BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran,...

25
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembelajaran Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Australian National Training Authority, (2003) pembelajaran juga digunakan untuk menggambarkan konteks yang lebih luas yang juga meliputi bidang-bidang seperti kebijakan organisasi, dukungan siswa, dan sistem administrasi. Pembelajaran dapat diartikan juga sebagai praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas (Supriatna & Mulyadi, 2009).

Transcript of BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran,...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pembelajaran

Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab I

Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar.

Menurut Australian National Training Authority, (2003)

pembelajaran juga digunakan untuk menggambarkan konteks yang lebih

luas yang juga meliputi bidang-bidang seperti kebijakan organisasi,

dukungan siswa, dan sistem administrasi.

Pembelajaran dapat diartikan juga sebagai praktek penyusunan

media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi

transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses

ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan

tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk

membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi

dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi

hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas

(Supriatna & Mulyadi, 2009).

Page 2: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

9

2.2 Online Learning

Beberapa persamaan yang digunakan sebagai sinonim dari online

learning adalah : e-learning, internet learning, distributed learning,

networked learning, tele-learning, virtual learning, computer-assisted

learning, web-based learning, dan distance learning. Sehingga bisa

dikatakan bahwa pada online learning, siswa berada jauh dari pengajar

atau instruktur, dan siswa memanfaatkan teknologi untuk mengakses

materi pembelajaran (Kaninnen, 2009).

Online learning mencakup berbagai teknologi seperti world-wide-

web, email, chat, newsgroups, dan text, audio dan video conference yang

dikirim melalui jaringan komputer (jaringan area lokal, intranet atau

internet publik) untuk memberikan pendidikan dan pelatihan, baik jarak

jauh maupun di dalam kelas. Sistem berbasis web yang dapat diakses

publik meliputi halaman web dari yang sederhana hingga platform

pengiriman online yang kompleks mengatur akses siswa untuk konten,

interaksi kelompok, penilaian online dan fungsi pendukung seperti

pendaftaran dan catatan siswa (Australian National Training Authority,

2003).

Proses pembelajaran secara online dapat diselenggarakan dalam

berbagai cara berikut (Rochaety, Rahayuningsih, & Yanti, 2005):

1. Proses pembelajaran secara konvensional (lebih banyak face to face

meeting) dengan tambahan pembelajaran melalui media interaktif

komputer via internet atau menggunakan grafik interaktif komputer,

Page 3: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

10

2. Dengan metode campuran, yakni secara umum sebagian besar proses

pembelajaran dilakukan melalui komputer, namun tetap juga

memerlukan face to face meeting untuk kepentingan tutorial atau

mendiskusikan bahan ajar,

3. Metode pembelajaran yang secara keseluruhan hanya dilakukan secara

online, metode ini sama sekali tidak ditemukan face to face meeting.

Dalam Australian National Training Authority, (2003) menyatakan

online learning merupakan bagian dari e-learning. Online learning

merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan internet, intranet dan

ekstranet, atau pembelajaran yang menggunakan jaringan komputer yang

terhubung secara langsung dan luas cakupannya (global). E-learning

merupakan suatu konsep yang lebih luas dibandingkan online learning,

yaitu meliputi suatu rangkaian aplikasi dan proses-proses yang

menggunakan semua media elektronik untuk membuat pelatihan dan

pendidikan vokasional menjadi lebih fleksibel. Sedangkan distance

learning, cakupannya lebih luas dibandingkan e-learning, yaitu tidak

hanya melalui media elektronik tetapi bisa juga menggunakan media non-

elektronik. Distance learning lebih menekankan pada ketidakhadiran

pendidik pada 3 (tiga) setiap waktu (Guri & Rosenblit, 2005). Hubungan

antara online learning, e-learning dan distance learning dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

11

Gambar 2.1 Hubungan antara online learning, e-learning dan distance learning (Sumber: Guri & Rosenblit, 2005)

2.2.1 Kelebihan dan Kekurangan dari E-Learning

Salah satu kekuatan pembelajaran online adalah bahwa siswa dapat

mengakses materi e-learning di mana saja, kapan saja dan pada setiap

kesempatan yang mereka inginkan. Siswa dapat dengan bebas belajar

kapan mereka punya waktu. Koordinator dari kursus bisa berada di suatu

tempat dan peserta bisa berada di seluruh tempat di dunia. Segala sesuatu

yang diperlukan untuk belajar adalah di internet, dan materi tentu saja

dapat diakses oleh peserta melalui web (Kaninnen, 2009).

Kelebihan dari e-learning antara lain (Bouhnik & Marcus, 2006):

a. Kebebasan untuk memutuskan kapan setiap pelajaran yang akan

dipelajari,

b. Kurangnya ketergantungan pada kendala waktu dosen,

c. Kebebasan untuk mengungkapkan pikiran, dan mengajukan

pertanyaan, tanpa keterbatasan,

d. Kondusif untuk guru memberikan kepuasan tanggapan untuk

pertanyaan murid-muridnya,

Page 5: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

12

e. Cara di mana konten yang disajikan membuat nyaman untuk meninjau

pelajaran yang dipelajari sebelumnya,

f. Aksesibilitas untuk, dan ketersediaan, dimana subjek kursus ini adalah

materi, serta bahan-bahan terkait yang siswa dapat mengeksplorasi

pada pilihannya sendiri, berkontribusi untuk belajar mandiri dan siswa

dapat mengembangkan ide-ide independen, dan juga berguna dalam

memungkinkan siswa bekerja untuk memanfaatkan pengetahuan baru

yang diperolehnya dalam hubungannya dengannya tugas yang

diberikan.

Sehingga Bouhnik & Marcus, (2006) menyimpulkan manfaat

e-learning dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Fleksibilitas material dan waktu,

b. Aksesibilitas terhadap materi,

c. Visibilitas multimedia,

d. Ketersediaan data.

Sedangkan kekurangan yang dimiliki oleh pemanfaatan e-learning,

hanya sebuah konsekuensi wajar dari pengelolaan dan kondisi e-learning

yang kurang mendukung, yaitu (Alfitman, 2006):

a. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan

sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial,

b. Proses belajar mengajar cenderung ke arah pelatihan daripada

pendidikan,

c. Berubahnya peran pengajar dari yang semula menguasai teknik

pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik

Page 6: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

13

pembelajaran yang menggunakan ICT (Information, Communication

and Technology),

d. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini

berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun

komputer).

2.2.2 Karakteristik E-Learning

Secara umum, e-learning mempunyai karakteristik sebagai berikut

(Alfitman, 2006):

a. Non-linearity – pemakai (user) bebas untuk mengakses (browse)

tentang objek pembelajaran dan terdapat fasilitas untuk memberikan

persyaratan tergantung pada pengetahuan pemakai,

b. Self-managing – pemakai dapat mengelola sendiri proses

pembelajaran dengan mengikuti struktur yang telah dibuat,

c. Feedback-interactivity – pembelajaran dapat dilakukan dengan

interaktif dan disediakan feedback pada proses pembelajaran,

d. Multimedia-learners style – e-learning menyediakan fasilitas

multimedia. Keuntungan dengan menggunakan multimedia,

mahasiswa dapat memahami lebih jelas dan nyata sesuai dengan tipe

mahasiswanya,

e. Just in time – e-learning menyediakan kapan saja yang diperlukan

pemakai, untuk menyelesaikan permasalahan atau hanya ingin

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,

Page 7: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

14

f. Dinamiyc updating – mempunyai kemampuan memperbaharui isi

materi secara otomatis pada perubahan yang terbaru,

g. Easy accessibility/access ease – hanya menggunakan browser (dan

mungkin beberapa terpasang),

h. Collaborative learning – dengan tool pembelajaran memungkinkan

bisa saling interaksi, maksudnya bisa berkomunikasi secara langsung

pada waktu yang bersamaan (synchronous) atau berkomunikasi pada

waktu yang berbeda (asynchronous). Pemakai bisa berkomunikasi

dengan pembuat materi, mahasiswa yang lain, dan pengunjung.

2.2.3 Penerapan E-Learning

Penerapan e-learning banyak variasinya, karena perkembangannya

yang relatif masih baru. Setiap introduksi suatu teknologi pendidikan

tertentu yang baru seperti pemanfaatan internet, ada empat hal yang perlu

disiapkan, yaitu (Muzid & Munir, 2005):

a. Melakukan penyesuaian kurikulum. Kurikulum sifatnya holistik di

mana pengetahuan, ketrampilan dan nilai (values) diintegrasikan

dengan kebutuhan di era informasi ini. Kurikulumnya bersifat

competency based curriculum,

b. Melakukan variasi cara mengajar untuk mencapai dasar kompetensi

yang ingin dicapai dengan bantuan komputer,

c. Melakukan penilaian dengan memanfaatkan teknologi yang ada

(menggunakan komputer, online assessment system),

Page 8: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

15

d. Menyediakan material pembelajaran seperti buku, komputer,

multimedia, studio yang memadai. Materi pembelajaran yang

disimpan di komputer dapat diakses dengan mudah baik oleh dosen

maupun mahasiswa.

Menurut Sihabudin, (2009), ada tiga kemungkinan dalam

pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu:

a. Web course

Penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta

didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya

tatap muka.Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan,

ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan

melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak

jauh.

b. Web centric course

Penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan

tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampikan melalui

internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling

melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada

siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah

dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari

situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar

lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari

melalui internet tersebut.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

16

c. Web enhanced course

Pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas

pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk

memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan

pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik

dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini

dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet,

membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang

relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web

yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi

melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.

Nedelko (2008), menyatakan ada tiga jenis format penerapan

e-learning, yaitu:

a. Web supported e-learning, yaitu pembelajaran tetap dilakukan secara

tatap muka dan didukung dengan penggunaan website yang berisi

rangkuman tujuan pemebelajaran, materi pembelajaran, tugas, dan tes

singkat.

b. Blended or mixed mode e-learning, yaitu sebagaian proses

pembelajaran dilakukan secara tatap muka dan sebagian lagi dilakukan

secara online.

c. Fully online e-learning format, yaitu seluruh proses pembelajaran

dilakukan secara online termasuk tatap muka antara pendidik dan

peserta didik juga dilakukan secara online yaitu dengan menggunakan

teleconference.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

17

2.2.4 Tujuan E-learning

Pada prinsipnya, apapun medianya (komputer, audio, maupun

video) e-learning tersebut mempunyai semacam tujuan atau dampak yang

sama, yakni dapat mengukur sejauh mana user atau student mengerti

terhadap pembelajaran yang diberikan. Pengukuran bisa dilakukan dengan

berbagai cara seperti dengan memberikan tugas atau kuis didalam e-

learning. Dengan tugas atau kuis tersebut, pengelola e-learning dapat

mengevaluasi dan mengetahui, apakah user/student mereka sudah

mengerti atau belum terhadap pelajaran yang diberikan. Jika belum

mengerti, maka pembelajaran mungkin akan lebih diperjelas melalui

penyediaan sarana untuk tanya-jawab, chatting antara berbagai pihak

dalam e-learning dan fitur lainnya. Selain itu pengukuran juga bisa

dilakukan melalui survey, polling dan forum. Dengan demikian ada catatan

dalam kemajuan sebuah pembelajaran (Alfitman, 2006).

2.3 Quality Assurance pada Learning Management System (LMS)

Secara umum, Quality Assurance adalah suatu proses penentuan

dan pemenuhan standar kualitas yang secara konsisten dan terus- menerus,

dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan para stakeholder. Quality

Assurance juga didefinisikan sebagai sistem manajemen dan prosedur

penilaian yang diadopsi oleh suatu organisasi untuk memonitor kinerja

terhadap sasaran, dan untuk memastikan pencapaian kualitas output dan

peningkatan kualitas. (Belawati & Zuhairi, 2007).

Page 11: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

18

Berdasarkan aspek produk, kualitas dapat dilihat pada materi

pembelajaran, tingkat kelulusan, jumlah pendaftar, dan jumlah alumni.

Kualitas proses meliputi bidang-bidang seperti proses belajar dan

mengajar, bimbingan untuk peserta, dan mengelola informasi peserta.

Kualitas produksi meliputi pembuatan course, pembuatan konten cetak

dan multimedia, penjadwalan, penyampaian materi pada peserta, dan

transmisi konten. Sedangkan kualitas filosofi meliputi hal-hal seperti visi,

misi, kebijakan, tata kelola, budaya perusahaan, dan pencitraan di

masyarakat (Belawati & Zuhairi, 2007).

Adanya kendala (internal dan eksternal), dapat mempengaruhi

kualitas pembelajaran dalam LMS. Kendala internal meliputi relevansi dan

kualitas kurikulum dan materi pembelajaran, tingkat keaktifan interaksi

peserta, dan kualitas sistem penilaian. Sedangkan kendala eksternal

meliputi perilaku peserta (kurang termotivasi, tidak menyiapkan diri

menerima pelajaran, hambatan budaya), kemampuan pendanaan yang

lebih kecil dari kebutuhan, dan fasilitas infrastruktur (sistem jaringan

komunikasi yang tidak dapat diandalkan) (Dhanarajan, 2008).

2.4 Web Course

Untuk mendistribusi kursus (course) melalui Internet (web) dengan

menggunakan berbagai fitur kolaborasi dibutuhkan sistem yang dapat

mengelola data pendidikan dan pelatihan, yaitu Learning Management

System (LMS).

Page 12: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

19

2.4.1 Learning Management System (LMS)

E-learning yang harus dikembangkan bukan hanya sekedar

memasukan bahan ajar, namun lebih bersifat komprehensif, e-learning

yang mampu mengakomodasi sistem pembelajaran yang mengatur peran

pengajar, siswa, pemanfaatan sumber belajar, pengelolaan pembelajaran,

sistem evaluasi dan monitoring pembelajaran. Dalam hal ini e-learning

yang diperlukan meliputi suatu sistem pengelolaan pembelajaran online

terintegrasi yaitu Learning Management System (LMS) (Munir, 2010).

Pembelajaran online yang menggunakan e-learning sangat

ditentukan oleh model LMS yang dikembangkan dan pemanfatannya

secara optimal, efektif dan efisien. Menurut Wahono (2003), e-learning

merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan

tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media

internet, intranet atau media jaringan komputer lain.

Menurut Rosenberg (2005), menekankan bahwa e-learning

merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan

serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan.

2.4.2 Dukungan LMS terhadap E-learning

LMS atau platform e-learning atau Learning Content Management

System (LCMS) adalah aplikasi yang mengotomasi dan memvirtualisasi

proses belajar mengajar secara elektronik. Untuk mengembangkan

Page 13: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

20

e-learning, saat ini telah tersedia banyak LMS, baik yang komersial atau

pun yang bersifat Open Source.

Beberapa LMS yang komersial adalah ANGEL Learning,

ApexLearning, Blackboard, Desire2Learn, eCollege, IntraLearn,

Learn.com, Meridian KSI, NetDimensions_EKP, Open Learning

Environment (OLE), Saba Software, SAP Enterprise Learning, dan

lainnya. Contoh LMS yang bersifat Open Source adalah Atutor, Claroline,

Dokeos, dotLRN, eFront, Fle3, Freestyle Learning, ILIAS, KEWL.nextgen,

LON-CAPA, MOODLE, OLAT, OpenACS, OpenUSS, Sakai, Spaghetti

Learning, dan lainnya (Sutanta, 2009).

Secara umum LMS menyediakan fitur standar untuk e-learning

(Sutanta, 2009), diantaranya:

1. Fitur untuk materi pembelajaran, meliputi daftar pelajaran dan

kategorinya, silabus, materi pelajaran (berbasis teks atau multimedia),

serta bahan pustaka,

2. Fitur untuk diskusi dan komunikasi, meliputi forum diskusi (mailing

list), instant messenger, pengumuman, profil dan kontak instruktur,

serta File and Directory Sharing,

3. Fitur untuk ujian dan tugas, meliputi ujian (exam), tugas (assignment),

dan penilaian.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

21

2.4.3 MOODLE

MOODLE adalah Modular Object-Oriented Dynamic Learning

Environment merupakan ‘open source’ sistem pembelajaran virtual gratis

yang didirikan dan dikelola oleh Martin Dougiamas seorang WebCT

administrator di Curtin University Australia. MOODLE diciptakan untuk

membantu pendidik untuk memiliki sebuah platform di mana mereka

dapat membuat kursus online. MOODLE yang dikembangkan sepanjang

waktu oleh beberapa pihak yang membuat kualitas baru dan meningkatkan

yang sudah ada. Versi pertama MOODLE diluncurkan pada tahun 2002

dan telah berkembang pesat selama bertahun-tahun merupakan sistem

perangkat lunak yang dirancang dari dua komponen dasar, MySQL

(Structured Query Language yang merupakan salah satu database open

source paling populer di dunia) dan PHP (Elameer & Idrus, 2010).

MOODLE mencakup unsur-unsur berikut:

• tools administrasi,

• registrasi pelajar dan pelacakan fasilitas,

• mail internal, diskusi dan berita forum,

• chatting dengan atau tanpa moderator,

• bahan ajar dasar,

• sumber daya tambahan, termasuk bahan bacaan, dan link ke sumber

daya luar di perpustakaan dan di internet,

• self-assessment kuis yang dapat mencetak secara otomatis,

• prosedur penilaian formal,

• hak akses diferensial untuk instruktur dan pelajar,

Page 15: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

22

• tools yang memudahkan otorisasi untuk membuat dokumen yang

diperlukan termasuk penyisipan hyperlink,

• mampu mendukung berbagai kursus (Moodle.org).

MOODLE adalah sebuah nama untuk sebuah program aplikasi

yang dapat merubah sebuah media pembelajaran ke dalam bentuk web.

Aplikasi ini memungkinkan siswa untuk masuk ke dalam “ruang kelas

digital” untuk mengakses materi pembelajaran. Dengan menggunakan

MOODLE, dapat dibuat materi pembelajaran, kuis, jurnal elektronik dan

lain-lain. MOODLE adalah Course Management System (CMS), adalah

sebuah paket gratis yang dirancang untuk dapat membantu pendidik

menciptakan komunitas pembelajaran online yang efektif. MOODLE dapat

di-download secara gratis, digunakan, ataupun dimodifikasi oleh siapa saja

dengan lisensi secara GNU (General Public License). MOODLE memiliki

tiga jenis manajemen, yaitu manajemen situs, manajemen pengguna, dan

tentu saja manajemen kursus. Memiliki beberapa modul untuk

meningkatkan interaksi antara pengguna. Memiliki karakteristik utama

sebagai platform sederhana yang cocok untuk kelas online serta

melengkapi pembelajaran tatap muka. MOODLE memiliki komunitas

pengguna yang besar dan beragam dengan lebih dari 330.000 pengguna

terdaftar hanya dalam http://moodle.org, dengan lebih dari 70 bahasa di

196 negara (Alnsour, et al., 2011).

Page 16: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

23

2.4.3.1 Perbandingan LMS

Dalam memilih LMS, kita membandingkan fitur apa saja yang

ditawarkannya. Dengan cara tersebut akan mendapat gambaran yang

lebih jelas untuk membuat keputusan, LMS mana yang paling cocok.

Kriteria penting yang dibutuhkan untuk memilih LMS yang tepat adanya

dukungan terhadap proses bisnis (workflow), format-format file tertentu,

standarisasi, dapat diintegrasikan dengan sistem lain, tersedianya upgrade

dan patch, serta dapat beradaptasi dengan kebutuhan organisasi (Berking,

2010).

Ketika memilih LMS, prosedur yang dilakukan untuk proses

pemilihan sebagai berikut (Hussein, 2011):

1. Identifikasi kebutuhan pengguna.

2. Pilih beberapa LMS yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna.

3. Lakukan penilaian (assessment) untuk menemukan kelebihan dan

kekurangan masing-masing LMS.

4. Urutkan berdasarkan kelebihan dan kekurangan.

5. Tentukan LMS mana yang paling sesuai untuk memenuhi kebutuhan

pengguna.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

24

Proses tersebut juga dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Proses pemilihan LMS (Hussein, 2011)

Sedangkan menurut Berking(2010) proses pemilihan LMS sebagai

berikut:

1. Menentukan kebutuhan

2. Menentukan anggaran untuk membeli system, pelatihan, dan

penyesuaian (customization) dengan kebutuhan.

3. Menentukan kategori sistem yang dibutuhkan.

4. Mengidentifikasi spesifikasi masing-masing yang sesuai dengan

kategori dan mendukung tipe pembelajaran.

5. Membangun matriks untuk menilai masing-masing LMS dikaitkan

dengan dukungannya terhadap kebutuhan.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

25

6. Lakukan penyaringan, hilangkan LMS yang tidak memenuhi

kebutuhan atau biayanya melampaui anggaran.

7. Buat matriks yang lebih rinci dari masing-masing LMS yang lolos

penyaringan.

8. Buat keputusan.

Fitur-fitur yang dibutuhkan untuk online learning diantaranya

manajemen kompetensi, sertifikasi, dan alokasi sumber daya (tempat,

ruangan, buku pelajaran, instruktur, dll). Para siswa ditingkatkan aktifitas

belajarnya dengan menggunakan fitur-fitur interaktif seperti forum

diskusi dan konferensi video. Tabel di bawah ini menunjukkan fitur-fitur

yang ditawarkan beberapa LMS (tmdhosting.com/blog/lms-hosting-

guide.html):

Tabel 2.1 Perbandingan LMS (Sumber : tmdhosting.com/blog/lms-hosting-guide.html)

Moodle Dokeos Atutor Docebo JoomlaLMSBahasa Didukung lebih dari

60 bahasa34 (dengan level

kualitas yang bervariasi)

Dukungan bahasa hanya sebagian

18 5

Chat Ya Ya Ya Ya Yae-Mail Ya - Ya Ya YaKalendar Ya Ya Ya - YaSurvei Ya Ya Ya Ya YaPengumuman Ya Ya Ya - YaBuku Nilai Ya Ya Ya Ya YaPenugasan Ya Ya Ya - -Berbagi berkas Ya - Ya - YaKuis Ya Ya Ya Ya YaSertifikat Ya Ya Ya Ya YaForum Ya Ya Ya Ya YaKonferensi Ya Ya Ya Ya YaPeran Ya Ya Ya Ya YaTemplate Ya Ya Ya Ya -Absensi Ya - - - Ya

Dari tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa MOODLE memiliki

berbagai keunggulan dibandingkan dengan LMS lain.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

26

2.4.3.2 Kelebihan dan Kelemahan LMS MOODLE

MOODLE sebagai sebuah pilihan LMS, memberikan beberapa

kelebihan (Sutanta, 2009), antara lain:

1. Kelengkapan fitur, MOODLE menyediakan fitur yang lengkap untuk

sebuah proses pembelajaran, meliputi fitur untuk komunikasi

(chatting, messaging, atau forum), fitur untuk pembuatan dan

administrasi materi pembelajaran, fitur untuk melacak dan mengikuti

perkembangan proses pembelajaran (tracking data) dengan user

interface yang mudah dipahami, fitur untuk perluasan fitur

(ekstensibilitas plugin) yang fleksibel dengan dukungan fasilitas

dokumentasi API (guideline, dan template untuk programming).

2. Kemudahan penggunaan, karena hampir seluruh komponen dalam

MOODLE dapat diatur secara luar dan fleksibel sesuai dengan

kebijakan dan kebutuhan proses pembelajaran di masing-masing

institusi.

3. Potensi penerapan, MOODLE dapat diterapkan pada hampir seluruh

jenjang pendidikan (penerapan pada pendidikan pra sekolah dan

sekolah dasar hanya bisa difungsikan sebagai pelengkap) dan berbagai

jenis pelatihan.

4. Tersedia secara gratis, sebagai perangkat-lunak open source (di bawah

lisensi GNU PublicLicense), MOODLE memberikan kebebasan untuk

mengkopi, menggunakan, dan memodifikasinya.

5. Dapat langsung bekerja tanpa harus melakukan modifikasi pada sistem

operasi Unix, Linux, Windows, Mac OS X, Netware, dan sistem lainnya

Page 20: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

27

yang mendukung PHP, termasuk pada sebagian besar provider web

hosting dengan basis data terbaik bagi MOODLE adalah MySQL.

6. Disediakan mengikuti konsep pembelajaran yang komprehensif dan

fleksibel.

Kekurangan yang masih dijumpai pada LMS MOODLE (Sutanta,

2009), antara lain:

1. Tidak selalu mendukung terhadap web browser yang ada, sekalipun

dapat diperbaharui dengan cara men-download aplikasi MOODLE

yang terbaru.

2. Pada pilihan bahasa masih ada beberapa bagian dalam tampilan

e-learning yang tidak dapat dirubah.

2.5 Model ADDIE

ADDIE framework adalah proses desain instruksional yaitu dengan

melakukan 5 (lima) tahap Analysis, Design, Development, Implementation,

dan Evaluation. Merupakan suatu pendekatan yang umum banyak

digunakan dalam pengembangan program pembelajaran dan pelatihan.

Pendekatan ini menyediakan tahapan yang jelas untuk pelaksanaan dan

instruksi yang efektif. ADDIE framework membawa desain instruksional

dan project life cycle dengan menyediakan proses yang aktif dalam

pengembangan dalam pemecahan masalah akan kebutuhan pembelajaran

(Peterson, 2003) seperti dijelaskan dalam gambar di bawah ini.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

28

Gambar 2.3 Model ADDIE (Sumber : Elameer & Idrus, 2010)

2.6 Knowledge Management

Manajemen pengetahuan (KM) adalah rangkaian tindakan

sistematis yang dilakukan organisasi untuk mendapatkan manfaat yang

sebesar mungkin dari ketersediaan pengetahuan. Manajemen pengetahuan

juga kadang-kadang didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang

memungkinkan dan mendukung pembelajaran dalam organisasi yang

terdiri dari akuisisi pengetahuan, menumbuhkan pengetahuan, saling

berbagi pengetahuan dan penggunaan pengetahuan (Shawar, 2009).

2.6.1 Siklus Manajemen Pengetahuan

Siklus Manajemen Pengetahuan Nonaka dan Takeuchi

berkonsentrasi pada spiral pengetahuan yang menjelaskan transformasi

pengetahuan tacit menjadi pengetahuan eksplisit dan kemudian kembali

Page 22: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

29

menjadi basis pengetahuan untuk individu, kelompok, dan organisasi

untuk meningkatkan inovasi dan pembelajaran (Nicosord, 2011) seperti

gambar di bawah ini.

Gambar 2.4 Siklus Manajemen Pengetahuan Nonaka dan Takeuchi (Sumber : Nicosord, 2011)

Siklus Manajemen Pengetahuan Nonaka dan Takeuchi terdiri dari

empat langkah berikut:

1. Langkah pertama: Sosialisasi (tacit to tacit)

Sebagian besar pengetahuan berada dalam otak manusia, untuk itu

dibutuhkan suatu cara untuk mengumpulkan tacit knowledge tersebut.

Sosialisasi adalah kegiatan interaksi sosial sebagai media untuk berbagi

pengetahuan menggunakan komunikasi face to face. Sebagai contoh

adalah komunikasi antara dokter ahli dan bidan di pelatihan deteksi dini

kanker.

2. Langkah kedua: Eksternalisasi (tacit to explicit)

Proses eksternalisasi memberikan bentuk pada tacit knowledge dan

mengubahnya menjadi pengetahuan eksplisit. Sebagai contoh adalah

Page 23: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

30

jurnalis yang melakukan wawancara dengan dokter ahli, dan kemudian

mengemasnya menjadi tulisan yang mudah dimengerti masyarakat.

3. Langkah ketiga: Kombinasi (explicit to explicit)

Kombinasi adalah proses mengkombinasikan pengetahuan-pengetahuan

eksplisit menjadi bentuk baru. Tidak ada pengetahuan baru yang

dihasilkan pada langkah ini, hanya membuat laporan, analisis, atau

basis data baru. Konten diorganisasikan menjadi lebih logis dan

terkonsolidasi.

4. Langkah keempat: Internalisasi (explicit to tacit)

Proses konversi terakhir ini terjadi melalui penggabungan pengetahuan

yang sudah terkonsolidasi dengan pengetahuan baru. Seorang yang

mengerjakan pekerjaan sambil belajar akan meningkatkan pengetahuan

tersebut menjadi tacit knowledge individu itu sendiri.

2.6.2 Hubungan antara Knowledge Management System (KMS) dengan Learning Management System (LMS)

Tujuan KMS adalah untuk mendukung proses transfer pengetahuan

yang tepat, pada orang yang tepat, dan pada saat yang tepat (Abdullah,

2008). KMS adalah salah satu jenis system informasi yang mendukung

kegiatan yang berhubungan dengan akuisisi, pembuatan, kodifikasi,

penyimpanan, transfer, pencarian, dan penggunaan pengetahuan. Saling

berbagi pengetahuan akan semakin memperbaiki pemecahan masalah

(Tiwana, 2000).

Page 24: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

31

Sedangkan learning management system bertujuan untuk

mendukung proses pembelajaran dengan pemanfaatan teknologi internet,

yang berfokus pada akuisisi pengetahuan individu. Dengan dukungan

teknologi tersebut memungkinkan organisasi untuk focus pada

pengembangan strategi pembelajaran untuk mendukung transfer

pengetahuan berdasarkan kebutuhan (Mihalca, 2008).

Baik KM maupun LMS mempunyai fitur-fitur yang berfungsi untuk

bertukar pikiran, keahlian, pengetahuan, dan kompetensi, serta konten

pembelajaran dan berbagai layanan bantuan, yang memungkinkan untuk

saling berkomunikasi dan berkolaborasi. Karakteristik yang harus dimiliki

KM dan LMS adalah memiliki struktur pengetahuan yang komprehensif

dalam bentuk konten pembelajaran, mempunyai outline, proses berbagi

pengetahuan yang mudah untuk diikuti, dan menggunakan media

teknologi untuk berbagi pengetahuan, kolaborasi, dan komunikasi

(Yordanova, 2007).

2.6.3 Perbedaan antara Knowledge Management System (KMS) dengan Learning Management System (LMS)

Proses menangkap pengetahuan dalam KMS sangat mirip dengan

proses yang berhubungan dengan pemilihan konten pembelajaran dalam

LMS. Keluaran dari proses pembelajaran seharusnya tidak hanya

mengetahui berbagai fakta dari topik-topik yang berbeda, tetapi juga

mendapatkan keahlian yang dapat diterapkan sekaligus membangun

Page 25: BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya

32

kompetensi. Sehingga proses KMS seharusnya lebih dalam dan

terintegrasi dalam penyampaian konten pembelajaran (Yordanova, 2007).

Sebaliknya, proses pembelajaran dengan LMS

mengimplementasikan berbagai jenis pelatihan dalam standar pendidikan.

Dengan cara tersebut komunikasi dan kolaborasi akan meningkat dan

pertukaran kompetensi dapat terjadi (Yordanova, 2007).

2.7 Matriks Signifikan Penelitian

Tabel 2.2 Matriks Signifikan Penelitian JURNAL PENULIS METODE KONSEP

RANCANGAN Assesing the Quality of a Web-based Learning System for Nurses

Chi-Yuan Chen, Ray-E Chang, Ming-Chien Hung, Mei-Hsin Lin, Springer Science + Business Media, LLC 2008.

survey and data collection with questionnaire

web-based learning system, mature information systems success model

Effective Lay Outreach and Media_Based Education for Promoting Cervical Cancer Screening Among Viatnemese American Wowan

Jeremiah Mock, Stephen J. McPhee, Thoa Nguyen, Ching Wong, Hiep Doan, Ky Q. Lai, Kim H. Nguyen, Tung T. Nguyen, Ngoc Bui-Tong, American Journal of Public Health, Vol.97, No.9, pp. 1693-1700, September 2007.

postoutreach questioneraires

lay health worker outreach plus media-based education (combined intervention) or media-based education only.

Improving Breast Cancer Education : The Case of an Evolving Multidisciplinary Module for Undergraduate Medical Students (Lausanne Medical School, 1993-2008)

Maryse Fiche, Domenico Lepori, Daniel Guntern, Patrick Jucker-Kupper, Wendy Jeanneret, Khalil Zaman, Sara Vadot, Jean-rancois. Delaloye, J Cans Educ, 25, pp.101-105, Januari 2010.

Kern's framework for curriculum design

integrated course content, the develop of electronic course documents, implementation of computer-aided small group learning

Instructional Design and e-learning

Husnayati Hussin, Fatimah Bunyarit, Ramlah Hussein, Emerald Journal, Campus Wide Information Systems, Emerald Journal, 26 1, 4-19, 2009.

interview, questionnaire based- survey

instructional design elements (content, interaction, feedback, interface design, students involvement), effective e-learning environment

Redesigning Online Learning for International Graduate Seminar Delivery

Michael Power and Norman Vaughan, Journal of Distance Education, Vol.24, No.2, 2010

design research approach, questionaires to measure awareness, knowledge, and pap testing

blended online learning design