BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub...

53
7 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini peneliti akan menjabarkan mengenai teori-teori apa saja yang mendukung riset yang dikerjakan. Teori-teori tersebut diawali dengan pengertian pengukuran kinerja dan manfaatnya, dilanjutkan dengan strategi IT (Information Technology) dan dukungannya terhadap bisnis, kemudian membahas analisis value chain, mengenai peran IT dalam perusahaan, yang diteruskan kemudian dengan teori IT Balanced Scorecard. Setelah itu dibahas mengenai pengukuran dan desain instrumen dalam survei, dan yang terakhir adalah analisis faktor dan penggunaannya. 2.1. Pengukuran Kinerja Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan manfaat yang akan diberikan. 2.1.1 Definisi Pengukuran Kinerja Menurut Yuwono, Sukarno, dan Ichsan (2002, p23), pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai (value chain) yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik (feedback) yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.

Transcript of BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

7

 

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini peneliti akan menjabarkan mengenai teori-teori apa saja yang

mendukung riset yang dikerjakan. Teori-teori tersebut diawali dengan pengertian

pengukuran kinerja dan manfaatnya, dilanjutkan dengan strategi IT (Information

Technology) dan dukungannya terhadap bisnis, kemudian membahas analisis value

chain, mengenai peran IT dalam perusahaan, yang diteruskan kemudian dengan teori

IT Balanced Scorecard. Setelah itu dibahas mengenai pengukuran dan desain

instrumen dalam survei, dan yang terakhir adalah analisis faktor dan penggunaannya.

2.1. Pengukuran Kinerja

Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan

pengukuran kinerja dan manfaat yang akan diberikan.

2.1.1 Definisi Pengukuran Kinerja

Menurut Yuwono, Sukarno, dan Ichsan (2002, p23), pengukuran kinerja

adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam

rantai nilai (value chain) yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut

kemudian digunakan sebagai umpan balik (feedback) yang akan memberikan

informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan

memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan

pengendalian.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

8

 

 

Sementara itu, Anthony, Banker, Kaplan, dan Young (1997, p54)

mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai: “the activity of measuring the

performance of an activity or the entire value chain”.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja

adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam

rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran yang ada dapat

digunakan untuk memberikan informasi tentang pencapaian prestasi pelaksanaan

operasional IT pada perusahaan, sehingga dapat memberikan pengendalian yang

sebaiknya dilakukan.

2.1.2 Manfaat Pengukuran Kinerja

Pada tahun 1891, ahli ilmu fisika Inggris Lord Kevin menulis : “Bila anda

dapat mengukur apa yang anda sedang bicarakan, dan menyatakannya dalam

bentuk angka-angka, maka anda mengetahui sesuatu tentang itu, tetapi apabila

anda tidak dapat mengukurnya, dan anda tidak dapat menyatakannya dalam

bentuk angka-angka, maka pengetahuan anda adalah tidak lengkap dan tidak

memuaskan”. (Gasperz, 2003, p67)

Menurut Lynch dan Cross (1991), manfaat sistem pengukuran kinerja yang

baik adalah sebagai berikut:

• Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan

membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat

Page 3: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

9

 

 

seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan

kepada pelanggan.

• Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari

mata-rantai pelanggan dan penyedia internal.

• Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-

upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).

2.2. Strategi IT (Information Technology)

Dalam satu dekade terakhir, peran dari IT telah berubah secara dramatis, sampai

pada suatu titik dimana bisnis tidak dapat berjalan tanpa adanya dukungan IT. Satu

hal yang pasti bahwa IT tidak dapat dipisahkan dari perusahaan, dan menjadi bagian

yang penting. Tetapi banyak yang mempertimbangkan bahwa IT adalah satu area

resiko yang kurang mendapatkan perhatian pada tingkatan Direksi.

IT harus mendukung tujuan-tujuan bisnis. Dan strategi IT harus mendukung

implementasi dan strategi bisnis. Hubungan antara tujuan dan strategi bisnis dengan

IT diilustrasikan pada gambar 2.1.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

10

 

 

Gambar 2.1 Hubungan Antara Tujuan, Strategi Bisnis Dan Tujuan, Strategi IT (www.itgi.org)

“Dahulu IT merupakan sumber biaya, sekarang IT berada pada inti dari banyak

bisnis. IT dapat menjadi sebuah sumber dari competitive advantage jika diatur dengan

baik, sebuah beban bila diatur dengan buruk. Pendekatan yang terfokus pada biaya

terhadap keputusan investasi akan melewatkan peluang bisnis yang besar. Jika salah

diterapkan maka investasi tersebut dapat membawa pada eskalasi dalam biaya sejalan

dengan waktu. Keputusan IT harus dibuat berdasarkan basis nilai, dengan

menggunakan metodologi yang terkait dengan biaya/keuntungan, proses manajemen

yang solid, dan keputusan bisnis serta IT yang matang. Hal ini berarti bahwa manajer

bisnis harus mengambil kepemilikan dari investasi IT dan terlibat secara penuh dalam

proses pengambilan keputusan.” (Grambergen, 2001).

Hal yang membuat IT menjadi sangat khusus dan membutuhkan perhatian lebih,

adalah:

- Pemahaman teknis IT yang lebih dalam dibutuhkan untuk memahami bagaimana IT

dapat menciptakan peluang bisnis baru dan meningkatkan efektifitas perusahaan.

Tujuan Bisnis Strategi Bisnis

Tujuan IT Strategi IT

Page 5: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

11

 

 

- Pengetahuan mengenai IT yang sesungguhnya dan hasil yang dapat diberikan

(deliver), terbatas pada tingkat manajemen.

2.3. Analisis Value Chain

Dari sisi bisnis, pembahasan akan dilakukan menggunakan analisis porter.

Analisis porter yang terkait dengan IT adalah value chain. Value chain yaitu suatu

konsep dari pengelolaan usaha yang pertama kali dideskripsikan dan dipopulerkan

oleh Michael E. Porter dalam buku terlaris 1985, Competitive Advantage: Creating

and Sustaining Superior Performance.  

Value chain merupakan sebuah sistem yang merupakan rangkaian aktifitas

maupun subsystem yang berinteraksi satu dengan yang lain, dimana masing-masing

memberikan nilai terhadap perubahan (Porter, 1985). Dalam persaingan, nilai (value)

dapat didefinisikan sebagai jumlah pembeli yang mau membayar untuk apa yang

diberikan oleh suatu perusahaan.

Gambar 2.2 Value Chain (Michael E. Porter, 1985)

Page 6: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

12

 

 

Terdapat dua aktifitas dari value chain, yaitu aktifitas utama (primary activities)

dan aktifitas pendukung (support activities). Primary activities meliputi inbound

logistic, operations, outbound logistic, marketing dan sales serta service. Sedangkan

untuk support activities meliputi firm infrastructure, human resources management,

technology development dan procurement.

Berdasarkan gambar 2.2 diatas, dapat diketahui bahwa unit IT terletak dalam

kategori aktifitas pendukung yaitu technology department. Dimana IT digunakan

untuk mendukung aktifitas bisnis perusahaan.

2.4. IT Balanced Scorecard (IT BSC)

Pada tahun 1997, Van Grembergen dan Van Bruggen mengadopsi Balanced

Scorecard untuk digunakan pada Departemen IT dalam organisasi. Dalam pandangan

mereka karena Departemen IT merupakan penyedia layanan internal maka perspektif

yang digunakan harus diubah dan disesuaikan. Dengan melihat bahwa pengguna

mereka adalah pegawai internal dan kontribusi mereka dinilai berdasarkan pandangan

pihak manajemen maka mereka mengajukan perubahan seperti pada gambar dibawah

ini.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

13

 

 

BSC Tradisional BSC Terhadap IT

Gambar 2.3 Penyesuaian Balanced Scorecard Tradisional dengan IT Balanced Scorecard (Hill, 2003)

Penggunaan IT Balanced Scorecard merupakan salah satu cara yang paling

efektif untuk membantu penyelarasan IT dan bisnis. Tujuannya adalah membuat

sebuah fasilitas bagi pelaporan manajemen, menumbuhkan konsensus diantara

stakeholder kunci mengenai tujuan strategis IT, menunjukkan efektifitas dan nilai

tambah dari IT dan mengkomunikasikan kinerja, resiko dan kemampuan IT

(Grambergen, 2000).

BSC Tradisional

Keuangan Pelanggan Proses Bisnis Internal Pembelajaran dan

Pertumbuhan

IT BSC

Kontribusi Perusahaan Orientasi Pengguna Keunggulan Operasional Orientasi Masa Depan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

14

 

 

2.4.1. Perspektif dalam IT Balanced Scorecard

Gambar 2.4: Perspektif IT Balanced Scorecard (Hill, 2003)

Berdasarkan gambar 2.4 diatas, terdapat beberapa perspektif dalam

mengevaluasi kinerja IT yang terdiri dari:

2.4.1.1. Perspektif Kontribusi Perusahaan (Corporate

Contribution)

Perspektif kontribusi organisasi (corporate contribution) adalah

perspektif yang mengevaluasi kinerja IT berdasarkan pandangan dari

manajemen eksekutif, para direktur dan shareholder.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

15

 

 

Evaluasi IT dapat dipisahkan menjadi dua macam:

• Jangka pendek berupa evaluasi secara finansial.

• Jangka panjang yang berorientasi pada proyek dan fungsi IT itu

sendiri.

Proyek-proyek IT seharusnya dapat memberikan nilai tambah bagi

organisasi. Nilai tambah disini bukan hanya melibatkan resiko dalam

pencapaiannya. Penggunaan tolak ukur keuangan sebagai satu-satunya

pengukur kinerja organisasi memiliki beberapa kelemahan (Rahmadi

Wijaya, 2007), antara lain:

a) Pemakaian kinerja keuangan sebagai satu-satunya penentu kinerja

organisasi bisa mendorong manajer untuk mengambil tindakan

jangka pendek dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang.

Misalkan, untuk menaikkan profit seorang manajer bisa saja

mengorbankan komitmennya terhadap pengembangan dan pelatihan

bagi karyawan, termasuk investasi-investasi dalam sistem dan

teknologi untuk kepentingan organisasi di masa mendatang. Hal ini

akan membantu meningkatkan kinerja keuangan untuk jangka

pendek, sedangkan dalam jangka panjang justru akan merugikan.

b) Diabaikannya aspek pengukuran non-finansial termasuk intangible

asset dan intagible benefit, pada umumnya akan memberikan

Page 10: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

16

 

 

pandangan yang keliru bagi manajer mengenai situasi dan kondisi

organisasi di masa sekarang apalagi di masa mendatang.

c) Kinerja keuangan pada dasarnya hanya bertumpu pada kinerja masa

lalu dan sepenuhnya kurang mampu untuk menuntun ke arah tujuan

organisasi di masa mendatang.

Perspektif ini melakukan pengukuran terhadap nilai yang diberikan

(deliver) untuk bisnis perusahaan dari investasi yang dilakukan pada IT.

Untuk mengukur ini harus ada basis data pengukuran kinerja masa lalu,

sehingga diperoleh peningkatan terhadap kinerja saat ini yang

disebabkan oleh implementasi strategi.

Menurut Martinson, M., R. Davison, et al (1999), misi dan tujuan untuk

perspektif ini terdiri dari:

• Misi : Berkontribusi terhadap nilai (value) dari bisnis.

• Tujuan : Membangun dan menjaga citra, menjaga reputasi yang baik

dengan manajemen, layanan yang diberikan IT untuk memenuhi

kebutuhan bisnis, dukungan manajemen terhadap layanan IT,

peningkatan kinerja bisnis.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

17

 

 

2.4.1.2. Perspektif Orientasi Pengguna (User

Orientation)

Perspektif orientasi pengguna (user orientation) adalah perspektif

yang mengevaluasi kinerja IT berdasarkan cara pandang pengguna

bisnis dan lebih jauh lagi adalah pelanggan dari unit bisnis yang ada.

Dalam perspektif ini organisasi melakukan identifikasi pelanggan

dan segmen pasar yang akan dimasuki. Dan dengan perspektif orientasi

pengguna ini maka organisasi dapat menyelaraskan berbagai ukuran

pelanggan penting yaitu: loyalitas, retensi, akuisisi, profitabilitas,

kepuasan pelanggan sendiri dan sasaran segmen pasar.

Selain itu perspektif ini juga memungkinkan organisasi melakukan

identifikasi dan pengukuran dimana secara eksplisit menetapkan

proposisi nilai (faktor pendorong) yang akan organisasi berikan kepada

pelanggan dan pasar sasaran. Jadi jika pengguna tidak merasa puas

maka akan banyak keluhan atau bahkan akan menurunkan kinerja

pengguna di masa yang akan datang, walaupun kinerja mereka saat ini

terlihat baik.

Secara umum, perspektif ini memiliki dua kelompok pengukuran

(Rahmadi Wijaya, 2007), yaitu:

Page 12: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

18

 

 

a) Kelompok pengukuran pelanggan utama

Merupakan ukuran generik yang digunakan hampir semua organisasi,

yang terdiri dari ukuran: pangsa pasar, retensi pelanggan, akuisisi

pelanggan, kepuasan pelanggan dan profitabilitas pelanggan.

• Pangsa pasar

Mencerminkan bagian yang dikuasai oleh organisasi atas

keseluruhan pasar yang ada, yang meliputi antara lain: jumlah

pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit penjualan.

• Retensi pelanggan

Mengukur tingkat dimana organisasi dapat mempertahankan

hubungan yang baik dengan penggunanya.

• Akuisisi pelanggan

Mengukur tingkat dimana suatu unit bisnis mampu menarik

pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru.

• Kepuasan pelanggan

Menaksir tingkat kepuasaan pelanggan terkait dengan kriteria

kinerja spesifik dalam value proposition.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

19

 

 

• Profitabilitas pelanggan

Berhasil dalam empat ukuran pelanggan utama sebelumnya

bukanlah jaminan bahwa sebuah organisasi memiliki pelanggan

yang menguntungkan. Karena kepuasan pelanggan dan pangsa

pasar yang besar hanyalah sebuah alat untuk mencapai

pengembalian finansial yang tinggi, organisasi berharap untuk

dapat mengukur tidak hanya besaran bisnis yang dilakukan dengan

pelanggan tetapi juga profitabilitas dari bisnis ini, terutama dalam

segmen pelanggan sasaran.

Organisasi tidak hanya menginginkan pelanggan yang lebih

dari sekedar terpuaskan dan senang tetapi juga pelanggan yang

memberikan keuntungan. Sebuah ukuran finansial seperti

profitabilitas pelanggan dapat membantu organisasi untuk tetap

berfokus pada pelanggan, dan di lain pihak dapat mengungkapkan

pelanggan sasaran tertentu yang tidak memberian keuntungan.

b) Kelompok pendorong kinerja

Kelompok pengukuran yang merupakan faktor pendorong kinerja

hasil pelanggan. Kelompok pengukuran ini menawarkan proposisi

nilai pelanggan yang diberikan organisasi. Proposisi nilai ini

menyatakan atribut yang diberikan organisasi kepada produk dan

Page 14: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

20

 

 

jasanya untuk menciptakan loyalitas dan kepuasan pelanggan dalam

pasar sasaran.

• Product/service attributes

Atribut produk atau jasa mencakup fungsionalitas produk atau jasa

tersebut, harga dan mutu. Pengguna memiliki preferensi yang

berbeda-beda atas produk yang ditawarkan.

• Customer relationship

Menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses pembelian

produk yang ditawarkan organisasi. Perasaan konsumen ini sangat

dipengaruhi oleh responsivitas dan komitmen organisasi terhadap

pelanggan berkaitan dengan masalah waktu penyampaian. Waktu

merupakan komponen yang penting dalam persaingan organisasi.

Pelanggan biasanya menganggap penyelesaian order yang cepat

dan tepat waktu sebagai faktor yang penting bagi kepuasan

mereka.

• Image and reputation

Menggambarkan faktor-faktor intangible yang menarik seorang

konsumen untuk berhubungan dengan organisasi. Membangun

image dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan dan menjaga

kualitas seperti yang dijanjikan.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

21

 

 

Menurut Martinson, M., R. Davison, et al (1999), misi dan tujuan untuk

perspektif ini terdiri dari:

• Misi: Sebagai penyedia sistem informasi yang lebih diinginkan

• Tujuan: Membangun dan menjaga citra dan reputasi yang baik dengan

pengguna (end-user), menjadi penyedia aplikasi yang lebih diinginkan,

penyedia layanan operasional yang lebih diinginkan, dapat bekerja

sama dengan pengguna, dan dapat memuaskan kebutuhan pengguna.

Selain itu perspektif ini juga memungkinkan organisasi melakukan

identifikasi dan pengukuran dimana secara eksplisit menetapkan

proposisi nilai (faktor pendorong) yang akan organisasi berikan kepada

pelanggan dan pasar sasaran. Jadi jika pengguna tidak merasa puas

maka akan banyak keluhan atau bahkan akan menurunkan kinerja

pengguna di masa yang akan datang, walaupun kinerja mereka saat ini

terlihat baik. Beberapa hal yang dari perspektif ini adalah:

• Kepuasan pengguna.

• Performa aplikasi yang digunakan.

• Performa layanan perbaikan yang diberikan.

• Tingkat keluhan (complain)

• Jenis keluhan

• Waktu yang diperlukan untuk melayani keluhan

• Tingkat kesulitan kerja

Page 16: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

22

 

 

2.4.1.3. Perspektif Keunggulan Operasional

(Operational Excellence)

Perspektif ini adalah perspektif yang menilai kinerja IT berdasarkan

cara pandang manajemen IT itu sendiri dan lebih jauh lagi adalah pihak

yang berkaitan dengan audit dan pihak yang menetapkan aturan-aturan

yang digunakan.

Keunggulan operational suatu organisasi dapat dilihat pada operasi

bisnis internal yang terjadi (Rahmadi Wijaya, 2007), yang dapat dibagi

ke dalam:

a) Inovasi

Dalam proses ini, unit bisnis menggali pemahaman tentang

kebutuhan laten dari pelanggan dan menciptakan produk dan jasa

yang mereka butuhkan. Proses inovasi dilakukan dan setelah melalui

serangkaian tes dan telah memenuhi syarat-syarat pemasaran dan

dapat dikomersilkan maka produk atau jasa tersebut diperkenalkan

kepada pelanggan.

Akitvitas ini merupakan akitvitas penting yang berlangsung untuk

jangka panjang sehingga menentukan kesuksesan organisasi dimasa

sekarang dan dimasa mendatang.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

23

 

 

b) Operasional

Proses ini merupakan proses dalam pembuatan dan penyampaian

produk atau jasa. Dalam proses ini pengukuran yang terkait dapat

dikelompokkan pada waktu, kualitas dan biaya.

c) Pelayanan purna jual

Proses ini dimulai pada saat produk atau jasa sudah terjual atau

digunakan. Organisasi dapat mengukur apakah upayanya dalam

proses ini telah sesuai dengan harapan pelanggan. Pengukuran pada

proses ini dapat menggunakan tolak ukur yang bersifat kualitas, biaya

dan waktu.

Menurut Martinson, M., R. Davison, et al (1999), misi dan tujuan untuk

perspektif ini terdiri dari:

• Misi: Untuk menyediakan layanan dan sistem IT yang efektif dan

efisien.

• Tujuan: Memberikan keunggulan operasional (produktifitas, kualitas

dan efisiensi), waktu penyelesaian masalah yang cepat, peningkatan

layanan secara berkesinambungan, efisiensi dan efektivitas

operasional IT.

Keunggulan operasional suatu organisasi dapat dilihat pada operasi

bisnis internal yang terjadi, yaitu:

Page 18: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

24

 

 

• Keunggulan operasional (produktifitas, kualitas dan efisiensi)

• Tingkat respon

• Tingkat keamanan dan kenyamanan

• Biaya internal operasional

2.4.1.4. Perspektif Orientasi Masa Depan (Future

Orientation)

Perspektif ini adalah perspektif yang menilai kinerja IT berdasarkan

cara pandang dari departemen itu sendiri, yaitu: pelaksanaan, para

praktisi dan profesional yang ada. Pada perspektif terakhir ini akan

menyiapkan infrastruktur organisasi yang memungkinkan tujuan-tujuan

dalam tiga perspektif lainnya dapat dicapai.

Kemampuan organisasi untuk dapat menghasilkan produk atau jasa

di masa mendatang dengan kemampuan layanan yang memuaskan harus

dipersiapkan mulai dari saat ini. Pihak manajemen harus dapat

memperkirakan tren di masa mendatang dan membuat langkah-langkah

persiapan dalam mengantisipasinya.

Dalam perspektif ini terdapat tiga kategori yang dapat diperhatikan

secara khusus dalam penanganan di masa depan (Rahmadi Wijaya,

2007) yaitu:

Page 19: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

25

 

 

a) Kapabilitas pekerja

Salah satu perubahan yang dramatis dalam pemikiran manajer selama

tahun-tahun terakhir ini adalah peran pegawai dalam organisasi.

Perencanaan dan pelaksanaan pelatihan kembali (reskilling) pegawai

yang dapat menjamin kecerdasan dan kreativitasnya dapat

dimobilisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Tiga pengukuran utama yang berlaku umum adalah :

• Kepuasan pekerja: menyatakan bahwa moral pekerja dan

kepuasan kerja secara keseluruhan saat ini dipandang sangat

penting oleh sebagian besar organisasi. Pekerja yang puas

merupakan pra-kondisi bagi meningkatnya produkitvitas, daya

tanggap dan layanan pelanggan di masa kini maupun masa

mendatang.

• Resensi pekerja: menyatakan lama tidaknya para pekerja yang

diminati organisasi dapat bertahan bekerja. Hal ini berdasarkan

teori bahwa pada dasarnya suatu organisasi membuat investasi

jangka panjang dalam diri para pekerja sehingga seitap kali ada

pekerja yang berhenti dan bukan atas keinginan organisasi maka

itu merupakan suatu kerugian modal intelektual bagi organisasi

tersebut.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

26

 

 

• Produktivitas pekerja: merupakan suatu ukuran hasil atau

dampak keseluruhan usaha peningkatan moral dan keahlian

pekerja, inovasi, proses internal dan kepuasan pelanggan.

Tujuannya adalah membandingkan keluaran yang dihasilkan

oleh para pekerja dengan jumlah pekerja yang dikerahkan untuk

menghasilkan keluaran tersebut.

Selain tiga pengukuran inti tersebut di atas, maka terdapat pula faktor

pendorong yang penting, yaitu:

• Kompetensi staf

Dengan adanya transformasi organisasi maka para pekerja harus

mengambil tanggung jawab baru agar tujuan pelanggan dan

keunggulan operasional dapat tercapai. Oleh karena itu maka

dibutuhkannya pelatihan ulang dapat dipandang dalam dua

dimensi yaitu : tingkat pelatihan yang dibutuhkan dan persentase

tenaga kerja yang membutuhkan pelatihan ulang. Bila tingkat

pelatihan ulang pekerja rendah, latihan dan pendidikan normal

sudah mencukupi bagi organisasi untuk mempertahankan

kapabilitas kerja. Dalam hal ini pelatihan ulang bukan merupakan

prioritas untuk mendapat tempat dalam IT Balanced Scorecard.

Hal yang berbeda berlaku untuk situasi sebaliknya, dimana

pekerja membutuhkan latihan khusus.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

27

 

 

• Infrastruktur Teknologi

Mencerminkan kekuatan tepat guna dan sasaran dari teknologi

yang digunakan organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuannya.

Faktor-faktor yang dapat dimasukkan dalam kategori ini antara

lain: penggunaan teknologi strategis, penggunaan database

strategis, pengalaman yang dimiliki (experience capture),

proprietary aplikasi dan paten atau hak cipta.

• Ilmu Untuk Bertindak

Faktor pendorong ini biasanya diakibatkan oleh situasi dan kondisi

tertentu yang tercipta dalam pelaksanaan proses-proses bisnis

maupun dalam pencapaian tujuan strategis organisasi. Faktor-

faktor yang termasuk dalam kategori ini antara lain : siklus

keputusan penting, fokus strategi, pemberdayaan staf, personal

aligment, moral pekerja dan kerjasama tim.

b) Kapabilitas Sistem Informasi

Selain motivasi dan keahlian pekerja, jika ingin para pekerja dapat

bekerja secara lebih efektif dalam lingkungan yang kompetitif saat ini

dan di masa mendatang, maka diperlukan data dan informasi yang

lebih banyak, yang menyangkut pelanggan, keadaan pasar, proses

internal dan konsekuensi finansial keputusan organisasi.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

28

 

 

Menurut Martinson, M., R. Davison, et al (1999), misi dan tujuan untuk

perspektif ini terdiri dari:

• Misi: Menyediakan peningkatan yang berkelanjutan dan menyiapkan

diri untuk tantangan masa depan.

• Tujuan: Mengantisipasi dan bersiap diri terhadap permasalahan IT

yang mungkin muncul, mengetahui kemampuan teknis staff IT,

pelatihan dan pendidikan staf IT, regenerasi staff IT.

2.5. Penggunaan IT Balanced Scorecard

Untuk mendukung penelitian ini, dilakukan beberapa perbandingan dalam

penggunaan IT Balanced Scorecard pada industri perbankan di Indonesia

Dimana perbandingan tersebut dilakukan terhadap penelitian sebelumnya, yaitu:

2.5.1. Evaluasi strategi teknologi informasi terhadap

strategi bisnis Bank Indonesia dengan

menggunakan IT Balanced Scorecard

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2007 oleh DJAROT SUMANTRI,

DJOKO SISWANTO, RATNAWAN BIMANTORO. Dimana penelitian

ini berisikan:

Page 23: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

29

 

 

Bank Indonesia adalah bank sentral di Republik Indonesia yang

sebagai mana industri perbankan lainnya, sudah menggunakan teknologi

informasi secara intensif di seluruh operasional Bank Indonesia. IT ini

sudah digunakan tidak hanya di kantor pusat saja tetapi sampai seluruh

kantor Bank Indonesia (cabang) dan kantor perwakilan Bank Indonesia

yang saling terhubung dengan jaringan komunikasi BI-NET (Bank

Indonesia Network). Tingginya penggunaan teknologi informasi ini

sudah diperkirakan oleh Direktorat Teknologi Informasi sebagai satuan

kerja yang mengelola teknologi informasi di Bank Indonesia. Oleh

karena itu untuk merencakanan pengembangan teknologi informasi di

Bank Indonesia, sejak tahun 2000 telah disusun Strategi Teknologi

Informasi yang kemudian disempurnakan menjadi Strategi dan

Kebijakan Teknologi Informasi pada tahun 2006.

Dalam mengelola Strategi IT ini, IT Governance sangat diperlukan

untuk menjawab tuntutan stakeholders (pemerintah, BPK, masyarakat,

perbankan dan pihak-pihak yang terafiliasi) dalam hal pengelolaan dan

penyediaan teknologi informasi di Bank Indonesia. Salah satu cara yang

efektif untuk mencapai kesesuaian dan keselarasan IT dengan bisnis

adalah dengan menggunakan IT Balanced Scorecard.

Tujuan dari pengguanaan IT Balanced Scorecard dalam

mengevaluasi strategi IT Bank Indonesia antara lain adalah:

Page 24: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

30

 

 

• Mengukur kesesuaian Strategi IT Bank Indonesia dengan strategi

bisnis Bank Indonesia.

• Menyediakan mekanisme dan tools bagi top level management untuk

melakukan evaluasi terhadap strategi IT seiring dengan perubahan–

perubahan yang terjadi pada Strategi Bisnis Bank Indonesia.

Hasil dari penelitian ini terdiri dari:

• Dalam implementasi strategi sektor sistem pembayaran, penggunaan

IT sudah sangat tinggi untuk menciptakan system transaksi

pembayaran yang handal dan efisien.

• Dalam implementasi strategi sektor moneter, penggunaan IT sudah

sangat tinggi untuk mengumpulkan dan menyajikan berbagai indikator

ekonomi sehingga dapat mempercepat pengambilan keputusan.

• Dalam implementasi strategi sektor perbankan, penggunaan IT sudah

sangat tinggi untuk mengumpulkan dan menyajikan kondisi system

perbankan di Indonesia.

• Dalam implementasi strategi sektor manajemen intern, penggunaan IT

sudah sangat tinggi untuk memperlancar dan mengefisienkan proses-

proses dalam mendukung manajemen internal.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

31

 

 

2.6. Pengukuran dan Desain Instrumen Dalam Survei

Teknik pengukuran yaitu aturan dan prosedur yang digunakan untuk

menjembatani antara apa yang ada dalam dunia konsep dengan apa yang terjadi di

dunia nyata.

Proses pengukuran amat berkaitan dengan desain instrumen. Desain instrumen

dapat didefinisikan sebagai penyusunan instrumen pengumpulan data (biasanya

berupa kuesioner) untuk mendapatkan data yang dibutuhkan guna memecahkan

masalah penelitian.

Proses pengukuran dan desain instrumen (Mudrajad Kuncoro, 2003) tersebut

terdiri dari:

2.6.1. Komponen Pengukuran

Tujuan pengukuran adalah menerjemahkan karakteristik data empiris ke

dalam bentuk yang dapat dianalisis oleh peneliti. Titik fokus pengukuran

adalah pemberian “angka” terhadap data empiris berdasarkan jumlah

aturan/prosedur tertentu. Prosedur ini dinamakan proses pengukuran, yaitu

investigasi mengenai ciri-ciri yang mendasari kejadian empiris dan memberi

angka atas ciri-ciri tersebut. Kendati komponen pengukuran amat beragam,

setidaknya ada tiga komponen yang dibutuhkan dalam setiap pengukuran,

yaitu:

a) Kejadian empiris (empirical events) yang dapat diamati.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

32

 

 

Merupakan sejumlah ciri-ciri dari objek, individu atau kelompok yang

dapat diamati. Dapat diamati mengandung arti bahwa setiap orang dapat

menangkap, atau setidaknya menyimpulkan, bahwa suatu objek, individu,

atau kelompok mempunyai ciri-ciri tertentu.

b) Penggunaan angka (the use of numbers).

Penggunaan angka untuk menggambarkan kejadian empiris. “Angka”

adalah numerik atau simbol-simbol lain yang digunakan untuk

mengidentifikasi. Penggunaan angka adalah untuk memberi arti bagi ciri-

ciri yang mejadi pusat perhatian peneliti.

c) Sejumlah aturan pemetaan (set of mapping rules).

Pernyataan yang menjelaskan arti angka terhadap kejadian empiris.

Aturan-aturan pemetaan disusun oleh peneliti untuk tujuan studi.

2.6.2. Proses Pengukuran

Proses pengukuran dapat digambarkan sebagai sederet tahap yang

saling berkaitan yang dimulai dari:

a) Mengisolasi kejadian empiris

Kejadian empiris dirangkum dalam bentuk konsep/konstruksi yang

berkaitan dengan masalah penelitian. Konsep adalah abstraksi ide yang

digeneralisasi dari fakta tertentu.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

33

 

 

b) Mendefinisikan konsep secara konstitutif dan operasional

Definisi konstitutif mendefinisikan konsep dengan konsep lain

sehingga melandasi konsep kepentingan. Begitu definisi konstitutif telah

ditetapkan, maka definisi operasional harus dinyatakan karena definisi

operasional akan merefleksikan dengan tepat esensi definisi konsitutif.

Definisi operasional memperinci aturan pemetaan dan alat di mana

variabel akan diukur dalam kenyataan. Definisi ini menyatakan prosedur

yang harus diikuti oleh peneliti dalam memberikan angka terhadap

konsep yang diukur.

c) Mengembangkan skala pengukuran

Setelah definisi dinyatakan dengan tepat, pemberian angka dapat

dilakukan. Tujuan utamanya adalah agar sifat-sifat angka tersebut seiring

dengan sifat-sifat kejadian yang ingin diukur. Tugas ini dicapai oleh

peneliti dengan memahami betul hakekat kejadian empris yang diukur

dan menterjemahkan pengetahuan ini dalam pemilihan dan penyusunan

skala pengukuran yang mencerminkan sifat-sifat yang sama. Skala

pengukuran (measurement scale) dapat didefinisikan sebagai suatu alat

yang digunakan untuk memberikan angka terhadap objek/kejadian

empiris.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

34

 

 

2.6.3. Skala Pengukuran

Skala pengukuran amat bervariasi. Kendati kompleksitas variasi alat

pengukuran amat beragam, semua skala mempunyai ciri-ciri setidaknya satu

dari empat tingkat pengukuran, yaitu

a) Skala Nominal adalah skala mengelompokkan obyek atau peristiwa

dalam berbentuk kategori. Skala nominal diperoleh dari pengukuran

nominal yaitu suatu proses mengklasifikasian obyek-obyek yang berbeda

kedalam kategori-kategori berdasarkan beberapa karakteristik tertentu.

Karakteristik data nominal adalah:

• Kategori data bersifat mutually eksklusif (setiap obyek hanya

memiliki satu kategori.

• Kategori data tidak disusun secara logis.

b) Skala Ordinal adalah jenis skala yang menunjukkan tingkat. Skala ini

biasanya dipergunakan dalam menentukan ranking seseorang

dibandingkan dengan yang lain. misalnya ranking siswa dikelas dibuat

dari nilai tertinggi sampai nilai terendah. Ranking pertama dan kedua

tidak memiliki jarak rentangan yang sama dengan ranking kedua dan

ketiga. Contoh lain skala ordinal adalah nilai mahasiswa dalam bentuk

huruf, A, B, C, D dan E. skala ordinal memiliki karakteristik:

Page 29: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

35

 

 

• Kategori data bersifat mutually eksklusif (setiap obyek hanya memiliki

satu kategori).

• Kategori data tidak disusun secara logis.

• Kategori data disusun berdasarkan urutan logis dan sesuai dengan

besarnya karakteristik yang dimiliki.

c) Skala Interval adalah skala yang yang memiliki jarak yang sama antar

datanya akan tetapi tidak memiliki nol mutlak. Nol mutlak artinya tidak

dianggap ada. Salah satu cirri matematis yang dimiliki skala interval

adalah penjumlahan. Dengan demikian, kita dapat membuat operasi

penambahan atau pengurangan. Misalnya, jarak pada temperatur tertentu.

Jarak antara 250F dengan 500F sama dengan jarak 750F dengan 1000F.

akan tetapi, skala suhu ini tidak memiliki titik nol mutlak sehingga kita

tidak bisa melakukan operasi perkalian dan pembagian. Untuk itu maka

ada satu lagi skala yaitu skala rasio.

d) Skala Rasio adalah skala pengukuran yang memiliki nol mutlak sehingga

dapat dilakukan operasi perkalian dan pembagian. Misalnya berat badan,

tinggi badan, pendapatan dan lain sebagainya. untuk melakukan

pengujian hipotesis, maka data yang kita miliki minimal berskala interval.

jika data berskala nominal atau ordinal, data tersebut harus ditransfer dulu

ke skala interval baru bisa di lakukan pengujian hipotesis.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

36

 

 

Setelah variabel yang menjadi perhatian diidentifikasi dan didefinisikan

secara konseptual, suatu jenis skala harus dipilih. Pemilihan skala amat

tergantung dari ciri-ciri yang mendasari konsep dan antisipasi peneliti

terhadap penggunaan variabel yang digunakan dalam tahap analisis data.

Proses ini disebut evaluasi mengenai skala pengukuran. Dalam mengevaluasi

skala pengukuran, harus diperhatikan dua hal yaitu:

2.6.3.1. Validitas

Suatu skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang

seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Bila

skala pengukuran tidak valid maka tidak akan bermanfaat bagi peneliti

karena tidak mengukur atau melakukan apa yang seharusnya dilakukan.

Secara konseptual, dibedakan 3 jenis validitas (Sekaran, 2000: 207-8),

yaitu:

a) Validitas Isi (Content Validity)

Validitas isi memastikan bahwa ukuran telah cukup memasukkan

sejumlah item yang representative dalam menyusun sebuah konsep.

Semakin besar skala item dalam mewakili semesta konsep yang

diukur, maka semakin besar validitas isi. Dengan kata lain, validitas

isi adalah sebuah fungsi yang menunjukkan seberapa baik dimensi

dan elemen sebuah konsep digambarkan.

Page 31: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

37

 

 

b) Validitas Yang Berkaitan Dengan Kriteria (Criterion-related validity)

Validitas yang berkaitan dengan criteria terjadi ketika sebuah ukuran

membedakan individual pada kritera yang akan diperkurakan. Hal ini

dapat dilakukan dengan menetapkan:

• Concurrent Validity

Terjadi ketika skala yang ditetapkan dapat membedakan

individual yang telah diketahui berbeda, sehingga skor untuk

masing-masing instrument harus berbeda.

• Predictive Validity

Menunjukkan kemampuan sebuah instrumen pengukuran dalam

membedakan individu dalam kritera masa depan.

c) Validitas Konstruk (Construct validity)

Menurut Sugiyono (2008), salah satu jenis pengujian validitas

instrumen adalah Construct Validity, dimana instrumen disusun

berdasarkan masukan dari orang yang ahli dibidangnya. Pengujian ini

bisa dilakukan dengan analisis faktor atau korelasi.

Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah

satu teknik pengukuran asosiasi/hubungan (measures of association).

Pengukuran asosiasi merupakan istilah umum yang mengacu pada

sekelompok teknik dalam statistik bivariat yang digunakan untuk

Page 32: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

38

 

 

mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel. Diantara sekian

banyak teknik-teknik pengukuran asosiasi, terdapat dua teknik

korelasi yang sangat populer sampai sekarang, yaitu:

a) Korelasi Pearson Product Moment

Dilakukan apabila sampel datanya lebih dari tiga puluh (30)

data (sampel besar) dan kondisi datanya normal. Termasuk

statistik parametric.

b) Korelasi Rank Spearman

Dilakukan apabila sampel datanya kurang dari tiga puluh (30) data

(sampel kecil) dan kondisi datanya tidak normal. Termasuk

statistik non-parametrik.

c) Selain kedua teknik tersebut, terdapat pula teknik-teknik korelasi

lain, seperti Kendal, Chi-Square, Phi Coefficient, Goodman-

Kruskal, Somer, dan Wilson.

Pengukuran asosiasi mengenakan nilai numerik untuk mengetahui

tingkatan asosiasi atau kekuatan hubungan antara variabel. Dua

variabel dikatakan berasosiasi jika perilaku variabel yang satu

mempengaruhi variabel yang lain. Jika tidak terjadi pengaruh, maka

kedua variabel tersebut disebut independen.

Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan

antara dua variabel (kadang lebih dari dua variabel) dengan skala-

skala tertentu, misalnya Pearson data harus berskala interval atau

Page 33: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

39

 

 

rasio; Spearman dan Kendal menggunakan skala ordinal; Chi

Square menggunakan data nominal. Kuat lemah hubungan diukur

diantara jarak (range) 0 sampai dengan 1.

Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian hipotesis dua

arah (two tailed). Korelasi searah jika nilai koefesien korelasi

diketemukan positif; sebaliknya jika nilai koefesien korelasi negatif,

korelasi disebut tidak searah. Yang dimaksud dengan koefesien

korelasi ialah suatu pengukuran statistik kovariasi atau asosiasi antara

dua variabel. Jika koefesien korelasi diketemukan tidak sama dengan

nol (0), maka terdapat ketergantungan antara dua variabel tersebut.

Jika koefesien korelasi diketemukan +1. maka hubungan tersebut

disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna

dengan kemiringan (slope) positif.

Jika koefesien korelasi diketemukan -1. maka hubungan

tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear

sempurna dengan kemiringan (slope) negatif.

2.6.3.2. Reliabilitas

Realibilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran.

Ujian Reliabilitas alat ukur dapat dilakukan secara eksternal maupun

internal. Secara eksternal, pengujian dapat dilakukan test-retest,

equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal, reliabilitas alat

Page 34: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

40

 

 

ukur dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada

pada instrument dengan teknik tertentu. Menurut Kaplan dan Saccuzo

(1993), metode perhitungan realibilitas dikelompokkan berdasarkan

sumber pengukuran sebagai berikut:

a) Test Retest Reliability

Alat ukur penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test retest

dilakukan dengan cara mencobakan alat ukur beberapa kali kepada

responden. Jadi, dalam hal ini alat ukurnya sama, respondennya

sama, dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien

korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila

koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrument tersebut

sudah dinyatakan reliable. Metode ini merupakan perhitungan yang

paling baik untuk mengetahui penyebab timbulnya kesalahan yang

berkaitan dengan waktu.

b) Equivalen

Pengujian reliabilitas alat ukur dengan cara ini cukup dilakukan

sekali, tetapi alat ukurnya ada dua, pada responden yang sama, waktu

yang sama. Alat ukur yang ekivalen adalah pernyataan secara bahasa

berbeda, tetapi maksudnya sama. Reliabilitas alat ukur dihitung

dengan cara mengkorelasikan antara data alat ukur yang satu dengan

Page 35: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

41

 

 

data alat ukur yang dijadikan ekivalen. Bila korelasinya positif dan

signifikan, maka alat ukur dapat dinyatakan reliabel.

c) Gabungan

Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencoba dua alat

ukur yang ekivalen itu beberapa kali ke responden yang sama. Ini

merupakan gabungan cara pertama dengan cara kedua. Reliabilitas

instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen yang

ekivalen pada pengujian pertama, setelah itu dikorelasikan secara

silang. Jadi, dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda,

akan dapat dianalisa enam koefisien reliabilitas. Bila keenam

koefisien korelasi itu kesemuanya positif dan signifikan, maka dapat

dikatakan bahwa alat ukur tersebut reliabel.

d) Internal Consistency

Pengujian reliabilitas alat ukur Internal Consistency, dilakukan

dengan cara mencoba alat ukur cukup hanya sekali saja, kemudian

data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis

dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas alat ukur. Pada

penelitian pengujian dapat digunakan untuk mengevaluasi sumber

variasi alat tes yang tunggal, diantaranya:

Page 36: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

42

 

 

• Alpha Cronbach

Metode yang digunakan untuk menghitung reabilitas suatu tes yang

tidak mempunyai pilihan ‘benar’ atau ‘salah’ maupun ‘ya’ atau

‘tidak’. Alpha Cronbach sangat umum digunakan, sehingga

merupakan koefisien yang umum untuk mengevaluasi interval

consistency.

• Split half method

Metode perhitungan reabilitas yang dilakukan dengan cara

memberikan suatu test pada sejumlah subyek yang kemudian tes

tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama beasar. Kedua hasil

akan dibandingkan, dan apabila mendapat korelasi positif dan hasil

korelasinya cukup tinggi, maka dapat dikatakan bahwa test tersebut

adalah reliabel.

2.6.4. Menyusun Kuesioner

Langkah awal dalam menyusun desain instrumen adalah membuat

kuesioner, yaitu daftar pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-

pernyataan yang disusun secara tertulis. Kuesioner ini bertujuan untuk

memperoleh data berupa jawaban-jawaban para responden. Dalam

menyusun kuesioner, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:

Page 37: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

43

 

 

a) Apakah pertanyaan atau pernyataan itu perlu?

Pertanyaan atau pernyataan harus diajukan hanya apabila

diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Pertanyaan atau

pernyataan yang tidak perlu hanya akan membingungkan responden.

b) Bagaimana pertanyaan atau pernyataan itu sebaiknya diajukan?

Ada setidaknya dua alasan pentingnya hal ini. Pertama, bisa

saja terjadi responden yang berbeda mempunyai persepsi berbeda

saat mengartikan kata yang sama dan setiap responden mempunyai

kerangka pengalaman yang berbeda saat membaca dan

menginterpretasikan pertanyaan. Oleh karena itu, pertanyaan atau

pernyataan harus disusun secara cermat dan diujicobakan agar sesuai

dengan yang dimaksud oleh peneliti.

Alasan kedua berkaitan dengan pertanyaan atau pernyataan

yang sensitif atau besar kemungkinan menyinggung responden. Oleh

karena itu, disarankan agar responden diberitahu bagaimana data ini

akan digunakan disertai janji bahwa anomalitas responden akan tetap

dijaga kerahasiaannya.

c) Apakah bentuk pertanyaan atau pernyataan terbuka atau tertutup?

Pertanyaan atau pernyataan terbuka adalah yang memberikan

kebebasan kepada responden utnuk menjawab sesuai dengan jalan

Page 38: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

44

 

 

pikirannya. Keuntungan utama menggunakan bentuk ini adalah

bahwa responden dapat mengatakan apa yang mereka inginkan tanpa

dibatasi oleh pendapat yang telah disusun oleh peneliti. Hanya saja,

akan lebih sulit dianalisis, sulit dalam pemberian kode (dalam

analisis data), dan kurang efisien.

Di lain pihak, pertanyaan atau pernyataan tertutup adalah

dimana jawaban-jawabannya telah dibatasi oleh peneliti sehingga

menutup kemungkinan bagi responden utnuk menjawab panjang

lebar sesuai dengan jalan pikirannya. Keuntungannya adalah mudah

dalam pengkodean, tidak memerlukan banyak waktu saat

menganalisis, dan lebih efisien dalam menanganinya dibanding yang

terbuka.

d) Bagaimana seharusnya pertanyaan atau pernyataan itu dirumuskan?

Pertanyaan atau pernyataan yang spesifik lebih dianjurkan

dibandingkan yang bersifat umum. Dan hindari pertanyaan atau

pernyataan yang bermakna ganda, karena akan membingungkan

responden.

e) Bagaimana format jawaban disusun?

Berkaitan dengan beberapa pertanyaan penting berikut:

Page 39: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

45

 

 

• Apa alternatif jawaban yang akan digunakan: dikotomi atau

pilihan berganda?

• Bagaimana urutan alternatif jawaban disusun?

• Bagaimana cara mengatasi/mengantisipasi jawaban “tidak tahu”,

“tidak ada jawaban”, dan “jawaban netral”?

f) Apa teknik skala yang sebaiknya digunakan?

Ada dua teknik skala utama yang sering digunakan, yaitu:

i. Skala Penilaian (rating scale)

Dimana dievaluasi suatu dimensi orang, objek, atau fenomena pada

suatu titik dalam suatu rentang/kategori. Jenis skala ini dibagi

menjadi:

• Graphic rating scales, dimana responden menunjukkan

perasaannya dalam skala grafik, misalnya: Dalam skala 0 hingga

100 (0=sangat jelek, 50=netral, 100=yang paling baik), tolong

tunjukkan penilaian anda mengenai film yang baru saja anda

tonton. Nilai anda __________.

• Itemized rating scales, dimana dipilih suatu kategori dalam

bentuk berurutan. □ Sangat tertarik, □ Tertarik, □ Tidak tertarik.

Page 40: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

46

 

 

• Comparative rating scales, dimana orang, objek, atau fenomena

lain dinilai dalam suatu standar orang, objek, atau fenomena lain.

Salah satu bentuk skala ini adalah dikenal dengan nama skala

rank-order.

ii. Altitude scale

Yaitu suatu kumpulan alat pengukuran yang mengukur tanggapan

individu terhadap suatu objek atau fenomena. Jenis skala ini dibagi

menjadi:

• Skala Likert (Likert scale), dimana responden menyatakan tingkat

setuju, atau tidak setuju mengenai berbagai pernyataan mengenai

perilaku, objek, oran, atau kejadian. Biasanya skala yang diajukan

terdiri atas 5 atau 7 titik. Skala-skala ini nantinya dijumlahkan

untuk mendapatkan gambaran mengenai perilaku, misalnya:

Sangat tidak setuju Tidak Setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju

1 2 3 4 5

• Semantic differential, dimana responden menilai perilaku objek

dengan skala 5 atau 7 titik dari dua kutub kata sifat atau frase.

Pemilihan kata sifat atau frase berdasarkan perilaku objek, orang,

atau kejadian.

Page 41: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

47

 

 

2.6.5. Desain Instrumen

Proses penyusunan desain instrumen pada dasarnya adalah suatu seni.

Kendati demikian dua hal utama yang harus diperhatikan dalam desain

instrumen adalah sebagai berikut:

a) Urutan Skala dan Layout

Penyajian dan organisasi instrumen pengumpulan data amat

menentukan dalam sukses atau tidaknya penelitian. Isu sentral pada tahap

ini adalah urutan skala dan penyajian alat pengukuran dalam bentuk yang

menarik dan mudah dimengerti.

b) Pratest dan Perbaikan

Setelah instrument disusn dalam bentuk draft, maka pretest (uji coba

sebelum penelitian yang sebenarnya dilakukan) sebaiknya dilakukan pada

sejumlah responden. Pratest seringkali dapat mengidentifikasi masalah-

masalah dalam penyusunan kata-kata, format kuesioner, dan lain-lain

yang amat berpengaruh terhadap validitas penemuan dari penelitian

tersebut. Bila masalah-masalah tersebut ditemui, peneliti dapat membuat

perubahan-perubahan seperlunya agar dapat memperoleh data dengan

kualitas yang tinggi.

Page 42: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

48

 

 

2.7. Analisis Faktor

Kerlinger (1993) menyebutkan bahwa analisis faktor merupakan ratu atau

primadona metode analisis sehubungan dengan kekuatan, keluwesan dan

kedekatannya dengan hakekat maksud dan tujuan penelitian. Lebih lanjut dikatakan

bahwa analisis faktor berfungsi melayani tujuan efisiensi kegiatan ilmiah karena

dapat mengurangi kelipatgandaan tes dan pengukuran hingga menjadi jauh lebih

sederhana. Suatu faktor merupakan konstrak yang dianggap melandasi tes, skala,

butir dan bahkan hampir semua jenis ukuran.

2.7.1. Pengertian Analisis Faktor

Dalam suatu pengamatan atau penelitian seringkali dicari faktor-faktor

apa saja yang menjadi penyebab suatu masalah. Misalnya jika ingin

mengetahui apa yang menyebabkan konsumen memilih mobil van

dibandingkan mobil sedan, apa yang menyebabkan penumpang kereta api

memilih kelas bisnis daripada kelas ekonomi, atau faktor apa saja yang

menjadi penyebab konsumen menyukai model rumah mediteranian.

Pengamatan semacam ini tidak jarang meliputi jumlah variabel atau factor

penyebab yang banyak dan beragam. Hal ini tentu saja akan menyulitkan

dalam menganalisis dan menarik kesimpulan tentang data tersebut

Metode analisis faktor pertama kali digunakan oleh Charles Spearmen

untuk memecahkan persoalan psikologi dalam tulisannya pada American

Page 43: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

49

 

 

Journal of Psychology pada tahun 1904 mengenai penetapan dan pengukuran

intelektual.

Analisis faktor menganalisis sejumlah variabel dari suatu pengukuran

atau pengamatan yang dititikberatkan pada teori dan kenyataan yang

sebenarnya dan menganalisis interkorelasi (hubungan) antarvariabel tersebut

untuk menetapkan apakah variasi-variasi yang tampak dalam variabel tersebut

berasal atau berdasarkan sejumlah faktor dasar yang jumlahnya lebih sedikit

dari jumlah variasi yang ada pada variabel. Analisis faktor menyederhanakan

hubungan yang beragam dan kompleks pada set data/variabel amatan dengan

menyatukan faktor atau dimensi yang saling berhubungan/mempunyai koelasi

pada suatu struktur data yang baru yang mempunyai set faktor yang lebih

kecil.

Fungsi dan analisis faktor adalah sebagai berikut:

a. Menentukan himpunan dari dimensi yang tidak mudah diamati dalam

himpunan variable (R faktor analysis).

b. Mengelompokkan orang-orang (misalnya responden kuis) kedalam

kelompok-kelompok berbeda didalam populasi (Q faktor analysis).

c. Mengidentfikasi variable-variabel yang akan digunakan kedalam analisis

lanjutan (regresi, korelasi atau diskriminan).

d. Membentuk himpunan dari variable (dengan jumlah lebih sedikit) untuk

menggantikan (sebagian/seluruh) himpunan variable awal.

e. Menganalisis suatu fenomena dengan data yang sangat besar.

Page 44: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

50

 

 

f. Menjabarkan/menguraikan suatu kaitan kompleks diantara fenomena ke

dalam fungsi kesatuan-kesatuan atau ke dalam bagian-bagiannya dan dapat

mengidentifikasikan pengaruh luar.

Penggunaan metode analisis faktor dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Penyelidikan untuk penemuan (exploratory)

Analisis faktor digunakan untuk menyelidiki dan mendeteksi suatu pola

dari variabel-variabel yang ada, dengan tujuan untuk menemukan suatu

konsep baru dan kemungkinan pengurangan data dari data dasar.

b. Penegasan suatu hipotesa (confirmatory uses)

Analisis faktor digunakan untuk mengadakan pengujian suatu hipotesis

mengenai struktur dan variabel-variabel baru yang berkaitan dengan

sejumlah faktor yang signifikan dan faktor loading yang diharapkan.

c. Alat pengukur (measuring device)

Analisis faktor digunakan untuk membentuk variabel-variabel untuk

digunakan sebagai variabel baru pad analisis berikutnya.

2.7.2. Metode Analisis Faktor

Terdapat beberapa tehnik analisis interpendensi varibel yang dapat

dikelompokkan ke dalam analisis faktor, yaitu:

a. Analisis Komponen Utama

Merupakan teknik reduksi data yang bertujuan untuk membentuk suatu

kombinasi linier dari variabel awal dengan memperhitungkan sebanyak

mungkin jumlah variasi variabel awal yang mungkin.

Page 45: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

51

 

 

b. Analisis Faktor Umum (Common Factor Analysis)

Merupakan model faktor yang digunakan untuk mengidentifikasikan sejumlah

dimensi dalam data (faktor) yang tidak mudah untuk dikenali. Tujuan

utamanya adalah mengidentifikasikan dimensi laten yang direpresentasikan

dalam himpunan variabel asal.

Terdapat beberapa model yang terdiri dari:

• Principal-axis factoring

• Unweighted least-squares

• Generelized least-squares

• Maximum likehood

• Alpha factoring

• Image factoring

Perbedaan berbagai macam teknik tersebut terutama terletak pada jumlah

variansi yang dianalisis, apakah total variansi atau hanya variansi umum.

Variansi itu sendiri dapat dibagi menjadi :

- Variansi umum (common variance), yaitu variansi variabel yang

merupakan variansi bersama dengan variabel lain

- Variansi unik (unique variance), yaitu variansi variabel yang digunakan

oleh variabel itu sendiri.

Prinsip kerja analisis faktor dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 46: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

52

 

 

Gambar 2.5 Esensi dari Analisis Faktor (Dermawan Wibisono, Riset Bisnis,

p240, 2002)

Pada gambar Esensi dari Analisis Faktor terdapat 9 variabel yang saling

berkorelasi satu dengan lainnya. Analisis faktor mengintegrasikan variabel

manifest tadi kedalam tiga faktor berdasarkan keterkaitan antarvariabel.

Demikian sehingga faktor 1 dibentuk oleh oleh variabel manifes X1, X2, X3, X4,

dan X6. Faktor 2 oleh X2, X7, dan faktor 3 oleh X5, X8, X9.

Variabel laten yang satu dengan yang lainnya memiliki hubungan bebas

linear ortogonal, artinya tidak memiliki korelasi antar variabel-variabel laten

tersebut. Variabel laten yang terbentuk tidak dapat menjelaskan semua variansi

yang ada dalam variabel-variabel manifest pembentuknya.Ada bagian unik yang

merupakan karakteristik masing-masing variabel manifest.

Page 47: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

53

 

 

2.7.3. Mekanisme Analisis Faktor

Prinsip kerja analisis faktor adalah dari n variabel yang diamati dimana

beberapa variabel mempunyai korelasi maka dapat dikatakan bahwa variabel

tersebut memiliki p faktor umum (common faktor) yang mendasari korelasi

antarvariabel dan juga mfaktor unik (unique faktor) yang membedakan tiap

variabel. Faktor umum dilambangkan dengan F1,F2,F3,F4,….,Fm dan faktor unik

U1,U2,U3,U4,….,Um.

Model matematis dasar analisis faktor yang digunakan untuk setiap variabel

independen X1.

i = 1,2,3,4,…p

Di mana:

Xi = variabel independen ke-I Bi = koefisien faktor unik

Fi = faktor kesamaan ke-j

Ui = faktor unik ke-i

Aij = koefisien faktor kesamaan

Koefisien Aij (loading Aij) dapat menyatakan besarnya kontirbusi variabel Xi

pada faktor kesamaan Fj dan memegang peranan dalam mengambil suatu

kesimpulan sampai seberapa jauh pengaruh variabel Xi terhadap faktro kesamaan

Fj. Koefisien faktor unik bi berfungsi untuk membantu satuan faktor unik agar

dapat dipilih sesederhana mungkin. Faktor kesamaan dapat pula menyatakan

Page 48: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

54

 

 

korelasi diantara variabel, sedangkan faktor unik menerangkan sisa variansi dari

faktor kesamaan atau dapat menunjukkan kegagalan faktor kesamaan dalam

menjelaskan variansi satuan total dari variabel.

Gambar 2.6 Langkah-Langkah Dalam Analisis Faktor (De Vaus, 1991)

Sebagai sebuah metode, analisis faktor mempunyai serangkaian langkah atau

tahap. Terdapat lima langkah penting dalam proses tersebut, yaitu merumuskan

masalah, membuat matriks korelasi, menentukan jumlah faktor, rotasi faktor dan

interpretasi faktor (De Vaus, 1991).

2.7.3.1. Rumusan Masalah

Rumusan masalah terdiri dari:

a) Identifikasi sasaran atau tujuan, dari analisis faktor variabel-variabel

yang akan dilakukan analisa faktor seharusnya didasarkan pada

penelitian sebelumnya, teori atau pertimbangan peneliti.

Rumusan Masalah

Interpretasi Faktor

Matriks Korelasi

Jumlah Faktor

Rotasi Faktor

Page 49: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

55

 

 

b) Variabel-variabel tersebut diukur atas dasar skala ordinal.

2.7.3.2. Matriks Korelasi

Korelasi antar variabel biasanya dibangun berdasarkan beberapa tahap

pengujian:

a) Barlett’s test of Sphericity

Dipakai untuk menguji bahwa variabel-variabel dalam sampel

berkorelasi.

b) Uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO)

Untuk mengetahui kecukupan sampel atau pengukuran kelayakan

sampel. Merupakan indeks pembanding besarnya koefisien relasi

observasi dengan besarnya koefisien parsial.

c) Uji Measure of Sampling Adequency (MSA)

Digunakan untuk mengukur derajat korelasi antar variabel.

2.7.3.3. Menentukan Jumlah Faktor

Tahap ekstraksi faktor dilakukan untuk menentukan jenis-jenis faktor

yang akan dipakai. Estimasi faktor dapat menggunakan metode Principal

Component Analysis (selain itu terdapat metode common faktor analysis).

Dengan metode ini, akan terbentuk kombinasi linier dari variabel-variabel

observasi.

a) Communalities

Page 50: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

56

 

 

Communalities pada dasarnya adalah jumlah varians (bisa dalam

prosentase) dari suatu variabel mula-mula yang bisa dijelaskan oleh

faktor yang ada.

Dalam analisis faktor, total variansi (communality) terbentuk dari

(Fruchter, 1954):

• Common (variansi umum), menunjukkan variansi variabel bersama

antara tiap variabel penelitian.

• Spesific (variansi unik), menunjukkan variansi variabel spesifik

tertentu.

• Error, akibat ketidakandalan dalam proses pengambilan data.

b) Eigenvalues

Setelah ekstraksi faktor dilakukan, kemudian dilakukan perhitungan

eigenvalues, yang menyatakan nilai variansi dari variabel manifest.

Banyaknya faktor ditentukan berdasarkan nilai persentase dari variansi

total yang ditetapkan oleh variabel tersebut. Variansi nilai tersebut

merupakan jumlah variansi masing-masing variabel yang disebut nilai

eigen (eigenvalues).

c) Scree Plot

Sebuah scree plot Adalah plot eigenvalue terhadap jumlah faktor dalam

urutan ektrasi. Bentuk dari plot digunakan untuk menentukan jumlah

faktor. Pada umumnya jumlah factor yang ditentukan atas dasar scree

Page 51: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

57

 

 

plot lebih banyak dari pada jumlah faktor yang ditentukan atas dasar

eigenvalue.

2.7.3.4. Rotasi Faktor

Tahap selanjutnya yaitu rotasi faktor, bertujuan untuk mempermudah

interpretasi dalam menentukan variabel-variabel mana saja yang tercantum

dalam suatu faktor.

Beberapa metode yang digunakan untuk merotasikan faktor antara

lain:

a. Metode Quartimax: bertujuan untuk merotasi faktor awal hasil ekstraksi

sehingga pada akhirnya diperoleh hasil rotasi diamana setiap variabel

member bobot yang tinggi di satu faktor dan sekecil mungkin pada

faktor lain.

b. Metode Varimax: bertujuan merotasi faktor awal hasil ekstraksi

sehingga pada akhirnya diperoleh hasil rotasi dimana dalam satu kolom

nilai yang ada sebanyak mungkin mendekati nol. Hasil ini berarti di

dalam setiap faktor tercakup sesedikit mungkin variabel.

c. Metode Equimax: bertujuan untuk mengkombinasikan metode

quartimax dan varimax.

Langkah-langkah setelah dilakukan rotasi faktor, yaitu:

i. Dilihat factor loading, yang merupakan korelasi sederhana antara

variabel dengan faktor.

Page 52: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

58

 

 

ii. Dimulai dari variabel pada urutan pertama, dimulai dengan bergerak

dari faktor paling kiri ke faktor paling kanan pada setiap baris untuk

mencari bilangan yang nilai mutlaknya paling besar dalam baris

tersebut.

iii. Bilangan yang paling besar menunjukkan dalam faktor mana setiap

variabel termasuk. Hal tersebut menggambarkan factor loading sebuah

variabel dengan faktor bersangkutan. Semakin tinggi factor loading

berarti semakin erat hubungan antara variabel dengan faktor tersebut.

iv. Bila ada variabel yang belum termasuk dalam salah satu faktor (karena

bobotnya kurang dari batas keberartian) maka terdapat dua pilihan

yang dapat dilakukan, yaitu:

• Mengintepretasikan solusi apa adanya tanpa mengikutkan variabel

yang bobotnya tidak signifikan.

• Mengevaluasi variabel yang tidak memiliki bobot signifikan

tersebut. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengetahui relevansi

variabel dalam penelitian yang dilakukan.

2.7.3.5. Interpretasi Faktor

Setelah dilakukan rotasi matrik, selanjutnya adalah tahap interpretasi

faktor berdasarkan bobot masing-masing variabel dalam setiap faktor.

Interpretasi faktor-faktor yang diperoleh dari hasil reduksi akan diberikan

nama, dimana penamaan faktor tergantung pada variabel-variabel yang

menjadi satu kelompok faktor. Pemberian nama ini sebenarnya bersifat

Page 53: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2010-0015-bab2.pdf · Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai apa yang dimaksud dengan pengukuran kinerja dan

59

 

 

subyektif serta tidak ada ketentuan yang pasti mengenai pemberian nama

tersebut (Santoso dan Tjiptono, 2001: 269).