BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian...

24
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPA IPA singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam atau sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti suatu ilmu atau pengetahuan yang mempelajari tentang gejala- gejala alam, baik benda hidup atau mati melalui metode ilmiah. Seperti yang dikemukan Wahyana 1968 (Trianto 2010: 136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Menurut Kardi dan Nur (Trianto 2010: 136), IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik mkhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Menurut Depdiknas (2006: 443), “IPA berkaitan dengan bagaimana siswa mencari tahu fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekumpulan pengetahuan yang harus dihafal siswa, melainkan siswa juga harus memiliki kemampuan proses penemuan (discovery).” IPA merupakan salah satu pelajaran wajib di sekolah dasar. Dengan belajar IPA siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pemahaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Menurut Trianto (2010:137) IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara universal.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian IPA

IPA singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam atau sering diterjemahkan sebagai

sains yang berarti suatu ilmu atau pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-

gejala alam, baik benda hidup atau mati melalui metode ilmiah. Seperti yang

dikemukan Wahyana 1968 (Trianto 2010: 136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu

kumpulan pengetahuan tersusun sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum

terbatas pada gejala-gejala alam. Menurut Kardi dan Nur (Trianto 2010: 136), IPA

atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik mkhluk hidup maupun benda

mati yang diamati. Menurut Depdiknas (2006: 443), “IPA berkaitan dengan

bagaimana siswa mencari tahu fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

hanya sekumpulan pengetahuan yang harus dihafal siswa, melainkan siswa juga harus

memiliki kemampuan proses penemuan (discovery).”

IPA merupakan salah satu pelajaran wajib di sekolah dasar. Dengan belajar

IPA siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA

menekankan pada pemberian pemahaman langsung dan kegiatan praktis untuk

mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam

sekitar secara ilmiah.

Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan

sikap ilmiah. Menurut Trianto (2010:137) IPA adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses

ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk

ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori

yang berlaku secara universal.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

9

Menurut Trianto (2010:138), secara khusus fungsi dan tujuan IPA

berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi (Depdiknas, 2003:2) adalah sebagai

berikut.

1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2) Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah.

3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains

dan teknologi.

4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Dilihat dari hakikat, fungsi dan tujuannya, IPA bukan sekedar ilmu atau

pengetahuan yang dipelajari tetapi perlu dikembangkan melalui berbagai metode

ilmiah. Sehingga, IPA dapat membentuk watak anak lebih mencintai alam karena

mereka belajar mengenai alam itu sendiri. Melalui pembelajaran IPA juga diharapkan

siswa dapat mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah serta

mempersiapkan diri terhadap perkembangan jaman yang semakin maju dan canggih.

Oleh karena itu, IPA perlu dipelajari dan dihayati sehingga menjadi bekal hidup

dalam kehidupan di masyarakat.

IPA membahas tentang gejala – gejala alam yang disusun secara sistematis

yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.

IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang

sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan hasil

dari observasi / eksperimen. Winaputra ( Usman, 2010 ) mengemukakan bahwa tidak

hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda / makhluk hidup tetapi

memerlukan kerja, cara pikir dan memecahkan masalah.

Berdasarkan uraian diatas sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai

objek dan menggunakan metode ilmiah. Sudah sangat jelas memberikan pemahaman

bahwa IPA sesungguhnya merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari segala

macam fenomena yang terjadi di alam.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

10

2.1.1.1 Ruang Lingkup IPA

Ilmu pengetahuan alam (IPA) sebagai disiplin ilmu yang berhubungan

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip saja, tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan. Pengajaran IPA diharapakan dapat menjadi

wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta

prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan didalam kehidupan sehari

hari. Proses pelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajah dan memahami alam sekitar secara

ilmiah. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri untuk menumbuhkan

kemampuan fisik, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai

aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu Pendididkan IPA menekankan pada

pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan

pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, menyebutkan bahwa

Ruang Lingkup Pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan

interaksinya dengan tumbuhan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.

3. Energi dan perubahanya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-

benda langit lainnya.

2.1.1.2 Tujuan Pelajaran IPA

Tujuan mata pelajaran IPA di SD dalam kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) 2006 yaitu:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

11

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengarui antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan

melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturan sebagai

salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bakal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjudkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.1.3 Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran itu menunjukkan pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran

sebagai akibat perlakuan guru (Rusman 2012:93).

Berdasarkan Kurikulum 2004, tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

(SD) dan Madrasah Ibtidaiyyah (MI) adalah agar siswa mampu :

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan

antara lain sebagai berikut.

1. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

12

2. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep,

fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan

hubungan antara sains dan teknologi.

3. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan,

memecahkan masalah dan melakukan observasi.

4. Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, obyektif, jujur

terbuka, benar dan dapat bekerja sama.

5. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analitis induktif dan

deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk

menjelaskan berbagai peristiwa alam.

6. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan

keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi.

(Depdiknas 2003, dalam Trianto 2010:143).

Pada pembelajaran IPA di SD tentu berbeda dengan IPA yang ada di

sekolah menengah. Oleh karena itu, harus memperhatikan metode

pembelajaran yang tepat bagi siswa SD. Dari tujuan pembelajaran IPA di atas

dapat disimpulkan bahwa tujuan IPA adalah agar siswa mengenal, menyadari

akan alam serta menjaga, melestarikan dan memanfaatkan alam dengan

sebaik-baiknya. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembelajaran SD haruslah

berpusat pada siswa baik potensi, kebutuhan, perkembangan siswa serta

menyeluruh secara berkesinambungan.

IPA sebagai disiplin ilmu dan penerepannya dalam masyarakat

membuat pendidikan IPA menjadi penting, tetapi pengajaran IPA yang

bagaimana yang paling penting untuk anak – anak? Oleh karena itu struktur

kognitif anak – anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif

ilmuan, padahal mereka perlu diberikan kesempatan untuk berlatih

ketrampilan – ketrampilan proses IPA dan yang perlu memodifikasi sesuai

tahap perkembangan kognitif ( Usman, 2010:5)

Palo dan Marten ( Usman, 2010:5) menegasakan bahwa IPA tercakup

juga coba – coba dan melakukan kesalahan, gagal dan mebcoba lagi. IPA

tidak menyediakan untuk semua masalah yang kita ajukan. Dalam IPA anak –

anak dan kita harus tetap bersifat skeptis sehingga kita selalu siap

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

13

memodifikasi model – model yang kita punyai tentang ala mini sejalan

dengan penemuan – penemuan baru yang kita daptkan.

2.1.2 Hasil Belajar

2.1.2.1 Pengertian Belajar

Pengertian belajar menurut para ahli adalah sebagai berikut.

Menurut Sudjana (Rusman, 2012:1). Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi

terhadap semua sitiuasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat

dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat

melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat,

mengamati dan memahami sesuatu Sudjana (Rusman, 2012:1). Kegiatan

pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa.

Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku

mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran.

Anthony Robbins (Trianto, 2012:15) mendefinisikan belajar sebagai proses

menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan

sesuatu (pengetahuan) yang baru.

Traves (Agus Suprijono, 2013:2) belajar adalah proses menghasilkan

penyesuian tingkah laku. Menurut Geoch (Agus Suprijono, 2013:2) belajar adalah

perubahan perbuatan sebagai hasil latihan.

Berdasarkan pengertian dari para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

proes melihat, menciptakan hubungan antara sesuatu dan menghasilkan perubahan

perbuatan sebagai hasil latihan.

Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya yang

banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengakar yang berusaha emberikan ilmu

pengetahuan sebanyak – banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau

menerimanya.

2.1.2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjukan

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

14

pada suatu perolehan akibat dilakukan suatu aktivitas / proses yang mengakibatkan

berubahnya input secara fungsional. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya

perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku merupakan

perolehan yang menjadi belajar (Purwanto, 2013:45) . dari pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perolehan akibat perubahan perilaku

individu.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010:3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu

interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak

mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Menurut Rusman (2012:123) mendefinisikan hasil belajar adalah sejumlah

pengalaman yang diperoleh siswa. Hasil belajar yang diukur merefleksikan tujuan

pengajaran Gronlund (Purwanto, 2013:45)

Hasil belajar adalah pola – pola perbuatan, nilai – nilai, pengertian –

pengertian, sikap – sikap, apresiasi dan ketrampilan – ketrampilan (Agus Suprijono,

2013:5).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan hasil belajar merupakan hasil akhir yang

diperoleh seseorang dari proses kegiatan belajar dari seluruh kegiatan siswa dalam

mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai hasil

belajar dengan menggunakan alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang

dinyatakan dalam bentuk nilai.

Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai

suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas

pengukuran. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur

yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan instrumen yang sering

digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi, panduan

wawancara, skala sikap dan angket.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

15

2.1.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapat pengetahuan,

penanaman konsep, keterampilan dan pembentukan sikap. Menurut Slameto (2003)

faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern

meliputi faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan, sedangkan faktor ekstern

meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.

a. Faktor Intern, ada tiga faktor yaitu:

1. Faktor jasmaniah, meliputi

a) Kesehatan: proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan

seseorang terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baik

haruslah mengusahakan kesehatan badannya.

b) Cacat tubuh: sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang

sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat tubuh akan

mempengaruhi belajar, siswa yang cacat belajarnyapun terganggu.

2. Faktor psikologi

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor

psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah

intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan

3. Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit dipisahkan tetapi dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani (bersifat psikis).

b. Faktor Ekstern, ada tiga faktor yaitu:

1. Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:

cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah

tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar

belakang kebudayaan.

2. Faktor Sekolah

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

16

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

disiplin sekolah, alat pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,

keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3. Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh

terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa

dalam masyarakat.pada uraian berikut ini penulis membahas tentang

kegiatan siswa dalam masyarakat, dibahas tentang kegiatan siswa dalam

masyarakat, massa media, teman bergaul dan bentuk kehidupan

masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar.

Sependapat dengan Slameto menurut Munadi (2008, dalam Rusman

2012:124), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor

internal dan eksternal, yaitu :

1. Faktor internal yang meliputi faktor fisiologis (kesehatan

jasmani, keadaan fisik) dan faktor psikologis (intelegensi,

perhatian, minat, bakat, motivasi, kognitif dan daya nalar siswa).

2. Faktor eksternal yang meliputi faktor lingkungan (lingkungan

fisik dan lingkungan sosial) dan faktor instrumental (kurikulum,

sarana belajar mengajar dan guru).

Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor

intern yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar

meliputi jasmaniah, psikologis dan kelelahan dan faktor ekstern yaitu

faktor luar dari individu atau lingkungan meliputi keluarga, sekolah dan

masyarakat. Faktor-faktor tersebut akan sangat berpengaruh terhadap

prestasi siswa, dan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dan

memuaskan maka siswa perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut.

Untuk dapat meningkatkan hasil belajarnya siswa harus kebiasaan

belajar yang baik. Begitu juga untuk guru juga harus menciptakan iklim

belajar yang nyaman dan menyenangkan. Guru tidak hanya

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

17

memperhatikan hasil belajar siswa saja, tetapi juga faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

2.1.3 Cooperative Learning

Cooperative Learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa

belajar dalam kelompok dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen dan

bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Ada beberapa pendapat tentang

pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) yang ditemukan oleh para ahli

pendidikan antara lain sebagai berikut.

Pembelajaran Cooperative adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis

kerja kelompok termasuk bentuk – bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau

diarahkan oleh guru (Agus Suprijono, 2013:54)

Davidson dan Warsham (Isjoni, 2012:27) mendefinisikan pembelajaran

kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa

belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang berkelompok

pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.

Nurulhayati (Rusman, 2011:203) mendefinisikan pembelajaran kooperatif

adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok

kecil untuk saling berinteraksi.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok kecil

dimana siswa dalam satu kelompok saling bekerja sama memecahkan masalah untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.

Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran

kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem

pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas

dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus

belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

18

lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya lebih efektif daripada pembelajaran oleh

guru.

Pendekatan kelompok diharapkan dapat metumbuh kembangkan rasa sosial

yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa

egoisme dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan

sosial di kelas. Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok,

akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai

kelebihan dengan ikhlas mau membantu yang kekurangan. Sebaliknya yang

kekurangan dengan rela hati mau mau belajar dari yang berlebihan, tanpa ada rasa

minder. Persaingan yang positifpun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai

prestasi belajar yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif,

kreatif dan mandiri.

Dalam model pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa ciri dari

pembelajaran kooperatif:

a. Setiap anggota memiliki peran.

b. Terjadi hubungan interaksi langsung antara siswa.

c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman

sekelompoknya.

d. Guru membantu ketrampilan-ketrampilan interpersonal kelompok.

e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlakukan.

Menurut Roger dan David Johnson (Rusman 2011: 212) ada lima unsur dasar

dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning ), yaitu sebagai berikut.

1. Prinsip ketergantungan positif (positiv interdependence), yaitu dalam

pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas

tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.

Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing

anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan

merasakan saling ketergantungan.

2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu

keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota

kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas

dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

19

3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu

memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk

bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan

menerima informasi dari anggota kelompok lain.

4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih

siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan

pembelajaran.

5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi

kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama

mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Menurut Johnson dan Sutton (Trianto 2011: 60), terdapat lima unsur

penting dalam belajar kooperatif, yaitu:

1. Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam

belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk

mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan

sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan

merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga

mempunyai andil erhadap suksesnya kelompok.

2. Kedua, interaksi antara siswa yang semakian meningkat. Belajar kooperatif

akan meningkatkan interaksi siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang

siswa membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok.

Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara ilmiah karena

kegagalan seseorang dalam kelompok memengaruhi suksesnya kelompok.

Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan

mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interkasi yang terjadi dalam

belajar kooperatif adalah dalam tukar menukar ide mengenai masalah yang

sedang dipelajari bersama.

3. Ketiga, Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dala

belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalah hal: (a)

membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat

hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan

teman sekelompoknya.

4. Keempat, Ketrampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar

kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan

seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa

lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota

kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut

ketramilan khusus.

5. Kelima, Proses kelompok. Belajar koopertaif tidak akan berlangsung

tanapa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika angora kelompok

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

20

mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan

membuat hubungan kerja yang baik.

2.1.4 Karakteristik Model Pembelajaran Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain.

Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan

pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya

kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga ada

unsur kerja sama uantuk menguasai materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang

menjadi ciri khas dari Cooperative Learning.

Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif,

yaitu : 1) Perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan

kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk

memperjuangkan keberhasilan kelompok. 2) Perspektif sosisal artinya

melalui koooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar.

3) Perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi

antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk

berfikir mengolah berbagai informasi Sanjaya (Rusman, 2012:207).

Menurut Rusman (2012:207), karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran

kooperatif yaitu:

1. Pembelajaran secara tim.

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif.

3. Kemampuan untuk bekerja sama.

4. Keterampilan bekerja sama.

Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan

kooperatif. Siswa yang bekerja sama dalam situasi pembelajaran didorong dan

dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus

mengorganisasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam pembelajaran

kooperatif , dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai

satu penghargaan bersama.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

21

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang

menggunakan pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru

menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini

diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan secara verbal.

Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti

bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama

mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja

kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi

penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Tabel 2.1

Langkah-langkah Model Cooperative Learning

Tahap Kegiatan Guru

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa.

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan

dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan

pentingnya topik yang akan dipelajari dan

memotivasi siswa belajar.

Tahap 2

Menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi atau materi kepada

siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan

bacaan.

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa

ke dalam kelompok-

kelompok belajar.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

membentuk kelompok belajar dan membimbing

setiap kelompok agar melakukan transisi secara

efektif dan efisien.

Tahap 4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar

pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap 5

Evaluasi.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

Tahap 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

(Rusman, 2011)

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

22

2.1.5 Tipe STAD

Model pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Menurut Slavin (Rusman 2011:213)

model STAD (Student Teams Achievement Devision) merupakan variasi

pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah

diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa inggris, teknik dan

banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Student Team Achievement Division (STAD) Model pembelajaran STAD

menempatkan siswa dalam timbelajar beranggota4-5 orang yang merupakan

campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku Trianto (2010:73)

STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat sampai lima

yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu

pelajaran, dan kemudian siswa-siswa di dalam kelompok itu memastikan bahwa

semua anggota kelompok itu bias menguasai pelajaran itu. Akhirnya, semua siswa

menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak

bias saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai kuis siswa diperbandingkan dengan

nilai rata-rata mereka sendiri yang sebelumnya, dan nilai rata-rata itu diberi hadiah

berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa

tinggi nilai itu melampaui nilai mereka yang sebelumnya. Nilai-nilai ini kemudian

dijumlah untuk mendapatkan nilai kelompok, dan kelompok yang bisa mencapai

kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah-hadiah yang lainnya.

Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling

mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai ketrampilan yang

diajarkan guru. Jika siswa menginginkan kelompok mereka memperoleh hadiah,

mereka harus membantu teman sekelompok mereka dalam mempelajarai pelajaran.

Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga

membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

Persiapan-persiapan tersebut antara lain:

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

23

a. Mempersiapkam perangkat pembelajaran

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan

perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pembelajaran (RP), Buku

siswa, lembar kegiatan siswa (LKS) beserta lembarjawabannya.

b. Membentuk kelompok kooperatif

Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam

kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan

kelompok lainnya relatif homogen. Apabila memungkinkan kelompok

kooperatif perlu mmemerhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang

sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang yang relatif

sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik.

c. Menentukan skor awal

Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan

sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada

pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes masing-

masing individu dapat dijadikan skor awal.

d. Pengaturan tempat duduk

Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan

baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif

apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekauan yang

menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.

e. Kerja kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD,

terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan

untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.

Siswa dan kelompok dengan bantuan tim STAD mengerjakan permasalahan

dengan bersumber pada buku-buku teks, ceramah guru, penampilan gambar-gambar,

tayangan video dan sebagainya. Dalam belajar bekerja sama ini mereka saling

ketergantungan, sehingga mereka yang lambat berfikirnya akan bertambah

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

24

pengetahuannya, karena dorongan teman sebaya. Berkat bantuan tim STAD yang

menguasai materi pelajaran, maka belajar bekerja sama memecahkan permasalahan

itu akan lancar dan mencapai hasil yang optimal. Kebenaran hasil belajar bekerja

sama itu nanti akan disutujui oleh guru. Secara garis besar model metode ini terdiri

dari 6 langkah, yaitu :

1. Penyampaian tujuan dan motivasi. Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin

dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2. Pembagian kelompok. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana

setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas

(keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender atau jenis kelamin, ras

atau etnik.

3. Presentasi dari guru. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih

dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan

tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi

motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses

pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah

nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang

ketrampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan

pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.

4. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim). Siswa belajar dalam kelompok yang

dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja

kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing

memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan,

memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini

merupakan ciri terpenting dari STAD.

5. Kuis (evaluasi). Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis

tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap

presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara

individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

25

agar siswa secara individual bertanggung jawa kepada diri sendiri dalam

memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan

untuk setiap soal.

6. Penghargaan prestasi tim. Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil

kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya

pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh

guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut.

a) Menghitung skor Individu. Untuk menghitung perkembangan skor

individu dihitung sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2.2

Penghitungan Perkembangan Skor Individu

No. Nilai Tes Skor

Perkembangan

1.

2.

3.

4.

5.

Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar.

10 sampai 1 poin dibawah skor dasar.

Skor 0 sampai 10 poin diatas skor dasar.

Lebih dari 10 poin di atas skor dasar.

Pekerjaan sempurna (tanpa

memperhatikan skor dasar)

0 poin

10 poin

20 poin

30 poin

30 poin

(Trianto, 2012)

b) Menghitung Skor Kelompok. Skor kelompok dihitung dengan

membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu

dengan menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota

kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai

dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor

kelompok sebagaimana dalam tabel berikut

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

26

Tabel 2.3

Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok

No Rata-rata Skor Kualifikasi

1.

2.

3.

4.

0 ≤ N ≤ 5

6 ≤ N ≤ 15

16 ≤ N ≤ 20

21 ≤ N ≤ 30

-

Tim yang baik (good team)

Tim yang baik sekali (great team)

Tim yang istimewa (super team)

(Trianto, 2012)

c) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok. Setelah masing-

masing kelompok atau tim memperoleh predikat, guru memberikan

hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai

dengan prestasinya (kriteria tertentu yang ditetapkan guru).

Berdasarkan tinjauan tentang Cooperative Learning tipe STAD ini

menunjukkan bahwa Cooperative Learning tipe STAD merupakan tipe Cooperative

Learning yang cukup sederhana. Dikatakan demikian karena kegiatan pembelajaran

yang dilakukan masih dekat dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat

dalam langkah – langkah Cooperative Learning tipe STAD, yaitu adanya penyajian

informasi atau materi pelajaran. Perbedaan model ini dengan pembelajaran

konvensional terletak pada adanya pemberian penghargaan pada kelompok.

Menurut Soewarso (Ricky, 2010:34) kelemahan-kelemahan yang mungkin

terjadi adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD bukanlah obat yang paling

mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam

kelompok kecil.

2. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir

tidak dapat berlatih belajar mandiri.

3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD memerlukan waktu yang

lama sehingga target pencapaian kurikulum tidak dapat

dipenuhi.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

27

4. Pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak dapat menerapkan

materi pelajaran secara cepat.

5. Penilaian terhadap individu, kelompok dan pemberian hadiah

menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.

Meskipun banyak kelemahan yang timbul, menurut Soewarso (Ricky,

2010:34) pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki keuntungan, yaitu:

1. Pelajaran kooperatif tipe STAD membantu siswa mempelajari

isi materi pelajaran yang sedang dibahas.

2. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari

kemungkinan siswa mendapatkan nilai rendah, karena dalam

pengetesan lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.

3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menjadikan siswa mampu

belajara berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain,

dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan

bersama-sama.

4. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menghasilkan pencapaian

belajar siswa yang tinggi menambah harga diri siswa dan

memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.

5. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan

dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

6. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah

ilmu pengetahuannya.

7. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru

untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Slavin dalam Shlomo (2012), tujuan utama dari kelompok belajar siswa

adalah mempercepat pemahaman semua siswa. Metode kelompok belajar siswa sudah

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

28

banyak dievaluasi dan secara konsisten dinyatakan efektif berdasarkan penelitian

yang diawasi dengan baik di sekolah-sekolah umum reguler.

Penelitian yang dilakukan oleh Nofitasari yang berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran IPA Terhadap Hasil

Belajar Siswa Kelas 4 SDN Kesongo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang

Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013”. Hasil penelitian menunjukan pada kelompok

kontrol diperoleh nilai rata-rata sebesar 67,22 sedangkan kelompok eksperimen 76.

Berdasarkan hasil analisis uji beda nilai rata-rata posttest kelompok kontrol dan

eksperimen menunjukkan nilai sig (2-tailed) sebesar 0,002 < 0,05 atau berdasarkan

kriteria pengujian –t hitung < -t tabel (-3,315 < -1,688), maka Ho ditolak, berarti ada

perbedaan yang signifikan antara nilai posttest kelas kontrol dengan nilai posttest

kelas eksperimen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan

hasil belajar secara positif dan signifikan pada siswa kelas 4 SDN Kesongo 01

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang tahun 2012/2013.

Penelitian yang dilakukan oleh Katalina yang berjudul “Pengaruh Penggunaan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) Siswa Kelas V SD Negeri Kecandran 01 Gugus Gajahmada

Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil

penelitian menunjukan setelah dilaksanakan analis data hasil dari uji t-tes diketahui

nilai t adalah 7,745 dengan probabilitas signifikan 0.00<0,05, maka terdapat

perbedaan yang signifikan untuk pembelajaran menggunakan Model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pembelajaran konvensional. Perbedaaan rata-rata

berkisar antara 9,39755 sampai 16,00816 dengan perbedaan rata-rata 12,70286

Dilihat skor rata-rata hitung prestasi belajar, siswa yang pembelajarannya

menggunakan Model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai skor rata rata

10,04. Sedangkan pembelajarannya menggunakan metode konvensional mempunyai

rata-rata hitung 04,81. Hasil penelitian ini menyatakan adanya pengaruh yang

signifikan dengan mengunakan Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

29

Konvensional, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran

Kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) kelas V SDN Kecandran 01 Gugus Gajahmada Kecamatan Sidomukti Kota

Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.

Penelitian yang dilakukan oleh Suryani Lilik yang berjudul “Pengaruh

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Students Team Achievement

Divisions (STAD) Terhadap Hasil Belajar IPA Bagi Siswa Kelas IV SD N Tanggung

Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa mean dari hasil belajar kelas eksperimen adalah 9,11 dan mean kelompok

kontrol adalah 7,50. Selisih mean kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 1,61.

Hasil perhitungan diperoleh signfikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05

(0,000<0,05) dan besar t hitung (-15,44) kurang dari t tabel (-2,009). Karena

signifikansi kurang dari 0,05 dan t hitung lebih besar dari t tabel maka hipotesis

diterima, artnya terbukti ada pngruh model pembelajaran STAD terhadap hasil belajar

IPA bagi siswa kelas IV SD N Tanggung.

Hasil penelitian diatas kebanyakan masih menggunakan media gambar saja

sehingga masih monoton dan siswa merasa jenuh, sedangkan penelitian yang akan

dilakukan berbeda dengan penelitian yang dilakukan diatas, karena peneliti ini

menggunakan alat peraga visual dan praktikum sehingga pembelajarnnya akan

menarik bagi siswa karena dengan praktikum siswa akan lebih aktif serta kreatif

dalam penelitian ini tidak menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran.

2.3 Kerangka Pikir

Kebanyakan guru masih menerapkan pembelajaran konvensional dalam

mengajar IPA. Dalam pembelajaran, guru menggunakan metode ceramah saja, siswa

menjadi pasif dalam pembelajaran. Guru menjadi sangat aktif dan siswa menjadi

penonton dalam kegitan pembelajaran. Siswa tidak dilibatkan untuk berinteraksi

dengan temannya dalam proses belajar mengajar, tetapi siswa dituntut hanya terlibat

dengan gurunya . Hal ini membuat siswa tidak terbiasa untuk belajar bekerjasama

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

30

Kelas

Kontrol

Pre Test

Pembelajaran

menggunakan

pembelajaran

konvensional

ceramah

Post Test

Uji beda hasil

posttest apakah ada

signifikan dengan

penggunaan

Cooperative

Learning tipe STAD

Kelas

Eksperimen

Pre Test

Pembelajaran

menggunakan

Cooperative

Learning tipe

STAD

Post Test

dengan orang lain yang ada di sekitarnya, dalam memecahkan sebuah masalah belajar

yang dihadapinya.

Dengan menggunakan Cooperative Learning tipe STAD dapat meningkatkan

minat belajar pada siswa. Sehingga dalam kegiatan belajar tidak hanya monoton

secara individu saja, tetapi siswa belajar secara interaksi dengan cara mengelompok

dan melakukan beberapa interaksi antara siswa yang satu dengan yang lainnya.

Dengan demikian pemahaman terhadap materi pelajaran dapat secara optimal,

sehingga hasil belajar siswa pun menjadi optimal.

Berikut bagan kerangka berfikir Pengaruh Model Cooperative Learning tipe

STAD Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SDN Karangtengah Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2014/2015.

Bagan : 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16225/2/T1_292011128_BAB II... · Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam

31

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah dipaparkan di atas,

maka dapat dirumuskan :

H0 : Tidak ada pengaruh Model Cooperative Learning tipe STAD terhadap hasil

belajar IPA siswa kelas 3 SDN Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten

Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2014/2015.

H1: Ada pengaruh Model Cooperative Learning tipe STAD terhadap hasil belajar

IPA siswa kelas 3 SDN Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten

Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2014/2015.