BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang...

60
11 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Olahraga Tradisional a. Hakikat Olahraga Tradisional Olahraga tradisional adalah olahraga asli yang berasal dari tiap-tiap daerah di Indonesia, belum dikenal secara luas, namun populer didaerah asalnya. Berikut beberapa contohnya diantaranya adalah loncat batu di Nias, cemparingan di jawa tengah, Gentao di Bima, paraga di Sulawesi Selatan, dan lain sebagainya. Olahraga tradisional merupakan olahraga yang berasal asli dari berbagai daerah di wilayah indonesia, olahraga tradisional ini memang kurang dikenal akan tetapi disebagian daerah olahraga tradisional ini cukup populer dan sering dimainkan. Akan tetapi pada saat ini olahraga tradisional mulai tergerus oleh permainan permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional sebagai aset kekayaan budaya bangsa. Sudah sepatutnya diangkat kembali untuk menunjukkan perannya dalam usaha mewujudkan persatuan bangsa dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu olahraga tradisional perlu mendapat perioritas yang lebih besar dari pemerintah pusat dan daerah untuk turut serta bahu membahu menggali melestarikan dan mengembangkan kembali sehingga dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat di seluruh Indonesia. Didalam perkembangannya olahraga tradisional ini banyak sekali terpengaruh oleh kemajuan teknologi yang pesat, dimana komunikasi antar bangsa menjadi lebih mudah, dan bukan suatu hal yang tidak mungkin jika nilai-nilai budaya yang terkandung dalam olahraga tradisional ini sedikit banyak akan berkurang. Maka perlu adanya suatu usaha pelestarian dan pengembangan olahraga tradisional khususnya di Sulawesi Selatan. Olahraga tradisional juga memiliki dimensi lain, yakni potensi bagi upaya untuk mendukung pariwisata. Keunikan olahraga tradisional akan dapat menarik minat banyak wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia. Olahraga

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Olahraga Tradisional

a. Hakikat Olahraga Tradisional

Olahraga tradisional adalah olahraga asli yang berasal dari tiap-tiap daerah

di Indonesia, belum dikenal secara luas, namun populer didaerah asalnya. Berikut

beberapa contohnya diantaranya adalah loncat batu di Nias, cemparingan di jawa

tengah, Gentao di Bima, paraga di Sulawesi Selatan, dan lain sebagainya.

Olahraga tradisional merupakan olahraga yang berasal asli dari berbagai daerah di

wilayah indonesia, olahraga tradisional ini memang kurang dikenal akan tetapi

disebagian daerah olahraga tradisional ini cukup populer dan sering dimainkan.

Akan tetapi pada saat ini olahraga tradisional mulai tergerus oleh permainan

permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang

bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional.

Disamping itu olahraga tradisional sebagai aset kekayaan budaya bangsa.

Sudah sepatutnya diangkat kembali untuk menunjukkan perannya dalam usaha

mewujudkan persatuan bangsa dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu olahraga

tradisional perlu mendapat perioritas yang lebih besar dari pemerintah pusat dan

daerah untuk turut serta bahu membahu menggali melestarikan dan

mengembangkan kembali sehingga dapat dinikmati oleh semua lapisan

masyarakat di seluruh Indonesia. Didalam perkembangannya olahraga tradisional

ini banyak sekali terpengaruh oleh kemajuan teknologi yang pesat, dimana

komunikasi antar bangsa menjadi lebih mudah, dan bukan suatu hal yang tidak

mungkin jika nilai-nilai budaya yang terkandung dalam olahraga tradisional ini

sedikit banyak akan berkurang. Maka perlu adanya suatu usaha pelestarian dan

pengembangan olahraga tradisional khususnya di Sulawesi Selatan.

Olahraga tradisional juga memiliki dimensi lain, yakni potensi bagi upaya

untuk mendukung pariwisata. Keunikan olahraga tradisional akan dapat menarik

minat banyak wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia. Olahraga

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

12

tradsional pun memiliki dampak ekonomis terutama bagi masyarakat didaerah-

daerah tersebut.Selain itu, olahraga tradisional ini berdampak positif pula bagi

terwujudnya masyarakat yang sehat, bugar dan berkecukupan gerak. Karena

didalamnya terkandung berbagai aktivitas dan gerak fisik yang mendukung

kesehatan. Untuk itu, pelestarian, pembinaan dan pengembangan olahraga

tradisional adalah keniscayaan. Karena olahraga tradisional memiliki daya dan

kekuatan yang menyebabkan kita sebagai bangsa memiliki “kekebalan budaya”

agar tak punah dan gagap dalam pergaulan dengan komunitas global.

Olahraga tradisional sebagai asset kekayaan budaya bangsa dapat menjadi

pondasi yang kokoh dan kuat dalam membangun “nation and character” sebagai

upaya mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam olahraga tradisional ini

lebih menitik beratkan pada permainan. Menurut kamus umum tentang definisi

olahraga tradisional adalah “aktivitas fisik yang dilakukan secara sadar dan

disengaja serta menggunakan aturan atas dasar kebiasaan yang secara turun

temurun terjadi disuatu masyarakat”. Olahraga tradisional ini dalam pelaksanaan

aturan permainan disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah tersebut.

Sedangkan pengertian permainan termasuk bergerak, artinya permainan selalu

diiringi oleh gerakan. Bukan hanya gerakan jasmani saja, tetapi juga gerakan jiwa.

Berikut adalah olahraga tradisional yang berkembang di berbagai daerah di

Indonesia seperti olahraga tradisional “paraga” yang dimainkan dan sering

dipertunjukan oleh masyarakat Suku Bugis Makassar di Sulawesi selatan.

b. Olahraga Tradisional Sebagai Olahraga Rekreasi

Olahrga tradisional sering di kaitkan sebagai olahrga rekreasi di karenakan

didalam permainan olahrga tradisional mengandung bebrapa aspek dan unsur

olahrga rekreasi seperti hiburan, kesenangan, dan kebutuhan interaksi sosial,

olahraga ini juga mempunyai potensi untuk meningkatkan kualitas jasmani bagi

pelakunya bahkan olahrga tradisional dapat menarik perhatian turis manca Negara

untuk datang menyaksikan olahrga tradisional tersebut karena memiliki nilai

keunikan tersendiri.

Olahrga rekreasi adalah kegitaan yang dilakukan untuk penyegaran kembali

jasmani dan rohani seseorang. Kegiatan yang umum dilakukan untuk rekreasi

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

13

adalah wisata, olahrga permainan dan hobi. Kegiatan rekreasi umumnya biasa

dilakukan pada akhir pekan. Secara umum rekreasi dapat di bedakan dalam dua

golangan besar yaitu rekreasi pada tempat tertutup dan rekreasi di alam terbuka.

Rekreasi bermanfaat untuk memulihkan kondisi tubuh dan pikiran serta

mengembalikan kesegaran.

Rekreasi adalah “kegiatan atau pengalaman sukarela yang dilakukan oleh

seseorang di waktu luangnya yang memberikan kepuasan dan kenikmatan

pribadi”. Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang

system keolahrgaan Nasional Bab 1 pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa “olahrga

rekreasi adalah olahrga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan

kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai

budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan kegembiraan”.

Olahrga rekreasi merupakan kegiatan fisik yang dilakukan pada waktu luang

sebagai sarana peningkatan kesehatan serta pemberi kesenangan.

Menurut Hariyono (1998:10) “ olahraga rekreasi adalah kegiatan fisik yang

dilakukan pada waktu senggang berdasarkan keinginan atau kehendak yang

timbul karena memberi kepuasan atau kesenangan”. Dari pendapat diatas dapat di

simpulkan bahwa olahrga rekreasi mempunyai tujuan sebagai berikut :

1) Pengisi waktu luang

2) Pelepas lelah, kebosanan dan kepenatan

3) Sebagai keseimbangan subsistem activity (kegiatan pengganti atau

pelengkap)

4) Sebagai pemenuhan fungsi social

5) Untuk kesegaran jasmani dan olahraga yang menyenangkan

6) Memperoleh kesenangan dengan olahrga

7) Memperkenalkan bahwasannya olahraga itu menyenangkan.

Berdasarkan konsep yang diberikan oleh De Mello (dalam Ariani, dkk,

1997), seorang ahli cerita dalam membaca atau mempelajari folklorelisan, maka

ada tiga hakekat permainan rakyat, yaitu untuk menghibur diri, menumbuhkan

kreatifitas, dan membentuk kepribadian.

Beberapa persyaratan teknik dalam olahraga tradisional yang harus kita

kuasai adalah sebagai berikut :

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

14

1) Kekuatantubuh

2) Kelenturantubuh

3) Kecepatangerak

4) Kecepatanreaksi (kecepatandanketepatannya).

Klasifikasi olahraga tradisional di indonesia dapat di kemukakan sebagai

berikut:

a) Olahraga seorang diri, contohnya olahrga tradisional loncat batu di

Nias sumatra utara

b) Olahrga berpasangan dan berlawanan, contohnya olahrga pencak silat

sebagai warisan budaya indonesia

c) Olahraga tradisional pacuan, contohnya karapan sapi di Madura

d) Olahraga tradisional beregu yang membutuhkan ketangkasan dan

kekompakan, contohnya olahrag sepak raga atau paraga yang di

permainkan oleh masyarakat suku Bugis Makassar di Sulawesi Selatan

e) Olahraga tradisional kelompok bergilir contohnya sondah mandah

c. Nilai-Nilai Budaya Yang Terkandung Didalam Permainan Olahraga

Tradisional

Sedikitnya ada tujuh nilai kebudayaan yang terkandung dalam permainan olahrga

tradisional, antara lain:

1) Nilai demokrasi

2) Nilai pendidikan

3) Nilai keperibadian

4) Nilai keberanian.

5) Nilai kesehatan

6) Nilai persatuan

7) Nilai moral

Menurut Dharmamulyo (1999) menyebutkanunsur-unsur nilai budaya

yangterkandung dalam permainan tradisionalyaitu:

a) Nilai Kesenangan ataukegembiraan

b) Rasa berteman

c) Nilai demokrasi

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

15

d) Nilai kepemimpinan

e) Rasa tanggung jawab

f) Nilai Kebersamaan

g) Nilai kepatuhan

h) Melatih kecakapan berfikir

i) Nilai kejujuran dan sportifitas

j) Melatih mengenal lingkungan.

2. Permaian

a. Hakikat Permainan

Permainan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh

kesenangan, permainan atau sering disebut dengan game merupakan suatu sarana

hiburan yang diminati dan dimainkan oleh banyak orang baik dari kalangan anak-

anak, remaja maupun orang dewasa. Permainan ini terdiri dari permainan

tradisional dan permainanmodern. Permainan tradisional merupakan segala

bentuk permainan yang telah ada sejak zaman dahulu dan diwariskan secara

turun-menurun dari generasi ke generasi. Pada umumnya, permainan tradisional

sangat susah untuk dicari dari mana asal muasalnya, maupun mengenai siapa

penciptanya. Biasanya permainan tradisional yang tumbuh danberkembang dalam

suatu masyarakatmencerminkan warna kebudayaan setempat. Permainan

tradisional merupakan bentuk budaya suatu bangsa. Permainan tradisional bangsa

Indonesia adalah merupakan bentuk budaya bangsa Indonesia yang tersebar luas

di berbagai daerah di Indonesia. Permainan tradisional tersebut merupakan

aktivitas bangsa yang me nduduki tempat penting dalam kehidupan masyarakat

dan merupakan sumber daya yang amat besar serta mempunyai nilai dalam

menanamkan sikap dan keterampilan. Permainan tradisional merupakan wadah

kegiatan masyarakat sebagai hiburan ataupun penyaluran kreativi tas di waktu

luang dan sebagai sarana sosialisasi.

Menurut Sadiman, (1993:75) “permainan (games) adalah setiap kontes

antara pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan

tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula. Sedangkan menurut KBBI

Permainan adalah sesuatu yang digunakan untuk bermain, barang atau sesuatu

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

16

yang dipermainkan. Permainan adalah bentuk aktivitas yang menyenangkan yang

dilakukan semata-mata untuk aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin

memperoleh sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas tersebut. Jadi permainan adalah

cara bermain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu yang dapat dilakukan secara

individu maupun berkelompok guna mencapai tujuan tertentu. Alat permainan

adalah semua alat bermain yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk

memenuhi naluri bermainnya dan memiliki barbagai macam sifat, seperti

bongkarpasang, mengelompokkan, memadukan, mencari padanannya, merangkai,

membentuk, atau menyusun sesuai dengan bentuk aslinya.

Menurut Soetoto Pontjopoetro (2005:17) ada beberapa macam teori tentang

bermain diantaranya adalah :

1) Teori Rekreasi Atau Teori Pelepasan

Teori ini diutarakan oleh bangsa Jerman yang bernama Schaller dan Lizarazus,

menerangkan bahwa permainan itu merupakan kegiatan manusia yang berlawanan

dengan kinerja dan kesungguhan hidup, tetapi permainan itu merupakan imbangan

antara kerja dengan istirahat.

2) Teori Surplus Atau Teori Kelebihan Tenaga

Kelebihan tenaga (kekuatan atau vitalitas) pada anak atau orang dewasa yang

belum digunakan, disalurkan untuk bermain. Kelebihan tenaga yang dimaksudkan

sebagai kelebihan energi, kelebihan kekuatan hidup dan vitalitas, yang dianggap

oleh manusia untuk memeliharanya melalui permainan.

3) Teori Sublimasi

Oleh El Clafarede (Swiss), bahwa permainan bukan hanya mempelajari fungsi

hidup (Teori Groos), tetapi juga merupakan proses sublimasi (menjadi lebih

mulia, tinggi atau indah), yaitu dengan bermain insting, yang tadinya rendah dapat

mengalami peningkatan menjadi tinggi.

4) Teori Buhier

Oleh Karl Buhier (Jerman), bahwa permainan itu kecuali mempelajari fungsi

hidup (Teori Groos), juga merupakan “function Lost” (nafsu berfungsi).

Selanjutnya ia mengatakan bahwa bila perbuatan seperti berjalan, berlari, dan

lompat itu mempunyai kegunaan bagi kehidupannya kelak, di samping itu

haruslah anak mempunyai kemauan untuk berjalan, berlari dan lompat.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

17

5) Teori Reinkarnasi

Maksud teori tersebut ialah bahwa anak-anak selalu bermain dengan permainan

yang telah dilakukan oleh nenek moyangnya.

Terkait dengan beberapa teori bermain, ada macam-macam tahapan

perkembangan bermain yang mencerminkan tingkat perkembangan sosial anak

sesuai perkembangan usia dikemukakan oleh Mildred Parten (dalam Martuti,

2008:15) adalah sebagai berikut :

1) Unoccupied Play

Sebenarnya anak tidak benar-benar terlibat dalam kegiatan bermain, ia hanya

mengamati kejadian di sekitarnya yang menarik perhatian.

2) Solitary Play (bermain sendiri)

Anak sibuk bermain sendiri, dan terlihat tidak memperhatikan kehadiran anak-

anak lain di sekitarnya. Biasanya ini terlihat pada anak yang berusia amat muda.

3) Onlooker Play (pengamat)

Anak suka mengamati anak-anak lain yang sedang bermain dan terlihat adanya

minat yang semakin besar terhadap yang diamatinya. Jenis kegiatan bermain ini

pada umumnya tampak pada anak berusia dua tahun.

4) Pararel Play (bermain pararel)

Kegiatan bermain ini dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama

tetapi tidak berhubungan. Mereka melakukan hal yang sama secara sendiri-sendiri

pada saat bersamaan, tetapi tidak saling berhubungan, misalnya dua orang anak

yang bermain mobil-mobilan, bermain menyusun balok.

5) Associative Play (bermain asosiatif)

Dalam kegiatan bermain, anak belum terlihat kerjasama, namun sudah ada

interkasi misalnya saling tukar atau pinjam permainan. Misalnya, anak yang

sedang menyusun gambar, mereka bisa saja menyusun saling bertukar gambar,

melakukan interaksi tetapi sebenarnya kegiatan menyusun gambar itu mereka

lakukan sendiri-sendiri.

6) Cooperative Play (bermain bersama)

Adanya pembagian tugas dan pembagian peran diantara anak-anak yang terlibat

dalam permainan untuk mencapai satu tujuan merupakan ciri bermain bersama.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

18

Misalnya bermain pasar-pasaran dimana dalam permainan ada yang berperan

sebagai penjual dan pembeli. Kegiatan ini dilakukan pada anak berusia 5 tahun.

Sedangkan, perkembangan bermain untuk menyesuaikan lingkungan sosial

dikemukakan oleh Turner dan Helms (dalam Martuti, 2008:19) yang menekankan

bahwa : “kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi anak.” Secara garis besar

kegiatan bermain dibedakan menjadi 3 kategori yaitu :

1) Bermain Menjelajahi dan Manipulatif (Exploratory and Manipulative Play)

Kegiatan ini bisa diamati sejak masa bayi, anak sering menunjukkan rasa senang

atau antusiasme yang besar sewaktu ia bermain atau mengamati benda-benda

disekelilingnya.

2) Bermain Menghancurkan (Destructive Play)

Bermain menghancurkan mulai tampak pada awal masa balita. Kita sering melihat

anak bermain sambil menghancurkan balok-balok kayu yang sudah disusunnya

dengan susah payah dan berhati-hati, lalu menatanya kembali hanya untuk

dihancurkannya kembali.

3) Bermain Khayal atau Pura-pura (Imaginative or Make-Believe Play)

Kegiatan bermain khayal atau pura-pura, mulai dilakukan sejak anak berusia 3

tahunan. Kegiatan bermain khayal atau pura-pura ini melibatkan unsur imajinasi

dan peniruan terhadap perilaku orang dewasa. Misalnya bermain masak-masakan,

pasar-pasaran, sekolah-sekolahan dan lain-lain.

Menurut Sadiman (2009:76), menyatakan bahwa setiap permainan harus

mempunyai empat komponen utama, yaitu:

a) Adanya pemain, biasanya lebih dari dua orang

b) Adanya lingkungan dimana para pemain berinteraksi

c) Adanya aturan-aturan main,dan

d) Adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Menurut Mayke Tedjasaputra (2003:10) ada beberapa macam permainan

yang memiliki aturan-aturan tertentu dan tujuan tertentu pula. Adapun macam-

macam permainan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Permainan Individual

Permainan ini peserta didik memainkan untuk menguji kemampuan sendiri

karena sebagian besar permainan itu dilakukannya sendiri. Peserta didik

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

19

bermain tanpa menghiraukan apa yang dilakukan oleh peserta didik lain

disekitarnya. Contoh permainan individual adalah lompat tali, menyusun

puzzle, menyusun balok-balok, dan sebagainya.

b) Permainan Beregu

Permainan beregu ini mempunyai aturan-aturan yang diberikan sebelum

permainan dimulai. Aturan permainan harus dimengerti oleh setiap pemain

dan bersedia mengikuti aturan permainan.

c) Permainan Kooperatif

Permainan ini ditandai dengan adanya kerjasama atau pembagian tugas dan

pembagian peran antara peserta didik yang terlibat dalam permainan tersebut

untuk mencapai tujuan dari kegiatan bermain. Permainan kerjasama dapat

dilihat saat peserta didik mengerjakan suatu proyek atau tugas secara

bersama-sama dalam kelompok kecil atau kelompok besar sekaligus.Bermain

dengan bekerjasama ini bisa dimulai oleh peserta didik sendiri atau dengan

arahan dari guru. Permainan ini dapat mengembangkan keterampilan sosial

dan konstruktif bagi peserta didik. Dalam permainan ini peserta didik dapat

berperan serta dalam usaha untuk belajar memecahkan masalah secara

bersama-sama.

d) Permainan Sosial

Permainan sosial adalah kegiatan bermain peserta didik dengan teman-

temannya sendiri. Pada permainan ini peserta didik berpartisipasi dalam

kegiatan bermain dengan peserta didik lainnya sesuai perannya masing-

masing yang sudah disepakati sebalumnya. Contohnya seperti permainan

polisi dengan pencuri, atau lompat tali beregu.

e) Permainan Dengan Aturan Tertentu

Permainan ini ditandai dengan adanya kegiatan bermain yang menggunakan

aturan-aturan tertentu. Dalam permainan ini peserta didik diharapkan dapat

bersikap sportif. Contoh dari permainan ini adalah sepak bola, permainan ular

tangga, monopoli, gobak sodor, dan sebagainya.

b. Prinsip-Prinsip Permainan

Bebrapa bentuk prinsip-prinsip permaianan adalah sebagai berikut :

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

20

1) Dimainkan dua orang atau lebih secara interaktif.

2) Mempunyai tujuan-tujuan tertentu.

3) Adanya pemenang dalam setiap permainan.

Menurut Mildred Parten (1932) dilihat dari perkembangan sosial, bermain dapat

dikelompokkan menjadi lima macam :

a) Solitary games (bermain sendiri)

b) Onlooker games (bermain dengan melihat temannya bermain)

c) Parallel games (bermain paralel dengan temannya), bermain denganmateri

yang sama, tetapi masing-masing bekerja sendiri

d) Associative games(bermain beramai-ramai), anak bermain bersamasama

tanpa ada suatu organisasi

e) Cooperative games(bermain kooperatif), ada aturan dan pembagianperan,

salah satu anak menolak bermian, permainan tidak akanterlaksana.

c. Permainan Tradisional

Permainan tradisional sering disebut juga permainan rakyat, merupakan

permainan yang tumbuh dan berkembang pada masa lalu terutama tumbuh di

masyarakat pedesaan. Permainan tradisional tumbuh dan berkembang berdasar

kebutuhan masyarakat setempat (Yunus:1981). Kebanyakan permainan tradisional

dipengaruhi oleh alam lingkungannya, oleh karena permainan ini selalu menarik,

menghibur sesuai dengan kondisi masyarakat saat itu.

Permainan tradisional menurut Yunus, (1981) umumnya bersifat rekreatif,

karena banyak memerlukan kreasi anak. Permainan ini biasanya merekonstruksi

berbagai kegiatan sosial dalam masyarakat. Permainan tradisonal mendapat

pengaruh yang kuat dari budaya setempat, oleh karena itu permainan tradisonal

mengalami perubahan baik berupa pergantian, penambahan maupun pengurangan

sesuai dengan kondisi daerah setempat. Dengan demikian, permainan tradisional

meskipun nama permainannya berbeda antar daerah, namun memiliki persamaan

atau kemiripan dalam cara memainkannya.

Menurut Yunus, (1981) “Permainan tradisional adalah suatu hasil budaya

masyarakat, yang berasal dari zaman yang sangat tua, yang telah tumbuh dan

hidup hinngga sekarang, dengan masyarakat pendukungnya yang terdiri atas tua

muda, laki perempuan, kaya miskin, rakyat bangsawan dengan rakyat biasa tiada

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

21

bedanya. Permainan tradisional bukanlah hanya sekedar alat penghibur hati,

sekedar penyegar pikiran, atau sekedar sarana berolah raga, tetapi memiliki

berbagai latar belakang yang bercorak rekreatif, kompetitif, paedogogis, magis

dan religius. Permainan tradisional juga menjadikan orang bersifat terampil, ulet,

cekatan, tangkas dan lain sebagainya.

Permainan tradisional di sini identik dengan istilah lain yang juga lazim

digunakan yaitu olahraga tradisonal. Olahraga tradisional merupakan keaneka

ragaman budaya yang perlu dilestarikan. Hal ini dikarenakan permainan atau

olahraga tradisonal memiliki kedudukan yang sama dalam rangka melestarikan,

memelihara bahkan mengembangkan unsur yang memiliki kaitan erat dengan

kebiasaan tradisi dan kebiasaan suatu kelompok masyarakat tertentu. Menurut

Uhamisastra (2010:2) Permainan tradisional adalah : “permainan yang penuh

dengan nilai-nilai dan norma-norma luhur yang berguna bagi anak-anak untuk

memahami dan mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan”. Sedangkan

menurut Khamdani (2010:8) permainan tradisonal merupakan : “suatu jenis

permainan yang timbul atas dasar permainan rakyat disuatu wilayah tertentu”.

Berdasarkan pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa permainan tradisional

merupakan permainan yang dimainkan oleh anak-anak pada suatu daerah tertentu

yang merupakan warisan turun-temurun dari nenek moyang didaerah tersebut.

Dengan demikian, permainan tradisional tidak dapat dipisahkan dengan

kebudayaan daerah setempat yang berhubungan dengan aktivitas bermain dan

menjadi ciri atau tradisi suatu masyarakat tertentu.Pada permainan tradisional ada

juga yang mengandung gerak fisik seperti : permainan gobak sodor, permainan

enkle, permainan beteng-betengan. Ada juga olahraga tradisonal yang kandungan

gerak fisiknya sangat minim tapi kaya akan nilai seni seperti nyanyian dan doa-

doa saklar. Selain itu, menurut Kurniati (dalam Utami, 2012:4) menjelaskan

bahwa : “permainan tradisonal pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua,

yaitu permainan untuk bermain dan permainan untuk bertanding”. Permainan

untuk bermain lebih bersifat untuk mengisi waktu senggang, bersifat hiburan dan

banyak dilakukan oleh anak-anak, sedangkan permainan untuk bertanding hanya

sedikit memiliki sifat tersebut. Ciri-ciri pada permainan tradisional yang

digunakan untuk bertanding adalah terorganisir, bersifat kompetitif dimainkan

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

22

paling sedikit dua orang dan mempunyai kriteria yang menentukan siapa yang

menang dan yang kalah serta mempunyai peraturan yang dapat diterima bersama.

Setelah mengetahui pernyataan diatas, ini menandakan macam bentuk dan jenis

permainan tradisonal sangat banyak pilihan sehingga memberikan kesempatan

pembelajaran pada siswa untuk melakukan aktifitas pendidikan jasmani di

sekolah.

Menurut Misbach (2006:13) hasil analisa teoritis dan rekomendasi pada

permainan tradisional yang bermuatan “edukatif”, bertujuan untuk :

1) Permainan tradisional mampu menstimulasi aspek-aspek perkembangan gerak,

kognitif, emosi, bahasa dan sosial.

2) Permainan tradisional untuk menstimulasi perkembangan anak melalui media

alamiah yang beragam.

3) Perlunya mengembangkan pilihan permainan yang berbasis teknologi yang

tidak mengandung kekerasan dan pornografi.

4) Mengenalkan sejak dini pada anak mengenai nilai-nilai budaya yang

mengandung pesan moral yang didasari kearifan lokal.

5) Penanaman nilai-nilai moral untuk membentuk karakter.

Selain itu, menurut Khamdani (2010:95) terdapat tujuh nilai budaya yang

terkandung dalam permainan tradisonal, yaitu :

a) Nilai Demokrasi

b) Nilai Pendidikan

c) Nilai Kepribadian

d) Nilai Keberanian

e) Nilai Kesehatan

f) Nilai Persatuan

g) Nilai Moral.

Beberapa bentuk permainan tradisional yang didapatkan di berbagai daerah

di Indinesia seperti permainan tradisional loncat batu di Nias Sumatra utara,

permainan tradisional karapan sapi di Madura, dan Permainan tradisional yang

sudah membentuk olahrga tradisional yaitu permainan paraga di Sulawesi selatan.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

23

3. Masyarakat Etnik Sulawesi Selatan

Didaerah Sulwesi Selatan terdapat dua suku masyrakat yang memainkan

permaianan tradisional paragayaitu suku Bugis dan suku Makassar.

a. Suku Bugis

Orang bugis adalah salahsatu dari berbagai suku bangsa di Asia Tenggara

dengan populasi lebih dari empat juta orang. Mereka mendiami bagian brat daya

pulau sulawesi.Mereka termasuk kedalam rumpun keluarga besar

austronesia.Akibat evolusi internal serta interaksi mereka dari berbagai peradaban

luar (Cina, India, Islam dan Eropa), Penduduk Austronesia yang terbesar di

wilayah lautan asia tenggara sejak sebelum Masehi tersebut, kemudian

berkembang berbagai suku bangsa, dengan tradisi dan budaya yang berbeda-beda.

Yang terkenal di antara mereka itu kecuali Bugis antara lain Melayu, Jawa, dan

Bali. Seiring dengan terpisahnya proses perjalanan sejarah dengan rumpun

induknya (Austronesia) yang berlangsung selama berabad-abad tercipta pula

jurang peradaban yang kian dalam anatara berbagai suku bangsa tersebut dengan

“sepupu” mereka dari rumpun Austronesia lainnya seperti Melanesia, Polinesia,

dan Micronesia. Sebaliknya suku bangsa yang bermukiman di berbagai wilayah

lautan Asia Tenggara tetap menjaga hubungan antara satu sama lain sehingga

mereka bnyak memiliki banyak persamaan.

Kontak yang berkesinambungan, lingkungan geografis seperti iklim dan

kondisi alam yang hampir sama, serta sekian banyak ikatan sejarah, politik, dan

perniagaan yang menghubungkan mereka, membuat orang-orang Barat secara

berurutan menyebut wilayah tersebut sebagai “dunia Melayu”, “Indonesia dan

Malaysia”. Berhubung konotasi politik dan negara yang kini menyertai ketiga

nama tersebut maka dalam buku ini digunakan istilah “Nusantara” untuk

menyebut wilayah serta rupa suku bangsa yang berdiam di wilayah yang

mengelilingi orang Bugis itu. Meskipun orang Bugis sudah tidak asing lagi bagi

pembaca novel Joseph Conrad atau bagi yang pernah melihat perahu mereka

berlabuh di berbagai bandar di indonesia, tetapi di bandingkan dengan suku-suku

lainnya orang Bugis sejak berabad-abad lamanya sebenarnya merupakan salahsatu

suku bangsa yang paling tidak dikenal di Nusantara. Ironisnya dari sedikit

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

24

pengetahuan yang beredar mengenai mereka sebagian besar diantaranya justru

merupakan informasi yang keliru. Salah satu contohnya adalah anggapan bahwa

orang Bugis adalah pelaut sejak zaman dahulu kala, anggapan itu bersumber dari

banyaknya perahu Bugis yang pada abad ke-19 terlihat berlabuh di berbagai

wilayah Nusantara dari Singapura sampai ke Papua, dan dari bagian selata

Filipina hingga ke pantai barat laut Australia.

Adapula yang mengatakan orang Bugis pernah berhasil menyebrangi

samudra Hindia sampai ke Madagaskar. Orang pun beranggapan bahwa orang

Bugis mungkin merupakan pelaut yang paling ulung yang ada di wilayah Asia

Tenggara. Padahal didalam kenyataan yang sebenarnya orang Bugis pada

dasarnya adalah Petani. Sedangkan aktivitas maritim mereka barulah benar-benar

berkembang pada abad ke-18 Masehi. Adapun perahu “phinisi” yang terkenal dan

dianggap telah berusia ratusan tahun, bentuk dan model akhirnya sebenarnya baru

di temukan antara penghujung abad ke-19 hingga dekade 1930-an. Demikian pula

hanya dengan predikat bajak laut yang di berikan kepada orang Bugis, sama sekali

keliru dan tidak berdasar. Terlepas dari itu semua orang Bugis mempunyai ciri

khas dan sangat menarik, mereka adalah contoh yang jarang terdapat di wilayah

Nusantara. Mereka mampu mendirikan kerajaan-kerajaan yang sama sekali tidak

mengandung pengaruh india, dan tanpa mendirikan kota sebagai pusat aktivitas

mereka. Orang bugis yang memiliki tradisi yang kesusastraan, baik lisan maupun

tulisan. Berbagai karya sastra tulis yang berkembang seiring dengan tradisi lisan,

hingga kini masih tetap di baca dan di saling ulang.

Perpaduan antara tradisi lisan dan sastra tulis itu kemudian menghasilkan

epos sastra terbesar di dunia yakni La Galigo yang lebih panjang dari

Mahabarata. Selanjutnya sejak awal abad ke-17 Masehi setelah menganut agama

Islam orang Bugis bersama orang Aceh dan Minangkabau di Sumtra, orang

Melayu di Sumatra, Kalimantan dan Malaysia, orang Moro di Mindanao, orang

banjar di kalimantan, orang sunda di jawa barat, dan orang Madura di pulau

Madura di Jawa Timur di cap sebagai orang Nusantara yang paling kuat identitas

ke Islamannya. Orang Bugis malah menjadi agama Islam sebagai bagaian integral

dan isensial dari adat istiadat dan budaya mereka. Meskipun demikian pada saat

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

25

yang sama berbagai kepercayaan peninggalan pra Islam tetap mereka pertahankan

sampai abad ke-20.

Salah satu peninggalan darai pra Islam itu, yang mungkin paling menarik

adalah (tradisi) para bissu sebuah kelompok yang terdiri atas pendeta-pendeta

“wadam” yang masih menjalankan ritual perdukunan serta dianggap dapat

berkomunikasi dengan Dewa-Dewa leluhur. Bagi suku-suku lain di sekitarnya

orang bugis dikenal sebagai orang yang berkarakter, keras dan sanagat

menjunjung tinggi kehormatan, bial perlu demi mempertahankan kehormatan

mereka bersedia melakukan tindak kekerasan. Namun demikian, di balik sifat

keras itu orang bugis juga dikenal sebagai orang yang ramah dan sanagat

menghargai orang lain dan sangat tinggi rasa kesetiakawanannya. Dalam

kehidupan masyarakat Bugis sendiri interaksi sehari-hari pada umumnya

berdasarkan sistem patron-klien sistem kelompok kesetiakawanan antara seorang

peminpin dengan pengikutnya, yang saling kait mengait dan bersifat menyeluruh,

namun demikian mereka tetap memiliki rasa keperibadian yang kuat. Meskipun

orang bugis merupakan salah satu suku yang memiliki sistem hirarkis paling rumit

dan tampak kaku, akan tetapi pada sisi lain prestise dan hasrat berkompetisi untuk

mencapai kedudukan sosial tinggi, baik melalui jabatan maupun denagan

kekayaan, tetap merupakan faktor pendorong utama yang menggerakkan roda

kehidupan sosial ke masyarakatan mereka.

Mungkin ciri khas yang berlawanan itulah yang membuat orang bugis

memiliki mobilitas snagat tinggi dan memungkinkan mereka menjadi perantau. Di

seluruh wilayah Nusantara di semenenjang Melayu dan Singapura hingga pesisir

barat Papua, dari Filipina Selatan dan Kalimantan Utara hingga Nusa Tenggara

dapat di jumpai orang Bugis yang sibuk dengan aktivitas pelayaran, perdagangan,

pertanian, pembukaan lahan perkebunan di hutan, atau pekerjaan apa saja yang

dianggap mereka sesui dengan kondisi ruang dan waktu. Tidak pelak lagi

kemepuan mereka untuk berubah dan menyesuaikan diri, merupakan modal

terbesar yang memungkinkan mereka dapat bertahan dimana-mana selama

berabad-abad. Dan walau mereka sering menyesuaikan diri dengan keadaan

sekitarnya orang bugis tetap mampu mempe rtahankan identitas “kebugisan”

mereka. Pilras (2006 : 1-5).

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

26

1) Letak Geografis dan Demografi Suku Bugis

Sejak awal kondisi geografis dan ekologis pulau Sulawesi kuhususnya yang

terletak di semenanjung barat daya merupakan faktor yang menentukan perjalanan

sejarah dan pembentukan identitas orang Bugis. Meskipun wilayah Sulawesi

cukup luas (191.800 km²) lebih luas dari gabungan pulau jawa dan madura

(128.000 km²), serta merupakan salah satu pulau terbesar di Nusantara, namun

pulau Sulawesi kurang di kurang dikenal luas. Pada abad ke-16 masehi, pelaut

Eropa pertama yang mengunjungi pualau sulawesi menghabiskan waktu tiga

puluh tahun untuk menyadari bahwa tempat yang mereka datangi sebenarnya

merupakan sebuah pulau besar, bukan dua pualau berbeda (pulau Celebes di utara

dan pulau Macacar di selatan). Orang Bugis zaman dulu menganggap nenek

moyang mereka adalah pribumi yang telah didatangi titisan langsung dari dunia

atas yang turun (manurung) atau dari dunia bawah yang naik (tompo) untuk

membawa norma dan aturan sosial ke bumi (Pelras, The Bugis, 2006). Umumnya

orang-orang Bugis sangat meyakini akan hal to manurung, tidak terjadi banyak

perbedaan pendapat tentang sejarah ini. Sehingga setiap orang yang merupakan

etnis Bugis, tentu mengetahui asal-usul keberadaan komunitasnya.

Kata Bugis berasal dari kata to ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan

"ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Cina (bukan negara Cina, tapi yang

terdapat di jazirah Sulawesi Selatan tepatnya Kecamatan Pammana Kabupaten

Wajo saat ini) yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat LaSattumpugi menamakan

dirinya, mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To

Ugi atau orang-orang pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah

dari We Cudai dan bersaudara dengan BataraLattu ayahanda dari Sawerigading.

Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak,

termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar. Sawerigading Opunna

Ware (Yang Dipertuan Di Ware) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra

La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal

dalam tradisi masyarakat Luwuk Banggai, Kaili, Gorontalo, dan beberapa tradisi

lain di Sulawesi seperti Buton. Sulawesi Selatan adalah sebuah provinsi di

Indonesia, yang terletak dibagian selatan Sulawesi. Ibu kotanya adalah Makassar,

dahulu disebut ''Ujung pandang''. Sampai dengan Juni 2006, jumlah penduduk di

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

27

Sulawesi Selatan terdaftar sebanyak 7.520.204 jiwa, dengan pembagian 3.602.000

laki-laki dan 63.918.204 orang perempuan dan memiliki relief berupa jazirah-

jazirah yang panjang serta pipih yang ditandai fakta bahwa tidak ada titik daratan

yang jauhnya melebihi 90 km dari batas pantai. Kondisi yang demikian

menjadikan pulau Sulawesi memiliki garis pantai yang panjang dan sebagian

daratannya bergunung-gunung. Provinsi Sulawesi Selatan terletak di 0°12' - 8°

Lintang Selatan dan116°48' - 122°36' Bujur Timur. Luas wilayahnya 62.482,54

km². Provinsi iniberbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di utara,

Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di timur, Selat Makassar di barat, dan Laut

Flores di selatan. Kombinasi ini meghamparkan alam yang mempesona dipandang

baik daridaerah pesisir maupun daerah ketinggian. Sekitar 30.000 tahun silam,

pulau Sulawesi telah dihuni oleh manusia.

Peninggalan peradaban di masa tersebutditemukan di gua-gua bukit kapur

daerah Maros kurang lebih 30 km dariMakassar, ibukota Propinsi Sulawesi

Selatan. Peninggalan prasejarah lainnya yang berupa alat batu peeble dan flake

serta fosil babi dan gajah yang telah punah, dikumpulkan dari teras sungai di

Lembah Wallanae, diantara Soppeng dan Sengkang, Sulawesi Selatan. Pada masa

keemasan perdagangan rempah-rempah di abad ke 15 sampai dengan abad ke19,

Kerajaan Bone dan Makassar yang perkasa berperan sebagai pintu gerbang ke pusat

penghasil rempah, Kepulauan Maluku. Sejarah itu telah memantapkan opini

bahwa Sulawesi Selatan memiliki peran yang sangat strategis bagi perkembangan

Kawasan Timur Indonesia. Penduduk Sulawesi Selatan terdiri atas empat suku utama

yaitu Toraja, Bugis, Makassar, dan Mandar. Suku Toraja terkenal memiliki

keunikan tradisi yang tampak pada upacara kematian, rumah tradisional yang

beratap melengkungdan ukiran cantik dengan warna natural. Sedangkan suku

Bugis, Makassar danMandar terkenal sebagai pelaut yang patriotik. Dengan

perahu layar tradisionalnya, Pinisi, mereka menjelajah sampai ke utara Australia,

beberapapulau di Samudra Pasifik, bahkan sampai ke pantai Afrika. Hasil

penelitian sejarahwan Australia Utara bernama Peter G. Spillet M,

mengungkapkan salah satu fakta yang tidak terbantahkan bahwa orang Sulawesi

Selatanlah yang pertama mendarat di Australia dan bukannya Abel

Tasman(Belanda) atau James Cook (Inggris) tahun 1642.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

28

Upaya pelurusan fakta sejarah tersebut dilakukan Peter yang kemudian

dijuluki Daeng Makulle dengan sangathati-hati melalui jejak, buku-buku sejarah

berupa hubungan orang Makassar dengan orang Aborigin (Merege). Orang

Makassar tiba di sana dengan menggunakan transportasi perahu. Orang Eropa

yang pertama kali mendarat di Sulawesi Utara dan Selatan adalah orang portugis,

para pedagang eropa itu tersebut mula-mula mendarat di pesisir barat Sulawesi

Selatan pada 1530. Akan tetapi pedagang portugis yang berpangkalan di Malaka

baru menjalin hubungan perdagangan secara teratur dengan Sulawesi Selatanpada

1559. Pada 1625, ketika hampir semua negara besar di Eropa (Belanda, Denmark,

Inggris, Perancis, Portugis) telah membuka pos perdagangan di makassar, barulah

proses pemetaan pulau Sulawesi menghasilkan peta dengan mutu yang cukup

memadai. Sebelumnya peta yang di buat oleh orang-orang Eropa sama sekali

tidak memberikan gambaran pulau Sulawesi yang sebenarnya.

Peta di terbitkan sejak 1534 hingga 1580 hanya berisi rekaan garis besar

pesisir pantai barat dan pesisir utara pulau Sulawesi. Peta tersebut sama sakali

tidak memuat teluk besar serta garis pantai di pesisir selatan dan timur pualau

Sulawesi. (Pelras:2006) “Premires Donees”. Tidak mengherankan jika pada

awalnya para pemeta Eropa mengira bahwa pulau Sulawesi itu terpisah, karena

pada saat itu pulau Sulawesi pun tidak memiliki jalan darat yang menghubungkan

keempat semenanjungnya yang membentang ke empat arah dari deretan

pegunungan pada pangkal pulau. Ketika itu ke empat semenanjung Sulawesi

praktis lebih mudah di capai lewat jalur laut kareana jalan darat baru di bangun

pada abad ke 1920-an, sebelumnya menelusuri pantai dengan berjalan kaki, naik

kuda pun sebenarnya tidak mudah kareana sebagian besar kawasan pantai

Sulawesi terjepit di antara gunung dan laut, sedangkan bagian lainnya adalah

daerah berawa dan terhalang oleh hutan bakau. Pelras (2006:5-7).

2) Sistem Kekerabatan

Sebagaimana umumnya pada masyarakat Austronesia khususnya orang-

orang Nusantara seperti Melayu, Jawa, Kalimantan, dan Filipina, orang Bugis pun

menganut sistem kekerabatan bilateral atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai

cognatic seseorang di telusuri dari garis keturunan dari pihak ayah maupun ibu.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

29

Satu hal yang umum pula berlaku di kalangan masyarakat Eropa, meskipun tidak

berlaku secara universal. Sebaliknya sistem kekrabatan kebanyakan masyarakat

non-Eropa, yang banyak di teliti oleh para ahli antropologi pada umumnya

menganut prinsip parilineal atau matrilineal.

Terminologi kekrabatan masyarakat bugis cukup sederhana dan tergolong

sistem kekerabatan “angkatan”. Seluruh kerabat yang berasal dari garis generasi

yang sama, baik laki-laki maupun perempuan saudara laki-laki maupun

perempuan atau sepupu di masukkan kedalam kategori “saudara” (sumpung lolo,

disebut juga silessureng atau se’ajing ‘satu asal’). Yang paling penting adalah

apakah dia apakah dia lebih tua (daeng = kaka) atau lebih muda (anri = adik).

Begitupula dengan halnya generasi yang dibawahnya panggilan untuk mereka

sama yakni (ana = anak) termasuk untuk anak kandung, kemanakan laki-lakai dan

perempuan, anak dari sepupu laki-laki dan perempuan, meskipun ada istilah

(anaure = kepenakan) untuk kepenakan laki-laki dan perempuan. Selanjunya baik

keturunan ‘ana’ maupun ‘anaure’ akan di sapa sebagai (eppo’ = cucu). Sementara

itu semua kerabat yang seangkatan dengan ayah atau ibunya akan di sapa (ama-

ure atau amure = paman) atau (ina-ure = bibi). Sedangkan orang tua dari bapak,

ibu, paman, dan bibi akan di sapa ‘nene’. (yang berarti kakek ataupun nenek).

Sementara itu biasanya akan sulit menentukan apakah orang yang di sapa

dengan sapaan-sapaan tersebut diatas benar-benar memiliki hubungan kekerabatan

dengan mereka. Hal itu di sebabkan adanya kecenderungan untuk secara otomatis

menyapa orang-orang dekat, meskipun tidak memiliki hubungan kekerabatan,

dengan sapaan sesui dengan generasi mereka masing-masing. Misalnya seorang

bapak akan otomatis menyapa putra sahabatnya dengan sapaan ana’ bukan karena

adanya hubungan darah dengannya, akan tetapi berasal dari generasi satu tingkat

dibawahnya (satu generasi dengan anaknya). Tentu juga pasti ada sapaan untuk

menentukan secara pasti hubungan kekerabatan satu sama lain, yakni dengan

menambahkan istilah khusus misalnya: silessureng rialeku (saudara saya sendiri)

atau anri ipa’ku (adik ipar saya) atau dalam sastra kuno ina teng-ncajianganga-a

(ibu yang tidak melahirkan saya sebagai pengganti anaure yaitu (bibi). Didalam

sistem bilateral, dimana baik garis keturunan ibu maupun ayah di perhitungkan,

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

30

konsep terpenting bukanlah marga yang tidak dikenal dalam masyarakat Bugis,

akan tetapi percabangan dari kedua sisi.

Dengan kata lain setiap orang memiliki dua garis nenek moyang, yakni garis

nenek moyang dari bapak dan ibu. Dari kedua garis keturunan tersebut akan

terbentuk jaringan sepupu dari kedua belah pihak yang memiliki dua pasang

kakek-nenek yakni orang tua bapak dan orang tua ibu, merekalah yang disebut

sebagai nenek wakkang (kakek-nenek pangkuan). Kemudian kedua pasang kakek-

nenek tersebut memiliki pola orang tua yang berjumlah empat pasang (nene uttu

“kakek-nenek lutut”). Lalu ke empat pasang kakek-nenek tersebut memiliki pula

orang tua yang berjumlah enam belas pasang “nenek palakaje” (kakek nenek

telapak kakai). Dua pasang kakek nenek menurungkan sepupu pertama empat

pasang orang tua dari kakek-nenek menurunkan sepupu kedua. Delapan pasang

dari orangtua kakek-nenek menurunkan sepupu ketiga. Dan akhirnya enam belas

pasang orang tua dari orang tuanya orang tua kakaek-nenenk menurunkan sepupu

empat kali. Secara berturut-turut sepupu pertama, kedua, ketiga, dan keempat

dalam bahasa bugis disebut sappo siseng, sappo wekkadua, sappo wekkatellu, dan

sappo wekka eppa.

Jadi setiap orang di kelilingi oleh kerabat yang berasal dari dua cabang,

garis bapak maupun garis ibu mulai dari yang paling dekat, misalnya cabang dari

kedua orang tuanya (sausara, kemanakan, cucu kemanakan) hingga kerabat jauh

yang berasal dari lima lapis nenek moyang yang menurunkan berbagai lapis

sepupu mereka. Hubungan kekerabatan tersebut biasanya disebut dengan istilah

asseajingeng (memeiliki asal usul sama). Jauh dekatnya hubungan kekerabatan di

tentukan oleh lapisan leluhur keberapa yang menghubungkan mereka. Hubungan

berdasarkan nenek moyang tersebut baik dari pihak bapak maupun ibu,

menyatukan mereka dalam suatu sistem kekerabatan dan memisahkan mereka

dengan “orang lain” (tau laeng). Masyarakat bugis tidak memiliki suatu kelompok

kekerabatan bilateral yang mengutamakan salahsatu pasangan nenek moyang saja

sebagai mana halnya dengan orang Toraja tetangga mereka yang hanya

memusatkan inti kelompok keluarga masing-masing pada sebuah rumah keluarga

(tongkonan). Yang terpenting dalam masyarakat bugis adalah di capanya derajat

yang tinggi dalam sistem stratifikasi sosial. Pelras (2006:175-177).

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

31

3) Perkawinan

Bagi masyarakat bugis, perkawinan berati siala saling mengambil satu sama

lain, jadi perkawinan adalah ikatan timbal-balik, walaupun mereka berasal dari

status sosial yang berbeda, tetapi setelah mereka menjadi suami istri mereka

merupakan mitra. Hanya saja perkawinan bukan hanya sekedar merupakan

penyatukan dua mempelai semata akan tetapi suatu upacara penyatuan dan

persekutuan dua keluarga yang biasanya telah memiliki hubungan sebelumnya

denagan maksud kian mempereratnya (mappassideppe mabela-e’ atau

mendekatkan yang sudah jauh) di kalangan masayarakat baiasa perkawinan

umumnya berlangsung antar keluarga dekat atau antar kelompok patronasi yang

sama (masalah”patron-klien” akan di abhas lebih lanjut), sehingga mereka akan

saling memahami sebelumnya. Oleh karena itu, mereka yang berasal dari daerah

lain, cenderung menjaling hubungan yang lebih dekat lagi dengan orang yang

telah mereka kenal baik melalui jalur perkawinan. Dengan kata lain, perkawinan

adalah cara terbaik membuat orang lain menjadi “bukan orang lain” (tania tau

laeng) hal ini juga sering di tempuh oleh dua sahabat atau mitra usaha yang

bersepakat menikahkan turunan mereka, atau menjodohkan anak mereka sejak

kecil.

Idealnya perkawinan di langsungkan dengan keluarga sendiri, perkawinan

antara sepupu, sepepu paralel (yaitu keduanya melalui sisi ibu dan sisi bapak) atau

pun sepupu silang yaitu satu dari sisi ibu maupun satu dari sisi bapak, dianggap

sebagai perjodohan terbaik. Ada silang pendapat dikalangan masyarakat Bugis

tentang lapisan sepupu yang ke berapa yang boleh dan tidak boleh di kawini.

Banyak yang menganggap bahwa perkawinan dengan sepupu satu kali

(perkawinan semacam ini disebut siala marola) “terlalu panas” sehingga

hubungan seperti itu jarang terjadi, kecuali di kalangan bangsawan tertinggi.

“darah biru” yang mengalir dalam tubuh mereka dan harus di pelihara membuat

mereka melakukan hal itu sebagaimana halnya dengan tokoh-tokoh yang ada

didalam La Galigo. Sementara masyarakat biasa lebih menyukai perkawinan

dengan sepupu kedua (siala me’meng), lalu sepeupu ketiga dan keempat. Hal

penting lainnya adalah pasangan yang hendak menikah tidak boleh berasal dari

generasi atau angkatan yang berbeda.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

32

Pasangan yang hendak menikah sebaiknya bersal dari generasi atau

“angkatan” yang sama. Perkawinan antara paman dan kemanakan perempuan,

atau bibi dan kemanakan laki-laki dilarang, dan hubungan badan diantara mereka

akan dianggap sebagai salimara (hubungan sumbang, inses) sementra itu,

perkawinan dengan anak dari sepupu keberapa pun sebaiknya di hindari. Naskah

silsilah yang ada menunjukkan bahwa aturan ini di tegakkan dengan sangat ketat,

dan jarang sekali terjadi pelanggaran. Mengingat seringnya para bangsawan,

begitu pula dengan anak-anak mereka kawin dengan perempuan dengan berusia

jauh lebih muda dari mereka, menyebabkan banyak putra bangsawan yang sebaya

usianya dengan kemanakan mereka. Namun tidak ada paman atau bibi yang kawin

dengan kemanakan mereka walaupun usia mereka sebaya. Bagi kaum bangsawan

faktor lain yang harus di perhatikan yang paling penting malah adalah kesesuaian

derajat antara laki-laki dan perempuan. Berbeda dengan bangsawan laki-laki yang

di perbolehkan kawin denagan pasangan berstatus lebih rendah, bangsawan

perempuan sama sekali tidak di perbolehkan menikah dengan yang lebih rendah

derajatnya.

Semakin tinggi status kebangsawanan seseorang, semakin ketat pula aturan

yang di berlakukan. Hal itu masih tetap berlaku hingga kini, namun di kalangan

bangsawan rendah kompromi kian hari kian cenderung terjadi. Istri utama pria

bangsawan tinggi (yang tidak mesti istri pertama) biasanya memiliki derajat

kebangsawanan yang sama dengan suaminya. Sementara istri-istri lainnya biasa

berasal dari kalangan lebih rendah, atau bahkan orang biasa. Selama sisitem

politik Bugis tradisional berlaku perinsip ini tetap di pegang teguh, karena akan

berdampak terhadap status keturunan mereka dan hak pewarisan tahta. Namun

demikian pertimbangan harta kekayaan sewaktu-waktu bisa menyebabkan di

abaikannya perinsip tersebut. Dahulu khususnya di kalangan orang Wajo’, laki-

laki dari keluarga kaya seriangkali di izinkan mengawini perempuan berstatus

lebih tinggi setelah melalui proses mangellidara atau “memebeli darah” yaitu

membeli derajat (kebangsawanan). Dalam proses pwrkawinan pihak laki-laki

harus memberiakan mas kawin kepada perempuan, Mas kawin terdiri atas dua

bagian sompa (secara harfiah berti “prsembahan” dan sebetulnya berbeda dengan

mahar dalam Islam) yang sekarang di simbolkan dengan sejumlah uang rella’

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

33

(yakni rial, mata uang portugis yang sebelumnya berlaku, antara lain di Malaka).

Rella di tetapkan sesuai status perempuan dan akan menjadi hak miliknya. Kedua

adalah dui menre’ (secara harfiah yang berarti denagan “uang naik”) adalah “uang

antaran” pihak pria kepada keluarga pihak perempuan untuk digunakan sebagai

pelaksanaan pesta perkawinan. Besarnya dui menre’ di tentukan oleh keluarga si

perempuan.

Selain itu di tambahkan pula yang dinamakan lise kawing (hadiah

perkawinan) dalam Islam disebut mahar atau hadiah kepada mempelai perempuan

baiasanya dalam bentuk uang akra akhir-akhir ini mahar kadang-kadang di ganti

dengan mushaf Alquran. Sebelum masa penjajahan belanda, laki-laki dari luar

wilayah tempat tinggal perempuan harus membayar pajak pallawa tana (secara

harfiah “penghalang tanah”) kepada penguasa setempat yang besarnya sesuai

sompa. Pelras (2006:178-180).

Upacara pesta perkawinan merupakan media utama bagi orang bugis untuk

menunjukkan posisinya dalam masyarakat misalnya, dengan menjalankan ritual-

ritual, mengenakan pakain, perhiasan, dan pernak-pernik lain tertentu sesuai

dengan tingkat kebangsawanan dan status sosial mereka, selain itu identitas,

status, dan jumlah tamu yang hadir juga merupakan gambaran luasnya hubungan

dan pengaruh sosial seseorang. Pesta perkawinan juga merupakan ajang bagi

pihak keluarga mempelai laki-laki dan perempuan untuk mempertontongkan

kekayaan mereka, kekayaan keluarga mempelai laki-laki dapat di lihat dari

besarnya dui’ menre’ (uang mahar) yang mereka persembahkan kepada mempelai

perempuan. Millar, Bugis wedings didalam Pelras (2006:184).

Salah satu dari tiga pengetahuan utama yang dimanfaatkan oleh masyarakat

Bugis untuk menempatkan diri pada hierarki masyarakat adalah pengetahuan

tentang individu diperlakukan dalam ritual resmi khususnya pada acara

perkawinan. Proses penyelenggaraan perkawinan masyarakat Bugis harus

dipatuhi, mengingat hubungan intim antara laki-laki dan perempuan menurut

masyarakat Bugis tanpa didahului dengan penyelenggaraan pesta perkawinan,

dianggap sebagai perbuatan yang sangat memalukan (mappakasiri’). Akibat rasa

malu tersebut akan berujung pada beban moral yang dirasakan oleh anggota

keluarga.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

34

Dalam kehidupan manusia Bugis Makassar, siri’ merupakan unsur yang

prinsipil dalam diri mereka. Tidak ada satu nilaipun yang paling berharga untuk

dibela dan dipertahankan di muka bumi selain dari siri’. Siri’ adalah jiwa mereka,

harga diri mereka, martabat mereka. Sebab itu untuk menegakkan dan untuk

membela siri’ yang dianggap tercemar atau dicemarkan oleh orang lain, maka

manusia Bugis akan bersedia mengorbankan apa saja termasuk jiwanya yang

berharga demi tegakknya siri’ dalam kehidupan mereka (Abdullah:37). Ada

beberapa tahap yang harus di lewati pada masyarakat bugis pada saat melakukan

pernikahan :

a) Tahap Penjajakan (Mappese’-pese’)

Tahap penjajakan ini dilakukan secara rahasia dan dilakukan oleh seseorang

perempuan paruh baya, yang akan melakukan kunjungan kepada keluarga

perempuan untuk mengetahui jati diri calon mempelai. Dari hasil penyelidikan,

apabila diketahui calon mempelai belum ada yang meminang, maka tahap yang

dilakukan selanjutnya adalah melakukan lamaran. Jika kemudian terjadi

kesepakatan maka ditentukanlah waktu madduta mallino (duta resmi)seperti

penjelasan informan Mardiah berikut ini:

Mappese’-pese’ merupakan proses awal sebelum melakukan Perkawinan.

Apabila pihak perempuan belum ada yang meminang, maka akan dilakukan

pelamaran secara resmi oleh keluarga laki-laki (Wawancara, 29 Januari 2012).

Biasanya orang yang datang mammanu’-manu’ adalah orang yang datang

tahap penjajakan supaya lebih mudah menghubungkan pembicaraan yang pertama

dan kedua. Berdasarkan pembicaraan antara pammanu’-manu’ dengan orang tua

calon perempuan, maka orang tua tersebut berjanji akanmemberi tahukan kepada

keluarga dari pihak laki-laki untuk datang kembali sesuai dengan waktu yang

ditentukan.

b) Kunjungan Lamaran (Madduta)

Pihak laki-laki mengirim utusan (keluarga atau orang kepercayaan) untuk

menyampaikan lamaran. Pada proses pelamaran, biasanya orang tua laki-laki

tidak terlibat dan pihak laki-laki juga tidak ikut serta. Utusan disebut sebagai to

madduta sedangkan pihak perempuan disebut sebagai to ridutai. To madduta

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

35

harus berhati-hati, bijaksana dan pandai membawa diri agar kedua orang tua gadis

tidak tersinggung. Proses pelamaran bertujuan untuk mengetahui bahwa

perempuan yang dilamar sudah ada yang meminang atau tidak. Penentuan waktu

perkawinan ditentukan oleh pihak perempuan setelah dirundingkan oleh keluarga

perempuan. Mallino artinya terang-terangan mengatakan suatu yang tersembunyi.

Jadi duta mallino adalah utusan resmi keluarga laki-laki ke rumah

perempuan untuk menyampaikan amanat secara terang-terangan apa yang telah

dirintis sebelumnya pada waktu tahap penjajakan dan mammanu’-manu’seperti

penjelasan informan Rahmatang berikut ini: Massita-sita (kumpul-kumpul

keluarga) dilakukan setelah proses mappese’-pese’. Pada acara ini pihak keluarga

perempuan mengundang pihak keluarga terdekatnya serta orang-orang yang

dianggap bisa mempertimbangkan hal lamaran pada waktu pelamaran

(Wawancara,28 Januari 2012 ).

Tujuan memanggil keluarga berkumpul pada proses kumpul-kumpul

keluarga untuk memberikan pertimbangan tentang hal-hal yang berhubungan

dengan pelamaran. Setelah rombongan to madduta (utusan) datang, kemudian

dijemput dan dipersilahkan duduk pada tempat yang telah disediakan. Dimulailah

pembicaraan antara utusan dengan to riaddutai, kemudian pihak perempuan

pertama mengangkat bicara, lalu pihak laki-laki mengutarakan maksud

kedatangannya.

c) Penerimaan lamaran (Mappettu ada)

Mappettuada maksudnya kedua belah pihak bersama-sama mengikat janji

yang kuat atas kesepakatan pembicaraan yang dirintis sebelumnya seperti

penjelasan informan berikut ini:

Apabila perempuan sudah menerima lamaran pihak laki-laki, maka pihak

perempuan masih merasa perlu untuk merundingkan dengan keluarganya. Apabila

telah disepakati dengan keluarga, barulah kemudian acara mappettu ada dilakukan

(Wawancara, 29 januari 2012).

Dalam acara ini akan dirundingkan dan diputuskan segala sesuatu yang

bertalian dengan upacara perkawinan seperti tanra esso (penentuan hari), balanca

(uang belanja) doi menre (uang naik) dan sompa (emas kawin) dan lain-lain.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

36

Apabila lamaran itu telah diterima oleh pihak keluarga gadis, untuk suatu

proses peminangan bagi orang kebanyakan, maka pada kesempatan itu juga kedua

belah pihak membicarakan jumlah mas kawin (sompa) dan uang belanja (dui’

balanca) yang merupakan kewajiban pihak keluarga laki-laki untuk biaya

pelaksanaan upacara/pesta perkawinan itu (Tang, 2009).

Setelah acara penerimaan lamaran selesai, maka para hadirin disuguhi

hidangan yang terdiri dari kue-kue tradisional masyarakat Bugis yang pada

umumnya manis-manis agar hidup calon pengantin selalu manis dikemudian hari.

Masih ada kemungkinan pesta perkawinan tidak bisa dilakukan, apabila tidak

terjadi kesepakatan anatara kedua pihak. Ketidak sepakatan biasanya disebabkan

ketidakmampuan pihak laki-laki untuk memenuhi sejumlah uang belanja yang

ditetapkan.

d) Penyerahan uang belanja (Mappenre’ dui)

Uang belanja atau dui menere’ merupakan uang antaran yang harus

diserahkan oleh keluarga laki-laki kepada keluarga perempuan sebagai biaya dari

prosesi perkawinan. Penyerahan uang belanja ini juga menelan biaya yang

banyak, dimana keluarga perempuan akan membuat persiapan yang besar untuk

menyambut kedatangan rombongan calon mempelai laki-laki yang akan

membawa uang antaran.Informan Rahmatang menjelaskan tentang uang belanja

berikut ini:

Di Desa Pakkasalo pada tahun 2003 lalu, waktu Agustina menikah,

sebelumnya pada acara mappenre dui, tidak ada sama sekali keluarga yang

dipanggil hanya mereka. Keluarga laki-laki juga tidak banyak yang datang. Ini

sebenarnya bagus juga karena bisa berhemat. Tidak banyak lagi biaya yang

dikeluarkan (Wawancara, 29 Januari 2012).

Saat ini, ada beberapa orang yang sudah mulai meninggalkan proses ini,

dimana hanya ada penyerahan oleh keluarga laki-laki kepada keluarga perempuan

tanpa mengundang banyak orang dan melakukan penyambutan. Ini dilakukan

untuk menghemat pengeluaran. Dalam masyarakat Bugis, proses ini disebut

siponcing.

e) Pesta tudang botting (pesta perkawinan)

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

37

Setelah akad perkawinan berlangsung, biasanya diadakan acara resepsi

(walimah) dimana semua tamu undangan hadir untuk memberikan doa restu dan

sekaligus menjadi saksi atas Perkawinan kedua mempelai agar masyarakat tidak

berburuk sangka ketika suatu saat melihat kedua mempelai bermesraan. Secara

umum proses ini terbagi atas dua tahapan, antara lain:

Upacara Sebelum Akad Perkawinan: Setelah tercipta kesepakatan antara

kedua pihak, kesibukan akan dimulai. Semakin tinggi status sosial dari keluarga

yang akan mengadakan pesta perkawinan itu lebih lama juga dalam persiapan

yang dilakukan. Untuk pelaksanan perkawinan dilakukan dengan menyampaikan

bahwa akan ada pesta perkawinan kepada seluruh keluarga dan rekan-rekan. Hal

ini dilakukan oleh beberapa orang perempuan dan laki-laki dengan menggunakan

pakaian adat. Kegiatan ini dinamakan dengan mappaisseng. Tiga malam berturut-

turut sebelum hari perkawinan calon pengantin mappasau (mandi uap), calon

pengantin memakai bedak hitam yang terbuat dari beras ketan yang digoreng

sampai hangus yang dicampur dengan asam jawa dan jeruk nipis.

Setelah acara mappasau (mandi uap), calon pengantin dirias untuk upacara

mappacci atau tudang penni. Acara wenni mappacci secara simbolik

menggunakan daun pacci (pacar), dimana setelah acara ini berarti calon mempelai

telah siap dengan hati yang suci bersih serta ikhlas untuk memasuki alam rumah

tangga, dengan membersihkan segalanya, termasuk: mappaccing ati (bersih hati) ,

mappaccing nawa-nawa (bersih fikiran), mappaccing pangkaukeng (bersih/baik

tingkah laku /perbuatan), mappaccing ateka (bersih itikat).Setelah pelaksanaan

acara mappacci, maka dilanjutkan dengan akad nikah (kalau belum melakukan

akad nikah). Pada masyarakat Bugis Bone kadang melaksanakan akad nikah

sebelum acara perkawinan dilangsungkan yang disebut istilah kawissoro. Kalau

sudah melaksanakan kawissoro hanya diantar untuk melaksanakan acara

mappasilukang dan makkarawa yang dipimpin oleh indo botting. Pada acara

resepsi sebelum tamu datang, akan diadakan penyelenggaraan upacara khatam Al-

Qur’an (mappanretemme). Pada acara resepsi juga akan ditampilkan acara hiburan

(musik) untuk menghibur para tamu yang datang.

Pertemuan resmi setelah perkawinan: Setelah pesta selesai, maka akan

diadakan acara menginap tiga malam, dimana perempuan menginap di rumah

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

38

laki-laki. Saat ini tiga malam masa menginap dipersingkat mejadi satu malam.

Setelah acara ini selesai, maka dilanjutkan dengan siara kubur. Prosesi ini ditutup

dengan acara massitabaiseng atau pertemuan antara mertua dengan mertua.Pada

acara resepsi ada yang dinamakan dengan ana botting, hal ini dinilai mempunyai

andil sehingga merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan pada masyarakat Bugis

Bone. Sebenarnya pada masyarakat Bugis, ana botting tidak dikenal dalam

sejarah, dalam setiap perkawinan kedua mempelai diapit oleh balibotting dan

passepik yang bertugas untuk mendampingi pengantin di pelaminan. Ana botting

dalam perkawinan merupakan perilaku sosial yang mengandung nilai-nilai

kemanusiaan dan merupakan ciri khas kebudayaan masyarakat Bugis pada

umumnya dan orang Bugis pada khususnya, karena kebudayaan menunjuk kepada

berbagai aspek kehidupan yang meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan dan

sikap-sikap serta hasil kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat satu

kelompok penduduk tertentu.

4) Agama dan Ritual

Agama merupakan unsur penting yang menentukan identitas suatu

masyarakat. oleh karena itu, diterimanya Islam sebagai agama orang Bugis

merupakan suatu peristiwa yang sangat penting. Orang Bugis bersama orang

Aceh, Melayu, Banjar, Sunda, Madura, dan tentu saja orang Makassar dianggap

termasuk di antara orang Indonesia yang paling kuat dan tangguh memeluk ajaran

Islam. Dan memang hampir semua orang Bugis adalah penganut agama Islam,

kecuali komunitas kecil To-Lotang yang menganut aliran kepercayaan pribumi.

Sejak abad ke-17 mereka bermukim tertama di Amparita (sidenreng) populasinya

di abad ke 1980-an mungkin tidak lebih dari 20.000 orang. Kekecualian lain

adalah sekian ratus orang keristen Bugis (di soppeng). Para penganut agama Islam

biasanya di persatuakan oleh satukan oleh satu ikatan persaudaraan sesama

muslim (ukhuwah Islamiyah) yang menjadikan muslim yang satu bersaudar

dengan muslim yang lainya.

Kemungkinan besar hal inilah yang yang mendasari kecenderungan orang-

orang Bugis, Mandar, Ma’senrenmpulu, dan Makassar membentuk semacam

etitas supra etnis Bugis Makassar yang semakin kuat sebagai sesama orang Islam

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

39

Sulawsi Selatan. Berbagai etnis terbuat akan senang hati memperkenalkan diri

mereka kepada orang luara sebagai “orang Bugis-Makassar”. Hanya saja realistis

ke Islaman orang Bugis sebenarnya jauh lebih kompleks dari gambaran tersebut.

Di satu sisi, agama Islam memang telah menjadi bagian dan hadir dalam begitu

banyak aspek kehidupan orang Bugis. Hal itu dapat di lihat pada peraktik

peribadatan mereka nama-nama muslim yang mereka sandang hadirnya mesjid

dan lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti madrasah, pesantren, universitas-

universitas Islam, dan sebagainya serta berbagai bentuk istitusi lainnya. Akan

tetapi di sisi lain orang yang pernah berhubungan langsung dengan berbagai

komunitas Bugis di Sulawesi Selatan, baik di desa maupun di kota di kalangan

masyarakat biasa maupun di kalangan bangsawan, tentu perna pula menyaksikan

berbagai unsur kepercayaan pra-Islam yang masih tersisa. Misalnya, ritual-ritual

masyarakat, kepercayaan mereka terhadap mitos pra-Islam, persembahan kepada

benda-benda pusaka dan tempat-tempat keramat, serta kehadiran sejumlah

pendeta bissu yang masih tetap berperan aktif. Padahal semua unsur tersebut

sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang mereka anut.

Di terimanya Islam di kalangan elite Sulawesi Selatan sejak awal proses

Islamisasi tampaknaya berbarenagan dengan dua kecenderungan yang saling

berlawanan yakni kuatnya keinginan kalanagan bangsawan tinggi untuk tetap

mempertahankan sinkretisme, dan kecenderungan kalangan pedagang dan pelaut

untuk menerapkan ajaran Islam yang benar (ortodoks). Akan tetapi hal itu bukan

berarti bahwa semua bangsawan pasti cenderung ke arah sinkretisme, atau

peraktik sinkratisme hanya ada pada kalangan bangsawan tinggi. Demikian pula

denagan sebaliknya orang yang berasal dari aristokrat bangsawan tinggi adapula

yang menganut dan taat menjalankan ajaran Islam yang benar. La

Maddaremmeng, Raja Bone abad ke-17, misalnya memutuskan untuk menetapkan

syariat Islam, melarang praktik-peraktik tahayul menghalau bissu dari

kerajaannya, dan memerdekakan budak. La Madaremmeng adalah seorang sufi

yang sejumlah tulisannya masih beredar di kalangan ulama Bugis. Peran sufime

dan terekat dalam penyebaran Islam di Sulawesi Selatan memang sangat besar.

Contoh sufi lainnya adalah Syekh Yusuf yang sanagat terkenal dan

memiliki hubungan dekat dengan keluarga penguasa Goa. Di usia 19 tahun,

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

40

tepatnya pada 1645 beliau meninggalkan Makassar menuju Mekah. Sebelumnya,

ia singgah belajar pada sufi Nuruddin ar-Raniri di Aceh, kemudian ke Yaman dan

sempat berguru kepada dua orang sufi. Setelah belajar di Mekah Syekh Yusuf

selanjutnya ke Damsyik, lagi-lagi untuk mendalami tasawwuf. Di sanalah dia

mengenal dengan ajaran tarekat Khawatiyya. Sekembalinya dari Mekah pada

1678, Syekh Yusuf begitu terkejut menyaksikan buruknya penerapan ajaran Islam

di Sualawesi Selatan. Dimana-mana orang berjudi, minum tuak, menghirup

candu, serta menyembah dan memuja berhala dengan bebas, bahkan di tolerir oleh

penguasa atau raja-raja muslim. Usahanya memberantas peraktik-peraktik yang

bertolak belakang dengan ajaran Islam di tentang keras oleh pra bangsawan yang

masi memegang teguh sinkretisme dan dapat mungkin berusah mempertahankan

taradisi yang berlaku di tengah masyarakat. selang beberapa saat kemudian Syekh

Yusuf meninggalkan makassar menuju Bnten, Jawa Barat. Sebelumnya ia

menunjuk salah seorang muridnya untuk menyebarluaskan tarekat Khalawatiyya

di Sulawesi Selatan. Pada mulanya tarekat tersebut hanya di pusatkan di

lingkungan bangsawan (Brunessen, “Khalawatiyya”).

Setelah proses Islamisasi hubungan perniagaan, politik dan intelektual

Sulawesi Selatan dan pulau-pulau lainnya di Asia Tenggara dan dengan kerajaan

lainnya seperti Aceh, Malaka, Sulu, Brunei, Banjarmasin, Banten, Buton dan

Ternate semakin berkembang pesat, hubungan serupa juga di jalani dengan

berbagai wilayah Asia lainnya termasuk di negara-negara muslim di India dan

Timur Tengah serta tentu saja Mekah, tempat banyak kalangan muda menuntut

ilmu agama dan kembali sebagai ulama terpelajar, dan meyebarluaskan

pengetahuan kepada masyarakat. Hasilnya dampak pembaharuan pemikiran Islam

di dunia muslim pada masa itu, cepat atau lambat akan masuk pula ke Sulawesi

Selatan. Pada abad ke 18 babak baru perkembangan khazanah pemikiran Islam di

sulawesi selatan di warnai dengan penulisan Buku Budi Istiharat Indra Bustanil

Arifin oleh seorang penulis bugis yang dikenal namanya. Karya tersebut agaknya

banyak di ilhami tradisi lisan Melayu, Indo, Persia, dan jika bukan saduran, mirip

dengan mahkota segala raja (Melayu) atau Tajus-Salatin (Arab) yang di tulis di

Aceh seabad sebelumnya di tulis oleh Syeh Bukhori Al-johari.

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

41

Naskah tersebut serta naskah yang serupa lainnya beisi kisah-kisah untuk

menggantikan mitos-mitos paganisme (dari zaman pra-Islam) tentang raja sebagai

turunan dewata yang menjadi landasan kekuasaan kaum aristokrat. Kisah-

kisahnya di beri muatan ideologi berbasis Islam yaitu penguasa dianggap tidak

lebih dari wakil atau khalifah Tuhan dimuka bumi. Sebenarnya ideologi seperti itu

bukanlah hal baru di dunia Melayu, dan merupakan konsep pemikiran Islam

zaman pertengahan dan dipengaruhi oleh pemikiran persia, raja di pandang

sebagai “Bayangan Tuhan” pemikiran ini dijadikan konsep dasar sejumlah

kesultanan Melayu, sehingga tentu telah berkenalan pula dengan konsep itu

(Milner, “Malay Kingship”) Pelras (2006 : 209-2012).

5) Kesastraan dan Seni

Meskipun orang Bugis kaya akan sastra lisan dan tulisan tulisan namun hal

itu sangat jarang di teliti dan jauh kurang dikenal daripada sastra Melayu, Jawa,

atau Bali, Padahal kesusastraan Bugis tidak kalah banyak jenis dan bentuknya

termasuk didalamnya adala salah satu karya epos terpanjang di dunia, kronik

sejarah, ikhtisar perundang-undangan, almanak, risalah hal-hal peraktis, kumpulan

kata-kata mutiara, teks ritual pra Islam, karya-karya Islami, dongeng dan berbagai

cerita, berbagai jenis sajak kecuali teks drama (teater).

Berbeda dengan kebudayaan Sunda, Jawa, Madura, dan Bali, kebudayaan

Bugis tradisional tidak mengenal seni pertunjukan teaterikal, baik yang di

lakonkan oleh manusia maupun dalam bentuk wayang kulit, seni tari Bugis pun

tidak berisi cerita (sendratari). Sedangkan seni musik bugis berbeda dengan

gamelangan karena sebagian besar menggunakan alat musik Austronesia murni

yang banyak diantaranya berupa alat musik tak bernada, sementara pertunjukan

seni suara, baik lagu-lagu bernada datar (untuk epos atau pembacaan doa),

maupun lagu-lagu yang berirama melodis (untuk menyampaikan cerita atau

sajak), adalah salahsatu medium utama untuk menyajikan karya sastra (baiak

sastra lisan, maupun sastra tulisan) yang tampaknya tidak memperlihatkan

pengaruh India. (Pelras, 2006:224-225).

a) Musik,Tari, Dan Lagu-Lagu Ritual

Musik dan bunyi-bunyian tak bernada berperang penting dalam ritus Bugis

kuno, yang masih terlihat dalam peraktik bissu sampai kini. Di bunyikannya juga

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

42

kancnci (kancing) dan bermacam-macam bunyi-bunyian dari besi atau bambu

dalam beberapa ritus rakyat merupakan salah satu warisan ritus Bugis kuno yang

di sederhanakan. Dalam ritus itu mantra tidak di ucapkan dengan suara keras dan

tidak ada lagu atau taraian ritual yang menyertainya. Sedangkan yang khas dalam

upacara bissu justru digunakannya juga ucapan serta nyanyian doa pujian dan

syair ritual serta diadakannya tarian ritual. Adapun teks ritual bissu sebagian besar

diantaranya merupakan lagu-lagu vokal murni. Sedangkan sabo’ suatu mantara

yang di lagukan sambil menari dalam suatu lingkaran, hanya di iringi tabuhan

gendang. Alat musik utama dalam ritual bissu adalah gendang (gendrang) berkulit

dua yang di tabuh oleh pemainnya dengan kedua tangannya. Gendang itu, tanpa

nyanyian, di tabuh oleh pemain gendang bukan bissu, antara lain untuk

mengiringi tarian ma’giri (tarian menikam diri sendiri) yang dilakukan oleh bissu

dalam keadaan kesurupan (a’soloreng) gendang juga ditabu untuk mengiringi

mantra yang dinyanyikan dalam upacara “membangunkan” bajak keramat yang

dianggap “sedang tidur”, sebelum di turunkan untuk membajak sawah pertama

kali dalam upacara ma’palili.

Bunyi-bunian tak bernanda (poni-oni) yang digunakan dalam upacara bissu

memiliki berbagai macam jenis dan bentuk. Ada yang terbuat dari besi (tetti’-

laguni, suji kamma, ana beccing, dan sebagainya) yang saling dibenturkan yang

satu dengan yang lain. Ada pula yang terbuat dari bambu seperti lea-lea, yang

digunakan sepasang-sepasang untuk memukul sebatang kayu atau sebila bambu

lain secara silih berganti. Di samping itu, digunakan pula gong besar (juga disebut

gong dalam bahasa Bugis) yang di pukul dengan palu khusus, dan kancnci,

sepasang simbal kuningan yang saling dibenturkan dan saling digesekkan.

Berbeda dengan bunyi gong yang berdengung, kancnci menghasilkan bunyi yang

agak “ menusuk gendang telinga”. Di samping pemakaiannya dalam ritual bissu

kumpulan sebagian atau seluruh alat tersebut di tambah serunai (pui’-pui)

sehingga berbentuk semacam “orkes” yang di namakan gaukeng atau gau datu,

dapat dimainkan pada kesempatan upacara perkawinan atau upacara paska

kelahiran anak di kalanagan bangsawan tinggi.

Suatu bentuk musik perkusi khas dapat di temukan pada ritual ma’-

padendang (menumbuk lesung) yang dilakukan pada saat pesta panen atau ketika

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

43

terjadi gerhana. Instrumen besar yang terbuat dari batang pohon yang di lubangi

tersebut di gantung bebereapa inci diatas lubang di tanah yang berfungsi sebagai

“kota pemantul suara”. Para muda-mudi menggunakan tongkat kayu sebagai

pengganti alu bambu yang digunakan menumbuk padi bergantian menumbuk

lesung sepanjang siang dan malam mengikuti irama, gadis-gadis menumbuk

lubang lesung dengan ketukan teratur, semantara para pemuda menumbuk kedua

ujung lesung dengan irama lebih bersingkope. “ alat musik” itu kadang-kadang di

sertai pula gendang dan gong. (Pelras, 2006, halaman 225-226) .

b) Tulisan Dan Aktivitas Baca Tulis

Menurut Pelras (2006), orang Bugis mungkin telah mengenal dunia tulis-

menulis jauh lebih lama dari sangkaan mereka sendiri atau perkiraan ilmuwan

asing. Sebuah tradisi lisan Sulawesi Selatan menghubungkan penciptaan aksara

Bugis Makassar yang kini digunakan, dengan seorang yang bernama Daeng

Pammate, Syahbandar Makassar pada masa pemerintahan raja Gowa, Daeng

Matanre Tumparisi’ Kallonna (±1511-1548). Ini tidak serta merta berarti orang

itulah yang telah menciptakan akasara tersebut dari nol, mengingat miripnya

aksara Bugis Makassar dengan aksara yang digunakan di Sumatra, Filipina,

Flores, dan Sumbawa.

Kemiripan itu justru mengisyaratkan adanya persamaan asal-usul aksara

mereka yang berasal dari periode jauh sebelum abad ke-16. Carawfurd

(Descriptive Dictonary : 88) sudah memperhatikan bahwa aksara Bugis berbeda

dengan aksara jawa yang memiliki urutan Ha, Na, Ca, Ra, Ka. Aksara bugis

menggunakan sistematika urutan ( ka, ga, nga, pa, ba, ma, ta, da, na, nra, ca, ja,

nya, nca, ya, ra, la, wa, sa, ha) yang lebih dekat dengan aksara Sanskerta, yang

juga digunakan dalam aksara ka, ga, nga Melayu Sumatra Selatan, dan mirip

dengan sistematika yang di pakai dalam kajian linguistik modern. Apa yang

dilakukan Daeng Pammate’ mungkin sekedar melakukan perubahan, baik

terhadap aksara awal Makassar (yang berbeda dengan aksara Bugis), maupun

terhadap pemanfaatan tulisan untuk tujuan-tujuan baru. Isi kronik sejarah

Makassar dan Bugis yang kian rinci sejak abad ke-16 merupakan indikasi semakin

banyaknya pula sumber-sumber tertulis pada masa itu. Akan halnya aksara Bugis,

kita tahu pasti bahwa aksara itu telah mengalami beberapa perubahan seiring

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

44

bergantinya waktu. Huruf ngka, mpa, nca, yang hanya terdapat dalam aksara

Bugis dan tidak di temukan dalam aksara Makassar, tampaknya baru ditambahkan

belakangan. Mungkin pada abad ke-19.

Pada beberapa manuskrip tua La Galigo terdapat beberapa aksara yang

berbeda bentuknya dengan yang kini digunakan. Di Luwu’ terdapat pula tradisi

penulisan dokumen yang mula-mula hanya beredar di lingkungan bangsawan

tinggi yang di tulis dengan aksara khusus yang disebut samparana. Aksara ini

mungkin memiliki susunan kata sama dengan aksara Bugis yang penggunanannya

disebutkan terdapat dalam sejumlah naskh dari Luwu’ yang tersimpan di

Perpustakaan Museum Nasional Jakarta (Noorduyn dan M. Salim, “Buginese

Characters”, 351-352). Hal menarik dari susunan suku katanya adalah adanya

aksara tertentu, bukan hanya konsonan ganda, namun juga konsonan rangkap nta,

nda, dan nja (yang juga terdapat dalam aksara Ka, Ga, Nga, Melayu, tetapi tidak

ditemukan pada aksara Bugis biasa).

b. Suku Makassar

Suku Makassar merupakan sebutan terhadap salahsatu suku etnis yang

mendiami daerah Sualawesi Selatan tepatnya didaerah kabupaten Gowa, Takalar,

Jeneponto, Bantaeng dan beberapa daerah lainnya. Selain itu kata Makassar juga

selalu diidentikkan dengan nama sebuah kerajaan pada zaman dahulu yakni

kerajaan Makassar. Menurut Basang, 1972:1-2 didalam Faidi, 2014:3-8, kata

makassar berasal dari kata Mangkasarak. Sedangkan kata Mangkasarak sendiri

merupakan gabungan dari prefiks Mang mengandung makna dua hal yaitu

memiliki sifat seperti yang terkandung dalam dasarnya dan menjadi atau

menjelma diri seperti yang dinyatakan oleh kata pangkalnya. Sedangkan kata

dasar Kasarak mengandung arti terang, nyata, jelas, tegas, tampak, besar. Dengan

demikian maka kata Mangkasarak mengandung arti memiliki sifat besar (mulia)

dan berterus terang (jujur).

Beberapa penulis terdahulu sering mengidentikkan suku Makassar dengan

suku Bugis. Dalam berbagai penulisan hasil penelitian terdahulu begitu banyak

yang menuliskan keduanya dalam satu sebutan, yaitu Bugis-Makassar.

Kemungkinan besar hal tersebut terjadi karena keduanya merupakan dua etnis

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

45

yang sama-sama berasal dari rumpun Melayu-Dutro sehingga keduanyapun

memiliki kebudayaan yang hampir sama satu sama lain.

Sebuah pemikiran mengatakan bahwa Bugis dan Makassar merupakan dua

suku etnis yang serumpun, kemungkinan besar lebih di dasarkan pada sebuah

peristiwa penaklukan yang dilakukan oleh kerajaan gowa terhadap kerajaan Bone

dan Wajo. Meski demikian keduanya merupakan suku etnis yang memiliki

kekhasan masing-masing. Dari segi bahasa misalnya suku Bugis dan suku

Makassar memiliki bahasa yang berbeda meski uku Bugis dan Makassar sama-

sama termasuk dalam satu rumpun bahasa Sulawesi Selatan, tetapi keduanya

berasal dari sub-kelompok yang berbeda.

Bahasa Makassar termasuk dalam sub-kelompok yang sama dengan bahasa

Bentong, Konjo, dan Selayar. Sedangkan bahasa Bugis bagian dari sub-kelompok

yang sama dengan bahasa Campalagian dan dua bahasa di pulau Kalimantan yaitu

bahasa Embaloh dan bahasa Taman. Perbedaan kelompok dan bahasa tersebut

merupakan salah satu indikasi bahwa Bugis dan Makassar memiliki ke Khasan

masing-masing. Konon kerajaan Makasaar tersebut merupakan salah satu

kerajaan yang begitu keras menentang penjajahan Belanda. Dalam kegigihannya

melawan pasukan Belanda, Makassar memiliki toko pahlawan yang dikenal

dengan nama Karaeng Galesong. Karaeng Galesong merupakan salah satu tokoh

sentral Gowa yang terkenal karena kegagahannya dalam menentang belanda,

beliau merupakan salah satu tokoh yang tak kenal menyerah dan tak takluk

kepada pasukan Belanda. Bersama armada lautnya yang perkasa Karaeng

Galesong senang tiasa memerangi pasukan kapal laut Belanda yang mereka temui.

Akibat keganasannya tersebut, para pasukan Belanda menjulukinya dengan

sebutan “Si Bajak Laut”.

Terlepas dari itu orang-orang makassar sendiri menyebut diri mereka

dengan sebutan Mangkasara yang berarti “mereka bersifat terbuka” selain itu

orang-orang Makassar sendiri terkenal dengan panggilan Daeng. Selain suku

makassar daerah Sulawesi Selatan didiami oleh beberapa suku etnis yaitu suku

Bugis, Mandar dan Toraja. Dalam sejarahnya suku Makassar merupakan suku

etnis yang memiliki karakter suka berperang, penakluk demokratis dalam

pemerintahan dan terutama mereka dianggap sebagai penguasa laut, adapun

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

46

sebutan penguasa laut bagi suku Makassar di dasarkan pada sejarah kejayaan suku

Makassar, khususnya kerajaan Gowa yang mampu menaklikan bebrapa pulau di

indonesia. Selain itu mereka juga menjelajah hingga sampai ke daratan Brunei dan

Australia.

Peter G.Spellet M seorang sejarawan asal Australia Utara yang di juluki

Daeng Makulle, mengungkapkan sebuah fakta tak terbantahkan mengenai orang

pertama yang mendarat di pulau Austarlia. Dalam penelitian tersebut di

ungkapkan bahwa orang-orang yang pertamakali mendarat di kepulauan Austarlia

adalah orang-orang dari Sulawesi Selatan. Penelitian tersebut sekaligus

menggugurkan sebuah pendapat yang mengatakan bahwa orang belanda (Abel

Tasman) ataupun orang Inggris (James Cook) yang mendarat pertama kali di

Australia pada tahun 1642 M. Penelitian Peter tersebut dilakukan dengan cara

menelusuri jejak-jejak dalam buku-buku sejarah terkait dengan hubungan orang-

orang Makassar dengan orang-orang suku Aborigin (Merage). Dalam hal ini di

ungkapkan pula bahwa orang-orang Sulawesi Selatan mendarat di pulau Australia

dengan menggunakan alat transportasi laut tradisional atau perahu.

Terkait dengan kebiasaan orang-orang Makassar yang suka merantau dan

menyebrangi lautan tersebut, saat ini suku Makassar sendiri kian tersebar di

berbagai daerah baik di kepulauan Sulawesi maupun di kepulauan lainnya. Meski

demikian, Sulawesi Selatan tetap menjadi rujukan geografis utama ketika

membahas mengenai keberadaan suku Makassar. (Faidi, 2014:2-7).

1) Kondisi Geografis dan Populasi Penduduk

Di antara beberapa suku etnis yang tinggal di Sulawesi Selatan, suku

Makassar memiliki populasi penduduk terbesar kedua setelah suku Bugis. Pada

tahun 2010, populasi penduduk Sulawesi Selatan secara keseluruhan mencapai

8.032.551 jiwa. Jika di sesuaikan dengan masing-masing etnis maka suku bugis

yang menduduki tingkat teratas yakni dengan populasi penduduk mencapai 41,9

persen. Sedangkan suku Makassar berada di tingkatan kedua dengan populasi

penduduk 25,43 persen, di susul dibawahnya adalah suku Toraja dengan populasi

penduduk 9,02 persen dan berikutnya di susul oleh suku Mandar denagn populasi

penduduk 6,1 persen. Secara umum para penduduk suku Makassar tersebut

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

47

tersebar di beebrapa daerah di Sulawesi Selatan, yaitu di kota Makassar,

kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Selayar, Bulukumba, Maros dan

Pangkep bahkan tidak menuntut kemungkinan saat ini sudah banyak suku

Makassar yang sudah tercampur atau hidup berdampingan dengan suku-suku etnis

lainnya dan tersebar ke berbagai daerah Sulawesi lainnya.

Menurut Abu Hamid, 1994:21 didalam Faidi, 2014:9 daerah inti dari

pemukiman para penduduk suku Makassar meliputi tiga kabupaten yakni Gowa,

Takalar dan Jeneponto. Sedangkan orang-orang makassar yang berada di darah

lainnya khususnya di kabupaten Maros dan Bantaeng dianggap sebagian sudah

bercampur dengan suku Bugis. Secara geografis kota Makassar, disebelah utara

kota Makassar terdapat Kabupaten Maros yang berbatasan dengan Kabupaten

Pangkep, pada bagian sebelah utara dan sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Bone, sedangkan pada sebelah selatan Kabupaten Maros secara

berurutan terdapat kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto kemudian Bantaeng.

Dalam derah kelima kabupaten tersebut terdapa dua buah gunung yang tinggi

menjulang yaitu gunung Bawakaraeng dan Lompobattang. Kabupaten Gowa,

Maros, Jeneponto dan Bantaeng tepat berada dibawah kaki kedua gunung

tersebut. Selain itu keberadaan gunung itulah yang menjadi pembatas antara

Kabupaten Gowa dan Maros dengan Kabupaten Sinjai yang berada di bagian

pesisir timur. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelima kabupaten tersebut

sebagian besar wilayahnya terdiri dari atas daratan tinggi, perbukitan. Sedangkan

daratan rendah di wilayah ini hanya terdapat pada bagian pesisir pantai. (Faidi,

2014 : 8-12).

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

48

2) Sistem Bahasa

Gambar 2.1: Aksara lontara Makassar.

Sumber : (Faidi, 2014 : 32)

Secara umum derah Sulwesi Selatan memiliki bahasa daerah yang sampai

saat ini masih digunakan, yaitu bahasa Makassar, bahasa Bugis, bahasa Mandar

dan bahasa Toraja. Secara keseluruhan, berbagai macam bahasa daerah yang ada

di Sulawesi Selatan tersebut termasuk dalam rumpun bahasa Melayu polinesia,

yaitu sebuah rumpun bahasa yang secara umum digunakan di berbagai daerah di

Indonesia. Sedangkan bahasa Makassar sendiri merupakan bahasa asli para

penduduk suku Makassar, sejauh ini bahasa Makassar masih digunakan sebagai

bahasa sehari-hari oleh warga suku Makassar khususnya oleh orang-orang

Makassar yang mendiami daerah pedalaman sedangkan orang-orang Makasar

yang tinggal didaerah perkotaan, sebagian sudah menggunakan bahasa Indonesia

dalam kehidupannya sehari-hari. Aksara lontara dapat di kategorikan dalam tiga

bagian yaitu aksara lontara toa jangang-jangang, lontara sulapa appa’ dan lontara

bilang-bilang. Aksara lontara jangang-jangang, merupakan aksara lontara yang

digunakan pada zaman dahulu, dan aksara lontara sulapa appa’ adalah aksara

lontara yang merupakan jenis huruf yang paling umum digunakan oleh

masyarakat Makassar.

Sedangkan yang di maksud dengan aksara lontara bilang-bilang adalah jenis

huruf lontara yang secara khusus digunakan oleh kalangan kerajaan, khusunya

yang berkaitan dengan rahsia-rahasia kerajaan. Aksara lontara di Makassar mulai

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

49

diperkenalkan pertama kali pada masa pemerintahan Sombayya ri gowa IX, yaitu

Daeng Matanre Karaeng Manguntungi Tompa’risi Kallonna (1512-1546).

Berabagai pendapat mengatakan bahwa aksara lontara di ciptakan oleh Daeng

Pammate, yang saat itu menjabat sebagai syahbadar sekaligus merangkap menjadi

tomailalang, mangkubumi kerajaan Gowa. Pendapat tersebut di dasarkan pada

lontara Gowa yang di tulis sekitar abad ke-16 seperti yang di kutip oleh Ahmad

M.Sewang dalam lontara tersebut di ungkapkan sebagai berikut:

“lapa anne karaeng uru mappare’ rapang bicara timu-timu ribunduka,

sabannara namenne kareanga nikana Daeng Pammate, ia sabannara, ia

tomailalang ia tominne Daeng Pammate’ ampareki lontara’ Mangkasaraka”.

Artinya: “baru saja inilah To mapa’risi’ kallonna yang perama membuat

undang-undang dan peraturan perang. Shabadar dari raja ini bernama Daeng

Pammate, dia shabadar dan dia juga to mailalang. Dan Daeng Pammate juga ini

adalah penyusun lontara Makassar”.

Pendapat yang mengatakan bahwa Daeng Pammate merupakan pencipta

pertama aksara lontara kunci dasarnya terletak pada kata appareki lontara’ tetapi

pendapat tersebut kemudian di abntah oleh beberapa peneliti sesudahnya sebut

saja diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Rahman dan Muhammad

Salim. Dalam penelitian tersebut di ungkapkan sebuah alasan yang lebih masuk

akal yakni adanya sureq Galigo yang di tulis dalam aksara lontara pada abad XIV.

Karena Itu Pulah, Mattulada mengungkapkan bahwa Daeng Pammate hanya

menyempurnakan sisitem huruf lontara yang telah ada sebelummya. (Faidi, 2014 :

32-38).

3) Sistem Agama

Sebelum agama Islam masuk ke Nusantara, sebagian besar masyarakat

menganut sistem kepercayaan animisme dan dinamisme. Kala itu, masyarakat

Nusantara mempercayai adanya dewa-dewa, makhluk-makhluk halus, benda-

benda keramat, dan lain sebagainya. Pada tahap selanjutnya kepercayaan tersebut

sedikit demi sedikit mulai tergeser setelah masuknya beberapa agama lain seperti

agama Islam dan Kristen. Meski demikian, kepercayaan animisme dan dinamisme

tersebut tidak sepenuhnya hilang dan lenyap. Bahkan, kepercayaan tersebut

bertahan di tengah-tengah pesatnya perkembangan agama-agama lainnya. Jika

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

50

pada satu sisi, kita menemukan nilai-nilai Islam, maka pada sisi yang lainnya kita

dapat menemukan beberapa unsur yang mengandung nilai-nilai animisme

tersebut. Pada zaman dahulu, masyarakat suku Makassar mempercayai

keberadaan dewa-dewa penguasa dunia. Suku Makassar mempercayai adanya

Dewa Sarea (Dewa Langit). Dewa Langit ini diyakini sebagai dewa penguasa

langit yang bersemayam di langit tertinggi.

Orang Makassar biasanya melakukan pemujaan terhadap dewa ini melalui

upacara abbuak, yakni sebuah upacara pemujaan kepada dewa langit yang

dilakukan dibagian atas rumah (Samulayang). Suku Makassar juga mempercayai

adanya dewa-dewa yang menguasai tempat-tempat tertentu. Sebut saja

diantaranya adalah Dewata Mattanrue (DewataPatatoe). Menurut mereka, dewa

ini bertahta di Gunung Latimojong. Sosok dewa yang cukup populer, yakni dewa

Batara Guru dipercayai merupakan keturunan dari Dewata Patatoe tersebut. Suku

Makassar juga mempercayai bahwa benda-benda pustaka tersebut merupakan

tempat roh-roh nenk moyang yang biasa datang. Oleh karenanya benda-benda

pusaka tersebut harus dirawat dan dijaga agar roh-roh yang menghuni didalamnya

tidak marah dan dapat menimbulkan bencana. Bahkan, mereka juga mempercayai

bahwa benda-benda pusaka tersebut dapat membantu orang-orang yang meminta

bantuan kepadanya.

Di tengah-tengah bercoloknya kepercayaan animisme dan dinamisme

tersebut, Islam mulai masuk ke daerah Sulawesi Selatan. Ada pendapat yang

mengatakan bahwa Islam masuk ke daerah Sulawesi Selatan pada tahun 1605.

Teori ini sepenuhnya didasarkan pada kedatangan tiga tokoh ulama dari

Minangkabau, yaitu Datuk Ribandang, Datuk ri Tiro, dan Datuk ri Patimang.

Konon, ketiga tokoh ini diundang oleh raja Gowa untuk mengajarkan agama

Islam baik dilakukan kerajaan maupun kepada masyarakat Gowa secara

keseluruhan. Selain itu, ada yang mengatakan bahwa Islam telah masuk ke daerah

Sulawesi Selatan jauh sebelum kedatangan ketiga Datuk tersebut. Menurut

pendapat ini, Islam mulai masuk ke daerah tersebut kurang lebih terjadi pada

tahun 1320. Teori ini di dasarkan pada seorang keturunan Nabi yang datang

pertama kali didaerah tersebut, yaitu Sayyid Jamaluddin al-Akbar al-Husaini.

Sayyid Jamaluddin ini merupakan kakak kandung dari empat ulama besar yang

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

51

merupakan bagian dari Wali Songo, yaitu Maulana Malik Ibrahim, Sayyid Ainul

Yakin atau Sunan Giri, Raden Rahmatullah atau Sunan Ampel, Sayyid Syarif

Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Sedangkan dalam kalangan suku Makassar

sendiri, Islam mulai masuk dalam kerajaan Gowa pada 1605, yakni pada masa

pemerintahan I Manga’rangi Daeng Marabbia. Raja inilah yang menganut agama

Islam pertama kali dalam kerajaan Gowa.

Semenjak itu, kerajaan Gowa resmi menjadi kerajaan Islam. Seiring waktu,

dalam jenjang kurang lebih enam tahun, kerajaan Gowa telah mampu

mengIslamkan bebrapa kerajaan di sekitarnya. Semenjak saat itulah, agama Islam

mulai berkembang dan meresap dalam kehidupan sehari-hari masyarakat suku

Makassar. Begitu banyak adat dan tradisi suku Makassar yang dipengaruhi oleh

nilai-nilai Islam. Karena itu pulah, banyak yang mengatakan bahwa suku

Makassar merupakan penganut agama Islam yang kokoh dan taat. Salah satu

contoh perpaduan unsur-unsur Islam dengan nilai-nilai adat suku Makassar dapat

di lihat dalam adat pangadakkang. Saat ini adat tersebut telah melebur denagan

nilai-nilai Islam menjadi satu lembaga adat baru yang dikenal dengan sebutan

Syara. Lembaga ini memiliki fungsi yang mengurusi berbagai persoalan dalam

dua bidang sekaligus, yakni masalah agama dan masalah adat. Dalam praktik

kesehariaannya, begitu sulit untuk memisahkan peristiwa agama dan adat. Bagi

mereka, pelanggaran terhadap adat sama halnya dengan pelanggaran terhadap

agama. Dengan demikian, tidak heran bila dalam suku Makassar kita sering

menemukan beberapa istilah yang menjadi indikasi perpaduan keduanya, yakni

istilah “adat diagamakan” dan “agama diadatkan”. (Faidi, 2014 : 40-46).

4) Sistem kekerabatan

Dalam sistem kekrabatan suku Makassar, setidaknya ada dua kategori

keluarga, yaitu keluarga inti (batih) atau disebut pula dengan sianakang dan

keluarga luar (biji pammarakamg). Keluarga batih biasanya terdiri dari ayah, ibu,

dan anak. Pemegang peranan penting dalam lingkup keluarga ini berada di tangan

ayah. Jika ayah meninggal, maka peran penting tersebut bisa di gantikan oleh

anak laki-laki tertua. Sedangkan seorang ibu memiliki tanggung jawab untuk

mendidik anak dan menjaga nama baik keluarga. Pendapat lain mengatakan, pada

dasarnya sistem kekeluargaan suku Makassar tidak mengenal perbedaan antara

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

52

keluarga batih dan keluarga luar. Mereka hanya mengenal sebuah konsep

kekeluargaan yang mereka sebut dengan (sispamanakkang).

Pengertian sipamanakkang bagai suku Makassar sebenarnya terkait erat

denngan lokasi tempat tinggal mereka yang disebut dengan ballak sipamanakkang

tersebut dianggap sebagai anggota keluarga dan termasuk dalam satuan keluarga

sipamanakkang. Meski demikian, dalam suku Makassar jarang sekali di temukan

adanya suatu keluarga sipamanakkang yang terdiri dari begitu banyak anggota

keluarga. Hal demikian terjadi karena adanya nilai dan norma yang menuntut

sikalabine (pasangan suami istri) yang sudah bertambah besar anggotanya, harus

mendirikan rumah tangga baru yang terpisah dari keluarga orang tuanya. Terkait

dengan hal menentukan garis keturunan, suku Makassar menganut sistem billineal

atau disebut pula billateral descent, yakni sebuah sistem keturunan yang di hitung

dari garis ayah dan ibu. Meski demikian, konsep kekerabatan dalam sistem

bilateral tersebut di batasi oleh kreteria sibija, yakni hitunagan kerabat menurut

keturunan darah.

Secara biologis, sibija mengandung pengertian keturunan yang berasal dari

satu sumber darah. Hal ini mennadakan bahwa kekerabatan di hitung secara

vertikal, sedangkan secara sosiologis, sibija dapat di artikan sebagai perhituingan

kekrabatan secara horizontal misalnya memulai kawin-mawin. Menurut Abu

Hamid, orang-orang Makassar beranggapan bahwa sistem kekerabatan orang

Makassar secara umum di dasarkan pada sebuah pandangan kosmogoni yang

disebut sulapa’ eppa’ (segi empat). Suku Makassar mengenal empat generasi

orang tua, empat generasi anak cucu, dan empat lapisan sepupu dari ibu. Denagn

demikian, setiap anggota keluarga yang berada di sekitar kekerabatan

sulapa’eppe’ tersebut terhitung dalam satu rumpun kerabat. Sistem kekrabatan ini

dikenal oleh kalangan umum masyarakat suku Makassar, terutama dalam lapisan

tubaji (lapisan masyarakat menengah) dan lapisan karaeng (bangsawan). (Faidi,

2014 : 48-51).

5) Sistem Adat dan Kemasyarakatan

Seperti yang pernah di singgung sebelumya, perkembangan agama Islam di

kalanagan suku Makassar cukup pesat. Nilia-nilai Islam sedikit demi sedikit

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

53

terserat dan berbaur denagn adat istiadat suku Makassar. Bahkan, keduanya telah

menyatu menjadi satuan lembaga tak terpisahkan yang disebut syara. Jika ada

yang melanggar adat, maka ia juga telah melanggar agama dan begitupun

sebaliknya. Seseorang yang melakukan pelanggaran terhadapa adat, maka ia akan

dikenakan sangsi dan hukuman. Hukuman dan sangsi dalam adata suku Makassar

biasanya berupa pengucilan oleh kalangan masyarakat, pengucilan tersebut bisa

saja berbentuk pengusiran keluar kampung serta sang pelanggar akan di jauhi dan

tidak akan di bantu jika sedang mengalami kesusahan.

Sehubungan dengan hukum, suku Makassar mengenal pangadakkang

sebagai hukum adat yang merupakan gabungan dari keseluruhan sistem, norma

yang ada. Pangadakkang merupaka hukum adat bagi suku Makassar yang

dijadikan sebagai pedoman tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari, pedoman

bagi kehidupan rumah tangga, pedoman dalam menentukan lapanagn hidup dan

lain sebagainya. Pada dasarnya adat panagdakkang ini mengandung beberapa

unsur penting yang saling melengkapi antara satu sama lain. Sebut saja

diantaranya adalah unsur ade’ (sistem adat dan norma) dan syara (hukum islam

dan pranata-pranata sosial). Seiring dengan perkembangan zaman, pelapisan

sosial suku Makassar juga mengalami perubaha, saat ini lapisan masyarakat suku

Makassar di dasarkan pada empat hal yaitu derajat dan keturunan masa lalu,

kedudukan dan peranannya dalam masyarakat, tingkat pendidikan dan ilmu

pengetahuan, serta kedudukan dan tingkat kemampuan ekonomi.

Kreteria lapaisan sosial yang di dasarkan pada derajat dan keturunan

merupakan pola pelapisan sosial yang sangat tertutup. Sedangkan tiga di antara

empat kriteria pelapisan sosial lainya bersifat sangat terbuka. Seorang dapat secara

bebas memasuki lapisan-lapisan sosial tertentu, dengan begitu setiap orang

memiliki kebebasan untuk meningkatkan kualitas diri dan keluar gaya demi

menjadi seorang yang terpandang, baik dalam segi ekonomi, pengetahuan, dan

kedudukan dan perayaan dalam masyarakat. (Faidi, 2014:51-57).

6) Falsafah Hidup

Dimana pun suku-suku tinggal, mereka selalu memiliki kearifan lokal yang

mewarnai kehidupan. Kearifan suku Makassar sendiri nampak dalam falsafah

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

54

hidup yang mereka yakini pengertahuan tradisional dan upacara-upacara yang

mereka jalankan, serta kesenian yang mereka hasilkan. Sebagaimana kita tahu,

bahwa setiap masyarakat suku etnis tertentu pastilah memiliki konsep hidupnya

masing-masing. Keberadaan konsep hidup itulah yang kemudian tercermin dalam

tingkah laku masyarakatnya. Begitu pulah dengan masyarakat suku Makassar

yang ada didaerah Sulawesi Selatan, mereka menjalankan roda kehidupan mereka

dengan di dasarkan pada sebuah falsafah hidup yang disebut dengan sirik na

pacce’. sirik na pacce’ merupakan sebuah ungkapan dalam bahasa Makassar yang

terdiri dari dua unsur yang dapat di kaji secara terpisah, yaitu sirik (rasa malu) dan

pacce (rasa pedih).

Meski demikian keduanya merupakan satu kesatuan konsep hidup

masyarakat suku Makassar, khususnya dalam kehidupan sosial ke masyarakatan.

Dengan begitu, keduanya harus senangtiasa di terapkan secara bersama-sama

demi menciptakan kehidupan sosial yang rukun, damai, sejahtera, dan saling

hormat-menghormati antara satu dengan yang lainnya. Secara harfiah kata sirik

memiliki arti sebagai rasa malu. Selain itu, kata sirik itu sendiri dapat di artikan

sebagai harkat, martabat, kehormatan dan harga diri. Denagan demikian, dapat

dikatakan bahwa kata sirik itu sendiri lebih merupakan sebuah perasaan malu

dalam diri seseorang yang cukup erat kaitannya denagan persoalan harkat,

martabat, kehormatan dan harga diri manusia. Dalam kehidupan masyarakat suku

Makassar, sirik menjadi sebuah pegangan hidup yang menuntut seseorang untuk

senangtisa menjaga harkat, martabat, kehormatan dan harga dirinya baik individu

keluarga dan seterusnya. Selain itu, konsepsi sirik ini yang sekaligus menjadi

pendorong dalam menciptakan hubungan sosial yang sehat, saling menghormati,

serta saling menjaga anatara satu dengan yang lain. Dari beberapa pengertian

tersebut dapat dikatakan sirik dan pacce merupakan dua konsep hidup yang

memiliki target dalam tujuan yang berbeda.

Jika sirik lebih mengarah pada sebuah siakap individu terthadap dirinya,

maka pacce lebih mengarah pada pembentukan sikap individu terhadap orang

lain. Meski demikian keduanya merupakan sebuah konsep hidup yang saling

terkait dan saling melengkapi anatara satu sama lain. Konsep hidup sirik dan

pacce itulah yang mengarahkan tingkahlaku masyarakat suku Makassar dalam

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

55

membangun dan menciptakan individu-individu yang adil, baik terhadap dirinya

sendiri maupun terhadap orang lain. (Faidi, 2014:94-97).

7) Keseniaan Tradisional

Kesenian tradisional hasil karya seni seuatu masyarakat dapat menunjuakan

seberapa tinggi tingakat kebudayaan dalam masyarakat tersebut. Suku Makassar

memiliki kekayaan seni tari dan seni sastra tradisional. Masing-masing memiliki

makna tersendiri. Kesenian suku Makassar di Sulawesi Selatan dikenal sebagai

kebudayaan tinggi dalam konteks masa kini. Karena pada dasarnya, seni tidak

hanya menyentuh aspek bentuk (morfologis), tapi lebih dari itu dia mampu

memberikan konstribusi psikologis. Disamping memberikan kesadaran estetis,

juga mampu melahirkan kesadaran etis. Diantara kedua nilai tersebut, tentunya

tidak terlepas dari sejauhmana masyarakat kesenian (public art) mampu

mengapresiasi dan menginterpretasikan makna dan simbol dari sebuah pesan yang

dituangkan dalam karya seni.

Arnold Hausser, seorang filosof sekaligus sosiolog seni asal Jerman

mengindentifikasi bahwa masyarakat seni terbagi menjadi empat golongan. Yang

pertama: Budaya Masyarakat Seni Elit, yaitu masyarakat seni intelektual yang

banyak memberikan konstribusi perkembangan seni dalam suatu daerah. Kedua:

Budaya Masyarakat Seni Populer, yaitu masyarakat seni intelektual yang hanya

mengedepankan kepentingan subjektifitas terhadap kebutuhan estetik yang

berjalan sesuai dengan konteks (zaman). Misalnya dokter, pengusaha, dan

politikus. Ketiga: Budaya Masyarakat Seni Massa. Yaitu budaya masyarakat

golongan menengah kebawah, biasanya golongan ini hanya mementingkan aspek

kesenangan dan mudah larut dalam perkembangan peradaban. Dan yang keempat:

Budaya Masyarakat Seni Rakyat. Masyarakat seni ini terbentuk secara spontanitas

melalui kepolosan. Golongan ini juga senantiasa mempertahankan wasiat seni

para leluhurnya. Mengenal kebudayaan propinsi Sulawesi Selatan berarti

mengenal adat kebudayaan yang ada di seluruh daerah Sulawesi Selatan. Di Sulsel

terdapat Banyak suku/etnis tapi yang paling mayoritas ada 3 kelompok etnis yaitu

Makassar, Bugis dan Toraja.

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

56

Demikian juga dalam pemakaian bahasa sehari-hari ke 3 etnis tersebut lebih

dominan. Kebudayaan yang paling terkenal bahkan hingga ke luar negeri adalah

budaya dan adat Tanah Toraja yang sangat khas dan sangat menarik. Untuk rumah

tradisional atau rumah adat di propinsi Sulawesi Selatan yang berasal dari Bugis,

Makassar dan Tana toraja dari segi arsitektur tradisional ke tiga daerah tersebut

hampir sama bentuknya. Rumah-rumah adat tersebut dibangun diatas tiang-tiang

sehingga rumah adat yang ada di sana mempunyai kolong dibawah rumahnya.

Tinggi kolong rumah adat tersebut disesuaikan untuk tiap tingkatannya dengan

status sosial pemilik rumah, misalnya apakah seorang raja, bangsawan, orang

berpangkat atau hanya rakyat biasa. Berikut adalah kesenian dan kebudayaan

suku Makassar di Sulawesi Selatan antara lain sebagai berikut:

a. Tari Pakkareana

Tari Pakarena adalah tarian tradisional dari Sulawesi Selatan yang diiringi

oleh 2 (dua) kepala drum (gandrang) dan sepasang instrument alat semacam

suling (puik-puik). Selain tari pakarena yang selama ini dimainkan oleh maestro

tari pakarena Maccoppong Daeng Rannu (alm) di kabupaten Gowa, juga ada jenis

tari pakarena lain yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu “Tari

Pakarena Gantarang”. Disebut sebagai Tari Pakarena Gantarang karena tarian ini

berasal dari sebuah perkampungan yang merupakan pusat kerajaan di Pulau

Selayar pada masa lalu yaitu Gantarang Lalang Bata. Tarian yang dimainkan oleh

kurang lebih empat orang penari perempuan ini pertama kali ditampilkan pada

abad ke 17 tepatnya tahun 1903 saat Pangali Patta Raja dinobatkan sebagai Raja

di Gantarang Lalang Bata. Tidak ada data yang menyebutkan sejak kapan tarian

ini ada dan siapa yang menciptakan Tari Pakarena Gantarang ini namun

masyarakat meyakini bahwa Tari Pakarena Gantarang berkaitan dengan

kemunculan Tumanurung.

Tumanurung merupakan bidadari yang turun dari langit untuk untuk

memberikan petunjuk kepada manusia di bumi. Petunjuk yang diberikan tersebut

berupa symbol - simbol berupa gerakan kemudian dikenal sebagai Tari Pakarena

Gantarang. Hal ini hampir senada dengan apa yang dituturkan oleh salah seorang

pemain Tari Pakarena Makassar Munasih Nadjamuddin. Wanita yang sering

disama Mama Muna ini mengatakan bahwa Tari Pakarena berawal dari kisah

Page 47: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

57

perpisahan penghuni botting langi (Negeri Kayangan) dengan penghuni lino

(bumi) zaman dahulu. Sebelum berpisah, botting langi mengajarkan kepada

penghuni lino mengenai tata cara hidup, bercocok tanam hingga cara berburu

lewat gerakan-gerakan tangan, badan dan kaki. Gerakan inilah yang kemudian

menjadi tarian ritual ketika penduduk di bumi menyampaikan rasa syukur pada

penghuni langit. Tak mengherankan jika gerakan dari tarian ini sangat artistik dan

sarat makna, halus bahkan sangat sulit dibedakan satu dengan yang lainnya.

Tarian ini terbagi dalam 12 bagian. Setiap gerakan memiliki makna khusus. Posisi

duduk, menjadi pertanda awal dan akhir Tarian Pakarena. Gerakan berputar

mengikuti arah jarum jam, menunjukkan siklus kehidupan manusia.

Sementara gerakan naik turun, tak ubahnya cermin irama kehidupan. Aturan

mainnya, seorang penari Pakarena tidak diperkenankan membuka matanya terlalu

lebar. Demikian pula dengan gerakan kaki, tidak boleh diangkat terlalu tinggi. Hal

ini berlaku sepanjang tarian berlangsung yang memakan waktu sekitar dua jam.

Tari Pakarena Gantarang diiringi alat music berupa gendang, kannong-kannong,

gong, kancing dan pui-pui. Sedangkan kostum dari penarinya adalah, baju pahang

(tenunan tangan), lipa’ sa’be (sarung sutra khas Sulawesi Selatan), dan perhiasan-

perhiasan khas Kabupaten Selayar. Tahun 2007, Tari Pakarena Gantarang

mewakili Sulawesi Selatan dan Indonesia pada Acara Jembatan Budaya 2007

Indonesia–Malaysia di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC).

b. Tari Ganrang Bulo

Tari gandrang buloadalah tarian tradisional yang diiringi oleh tabuan

gendang dan biasa disertai dengan suara tabuan bambu. Kata gandrang bulo

sendiri berasal dari dua kata, yaitu “gandrang” yang berarti tabuan atau

pulukulan dan “bulo” yang berarti bambu. Gandrang bulo biasanya dimainkan

oleh beberapa orang dengan suasana yang ceria dan ramai, didalamnya biasanya

diselipkan dialog diaolog mengenai humor ataupun keadan yang menarik disekitar

kita. Ketika masa penjajahan, Gandrang Bulo disulap bukan sekadar tari-tarian,

melainkan tempat pembangkit semangat perjuangan dengan mengejek dan

menertawakan penjajah dan antek-anteknya. Gandrang Bulo, ketika itu, lantas

menjadi kesenian rakyat yang amat populer. Rakyat dan seniman membangun

basis-basis perlawanan dari atas panggung.

Page 48: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

58

4. Sulawsesi Selatan

Berdasarkan sumber-sumber yang dapat di andalkan bahwa provinsi

Sulawesi Selatan terletak di 0°12' - 8° Lintang Selatan dan 116°48' - 122°36'

Bujur Timur. Luas wilayahnya 45.764,53 km². Provinsi ini berbatasan dengan

Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara

di timur, Selat Makassar di barat dan Laut Flores di selatan.

(Gambar 2.2 peta sulawesi selatan Sumber: Max Oulton 2013)

Sulawesi atau Pulau Sulawesi (atau sebutan lama dalam bahasa Inggris:

(Celebes) adalah sebuah pulau dalam wilayah Indonesia yang terletak di antara

PulauKalimantan disebelah barat dan Kepulauan Maluku disebelah timur. Dengan

luas wilayah sebesar 174.600 km², Sulawesi merupakan pulau terbesar ke-11 di

dunia. Di Indonesia hanya luas Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Pulau Papua

sajalah yang lebih luas wilayahnya daripada Pulau Sulawesi, sementara dari segi

populasi hanya Pulau Jawa dan Sumatera sajalah yang lebih besar populasinya

daripada Sulawesi. Namun perlu di ketahui bahwa di tanah sulawesi selatan di

huni oleh empat kelompok etnis suku yang mendiami, diantaranya adalah suku

Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja berikut adalah gambaran peta yang didiami

oleh empat etnis suku tersebut.

Page 49: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

59

Gambar 2.3 Peta pembayangan sulawesi selatan dalam La Galigo. Sumber :

Pilras.(1996:8).

a) Etimologi

Nama Sulawesi diperkirakan berasal dari kata dalam bahasa-bahasa di

Sulawesi Tengah yaitu kata sula yang berarti nusa (pulau) dan kata wesi yang

berarti besi (logam), yang mungkin merujuk pada praktik perdagangan bijih besi

hasil produksi tambang-tambang yang terdapat di sekitar Danau Matano, dekat

Sorowako, Luwu Timur. Sedangkan bangsa atau orang-orang Portugis yang

datang sekitar abad 14-15 masehi adalah bangsa asing pertama yang

menggunakan nama Celebes untuk menyebut pulau Sulawesi secara keseluruhan.

b) Geografi

Sulawesi merupakan pulau terbesar keempat di Indonesia setelah Papua,

Kalimantan dan Sumatera dengan luas daratan 174.600 kilometer persegi.

Bentuknya yang unik menyerupai bunga mawar laba-laba atau huruf K besar

yang membujur dari utara ke selatan dan tiga semenanjung yang membujur ke

timur laut, timur, dan tenggara. Pulau ini dibatasi oleh Selat Makasar di bagian

barat dan terpisah dari Kalimantan serta dipisahkan juga dari Kepulauan Maluku

oleh Laut Maluku. Sulawesi berbatasan dengan Borneo disebelah barat, Filipina di

utara, Flores di selatan, Timor di tenggara dan Maluku disebelah timur.

c) Sejarah

Sejak abad ke-13, akses terhadap barang perdagangan berharga dan sumber

mineral besi mulai mengubah pola lama budaya disulawesi, dan ini

Page 50: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

60

memungkinkan individu yang ambisius untuk membangun unit politik yang lebih

besar. Tidak diketahui mengapa kedua hal tersebut muncul bersama-sama,

mungkin salah satu adalah hasil yang lain. Pada 1400an, sejumlah kerajaan

pertanian yang baru telah muncul di barat lembah Cenrana, serta didaerah pantai

selatan dan di pantai timur dekat Parepare yang modern. Orang-orang Eropa

pertama yang mengunjungi pulau ini (yang dipercayai sebagai negara kepulauan

karena bentuknya yang mengerut) adalah pelaut Portugis pada tahun 1525,

dikirim dari Maluku untuk mencari emas, yang kepulauan memiliki reputasi

penghasil. Belanda tiba pada tahun 1605 dan dengan cepat diikuti oleh Inggris,

lalu mendirikan pabrik di Makassar. Sejak 1660, Belanda berperang melawan

Kerajaan Gowa Makasar terutama di bagian pesisir barat yang berkuasa. Pada

tahun 1669, Laksamana Speelman memaksa penguasa, Sultan Hasanuddin, untuk

menandatangani Perjanjian Bongaya, yang menyerahkan kontrol perdagangan ke

Perusahaan Hindia Belanda. Belanda dibantu dalam penaklukan mereka oleh

panglima perang Bugis Arung Palakka, penguasa kerajaan Bugis Bone. Belanda

membangun benteng di Ujung Pandang, sedangkan Arung Palakka menjadi

penguasa daerah dan kerajaan Bone menjadi dominan. Perkembangan politik dan

budaya tampaknya telah melambat sebagai akibat dari status quo. Pada tahun

1905 seluruh Sulawesi menjadi bagian dari koloni negara Belanda dari Hindia

Belanda sampai pendudukan Jepang dalam Perang Dunia II. Selama Revolusi

Nasional Indonesia, "Turk" Westerling Kapten Belanda membunuh sedikitnya

4.000 orang selama Kampanye Sulawesi Selatan Setelah penyerahan kedaulatan

pada Desember 1949, Sulawesi menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat

(RIS). Dan pada tahun 1950 menjadi tergabung dalam kesatuan Republik

Indonesia.

5. Keterampilan Gerak

a. Hakikat Keterampilan Gerak

Gerakan terampil (skill movements) adalah gerakan yang mengandung

derajat efisiensi dalam pelaksanaannya. Untuk menguasai gerakan kerampilan

memerlukan peroses belajar, dan untuk melakukan gerak keterampilan diperlukan

Page 51: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

61

keterampilan gerak atau ketangkasan dan penguasaan gerak. Gerakan

keterampilan dapat di klasifikasi berdasarkan 2 sudut pandang yaitu sudut

pandang sebagai kontinum vertikal dan kontinum horizontal sebagai berikut:

a) Kontinum vertikal yaitu pengklasifikasian berdasarkan derajat kesukaran atau

level kompleksitas gerakan yang meliputi tiga level yaitu :

Keterampilan adaptif sederhana

Keterampilan adaptif terpadu dan

Keterampilan adaptif kompleks.

Keterampilan adaptif sederhana adalah keterampilan yang dihasilkan dari

penyesuaian gerak dasar fundamental dengan sesuai atau kondisi tertentu pada

saat melakukan gerakan. Misalnya berlari dengan melewati bermacam-macam

rintangan

Ketrampilan adaptif terpadu adalah keterampilan yang dihasilkan dari

perpaduan antara gerak dasar fundamental dengan penggunaan pelengkapan atau

alat tertentu. Misalnya memukul bola menggunakan raket.

Keterampilan adaptif kompleks adalah keterampilan yang memerlukan

penguasaan bentuk gerak dan koordinasi banyak bagian tubuh, misalnya

menyemes bola dalam bolavoli.

b) Kontinum horizontal yaitu pengklaisfikaisan berdasarkan tingkat penguasaan

keterampilan oleh pelajar ataulevel ketangkasan, yang meliputi 4 level yaitu:

Pemula (beginner)

Madya (intermediate)

Maju (advance)

Mahir atau berketerampilan tinggi (highly skilled)

Batasan setiap tingkat pada dasarnya sulit untuk dibuat secara pasti. Sifat

pembatasan cenderung bersifat taksiran. Hanya orang-orang yang ahli dibidang

keterampilan gerak bersangkutan yang mampu menaksir secara baik.

b. Keterampilan Gerak (Motor Skill)

Keterampilan gerak pada dasarnya dihasilkan dari pengembangan pola-pola

gerak. Contohnya pola gerak berjalan dapat menjadi basis untuk menguasai

keterampilan gerak dalam berjalan cepat, pola gerak berlari dapat menjadi basis

ketrampilan gerak dalam berlari cepat. Perpaduan atau rangkain pola gerak

Page 52: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

62

berjalan, berlari, dan menyepak dapat menjadi basis menggiring dan menendang

bola ke gawang dalam sepak bola, perpaduan atau rangkaian pola gerak berjalan,

melompat, dan memukul dapat menjadi basis keterampilan gerak menyemes

dalam bola voli. Perlu di fahami mengenai perbedaan pengertian keterampilan

gerak (motor skills) dengan penegertian gerak yang terampil (skilled movement).

Untuk mencapai tingkat keterampilan gerak yang baik diperlukan proses belajar

dan berlatih dalam jangka waktu tertentu. Lamanya waktu belajar yang diperlukan

untuk menjadi terampil sangat tergantung pada tingkat kesulitan dan kompleksitas

gerakan. Makin tinggi tingkat kesulitan dan komleksitas gerakan, makin lama

waktu yang diperlukan untuk menjadi trampil melakukannya. Faktor bakat, minat,

kesungguhan berusaha, dan tingkat kemampuan gerak juga menentukan lamanya

waktu belajar yang diperlukan untuk menjadi terampil. Seseorang yang memiliki

keterampilan gerak dapat dikatakan sebagai seseorang yang mampu melakukan

gerakan yang terampil.

Seseorang dikatakan memiliki gerakan yang terampil apabila seseorang

tersebut mampu melakukan gerakan dengan benar, kofisien, dan efektif dikatakan

benar apabila pelaksanaan gerakan sesuai prinsip-prinsip mekanis dalam sistem

gerak tubuh. Mekanisme sistem gerak tubuh berlangsung secara terkoordinasi

dengan baik dan tidak ada pemaksaan-pemaksaan pada otot-otot bagian tubuh

yang seharusnya bersinegi. Tidak ada kontraksi pada otot-otot yang seharusnya

tidak berkontraksi dalam pelaksanaan gerakan tertentu hal ini dapat menghasilkan

gerakan yang efisien. Gerakan yang efisien adalah gerakan yang pelaksanaanya

dapat mencapai hasil sebaik-baiknya dengan menggunakan tenaga sekecil

mungkin. Sedangkan dikatakan efektif apabila pelaksanaan gerakan sesuai dengan

keinginan dengan tujuan yang ingin di capai dalam melakukan gerakan.

Keterampilan gerak (motor skill) adalah suatu tingkat kualitas penguasaan

dalam melakukan aktifitas gerak tubuh dimana koordinasi beberapa bagian tubuh

atau keseluruhan bagian tubuh dapat berfungsi dengan baik. Menurut (Sugiyanto,

2015:28).“Keterampilan gerak adalah perilaku yang diperlihatkan secara halus,

baik yang terkendali dan dikoordinasi gerakan otot” (Oxendine, 1984:14).

Menurut Sugiyanto (2015:28) gerakan keterampilan dapat dapat

diklasifikasi berdasarkan berbagai sudut pandang yaitu:

Page 53: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

63

a) Berdasarkan Kecermatan Gerak

1. Keterampilan gerak kasar (gross motor skill)

“Keterampilan gerak kasar (gross motor skill) adalah gerak yang melibatkan

kelompok otot besar. Pada keterampilan olahraga seperti lompat tinggi,

jump shoot, menendang bola” (Oxendine, 1984:18). Sedangkan menurut

Drowatzky (1981:16) “gerak yang memerlukan interaksi dari banyak otot

dengan aktifitas badan atau tubuh pada umumnya seperti lari, menangkap,

melempar dan keterampilan menggunakan raket”.

2. Keterampilan gerak halus (fine motor skill)

“Keterampilan gerak halus (fine motor skill) adalah keterampilan yang

melibatkan kelompok otot kecil atau gerakan dengan rentangan yang sangat

terbatas. Aktivitas tersebut biasanya melibatkan kemampuan manipulatif

dari tangan dan jari” (Oxendine, 1984:18). Sedangkan menurut Cratty

(1973:17) “keterampilan gerak halus (fine motor skill ) adalah tindakan

gerak yang melibatkan kelompok otot-otot yang lebih kecil untuk bekerja” .

b) Berdasarkan Titik Awal dan Akhir Gerakan

1. Keterampilan gerak diskrit (discrete motor skill)

“Keterampilan gerak diskrit (discrete motor skill) adalah keterampilan gerak

yang satuan geraknya dapat ditandai dengan jelas awak dan akhirnya.

Misalnya gerak melempar bola” (Sugiyanto, 2015:29). Sedangkan menurut

Drowatzky (1981:17) “keterampilan gerak diskrit (discrete motor skill)

adalah peristiwa tunggal dengan satu permulaan dan akhir digambarkan

secara jelas”.

2. Keterampilan gerak serial (serial motor skill)

“Keterampilan gerak serial (serial motor skill) adalah keterampilan gerak

diskret yang dilakukan berulang-ulang. Misalnya gerak mengguling depan

beberapa kali berturut-turut” (Sugiyanto, 2015:29). Sedangkan menurut

Oxendine (1984:16) “keterampilan gerak serial (serial motor skill) adalah

gerak serial tugasnya sama dengan tugas-tugas gerak diskrit yang memiliki

gerakan awal dan akhir yang berbeda”.

3. Keterampilan gerak kontinyu (continuous motor skill)

Page 54: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

64

“Keterampilan gerak kontinyu (continuous motor skill) adalah keterampilan

gerak yang merupakan rangkaian gerakan yang dilakukan secara berlanjut.

Misalnya gerakan berenang” (Sugiyanto, 2015:29). Oxendine (1984:16)

berpendapat bahwa “keterampilan gerak kontinyu (continuous motor skill)

adalah keterampilan yang tidak memiliki titik terminasi yang ditentukan.

Seperti berjalan, berenang, juggling, ski”.

c) Berdasarkan Stabilitas Lingkungan

1. Keterampilan gerak tertutup (close motor skill)

“Keterampilan gerak tertutup (close motor skill) adalah keterampilan gerak

yang dilakukan dalam lingkungan hidup yang stabil atau dapat diprediksi

daimana pelaku menentukan kapan akan memulai tindakan. Contohnya

mengancingkan baju, memanjat tangga” (Magill, 2001:7). Sedangkan

menurut Sugiyanto (2015:29) “keterampilan gerak tertutup (close motor

skill) adalah keterampilan gerak yang dilakukan pada lingkungan yang

stabil dan dapat siprediksi, dilakukan karena stimulus dari dalam diri

pelaku, tanpa dipengaruhi stimulus dari luar. Misalnya berjalan, berlari,

melempar”.

2. Keterampilan gerak terbuka (open motor skill)

“Keterampilan gerak terbuka (open motor skill) adalah keterampilan gerak

yang melibatkan lingkungan hidup yang sulit prediksi kestabilannya,

dimana suatu objek atau konteks lingkungan dalam gerak dan menentukan

kapan memulai tindakan. Misalnya, mengendarai mobil, melangkah ke

eskalator yang bergerak, menangkap bola” (Magill, 2001:7). Sedangkan

menurut Sugiyanto (2015:29) “keterampilan gerak terbuka (open motor

skill)adalah keterampilan gerak yang dilakukan dalam kondisi yang terus

berubah-ubah, dilakukan selain karena stimulus dari dalam juga

dipengaruhi oleh stimulus dari luar. Misalnya bermain sepak bola,

bertinju”.

d) Berdasarkan Kompleksitas Rangkaian Gerakan

1. Keterampilan gerak sederhana (simple motor skill)

Keterampilan gerak sederhana (simple motor skill)adalahketerampilan

gerak yang hanya terdiri atas satu atau dua elemen gerak saja. Misalnya

Page 55: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

65

menangkap bola, melempar bola, menendang bola” (Sugiyanto,

2015:29).

2. Keterampilan gerak sederhana (complex motor skill)

Keterampilan gerak sederhana (complex motor skill) adalah keterampilan

gerak yang terdiri atas beberapa elemen gerak yang harus

dikoordinasikan menjadi satu rangkaian gerak. Misalnya menyemes

bolavoli, rangkaian gerak senam lantai, loncat indah” (Sugiyanto,

2015:29). Pada olahraga basket keterampilan ini pada saat pemain

melakukan dribble bola melewati lawan, melakukan gerakan tipuan saaat

mendribel bola.

Berdasarkan materi keterampilan gerak diatas dapat di simpulkan bahwa

didalam memainkan permainan olahraga tradisional paraga yang dimainkan oleh

masyarakat suku Bugis dan Makassar terdapat bebrapa unsur keterampilan gerak

yang ada didalamnya seperti keterampilan gerak menjagling bola parraga,

menyepak, menyundul, dan keterampilan gerak dalam membentuk formasi

bermain paraga.

6. Ketangkasan fisik

a. Hakikat ketangkasan fisik

Secara harfiah ketangkasan adalah kecepatan, kepandaian serta kecerdasan

yang dimiliki oleh seseorang. Untuk melatihnya seseorang biasanya dilatih

melalui sebuah game atau melalui olahraga. Fungsinya adalah untuk melatih dan

mengoptimalkan fungsi otak, sedangkan fungsinya melalui sebuah olahraga

adalah untuk menjaga kebugaran serta melatih pertahanan diri.

Ketangkasan fisik adalah kemahiran, kebolehan dan keupayaan untuk

mengubah pergerakan dan posisi tubuhbadan dengan pantas dan tepat tanpa hilang

keseimbangan badan diruangtertentu. Ketangkasan dipengaruhi oleh kekuatan,

kepantasan, keseimbangan, posisi pusat gravity, kemahiran dan koordinasi.

Menurut Strand, Scantiling dan Jonhson, (1977), memberi definisi tentang

ketangkasan “Ketangkasan sebagai kebolehan untuk mengubah posisi badan

dengan cepatdan tepat”. Menurut Dangsina Moeloek (1984:8) menggunakan

istilah ketangkasan. Ketangkasan adalah kemampuan merubah secara tepat arah

Page 56: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

66

tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan. Menurut Annarino,

(1976) ketangkasan merupakan salahsatu unsur dalam faktor fisiomotor yang di

perolehi daripada tindakan sistem saraf ke atas sisitem otot dengan reaksi otot

yang betul untuk menghasilkan pergerakan yang diinginkan. Sedangkan menurut

Jhonson dan Nilson menyatakan bahwa ketangkasan merupakan kebolehan fisikal

seseorang yang dapat merubah kedudukan badan dan arah secara tepat dan cepat.

Sifat ketangkasan bukan saja melibatkan kepantasan tetapi juga termasuk

kebolehan badan membuat perubahan pergerakan atau arah pergerakan secara

tiba-tiba (Hunsicker 1974). Menurut Harman et al. (2000), ketangkasan adalah

kemampuan untuk berhenti, bergerak dan menukar arah pergerakan badan atau

bahagian badan dengan pantas dalam berbagai gaya lakuan. Dalam hal ini,

sekiranya seseorang pemain itu kurang tangkas, mungkin disebabkan oleh sistem

biomekanik dan pergerakan badan yang kurang lancar.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketangkasan

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi ketangkasan seseorang adalah:

1) Kecepatan reaksi dan kecepatan gerak yang baik.

2) Kemampuan tubuh dalam mengatur keseimbangan.

3) Kelentukan sendi-sendi tubuh.

4) Kemampuan menghentikan gerakan tubuh dengan cepat

Menurut Clarke (1976) faktor-faktor lain yang mempengaruhi ketangkasan terdiri

daripada faktor umur, tahap kematangan, berat badan, jenis bentuk badan,

kelelahan dan kondisi lingkungan sekitar.Adapun menurut Dangsina Moeloek dan

Arjadino Tjokro (1984 : 8-9) faktor-faktor yang mempengaruhi ketangkasan

adalah :

1. Tipe tubuh

Seperti telah dijelaskan dalam pengertian ketangkasan bahwa gerakan-gerakan

ketangkasan menuntut terjadinya pengurangan dan pemacuan tubuh secara

bergantian. Dimana momentum sama dengan massa dikalikan kecepatan.

Dihubungkan dengan tipe tubuh, maka orang yang tergolong mesomorfi dan

mesoektomorfi lebih tangkas dari sektomorf dan endomorf.

2. Usia

ketangkasan anak meningkat sampai kira-kira usia 12 tahun (memasuki

Page 57: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

67

pertumbuhan cepat). Selama periode tersebut (3 tahun) ketangkasan tidak

meningkat, bahkan menurun. Setelah masa pertumbuhan berlalu,

ketangkasanmeningkat lagi secara mantap sampai anak mencapai maturitas dan

setelah itu menurun kembali.

3. Jenis kelamin

Anak laki-laki menunjukkan ketangkasan sedikit lebih baik dari pada anak

wanita sebelum mencapai usia pubertas. Setelah pubertas perbedaan tampak

lebih mencolok.

4. Berat badan

Berat badan yang berlebihan secara langsung mengurangi ketangkasan.

5. Kelelahan

Kelelahan mengurangi ketangkasan terutama karena menurunnya koordinasi.

Sehubungan dengan hal itu penting untuk memelihara daya tahan

kardiovaskuler dan otot agar kelelahan tidak mudah timbul.

Berdasarkan materi yang tersebut diatas mengenai tentang ketangkasan

fisik didalam permainan olahraga tradisional paraga yang dimainkan oleh

masyarakat suku Bugis dan Makasar perlu di ketahui bahwa didalam permainan

paragajuga terdapat nilai belajar ketangkasan didalammya karena didalam

memainkan permaianan paraga pemain parraga dituntut untuk tangkas dalam

menyepak bola raga serta tangkas dalam menjagling bola raga.

B. Penelitian Yang Relevan

Dalam penelitian ini tidak mengesampingkan karya-karya terdahulu sebagai

rujukan dalam penulisan serta acuan dalam penelitian selnjutnya, penelitian yang

relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Dosenseni

budaya Universitas negeri Muhammadiyah Makassar, beliau lulusan Doktor

antropologi dari universitas hasanuddin Makassar beliau adalah Muh. Faisal

MRA, yang penelitiannya berjudul “Nilai-Nilai Estetika Tari Paraga”. Penelitian

ini merujuk kesenian budaya yaitu nilai-nilai estetika yang terkandung didalam

permainan tari paraga di Sulawesi selatan.

C. Kerangka Berpikir

Page 58: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

68

Masyarakat suku Bugis Makassar di Sulawesi Selatan, memiliki beragam

tradisi kesenian yang unik dan khas, salah satunya adalah permainan paraga.

Paraga merupakan bahasa Bugis untuk menyebut sebuah permainan bola (raga)

yang disepak menggunakan kaki. Orang Makassar menyebutnya aqraga.

Permainan ini memiliki nilai olahraga dan seni yang tinggi, yakni memadukan

antara seni pencak silat dan ketangkasan dan permainan ini masih bertahan hingga

kini. Permainan paraga sebenarnya bukan asli dari Sulsel, namun berasal dari

Nias, Sumatra Utara. Paraga masuk ke Sulsel dibawa oleh pedagang Bugis dan

Makassar dari Sumatra. Permainan ini berkembang pesat pada masa Kerajaan

Gowa di abad 15-16 Masehi. Mulanya, hanya kaum bangsawan yang memainkan

paraga, namun lambat-laun meluas ke masyarakat umum.

Olahraga permainan tradisional Paraga adalah sebuah taradisi yang di

permainkan oleh masyarakat suku Bugismakassar di Sulawesi Selatan.Paraga

merupakan perpaduan anatara unsur kemampuan fisik, permainan, olahraga,

sekaligus kesenian tradisional. Kesenian olahraga budaya ini selalu dimainkan

dengan iringan musik yang terdiri dari genrang (gendang), dan gong, juga calong-

calong (alat musik yang terbuat dari bambu) dan dimainkan dengan cara dipukul

menggunakan potongan kayu agar para pemainnya tetap bersemangat.Orang

Sulsel percaya bahwa paraga sudah ada sebelum permainan bola modern muncul.

Permainan paraga menuntut ketangkasan dan kelincahan pemainnya dalam

mengumpan dan menendang bola. Tidak heran jika dahulu paraga menjadi salah

satu ukuran kesempurnaan pemuda Sulsel. Bahkan, seorang pemuda belum bisa

menikah sebelum mahir bermain paraga. Paraga juga pernah menjadi ukuran

status sosial dimana para pemainnya akan dikelompokkan sesuai derajat sosial

mereka di masyarakat.

Di Sualwesi Selatan khususnya di kota Makassar dan sekitarnya, dalam

berbagai seremonial atau pesta rakyat, permainan paraga masih digelar sebagai

pendukung acara. Para pemain paragabiasanya adalah para pemuda yang terampil

dan terlatih baik. Mereka mengenakan pakaian adat yang terdiri dari passapu

(penutup kepala khas Makassar berbetuk segi tiga), baju tutup (jas tradisional),

dan lipa sabbe (sarung khas Makassar yang terbuat dari kain sutera), para pemuda

ini beratraksi.Hingga kini, kentalnya corak Islami masih melekat pada atraksi

Page 59: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

69

permainan paraga, setiap kali melakukan atraksi paraga, para pemainnya kerap

melafalkan ”Lailahaillalah” dengan nada yang teratur.

Gambar : 2.4 Konsep kerangka berpikir

Dari kerangka berpikir tersebut dapat dijelaskan bahwa didaerah Sulawesi

Selatan terdapat permaina olahrga tradisional yang dimainkan oleh masyarakat

suku Bugis Makassar yang disebut paraga, stelah peneliti melakukan observasi

mendalam terkait mengenai permainan paragatersebut, peniliti melihat keunikan

tersendiri didalam pelaksanaan permaian tersebut, dari hal tersebut peneliti

Page 60: BAB II LANDASAN TEORI 1. · permainan modern yang menjadikan orang-orang pada zaman sekarang kurang bahkan tidak mengetahui olahraga tradisional. Disamping itu olahraga tradisional

70

tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang mendalam terkait tentang

permainan olahraga tradisional paraga. Peneliti ingin mengetahui sejarah

perkembangan paraga di Sulawesi selatan, nilai-nilai olahraga apa yang

terkandung didalam permainan paraga tersebut, bagaimana pandangan masyarakat

terkait dengan olahraga taradisional paraga, serta peneliti ingin menegetahui

eksistensi masyarakat dalam memainkan olahraga tradisional paraga.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan

menggunakan teori fenomenologi dengan pendekatan hermeneutik dimana

peneliti memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang lain dalam situasi

tertentu. Dalam hal ini peneliti akan melakukan pengamatan secara langsung

terhadap objek yang akan diteliti tentang bagaimana tradisi permainan Paraga di

Sulawesi Selatan di tinjau dari aspek keterampilan gerak dan ketangkasan fisik

didalam permaianan paraga. Dalam implementasinya akan dilaksanakan

penelitian langsung dilapangan dengan melakukan wawancara mendalam, serta

pengamatan secara langsung terhadap kegiatan tradisi permaianan Paraga

masyrakat suku Bugis dan Makassar di Sulawesi Selatan.