BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru...

15
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru Profesional 2.1.1 Pengertian Guru Mengajar dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh seseorang yang telah melewati pendidikan tertentu yang memang dirancang untuk mempersiapkan guru. Guru sebagai membuat suatu keputusan dan sebagai ahli berpikir menganalisis. Peran guru sangat penting bagi semua orang untuk memberikan pengetahuan baru atau mengajarkan tentang hal-hal yang baru. Menurut Usman (1990 : 1). guru merupakan profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai pengajar. Definisi guru menurut usman dapat dijelaskan bahwa guru merupakan suatu profesi disebut profesi karena pekerjaan mengajar merupakan tindakan yang benar dilakukan oleh dalam jiwa, keahlian guru dalam bertanya dan berpikir adalah pusat dari yang lain-lain. Menurut Danim (2010:17) “guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal”. Definisi guru menurut Danim dapat diartikan bahwa seorang guru harus memiliki keahlian dalam mengelola jati diri siswa. Dalam hal ini konteks guru lebih ditekankan pada pendidikan formal seperti disekolah. Di dalam UU No 20 Tahun 2003. “kata guru dimasukkan ke dalam genus pendidik. Sesunggguhnya guru dan pendidik merupakan dua hal yang berbeda. Kata pendidik spesialisasi di bidang pendidikan atau ahli kependidikan. Kata guru merupakan seseorang yang mengajar, khususnya di sekolah”.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9741/2/T1_162012022_BAB II.pdf · terbentuknya masyarakat indonesia yang berdasarkan Pancasila

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kesiapan menjadi Guru Profesional

2.1.1 Pengertian Guru

Mengajar dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh seseorang yang

telah melewati pendidikan tertentu yang memang dirancang untuk mempersiapkan

guru. Guru sebagai membuat suatu keputusan dan sebagai ahli berpikir

menganalisis. Peran guru sangat penting bagi semua orang untuk memberikan

pengetahuan baru atau mengajarkan tentang hal-hal yang baru.

Menurut Usman (1990 : 1). “guru merupakan profesi yang memerlukan

keahlian khusus sebagai pengajar”.

Definisi guru menurut usman dapat dijelaskan bahwa guru merupakan

suatu profesi disebut profesi karena pekerjaan mengajar merupakan tindakan yang

benar dilakukan oleh dalam jiwa, keahlian guru dalam bertanya dan berpikir

adalah pusat dari yang lain-lain.

Menurut Danim (2010:17) “guru merupakan pendidik profesional dengan

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal”.

Definisi guru menurut Danim dapat diartikan bahwa seorang guru harus

memiliki keahlian dalam mengelola jati diri siswa. Dalam hal ini konteks guru

lebih ditekankan pada pendidikan formal seperti disekolah.

Di dalam UU No 20 Tahun 2003. “kata guru dimasukkan ke dalam genus

pendidik. Sesunggguhnya guru dan pendidik merupakan dua hal yang

berbeda. Kata pendidik spesialisasi di bidang pendidikan atau ahli

kependidikan. Kata guru merupakan seseorang yang mengajar, khususnya

di sekolah”.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9741/2/T1_162012022_BAB II.pdf · terbentuknya masyarakat indonesia yang berdasarkan Pancasila

9

Menurut UU No 20 Tahun 2003 dapat dijelaskan bahwa lebih melihat

guru sebagai seseorang yang lebih mengutamakan kegiatan hanya di dunia

pendidikan formal seperti di sekolah.

Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa guru adalah profesi

yang memiliki keahlian khusus yang terlibat dalam tugas pendidikan untuk

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih menilai dan

mengevaluasi peserta didik.

2.1.2 Tugas Utama Guru

Disamping memiliki tugas utama sebagai pendidik, pengajar, pembimbing

dan pelatih, maka tugas utama guru menurut Depdikbud (dalam Darmadi:

1984:7).

1. Tugas profesional yaitu mendidik dalam rangka menyumbangkan

kepribadian, mengajar dalam rangka menyimbangkan kemampuan

berpikir, kecerdasan dan melatih dalam rangka membina ketrampilan.

2. Tugas manusiawi yaitu membina anak didik dalam rangka

meningkatkan dan mengembangkan martabat diri sendiri, kemapuan

manusiawi optimal serta pribadi yang mandiri.

3. Tugas kemasyarakatan yaitu dalam rangka mengembangkan

terbentuknya masyarakat indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.

Dari raian diatas dapat disimpulkan, tugas guru adalah tugas profesional

melatih siswa tentang kecerdasan dan keahlian, tugas manusiawi membina anak

tentang kemampuan pribadi yang mandiri, tugas kemasyarakatan

mengembangkan manusia berlandaskan pancasila dan UUD 45.

2.1.3 Kompetensi Guru Dalam Konteks Keprofesional

Kompetensi guru dalam konteks keprofesian menurut Udin S (dalam fajar:

2006 : 47) dalam Bahasa Inggris mengandung makna :

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9741/2/T1_162012022_BAB II.pdf · terbentuknya masyarakat indonesia yang berdasarkan Pancasila

10

1. “competence (n) is being competent, ability (to do the work)”

2. “competenst (adj.) refers to (person) having ability, power, authority,

skill, knowledge, etc. (to do what is needed)”

3. “competency is rational performance which satisfactorily meets the

objectives for a desired condition”

Definisi pertama menunjukan bahwa kompetensi itu pada dasarnya

menunjukan kepada kecakapan definisi atau kemampuan untuk

mengerjakan sesuatu pekerjaan. Sedangkan definisi kedua menunjukan

lebih lanjut bahwa kompetensi itu pada dasarnya merupakan suatu sifat

(karakteristik) orang-orang (kompeten) ialah yang memiliki

kecakapan, daya (kemampuan), otoritas (kewenangan), kemahiran

(keterampilan), pengetahuan, dsb. Kemudian definisi ketiga lebih

lanjut lagi ialah bahwa kompetensi itu menunjukan kepada tindakan

(kinerja) rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya secara

memuaskan berdasarkan kondisi (prasyarat) yang diharapkan.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi itu masuk

dalam konteks kecapakan, memiiliki keahlian khusus , dalam melaksanakan

pekerjaan harus mencapai pada tujuan yang telah diharapkan.

2.1.4. Kompetensi Guru

Empat jenis kompetensi guru yang harus dimiliki oleh setiap guru maupun

calon guru. Kompetensi tersebut menjadi penentu siap tidaknya mahasiswa

menjadi guru yang profesional. Kompetensi-kompetensi tersebut selaras dengan

kompetensi yang disebutkan dalam UU No. 14 tahun 2005 dalam Hadi (2015).

Subkompetensi dan indikator esensialnya dijabarkan sebagai berikut :

1. Kompetensi Kepribadian

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,

dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi kepribadian adalah

kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,

menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

2. Kompetensi Pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a

dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik,

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9741/2/T1_162012022_BAB II.pdf · terbentuknya masyarakat indonesia yang berdasarkan Pancasila

11

3. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara

luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata

pelajaran di sekolah dan substansi kelimuan yang menaungi materinya, serta

penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.

4. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan seorang guru untuk berkomunikasi

yang meliputi kemampuan peserta didik, sesama pendidik, orang tua atau wali

siswa dan masyarakat disekitar.

Dari hal diatas dapat disimpulkan untuk menjadi guru profesional harus

mempunyai 4 kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik ,

kompetensi profesional dan yang terakhir kompetensi sosial. Empat kompetensi

tersebut menjadi penentu siap tidaknya mahasiswa menjadi guru yang profesional.

2.2 Gaya Belajar

2.2.1 Pengertian Gaya Belajar

Kemampuan setiap orang dalam menerima pelajaran berbeda-beda, ada

yang cepat dan ada yang sedang. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan dalam

menerima informasi dan melaksanakan tugas atau dalam menyelesaikan suatu

masalah dalam konteks pembelajaran. Dapat disadari hal itu terjadi karena tidak

mengetahui gaya belajar bagaimanakah yang harus dilakukan.

Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap,

dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (DePorter & Hernacki,

2011:110).

Dapat dijelaskan gaya belajar merupakan ketergantungan kita dalam

menerima suatu informasi dan dapat mengelola sesuai dengan apa yang

diharapkan.

Dunn & Dunm dalam Sugihartono (2007: 53) menjelaskan bahwa gaya

belajar merupakan kumpulan karakteristik pribadi yang membuat suatu

pembelajaran efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk orang

lain.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9741/2/T1_162012022_BAB II.pdf · terbentuknya masyarakat indonesia yang berdasarkan Pancasila

12

Dapat diartikan bahwa gaya belajar merupakan suatu karakter pada diri

seseorang pribadi jadi yang mengetahui adalah pribadi masing-masing yang

membuat pembelajaran lebih efektif bagi yang menerapkan gaya belajar namun

ada yang tidak afektif karena pribadi seseorang berbeda- beda jadi cara menerima

informasi juga berbeda tergantung pada bagaimana cara mengelola dengan baik.

Keef dalam sugihartono (2007: 53) menyatakan bahwa gaya belajar

berhubungan dengan cara anak belajar, serta cara belajar yang disukai.

Keef lebih menekankan pada cara belajar yang nyaman, gaya belajar ini

diberikan kepada masing-masing pribadi terserah bagaimana nyamannya dia

menerima informasi, misal dengan cara membaca, menulis, praktek dll.

Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang

murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat,

berfikir, dan memecahkan soal (S. Nasution, 2003: 94).

Dalam hal ini gaya belajar menekankan pada kebiasaan yang konsisten

tidak merubah cara menerima informasi, cara mengingat, serta memecahkan

masalah

Beberapa definisi gaya belajar di atas dapat disimpulkan bahwa gaya

belajar adalah cara yang secara sadar disenangi oleh siswa dan siswa dapat

mengkombinasi dari bagaimana ia menangkap menyerap dan mengelola informasi

serta memecahkan masalah secara efektif.

2.2.2 Macam-macam gaya belajar

Ada beberapa gaya belajar yang harus diketahui oleh mahasiswa supaya

dapat mengenali gaya belajar apakah yang ia pakai. Menurut DePorter &

Hernacki (2011: 112) terdapat tiga gaya belajar seseorang yaitu gaya belajar

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9741/2/T1_162012022_BAB II.pdf · terbentuknya masyarakat indonesia yang berdasarkan Pancasila

13

visual, auditorial, dan kinestetik. Walaupun masing-masing siswa belajar dengan

menggunakan ketiga gaya belajar ini, kebanyakan siswa lebih cenderung pada

salah satu diantara gaya belajar tersebut.

1) Gaya Belajar Visual

Siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting

adalah mata/penglihatan (visual), mereka cenderung belajar melalui apa

yang mereka lihat. Siswa yang mempunyai gaya belajar visual harus

melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi

pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat

dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak

mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan

visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam

kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk

mendapatkan informasi.(DePorter & Hernacki, 2011: 116).

2) Gaya Belajar Auditorial

Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui

telinga (alat pendengarannya). Siswa yang mempunyai gaya belajar

auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan

mendengarkan apa yang guru katakan. Mereka dapat mencerna dengan

baik informasi yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi

rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi

tertulis terkadang sulit diterima oleh siswa bergaya belajar auditori. Anak-

anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca

teks dengan keras dan mendengarkan kaset. (DePorter & Hernacki, 2011:

118).

3) Gaya Belajar Kinestetik

Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak,

menyentuh, dan melakukan. Siswa seperti ini tidak tahan untuk duduk

berlama-lama mendengarkan pelajaran dan merasa bisa belajar lebih baik

jika prosesnya disertai kegiatan fisik. Kelebihannya, mereka memiliki

kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim disamping kemampuan

mengendalikan gerak tubuh. (DePorter & Hernacki, 2011: 120)

Dari macam-macam gaya belajar diatas dapat disimpulkan bahwa gaya

belajar berkerja sesuai dengan indra kita, dari visual mengutamakan menggunakan

menglihatan, dalam menerima informasi dan menyelesaikan masalah

menggunakan indra penglihatan. Serta terdapat mahasiswa yang lebih

memanfaatkan indra pendengaran untuk menerima rangsangan apa saja sesuatu

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9741/2/T1_162012022_BAB II.pdf · terbentuknya masyarakat indonesia yang berdasarkan Pancasila

14

yang didengar akan menjadi lebih diterima dengan baik. Ada juga mahasiswa

yang lebih senang langsung turun kelapangan atau praktek supaya lebih

memahami informasi dan dapat langsung menerapkan dalam kehidupannya.

2.2.3 Indikator Gaya Belajar

Mengacu pada teori dan ciri-ciri gaya belajar menurut DePorter & Hernacki

(2011: 116-120) seperti yang diuraikan di atas maka diketahui indikator-indikator

dari masing-masing gaya belajar sebagai berikut:

1) Indikator gaya belajar visual

a) Belajar Indikator gaya belajar visual, b) Mengerti baik mengenai

posisi, bentuk, angka, dan warna. c) Rapi dan teratur siswa visual

mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun kondisi

lingkungan di sekitarnya. d) Tidak terganggu dengan keributan e) Sulit

menerima intruksi verbal mudah lupa dengan sesuatu yang disampaikan

secara lisan

2) Indikator gaya belajar auditorial

a) Belajar dengan cara mendengar b) Baik dalam aktivitas lisan. c)

Memiliki kepekaan terhadap musik Mereka mampu mengingat dengan

baik apa yang didengar d) Mudah terganggu dengan keributan e) Lemah

dalam aktivitas visual Informasi tertulis terkadang sulit diterima oleh

siswa bergaya belajar auditori.

3) Indikator gaya belajar kinestetik

a) Belajar dengan aktivitas fisik b) Peka terhadap ekspresi dan bahasa

tubuh c) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak d) Suka coba-coba

dan kurang rapi e) Lemah dalam aktivitas verbal Cenderung berbicara

dengan perlahan, sehingga perlu berdiri dekat ketika berbicara dengan

orang lain

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa indikator dalam gaya

belajar ada beberapa bagian yang pertama gaya belajar visual cederung

menggunakan menglihatan, mengutamakan tentang beberapa hal yang dapat

dilihat. Gaya belajar auditorial belajar menggunakan pendengaran, sangat peka

terhadap rangsangan telinga dapat menerima informasi lebih cepat melalui suara.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9741/2/T1_162012022_BAB II.pdf · terbentuknya masyarakat indonesia yang berdasarkan Pancasila

15

Gaya belajar kinestetik lebih mengutamakan kegiatan fisik, dalam kegiatan lebih

senang langsung praktek.

2.3 Kemandirian

2.3.1 Pengertian Kemandirian Belajar

Kegiatan belajar mandiri dilakukan atas kesadaran terhadap diri sendiri.

Belajar apabila dipaksa oleh orang lain tidak akan secara sadar dan sungguh-

sungguh ingin belajar atau mencari informasi.

Menurut Haris Mudjiman ( dalam Eviana 2011:9). “belajar mandiri

adalah kegiatan belajar aktif, yang di dorong oleh niat atau motif untuk

menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan

dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah

dimiliki”.

Belajar mandiri menurut haris dapat diartikan bahwa kegiatan belajar

yang dilakukan dengan niat dalam diri memiliki motivasi dalam diri guna

mengatasi masalah yang dibangun oleh bakat yang dimiliki.

Tahar dan Enceng dalam Astuti,dkk (2006: 93). “berpendapat bahwa,

“Kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang dilakukan oleh

seseorang dengan kebebasannya dalam menentukan dan mengelola sendiri

bahan ajar, waktu, tempat, dan memanfaatkan sumber belajar yang

diperlukan”.

Dapat diartikan kegiatan belajar seseorang dengan bebas mengelola bahan,

waktu, tempat dan dapat memanfaatkan sumber yang ada.

Sedangkan Pengertian kemandirian belajar menurut Khosun dalam

Astuti,dkk (2011), “diartikan sebagai sifat dan sikap serta kemampuan

yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian

maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri

untuk menguasai suatu kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya

untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata”.

Dapat diartikan bahwa mahasiswa yang melakukan kegiatan belajar secara

mandiri berdasar kemanuan dalam diri sendiri untuk menguasai kompetensi dalam

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9741/2/T1_162012022_BAB II.pdf · terbentuknya masyarakat indonesia yang berdasarkan Pancasila

16

hal ini dapat dikaitkan dengan 4 kompetensi guru, supaya mahasiswa siap menjadi

guru yang profesional dikehidupan nyata.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian

belajar adalah aktifitas belajar yang dilakukan secara sadar oleh diri sendiri dalam

hal ini tidak ada paksaan dari pihak lain misal orang tua atau yang lain. Melainkan

kesadaran untuk ingin mengelesaikan masalah atau ingin menambah informasi.

Belajar mandiri bermanfaat di masa depan untuk menghadapi tantangan

kehidupan yang semakin lama semakin keras, serta masalah yang dihadapi juga

semakin banyak.

2.3.2 Ciri-ciri kemandirian

Menurut Chabib Thoha ( dalam Eviana :1996:123-124) mengemukakan ciri-ciri

kemandirian antara lain :

a) Mampu berpikir secara kritis

b) Tidak mudah terpegauh oleh pendapat orang lain

c) Tidak lari dan menghindari masalah

d) Memecahkan maslaah dengan berfikir yang mendalam

e) Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta

bantuan orang lain

f) Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain

g) Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan

h) Bertanggung jawab atas tindakanya sendiri

Berdasar pada rangkaian ciri-ciri kemandirian diatas dapat disimpulkan

bahwa orang yang telah belajar mandiri pola pemikiran yang kritis, dapat

menghadapi masalah dengan tenang dalam melakukan tindakan tidak

sembarangan akan benar-benar dipikirkan. Orang yang mandiri lebih tegas,

tertanggung jawab dan cenderung mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9741/2/T1_162012022_BAB II.pdf · terbentuknya masyarakat indonesia yang berdasarkan Pancasila

17

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian

Menurut Masrun (dalam Eviana: 1986:4) faktor-faktor yang

mempengaruhi kemandirian dibedakan menjadi dua antara lain :

a. Faktor Dari Dalam

Faktor dari dalam yang mempengaruhi kemandirian seseorang antara

lain :

1. Usia

Pengaruh dari orang lain akan berkurang secara perlahan-lahan pada

saat anak menginjak usia lebih tinggi. Pada usia remaja mereka lebih

berorientasi internal, karena percaya bahwa peristiwa-peristiwa dalam

hidupnya ditentukan oleh tindakannya sendiri. Anak-anak akan

lebihtergantung pada orang tuanya, tetapi ketergantungan itu lambat laun

akan semakin berkurang sesuai dengan bertambahnya usia seseorang.

Anak-anak usia muda merasa belum mampu untuk melakukan sesuatu

secara sendiri karena kemampuan yang dimiliki masih terbatas.

2. Jenis Kelamin

Keinginan untuk berdiri sendiri dan mewujudkan dirinya sendiri

merupakan kecenderungan yang ada pada setiap remaja. Perbedaan sifat-

sifat yang dimiliki oleh pria dan wanita disebabkan oleh perbedaan

pribadi individu yang diberikan pada anak pria dan wanita. Perbedaan

jasmani yang menyolok antara pria dan wanita secara psikis

menyebabkan orang beranggapan bahwa perbedaan kemandirian antara

pria dan wanita. Seorang anak perempuan memiliki dorongan untuk

melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua, tetapi dengan

statusnya sebagai seorang perempuan, maka dituntut untuk bersikap pasif,

berbeda dengan anak lelaki yang agresif dan ekspansif, akibatnya anak

perempuan berada lebih lama dalam ketergantungan daripada anak laki-

laki.

3. Konsep diri

Konsep diri yang positif mendukung adanya perasaan yang kompeten

pada individu untuk menentukan langkah yang diambil. Individu yang

memandang dan menilai dirinya mampu, cenderung memiliki kemandirian

dan sebaliknya individu yang memandang dan menilai dirinya sendiri

kurang atau cenderung tidak mampu, maka akan menggantungkan dirinya

pada orang lain. Kemampuan bertindak dan mengambil keputusan tanpa

bantuan orang lain hanya dapat dimiliki oleh orang yang mampu berpikir

dengan seksama tentang tindakannya.

b. Faktor Dari Luar

Faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian seseorang antara lain:

1. Pendidikan

Semakin bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang,

kemungkinan untuk mencoba sesuatu baru semakin besar, sehingga orang

akan lebih kreatif dan memiliki kemampuan. Dengan belajar seseorang

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9741/2/T1_162012022_BAB II.pdf · terbentuknya masyarakat indonesia yang berdasarkan Pancasila

18

dapat mewujudkan dirinya sendiri, sehingga orang memiliki keinginan

sesuatu secara tepat tanpa tergantung dengan orang lain. Menurut Thoha

(1996) sistem pendidikan yang diterapkan disekolah yang dalam

prosesnya tidak dapat mengembangkan demokrasi pendidikan dan

cenderung menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi juga akan

menghambat perkembangan kemandirian remaja sebagai siswa.

2. Keluarga

Pengaruh keluarga terhadap kemandirian anak terkait dengan peranan

orang tua. Dalam hal ini, ayah dan ibu mempunyai peran nyata bahwa

dari rasa kasih sayang dan rasa kuatirnya seorang ibu tidak berani

melepaskan anaknya untuk berdiri sendiri sehingga menjadikan anak

tersebut untuk selalu ditolong, selalau tergantung kepada ibu karena

selalu dimanjakan mengakibatkan tidak dapat menyesuaikan diri dan

perkembangan watak mengarah pada keragu-raguan.

3. Interaksi sosial

Kemampuan remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial serta

mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik akan mendukung

perilaku remaja yang bertanggung jawab, mempunyai perasaan aman dan

mampu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dengan baik,

tidak mudah menyerah, maka akan mendukung untuk dapat berperilaku

mandiri.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan kemandirian berpengaruh

terhadap beberapa factor, yang pertama faktor dari dalam yaitu usia setiap orang

akan bertambah usia yang menimbulkan kesadaran bahwa kemandirian itu

penting, tentang jenis kelamin dalam hal ini wanita dan laki-laki kemandirian

lebih menonjol laki-laki karena berpikiran memiliki tanggung jawab yang lebih

tinggi, selanjutnya faktor dari dalam adalah diri sendiri yang membuat

kemandirian itu ada karna adanya dorongan dari diri sendiri. Terdapat faktor

dorongan dari luar yang pertama dari orang tua apabila tidak ada kesadaran untuk

pribadi yang mandiri kita akan selalu bergantung pada orang tua, faktor

pendidikan didapat dari guru, guru dapat memupuk diri siswa untuk menjadi

pribadi yang mandiri misal dalam mengerjakan tugas dll. Faktor interaksi sosial

kebiasaan berbuat baik dengan orang lain dalam meyelesaikan masalah sosial

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9741/2/T1_162012022_BAB II.pdf · terbentuknya masyarakat indonesia yang berdasarkan Pancasila

19

dihadapi dengan kemandirian akan menciptakan rasa mandiri dalam

menyelesaikan segala sesuatu dengan rasa yang bertanggung jawab.

2.4 Penelitian Relevan

1. Penelitian yang dikakukan oleh Sintha Sih Dewanti, S.Pd.Si., M.Pd.Si. Yang

berjudul “Analisis Kesiapan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika

Sebagai Calon Pendidik Profesional” Penelitian ini mendeskripsikan kesiapan

mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika sebagai calon pendidik

profesional di bidang matematika melalui matakuliah Praktik Pembelajaran Mikro

(PPM). Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa mahasiswa sudah

siap menjadi calon pendidik profesional di bidang matematika menurut

kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Faktor yang paling

mempengaruhi kesiapan mahasiswa sebagai calon pendidik profesional di bidang

matematika adalah kemampuan penguasaan materi prasyarat matakuliah PPM

terutama pada matakuliah kependidikan matematika.

2. Penelitian yang dikakukan oleh Selmi R.A Nggaji , Yang berjudul “Hubungan

Anatar Prestasi Belajar dan Kondisi Sosial Ekonomi Orang tua Dengan Kesiapan

Menjadi guru Profesional Di Kalangan Mahasiswa Pendidikan Ekonimi FKIP-

UKSW Salatiga” Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Ada hubungan positif

dan signifikan antara prestasi belajar (X1) dengan kesiapan menjadi guru

profesional (Y) mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP-UKSW Salatiga koefisisen

korelasinya sebesar 0,483 (positif) pada kategori sedang dan a (0,05) (0,000 <

0,05) signifikan. (2) Ada hubungan positif dan tidak signifikan antara kondisi

sosial ekonomi orang tua (X2) dengan kesiapan menjadi guru profesional (Y)

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9741/2/T1_162012022_BAB II.pdf · terbentuknya masyarakat indonesia yang berdasarkan Pancasila

20

mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP-UKSW Salatiga dengan koefisien korelasi

0,054 (positif) pada kategori sangat rendah dan a (0,05) (0,691 > 0,05) sehingga

tidak signifikan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Eviana Wicaksari yang berjudul “Hubungan

Antara Penggunaan Media Pembelajaran Dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa

Fkip-Pe Uksw Salatiga Angkatan Tahun 2008-2009 Semester II Tahun Ajaran

2011-2012 Hasil uji Korelasi Spearman dengan bantuan program SPSS release

16.0 for windows diperoleh hasil r = 0,537 dan α = 0,002. Diketahui nilai z0 =

2,95 > za/2 = 1,96, sehingga H0 ditolak pada α

terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan media

pembelajaran dengan kemandirian belajar Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga

angkatan tahun 2008-2009 Semester II tahun ajaran 2011-2012. Arah hubungan

positif, semakin tinggi penggunaan media pembelajaran, semakin tinggi

kemandirian, dan semakin rendah penggunaan media pembelajaran, semakin

rendah kemandirian belajar. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima.

2.5 Kerangka Berpikir

Menurut Sugiyono, (2010:91). “Kerangka pikir penelitian merupakan

model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai

faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”.

Berdasarka pada hasil landasan teori dan penelitian terdahulu seperti yang

telah diuraikan diatas, untuk lebih memudahkan pemahaman tentang kerangka

pemikiran penelitian ini,maka dapat dilihat dalam gambar-gambar berikut ini:

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9741/2/T1_162012022_BAB II.pdf · terbentuknya masyarakat indonesia yang berdasarkan Pancasila

21

R

Gambar 2.1

Peta Konsep Hubungan Gaya Belajar dan Kemandirian dengan Kesiapan

Menjadi Guru Profesional

Keterangan:

Gaya Belajar (X1) = Variabel bebas

Kemandirian (X2) = Variabel bebas

Kesiapan Menjadi Guru Profesional (Y) = Variabel terikat

R = Analisis korelasi Ganda

= Hubungan

2.6 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2010 : 96) “Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan penelitian dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan”.

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar dan

kemandirian dengan kesiapan menjadi guru profesional di kalangan Mahasiswa

FKIP-PE UKSW Salatiga

.

Gaya Belajar (X1)

Kesiapan Menjadi

Guru Profesional (Y)

Kemandirian (X2)

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9741/2/T1_162012022_BAB II.pdf · terbentuknya masyarakat indonesia yang berdasarkan Pancasila

22

2.6.1 Hipotesis Kerja1

H0 = μ Kesiapan menjadi guru profesional dikalangan

mahasiswa FKIP Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW Salatiga adalah

tinggi yaitu lebih dari 29,25

Ha = μ < 29,25 Kesiapan menjadi guru profesional dikalangan mahasiswa

FKIP Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW Salatiga adalah rendah yaitu

kurang dari 29,25

2.6.2 Hipotesis Kerja 2

Ho = Tidak ada hubungan positif antara Gaya Belajar dengan Kesiapan

menjadi Guru Profesional Dikalangan Mahasiswa FKIP Progdi Pendidikan

Ekonomi UKSW Salatiga.

Ha = Terdapat hubungan positif antara Gaya Belajar dengan Kesiapan

menjadi Guru Profesional Dikalangan Mahasiswa FKIP Progdi Pendidikan

Ekonomi UKSW Salatiga.

2.6.3 Hipotesis Kerja 3

H0 = Tidak ada hubungan positif antara Kemandirian dengan Kesiapan

menjadi Guru Profesional Dikalangan Mahasiswa FKIP Progdi Pendidikan

Ekonomi UKSW Salatiga.

Ha = Terdapat hubungan positif antara Kemandirian dengan Kesiapan

menjadi Guru Profesional Dikalangan Mahasiswa FKIP Progdi Pendidikan

Ekonomi UKSW Salatiga.

2.6.4 Hipotesis Kerja 4

H0 = Tidak ada hubungan positif antara Gaya Belajar dan Kemandirian

dengan Kesiapan menjadi Guru Profesional Dikalangan Mahasiswa FKIP

Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW Salatiga.

Ha = Terdapat hubungan positif antara Gaya Belajar dan Kemandirian

dengan Kesiapan menjadi Guru Profesional Dikalangan Mahasiswa FKIP

Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW Salatiga.