BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Pengendalian Mututhesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-1-00005-ak bab...
-
Upload
truongkhuong -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Pengendalian Mututhesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2010-1-00005-ak bab...
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Pengendalian Mutu
Sistem pengendalian mutu merupakan suatu konsep yang mensyaratkan bahwa
suatu KAP diharuskan untuk mentaati peraturan dan standar yang berlaku serta harus
menggunakan kemahiran profesinya secara sungguh-sungguh dalam memberikan jasanya
sehingga KAP tersebut dapat memenuhi tanggung jawab profesinya
Menurut Deflise (1987:74), menerangkan bahwa pengertian konsep pengendalian
mutu adalah:
“Audit Quality Control embraces the concept of professional competence
and the meeting or exceeding of professional standar (both technical and
ethical) in expressing an opinion on audit financial statement, being
associated with unaudited financial statement and providing other types of
accounting service.”
Menurut Arens dan Loebbecke (2000:12), bahwa konsep pengendalian mutu bagi
suatu kantor akuntan dapat dijelaskan seperti berikut: “Quality Control is the procedures
used by CPA firm that help it meet those standards consistenly on every engagement.”
Menurut Sukrisno Agoes (1996:11) menerangkan bahwa konsep pengendalian
mutu adalah :
“Sistem pengendalian mutu terdiri dari struktur organisasi, kebijakan yang
digariskan dan prosedur yang ditetapkan yang akan memberikan keyakinan
13
yang layak bagi KAP bahwa suatu mutu pekerjaan yang dilaksanakan telah
sesuai dengan standar auditing. Sistem pengendalian mutu tersebut harus
dirancang secara menyeluruh dan cocok dengan struktur organisasi,
kebijakan dan prosedur sesuai dengan sifat pekerjaan KAP yang
bersangkutan.”
Dengan demikian tujuan dari konsep ini adalah untuk meyakinkan para pengguna
jasa bahwa dalam memberikan jasanya, akuntan publik telah memenuhi tanggung jawab
profesionalnya.
Untuk melaksanakan konsep tersebut maka KAP harus mempunyai sistem
pengendalian mutu yang baik yang meliputi struktur organisasi, kebijakan, dan prosedur
pengendalian mutu karena ketiga hal tersebut akan memenuhi mutu pelaksanaan
penugasan yang dilakukan oleh KAP secara perorangan maupun secara keseluruhan
sebagai bagian dari suatu tim
2.1.1 Tujuan Pengendalian Mutu
Dalam Auditing Hand Book dikemukakan oleh Australian Sociality of CPA ‘s
and Institute of Chartered accountants in Australia (2000), bahwa tujuan ditetapkannya
pengendalian mutu pada kantor akuntan publik adalah sebagai berikut: “A basic objective
of an accounting practice is to ensure that the professional service it provides conform
with professional standard”.
Bedasarkan definisi diatas maka tujuan ditetapkan pengendalian mutu pada kantor
akuntan publik adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa kantor
akuntan publik mampu memenuhi tanggung jawab profesionalnya kepada klien dan
14
memberikan keyakinan bahwa standar dan peraturan yang telah ditaati dan dilaksanakan
secara profesional dan konsisten.
2.1.2 Standar Pengendalian Mutu
Standar pengendalian mutu memberikan panduan bagi kantor akuntan publik
didalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan
mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh dewan standar profesional akuntan
publik, aturan etika akuntan publik yang diterbitkan oleh kompartemen akuntan publik,
dan perikatan jasa profesional yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia sehingga
setiap KAP bertanggung jawab untuk mematuhi berbagai standar relevan yang telah
diterbitkan oleh dewan dan kompartemen akuntan publik.
Dalam pemenuhan tanggung jawab tersebut , maka KAP wajib untuk
mempertimbangkan integritas stafnya dalam menentukan hubungan profesionalnya
bahwa KAP dan stafnya akan independen terhadap kliennya sebagaimana diatur oleh
aturan etika kompartemen akuntan publik dan bahwa staf kantor akuntan publik tersebut
memang kompeten, professional, dan objektif serta akan menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care). Oleh karena itu
kantor akuntan publik harus memiliki sistem pengendalian mutu untuk memberikan
keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan profesional dengan berbagai standar
dan aturan relevan yang berlaku dalam pelaksanaan penugasannya sehingga dapat
digunakan oleh staf anggota kantor akuntan publik untuk membantu dalam memenuhi
standar pemeriksaan yang diterima umum.
15
Mengenai sistem pengendalian mutu yang dikutip dari Baron’s How to prepare
for the certified publc accountant examination (2000:43) yaitu :
“A system must be established which provides the firms with reasonable
assurance of furnishing professional service with conform to professional
standar. A quality control system. Encompasses the firm’s organizational
structure, polies, procedures, and contain inherent lamination caused by
variation in individual performance and under standing”.
Hal diatas menyimpulkan bahwa suatu sistem pengendalian mutu hanya dapat
memberikan keyakinan yang memadai bukan suatu jaminan dilaksanakannya Generally
Accepted Accounting Standard (GAAS). Hal tersebut disebabkan bervariasinya kinerja
dan pemahaman yang dimiliki setiap individu dalam kantor akuntan publik tersebut
2.1.3 Elemen-elemen Pengendalian Mutu
Dalam merancang kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP harus
mempertimbangkan keberadaan sembilan elemen pengendalian mutu seperti yang tertera
dalam Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) no 01, SPAP (2001:17000.1)
kesembilan elemen tersebut adalah :
1) Independensi
2) Penugasan personel
3) Konsultasi
4) Supervisi
5) Pengangkatan pemeriksa
6) Pengembangan profesional
16
7) Promosi
8) Penerimaan dan pemeliharaan hubungan dengan klien
9) Inspeksi
Dalam kesembilan elemen tersebut memiliki hal saling keterkaitan antara satu
dengan lainnya sebagai contohnya :
1) Elemen pengangkatan pemeriksa mempengaruhi elemen pengembangan
profesional. Dalam hal ini, tata cara penerimaan pemeriksa akan mempengaruhi
kebijakan penyelenggaraan latihan.
2) Elemen pengembangan profesional mempengaruhi elemen promosi. Dalam hal
ini pengembangan profesional antara lain dilaksanakan melalui pelatihan atau
pendidikan yang telah dijalani oleh pemeriksa akan mempengaruhi promosi
pemeriksa.
3) Elemen pengangkatan pemeriksa mempengaruhi elemen supervisi karena pada
umumnya pemeriksa yang baru diangkat atau pemeriksa yang belum
berpengalaman memerlukan supervisi yang lebih intensif dibandingkan dengan
pemeriksa yang sudah berpengalaman.
2.1.3.1 Indenpendensi
Maksud dari elemen ini adalah bahwa semua pemeriksa pada semua jenjang
kedudukan harus dapat mempertahankan independensinya sehingga memberikan
keyakinan yang memadai bahwa setiap lapis organisasi semua staf professional
mempertahankan sikapnya sebagaimana diatur dalam kode etik akuntan Indonesia yang
secara rinci tertuang dalam Pernyataan Etika Pofesi no 01 yaitu Integritas, Objektifitas,
17
dan Indenpendensi yang memuat contoh-contoh penerapan yang berlaku untuk akuntan
publik sehingga KAP harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk mempertahankan
indenpendensi pemeriksaannya.
Menurut dewan Standar Profesional Akuntan Publik (2001:17000.2) terdapat
empat kebijakan dan prosedur indenpendensi sebagai berikut yaitu :
1. Wajibkan semua personel pada setiap tingkat organisasi mematuhi ketentuan
independensi sebagaimana diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
a. Tugasi satu atau lebih personel dengan tingkat wewenang yang memadai
untuk memberikan panduan dan untuk menyelesaikan berbagai pertanyaan
mengenai masalah indenpendensi.
(i) Identifikasi kondisi yang didalamnya dokumentasi atas penyelesaian
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan indenpendensi perlu
dilakukan.
(ii) Wajibkan untuk mengadakan konsultasi dengan sumber atau pihak
yang berwenang apabila memang diperlukan.
2. Komunikasikan kebijakan dan prosedur mengenai indenpendensi kepada personel
pada semua tingkat organisasi.
a. Informasikan kebijakan dan prosedur indenpendensi KAP pada personel dan
beritau mereka bahwa mereka diharapkan memahami kebijakan dan prosedur
tersebut.
b. Tekankan sikap mental independen dalam program pelatihan, dan dalam
supervisi dan review perikatan.
18
c. Beritahu personel secara rutin mengenai entitas yang harus diberlakukan
kebijakan indenpendensi.
(i) Siapkan dan pertahankan untuk keperluan indenpendensi, suatu daftar
klien KAP dan entitas lain (perusahaan afiliasi, perusahaan induk,
perusahaan asosiasi klien) yang harus diberlakukan kebijakan
indenpendensi.
(ii) Sediakan daftar tersebut bagi personel (termasuk personel baru KAP)
yang membutuhkannya untuk menentukan independensi mereka.
(iii) Terapkan prosedur untuk memberitau personel mengenai perubahan
daftar tersebut.
d. Selenggarakan perpustakaan atau sediakan fasilitas lain yang menyimpan
literature professional, literature terbitan badan pengatur atau literatur terbitan
KAP yang berhubungan dengan masalah indenpendensi.
3. Pada waktu berperan sebagai auditor utama, konfirmasikan indenpendensi KAP
lain yang mengadakan perikatan untuk melaksanakan bagian dari suatu kontrak
perikatan.
a. Informasikan kepada personel mengenai bentuk dan isi representasi tentang
indenpendensi yang harus diperoleh dari KAP yang mengadakan perikatan
untuk melaksanakan bagian dari perikatan tertentu.
b. Beritahu personel mengenai frekwensi pemerolehan representasi dari KAP
afiliasi atau asosiasi untuk perikatan berulang.
4. Lakukan pemantauan atas kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur mengenai
indenpendensi.
19
a. Dapatkan representasi tertulis dari personel secara periodik, umumnya sekali
dalam setahun yang menyatakan bahwa :
(i) Mereka memahami kebijakan dan prosedur indenpendensi KAP.
(ii) Untuk periode tertentu, mereka tidak memiliki dan melakukan
investasi yang tidak diizinkan menurut ketentuan independensi.
Sebagai prosedur alternatif atau tambahan untuk menentukan bahwa
tidak ada kepemilikan investasi yang tidak diizinkan, KAP dapat
memperoleh dari personelnya, daftar transaksi investasi, dan jenis efek
(jumlah atau nilai saham tak perlu dicantumkan).
(iii) Mereka tidak melakukan hubungan dan transaksi yang tidak diizinkan
berdasarkan kebijakan KAP.
b. Bebankan tanggung jawab pada satu atau lebih personel dengan tingkat
wewenang yang memadai, untuk menyelesaikan berbagai pengecualian dari
ketentuan indenpendensi.
c. Bebankan tanggung jawab pada satu atau lebih personel dengan tingkat
wewenang yang memadai untuk memperoleh representasi dan me-review
kelengkapan arsip kepatuhan terhadap ketentuan indenpendensi.
d. Lakukan review secara periodik, bila ada piutang KAP terhadap klien untuk
memastikan apakah jumlah yang belum dilunasi bersifat seperti pinjaman dan
oleh karenanya dapat mengurangi indenpendensi KAP.
20
2.1.3.2 Penugasan Personel
Dalam melakukan penugasan terhadap pemeriksa maka KAP harus memiliki
keyakinan bahwa pemeriksa yang ditugaskan adalah mereka yang telah menjalani
pelatihan teknis yang cukup dan memiliki keterampilan yang memadai sesuai dengan
penugasannya sehingga secara keseluruhan , tim pemeriksa yang ditugaskan cukup
kompeten serta memiliki kebijakan dan prosedur yang jelas dalam hal penugasan.
Menurut dewan Standar Profesional Akuntan Publik (2001:17000.2) terdapat tiga
kebijakan dan prosedur penugasan personel sebagai berikut yaitu :
1. Jelaskan pendekatan yang digunakan oleh KAP dalam penugasan personel,
termasuk perencanaan kebutuhan untuk KAP secara keseluruhan dan untuk
masing-masing kantor cabangnya dan ukuran yang diterapkan untuk mencapai
keseimbangan antara kebutuhan, keahlian, pengembangan, dan pemanfaatan
personel dalam pelaksanaan perikatan.
a. Rencanakan kebutuhan personel KAP secara keseluruhan dan untuk masing-
masing kantor.
b. Identifikasi kebutuhan personel untuk perikatan tertentu secara rutin.
c. Siapkan anggaran jumlah waktu pelaksanaan (time budget) perikatan untuk
penentuan kebutuhan personel dan penjadwalan pekerjaan lapangan.
d. Pertimbangkan faktor-faktor berikut ini untuk mencapai keseimbangan antara
kebutuhan, keahlian, pengembangan, dan pemanfaatan personel dalam
pelaksanaan perikatan :
(i) Ukuran dan kompleksitas perikatan
(ii) Ketersediaan personel
21
(iii) Keahlian khusus yang dibutuhkan
(iv) Waktu pelaksanaan pekerjaan
(v) Rotasi personel secara berkelanjutan dan periodik
(vi) Kesempatan untuk pelatihan selama perikatan (on the job training)
2. Tunjuk satu atau lebih personel yang tepat untuk bertanggung jawab dalam
penugasan personel.
a. Pertimbangkan hal-hal berikut ini dalam proses penugasan personel :
(i) Kebutuhan personel dan pengaturan waktu pelaksanaan perikatan
tertentu.
(ii) Evaluasi kualifikasi personel yaitu mengenai pengalaman, posisi,
latar belakang dan keahlian khusus personel.
(iii) Supervisi terencana dan keterlibatan personel supervisor.
(iv) Proyeksi ketersediaan waktu individu yang ditugasi.
(v) Situasi yang memungkinkan terjadinya masalah indenpendensi dan
benturan kepentingan, seperti penugasan personel ke klien tertentu
yang merupakan mantan atasannya atau atasan orang yang memiliki
hubungan keluarga tertentu dengannya
b. Pertimbangkan, dalam penugasan personel, aspek berkelanjutan kerja dan
notasi sehingga memungkinkan perikatan dilaksanakan seefisien mungkin
dan memungkinkan personel lain dengan pengalaman dan latar belakang
yang berbeda, memberikan perspektif baru dalam pelaksanaan perikatan
22
3. Selenggarakan pengesahan penjadwalan waktu pelaksanaan dan kebutuhan
personel untuk perikatan, oleh personal yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan perikatan tersebut.
a. Ajukan kepada personel yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
perikatan tersebut, jika dianggap perlu, untuk me-riview dan mengesahkan
nama dan kualifikasipersonel yang ditugasi dalam pelaksanaan
b. Pertimbangkan pengalaman dan pelatihan staf pelaksana perikatan dalam
kaitannya dengan kompleksitas atau persyaratan lain perikatan, dan lingkup
supervisi yang akan diberikan
2.1.3.3 Konsultasi
Maksud dari elemen ini adalah jika pada KAP menghadapi masalah yang
meragukan maka pemeriksa tersebut dapat meminta bantuan pada orang yang
mempunyai tingkat pengetahuan yang tepat, kompeten dan mempunyai pertimbangan
yang matang. Karena itu KAP harus memiliki kebijakan, prosedur, dan fasilitas
konsultasi yang baik sehingga para pemeriksa yang menghadapi suatu masalah dapat
dengan mudah berkonsultasi
Menurut dewan Standar Profesional Akuntan Publik (2001:17000.2) terdapat tiga
kebijakan dan prosedur penugasan personel sebagai berikut yaitu :
1. Identifikasi masalah dan situasi khusus yang mengharuskan personel untuk
berkonsultasi dan mendorong personel untuk berkonsultasi dengan atau
menggunakan sumber atau pihak yang berwenang mengenai masalah yang
kompleks dan tidak biasa.
23
a. Informasikan kebijakan dan prosedur konsultasi KAP kepada personel
b. Tentukan bidang atau situasi khusus yang karena jenis atau kompleksitasnya
mengharuskan personel untuk berkonsultasi.:
(i) Penerapan standar teknis yang baru diterbitkan
(ii) Industri dengan akuntansi, audit, dan standar pelaporan khusus
(iii) Problem praktik yang muncul
(iv) Berbagai alternatif pilihan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia apabila perubahan akuntansi akan dilakukan.
(v) Kewajiban pelaporan kepada badan pengatur
c. Selenggarakan atau sediakan akses ke perpustakaan referensi dan sumber-
sumber yang berwenang lainnya.
(i) Tetapkan tanggung jawab untuk penyelenggaraan perpustakaan
referensi pada setiap kantor praktik
(ii) Sediakan materi panduan teknis dan terbitan teknis, termasuk yang
berhubungan dengan industri khusus dan bidang khusus lainnya
(iii) Selenggarakan konsultasi dengan KAP lain dan orang di luar KAP
untuk melengkapi sumber yang tersedia di KAP
(iv) Ajukan masalah yang dihadapi kepada Bidang atau Dewan yang ada
dalam organisasi Ikatan Akuntan Indonesia yang berfungsi untuk
menangani masalah teknis
d. Bentuk fungsi riset untuk membantu personel dalam hal masalah praktik
2. Tunjuk satu atau lebih individu sebagai spesialis yang bertindak sebagai pihak
yang berwenang dan tetapkan wewenang mereka dalam konsultasi. Buat
24
prosedur untuk menyelesaikan perbedaan pendapat antara personel pelaksana
perikatan dengan para spesialis
a. Tunjuk satu atau lebih individu sebagai spesialis untuk memenuhi kewajiban
pelaporan klien kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan badan
pengatur lainnya.
b. Tunjuk satu atau lebih personel sebagai spesialis untuk industri tertentu
c. Beritahu personel mengenai derajat wewenang untuk menyesuaikan dengan
pendapat spesialis dan prosedur yang harus diikuti untuk menyelesaikan
perbedaan pendapat tersebut
d. Wajibkan dokumentasi pertimbangan keputusan dalam penyelesaian
perbedaan pendapat
3. Tentukan lingkup dokumentasi yang harus dilakukan terhadap hasil konsultasi
mengenai masalah atau situasi khusus yang mengharuskan adanya konsultasi.
Tentukan dokumentasi yang diperlukan untuk konsultasi lain.
a. Jelaskan lingkup dokumentasi yang perlu disiapkan dan tanggung jawab
penyiapannya kepada personel
b. Tunjukan kondisi yang mengharuskan dilakukannya dokumentasi konsultasi
c. Buat arsip berdasarkan subjek yang memuat hasil konsultasi untuk referensi
dan riset pada masa mendatang
2.1.3.4 Supervisi
Maksud dari elemen ini, bahwa selama pemeriksaan maka harus dilakukan
supervisi terhadap semua jenjang organisasi. Supervisi ini dimaksudkan agar KAP
25
memperoleh keyakinan bahwa pekerjaan yang dilaksanakan memenuhi kriteria yang
ditentukan. Luas supervisi tergantung dari berbagai faktor antara lain kerumitan masalah
yang dihadapi, kualifikasi pemeriksa, serta tidak tersedianya tenaga yang dapat
memberikan konsultasi sehingga agar dapat dilaksanakan dengan baik maka setiap KAP
harus memiliki kebijakan prosedur supervisi yang jelas
Menurut dewan Standar Profesional Akuntan Publik (2001:17000.2) terdapat tiga
kebijakan dan prosedur penugasan personel sebagai berikut yaitu :
1. Sediakan prosedur untuk perencanaan perikatan
a. Bebankan tanggung jawab fungsi perencanaan suatu perikatan kepada satu
atau lebih personel dengan tingkat wewenang yang memadai. Ikutsertakan
personel yang semestinya ditugasi ke perikatan tertentu dalam proses
perencanaan
b. Kembangkan informasi tentang latar belakang atau informasi review yang
dikumpulkan dari perikatan sebelumnya dan lakukan pemuktahiran sesuai
dengan kondisi yang telah berubah
c. Jelaskan hal-hal yang harus dicakup dalam proses perencanaan penugasan
seperti yang tercantum dibawah ini :
(i) Pengembangan usulan program pekerjaan yang diusulkan
(ii) Penentuan kebutuhan personel dan kebutuhan pengetahuan khusus
(iii) Pengembangan estimasi jumlah waktu untuk menyelesaikan perikatan
(iv) Pertimbangan kondisi ekonomi kini yang mempengaruhi klien atau
industrinya dan kemungkinan pengaruhnya terhadap pelaksanaan
perikatan
26
2. Sediakan prosedur utnuk mempertahankan standar mutu KAP untuk pekerjaan
yang dilaksanakan.
a. Lakukan supervisi memadai pada semua tingkat organisasi dengan
mempertimbangkan pelatihan, kemampuan, dan pengalaman personel yang
ditugasi
b. Kembangkan pedoman mengenai bentuk dan isi kertas kerja
c. Manfaatkan lembar isian, daftar pengecekan, dan kuisioner standar, sejauh
sesuai dengan kondisi, untuk membantu pelaksanaan perikatan
d. Sediakan prosedur untuk menyelesaikan perbedaan pertimbangan (judgment)
profesional diantara anggota tim pelaksana perikatan.
3. Sediakan prosedur untuk me-riview kertas kerja dan laporan perikatan.
a. Kembangkan pedoman review kertas kerja dan dokumentasi proses review
(i) Wajibkan pe-review memiliki kompetensi dan tanggung jawab
memadai
(ii) Tentukan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan dengan lengkap dan
sesuai dengan SPAP dan kebijakan KAP
(iii) Jelaskan dokumentasi yang membuktikan review atas kertas kerja
dan temuan pe-review. Dokumentasi dapat mencakup pembubuhan
paraf pada kertas kerja, pengisisan kuisioner pe-review, dan
penggunaan lembar isian atau daftar pengecekan standar.
b. Kembangkan pedoman review laporan yang akan diterbitkan untuk perikatan
tertentu. Pertimbangan yang sebagaimana disebutkan pada butir [a], dapat
27
diterapkan pada review ini dan sebagai tambahan maka hal-hal berikut ini
harus dipertimbangkan untuk pedoman tersebut :
(i) Tentukan bahwa bukti pekerjaan yang telah dilaksanakan dan
simpulan yang tercantum dalam kertas kerja, mendukung laporan
yang diterbitkan
(ii) Tentukan bahwa laporan yang diterbitkan sesuai dengan SPAP dan
kebijakan KAP
(iii) Sediakan untuk kepentingan review atas laporan, oleh individu yang
semestinya, yang tidak memiliki tanggung jawab lain untuk perikatan
2.1.3.5 Pemerkerjakan (HIRING)
Dalam hal ini, kebijakan dan prosedur dari pemekerjakan pemeriksa harus
ditetapkan agar KAP memperoleh keyakinan yang memadai bahwa pemeriksa yang
diangkat memiliki kriteria yang sesuai sehingga mereka mampu melaksanakan tugasnya
secara kompeten. Kualitas dari pemekerjakan pemeriksa tersebut tergantung pada
integritas, kompetensi, dan motivasi pemeriksa itu sendiri sehingga kebijakan dan
prosedur pemekerjakan pemeriksa merupakan salah satu faktor yang paling menentukan.
Menurut dewan Standar Profesional Akuntan Publik (2001:17000.2) terdapat tiga
kebijakan dan prosedur pemekerjakan pemeriksa sebagai berikut yaitu :
1. Selenggarakan program yang dirancang untuk memperoleh personel
berkemampuan dengan cara perencanaan kebutuhan personel, penetapan tujuan
pemerkerjakan, dan penetapan kualifikasi personel yang terlibat dalam fungsi
pemerkerjakan.
28
a. Rencanakan kebutuhan personel KAP pada semua tingkat organisasi dan
tetapkan tujuan pemekerjakan dalam bentuk kuantitatif berdasarkan pada
jumlah klien saat ini, perkiraan pertumbuhan, turnover personel, promosi
personel, dan personel yang pensiun
b. Rancang suatu program untuk mencapai tujuan pemekerjakan yang
memungkinkan :
(i) Identifikasi sumber-sumber potensial untuk pemekerjakan personel
(ii) Metode hubungan dengan orang-orang yang potensial dapat
dikerjakan
(iii) Metode identifikasi khusus orang-orang yang potensial dapat
diperkerjakan
(iv) Metode untuk menarik orang-orang yang potensial dapat diperkerjakan
dan metode untuk memberikan informasi KAP kepada mereka.
(v) Metode evaluasi dan pemilihan orang-orang yang potensial dapat
dipekerjakan untuk dilanjutkan dengan pemberian tawaran kerja.
c. Beritahu personel yang terlibat dalam pemekerjakan mengenai kebutuhan
personel dan tujuan pemekerjakan KAP
d. Tugasi orang yang berwenang tentang tanggung jawab untuk keputusan
mengenai kepegawaian
e. Lakukan pemantauan efektifitas program pemekerjakan.
(i) Lakukan evaluasi program pemekerjakan secara periodik untuk
menentukan apakah kebijakan dan prosedur dalam memperoleh
personel berkemampuan telah dijalankan
29
(ii) Lakukan review atas hasil pemekerjakan secara periodik untuk
menentukan apakah sasaran dan kebutuhan personel telah tercapai
2. Tetapkan kualifikasi dan pedoman untuk mengevaluasi orang-orang yang
potensial dapat dipekerjakan untuk semua tingkat professional
a. Identifikasi atribut calon personel KAP, seperti intelegensi, integritas,
kejujuran, motivasi, dan bakat untuk profesi akuntan publik
b. Identifikasi prestasi dan pengalaman yang diinginkan dari personel yang
belum memiliki pengalaman kerja dan personel yang telah memiliki
pengalaman kerja, misalnya :
(i) Latar belakang akademik
(ii) Prestasi pribadi
(iii) Pengalaman kerja
(iv) Minat pribadi
c. Buat pedoman yang harus diikuti saat mempekerjakan individu pada situasi
khusus, seperti :
(i) Mempekerjakan famili personel atau famili klien.
(ii) Mempekerjakan kembali personel yang telah mengundurkan diri
(iii) Mempekerjakan karyawan klien
d. Daptkan informasi mengenai latar belakang dan dokumentasi kualifikasi
pelamar kerja dengan alat yang tepat, seperti :
(i) Resume
(ii) Formulir lamaran kerja
(iii) Wawancara
30
(iv) Transkrip perguruan tinggi
(v) Referensi pribadi
(vi) Referensi pekerjaan sebelumnya
e. Lakukan evaluasi kualifikasi personel baru, termasuk personel yang berasal
dari proses perekrutan yang tidak umum (misalnya, mereka yang bergabung
dengan KAP langsung pada tingkat supervisor atau melalui merger atau
akuisisi), untuk menentukan apakah mereka memenuhi persyaratan dan
standar KAP
3. Informasikan kepada pelamar kerja dan personel baru , mengenai kebijakan dan
prosedur KAP yang berhubungan dengan mereka.
a. Gunakan brosur atau alat lain untuk menginformasikan kepada pelamar kerja
dan personel baru
b. Siapkan panduan yang menjelaskan kebijakan dan prosedur untuk disebarkan
kepada personel dan lakukan pemuktahiran terhadap panduan tersebut
c. Laksanakan program orientasi untuk personel baru
2.1.3.6 Pengembangan Profesional
Dalam hal ini, KAP harus mengembangkan kebijakan dan prosedur yang
berkaitan dengan pengembangan profesional para pemeriksanya. Kebijakan dan prosedur
tersebut akan dapat membantu KAP untuk memperoleh keyakinan bahwa para
pemeriksanya memiliki pengetahuan yang diperlukan dalam suatu penugasan
Pengembangan professional dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan,
pendidikan profesional yang berkesinambungan dalam bidang akuntansi, auditing, dan
31
perpajakan, dan pengetahuan mengenai industri tertentu. Dengan adanya pengembangan
professional maka hal ini memungkinkan KAP untuk menyediakan tenaga pemeriksa
yang memiliki pengetahuan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas yang telah
diberikan serta memungkinkan pemeriksa untuk dapat mengembangkan karirnya tersebut
Menurut dewan Standar Profesional Akuntan Publik (2001:17000.2) terdapat
empat kebijakan dan prosedur pengembangan profesional sebagai berikut yaitu :
1. Tetapkan pedoman dan persyaratan untuk program pengembangan profesional
KAP dan komunikasikan hal tersebut kepada personel.
a. Tetapkan tanggung jawab fungsi pengembangan profesional kepada satu atau
lebih personel dengan tingkat wewenang memadai
b. Pastikan bahwa program yang dikembangkan oleh KAP di-review oleh orang
yang berkemampuan memadai. Program tersebut harus memuat pernyataan
mengenai tujuan program, dan prasyarat pendidikan dan/atau pengalaman
untuk mengikuti program tersebut
c. Selenggarakan program orientasi mengenai KAP dan profesi akuntan publik
untuk karyawan baru
(i) Siapkan publikasi dan program yang dirancang untuk
menginformasikan kepada personel baru mengenai tanggung jawab
dan peluang profesional mereka
(ii) Tetapkan tanggung jawab pelaksanaan pertemuan orientasi untuk
menjelaskan tanggung jawab profesional dan kebijakan KAP
(iii) Beri kesempatan bagi personel baru dengan pengalaman terbatas untuk
mengikuti program pelatihan yang diselenggarakan oleh Ikatan
32
Akuntan Indonesia atau lembaga lain yang relevan dengan profesi
akuntan publik
d. Buatlah persyaratan pendidikan profesional berkelanjutan bagi personel pada
setiap tingkat profesional KAP
(i) Pertimbangkan persyaratan wajib dari Ikatan Akuntan Indonesia atau
pedoman sukarela lain dalam penetapan program pendidikan
profesional berkelanjutan KAP.
(ii) Berikan dorongan partisipasi personel dalam program pendidikan
profesional berkelanjutan yang diselenggarakan oleh pihak luar
termasuk yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal dan
kursus tertulis lain
(iii) Berikan dorongan partisipasi personel untuk secara aktif menjadi
anggota organisasi professional, seperti dengan membayar seluruh atau
sebagian dari iuran dan biaya keanggotaan
(iv) Berikan dorongan bagi personel untuk secara aktif menjadi anggota
dewan profesional, menjadi penulis artikel dan berpartisipasi dalam
aktifitas profesional lainnya.
e. Lakukan pemantauan program pendidikan profesional berkelanjutan dan
selenggarakan catatan semestinya mengenai program untuk KAP secara
keseluruhan atau untuk maing-masing personel
(i) Lakukan review secara periodik catatan partisipasi personel untuk
menentukan kepatuhan terhadap persyaratan KAP
33
(ii) Lakukan review secara periodik laporan evaluasi dan catatan lain dari
program pendidikan profesional berkelanjutan untuk mengevaluasi
apakah program telah disajikan dengan efektif dan mencapai tujuan
KAP. Kemudian pertimbangkan kebutuhan program baru dan untuk
revisi atau penghapusan program yang tidak efektif
2. Sediakan informasi bagi personel mengenai perkembangan terkini dalam standar
professional dan materi kebijakan mengenai kebijakan dan prosedur teknis KAP.,
dan berikan dorongan bagi mereka untuk terlibat dalam aktivitas pengembangan
diri.
a. Sediakan bagi personel literatur profesional mengenai perkembangan terkini
dalam standar profesional
(i) Distribusikan kepada personel, materi umum profesi, seperti standar
yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan dan
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik
(ii) Distribusikan terbitan mengenai topik khusus seperti peraturan
bapepam, direktorat jendral pajak, dan badan pengatur lainnya, kepada
personel yang bertanggung jawab dalam bidang yang bersangkutan
(iii) Distribusikan kepada personel, materi panduan mengenai kebijakan
dan prosedur KAP untuk masalah teknis. Materi harus dimuktahirkan
sesuai dengan perkembangan baru dan perubahan kondisi
b. Untuk program pelatihan yang dilaksanakan oleh KAP, kembangkan atau
dapatkan materi kursus, dan pilih serta latihlah para instruktur
34
(i) Nyatakan tujuan program, dan prasyarat pendidikan dan atau
pengalaman untuk mengikuti program tersebut
(ii) Sediakan infrastruktur program yang memenuhi kualifikasi, baik
dalam hal penguasaan materi program maupun metode pengajaran
(iii) Beri kesempatan bagi peserta untuk mengevaluasi materi program dan
kinerja para instruktur dalam pelatihan
(iv) Beri kesempatan bagi instruktur untuk mengevaluasi materi program
dan peserta program pelatihan
(v) Muktahirkan program sehingga selaras dengan perkembangan baru ,
perubahan kondisi, dan laporan evaluasi
3. Sediakan sejauh diperlukan, program untuk memenuhi kebutuhan KAP akan
personel dengan keahlian pada bidang dan industri khusus.
a. Laksanakan program KAP untuk mengembangkan dan mempertahankan
keahlian dalam bidang dan industri khusus, seperti industri yang diatur oleh
paraturan tertentu, auditing berbantuan komputer, dan metode sampling
statistik
b. Doronglah partisipasi personel pada program pendidikan eksternal, pertemuan
dan konferensi untuk mendapatkan keahlian teknis atau industri khusus.
c. Doronglah keanggotaan dan partisipasi dalam organisasi yang berhubungan
dengan bidang dan industri khusus.
d. Sediakan literatur teknis mengenai bidang dan industri khusus
35
4. Sediakan pelatihan di tempat (on-the job training) selama pelaksanaan perikatan.
a. Tekankan pentingnya pelatihan ditempat kerja sebagai bagian signifikan
pengembangan pribadi
(i) Bicarakan dengan asisten mengenai hubungan pekerjaan mereka
dengan perikatan secara keseluruhan
(ii) Libatkan asisten dalam pelaksanaan perikatan sesuai dengan porsi
uutuk seorang asisten.
b. Tekankan pentingnya keahlian manajemen personel dan masukan topik ini
dalam program pelatihan KAP
c. Doronglah personel untuk melatih dan mengembangkan bawahan mereka
d. Pantau perikatan untuk menentukan bahwa personel :
(i) Memenuhi persyaratan pengalaman yang ditetapakan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia
(ii) Memperoleh pengalaman dari perikatan berbagai bidang dan industri
(iii) Bekerja di bawah personel tingkat supervisor yang berbeda
2.1.3.7 Promosi (Advancement)
Tata cara promosi pemeriksa memiliki pengaruh terhadap mutu pekerjaan suatu
KAP. Pemeriksa yang dipilih untuk dipromosikan kepada tingkat jenjang yang lebih
tinggi dianggap memiliki kualifikasi yang diperlukan untuk memikul tanggung jawab
yang diserahkan kepadanya. Jika ternyata tata cara promosi tidak mendeteksi bahwa
pemeriksa yang diangkat ternyata tidak memiliki kualifikasi yang memadai maka hal ini
36
akan menyebabkan menurunnya kualitas pekerjaan KAP tersebut. Dengan demikian KAP
memerlukan adanya kebijakan dan prosedur yang jelas tentang promosi pemeriksanya.
Menurut dewan Standar Profesional Akuntan Publik (2001:17000.2) terdapat tiga
kebijakan dan prosedur promosi sebagai berikut yaitu :
1. Tetapkan kualifikasi yang harus dipenuhi oleh berbagai tingkat tanggung jawab
dalam KAP.
a. Siapkan panduan yang menjelaskan tanggung jawab dan kinerja yang
diharapkan, serta kualifikasi untuk promosi pada setiap tingkat organisasi
termasuk :
(i) Nama jabatan dan tanggung jawab untuk jabatan tersebut
(ii) Jumlah pengalaman kerja (yang dapat dinyatakan dalam suatu jangka
waktu) yang umumnya disyaratkan untuk promosi ke tingkat
organisasi yang lebih tinggi.
b. Identifikasi kriteria yang akan dipertimbangkan untuk mengevaluasi kinerja
personel dan keahlian yang diharapkan, seperti hal-hal berikut ini:
(i) Pengetahuan teknis
(ii) Kemampuan analitik dan judgmental
(iii) Kemahiran komunikasi
(iv) Kemahiran memimpin dan melatih
(v) Hubungan dengan klien
(vi) Sikap mental pribadi dan profesional (karakter, intelegensi,
pertimbangan, dan motivasi)
37
(vii) Kepemilikan sertifikat akuntan publik yang dikeluarkan oleh pihak
yang berwenang untuk promosi ke posisi supervisor
c. Gunakan buku panduan personel atau alat lain untuk mengkomunikasikan
kebijakan dan prosedur promosi kepada personel
2. Lakukan evaluasi kinerja personel, dan secara periodik beritahu personel
mengenai kemajuan mereka. Selenggarakan arsip personel yang memuat
dokumentasi mengenai proses evaluasi
a. Kumpulkan dan lakukan evaluasi informasi mengenai kinerja personel
(i) Identifikasi tanggung jawab dan persyaratan evaluasi pada setiap
tingkat organisasi dengan penentuan siapa yang akan mengevaluasi
dan kapan evaluasi akan dilakukan
(ii) Beritahu personel mengenai tujuan evaluasi personel
(iii) Gunakan lembar isian, yang mungkin berbentuk standar, untuk
mengevaluasi kinerja personel.
(iv) Lakukan review terhadap evaluasi dengan personel yang dievaluasi
(v) Wajibkan bahwa evaluasi tersebut di-review oleh atasan pemberi
evaluasi
(vi) Lakukan review terhadap evaluasi untuk menentukan bahwa personel
bekerja untuk dan dievaluasi oleh orang yang berbeda
(vii) Pastikan bahwa evaluasi diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.
b. Secara periodik, berikan penyuluhan kepada personel mengenai kemajuan dan
peluang karir mereka.
38
(i) Lakukan review secara periodik dengan personel, evaluasi terhadap
kinerja mereka termasuk penilaian kemajuan mereka dalam KAP.
Pertimbangan harus mencakup hal-hal berikut :
a) Kinerja
b) Tujuan KAP dan personel pada masa mendatang
c) Minat penugasan
d) Peluang karir
(ii) Lakukan evaluasi para partner secara periodik dengan cara
penyuluhan, evaluasi oleh teman sekerja, atau penilaian pribadi,
mengenai apakah mereka tetap memiliki kualifikasi untuk memenuhi
tanggung jawab mereka
3. Bebankan tanggung jawab untuk penetapan keputusan promosi.
a. Bebankan tanggung jawab kepada personel tertentu dengan wewenang
memadai untuk mengambil keputusan promosi dan keputusan pemberhentian,
yang melakukan wawancara evaluasi dengan personel yang dipertimbangkan
untuk promosi, dan yang mendokumentasi hasil wawancara, dan menyimpan
catatan tersebut
b. Lakukan evaluasi data yang diperoleh dengan mempertimbangkan aspek mutu
pekerjaan yang dilaksanakan dalam penerapan keputusan promosi
c. Pelajari pengalaman promosi KAP secara periodik untuk memastikan apakah
personel yang memenuhi kriteria tertentu mendapat penugasan dengan derajat
tanggung jawab yang semakin meningkat.
39
2.1.3.8 Penerimaan dan Keberlanjutan Klien
kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan penerimaan dan pemeliharaan
hubungan dengan klien bertujuan untuk mendapatkan kesimpulan yang berupa hasil
evaluasi terhadap resiko pemeriksaan dalam setiap penerimaan klien baru maupun klien
lama. Dengan adanya kebijakan dan prosedur penerimaan dan pemeliharaan hubungan
dengan klien maka KAP diharapkan dapat menghindari terlibatnya nama KAP dengan
klien yang memiliki etiket tidak baik
Menurut dewan Standar Profesional Akuntan Publik (2001:17000.2) terdapat dua
kebijakan dan prosedur penerimaan dan berkelanjutan klien, sebagai berikut yaitu :
1. Tentukan prosedur evaluasi calon klien dan persetujuan mereka menjadi klien.
a. Pertimbangkan prosedur evaluasi berikut ini sebelum menerima klien :
(i) Dapatkan dan lakukan review terhadap informasi keuangan yang
tersedia mengenai calon klien, seperti laporan tahunan, laporan
keuangan interim, laporan lain kepada badan pengatur, dan surat
pemberitahuan tahunan (SPT) pajak penghasilan
(ii) Dapatkan informasi dari pihak ketiga mengenai calon klien, termasuk
informasi mengenai manajemen dan pemiliknya, yang mungkin
berpengaruh terhadap proses evaluasi calon klien. Pemerolehan
informasi tersebut mungkin dari bankir, penasihat hukum, bankir
investasi, penjamin emisi calon klien, dan pihak lain yang mungkin
memiliki informasi tersebut. Laporan kredit juga dapat memperkuat
dalam hal ini.
40
(iii) lakukan komunikasi dengan auditor terdahulu sebagaimana diatur oleh
SPAP. Pengajuan pertanyaan tersebut harus mencakup pertanyaan
mengenai fakta yang mungkin berpengaruh terhadap integritas
manajemen, mengenai ketidaksepakatan dengan manajemen dalam
penerapan prinsip akuntansi, prosedur audit, atau hal signifikan yang
sejenis, dan juga pemahaman auditor terdahulu mengenai alasan
penggantian auditor.
(iv) Pertimbangkan keadaan yang mungkin menjadikan KAP menganggap
perikatan tersebut sebagai perikatan yang memerlukan keahlian khusus
atau memiliki resiko yang tidak wajar.
(v) Lakukan evaluasi indenpendensi dan kemampuan KAP untuk
menyediakan jasa bagi calon klien. Dalam evaluasi kemampuan KAP,
pertimbangkan kebutuhan akan keahlian teknis, pengetahuan industri,
dan personel
(vi) Tentukan bahwa penerimaan klien tidak akan menyalahi ketentuan
yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia atau ketentuan lain dari
badan pengatur
b. Tunjuk satu atau lebih personel dengan tingkat manajemen yang semestinya,
untuk mengevaluasi informasi yang diperoleh mengenai calon klien dan untuk
membuat keputusan penerimaan
(i) Pertimbangkan jenis perikatan yang tidak akan diterima KAP atau
yang hanya akan diterima dengan syarat tertentu
41
(ii) Informasikan kebijakan dan prosedur KAP mengenai penerimaan klien
terhadap personel yang tepat
(iii) Tetapkan tanggung jawab kepada personel tertentu dengan tingkat
wewenang memadai atas pengelolaan dan pemantauan kepatuhan
terhadap kebijakan dan prosedur KAP mengenai penerimaan klien
2. Lakukan evaluasi klien, pada akhir periode tertentu atau pada saat terjadinya
peristiwa khusus, untuk menentukan apakah hubungan dengannya perlu
dilanjutkan.
a. Tentukan kondisi yang mengharuskan evaluasi klien untuk menentukan
apakah hubungan dengannya perlu dilanjutkan. Kondisi ini dapat mencakup :
(i) Berakhirnya jangka waktu tertentu
(ii) Perubahan signifikan sejak evaluasi terakhir, termasuk perubahan
besar pada satu atau lebih hal berikut ini :
a) Manajemen
b) Komisaris
c) Kepemilikan
d) Penasihat hukum
e) Kondisi keuangan
f) Status perkara pengadilan
g) Jenis usaha klien
h) Lingkup perikatan
42
(iii) Keberadaan kondisi yang akan menyebabkan KAP menolak klien
apabila kondisi tersebut telah ada pada saat penerimaan klien untuk
pertama kalinya
b. Tunjuk satu atau lebih personel dengan tingkat manajemen yang tepat, untuk
mengevaluasi informasi yang diperoleh dan untuk membuat keputusan
keberlanjutan klien.
(i) Pertimbangkan jenis perikatan yang tidak akan dilanjutkan KAP atau
yang hanya akan dilanjutkan dengan syarat tertentu
(ii) Dokumentasikan simpulan mengenai keberlanjutan klien
c. Informasikan kebijakan dan prosedur KAP mengenai keberlanjutan klien
kepada personal yang semestinya
d. Tetapkan tanggung jawab pengelolaan dan pemantauan kepatuhan terhadap
kebijakan dan prosedur KAP mengenai keberlanjutan klien
2.1.3.9 Inspeksi
Maksud dari elemen pengendalian mutu yang terakhir ini bahwa KAP harus
memiliki kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan pengujian pelaksanaan sistem
pengendalian mutu sehingga KAP dapat mengetahui apakah sistem tersebut telah
memadai dan dilaksanakan dengan baik.
Menurut dewan Standar Profesional Akuntan Publik (2001:17000.2) terdapat dua
kebijakan dan prosedur inspeksi, sebagai berikut yaitu
1. Tetapkan batas lingkup dan isi program inspeksi KAP.
43
a. Tetapkan prosedur inspeksi yang diperlukan untuk memberikan keyakinan
yang memadai
(i) Tentukan tujuan, siapkan petunjuk, dan lakukan review program
pelaksanaan inspeksi
(ii) Sediakan panduan mengenai lingkup pekerjaan inspeksi pada unit,
fungsi, atau depertemen praktik, dan kriteria pemilihan perikatan yang
akan di-review
(iii) Tetapkan frekwensi dan saat pelaksanaan inspeksi
(iv) Tetapkan prosedur untuk menyelesaikan ketidaksepakatan yang
mungkin timbul antara pe-review dan personel pelaksanaan atau
manajemen perikatan yang bersangkutan
b. Tetapkan kualifikasi staf pelaksana inspeksi dan metode pemilihannya.
(i) Temukan kriteria pemilihan pe-review, termasuk tingkat tanggung
jawab dalam KAP dan persyaratan mengenai pengetahuan khusus
(ii) Tetapkan tanggung jawab pemilihan personel inspeksi
c. Laksanakan inspeksi terhadap unit, fungsi, atau departmen praktik
(i) Lakukan review dan uji kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur
pengendalian mutu.
(ii) Lakukan review atas perikatan tertentu tentang kesesuaiannya dengan
SPAP termasuk dengan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia, prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia,
dan dengan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP
44
2. Sajikan pelaporan temuan inspeksi dan tindakan pemantauan yang dilaksanakan
atau direncanakan, kepada tingkat manajemen yang semestinya.
a. Lakukan pembahasan temuan review imspeksi terhadap perikatan yang di-
review dengan staf pelaksana perikatan.
b. Lakukan pembahasan temuan inpeksi mengenai unit, fungsi, depertemen
praktik yang di-review dengan personel manajemen yang bersangkutan
c. Laporkan temuan dan rekomendasi inspeksi, bersama dengan tindakan
perbaikan yang diambil atau direncanakan, kepada manajemen KAP
d. Pastikan bahwa tindakan perbaikan yang direncanakan telah dilaksanakan
2.2 Perencanaan Audit
Dalam audit, tahap perencanaan merupakan langkah awal dari setiap kegiatan
yaitu dengan mengetahui apa yang akan dicapai dan bagaimana cara mencapainya
merupakan suatu hal yang penting dalam melaksanakan suatu kegiatan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2001:311.1-2) merekomendasikan bahwa dalam
perencanaan audit maka auditor harus mempertimbangkan beberapa pertimbangan yang
penting antara lain:
1. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat
usaha entitas tersebut
2. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut
3. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi
yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah
informasi akuntansi pokok perusahaan.
45
4. Tingkat resiko pengendalian yang direncanakan
5. Pertimbangan awal tentang tingkat meterialitas untuk tujuan audit
6. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment)
7. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit
seperti resiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi
antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
8. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan
auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang
diserahkan ke bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien
terhadap kontrak perjanjian)
Perencanaan pemeriksaan merupakan suatu keharusan apabila kita menghendaki
pemeriksaan yang efektif dan efisien. Menurut Arens and Loebbecke (2000:218), terdapat
tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasan yang baik yaitu :
1. To enable the auditor to obtain sufficient competent evidence for the
circumstances
2. To help keep audit costs reasonable
3. To avoid misunderstanding with clien
2.2.1 Elemen-elemen Perencanaan Audit
Dalam menentukan ruang lingkup dari perencanaan pemeriksanaan maka
tergantung dari besarnya dan kompleksitasnya permasalahan objek yang diperiksa serta
46
pengetahuan mengenai jenis usaha objek yang diperiksa. Adapun elemen-elemen
perencanaan audit menurut Arens and Loebbecke (2000:219) adalah :
1. Preplan
2. Obtain background information and client legal obligation
3. Perform preliminary analytical procedure
4. Set materiality and asses acceptable audit risk and inherent risk
5. Understand internal control structure and asses control risk
6. Develop overall audit plan and audit program
2.2.3 Perencanaan Awal
Beberapa hal penting yang terdapat dalam perencanaan awal ini adalah
menyangkut informasi mengenai alasan klien untuk diaudit, menerima atau menolak
klien baru maupun klien lama, mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit, menentukan
staf untuk penugasan, dan memperoleh surat penugasan.
Perencanaan awal terdiri dari hal-hal berikut :
1. Mengevaluasi integritas manajemen,
Bahwa auditor akan menerima suatu perikatan audit apabila terdapat keyakinan
yang memadai bahwa manajemen klien dapat dipercaya. Dan ketika Manajemen
kurang memiliki integritas maka terdapat kemungkinan bahwa :
a) Kekeliruan (error) material dan ketidakberesan (irregularities) akan terjadi
dalam proses akuntansi dimana laporan keuangan dibuat
47
b) Hal tersebut akan meningkatkan resiko bahwa pendapat wajar tanpa
pengecualian (Unqualified Opinion) akan diberikan ketika laporan keuangan
mengandung salah saji yang material
c) Apabila klien Lama, maka pengalaman auditor di masa lalu dengan
manajeman klien harus dapat dijadikan pertimbangan dalam setiap kekeliruan
material, ketidakberesan, atau tindakan melanggar hukum yang ditemukan
dalam audit terdahulu. Dan dapat mengajukan pertanyaan tentang adanya
kontijensi, kelengkapan semua catatan rapat dewan direksi, dan kepatuhan
terhadap syarat-syarat peraturan
d) Apabila klien baru, maka auditor dapat memperoleh informasi mengenai
integritas manajeman dengan berkomunikasi pada auditor terdahulu dengan
mengajukan pertanyaan seperti
1) informasi yang menunjukan integritas manajeman
2) perselisihan dengan manajemen tentang prinsip akuntansi, prosedur audit,
dan hal signifikan sejenis lainnya.
3) komunikasi kepada komite audit atau pihak lain yg punya otoritas,
tanggung jawab dgn komite audit berkenaan dengan kecurangan, tindakan
melanggar hukum oleh klien, hal yang berkaitan dgn pengendalian interen,
dan kualitas prinsip akuntansi. Dan mengajukan pertanyaan pada pihak
ketiga lain-nya seperti pengacara, bankir, dan pihak2 lain didalam
komunitas keuangan dan bisnis yang memiliki hubungan bisnis dengan
calon klien
48
2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan resiko tak biasa
Bahwa apabila terdapat hal-hal yang berkenaan dengan langkah dalam menerima
suatu perikatan, maka harus dilakukan langkah berikut :
a) mengidentifikasi laporan keuangan yang telah diaudit, bahwa auditor harus
mempertimbangkan status calon klien apakah sebagai perusahaan swasta atau
perusahaan publik, apakah terdapat pewaris atau pihak ketiga, serta harus
mempertimbangkan apakah suatu rangkaian laporan yang diaudit akan
memenuhi kebutuhan semua pemakai atau diperlukan laporan khusus
b) Menilai stabilitas keuangan dan hukum calon klien, dalam hal ini auditor perlu
mempertimbangkan untuk menerima perusahaan yang operasi atau produk
utamanya merupakan subjek penyelidikan oleh otoritas yang berwenang atau
subjek dari tuntutan hukum yang material yang hasil-nya akan mempengaruhi
kelangsungan usaha. Hal ini bearti auditor perlu mempertimbangkan
perusahaan yang telah dikenal mengalami ketidakstabilan keuangan seperti
ketidakmampuan untuk memenuhi pembayaran hutang atau ketidakmampuan
untuk meningkatkan modal yang diperlukan.
c) Mengidentifikasi pembatasan lingkup, dalam hal ini auditor harus
mempertimbangkan apakah manajemen telah melanggar batasan-batasan
dalam melaksanakan prosedur audit karna jika manajemen mencegah
kunjungan ke lokasi-lokasi tertentu yang dianggap material oleh auditor atau
membatasi hubungan dengan konsumen atau pemasok tertentu maka auditor
harus mempertimbangkan apakah tindakan-tindakan tersebut menyebabkan
diterbitkan-nya pendapat wajar tanpa pengecualian atau auditor akan
49
ditugaskan setelah akhir tahun, atau pertimbangan waktu lain yang
menyebabkan auditor tak dapat mengaplikasikan prosedur audit yang
dianggap perlu dalam pelaksanaan audit. Auditor juga harus
mempertimbangkan implikasi dari menerima suatu perikatan jika kertas kerja
auditor terdahulu tidak tersedia di-review karna ketidakmampuan untuk me-
review kertas kerja auditor terdahulu akan menyulitkan auditor dalam
memahami hal-hal yang mendukung saldo audit awal yang pada akhirnya
akan mempengaruhi keputusan auditor berkenaan dengan sifat pendapat
auditor
d) Mengevaluasi sistem pelaporan keuangan entitas dan kemampuan untuk audit,
dalam hal ini maka kondisi-kondisi seperti tidak adanya catatan akuntansi
yang penting atau kalaupun ada kondisinya cukup buruk, tidak adanya jejak
audit yang cukup atau manajemen menghindari tanggung jawabnya untuk
memelihara elemen pengendalian interen yang memadai. Dengan hal tersebut,
maka auditor harus mempertimbangkan implikasi apakah bukti penguat
tersedia dalam bentuk dokumen, atau bukti penting hanya tersedia dalam
bentuk elektronik
3. Menilai kompetensi untuk melaksanakan audit
Bahwa auditor harus menentukan apakah mereka memiliki kompetensi
profesional untuk dapat menyelesaikan suatu perikatan sesuai standar audit yang
telah ditetapkan. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh Auditor antara lain :
a) Jasa yang diinginkan, pada umum-nya klien yang memerlukan suatu audit
juga memerlukan jasa tambahan. Klien mungkin menginginkan kantor KAP
50
mempersiapkan surat pemberitahuan pajak, baik untuk organisasi maupun
untuk pemilik utama perusahaan atau manajer. Dalam audit berbasis resiko,
maka resiko salah saji dalam laporan keuangan dihubungkan dengan resiko
bisnis klien dan setelah auditor memperoleh pemahaman mengenai bagaimana
klien mengatur resiko bisnis maka ia dapat membuat rekomendasi tentang
bagaimana meningkatkan kinerja bisnis sehingga auditor harus memiliki
keahlian yang tinggi dalam sistem informasi dari pengendalian interen.
b) Mengidentifikasi tim audit,bahwa dalam membuat perikatan maka sifat dan
luasnya pengawasan yang tersedia juga harus diperhatikan. Secara umum,
semakin mampu dan berpengalaman staf yang ditugaskan dalam suatu
perikatan tertentu maka semakin kecil diperlukan-nya pengawasan secara
langsung. Pada umumnya suatu tim audit terdiri dari :
(i) Seorang partner, yang memiliki baik tanggung jawab keseluruhan maupun
tanggung jawab akhir untuk suatu perikatan
(ii) Satu atau lebih manajer, yang biasanya memiliki keahlian signifikan
dalam industri dan yang mengordinasikan serta mengawasi pelaksanaan
program audit
(iii)Satu atau lebih senior yang mungkin memiliki tanggung jawab untuk
merencanakan audit, melakukan bagian dari program audit, dan
mengawasi serta me-riview pekerjaan asisten staf
(iv) Asisten Staf, yang melakukan berbagai prosedur audit yang diperlukan
c) Mempertimbangkan kebutuhan untuk konsultasi dan menggunakan spesialis,
bahwa seorang auditor harus mempertimbangkan apakah akan menggunakan
51
jasa konsultan dan spesialis untuk membantu tim audit dalam melaksanakan
audit. Dimana auditor dapat menggunakan pekerjaan spesialis untuk
memperoleh bahan bukti yang kompeten dari :
(i) Penaksir, untuk menyediakan bukti tentang penilaian aktiva seperti benda
seni
(ii) Insinyur, untuk menentukan kuantitas cadangan mineral yang ada
(iii)Aktuaris, untuk menentukan jumlah yang digunakan dalam akuntansi
program pensiun
(iv) Pengacara, untuk menilai kemungkinan hasil dari perkara hukum yang
tertunda
(v) Konsultan lingkungan, untuk menentukan dampak hukum dan peraturan
lingkungan
4. Mengevaluasi independensi, dalam hal ini auditor harus mematuhi persyaratan
komisi berkenaan dengan independensi dengan klien sehingga sebelum menerima
perikatan KAP, maka harus mengevaluasi apakah terdapat kondisi yang akan
mempengaruhi independensi dengan klien. Prosedur yang dapat digunakan adalah
mengedarkan nama calon klien kepada semua staf profesional untuk
mengidentifikasi apakah terdapat hubungan keuangan atau bisnis. Dan jika
disimpulkan bahwa persyaratan independensi tak dapat dipenuhi maka perikatan
harus ditolak atau calon klien harus diberitahu bahwa KAP akan menolak akan
pencatatan laporan keuangan
52
5. Keputusan untuk menerima dan menolak audit, bahwa alasan umum untuk
menerima atau menolak klien audit termasuk hal-hal yang dibahas sebelum-nya
seperti perhatian tentang integritas manajemen, resiko khusus seperti pembatasan
lingkup, kemampuan audit atau ketidaksepakatan dengan auditor terdahulu.,
masalah yang berhubungan dengan memperoleh keahlian yang diperlukan untuk
audit atau masalah independensi. Kondisi yang dapat menyebabkan KAP
menarik diri dari suatu audit yaitu :
a) Kekhawatiran mengenai integritas manajemen atau penahanan buku yang
tampak selama audit
b) Klien menolak untuk membenarkan salah saji material dalam laporan
keuangan.
c) Klien tidak mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki
kecurangan atau tindakan melawan hukum yang ditemukan selama audit
6. Mempersiapkan surat perikatan, merupakan langkah akhir dari tahap penerimaan,
dan merupakan praktek profesional yang baik untuk mentaati syarat dari setiap
perikatan dalam surat perikatan, dan mencakup :
a) Identifikasi jelas mengenai entitas dan laporan keuangan untuk diaudit
b) Tujuan audit
c) Referensi terhadap standar-standar yang berlaku
d) Penjelasan mengenai sifat dan lingkup audit serta tanggung jawab auditor
e) Suatu pernyataan bahwa suatu audit yang telah dirancang dan dilaksanakan
dengan tepat mungkin tidak akan dapat mendeteksi semua ketidakberesan
yang material
53
f) Sebagai pengingat kepada manajemen bahwa ia bertanggung jawab untuk
menyusun laporan keuangan dan menyelenggarakan struktur pengendalian
interen yang memadai
g) Suatu indikasi bahwa manajemen akan diminta untuk menyediakan beberapa
representasi tertulis kepada auditor
h) Suatu deskripsi dari jasa yang akan diberikan oleh auditor seperti
mempersiapkan atau me-review surat pemberitahuan pajak
i) Dasar dimana biaya akan dihitung dan pengaturan pembayaran
j) Suatu permintaan bagi klien untuk mentaati syarat-syarat perikatan dengan
menandatangani dan mengembalikan salinan surat perikatan kepada auditor
2.2.4 Perolehan Informasi Latar Belakang Klien Dan Kewajiban Hukum Klien
Dalam hal ini, auditor harus memiliki pemahaman terhadap lingkungan kegiatan
bisnis dari klien yang akan diaudit, dan tentunya akan berguna dalam menentukan surat
penugasan atau perlu tidaknya prosedur-prosedur audit khusus. Hal-hal yang perlu
dilakukan untuk memperoleh informasi bisnis klien serta kewajiban hukum klien
ditunjukan sebagai berikut:
1. Auditor perlu mewaspadai terhadap pihak-pihak yang memiliki hubungan
istimewa seperti manajemen senior, sehingga transaksi-transaksi dengan para
pihak yang memiliki hubungan istimewa tersebut dapat diidentifikasi selama
pelaksanaan audit
54
2. Auditor harus mengenali tujuan dan sasaran strategis dari manajemen (dan
dewan direksi) untuk membantu mengembangkan harapan kinerja keuangan
dan mengevaluasi kelayakan bukti yang diperoleh dalam audit
3. Auditor harus memahami sumberdaya-sumberdaya dari organisasi serta
pentingnya sumber daya tersebut untuk mencapai tujuan seperti hal menentukan
kinerja yang dilaporkan berkenaan dengan bagaimana laporan keuangan
dibandingkan dengan pengetahuan auditor yang mendasari aktifitas bisnis dan
hal mengembangkan suatu ekspektasi atas laporan keuangan
4. Auditor harus memperoleh pemahaman mengenai keseluruhan pasar bagi
produk serta menilai pangsa pasar (market share) dengan membandingkan
penjualan klien terhadap estimasi total penjualan industri bagi produk dan jasa
klien serta produk dan jasa pesaing
5. Auditor perlu memahami pelanggan klien dan kondisi persaingan untuk
pelanggan tersebut karna jika klien merupakan produsen yang mendistribusikan
produknya pada agen atau peritel maka penting juga untuk memahami
kemampuan organisasi untuk menarik konsumen utama bagi produk
6. Auditor harus memahami struktur biaya (cost structure) entitas termasuk apakah
operasi merupakan padat biaya tetap (fixed cost) atau apakah biaya operasi
terutama terdiri dari biaya variabel (variable cost) yang bervariasi sesuai dengan
volume aktifitas dengan tujuan untuk mengetahui proses yang digunakan oleh
klien untuk mengembangkan, memproduksi, memasarkan, mendistribusikan, dan
mengetahui periode waktu dimulai-nya penggunaan kas untuk membeli
persediaan,
55
7. Auditor harus memahami kemampuan suatu entitas untuk menghasilkan kas dari
operasi yang mencukupi untuk membiayai pertumbuhan dan ekspansi modal
dalam hal membuat suatu keputusan investasi dan pembiayaan entitas
8. Auditor harus waspada terhadap prinsip akuntansi khusus dan prosedur audit
yang diaplikasikan pada industri tertentu atau jenis aktivitas bisnis tertentu dalam
memperoleh pemahaman mengenai bisnis dan industri dari klien
2.2.5 Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan
Prosedur analitis merupakan penggambaran dari keseluruhan kegiatan
pemeriksaan, dimana tercakup di dalamnya akan hal-hal penting dalam pemeriksaan
seperti memahami bidang usaha klien, penetapan kemampuan satuan usaha dalam
menjaga kelangsungan hidupnya, indikasi terdapat suatu kekeliruan dalam laporan
keuangan dan mengurangi pengujian yang terinci. Dan prosedur yang digunakan meliputi
1. Membandingkan data klien dengan data industri
2. Membandingkan data klien dengan data yang serupa pada periode sebelumnya
3. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien
4. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor
5. Membandingkan data klien dengan hasil perkiraan data non-keuangan
Dalam merancang dan menetapkan prosedur analitis digunakan pendekatan tujuh
langkah yaitu
1. Menentukan tujuan
2. Prosedur analitis yang tepat
3. Menggunakan data yang tepat
56
4. Menerapkan keputusan
5. Melaksanakan pengujian
6. Menganalisis hasil
7. Menarik kesimpulan
Hal-hal penting dalam suatu pemeriksaan mencakup :
1. Memahami bidang usaha klien
Bahwa auditor harus mempertimbangkan pengetahuan dan pengalaman tentang
klien pada tahun sebelumnya sebagai landasan perencanaan audit pada tahun
berjalan. Dengan melakukan prosedur analitis maka informasi tahun sebelumnya
yang tidak diaudit, sehingga dapat dilihat perubahannya
2. Penetapan kemampuan satuan usaha untuk menjaga kelangsungan hidup
Digunakan sebagai petunjuk adanya masalah keuangan yang kritis di perusahaan
klien, maka adanya kemungkinan tersebut harus dipertimbangkan oleh auditor di
dalam penetapan resiko-resiko yang berhubungan dengan audit
3. Mengurangi pengujian audit yang terperinci
Apabila dalam hal ini, bahwa prosedur analitis tidak mengungkapkan fluktuasi
yang tidak biasa, maka implikasinya adalah kemungkinan adanya kekeliruan atau
ketidakberesan telah diminimalisir
2.2.6 Menentukan Materialitas dan Resiko Audit yang Dapat Diterima
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP 312.4) mengungkapkan bahwa
perencanaan audit harus mempertimbangkan resiko dan materialitas didalam:
57
a) merencanakan audit dan merancang prosedur audit
b) mengevaluasi apakah laporan keuangan keseluruhan disajikan secara wajar ,
dalam semua hal yang material, sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Auditor harus mempertimbangkan resiko audit dan materialitas untuk hal yang
disebutkan pada butir a) untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup dan sebagai
dasar yang memadai untuk mengevaluasi laporan keuangan untuk butir (b)
Besarnya salah saji dalam informasi akuntansi dapat membuat pertimbangan
pengambilan keputusan terpengaruh. Tanggung jawab auditor adalah menetapkan apakah
suatu laporan keuangan terdapat salah saji yang material. Apabila auditor berpendapat
adanya salah saji yang material maka ia harus memberitahukan hal tersebut kepada klien
sehingga koreksi dapat dilakukan. Dan jika klien menolak untuk mengoreksi laporan
keuangan tersebut maka auditor dapat memberikan pendapat dengan pengecualian.
Terdapat lima langkah dalam menetapkan materialitas, dimana dua langkah
pertama adalah untuk merencanakan luas pengujian, sedangkan tiga langkah pertama
untuk mengevaluasi hasil atau melaksanakan pengujian audit, terdiri dari :
1. menentukan pertimbangan awal mengenai materialitas
2. mengalokasikan pertimbangan awal mengenai materialitas dalam segmen
3. mengestimasikan total salah saji dalam segmen
4. mengestimasikan salah saji gabungan
5. membandingkan estimasi gabungan dengan pertimbangan awal materialitas
58
2.2.7 Materialitas
Konsep Materialitas adalah besarnya suatu pengabaian atau salah saji informasi
akuntansi diluar keadaan di sekitarnya sehingga memungkinkan bahwa pertimbangan
seseorang yang tergantung informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh
pengabaian atau salah saji tersebut
Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus menilai materialitas pada dua
tingkat berikut:
1. Tingkat Laporan Keuangan yaitu pendapat auditor mengenai kewajaran meluas
sampai laporan keuangan secara keseluruhan. Terdapat dua pedoman yaitu :
a) Pedoman Kuantitatif berikut :
(i) 5% hingga 10% dari laba bersih sebelum pajak (10% untuk laba yang
lebih kecil, 5% untuk laba yang lebih besar)
(ii) ½ % hingga 1% dari total aktiva
(iii)1% dari ekuitas
(iv) ½% hingga 1% dari pendapatan kotor
(v) Suatu persentase variabel berdasarkan mana yang lebih besar antara total
aktiva atau total pendapatan
b) Pedoman Kualitatif, berhubungan dengan penyebab dari salah saji karena
salah saji yang secara kuantitatif tidak material mungkin secara kualitatif akan
material. Hal ini dapat terjadi ketika salah saji diakibatkan oleh suatu
ketidakberesan atau tindakan melanggar hukum oleh klien. Penemuan atas
terjadi-nya hal-hal tersebut dapat mengakibatkan auditor menyimpulkan
bahwa terdapat resiko yang signifikan akan salah saji material yang serupa.
59
2. Tingkat saldo akun, bahwa suatu salah saji minimum yang dapat muncul dalam
suatu saldo akun hingga dianggap mengandung salah saji material. Namun dalam
membuat pertimbangan-nya maka auditor harus mempertimbangkan hubungan
antara materialitas pada tingkat saldo akun dan materialitas pada tingkat laporan
keuangan. Pertimbangan ini mengarahkan auditor untuk merencanakan audit
guna mendeteksi salah saji yang mungkin tidak material secara individual.
3. Mengalokasikan materialitas laporan keuangan pada akun-akun, dimana
pengalokasian ini dapat dilakukan baik pada akun-akun neraca maupun akun
laporan laba-rugi, maka auditor membuat alokasi berdasarkan akun-akun neraca.
Dalam membuat alokasi maka auditor harus mempertimbangkan
a) kemungkinan salah saji dalam akun
b) biaya yang mungkin untuk menguji akun.
2.2.8 Resiko Audit
Resiko Audit merupakan suatu resiko bahwa auditor mungkin tanpa sengaja telah
gagal untuk memodifikasi pendapat secara tepat mengenai laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Dan dalam menghubungkan akan komponen-komponen
resiko audit, maka Auditor dapat mengekspresikan setiap komponen dalam istilah
kuantitatif seperti persentase atau dalam istilah nonkuantitatif seperti sangat rendah,
rendah, sedang, tinggi, atau maksimum
Model Resiko Audit yaitu AR = IR x CR x DR dimana simbol tersebut mewakili
resiko audit, resiko bawaan, resiko pengendalian, dan resiko deteksi. Contoh untuk
mengilustrasikan penggunaan dari model tersebut maka auditor telah membuat penilaian
60
resiko berikut untuk suatu asersi seperti asersi kelengkapan untuk persediaan AR=5%
IR=75% CR=50% maka resiko deteksi ditentukan dengan DR = AR/ IR x CR = 0,05 /
0,75 x 0,50 = 13% sehingga resiko deteksi sebesar 13% bearti auditor perlu
merencanakan pengujian subtantif dengan suatu cara yang akan menghasilkan resiko
yang dapat diterima bahwa terdapat kemungkinan kegagalan sekitar sebesar 13% dalam
mendeteksi salah saji material dan resiko tersebut dapat diterima jika Auditor memiliki
keyakinan dari sumber lain untuk mendukung penilaian resiko bawaan dan resiko
pengendalian
Namun, beberapa Auditor yang menggunakan ekspresi nonkuantitatif dalam
mengukur resiko menggunakan suatu matriks komponen resiko, dimana matriks ini
menunjukan bahwa hal tersebut konsisten dengan model resiko audit yaitu bahwa tingkat
resiko deteksi yang dapat diterima berhubungan secara terbalik dengan penilaian resiko
bawaan, resiko pengendalian, dan resiko prosedur analitis
Penilaian komponen pada resiko audit yang terdiri dari :
1. Resiko Bawaan (Inherent Risk) adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji
material dengan mengasumsikan tidak terdapat pengendalian. Resiko ini
memerlukan pertimbangan mengenai hal-hal yang mungkin memiliki dampak
yang mendalam terhadap suatu asersi, banyaknya akun, dan hal-hal yang
berkaitan dengan asersi spesifik untuk suatu akun spesifik
a) Hal yang mungkin memiliki dampak mendalam adalah :
(i) Profitabilitas dari entitas secara relatif terhadap industri
(ii) Sensitifitas dari hasil operasi terhadap faktor-faktor ekonomi
(iii) Masalah going concern seperti kurangnya modal kerja
61
(iv) Sifat, sebab, dan jumlah dari salah saji yang diketahui dan kemungkinan
salah saji yang terdeteksi dalam audit terdahulu
(v) Perputaran manajemen, reputasi manajemen, dan keahlian akuntansi
(vi) Dampak dari pengembangan teknologi pada operasi dan daya saing
perusahaan
b) Hal yang mungkin hanya berkaitan dengan akun-akun spesifik termasuk :
(i) Akun-akun atau transaksi yang sulit untuk diaudit
(ii) Masalah akuntansi yang sulit atau diperdebatkan
(iii) Kerentanan terhadap penyalahgunaan
(iv) Kompleksitas penghitungan
(v) Luas-nya pertimbangan yang berkaitan dengan asersi
(vi) Sifat, sebab, dan jumlah dari salah saji yang diketahui dan salah saji
yang terdeteksi dalam audit sebelumnya
(vii) Sensitifitas dan penilaian faktor-faktor ekonomi
c) Prosedur yang dilakukan untuk mendukung penilaian resiko bawaan biasanya
serupa dengan memperoleh pemahaman mengenai bisnis dan industri. Secara
normal auditor mampu mengevaluasi faktor resiko bawaan dengan memahami
siklus bisnis klien termasuk:
(i) Manajemen, tujuan manajemen, dan sumberdaya perusahaan
(ii) Produk, jasa, pasar, pelanggan, dan persaingan entitas
(iii) Proses inti dan siklus operasi
(iv) Hasil dari proses inti
(v) Keputusan pembiayaan dan investasi
62
2. Resiko Pengendalian (Control Risk) adalah resiko salah saji material yang terjadi
dalam suatu asersi yang tidak akan dapat dicegah atau dideteksi tepat waktu oleh
pengendalian interen entitas. Dimana resiko tersebut merupakan suatu fungsi dari
efektifitas pengendalian intern klien dan pengendalian interen yang efektif atas
suatu asersi akan mengurangi resiko pengendalian, sementara pengendalian
interen yang tak efektif meningkatkan resiko pengendalian. Resiko ini tak dapat
ditetapkan nol karena pengendalian interen tidak dapat menyediakan keyakinan
yang lengkap bahwa semua salah saji yang material akan dicegah atau dideteksi
3. Resiko Deteksi, merupakan suatu resiko bahwa auditor tidak akan mendeteksi
salah saji material yang ada dalam suatu asersi. Resiko ini dapat dinyatakan
sebagai suatu kombinasi dari resiko prosedur analitis dan resiko pengujian terinci
yang merupakan fungsi dari efektifitas prosedur audit dan penerapannya.
2.2.9 Memahami Struktur Pengendalian Interen dan Penetapan Resiko Pengendalian
Dalam mencapai tujuan perusahaan, maka perusahaan tentunya harus memiliki
struktur pengendalian interen, dimana sistem tersebut terdiri dari kebijakan dan prosedur
yang dirancang untuk memberi keyakinan kepada pihak manajemen bahwa tujuan dan
sasaran perusahaan dapat dicapai, sehingga prosedur dan kebijakan ini sering disebut
pengendalian interen
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam tujuan pengkajian dan penilaian
struktur pengendalian interen oleh auditor (SPAP:319.2) menyebutkan bahwa:
“Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian interen harus diperoleh untuk
63
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat ini dan lingkup pengujian yang akan
ditentukan”
Semakin baik struktur pengendalian interen maka semakin sempit pemeriksaan
yang akan dilakukan atau semakin sedikit contoh yang diambil dan sebaliknya semakin
lemah struktur pengendalian interen maka makin banyak contoh yang harus diambil.
Akuntan harus memperhatikan bagan-bagan dari struktur pengendalian yang
lemah sehingga auditor dapat memilih dan menetapkan prosedur dan teknik yang tepat
untuk dapat melaksanakan pemeriksaan dengan baik
Kepentingan auditor atas pengendalian interen yang baik berkaitan dengan
kepentingan manajemen perusahaan klien terhadap hal tersebut yaitu tersedianya data
yang andal yang biasa digunakan dalam pemeriksaan, dimana hal ini dijadikan dasar
untuk menetapkan luasnya ruang lingkup pengujian yang harus dilakukan serta prosedur
pemeriksaan yang akan digunakan.
2.2.10 Pengendalian Interen
Pengendalian Interen (Internal Control) merupakan suatu proses yang
dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas
yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan
pencapaian tujuan dalam keandalan laporan keuangan , kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku, serta efektifitas dan efisiensi operasi
64
Lima Komponen Pengendalian Internal meliputi :
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) untuk menetapkan suasana
suatu organisasi yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-
orangnya, serta fondasi dari semua komponen pengendalian interen lainnya
2. Penilaian Resiko (Risk Assesment) merupakan pengidentifikasian dan analisis
entitas mengenai resiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan entitas yang
membentuk dasar mengenai bagaimana resiko harus dikelola.
3. Aktifitas Pengendalian (Control Activities) merupakan kebijakan dan prosedur
yang membantu meyakinkan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan,
seperti kebijakan dan prosedur harus disosialisasikan pada pegawai sehingga
dapat berjalan dengan baik
4. Informasi dan Komunikasi (Information dan Communication) merupakan
pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk
dan kerangka waktu yang membuat orang mampu melaksanakan tanggung
jawabnya, seperti informasi komunikasi dua arah (dalam memberi perintah dan
menerima kritik)
5. Pemantauan (Monitoring) merupakan suatu proses yang menilai kualitas kinerja
pengendalian interen pada suatu waktu, seperti pemantauan mengenai apakah
kualitas kinerja telah sesuai atau belum sesuai dengan standar.
2.2.11 Mengembangkan Rencana dan Program Audit Menyeluruh
Untuk mentaati Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) dalam memahami
prosedur-prosedur klien, untuk melaporkan serta memberikan pendapat yang tepat maka
65
auditor harus melakukan wawancara, melakukan pemeriksaan, dan meneliti keaslian
bukti-bukti dalam memperoleh bukti yang kompeten.
Untuk mempermudah pelaksanaan maka auditor harus menyusun program yang
direncanakan secara logis untuk prosedur-prosedur audit dalam setiap pemeriksaan,
dimana program audit yang baik sangat penting untuk keberhasilan suatu pemeriksaan
sehingga auditor dapat melakukan pemeriksaannya secara terarah
Program audit merupakan suatu alat pengendalian dimana pemeriksa dapat
menyesuaikan pemeriksaannya dengan anggaran dan jadwal yang telah ditetapkan dalam
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dalam hal ini Ikatan Akuntan Indonesia
(2001:311.3) menyatakan bahwa :
“Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, luas,
dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu
program audit secara tertulis. Program audit membantu auditor dalam
memberikan perintah mengenai asisten mengenai pekerjaan yang harus
dilakukan. Program audit harus menggariskan dengan rinci prosedur audit
prosedur audit yang menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai
tujuan audit. Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya sangat
bervariasi. Dalam mengembangkan program audit, auditor harus diarahkan
oleh hasil pertimbangan dan prosedur perencanaan auditnya. Selama
berlangsungnya audit, maka perubahan kondisi dapat menyebabkan
diperlukannya perubahan prosedur audit yang telah direncanakan tersebut”
66
Program audit mencakup suatu daftar semua prosedur audit yang harus dikerjakan
untuk mendapatkan bahan bukti kompeten yang mencukupi termasuk didalamnya rincian
dari masing-masing prosedur yang menyangkut ukuran sampel, pos atau unsure yang
dipilih serta pada saat pengujian
2.3 Efektifitas
Efektifitas diukur dengan memperhatikan tujuan yang dapat tercapai. Adapun
pengertian efektifitas adalah “effectiveness is the relationship between a responbility
center ‘s output and objective , the more effective the unit is” (Anthony,2005:11). Inti
dari efektifitas pada dasarnya adalah mengerjakan sesuatu dengan benar atau “do the
right thing” (Sawyer,2006:66).
Dari beberapa literatur yang ada, tidak ada satupun yang secara eksplisit
menjabarkan tentang efektifitas perencanaan audit. Oleh karena itu, untuk mendefinisikan
efektifitas perencanaan audit maka penulis menganalogikannya terhadap pengertian
efektifitas diatas sehingga efektifitas perencanaan audit diartikan apabila suatu
perencanaan audit itu dilakukan dengan baik yaitu dengan memenuhi standar-standar
yang telah ditetapkan oleh teori dan sesuai dengan tahap-tahap perencanaan audit yang
dikemukakan oleh Arens and Loebbecke, maka perencanaan audit telah dilaksanakan
dengan efektif.
Dengan demikian untuk menilai keefektifan suatu perencanaan audit tersebut
dapat dilihat dari kepatuhan suatu kantor akuntan publik dalam melaksanakan tahap-
tahap perencanaan audit yang dikemukakan oleh Arens and Loebbecke. Apabila suatu
kantor akuntan publik melaksanakan perencanaan audit dalam setiap penugasannya
67
sesuai dengan tahap-tahap tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan audit itu
telah dilakukan dengan efektif.
2.4 Proses Audit
Proses audit merupakan suatu metode penyelenggaraan audit yang jelas untuk
membantu auditor dalam memperoleh bahan bukti pendukung yang kompeten. Menurut
Arens and Loebbecke, terdapat empat tahap dalam proses audit dimana keempat tahap
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Tahapan Proses Audit
Sumber : Arens and Loebbecke, yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf (2003:132
TAHAP I
Merencanakan dan merancang pendekatan audit
TAHAP II
Melakukan pengujian pengendalian dan pengujian transaksi
TAHAP III
Melaksanakan prosedur analisis dan pengujian terinci atas saldo
TAHAP IV
Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit
68
2.4.1 Merencanakan dan Merancang Pendekatan Audit
Dalam setiap audit, ada bermacam-macam cara yang dapat ditempuh seorang
auditor dalam mengumpulkan bahan bukti untuk mencapai tujuan audit secara
keseluruhan. Terdapat dua perhitungan yang mempengaruhi pendekatan yang akan
dipilih, yaitu bahan bukti kompeten yang cukup harus dikumpulkan untuk memenuhi
tanggung jawab professional dari auditor dan biaya pengumpulan bahan bukti harus
dibuat seminimum mungkin
Perhatian terhadap bahan bukti kompeten yang cukup serta pengendalian biaya
membutuhkan perencanaan penugasan. Rencana itu harus menghasilkan suatu
pendekatan audit yang efektif dengan biaya yang masuk awal. Perencanaan audit yang
efektif tersebut dapat dipisahkan menjadi beberapa bagian seperti yang telah dijelaskan
pada sub-sub sebelumnya
2.4.2 Pengujian Pengendalian dan Pengujian Transaksi
Apabila auditor telah menetapkan resiko pengendalian yang lebih rendah
berdasarkan identifikasi pengendalian, maka auditor dapat memperkecil luas
penilaiannya sampai suatu titik dimana ketepatan informasi laporan keuangan yang
berkaitan langsung dengan pengendalian itu diperiksa keabsahannya melalui
pengumpulan bahan bukti. Namun untuk membenarkan tingkat resiko lebih rendah yang
ditetapkan ini maka auditor harus menguji keefektifan pengendalian tersebut. Prosedur-
prosedur yang termasuk dalam jenis pengujian ini biasanya disebut sebagai pengujian
pengendalian
69
Pada umumnya, pengujian atas pengendalian mencakup pemeriksaan dokumen-
dokumen yang mendukung transaksi. Sejumlah besar bukti yang dikumpulkan yang
mendukung jumlah-jumlah dalam laporan keuangan mencakup pula dokumentasi
transaksi. Apabila dokumentasi transaksi diperiksa untuk salah satu atau kedua tujuan ini
maka pengujian tersebut merupakan pengujian transaksi.
2.4.3 Melaksanakan Prosedur Analitis dan Pengujian Terinci atas Saldo
Prosedur analitis digunakan untuk menetapkan kelayakan transaksi dan saldo
secara keseluruhan, seperti dalam membandingkan saldo tahun berjalan setiap akun
dengan saldo sebelumnya dan menetapkan apakah perubahan yang terjadi masuk akal
jika dibandingkan dengan perusahaan klien.
Pengujian terinci atas saldo merupakan prosedur khusus untuk menguji kekeliruan
moneter dalam saldo-saldo laporan keuangan, seperti komunikasi tertulis langsung
dengan pelanggan mengenai piutang usaha, pengamatan persediaan yang sebenarnya, dan
pemeriksaan rekening koran rekan pemasok atas utang usaha. Pengujian saldo akhir ini
penting sekali dalam melaksanakan audit karena kebanyakan bahan bukti yang diperoleh
dari sumber yang independen dari klien sehingga dianggap memiliki mutu yang tinggi
2.4.4 Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Laporan Audit
Setelah auditor menyelesaikan semua prosedur, maka tentunya perlu untuk
menggabungkan seluruh informasi yang didapat untuk memperoleh kesimpulan
menyeluruh mengenai kewajaran penyajian laporan keuangan. Hal ini merupakan proses
yang sangat subjektif dan sangat tergantung pada profesionalisme auditor.
70
Dalam praktiknya, auditor secara berkesinambungan untuk menggabungkan
informasi yang didapat selama pelaksanaan audit. Dimana penggabungan tersebut
merupakan penyatuan dari penggabungan-penggabungan sebelumnya pada saat
penyelesaian penugasan. Dan jika audit telah diselesaikan, maka kantor akuntan publik
harus memberikan laporan audit yang menyertai laporan keuangan klien yang diterbitkan
dan laporan itu harus memenuhi persyaratan teknis yang jelas yang dipengaruhi oleh
ruang lingkup audit serta sifat temuan auditor
2.5 Kantor Akuntan Publik
Suatu kantor akuntan yang cukup besar dapat dibagi-bagi menurut jenis jasa yang
diberikan. Jadi kita dapat melihat kantor akuntan yang dibagi menjadi bagian
pemeriksaan (audit), bagian konsultasi (management service), bagian sistem (system
analysis), bagian penelitian dan pelatihan. Pembagian ini dimaksudkan untuk
memungkinkan pegawai yang profesional untuk mengembangkan keahlian mereka ke
jurusan yang sesuai dengan kemampuan dan profesi mereka sehingga memungkinkan
pemberian jasa yang lebih baik bagi pelanggan.
Dari segi perencanaan dan pengembangan kantor, pembagian menurut jasa yang
diberikan sangat diperlukan karna sifat bagian-bagian tersebut yang mungkin berbeda.
Contohnya seperti bagian pemeriksaan dan bagian konsultasi yang pertama mempunyai
langganan yang sifatnya berulang kembali sedangkan konsultasi sering menghadapi
kenyataan bahwa dengan selesainya suatu penugasan maka jasa yang semacam ini tidak
akan diminta lagi oleh pelanggan yang sama.
71
Setiap bagian dapat dibagi kembali menjadi beberapa kelompok tergantung dari
besar kecilnya kantor akuntan tersebut. Kelompok ini dapat dibuat berdasarkan
spesialisasi tertentu seperti kelompok yang melakukan pemeriksaan atas bank-bank,
hotel, industri, obat-obatan, dan lain-lain. Setiap kelompok dapat terdiri atas langganan
dari berbagai jenis perusahaan yang berlainan. Jika kantor akuntan sudah cukup besar
dalam arti jumlah partner dan staf setiap kelompok dapat diperlukan sehingga suatu pusat
keuntungan , partner yang menggapai kelompok tersebut dapat diberi kompensasi yang
sesuai dengan keuntungan yang diperoleh oleh kelompoknya maka hal ini akan
menimbulkan unsur persaingan antara kelompok-kelompok yang ada.
Secara vertikal bagian-bagian kantor tersebut dapat terdiri dari beberapa jenjang
suatu kelompok dalam bagian pemeriksaan misalnya dapat dipimpin oleh satu atau dua
akuntan yang menjadi partner dalam kantor tersebut. Partner ini akan dibantu oleh
beberapa pembantu (staff) yang mempunyai fungsi pengawasan atas pelaksanaan
pemeriksaan dan pembantu-pembantu pelaksana tergantung dari kebijakan kantor yang
bersangkutan, pembantu pengawasan, dan pembantu pelaksana dapat dibagi lagi kedalam
jenjang-jenjang yang lebih terperinci
Berdasarkan keputusan menteri keuangan No 423/KMK-06/2002 pasal 6 yaitu :
1) Bidang jasa akuntan publik dan kantor akuntan publik meliputi atestasi termasuk
audit umum dan review atas laporan keuangan sebagaimana tercantum dalam
standar profesional akuntan publik dan audit atas kinerja serta audit khusus
2) Akuntan publik dan kantor akuntan publik dapat memberikan jasa dalam bidang
non atestasi, setelah memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
72
3) Jasa dalam bidang non atestasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), mencakup
kegiatan seperti jasa konsultasi, jasa komplikasi, jasa perpajakan, dan jasa-jasa
yang berhubungan dengan akuntansi dan keuangan.
4) Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat
dilakukan oleh kantor akuntan publik yang paling lama untuk lima tahun buku
berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk tiga tahun buku
berturut-turut.
Sesuai dengan pasal 3 keputusan Menteri Keuangan RI no 432/KMK.06/2002
tentang jasa akuntan publik, untuk memperoleh ijin sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
ayat (1), maka akuntan yang bersangkutan wajib mengajukan permohonan tertulis kepada
Direktur Jendral Lembaga Keuangan, Direktur Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai
dengan memenuhi persyaratan berikut :
1) Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan ijin akuntan publik
2) Berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan KTP atau
bukti lainnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
3) Memiliki nomor register Negara untuk akuntan
4) Anggota IAI dan IAI kompartemen akuntan publik yang dibuktikan dengan kartu
anggota atau surat keterangan dari organisasi yang bersangkutan
5) Lulus ujian sertifikasi akuntan publik yang diselenggarakan oleh IAI
6) Memiliki kerja di bidang audit umum atas laporan keuangan, sekurang-kurangnya
1000 jam dalam 5 tahun terakhir serta sekurang-kurangnya 500 jam diantaranya
memimpin dan mensupervisi audit umum, yang disahkan oleh pemimpin kantor
akuntan publik tempat bekerja atau pejabat setingkat eselon I instansi pemerintah
73
yang berwenang di bidang audit umum dan pengalaman audit umum sekurang-
kurangnya 3000 jam dengan reputasi baik
7) Melengkapi formulir USAP atau sebagaimana terlampir dalam keputusan mentri
keuangan
Persyaratan lulus ujian sertifikasi akuntan publik (USAP) sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf e, dikecualikan bagi akuntan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) dengan memahami persyaratan sebagai berikut
1) Diberhentikan dengan hormat dari pegawai negri sipil pada saat pengajuan
permohonan ijin praktik akuntan publik dan berusia minimal 50 tahun
2) Mempunyai masa kerja minimal 20 tahun dengan reputasi baik
3) Memperoleh surat rekomendasi bebas USAP yang ditetapkan oleh kepala BPKP
4) Memperoleh kredit minimal, ditetapkan oleh komite yang dibentuk oleh BPKP
5) Permohonan izin diterima selambat-lambatnya tanggal 31 Desember
Permohonan surat izin untuk mendirikan kantor akuntan publik :
1) Kopi surat izin akuntan publik
2) Pendidikan formal bidang akuntansi serendah-rendahnya berijasah Diploma 3
3) Kopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) KAP
4) Rancangan SPM KAP yang memenuhi sekurang-kurangnya mencakup aspek
kebijakan atas seluruh unsur pengendalian mutu
5) Tanda bukti domisili pemimpin KAP
6) Tanda bukti kepemilikan atau sewa kantor dan denah kantor yang menunjukan
kantor terisolasi dari kegiatan lain
74
7) Formulir KAP-1 terlampir dalam keputusan Menteri Keuangan telah dilengkapi
8) Fotokopi ijasah tenaga profesional pemeriksa dan non pemeriksa yang telah
dilegalisir
9) Surat perjanjian antar akuntan publik dan KAP pendiri dalam hal usaha
kerjasama.
10) Fotokopi surat perjanjian kerjasama antara KAP dengan KAP asing dalam hal
melakukan kerjasama dengan KAP asing
11) Rencana program pendidikan dan pelatihan
12) Sistem pengendalian mutu KAP
2.6 Sumber-Sumber Penelitian Lainnya
Dalam melakukan penelitian maka penulis juga memiliki sumber-sumber dari
beberapa penelitian, antara lain :
1) Accounting Horizons, Vol 2 No 2 Juni 1988, “Peer Review: Proposed Regulation
and Current Compliance,” oleh Godwin T. White, Jean C. Wyer and Ernest C.
Jhonson. Survei yang dilakukan terhadap beberapa kantor akuntan publik
memberikan bukti bahwa untuk meningkatkan kualitas audit yang diberikan,
setiap kantor akuntan publik harus melakukan quality review atas peer review
proses dengan signifikan memberikan peningkatan terhadap pengendalian mutu
dari kantor akuntan publik dan meningkatkan konsistensi dan mutu praktek yang
dilakukan sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan penulis adalah dalam penelitian ini penulis mencoba membuktikan
apakah penerapan quality control (sistem pengendalian mutu) KAP memiliki
75
hubungan dengan efektifitas perencanaan audit. Sedangkan penelitian diatas
merupakan sebuah penelitian analisis mengenai quality review
2) Accounting Horizons, Vol 12 no 4 December 1998, yaitu suatu studi empiris yang
dilakukan oleh C. William Thomas, Charles E. Davis, dan Samuel. L. Seaman
yang berjudul “quality review, continuing professional education, experience and
substandard performance: an empirical study.” Berdasarkan analisis yang
dilakukan, hasil dari penelitian menunjukan adanya hubungan yang erat antara
pengendalian mutu, tingkat pendidikan profesional, tingkat pengalaman kerja
terhadap kinerja kantor akuntan publik pada prakteknya. Perbedaan penelitian ini
dengan yang dilakukan penulis adalah penelitian ini bertujuan untuk
membuktikan apakah pelaksanaan quality review memiliki hubungan dengan
pengendalian mutu, tingkat pendidikan profesional, tingkat pengalaman kerja
terhadap kinerja kantor akuntan publik dalam prakteknya , sedangkan penulis
mencoba membuktikan apakah penerapan “quality control” (sistem penegndalian
mutu) KAP memiliki hubungan dengan efektifitas perencanaan audit.
3) Penelitian yang dilakukan oleh Sofyan Anshari pada tahun 2000 dengan judul
“Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Mutu KAP terhadap Kinerja Auditor.”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah pengaruh penerapan
Sistem Pengendalian Mutu KAP terhadap kinerja Auditor. Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian penulis yaitu peneliti tersebut mencoba membuktikan
apakah penerapan sistem pengendalian mutu KAP mempengaruhi kinerja auditor,
sedangkan penulis mencoba membuktikan apakah penerapan sitem pengendalian
mutu KAP memiliki hubungan dengan efektifitas perencanaan audit, karena jika
76
perencanaan audit efektif maka hasil audit akan baik dan hal tersebut akan
menunjukan kinerja auditor yang baik.