BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan teori Merger dan...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan teori Merger dan...
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan teori Merger dan Akuisisi
Merger dan akuisisi merupakan istilah yang umum digunakan dalam
aksi sebuah atau beberapa perusahaan dalam melakukan ekspansi bisnis
Akbarwati dalam (Associate Analyst Vibiz Research Center, 2010)
menyatakan perluasan atau ekspansi bisnis diperlukan oleh suatu perusahaan
untuk mencapai efisiensi, menjadi lebih kompetitif, serta untuk meningkatkan
keuntungan atau profit perusahaan. Merger dan akuisisi atau penggabungan
usaha merupakan salah satu bentuk restrukturisasi perusahaan, dalam dunia
bisnis khususnya korporasi istilah merger dan akuisisi merupakan istilah yang
tidak asing lagi. Merger merupakan salah satu strategi yang diambil
perusahaan untuk mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan.
Merger dan akuisisi juga terjadi pada perusahaan di berbagai sektor
agar mampu bertahan di tengah berbagai kondisi ekonomi di Indonesia. Hal
tersebut menjadi salah satu energi upaya perusahaan untuk meningkatkan
kualitas perusahaan sehingga diharapkan sesudah proses merger dan akuisisi
akan didapatkan kinerja keuangan. Merger adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh satu PT atau lebih untuk menggabungkan diri dengan PT lain
yang telah ada dan selanjutya PT yang menggabungkan diri menjadi bubar
12
13
(Hariyani, etal.2011). sedangkan akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan
atau kendali operasional suatu perusahaan (Maheka,2008).
Abdul Moin (2003) menyatakan bahwa merger dan akuisisi bisa
didekati dari perspektif yaitu keuangan perusahaan (corporate finance) dan
dari manajemen startegi (strategic management). Dari sisi keuangan
perusahaan, merger dan akusisi adalah salah satu bentuk keputusan investasi
jangka panjang (penganggaran modal/ capital budgeting) yang harus
diinvestigasi dan dianalisis dari aspek kelayakan bisninsnya. Sementara itu
dari perspektif manajemen strategi, merger dan akuisisi adalah alternatif
strategi pertumbuhan melalui jalur eksternal untuk mencapai tujuan
perusahaan.
2.1.1 Pengertian Merger
Merger berasal dari bahasa latin “mergerer” yang berarti (1)
bergabung, bersama, menyatu, berkombinasi (2) menyebabkan hilangnya
identitas karena terserap atau tertelan sesuatu. Merge rmerupakan kombinasi
dari dua perusahaan atau lebih untuk membentuk sebuah perusahaan baru
(Scott C. Whitaker, 2012). Merger biasa digunakan dalam perusahaan sebagai
proses penggabungan suatu usaha. Merger dapat dilakukan baik secara
internal maupun eksternal. Merger internal terjadi ketika perusahaan sasaran
berada dalam satu kepemilikan group yang sama sedangkan Merger eksternal
14
terjadi ketika perusahaan sasaran berada dalam group kepemilikan yang
berbeda.
Dalam strategi bisnis Merger didefinisikan oleh Hitt (2001, h. 295)
sebagai sebuah strategi dimana dua perusahaan setuju untuk menyatukan
kegiatan operasionalnya dengan basis yang relatif seimbang, karena mereka
memiliki sumber daya dan kapabilitas yang secara bersama-sama dapat
menciptakan keunggulan kompetetif yang lebih kuat. Lebih lanjut
Sudarsanam (1999, h. 1) mengatakan bahwa dalam Merger perusahaan-
perusahaan yang menggabungkan dan membagi sumber daya yang mereka
miliki untuk mencapai tujuan bersama, dan para pemegang saham dari
perusahaan-perusahaan yang bergabung tersebut seringkali tetap dalam posisi
pemilik bersama entitas yang digabungkan.
Gambar 2.1.1 Ilustrasi Merger
2.1.2 Pengertian Akuisisi
Akuisisi berasal dari kata “acquisition” (Latin) dan “acquisition”
(Inggris), makna harfiah akuisisi adalah membeli atau mendapatkan sesuatu /
obyek untuk ditambahkan pada sesuatu yang telah dimiliki sebelumnya.
Perusahaan A
Atau
Perusahaan B
Perusahaan A
Perusahaan B
15
Akuisisi dalam teminologi bisnis diartikan sebagai pengambilalihan
kepemilikan atau pengendalian atas saham atau asset suatu perusahaan oleh
perusaahaan lain, dan dalam peristiwa baik perusahaan pengambilalih atau
yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah (Moin,
2003).
Cara penggabungan usaha lainnya adalah dengan cara akuisisi.
Melalui akuisisi perusahaan dapat menjadikan perusahaan targetnya sebagai
anak perusahaannya jadi dengan kata lain perusahaan baik pengakuisisi
ataupun perusahaan target tetap berdiri semua ( Agus Sartono, 2001). Dalam
proses akuisisi kebanyakan pemegang saham perusahaan target akan
mendapatkan banyak manfaaat dibandingkan dengan pemegang saham
perusahaan pengakuisisi. Hal ini dapat terjadi bila dalam tender
pengambilalihan banyak perusahaan berpartisipasi sehingga penawaran saham
perusahaan menjadi lebih tinggi.
Akuisisi dalam terminologi bisnis menurut Hadiningsih (dikutip dari
Moin, 2003) diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau
pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusaahaan lain,
dan dalam peristiwa baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih
tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah. Sedangkan sebuah akuisisi
menurut Hitt (2001, h. 295) adalah strategi yang melaluinya suatu perusahaan
membeli hak untuk mengontrol atau 100 persen kepemilikan terhadap
16
perusahaan lain dengan tujuan untuk menggunakan kompetensi inti
perusahaan itu secara efektif, dengan cara menjadikan perusahaan yang
diakuisisi itu sebagai bagian dari bisnis dalam portofolio perusahaan yang
mengakuisisi.
Gambar 2.1.2 Ilustrasi Akuisisi
Sebelum Akusisi Setelah Akusisi
Pengendalian
2.1.3 Definisi Merger dan Akuisisi Menurut Para Ahli
Penggabungan usaha dapat dilakukan melalui merger dan akuisisi.
Merger menurut Foster (1986) dalam Usadha dan Yasa (2009) adalah
penggabungan dari dua perusahaan atau lebih, tetapi salah satu nama
perusahaan masih tetap digunakan, sedangkan yang lain melebur menjadi satu
kesatuan hokum. Sedangkan akuisisi menurut Foster (1986) dalam Helga dan
Salamun (2006) adalah pembelian seluruh atau sebagian besar kepemilikan
baik dalam bentuk saham ataupun aktiva oleh perusahaan lain. Akuisisi saham
dilakukan dengan cara mengambilalih atau membeli seluruh atau sebagian
besar saham yang telah dikeluarkan oleh perusahaa yang diakuisisi dengan
menggunakan kas, saham atau sekuritas lain. Menurut Payamta dan Setiawan
Perusahaan A Perusahaan A
Perusahaan B Perusahaan B
17
(2004) dengan akuisisi mengakibatkan beralihnya pengendalian kepada
perusahaan lainnya.
Motif utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi menurut
Brigham dan Houston (2004) adalah sinergi, pertimbangan pajak, pembelian
aktiva dibawah penggantianya, diversifikasi, insentif pribadi manajer, nilai
residual. Selain dari beberapa motif diatas Sinuraya, (1999) juga
mengemukakan alasan-alasan dilakukannya merger. Alasan-alasan tersebut
mungkin tidak mutually exclusive tetapi dipertimbangkan bersama-sama yaitu
untuk bias beroperasi dengan lebih ekonomis, memeroleh manajemen yang
lebih baik, penghematan pajak yang belum dimanfaatkan, untuk
memanfaatkan dana yang mengganggur.
Gie (1992) dalam Payamta dan Setiawan (2004) mencatat beberapa
manfaat merger dan akuisisi yaitu komplementaris, pooling kekuatan,
mengurangi persaingan, menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan
beberapa kondisi kadang dinyatakan bahwa penggabungan usaha tidak lain
adalah pengambilalihan salah satu perusahaan bermaksud membeli
perusahaan lain dan kerap kali berada diluar kemauan perusahaan atau
kelompok-kelompok pemegang saham. Merger dan akuisisi (M&A)
merupakan suatu kegiatan penggabungan usaha yang banyak dilakuka oleh
perusahaan dalam negeri maupun luar negeri.
18
2.1.4 Motif Merger dan Akuisisi
Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan
melakukan merger dan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non-ekonomi.
Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu
meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham. Disisi lain, motif non ekonomi adalah motif yang bukan
didasarkan pada esensi tujuan perusahaan, tetapi didasarkan pada keinginan
subyektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan (Moin,
2003).
1. Motif Ekonomi
Merger dan akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka
panjangnya adalah untuk mencapai peningkatan n ilai tersebut. Oleh sebab
itu seluruh aktivitas dan pengambilan keputusan harus diarahkan untuk
mencapai tujuan tersebut. Esensi dari tujuan perusahaan, jika ditinjau dari
perpektif manajemen keuangan, adalah seberapa besar perusahaan mampu
menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang
saham. Merger dan akusisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka
panjangnya adalah mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu
seluruh aktivitas dan keputusan yang diambil oleh perusahaan harus
diarahkan mencapai tujuan ini.
19
Implentasi program yang dilakukan oleh perusahaan harus melalui
langkah-langkah konkrit misalnya melalui efisiensi produksi, peningkatan
penjualan, pemberdayaan dan peningkatan produktivitas sumder daya
manusia. Disamping itu dalam motif ekonomi merger dan akuisisi yang
lain meliputi (Moin, 2004):
1) Mengurangi waktu, biaya dan resiko kegagalan memasuki pasar baru.
2) Mengakses reputasi teknologi, produk dan merek dagang.
3) Memperoleh individu-individu sumberdaya manusia yang
professional.
4) Membangun kekuatan pasar.
5) Memperluas pangsa pasar.
6) Mengurangi persaingan.
7) Mendiversikasi lini produk.
8) Mempercepat pertumbuhan.
9) Menstabilkan cashflow dan keuntungan.
2. Motif Sinergi
Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan merger
dan akuisisi adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai
keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar
daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger
dan akuisisi. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara
20
simultan dari kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan yang
bergabung.
Pengaruh sinergi dapat timbul dari empat sumber, yaitu: (1)
Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam
manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi; (2) Penghematan
keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi
yang lebih baik oleh para analisis sekuritas; (3) Perbedaan efisiensi, yang
berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan aktiva
perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger dan (4)
Peningkatan penguasaaan pasar akibat berkurangnya persaingan (Brigham
dan Houston, 2001). Bentuk-bentuk sinergi disajikan sebagai berikut :
1) Sinergi Operasi
Sinergi operasi (operating synergy) terjadi ketika perusahaan
hasil kombinasi mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan
cara pemanfaatan secara optimal sumberdaya-sumberdaya perusahaan.
Sehingga dengan adanya merger ataupun akuisisi yang dilakukan
perusahaan maka diharapakan perusahaan dapat memasarkan
produknya hingga kapasitas penuh, dimana yang sebelumnya masih
idle akan dapat dioptimalkan untuk mendukung permintaan pasar.
Disini terjadi efisiensi karena pemanfaatan kapasitas produksi yang
semula masih menganggur.
21
2) Sinergi Financial
Sinergi finansial (Financial synergy) dihasilkan ketika
perusahaan hasil merger memiliki struktur modal yang kuat dan
mampu mengakses sumber-sumber dana dari luar secara lebih mudah
dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin
menurun. Struktur permodalan yang kuat akan menjamin
berlangsungnya aktivitas operasi perusahaan tanpa menghadapi
kesulitan likuiditas. Akses yang semakin mudah terhadap sumber-
sumber dana dimungkinkan ketika perusahaan memiliki ukuran yang
semakin besar. Perusahaan memliki struktur permodalan yang kuat
dan size yang besar akan diberi kepercayaan dan kepercayaan yang
positif oleh publik. Kondisi seperti ini akan memberikan dampak
positif bagi perusahaan karena makin meningkatnya kepercayaan
pihak lain seperti lembaga-lembaga keuangan sehingga mereka
bersedia meminjamkan dana. Perusahaan yang memiliki kepercayaan
dari publik seperti itu memiliki risiko kebangkrutan yang lebih kecil
daripada yang tidak memiliki kepercayaan publik.
3) Sinergi Manajerial
Sinergi manajerial (mangerial synergy) dihasilkan ketika
terjadi transfer kapabilitas manajerial dan skill dari perusahaan yang
satu ke perusahaan lain atau ketika secara bersama-sama mampu
memanfaatkan kapasitas know-how yang mereka miliki. Manajemen
22
yang seperti ini mampu bersinergi dalam mengambil keputusan-
keputusan startegik. Transfer kapabilitas terutama sekali terjadi ketika
sebuah perusahaan yang memiliki kinerja manajerial yang lebih baik
merger dengan perusahaan lain yang memiliki kinerja manajerial yang
kurang bagus. Perusahaan yang superior dalam suatu industry
seringkali memiliki sumberdaya manajemen yang lebih bagus
dibanding perusahaan yang lain di industri yang sama. Perusahaan
yang belum memiliki manajerial yang bagus perlu pembelajaran
internal (internal learning) melalui merger dengan perusahaan lain
apabila ingin memiliki keunggulan manajerial.
4) Sinergi Teknologi
Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan
teknik sehingga saling memetik manfaat. Sinergi teknologi dapat
terjadi misalnya pada departemen riset dan pengembangan,
departemen disain dan engineering, proses manufacturing, dan
teknologi informasi.
5) Sinergi Pemasaran
Perusahaan yang melakukan merger akan memperoleh manfaat
dari semakin luas dan terbukanya produk, bertambahnya lini produk
yang dipasarkan, dan semakin banyak konsumen yang bisa dijangkau.
23
3. Motif Diversifikasi
Diversifikasi adalah strategi perkembangan bisnis yang dapat dilakukan
melalui merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksud untuk mendukung
aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi
bersaing. Akan tetapi jika melakukan diversifikasi yang semakin jauh dari
bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor yang
mendukung kopetensi inti (core competence).
4. Motif Non-Ekonomi
Aktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk
kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat
non-ekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi dapat
berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan.
1) Hubris Hypothesis menyatakan bahwa merger dan akuisisi
sematamata didorong oleh motif ketamakan dan kepentingan pribadi
para eksekutif perusahaan.
2) Ambisi pemilik untuk menguasai berbagai sektor industri.Perusahaan-
perusahaan tersebut akan membentuk konglomerasi dibawah kendali
perusahaan induk.
Menurut Brigham dan Houston (1998) beberapa alasan merger dan
akuisisi yang sering dimunculkan adalah sinergi, pertimbangan pajak,
membeli asset di bawah biaya penggantian, diversifikasi, insentif bagi
24
manajer dan break up value. Dari keenam alasan tersebut yang paling
dominan adal ah alasan sinergi.
2.1.5 Tahapan Merger dan Akuisisi
Pelaksanaan merger dan akuisisi diharapkan memberi dampak positif pada
kinerja keuangan perusahaan. Nilai keseluruhan perusahaan setelah merger
dan akuisisi akan lebih besar dari penjumlahan nilai masing-masing
perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Selain itu merger dan akuisisi dapat
memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan, antara lain efisiensi berupa
penurunan biaya produksi, peningkatan keterampilan manajerial, serta
peningkatan kemampuan dalam pemasaran.
Dalam pelaksanaan merger dan akuisisi biasanya akan melewati beberapa
proses. Secara umum tahapan-tahapan merger dan akuisisi, pertama
perusahaan besar akan menentukan perusahaan target yang akan mereka beli.
Lalu dilanjutkan dengan sebuah negosiasi yang mana bila negosiasi berjalan
dengan lancar akan diikuti dengan pemebelian perusahaan target dengan nilai
yang telah dikehendaki bersama. Sangat jarang sebuah perusahaan
menawarkan untuk di ambilalih oleh perusahaan lian, kecuali dalam kasus
ketika perusahaan tersebut memiliki masalah atau kesulitan keuangan.
Menurut Agus Sartono (2001) tahapan pertama merger dan akuisisi adalah
perusahaan yang akan melakukan pengambilalihan akan mengidentifikasikan
perusahaan target. Kemudian dilanjutkan dengan penentuan harga beli yang
bersedia dibayarkan. Dalam tahapan selanjutnya manajemen perusahaan
25
pengmbilalih akan menghubungi manajemen perusahaan target untuk
dilakukan sebuah negoisiasi. Bila kedua perusahaan sepakat maka manajemen
perusahaan target akan melakukan pendekatan kepada para pemegang saham
untuk meyakinkan mereka bahwa penggabungan perusahaan ini akan
membawa keuntungan kepada kedua perusahaan, setelah para pemegang
saham setuju penggabungan dapat dilaksanakan baik dalam bentuk
pemabayaran tunai maupun dalam bentuk pembayaran dengansaham
perusahaan.
Sedangkan menurut Estanol dan Jo (2005) dalam merger terdapat tiga
tahapan yaitu :
1. Pre-Merger
Tahap ini merupakan keadaan sebelum merger dimana dalam tahap ini,
tugas dari seluruh jajaran direksi maupun manajemen kedua atau lebih
perusahaan adalah mengumpulkan informasi yang kompeten dan
signifikan unuk kepentingan proses merger perusahaan-perusahaan
tersebut sehingga dapat terjadi sinergi dari merger yang akan dilakukan.
2. Merger
Ketika perusahaan memutuskan untuk melakukan merger , hal yang harus
dilakukan untuk pertama kalinya dalam tahap ini adalah penyesuaian diri
dan saling mengintegrasikan diri dengan partner mereka agar dapat terjadi
sinergi
26
3. Post-Merger
Pada tahapan ini, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh
perusahaan. Langkah pertama (1) yang akan dilakukan oleh perusahaan
adalah dengan melakukan resktruktrisasi, dimana dalam merger , sering
terjadi adanya dualism kepemimpinan yang akan membawa pengaruh
buruk dalam organisasi. Langkah kedua (2) yang diambil adalah dengan
membangun suatu kultur baru dimana kultur atau budaya ini dapat
merupakan gabungan dari keunggulan kedua budaya perusahaan atau
dapat juga merupakan budaya yang sama sekali baru bagi perusahaan.
Langkah ketiga (3) yang diambil adalah dengan cara melancarkan transisi,
dimana yang harus dilakukan dalam hal ini adalah dengan membangun
suatu kerjasama, dapat berupa tim gabungan ataupun kerjasama mutual
2.1.6 Alasan Melakukan Merger dan Akuisi
Alasan perusahaan memilih merger dan akuisisi sebagai strateginya adalah
karena merger dan akuisisi dianggap jalan cepat untuk mewujudkan tujuan
perusahaan dimana perusahaan tidak perlu memulai dari awal suatu bisnis
baru. Merger dan akuisisi juga dianggap dapat menciptakan sinergi yaitu nilai
keseluruhan perusahaaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar
daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan
akuisisi. Selain itu keuntungan lebih banyak diberikan melalui merger dan
akuisisi kepada perusahaan antara lain peningkatan kemampuan dalam
27
pemasaran, riset, skill manajerial, transfer teknologi, dan efisiensi berupa
penurunan biaya produksi.
Merger dan akuisisi adalah keputusan strategis para manajer dari suatu
perusahaan, yang mana juga merupakan produk dari salah satu aspek
mendasar dalam strategi korporasi, memiliki beragam alasan, motif dan
tujuan. Menurut Simanjuntak (dikutip dari Prasana Chandra, 2001, h. 914)
menyatakan bahwa alasan ekonomi yang utama dari merger adalah nilai
(value) perusahaan hasil merger diharapkan lebih besar dari jumlah nilai
mandiri (independent values) dari perusahaan-perusahaan yang bergabung
(merger). Sedangkan Brigham (2001) menyatakan bahwa sinergi merupakan
alasan utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi. Pengaruh sinergi
sendiri bisa timbul dari empat sumber, yaitu (1) Penghematan operasi, yang
dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau
distribusi; (2) Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang
lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas; (3)
Perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan,
lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah
merger dan (4) Peningkatan penguasaaan pasar akibat
berkurangnyapersaingan.
Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui
merger maupun akuisisi, yaitu: a. Pertumbuhan atau diversifikas, b. Sinergi, c.
Meningkatkan dana, d. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi, e.
28
Pertimbangan pajak, f. Meningkatkan likuiditas pemilik, g. Melindungi diri
dari pengambilalihan. Alasan perusahaan melakukan Merger dan Akuisisi
adalah untuk memperoleh sinergi atau nilai tambah, strategies opportunities,
meningkatkan efektivitas dan mengeksploitasi mispricing di pasar modal
(Foster 1994, dalam Annas, 2010). Selain itu, alasan lain dilakukan merger
yaitu perusahaan ingin meningkatkan nilai perusahaan dan mensejahterakan
pemilik saham.
Sedangkan menurut Agus Sartono (2001) alasan perusahaan melakukan
merger dan akuisisi adalah sebagai berikut :
1. Ekonomies of Scale dengan merger dan akuisisi perusahaan dapat
mencapai skala operasi yang ekonomis. Skala ekonomis disini adalah
skala operasi dengan biaya rata-rata terendah. Dengan melakukan merger
dan akuisisi duplikasi fasilitas operasi dapat dihilangkan, serta dapat
memberikan pemasaran yang lebih efisien. Dengan merger dan akuisisi
dapat diperoleh adanya sinergi dimana nilai keseluruhan lebih besar dari
penjumlahan nilai setiap bagiannya. Skala ekonomi terjadi tidak hanya
dalam artian proses produksi saja, melainkan dalam bidang pemasaran,
personalia, keuangan dan juga bidang administrasi. Secara luas cakupan
skala ekonomi yang ingin dicapai adalah dalam seluruh penggunaan
sumber daya yang ada. Skala ekonomi dapat dicapai dengan berbagai
bentuk merger dan akuisisi, seperti merger horizontal yang akan
menghilangkan duplikasi fasilitas operasi karena memiliki produk yang
29
sama. Secara vertical akan memperpanjang jaringan usaha. Merger
vertical dapat dari depan ke belakang untuk menjamin supply bahan baku
ataupun dari belakang ke depan untuk menjangkau konsumen lebih
banyak lagi.
2. Memperbaiki manajemen akibat dari pengelolaan perusahaan yang tidak
efisien maka profitabilitas perusahaan akan menjadi rendah. Kurangnya
motivasi untuk ncapai profit yang tinggi, kurangnya keberanian untuk
mengambil resiko meruapakan bagian dari kegagalan perusahaan dalam
menghadapi persaingan yang semakin ketat. Dengan merger dan akuisisi
perusahaan dapat mempertahankan karyawan yang memang benar-benar
membawa keuntungan bagi perusahaan sehingga kemakmuran pemegang
saham dapat ditingkatkan selain itu efisiensi dan produktivitas karyawan
dapat ditingkatkan.
3. Penghematan pajak perusahaan sering mendapatkan potensi untuk
menghemat pajak, tetapi karena perusahaan tidak memperoleh laba maka
perusahaa tidak dapat memanfaatkannya. Maka perusahaan memutuskan
untuk menggabungkan usaha dengan perusahaan lain yang memperoleh
laba, dengan ini pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan menjadi
lebih kecil.
4. Diversifikasi atau Risk Reduction diversifikasi menjadi mudah dengan
merger dan akuisisi dimana perusahaan tidak perlu memulai lagi dari awal
untuk mempunyai lini usaha baru Dengan diversifikasi perusahaan juga
30
dapat memperkecil pengaruh siklus laba perusahaan yang diperoleh.
Dengan diversifikasi maka risiko yang dihadapi atas suatu saham dapat
dikompensasikan oleh saham lain dengan demikian resiko secara
keseluruhan menjadi lebih kecil. Hal ini dapat terjadi dengan asumsi
bahwa investor bersifat risk averse dan investor dapat melakukan
diversifikasi dengan efisien.
5. Meningkakan Corporate Growth Rate melalui merger dan akuisisi
perusahaan dapat meningkatkan pertumbuhanny. Hal ini sangat
dimungkinkan dengan adanya penguasaan jaringan pemasaran yang lebih
luas, manajemen yang lebih baik dan efisien. Sebagai contoh pemebelian
saham PT. Semen Gresik oleh Cemex dari Mexico dapat meningkatkan
kapasitas produksi serta pertumbuhan perusahaan. Dengan kata lain
alternative ini dapat memudahkan perusahaan untuk melakukan penetrasi
pasar yang lebih luas, terutama pasar asing.
2.1.7 Tipe Merger dan Akuisisi
2.1.7.1 Tipe Merger
Tipe merger menurut Simanjuntak (2004, h. 26) dari segi ekonomi
keuangan (finance) dan biasanya dipergunakan dan diaplikasikan dalam dunia
usaha adalah tipe merger horizontal (horizontal merger), merger vertikal
(vertical merger), dan merger konglomerat (conglomerate merger).
31
1. Merger Horizontal (horizontal merger)
Suatu merger horizontal terjadi apabila 2 (dua) perusahaan yangmemiliki
lini usaha yang sama bergabung atau apabila perusahaan-perusahaaan
yang bersaing di industri yang sama melakukan merger. Merger horizontal
ini akan memfasilitasi integrasi karena kedua perusaahaan yang merger
pada dasarnya memahami problema usaha dan industri mereka, merger ini
lebih lanjut menurut Simanjuntak (dikutip dari Van Horn & M.
Wachowichz) juga akan menghasilkan suatu “economies (of scale)” yang
hasil utamanya adalah terjadinya penghapusan (elimination) fasilitas
ganda (duplicate facility) dan adanya penawaran lini produk yang lebih
luas (broader product line) sesuai dengan harapan peningkatan
permintaan.
2. Merger Vertikal (Vertical Merger)
Merger vertikal terjadi apabila suatu perusahaan bergabung dengan
penyalurnya atau pelanggannya, seperti merger antara penjual (seller) dan
pembelinya (buyer). Merger vertikal ini memberikan perusahaan suatu
pengawasan lebih luas atas distribusi dan pembeliannya. Dan merger
vertikal ini jarang dihalangi (block).
3. Merger Konglomerat (Conglomerate Merger)
Merupakan gabungan dari perusahaan-perusahaan yang tidak mempunyai
keterkaitan operasi. Missalnya, perusahaan otomotif membeli perusahaan
32
kosmetik. Tipe merger bila ditinjau dari prosesnya menurut Husnan
(2002) merger dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Friendly merger, proses ini disepakati oleh dua belah pihak dengan
cara sebagai berikut : Pertama, mengidentifikasikan perusahaaan
yang akan menjadi target merger dan akuisisi. Kedua, menentukan
harga beli yang bersedia dibayarkan pada perusahaan yang akan
membeli menghubungi perusahaan target untuk melakukan
negosiasi. Jika pemegang saham perusahaan target menyetujui,
maka penggabungan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik
melalui pembayaran tunai atau pembayaran dengan saham
perusahaan
2) Hostile takeover, proses ini terjadi jika perusahaan target yang
akan di merger tersebut berkeberatan dengan alasan harga yang
ditetapkan terlalu rendah (undervalue) atau karena manajer takut
kehilangan jabatannya, sehingga terkadang pihak manajer
melakukan berbagai cara untuk menggagalkan kegiatan merger ini.
4. Merger Congeneric
Menurut simanjuntak (dikutip dari Brigham & Gapenski, 1990, h. 965)
menyatakan, para ekonom juga melihat Congeneric sebagai salah satu
grup merger disamping merger horizontal, vertikal, dan konglomerat.
Merger congeneric ini melibatkan perusahaan-perusahaan yang terkait
33
namun bukan produsen produk yang sama (horizontal) ataupun dalam
hubungan produsen dan penyalur (vertical).
5. Merger Ekstensi Pasar
Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih
perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar. Tujuan
merger dan akuisisi ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran
bagi produk masing-masing perusahaan. Merger dan akusisi ekstensi pasar
sering dilakukan oleh perusahan-perusahan lintas Negara dalam rangka
ekspansi dan penetrasi pasar. Strategi ini dilakukan untuk mengakses
pasar luar negeri dengan cepat tanpaharus membangun fasilitas produksi
dari awal di negara yang akan dimasuki. Merger dan akuisisi ekstensi
pasar dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor karena kurang
memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen luar
negeri.
6. Merger Ekstensi Produk
Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh duaatau lebih
perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan.
Setelah merger perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan lini
produk sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas. Merger dan
akuisisi ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan departemen riset
dan pengembangan masingmasing untuk mendapatkan sinergi melalui
efektivitas riset sehingga lebih produktif dalam inovasi.
34
2.1.7.2 Tipe Akuisisi
Tipe akuisisi perusahaan menurut Hitt (2001) ada beberapa macam bentuk
kemiripan dengan bentuk merger, adalah akuisisi horizontal, vertikal, dan
akuisisi berkaitan untuk meningkatkan pasar.
1. Akuisisi Horizontal
Akuisisi horizontal adalah mengakuisisi sebuah perusahaan yang bersaing
dalam industri yang sama. Akuisisi ini bertujuan meningkatkan kekuatan
pasar perusahaan dengan mendayagunakan sinergi yang berbasis biaya
dan pendapatan.
2. Akuisisi Vertikal
Akuisisi vertikal adalah perusahaan yang mengakuisisi pemasok atau
penyalur, satu atau lebih, barang-barang atau jasanya.
3. Akuisisi berkaitan
Akuisisi berkaitan adalah akuisisi sebuah perusahaan dalam industry yang
tingkat keterkaitannya tinggi.
Menurut Marcel Go (1992, dalam Hutagalung 2002) Akuisisi sebagai
salah satu bentuk kombinasi bisnis dapat dibedakan dalam 2 tipe, yaitu :
a. Akuisisi Finansial (Financial Acquisition )
Akuisisi finansial merupakan suatu tindakan akusisi terhadap satu atau
beberapa perusahaan tertentu yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mencapai keuntungan financial. Kecenderungannya adalah usaha membeli
35
perusahaan target dengan harga semurah mungkin, untuk menjual kembali
dengan harga jual yang lebih tinggi. Namun demikian apabila transaksi
tersebut dilaksanakan antar perusahaan yang berada dalam satu group
bisnis atau kepemilikan yang sama, maka harga belinya dapat lebih
menjadi mahal ataupun murah, tergantung pada kepentingan dan
keuntungan yang akan diperoleh pemilik mayoritas perusahaan yang
bersangkutan.
Motif utama akuisisi tipe ini adalah untuk mengeruk keuntungan
sebesar-besarnya. Seringkali perusahaan yang sedang mengalami
kemerosotan dan dalam kondisi yang relative lemah. Indikasinya adalah
adanya beban hutang yang relative besar, kemacetan pemasaran dan
distribusi , harga saham yang semakin melemah di lantai bursa, kapasitas
produksi yang menganggur, dn sebaliknya.
Namun demikian tindakan akuisisi terhadap suatu perusahaan target
tidak selalu mecerminkan indikasi-indikasi seperti diatas tersebut, karena
dalam prakteknya yang menjadi incaran justru perusahaan target yang
memiliki posisi keuangan yang likuid dan perolehan laba yang relative
tinggi serta memiliki prospek yang cukup baik.
b. Akuisisi Strategis (Strategic Acquisition)
Akuisisi strategis merupakan suatu akuisisi yang dilaksanakan dengan
tujuan untuk menciptakan sinergi dengan didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan jangka panjang. Sinergi ini tidak hanya terbatas pada
36
sinergi keuangan, tetatpi juga mencakup sinergi produksi, sinergi
distribusi, sinergi pengembangan teknologi atau gabungan dari sinergi-
sinergi tersebut.
2.1.8 Proses Dalam Merger dan Akuisisi
Merger dan akuisisi adalah hal yang sangat umum dilakukan agar
perusahaan dapat memenangkan persaingan serta terus tumbuh dan
berkembang. Merger dan akuisisi yang sukses menuntut pemilihan yang
cermat, perencanaan yang rapi, dan pendanaan yang tepat, tetapi tindakan ini
saja belum cukup, keberhasilan juga memerlukan kerjasama karena
menggabungkan dua perusahaan sangatlah rumit dan memerlukan serta
melibatkan banyak pihak atau orang. Proses merger dan akuisisi dilakukan
dalam beberapa tahapan kegiatan, menurut Setyasih (dikutip dari Payamta,
2001) proses itu meliputi :
1. Penetapan Tujuan
2. Mengidentifikasikan perusahaan target yang potensial untuk merger atau
diakuisisi.
3. Menyeleksi calon target.
4. Mengadakan kontrak dengan manajemen perusahaan target untuk
mendaptakan informasi.
37
5. Mencari informasi yang dibutuhkan, terutama informasi kondisi keuangan
perusahaan target, yang mencakup periode 5 tahun terakhir dan komitmen
yang dilakukan perusahaan target.
6. Menetapkan harga penawaran dan cara pembiayaannya.
7. Mencari alternatif sumber pembiayaan.
8. Melakuka uji kelayakan (due diligency) terhadap perusahaan target.
9. Mempersiapkan dan menandatangani kontrak merger dan akuisisi.
10. Pelaksanaan merger dan akuisisi.
2.1.9 Manfaat Merger dan Akuisisi
Menurut Kwik Kian Gie (1992) dalam Widjanarko (2004) ada beberapa
manfaat merger dan akuisisi, yaitu sebagai berikut:
1. Komplementaris
Penggabungan 2 perusahaan sejenis atau lebih secara horisontal
dapatmenimbulkan sinergi dalam berbagai bentuk, misal: perluasan
produk,transfer teknologi, sumber daya manusia yang tangguh,
dansebagainya.
2. Pooling Kekuatan
Perusahaan-perusahaan yang terlampau kecil untuk mempunyai fungsi-
fungsi penting untuk perusahaannya. Misalnya fungsi Research dan
38
Development, akan lebih efektif jika bergabung dengan perusahaan lain
yang telah memiliki fungsi tersebut.
3. Mengurangi Persaingan
Penggabungan usaha diantara perusahaan sejenis akan
mengakibatkanadanya pemusatan pengendalian, sehingga dapat
mengurangi pesaing.
4. Menyelamatkan Perusahaan dari Kebangkrutan
Bagi perusahaan yang kesulitan likuiditas dan terdesak oleh
kreditur,keputusan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang kuat
akanmenyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan.
2.1.10 Masalah Dalam Merger dan akuisisi
Menurut Payamta (dikutip dari Suta, 1992) keputusan merger dan akuisisi
selain membawa manfaat juga tidak terlepas dari permasalahan diantaranya
biayauntuk melaksanakan merger dan akuisisi sangat mahal dan hasilnyapun
belum pasti sesuai dengan apa yang diharapkan. Disamping itu, pelaksanaan
akuisisi juga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap posisi keuangan
dari acquiring company apabila strukturisasi dari akuisisi melibatkan cara
pembayaran dengan kas dan melalui pinjaman. Permasalahan yang lain adalah
kemungkinan adanya corporate culture, sehingga berpengaruh pada sumber
daya manusia yang dipekerjakan.
39
Disamping memiliki alasan untuk melakukan merger dan akuisisi, Hitt
(2001, h. 308) menyatakan akuisisi juga dapat memiliki masalah dalam
meraih suksesnya, yaitu :
1. Kesulitan Intergrasi
2. Evaluasi sasaran yang tidak memadai.
3. Utang yang besar atau luar biasa.
4. Ketidakmampuan untuk mencapai sinergi.
5. Terlalu banyak diversifikasi.
6. Manager terlalu focus pada merger dan akuisisi.
Sementara Brigham (2001) menyatakan alasan suatu merger dan akuisisi
tidak berhasil adalah :
1. Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat.
2. Biaya konsultan yang mahal.
3. Meningkatnya kompleksitas birokrasi.
4. Biaya koordinasi yang mahal.
5. Seringkali menurunkan moral organisasi.
6. Tidak menjamin nilai peningkatan perusahaan.
7. Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.
Merger dan akuisisi diungkapkan oleh Bengtsoon, (1994, h. 13)
sesungguhnya akan bekerja lebih baik dan berlangsung lebih lama jika
40
dimotivisir oleh sasaran yang jelas dan strategi serta didukung oleh tindakan
yang telah direncanakan secara tepat dalam semua prosesnya.
2.1.11 Faktor yang mempengaruhi Kegagalan Merger dan Akuisisi
1. Perencanaan pimpinan yang kurang matang.
2. Perusahaan target memiliki kesesuian strategi yang rendah dengan
perusahaan pengambil alih.
3. Hanya mengandalkan analisis strategic yang baik tidak cukup untuk
mencapai keberhasilan merger dan akuisisi.
4. Tidak adanya kejelasan mengenai nilai yang tercipta dari program merger
dan akuisisi.
5. Rencana integrasi yang tidak disesuaikan dengan kondisi lapangan.
2.1.12 Faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Merger dan Akuisisi
Keberhasilan suatu merger dan akuisisi sangat bergantung pada
ketepatan analisis dan penelitian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor
penyelaras atau kompatibilitas antara organisasi yang akan bergabung. Neil
M. Kay (1997), dalam bukunya Pattern in Corporate Evolution,
mengungkapkan bahwa merger dan akuisisi akan berlangsung sukses apabila
diantara perusahaan yang akan bergabung memiliki market link dan
technological link. Sementara Robins (2000), dalam Organizational Behavior,
menambahkan bahwa kompatibilitas budaya organisasi yang akan bergabung
dalam sebuah merger seringkali menjadi factor non ekonomi yang krusial
41
dalam mendukung keberhasilan sebuah proses merger. Sedangkan Pringle dan
Harris (1987), dalam bukunya Esentials of Managerial Finance memandang
bahwa kinerja keuangan pada perusahaan hasil merger merupakan faktor
penting yang harus dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih akan
bergabung. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan merger dan
akuisisi sebagai berikut :
1. Melakukan audit sebelum merger dan akuisisi.
2. Perusahaan target dalam keadaan baik.
3. Memiliki pengalaman merger dan akuisisi sebelumnya.
4. Perusahaan target relative kecil.
5. Melakukan merger dan akuisisi yang bersahabat
2.1.13 Kelebihan dan Kekurangan Merger dan Akuisisi
2.1.13.1 Kelebihan dan Kekurangan Merger
a. Kelebihan merger
Pengambil alihan melalui merger lebih sederhana serta lebih murah
dibandingkan bentuk pengambilalihan yang lain.
b. Kekurangan merger
Dibandingkan akuisisi, waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
merger cenderung lebih lama karena dalam merger harus ada persetujuan
dari para pemegang saham masing-masing perusahaan, yang tentunya
akan memakan waktu lama dalam perundingan untuk menyakinkan
mereka tentang manfaat dari merger ini.
42
2.1.11.2Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi
a. Kelebihan Akuisisi
1. Akusisi saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara
pemegang saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai
tawaran Bidding firm, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak
menjual kepada pihak Bidding firm.
2. Perusahaan yang mengakuisisi dapat berurusan langsung dengan
pemegang saham perusahaan yang diakuisisi dengan melakukan
tender offer, sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen
perusahaan.
3. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris
perusahaan maka, akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambil
alihan perusahaan yang tidak bersahabat (hostile takeover).
4. Akuisisi asset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak
memerlukan mayoritas suara pemegang saham. Seperti pada akuisisi
saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham minoritas,
jika mereka tidak menyetujui akuisisi.
b. Kekurangan Akuisisi
1. Jika para pemegang saham minoritas yang tidak setuju terhadap
pengambil alihan cukup banyak , maka akuisisi akan batal. Pada
43
umumnya anggaran dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua
pertiga (67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.
2. Bila perusahaan pengakuisisi mengambil alih seluruh saham yang di
beli maka terjadi merger.
3. Pada dasarnya pembelian setiap asset dalam akuisisi asset harus
secara hukum di balik nama sehinggga menimbulkan biaya legal yang
tinggi.
2.2 Kinerja Perusahaan
2.2.1 Penilaian Kinerja Perusahaan
Menurut teori keuangan modern, Sudarsanam (1999, h. 246)
menyatakan keputusan-keputusan manajemen ditujukan untuk meningkatkan
kemakmuran pemegang saham dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal
ini merger dan akuisisi sebagai bagian dari keputusan manajemen perlu
adanya pembuktian keberhasilannya dalam mencapai tujuan tersebut.
Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan
penggabungan usaha biasanya adalah pada kinerja perusahaan dan
penampilan perusahaan yang praktis membesar dan meningkat. Kondisi dan
posisi perusahaan mengalami perubahan, dan hal ini tercermin dalam
pelaporan keuangan perusahaan.
Menurut Kuncoro (2014) Kinerja perusahaan adalah prestasi yang
dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu. Laba pada laporan
keuangan merupakan hal yang menjadi patokan dalam menilai kinerja suatu
44
perusahaan dan mencerminkan nilai perusahaan.Penilaian kinerja perusahaan
dilakukan dengan tujuan untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran
organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya
agar tercapai tujuan perusahaan yang baik.Melalui penilaian kinerja keuangan,
maka perusahaan dapat menentukan struktur dan strategi
keuangannya.Penilaian kinerja perusahaan yang baik dalam pandangan
investor adalah perusahaan yang mampu memberikan tingkat pengembalian
yang tinggi atas investasi mereka. Selain itu perusahaan yang memiliki tingkat
efisien yang tinggi dalam memanfaatkan aktiva yang dimiliki dalam
mengahasilkan laba juga mendapatkan perhatian yang baik oleh investor
sebelum menginvestasikan dana yang mereka miliki.
Penilaian kinerja menurut Setyasih (2009) adalah penentuan
efektivitas operasional, organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar
dan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya secara periodik. Ada dua macam kinerja,
yakni kinerja opeasional dan kinerja keuangan. Kinerja operasional lebih
ditekankan pada kepentingan internal perusahaan seperti kinerja cabang/divisi
yang diukur dengan kecepatan dan kedisiplinan. Sedangkan kinerja keuangan
lebih kepada evaluasi laporan keuangan perusahaan pada waktu dan jangka
tertentu.
Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan maka secara umum
perlu dilakukan analisis terhadap laporan keuangan, yang menurut Brigham
45
dan Houston (2001, h. 78) mencakup (1) pembandingan kinerja perusahaan
dengan perusahaan lain dalam industri yang sama dan (2) evaluasi
kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu. Laporan
keuangan perusahaan melaporkan baik posisi perusahaan pada suatu waktu
tertentu maupun operasinya selama beberapa periode yang lalu.
Secara teori, setelah merger dan akuisisi ukuran perusahaan dengan
sendirinya bertambah besar karena aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan
digabung bersama dan kinerja pascamerger dan akuisisi seharusnya semakin
baik dibandingkan dengan sebelum merger dan akuisisi. Kinerja keuangan
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dapat dinilai dan diukur
dengan menggunakan rasio keuangan.
2.2.2 Metode Analisis Kinerja dengan Rasio Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan diukur dari efisiensinya diproksi dengan
beberapa tolok ukur yang tercermin di dalam laporan keuangan ( Machmoedz,
1999). Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan
perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai
aktivitas yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan
adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu
perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar ( Fahmi, 2012:2).
46
Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia kinerja (
performance ) artinya adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang
diperlihatkan Kinerja Keuangan dapat diukur dengan efisiensi, sedangkan
efisiensi bisa diartikan rasio perbandingan antara masukan dan keluaran.
Dengan pengeluaran biaya tertentu diharapkan memperoleh hasil yang
optimal atau dengan hasil tertentu diharapkan mengeluarkan biaya seminimal
mungkin.
Analisis kinerja keuangan pada penelitian ini bertujuan untuk menilai
implementasi strategi perusahaan dalam hal merger dan akuisisi. Kinerja
keuangan perusahaan menurut Brigham dan Houston (2001, h. 78) diukur
dengan menggunakan analisis rasio keuangan untuk mengetahui keunggulan
dari kekuatan perusahaan dan secara simultan, mengoreksi kelemahan
perusahaan. Dengan hal ini diharapakan menunjukkan hubungan suatu
laporan keuangan finansial baik berupa neraca dan atau laporan laba rugi.
Lebih lanjut rasio keuangan yang digunakan dalam pengukuran kinerja
perusahaan sebelum dan setelah merger dan akuisisi pada penelitian ini adalah
rasio likuiditas, rasio leverage, dan rasio profitabilitas.
1. Rasio Liquiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk
mengetahuikemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutang
jangka pendekyang segara jatuh tempo. Rasio likuiditas yang
digunakan dalampenelitian ini adalah current ratio (CR).
47
2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas atau financial leverage merupakan tingkat
jumlah hutang terhadap seluruh kekayaan perusahaan. Rasio
solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to
Equity Ratio.
3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Rasio ini membantu perusahaan dalam
mengontrol penerimaannya. Rasio-rasio profitabilitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Net Profit Margin, Return
on Assets, dan Return on Equity.
2.3 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
Nama Dan Judul Peneliti Variabel Yang Digunakan Hasil Penelitian
Aloke Ghosh (2010) Does Operating Performance really improve following Corporate Acquitions ?
Cash flow, sales growth dan operating expenses
Hasil penelitian menujukkan tidak adanya perbedaan setelah terjadi merger dan akuisisi dengan menggunakan penggabungan saham antar dua perusahaan
Dyaksa Widyaputra (2011) Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan & Abnormal Return Saham Sbelum dan Sesudah Merger Dan Akuisisi
PER, PBV, EPS, OPM, NPM, TATO, ROA, ROE dan Abnormal Return
Hasil kinerja perusahaan setelah merger dan akuisisi tidak mengalami perubahan signifikan sedangkan secara parsial beberapa rasio mengalami perbedaan secara signifikan
48
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu (lanjut)
Nama dan Judul Peneliti Variabel Yang Digunakan Hasil Penelitian
Annisa dan Presetiono (2010) Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi
Rasio Profitabilitas,
Rasio Aktivitas
Hasilnya adalah terdapat perbedaan signifikan terhadap kinerja perusahaan dimana total aaset turnover (TATO) mengalami kenaikan sesudah merger dan akuisisi dibandingkan sebelum merger dan akuisisi, sedangkan NPM dan ROA mengalami mengalami penurunan sesudah merger dan akuisisi
Harjeet dan Jiayin (2013) An Empirical Investigation of mergers and acquisitions by Chinese listed companies
Abnormal return,
Operating Performance
Menyatakan terjadi perubahan positif pada perusahaan yang di akuisisi dimana sebagian besar tindakan akuisisi dan merger dilakukan oleh perusahaan negara
Sumber : Kesimpulan Penelitian Terdahulu
Di dalam penelitian-penelitian terdahulu memiliki perbedaan dalam
periode penelitian, sampel yang digunakan, jenis, maupun rasio keuangan
yang digunakan. Dalam penggunaan periode penelitian ada yang
menggunakan periode penelitian selama satu tahun sebelum dan satu tahun
sesudah, dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah, tiga tahun sebelum dan
tiga tahun sesudah, dan ada pula yang menggunakan periode penelitian dua
tahun sebelum dan tiga tahun. Sampel penelitian pada penelitian terdahulu ada
yang mengambil sampel dari perusahaan secara umum ada pula yang
mengambil sampel perusahaan secara tunggal. Dalam penelitian ini
menggunakan perusahaan manufaktur yang Go Public di BEI yang melakukan
merger dan akuisisi pada periode 2012-2016.
49
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis
Merger dan akuisisi adalah tindakan strategis dari perusahaan
untukmengembangkan usahanya. Keberhasilan perusahaan dalam merger dan
akuisisidapat dilihat dari kinerja perusahaan tersebut, terutama kinerja
keuangan.Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan
merger danakuisisi biasanya akan tampak pada kinerja perusahaan dan
penampilanfinansialnya. Pasca merger dan akuisisi kondisi dan posisi
keuangan perusahaanmengalami perubahan dan hal ini tercermin dalam
laporan keuangan perusahaanyang melakukan merger dan akuisisi. Seperti
telah diuraikan sebelumnyaperusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
didasari motivasi sinergi, nilaikeseluruhan perusahaan setelah melakukan
merger dan akuisisi, yang lebih besardaripada perusahaan yang motivasi
sinergi lebih kecil. Dimana dengan motivasisinergi akan membawa
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisimengalami perbedaan yang
positive pada kinerjanya, tanpa motivasi sinergi maka perusahaan yang
melakukan merger dan akuisis hanya akan bertambah nilai assetssaja namun
sejalan dengan itu kinerja perusahaan berpotensi menurun.
Sinergi yang terjadi pada perusahaan yang melakukan merger dan
akuisisi dapat tercemin dari kinerja perusahaan. Dimana dari telah pustaka
dimana mendukung dirumuskannya hipotesi-hipotesi pemilihan, maka
ditetapkan kerangka pemikiran teoritis yang menyatakan kinerja perusahaan
50
yang sinergis setelah melakukan merger dan akuisisi dapat terukur dari rasio-
rasio keuangan.Rasio keuangan tersebut adalah rasio profitabilitas, financial
leverage, dan rasio likuiditas.
Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba dari penujualannya. Dimana jika terjadi sinergi yang baik maka secara
umum tingkat profitabilitas perusahaan akan lebih baik dari sebelum
melakukan sinergi.Dimana margin pendapat bersih (NPM), serta return atas
asset (ROA) dan ekuitas (ROE) juga akan meningkat.
Financial leverage merupakan tingkat jumlah hutang terhadap seluruh
kekayaan perusahaan. Maka jika terjadi sinergi atas dilakukannya merger
danakusisi maka secara umum kesertaan modal mereka akan cukup baik
untukmelakukan usahanya sehingga penggunaan hutang, secara keselurah
(DR) atauatas ekuitas perusahaan (DER), untuk menjalankan perusahaan
dapat diminimalisir.
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendek yang
segara jatuh tempo. Perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancarnya (CR)
mengindikasikan likuiditas perusahaan. Dengan penggabungan usaha
makasemestinya kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang jangka
pendek akan meningkat.
Banyak dari rasio-rasio keuangan yang lain yang dapat digunakan
untuk mengukur kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi.
51
Berdasarkan tinjauan pustaka serta beberapa penelitian terdahulu, maka
penelitimengindikasikan rasio-rasio keuangan yang terdiri dari rasio
profitabilitas (NPM ROA, ROE), rasio solvabitias atau financial leverage
(DER), dan rasio likuiditas (CR) variabel penelitian yang mencerminkan
perbedaan setelah melakukan merger dan akuisisi dalam penelitian ini.
Uraian di atas dapat disederhanakan sebagaimana model kerangka
pemikiran teoritis sebagai berikut:
Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kinerja Keuangan Sebelum Merger dan Akusisi
1. Current Ratio 2. Debt to Equity Ratio 3. Net Profit Margin 4. Return On Assets 5. Return On Equity
Dibandingkan
Kinerja Keuangan Sesudah Merger dan Akusisi
52
2.5 Perumusan Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan teoritis
dankerangka pemikiran diatas maka dapat dirumuskan dan disusun hipotesis
dalampenelitian ini sebagai berikut :
H1: Terdapat Perbedaan Current Ratio sebelum dan sesudah Merger dan
Akuisisi
H2: Terdapat Perbedaan Debt to Equity Ratio sebelum dan sesudah Merger
dan Akuisisi
H3: Terdapat Perbedaan Net Profit Margin sebelum dan sesudah Merger dan
Akuisisi
H4: Terdapat Perbedaan Return On Asset sebelum dan sesudah Merger dan
Akuisisi
H5: Terdapat Perbedaan Return On Equity sebelum dan sesudah Merger dan
Akuisisi