk 𝐼. Nilai 𝐼 sendiri

tidak perlu diambil lebih kecil dari 0,35𝐼𝑔.

Untuk elemen struktur lentur:

𝐼 = (0,10 + 25𝜌) (1,2 βˆ’ 0,2𝑏𝑀𝑒

π‘ƒπ‘œ) 𝐼𝑔 ≀ 0,5𝐼𝑔 ...................................... (2-91)

2.4 Sistem Penahan Gempa

2.4.1 Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM)

Di Indonesia, sistem struktur gedung yang umum digunakan adalah Sistem

Rangka Pemikul Momen. Struktur rangka pemikul momen adalah suatu sistem

struktur berupa portal atau rangka yang terdiri dari komponen horizontal berupa

balok dan komponen vertikal berupa kolom yang dihubungkan secara kaku dan

bekerja secara bersamaan untuk menahan beban-beban yang terjadi pada bangunan

melalui komunisme lentur.

Berdasarkan SNI:1726-2012 sistem rangka pemikul momen merupakan

system struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang yang berfungsi untuk

memikul beban gravitasi secara lengkap. Sedangkan beban lateral dipikul rangka

pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur. SRPM ini dibagi menjadi tiga

jenis, yaitu :

a) Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB)

Sistem ini pada dasarnya memiliki tingkat daktilitas terbatas dan hanya

cocok digunakan di daerah dengan resiko gempa yang rendah.

Page 49: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

52

b) Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM)

Sistem ini memiliki tingkat daktilitas sedang dan digunakan di daerah

dengan resiko gempa sedang.

c) Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)

Sistem ini memiliki tingkat daktilitas yang tinggi atau daktilitas penuh,

sistem ini harus digunakan pada daerah dengan tingkat resiko gempa yang

tinggi.

Masing-masing jenis SRPM dibedakan berdasarkan wilah gempa. Pada saat

gempa terjadi, rangka pemikul momen harus daktil supuya integritasnya tetap

terjaga sehingga bangunan terhindar dari kemungkinan terjadinya keruntuhan pada

struktur secara tiba-tiba. Perilaku daktil ini hanya dapat dicapai apabila pada saat

terbentuknya sendi-sendi plastis pada pelat balok-kolon mampu mentransfer efek

beban lateral gempa tanpa kehilangan kekuatan dan kekakuannya.

2.4.1.1 Komponen Struktur Lentur Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus

(SRPMK)

A. Ruang Lingkup

Gambar 2.26 Penempatan Tulangan pada Slab

(Sumber : SNI 1727 201)3

Page 50: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

53

Komponen struktur lentur pada SRPMK harus memenuhi syarat dibawah ini:

(SNI 2847:2019)

1) Gaya tekan aksial terfaktor pada komponen struktur (Pu), tidak boleh

melebihi 0,1𝑓′𝑐𝐴𝑔.

2) Bentang bersih untuk komponen struktur 𝑙𝑛, tidak boleh kurang dari empat

kali tinggi efektifnya.

3) Lebar komponen, 𝑏𝑛, tidak boleh kurang dari yang lebih kecil dari 0,3β„Ž

dan 250 mm.

4) Lebar komponen struktur 𝑏𝑀, tidak boleh melebihi lebar komponen

struktur penumpu, 𝑐2, ditambah suatu jarak pada masing-masing sisi

komponen struktur penumpu yang sama dengan yang lebih kecil dari (a)

dan (b):

(a) Lebar komponen struktur penumpu, 𝑐2 dan

(b) 0,75 kali dimensi keseluruhan komponen struktur penumpu, 𝑐1.

B. Tulangan Longitudinal

1) Pada seberang penampang komponen struktur lentur:

β€’ jumlah tulangan tidak boleh kurang dari:

β€’ tidak boleh kurang dari

β€’ rasio tulangan

β€’ paling sedikit dua batang tulangan harus disediakan menerus pada

kedua sisi atas dan bawah

2) Kekuatan momen positif pada muka joint harus tidak kurang dari setengah

kekuatan momen negatif yang disediakan pada muka joint tersebut. baik

kekuatan momen negatif atau positif pada sembarang penampang

sepanjang panjang komponen struktur tidak boleh kurang dari seperempat

kekuatan momen maksimum yang disediakan pada muka salah satu dari

joint tersebut.

3) Sambungan lewatan tulangan lentur diijinkan hanya jika tulangan

sengkang atau spiral disediakan sepanjang panjang sambungan, spasi

tulangan transversal yang melingkupi batang tulangan yang disambung

Page 51: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

54

lewatkan tidak boleh melebihi yang lebih kecil dari d/4 dan 100 mm.

Sambungan lewatan tidak boleh digunakan:

(a) Dalam joint

(b) Dalam jarak dua kali tinggi komponen struktur dari muka joint

(c) Bila analisis menunjukkan pelelehan lentur diakibatkan oleh

perpindahan lateral inelastis rangka.

C. Tulangan Transversal

1) Sengkang harus dipasang pada daerah komponen struktur rangka berikut:

Gambar 2.27 Contoh Sengkang Tertutup Saling Tumpuk dan Ilustrasi Batasan pada Spasi

Horizontal Maximum Batang Tulangan Longitudinal yang ditumpu

(Sumber : SNI 1727 2013)

β€’ Sepanjang suatu panjang yang sama dengan dua kali tinggi komponen

struktur yang diukir dari muka komponen struktur penumpu ke arah

tengah bentang, di kedua ujung komponen struktur lentur.

β€’ Sepanjang panjang-panjang yang sama dengan dua kali tinggi

komponen struktur pada kedua sisi suatu penampang dimana pelelehan

lentur sepertinya terjadi dalam hubungan dengan perpindahan lateral

inelastik rangka.

Page 52: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

55

2) Sengkang tertutup pertama harus disempatkan tidal lebih dari 50 mm dari

muka komponen struktur penumpu. Spasi sengkang tertutup tidak boleh

melebihi yang terkecil dari (a), (b), (c):

(a) d/4

(b) enam kali diameter terkceil batang tulangan lentur utama tidak

termasuk tulangan kulit longitudinal yang diisyaratkan

(c) 150 mm

3) Bila sengkang tertutup diperlukan, batang tulangan lentur utama yang

terdekat ke muka tarik dan tekan harus mempunyai tumpuan lateral yang

memenuhi syarat. Spasi batang tulangan lentur yang tertumpu secara

transversal tidak boleh melebihi 350 mm. Tulangan kulit yang disyaratkan

tidak perlu tertumpu secara lateral

4) Lewatan Bila sengkang tertutup tidak diperlukan, sengkang dengan kait

gempa pada kedua ujung harus dispasikan dengan jarak tidak lebih dari

d/2 sepanjang panjang komponen struktur.

5) Sengkang atau pengikat yang diperlukan untuk menahan geser harus

berupa sengkang sepanjang panjang komponen struktur

6) Sengkang pada komponen struktur lentur diijinkan terbentuk dari dua

potong tulangan, sebuah sengkang yang mempunyai kait gempa pada

kedua ujungnya dan ditutup oleh pengikat silang. Pengikat silang

berurutan yang mengikat batang tulangan memanjang yang sama harus

mempunyai kait 90 derajat pada sisi komponen struktur lentur yang

berlawanan. Jika batang tulangan memanjang yang diamankan oleh

pengikat silang dikekang oleh slab hanya pada satu sisi komponen struktur

rangka lentur, kait pengikat silang 90 derajat harus ditempatkan pada sisi

tersebut.

D. Persyaratan Tulangan Geser

1) Gaya Desain

Gaya dasar desain, Ve, harus ditentukan dari peninjauan gaya statis pada

bagian komponen struktur antar muka-muka joint. Harus diasumsikan

bahwa momen-momen dengan tanda berlawanan yang berhubungan

Page 53: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

56

dengan kekuatan momen lentur yang mungking, Mpr, bekerja pada muka-

muka joint dan bahwa komponen struktur dibebani dengan beban gravitasi

tributary terfaktor sepanjang bentangnya.

2) Tulangan Transversal

Tulangan transversal sepanjang panjang yang diidentifikasi harus

diproporsikan untuk menahan geser dengan mengasumsikan 𝑉𝑐 = 0

bilamana keduanya (a) dan (b):

(a) Gaya geser yang ditimbulkan gempa yang dihitung mewakili

setengah atau lebih dari kekuatan geser perlu maksimum dalam

panjang tersebut.

(b) Gaya tekan aksial terfaktor, 𝑃𝑒 termasuk pengaruh gempa kurang

dari 0,2𝑓′𝑐𝐴𝑔

E. Perencanaan Balok SRPMK

Daerah pengekangan pada balok SRPMK terletak pada daerah sendi plastis,

dimana daerah sendi plastis pada balok adalah sepanjang dua kali tinggi balok.

Untuk pengekang pertama harus dipasang pada jarak 50 mm dari muka kolom

terdekat dan selebihnya jarak spasi (pengekang) tidak boleh melebihi yang terkecil

dari:

β€’ d/4

β€’ 6db

β€’ 150 mm

Luas tulangan pengekang senditi tidak boleh kurang dari yang diisyaratkan

dari persamaan di bawah ini:

β€’ π΄π‘ β„Ž = 0,3𝑠.𝑏𝑐.π‘“π‘π‘Ÿ

𝑓𝑦[(

𝐴𝑔

π΄π‘β„Ž) βˆ’ 1]

β€’ π΄π‘ β„Ž = 0,09𝑠.𝑏𝑐.π‘“π‘π‘Ÿ

𝑓𝑦

Page 54: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

57

F. Perencanaan Kolom SRPMK

Gambar 2.28 Contoh Tulangan Transversal pada Kolom

Sumber : SNI 1727 2013

Pengekangan pada kolom dipasang disetiap ujung-ujung kolom sepanjang β„“π‘œ,

menurut SNI 2847:2019 Pasal 21.6.4.1 panjang β„“π‘œ tidak boleh lebih dari yang

terbesar antara:

β€’ H kolom

β€’ 1/6 Ln

β€’ 450 mm

Seusai SNI 2847:2019 Pasal 21.6.4.3 spasi tulangan pengekang sepanjang

daerah kekangan β„“π‘œ tidak boleh melebihi yang terkecil dari:

β€’ 14⁄ Γ— 600

β€’ 6 Γ— diameter tulangan

Untuk menentukan luas tulangan, pengekangan pada kolom dapat

menggunakan persamaan di bawah ini:

β€’ π΄π‘ β„Ž = 0,3𝑠.𝑏𝑐.π‘“π‘π‘Ÿ

𝑓𝑦[(

𝐴𝑔

π΄π‘β„Ž) βˆ’ 1]

β€’ π΄π‘ β„Ž = 0,09𝑠.𝑏𝑐.π‘“π‘π‘Ÿ

𝑓𝑦

Page 55: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

58

2.4.2 Dinding Geser

2.4.2.1 Pengertian Dinding Geser (Shear Wall)

Dinding geser adalah struktur dinding vertikal yang digunakan untuk

menahan gaya geser, gaya lateral akibat gempa bumi. Dengan adanya Shear Wall

yang kaku pada bangunan, sebagian besar beban gempa akan terserap oleh dinding

geser tersebut. dinding geser biasanya ditempatkan di luar, di dalam ataupun berupa

inti yang memuat ruang lift atau tangga, perencanaan dinding geser yang baik tidak

terlepas dari pemilihan bentuk dinding, lokasi penempatannya pada denah serta

bentuk ragam keruntuhannya.

2.4.2.2 Klasifikasi Dinding Geser

Berdasarkan letak dan fungsinya, Shear Wall / dinding geser dapat

diklasifikasikan dalam 3 jenis, yaitu:

1) Bearing Wall adalah dinding geser yang juga mendukung sebagian besar

beban gravitasi. Tembok-tembok ini juga menggunakan dinding partisi

antara partemen yang berdekatan.

2) Frame Wall adalah dinding geser yang menahan beban lateral, dimana

beban gravitasi berasal dari frame beton bertulang. Tembok-tembok ini

dibangun di antara baris kolom bagian dalam.

3) Core Wall adalah dinding geser yang terletak di dalam wilayah inti pusat

dalam gedung, yang biasanya di tangga atau poros lift. Dinding yang

terletak di kawasan inti pusat memiliki fungsi ganda dan dianggap menjadi

pilihan ekonomis.

Berdasarkan geometrisnya dinding geser dikategorikan sebagai berikut:

1) Flecural Wall (dinding langsing), yaitu dinding geser yang memiliki rasio

π’‰π’˜/π’π’˜ β‰₯ 𝟐, dimana desain dikontrol terhadap prilaku lentur.

2) Squat Wall (dinding pendek), yaitu dindiing geser yang memilki rasio

π’‰π’˜/π’π’˜ ≀ 𝟐, dimana desain dikontrol terhadap perilaku lentur.

3) Coupled Shear Wall (dinding berangkai), dimana momen guling yang

terjadi akibat beban gempa ditahan oleh sepasang dinding geser yang

Page 56: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

59

dihubungkan dengan balok-balok penghubung sebagai gaya tarik dan

tekan yang bekerja pada masing-masing dasar dinding tersebut.

2.4.2.3 Tulangan Minimum

1) Rasio minimum luas tulangan vertikal terhadap luas bruto beton, πœŒβ„“,

harus:

(a) 0,0012 untuk batang tulangan ulir yang tidak lebih besar dari D-16

dengan fy tidak kurang dari 420 Mpa, atau

(b) 0,0015 untuk batang tulangan ulir lainnya; atau

(c) 0,0012 untuk tulangan kawat las yang tidak lebih besari dari βˆ…-16 atau

D-16

2) Rasio minimum luas tulangan horizontal terhadap luas beton πœŒπ‘‘, harus:

(a) 0,0020 untuk batang tulangan ulir yang tidak lebih besar dari D-16

dengan fy tidak kurang dari 420 Mpa, atau

(b) 0,0025 untuk batang tulangan ulir lainnya; atau

(c) 0,0020 untuk tulangan kawat las yang tidak lebih besari dari βˆ…-16 atau

D-16

2.4.2.4 Batasan Ketinggian Bangunan yang Ditingkatkan untuk Dinding Geser

Beton Bertulang

Batasan ketinggian diijinkan untuk ditingkatkan dari 48 m sampai 72 m untuk

struktur yang dirancang dengan kategori desain seismik D atau E. Apabila struktur

mempunyai sistem penahan gaya gempa berupa dinding geser beton bertulang

cetak-setempat khusus, struktur harus memenuhi persyaratan berikut:

(a) Struktur tidak boleh mempunyai ketidak beraturan torsi yang berlebihan

seperti didefinisikan dalam tabel 2.16 (ketidak beraturan struktur tipe 1b)

(b) Dinding geser beton bertulang cetak-setempat khusus, pada semua

bidang harus menahan tidak lebih dari 60 persen gaya gempa total dalam

setiap arah, dengan mengabaikan pengaruh torsi tak terduga.

Page 57: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

60

Tabel 2.14 Ketidakberaturan Horisontal pada Struktur

Tipe dan Penjelasan Ketidakberaturan Pasal

Referensi

Penerapan

Kategori Desain

Seismik

1a. Ketidakberaturan torsi didefinisikan ada jika simpangan

antar lantai tingkat maksimum, torsi yang dihitiung

termasuk tak terduga, di sebuah ujung struktur melintang

terhadap sumbu lebih dari 1,2 kali simpangan antar lantai

tingkat rata-rata di kedua ujung struktur. Persyaratan

ketidakberaturan torsi dalam pasal-pasal referensi berlaku

hanya untuk struktur di mana diafragmanya kaku atau

setengah kaku.

7.3.3.4 D, E, dan F

7.7.3 B, C, D, E, dan F

7.8.4.3 C, D, E, dan F

7.12.1 C, D, E, dan F

Tabel 13 D, E, dan F

12.2.2 B, C, D, E, dan F

1b. Ketidakberaturan torsi berlebihan didefinisikan ada

jika simpangan antar lantai tingkat maksimum, torsi yang

dihitung termasuk tak terduga, di sebuah ujung struktur

melintang terhadap sumbu lebih dari 1,4 kali simpangan

antar lantai tingkat rata-rata di kedua ujung struktur.

Persyaratan ketidakberaturan torsi berlebihan dalam pasal-

pasal referensi berlaku hanya untuk struktur di mana

diafragmanya kaku atau setengah kaku.

7.3.3.1 E dan F

7.3.3.4 D

7.7.3 B, C, dan D

7.8.4.3 C dan D

7.12.1 C dan D

Tabel 13 D

12.2.2 B, C, dan D

2 Ketidakberaturan sudut dalam didefinisikan ada jika

kedua proyeksi denah struktur dari sudut dalam lebih besar

dari 15 persen dimensi denah struktur dalam arah yang di

tentukan.

7.3.3.4 D, E, dan F

Tabel 13 D, E, dan F

3 Ketidakberaturan diskontinuitas diafragma didefinisikan ada jika terdapat diafragma dengan

diskontinuitas atau variasi kekakuan mendadak, termasuk

yang mempunyai daerah terpotong atau terbuka lebih besar

dari 50 persen daerah diafragma bruto yang

melingkupinya, atau perubahan kekakuan diafragma

efektif lebih dari 50 persen dari suatu tingkat ke tingkat

selanjutnya.

7.3.3.4 D, E, dan F

Tabel 13 D, E, dan F

4 Ketidakberaturan pergeseran melintang terhadap

bidang didefinisikan ada jika terdapat diskontinuitas

dalam lintasan tahanan gaya lateral, seperti pergeseran

melintang terhadap bidang elemen vertikal.

7.3.3.3 B, C, D, E, dan F

7.3.3.4 D, E, dan F

7.7.3 B, C, D, E, dan F

Tabel 13 D, E, dan F

12.2.2 B, C, D, E, dan F

5 Ketidakberaturan sistem nonparalel didefinisikan ada

jika elemen penahan gaya lateral vertikal tidak paralel atau

simetris terhadap sumbu-sumbu ortogonal utama sistem

penahan gaya gempa.

7.5.3 C, D, E, dan F

7.7.3 B, C, D, E, dan F

Tabel 13 D, E, dan F

12.2.2 B, C, D, E, dan F

Sumber : SNI 1726 2019

Page 58: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

61

2.4.2.5 Pengangkuran Dinding Struktural

Dinding struktural yang berfungsi sebagai penumpu beban vertikal atau

penahan geser lateral untuk bagian struktur harus diangkurkan ke pelat atap dan

seluruh pelat lantai serta elemen-elemen struktur yang memberikan tahanan lateral

untuk dinding atau yang ditumpu oleh dinding. Angkur harus memberikan

sambungan langsung antara dindin-dinding dan konstruksi pelat atap atau

konstruksi pelat lantai. Angkur harus mampu menahan gaya horizontal terfaktor

yang tegak lurus bidang dinding sebesar minimum 0,2 kali berat daerah tributari

dinding pada sambungan, tapi tidak kurang dari 0,24

2.4.2.6 Gaya Pengangkuran Dinding

Pengangkuran dinding struktural pada konstruksi pendukung harus dapat

menyediakan suatu sambungan langsung yang mampu menahan gaya rencana

berikut:

𝐹𝑝 = 0,4π‘†π·π‘†π‘˜π‘ŽπΌπ‘’π‘Šπ‘

𝐹𝑝 tidak boleh diambil kurang dari 0,2π‘˜π‘ŽπΌπ‘’π‘Šπ‘

π‘˜π‘Ž = 1,0𝐿𝑓

30

π‘˜π‘Ž tidak perlu diambil sebesar 2,0

Keterangan:

𝐹𝑝 = gaya desain pada angkur-angkur individu

𝑆𝐷𝑆 = parameter percepatan respons spectral desain pada perioda pendek

(𝑆𝐷𝑆 =2

3𝑆𝑀𝑆)

𝐼𝑒 = faktor keutamaan gempa (Tabel 2.4)

π‘˜π‘Ž = faktor amplifikasi untuk fleksibilitas diafragma

𝐿𝑓 = bentang diafragma fleksibel (dalam m) yang memberikan tumpuan lateral

pada dinding; bentang tersebut diukur antara elemen-elemen vertikal yang

menyediakan tumpuan lateral terhadap diafragma tersebut pada araha yang

ditinjau. Nilai 𝐿𝑓 adala 0 untuk diafragma kaku

π‘Šπ‘ = berat dinding sesuai luasan tributari angkur

Page 59: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

62

Bila angkur tidak terletak di atap dan seluruh diafragma tidak fleksibel, maka

nilai yang diperoleh dari 𝐹𝑝 = 0,4π‘†π·π‘†π‘˜π‘ŽπΌπ‘’π‘Šπ‘ diijinkan untuk dikalikan dengan

faktor (1+2𝑧/β„Ž)

3, dimana z adalah tinggi angkur di atas dasar struktur dan h adalah

tinggi atap di atas dasar.

Dinding struktural harus didesain untuk menahan lentur antara angkur-angkur

bila spasi angkur melebihi 1200 mm.

2.4.2.7 Perencanaan Dinding Geser

Pengekangan pada dinding geser terjadi pada daerah elemen pembatas

(boundary element). Elemen pembatas ini ditentukan dengan persamaan:

𝑐 >𝑙𝑀

600 Γ— (π›Ώπ‘’β„Žπ‘€

);

𝛿𝑒

β„Žπ‘€> 0,007

Keterangan:

c = panjang dari serat terluar beton ke garis normal. Untuk nilai 𝛿𝑒 didapat dari

drift hasil analisa menggunakan software

Hw = tinggi dinding geser

Jika nilai 𝛿𝑒

β„Žπ‘€< 0,007, maka nilai yang digunakan adalah 0,007.

Jika 𝑐 <𝑙𝑀

600Γ—(𝛿𝑒

β„Žπ‘€), maka dinding geser tidak memerlukan tulangan pengekang.

Tulangan pengekang harus dipasang sepanjang elemen pembatas (boundary

element). Untuk panjang elemen pembatas harus dipasang secara horizontal tidak

kurang dari:

β€’ 𝑐 βˆ’ 0,1𝑙𝑀

β€’ 𝑐2⁄

Menentukan luas tulangan pengekangan pada dinding geser juga

menggunakan rumus di bawah ini:

β€’ π΄π‘ β„Ž = 0,3𝑠.𝑏𝑐.π‘“π‘π‘Ÿ

𝑓𝑦[(

𝐴𝑔

π΄π‘β„Ž) βˆ’ 1]

β€’ π΄π‘ β„Ž = 0,09𝑠.𝑏𝑐.π‘“π‘π‘Ÿ

𝑓𝑦

Page 60: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

63

2.4.3 Sistem Ganda (Dual System)

pada struktur bangunan tinggi sering digunakan gabungan antara portal

penahan momen dengan dinding geser yang disebut sebagai sistem ganda (dual

system). Sistem ganda (dual system) digunakan terutama pada bangunan tinggi yang

dibangun di daerah yang terkena pengaruh gempa bumi. Struktur sistem ganda

(dual system) memiliki kemampuan yang tinggi dalam memikul gaya geser.

Berdasarkan SNI 03-1726-2012 sistem ganda terdiri dari :

a) Rangka ruang yang memikul seluruh beban gravitasi,

b) Pemikul beban lateral berupa dinding geser atau rangka bresing dengan rangka

pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah

mampu memikul sekurang-kurangnya 25% dari seluruh beban lateral,

c) Kedua sistem harus direncanakan untuk memikul secara bersama-sama seluruh

beban lateral dengan memperhatikan interaksi/sistem ganda.

Gambar 2.29 Interaksi Rangka dan Dinding dalam Sistem Ganda

Sumber : SNI 1727 2013

Penggabungan antara portal penahan momen dan dinding geser dapat

memberikan hasil yang baik untuk memperoleh kekenyalan./daktilitas (ductility)

dan kekakuan sistem struktur. Dalam gedung tinggi seringkali terjadi eksentrisitas

yang berlebihan terutama untuk gedung tinggi yang bentuknya tidak beraturan. Hal

ini terjadi karena tidak berimpitnya pusat massa dan pusat kekakuan gedung,

sehingga bisa menyebabkan rotasi pada gedung. Dengan adanya interaksi antara

portal dan dinding geser, dinding geser akan berprilaku flexural/bending mode,

sedangkan frame akan berdeformasi dalam shear mode, gaya geser dipikul oleh

frame pada bagian atas dinding geser (shearwall) memikul gaya geser pada bagian

bawah, sehingga eksentrisitas yang terjadi tidak terlalu besar.

Page 61: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Struktur 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/71570/3/BAB II.pdfBaja 7850 kg/m3 Beton 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (kelas I) 1000 kg/m3 Pasir

64

2.5 Stabilitas Bangunan Tinggi

Gambar 2.30 Penentuan Simpangan Antar Lantai

Sumber : SNI 1727 2013

Dalam SNI 1726:2019 dijelaskan bahwa stabilitas suatu gedung dapat

diketahui dari nilai simpangan antar lantai yang nantinya akan dikontrol dengan

nilai drift, dan nilai drift didapatkan dari hasil analisa menggunakan software. Dari

gambar di atas dapat diketahui bahwa nilai Ξ” harus lebih kecil dari Ξ”π‘Ž. Nilai Ξ”π‘Ž

didapatkan dari tabel berikut:

Tabel 2.15 Simpangan Antar Lantai Ijin, Ξ”π‘Ž

Struktur Kategori Resiko

I atau II III IV

Struktur, selain dari struktur dinding geser batu bata, 4 tingkat

atau kurang dengan dinding interior, partisi, langit-langit dan

sistem dinding eksterior yang telah didesain untuk

mengakomodasi simpangan antar lantai tingkat.

0,025h𝑠π‘₯𝑐

0,020h𝑠π‘₯ 0,015h𝑠π‘₯

Struktur dinding geser kantilever batu bataa 0,010h𝑠π‘₯ 0,010h𝑠π‘₯ 0,010h𝑠π‘₯

struktur dinding geser batu bata lainnya 0,007h𝑠π‘₯ 0,007h𝑠π‘₯ 0,007h𝑠π‘₯

semua struktur lainnya 0,020h𝑠π‘₯ 0,020h𝑠π‘₯ 0,020h𝑠π‘₯

Sumber : SNI 1727 2013

Keterangan:

β„Žπ‘ π‘₯ = tinggi tingkat perlantai

Dalam menentukan kestabilan struktur bisa ditinjau dari rasio drift yang

didapat dari hasil perhitungan drift maksimum dibagi dengan tinggi bangunan

seperti persamaan berikut:

π·π‘Ÿπ‘–π‘“π‘‘ π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ =π·π‘Ÿπ‘–π‘“π‘‘ π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ 

β„Žπ‘›< 0,0025 (OK)

Nilai rasio drift harus kurang dari 0,0025.