BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran,...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORIlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2014-0037...tujuan pembelajaran,...
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pembelajaran
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar.
Menurut Australian National Training Authority, (2003)
pembelajaran juga digunakan untuk menggambarkan konteks yang lebih
luas yang juga meliputi bidang-bidang seperti kebijakan organisasi,
dukungan siswa, dan sistem administrasi.
Pembelajaran dapat diartikan juga sebagai praktek penyusunan
media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi
transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses
ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan
tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk
membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi
dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi
hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas
(Supriatna & Mulyadi, 2009).
9
2.2 Online Learning
Beberapa persamaan yang digunakan sebagai sinonim dari online
learning adalah : e-learning, internet learning, distributed learning,
networked learning, tele-learning, virtual learning, computer-assisted
learning, web-based learning, dan distance learning. Sehingga bisa
dikatakan bahwa pada online learning, siswa berada jauh dari pengajar
atau instruktur, dan siswa memanfaatkan teknologi untuk mengakses
materi pembelajaran (Kaninnen, 2009).
Online learning mencakup berbagai teknologi seperti world-wide-
web, email, chat, newsgroups, dan text, audio dan video conference yang
dikirim melalui jaringan komputer (jaringan area lokal, intranet atau
internet publik) untuk memberikan pendidikan dan pelatihan, baik jarak
jauh maupun di dalam kelas. Sistem berbasis web yang dapat diakses
publik meliputi halaman web dari yang sederhana hingga platform
pengiriman online yang kompleks mengatur akses siswa untuk konten,
interaksi kelompok, penilaian online dan fungsi pendukung seperti
pendaftaran dan catatan siswa (Australian National Training Authority,
2003).
Proses pembelajaran secara online dapat diselenggarakan dalam
berbagai cara berikut (Rochaety, Rahayuningsih, & Yanti, 2005):
1. Proses pembelajaran secara konvensional (lebih banyak face to face
meeting) dengan tambahan pembelajaran melalui media interaktif
komputer via internet atau menggunakan grafik interaktif komputer,
10
2. Dengan metode campuran, yakni secara umum sebagian besar proses
pembelajaran dilakukan melalui komputer, namun tetap juga
memerlukan face to face meeting untuk kepentingan tutorial atau
mendiskusikan bahan ajar,
3. Metode pembelajaran yang secara keseluruhan hanya dilakukan secara
online, metode ini sama sekali tidak ditemukan face to face meeting.
Dalam Australian National Training Authority, (2003) menyatakan
online learning merupakan bagian dari e-learning. Online learning
merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan internet, intranet dan
ekstranet, atau pembelajaran yang menggunakan jaringan komputer yang
terhubung secara langsung dan luas cakupannya (global). E-learning
merupakan suatu konsep yang lebih luas dibandingkan online learning,
yaitu meliputi suatu rangkaian aplikasi dan proses-proses yang
menggunakan semua media elektronik untuk membuat pelatihan dan
pendidikan vokasional menjadi lebih fleksibel. Sedangkan distance
learning, cakupannya lebih luas dibandingkan e-learning, yaitu tidak
hanya melalui media elektronik tetapi bisa juga menggunakan media non-
elektronik. Distance learning lebih menekankan pada ketidakhadiran
pendidik pada 3 (tiga) setiap waktu (Guri & Rosenblit, 2005). Hubungan
antara online learning, e-learning dan distance learning dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
11
Gambar 2.1 Hubungan antara online learning, e-learning dan distance learning (Sumber: Guri & Rosenblit, 2005)
2.2.1 Kelebihan dan Kekurangan dari E-Learning
Salah satu kekuatan pembelajaran online adalah bahwa siswa dapat
mengakses materi e-learning di mana saja, kapan saja dan pada setiap
kesempatan yang mereka inginkan. Siswa dapat dengan bebas belajar
kapan mereka punya waktu. Koordinator dari kursus bisa berada di suatu
tempat dan peserta bisa berada di seluruh tempat di dunia. Segala sesuatu
yang diperlukan untuk belajar adalah di internet, dan materi tentu saja
dapat diakses oleh peserta melalui web (Kaninnen, 2009).
Kelebihan dari e-learning antara lain (Bouhnik & Marcus, 2006):
a. Kebebasan untuk memutuskan kapan setiap pelajaran yang akan
dipelajari,
b. Kurangnya ketergantungan pada kendala waktu dosen,
c. Kebebasan untuk mengungkapkan pikiran, dan mengajukan
pertanyaan, tanpa keterbatasan,
d. Kondusif untuk guru memberikan kepuasan tanggapan untuk
pertanyaan murid-muridnya,
12
e. Cara di mana konten yang disajikan membuat nyaman untuk meninjau
pelajaran yang dipelajari sebelumnya,
f. Aksesibilitas untuk, dan ketersediaan, dimana subjek kursus ini adalah
materi, serta bahan-bahan terkait yang siswa dapat mengeksplorasi
pada pilihannya sendiri, berkontribusi untuk belajar mandiri dan siswa
dapat mengembangkan ide-ide independen, dan juga berguna dalam
memungkinkan siswa bekerja untuk memanfaatkan pengetahuan baru
yang diperolehnya dalam hubungannya dengannya tugas yang
diberikan.
Sehingga Bouhnik & Marcus, (2006) menyimpulkan manfaat
e-learning dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Fleksibilitas material dan waktu,
b. Aksesibilitas terhadap materi,
c. Visibilitas multimedia,
d. Ketersediaan data.
Sedangkan kekurangan yang dimiliki oleh pemanfaatan e-learning,
hanya sebuah konsekuensi wajar dari pengelolaan dan kondisi e-learning
yang kurang mendukung, yaitu (Alfitman, 2006):
a. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial,
b. Proses belajar mengajar cenderung ke arah pelatihan daripada
pendidikan,
c. Berubahnya peran pengajar dari yang semula menguasai teknik
pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik
13
pembelajaran yang menggunakan ICT (Information, Communication
and Technology),
d. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini
berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun
komputer).
2.2.2 Karakteristik E-Learning
Secara umum, e-learning mempunyai karakteristik sebagai berikut
(Alfitman, 2006):
a. Non-linearity – pemakai (user) bebas untuk mengakses (browse)
tentang objek pembelajaran dan terdapat fasilitas untuk memberikan
persyaratan tergantung pada pengetahuan pemakai,
b. Self-managing – pemakai dapat mengelola sendiri proses
pembelajaran dengan mengikuti struktur yang telah dibuat,
c. Feedback-interactivity – pembelajaran dapat dilakukan dengan
interaktif dan disediakan feedback pada proses pembelajaran,
d. Multimedia-learners style – e-learning menyediakan fasilitas
multimedia. Keuntungan dengan menggunakan multimedia,
mahasiswa dapat memahami lebih jelas dan nyata sesuai dengan tipe
mahasiswanya,
e. Just in time – e-learning menyediakan kapan saja yang diperlukan
pemakai, untuk menyelesaikan permasalahan atau hanya ingin
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,
14
f. Dinamiyc updating – mempunyai kemampuan memperbaharui isi
materi secara otomatis pada perubahan yang terbaru,
g. Easy accessibility/access ease – hanya menggunakan browser (dan
mungkin beberapa terpasang),
h. Collaborative learning – dengan tool pembelajaran memungkinkan
bisa saling interaksi, maksudnya bisa berkomunikasi secara langsung
pada waktu yang bersamaan (synchronous) atau berkomunikasi pada
waktu yang berbeda (asynchronous). Pemakai bisa berkomunikasi
dengan pembuat materi, mahasiswa yang lain, dan pengunjung.
2.2.3 Penerapan E-Learning
Penerapan e-learning banyak variasinya, karena perkembangannya
yang relatif masih baru. Setiap introduksi suatu teknologi pendidikan
tertentu yang baru seperti pemanfaatan internet, ada empat hal yang perlu
disiapkan, yaitu (Muzid & Munir, 2005):
a. Melakukan penyesuaian kurikulum. Kurikulum sifatnya holistik di
mana pengetahuan, ketrampilan dan nilai (values) diintegrasikan
dengan kebutuhan di era informasi ini. Kurikulumnya bersifat
competency based curriculum,
b. Melakukan variasi cara mengajar untuk mencapai dasar kompetensi
yang ingin dicapai dengan bantuan komputer,
c. Melakukan penilaian dengan memanfaatkan teknologi yang ada
(menggunakan komputer, online assessment system),
15
d. Menyediakan material pembelajaran seperti buku, komputer,
multimedia, studio yang memadai. Materi pembelajaran yang
disimpan di komputer dapat diakses dengan mudah baik oleh dosen
maupun mahasiswa.
Menurut Sihabudin, (2009), ada tiga kemungkinan dalam
pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu:
a. Web course
Penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta
didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya
tatap muka.Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan,
ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan
melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak
jauh.
b. Web centric course
Penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan
tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampikan melalui
internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling
melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada
siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah
dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari
situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar
lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari
melalui internet tersebut.
16
c. Web enhanced course
Pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas
pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk
memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan
pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik
dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini
dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet,
membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang
relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web
yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi
melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
Nedelko (2008), menyatakan ada tiga jenis format penerapan
e-learning, yaitu:
a. Web supported e-learning, yaitu pembelajaran tetap dilakukan secara
tatap muka dan didukung dengan penggunaan website yang berisi
rangkuman tujuan pemebelajaran, materi pembelajaran, tugas, dan tes
singkat.
b. Blended or mixed mode e-learning, yaitu sebagaian proses
pembelajaran dilakukan secara tatap muka dan sebagian lagi dilakukan
secara online.
c. Fully online e-learning format, yaitu seluruh proses pembelajaran
dilakukan secara online termasuk tatap muka antara pendidik dan
peserta didik juga dilakukan secara online yaitu dengan menggunakan
teleconference.
17
2.2.4 Tujuan E-learning
Pada prinsipnya, apapun medianya (komputer, audio, maupun
video) e-learning tersebut mempunyai semacam tujuan atau dampak yang
sama, yakni dapat mengukur sejauh mana user atau student mengerti
terhadap pembelajaran yang diberikan. Pengukuran bisa dilakukan dengan
berbagai cara seperti dengan memberikan tugas atau kuis didalam e-
learning. Dengan tugas atau kuis tersebut, pengelola e-learning dapat
mengevaluasi dan mengetahui, apakah user/student mereka sudah
mengerti atau belum terhadap pelajaran yang diberikan. Jika belum
mengerti, maka pembelajaran mungkin akan lebih diperjelas melalui
penyediaan sarana untuk tanya-jawab, chatting antara berbagai pihak
dalam e-learning dan fitur lainnya. Selain itu pengukuran juga bisa
dilakukan melalui survey, polling dan forum. Dengan demikian ada catatan
dalam kemajuan sebuah pembelajaran (Alfitman, 2006).
2.3 Quality Assurance pada Learning Management System (LMS)
Secara umum, Quality Assurance adalah suatu proses penentuan
dan pemenuhan standar kualitas yang secara konsisten dan terus- menerus,
dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan para stakeholder. Quality
Assurance juga didefinisikan sebagai sistem manajemen dan prosedur
penilaian yang diadopsi oleh suatu organisasi untuk memonitor kinerja
terhadap sasaran, dan untuk memastikan pencapaian kualitas output dan
peningkatan kualitas. (Belawati & Zuhairi, 2007).
18
Berdasarkan aspek produk, kualitas dapat dilihat pada materi
pembelajaran, tingkat kelulusan, jumlah pendaftar, dan jumlah alumni.
Kualitas proses meliputi bidang-bidang seperti proses belajar dan
mengajar, bimbingan untuk peserta, dan mengelola informasi peserta.
Kualitas produksi meliputi pembuatan course, pembuatan konten cetak
dan multimedia, penjadwalan, penyampaian materi pada peserta, dan
transmisi konten. Sedangkan kualitas filosofi meliputi hal-hal seperti visi,
misi, kebijakan, tata kelola, budaya perusahaan, dan pencitraan di
masyarakat (Belawati & Zuhairi, 2007).
Adanya kendala (internal dan eksternal), dapat mempengaruhi
kualitas pembelajaran dalam LMS. Kendala internal meliputi relevansi dan
kualitas kurikulum dan materi pembelajaran, tingkat keaktifan interaksi
peserta, dan kualitas sistem penilaian. Sedangkan kendala eksternal
meliputi perilaku peserta (kurang termotivasi, tidak menyiapkan diri
menerima pelajaran, hambatan budaya), kemampuan pendanaan yang
lebih kecil dari kebutuhan, dan fasilitas infrastruktur (sistem jaringan
komunikasi yang tidak dapat diandalkan) (Dhanarajan, 2008).
2.4 Web Course
Untuk mendistribusi kursus (course) melalui Internet (web) dengan
menggunakan berbagai fitur kolaborasi dibutuhkan sistem yang dapat
mengelola data pendidikan dan pelatihan, yaitu Learning Management
System (LMS).
19
2.4.1 Learning Management System (LMS)
E-learning yang harus dikembangkan bukan hanya sekedar
memasukan bahan ajar, namun lebih bersifat komprehensif, e-learning
yang mampu mengakomodasi sistem pembelajaran yang mengatur peran
pengajar, siswa, pemanfaatan sumber belajar, pengelolaan pembelajaran,
sistem evaluasi dan monitoring pembelajaran. Dalam hal ini e-learning
yang diperlukan meliputi suatu sistem pengelolaan pembelajaran online
terintegrasi yaitu Learning Management System (LMS) (Munir, 2010).
Pembelajaran online yang menggunakan e-learning sangat
ditentukan oleh model LMS yang dikembangkan dan pemanfatannya
secara optimal, efektif dan efisien. Menurut Wahono (2003), e-learning
merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media
internet, intranet atau media jaringan komputer lain.
Menurut Rosenberg (2005), menekankan bahwa e-learning
merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan
serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan.
2.4.2 Dukungan LMS terhadap E-learning
LMS atau platform e-learning atau Learning Content Management
System (LCMS) adalah aplikasi yang mengotomasi dan memvirtualisasi
proses belajar mengajar secara elektronik. Untuk mengembangkan
20
e-learning, saat ini telah tersedia banyak LMS, baik yang komersial atau
pun yang bersifat Open Source.
Beberapa LMS yang komersial adalah ANGEL Learning,
ApexLearning, Blackboard, Desire2Learn, eCollege, IntraLearn,
Learn.com, Meridian KSI, NetDimensions_EKP, Open Learning
Environment (OLE), Saba Software, SAP Enterprise Learning, dan
lainnya. Contoh LMS yang bersifat Open Source adalah Atutor, Claroline,
Dokeos, dotLRN, eFront, Fle3, Freestyle Learning, ILIAS, KEWL.nextgen,
LON-CAPA, MOODLE, OLAT, OpenACS, OpenUSS, Sakai, Spaghetti
Learning, dan lainnya (Sutanta, 2009).
Secara umum LMS menyediakan fitur standar untuk e-learning
(Sutanta, 2009), diantaranya:
1. Fitur untuk materi pembelajaran, meliputi daftar pelajaran dan
kategorinya, silabus, materi pelajaran (berbasis teks atau multimedia),
serta bahan pustaka,
2. Fitur untuk diskusi dan komunikasi, meliputi forum diskusi (mailing
list), instant messenger, pengumuman, profil dan kontak instruktur,
serta File and Directory Sharing,
3. Fitur untuk ujian dan tugas, meliputi ujian (exam), tugas (assignment),
dan penilaian.
21
2.4.3 MOODLE
MOODLE adalah Modular Object-Oriented Dynamic Learning
Environment merupakan ‘open source’ sistem pembelajaran virtual gratis
yang didirikan dan dikelola oleh Martin Dougiamas seorang WebCT
administrator di Curtin University Australia. MOODLE diciptakan untuk
membantu pendidik untuk memiliki sebuah platform di mana mereka
dapat membuat kursus online. MOODLE yang dikembangkan sepanjang
waktu oleh beberapa pihak yang membuat kualitas baru dan meningkatkan
yang sudah ada. Versi pertama MOODLE diluncurkan pada tahun 2002
dan telah berkembang pesat selama bertahun-tahun merupakan sistem
perangkat lunak yang dirancang dari dua komponen dasar, MySQL
(Structured Query Language yang merupakan salah satu database open
source paling populer di dunia) dan PHP (Elameer & Idrus, 2010).
MOODLE mencakup unsur-unsur berikut:
• tools administrasi,
• registrasi pelajar dan pelacakan fasilitas,
• mail internal, diskusi dan berita forum,
• chatting dengan atau tanpa moderator,
• bahan ajar dasar,
• sumber daya tambahan, termasuk bahan bacaan, dan link ke sumber
daya luar di perpustakaan dan di internet,
• self-assessment kuis yang dapat mencetak secara otomatis,
• prosedur penilaian formal,
• hak akses diferensial untuk instruktur dan pelajar,
22
• tools yang memudahkan otorisasi untuk membuat dokumen yang
diperlukan termasuk penyisipan hyperlink,
• mampu mendukung berbagai kursus (Moodle.org).
MOODLE adalah sebuah nama untuk sebuah program aplikasi
yang dapat merubah sebuah media pembelajaran ke dalam bentuk web.
Aplikasi ini memungkinkan siswa untuk masuk ke dalam “ruang kelas
digital” untuk mengakses materi pembelajaran. Dengan menggunakan
MOODLE, dapat dibuat materi pembelajaran, kuis, jurnal elektronik dan
lain-lain. MOODLE adalah Course Management System (CMS), adalah
sebuah paket gratis yang dirancang untuk dapat membantu pendidik
menciptakan komunitas pembelajaran online yang efektif. MOODLE dapat
di-download secara gratis, digunakan, ataupun dimodifikasi oleh siapa saja
dengan lisensi secara GNU (General Public License). MOODLE memiliki
tiga jenis manajemen, yaitu manajemen situs, manajemen pengguna, dan
tentu saja manajemen kursus. Memiliki beberapa modul untuk
meningkatkan interaksi antara pengguna. Memiliki karakteristik utama
sebagai platform sederhana yang cocok untuk kelas online serta
melengkapi pembelajaran tatap muka. MOODLE memiliki komunitas
pengguna yang besar dan beragam dengan lebih dari 330.000 pengguna
terdaftar hanya dalam http://moodle.org, dengan lebih dari 70 bahasa di
196 negara (Alnsour, et al., 2011).
23
2.4.3.1 Perbandingan LMS
Dalam memilih LMS, kita membandingkan fitur apa saja yang
ditawarkannya. Dengan cara tersebut akan mendapat gambaran yang
lebih jelas untuk membuat keputusan, LMS mana yang paling cocok.
Kriteria penting yang dibutuhkan untuk memilih LMS yang tepat adanya
dukungan terhadap proses bisnis (workflow), format-format file tertentu,
standarisasi, dapat diintegrasikan dengan sistem lain, tersedianya upgrade
dan patch, serta dapat beradaptasi dengan kebutuhan organisasi (Berking,
2010).
Ketika memilih LMS, prosedur yang dilakukan untuk proses
pemilihan sebagai berikut (Hussein, 2011):
1. Identifikasi kebutuhan pengguna.
2. Pilih beberapa LMS yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna.
3. Lakukan penilaian (assessment) untuk menemukan kelebihan dan
kekurangan masing-masing LMS.
4. Urutkan berdasarkan kelebihan dan kekurangan.
5. Tentukan LMS mana yang paling sesuai untuk memenuhi kebutuhan
pengguna.
24
Proses tersebut juga dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Proses pemilihan LMS (Hussein, 2011)
Sedangkan menurut Berking(2010) proses pemilihan LMS sebagai
berikut:
1. Menentukan kebutuhan
2. Menentukan anggaran untuk membeli system, pelatihan, dan
penyesuaian (customization) dengan kebutuhan.
3. Menentukan kategori sistem yang dibutuhkan.
4. Mengidentifikasi spesifikasi masing-masing yang sesuai dengan
kategori dan mendukung tipe pembelajaran.
5. Membangun matriks untuk menilai masing-masing LMS dikaitkan
dengan dukungannya terhadap kebutuhan.
25
6. Lakukan penyaringan, hilangkan LMS yang tidak memenuhi
kebutuhan atau biayanya melampaui anggaran.
7. Buat matriks yang lebih rinci dari masing-masing LMS yang lolos
penyaringan.
8. Buat keputusan.
Fitur-fitur yang dibutuhkan untuk online learning diantaranya
manajemen kompetensi, sertifikasi, dan alokasi sumber daya (tempat,
ruangan, buku pelajaran, instruktur, dll). Para siswa ditingkatkan aktifitas
belajarnya dengan menggunakan fitur-fitur interaktif seperti forum
diskusi dan konferensi video. Tabel di bawah ini menunjukkan fitur-fitur
yang ditawarkan beberapa LMS (tmdhosting.com/blog/lms-hosting-
guide.html):
Tabel 2.1 Perbandingan LMS (Sumber : tmdhosting.com/blog/lms-hosting-guide.html)
Moodle Dokeos Atutor Docebo JoomlaLMSBahasa Didukung lebih dari
60 bahasa34 (dengan level
kualitas yang bervariasi)
Dukungan bahasa hanya sebagian
18 5
Chat Ya Ya Ya Ya Yae-Mail Ya - Ya Ya YaKalendar Ya Ya Ya - YaSurvei Ya Ya Ya Ya YaPengumuman Ya Ya Ya - YaBuku Nilai Ya Ya Ya Ya YaPenugasan Ya Ya Ya - -Berbagi berkas Ya - Ya - YaKuis Ya Ya Ya Ya YaSertifikat Ya Ya Ya Ya YaForum Ya Ya Ya Ya YaKonferensi Ya Ya Ya Ya YaPeran Ya Ya Ya Ya YaTemplate Ya Ya Ya Ya -Absensi Ya - - - Ya
Dari tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa MOODLE memiliki
berbagai keunggulan dibandingkan dengan LMS lain.
26
2.4.3.2 Kelebihan dan Kelemahan LMS MOODLE
MOODLE sebagai sebuah pilihan LMS, memberikan beberapa
kelebihan (Sutanta, 2009), antara lain:
1. Kelengkapan fitur, MOODLE menyediakan fitur yang lengkap untuk
sebuah proses pembelajaran, meliputi fitur untuk komunikasi
(chatting, messaging, atau forum), fitur untuk pembuatan dan
administrasi materi pembelajaran, fitur untuk melacak dan mengikuti
perkembangan proses pembelajaran (tracking data) dengan user
interface yang mudah dipahami, fitur untuk perluasan fitur
(ekstensibilitas plugin) yang fleksibel dengan dukungan fasilitas
dokumentasi API (guideline, dan template untuk programming).
2. Kemudahan penggunaan, karena hampir seluruh komponen dalam
MOODLE dapat diatur secara luar dan fleksibel sesuai dengan
kebijakan dan kebutuhan proses pembelajaran di masing-masing
institusi.
3. Potensi penerapan, MOODLE dapat diterapkan pada hampir seluruh
jenjang pendidikan (penerapan pada pendidikan pra sekolah dan
sekolah dasar hanya bisa difungsikan sebagai pelengkap) dan berbagai
jenis pelatihan.
4. Tersedia secara gratis, sebagai perangkat-lunak open source (di bawah
lisensi GNU PublicLicense), MOODLE memberikan kebebasan untuk
mengkopi, menggunakan, dan memodifikasinya.
5. Dapat langsung bekerja tanpa harus melakukan modifikasi pada sistem
operasi Unix, Linux, Windows, Mac OS X, Netware, dan sistem lainnya
27
yang mendukung PHP, termasuk pada sebagian besar provider web
hosting dengan basis data terbaik bagi MOODLE adalah MySQL.
6. Disediakan mengikuti konsep pembelajaran yang komprehensif dan
fleksibel.
Kekurangan yang masih dijumpai pada LMS MOODLE (Sutanta,
2009), antara lain:
1. Tidak selalu mendukung terhadap web browser yang ada, sekalipun
dapat diperbaharui dengan cara men-download aplikasi MOODLE
yang terbaru.
2. Pada pilihan bahasa masih ada beberapa bagian dalam tampilan
e-learning yang tidak dapat dirubah.
2.5 Model ADDIE
ADDIE framework adalah proses desain instruksional yaitu dengan
melakukan 5 (lima) tahap Analysis, Design, Development, Implementation,
dan Evaluation. Merupakan suatu pendekatan yang umum banyak
digunakan dalam pengembangan program pembelajaran dan pelatihan.
Pendekatan ini menyediakan tahapan yang jelas untuk pelaksanaan dan
instruksi yang efektif. ADDIE framework membawa desain instruksional
dan project life cycle dengan menyediakan proses yang aktif dalam
pengembangan dalam pemecahan masalah akan kebutuhan pembelajaran
(Peterson, 2003) seperti dijelaskan dalam gambar di bawah ini.
28
Gambar 2.3 Model ADDIE (Sumber : Elameer & Idrus, 2010)
2.6 Knowledge Management
Manajemen pengetahuan (KM) adalah rangkaian tindakan
sistematis yang dilakukan organisasi untuk mendapatkan manfaat yang
sebesar mungkin dari ketersediaan pengetahuan. Manajemen pengetahuan
juga kadang-kadang didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang
memungkinkan dan mendukung pembelajaran dalam organisasi yang
terdiri dari akuisisi pengetahuan, menumbuhkan pengetahuan, saling
berbagi pengetahuan dan penggunaan pengetahuan (Shawar, 2009).
2.6.1 Siklus Manajemen Pengetahuan
Siklus Manajemen Pengetahuan Nonaka dan Takeuchi
berkonsentrasi pada spiral pengetahuan yang menjelaskan transformasi
pengetahuan tacit menjadi pengetahuan eksplisit dan kemudian kembali
29
menjadi basis pengetahuan untuk individu, kelompok, dan organisasi
untuk meningkatkan inovasi dan pembelajaran (Nicosord, 2011) seperti
gambar di bawah ini.
Gambar 2.4 Siklus Manajemen Pengetahuan Nonaka dan Takeuchi (Sumber : Nicosord, 2011)
Siklus Manajemen Pengetahuan Nonaka dan Takeuchi terdiri dari
empat langkah berikut:
1. Langkah pertama: Sosialisasi (tacit to tacit)
Sebagian besar pengetahuan berada dalam otak manusia, untuk itu
dibutuhkan suatu cara untuk mengumpulkan tacit knowledge tersebut.
Sosialisasi adalah kegiatan interaksi sosial sebagai media untuk berbagi
pengetahuan menggunakan komunikasi face to face. Sebagai contoh
adalah komunikasi antara dokter ahli dan bidan di pelatihan deteksi dini
kanker.
2. Langkah kedua: Eksternalisasi (tacit to explicit)
Proses eksternalisasi memberikan bentuk pada tacit knowledge dan
mengubahnya menjadi pengetahuan eksplisit. Sebagai contoh adalah
30
jurnalis yang melakukan wawancara dengan dokter ahli, dan kemudian
mengemasnya menjadi tulisan yang mudah dimengerti masyarakat.
3. Langkah ketiga: Kombinasi (explicit to explicit)
Kombinasi adalah proses mengkombinasikan pengetahuan-pengetahuan
eksplisit menjadi bentuk baru. Tidak ada pengetahuan baru yang
dihasilkan pada langkah ini, hanya membuat laporan, analisis, atau
basis data baru. Konten diorganisasikan menjadi lebih logis dan
terkonsolidasi.
4. Langkah keempat: Internalisasi (explicit to tacit)
Proses konversi terakhir ini terjadi melalui penggabungan pengetahuan
yang sudah terkonsolidasi dengan pengetahuan baru. Seorang yang
mengerjakan pekerjaan sambil belajar akan meningkatkan pengetahuan
tersebut menjadi tacit knowledge individu itu sendiri.
2.6.2 Hubungan antara Knowledge Management System (KMS) dengan Learning Management System (LMS)
Tujuan KMS adalah untuk mendukung proses transfer pengetahuan
yang tepat, pada orang yang tepat, dan pada saat yang tepat (Abdullah,
2008). KMS adalah salah satu jenis system informasi yang mendukung
kegiatan yang berhubungan dengan akuisisi, pembuatan, kodifikasi,
penyimpanan, transfer, pencarian, dan penggunaan pengetahuan. Saling
berbagi pengetahuan akan semakin memperbaiki pemecahan masalah
(Tiwana, 2000).
31
Sedangkan learning management system bertujuan untuk
mendukung proses pembelajaran dengan pemanfaatan teknologi internet,
yang berfokus pada akuisisi pengetahuan individu. Dengan dukungan
teknologi tersebut memungkinkan organisasi untuk focus pada
pengembangan strategi pembelajaran untuk mendukung transfer
pengetahuan berdasarkan kebutuhan (Mihalca, 2008).
Baik KM maupun LMS mempunyai fitur-fitur yang berfungsi untuk
bertukar pikiran, keahlian, pengetahuan, dan kompetensi, serta konten
pembelajaran dan berbagai layanan bantuan, yang memungkinkan untuk
saling berkomunikasi dan berkolaborasi. Karakteristik yang harus dimiliki
KM dan LMS adalah memiliki struktur pengetahuan yang komprehensif
dalam bentuk konten pembelajaran, mempunyai outline, proses berbagi
pengetahuan yang mudah untuk diikuti, dan menggunakan media
teknologi untuk berbagi pengetahuan, kolaborasi, dan komunikasi
(Yordanova, 2007).
2.6.3 Perbedaan antara Knowledge Management System (KMS) dengan Learning Management System (LMS)
Proses menangkap pengetahuan dalam KMS sangat mirip dengan
proses yang berhubungan dengan pemilihan konten pembelajaran dalam
LMS. Keluaran dari proses pembelajaran seharusnya tidak hanya
mengetahui berbagai fakta dari topik-topik yang berbeda, tetapi juga
mendapatkan keahlian yang dapat diterapkan sekaligus membangun
32
kompetensi. Sehingga proses KMS seharusnya lebih dalam dan
terintegrasi dalam penyampaian konten pembelajaran (Yordanova, 2007).
Sebaliknya, proses pembelajaran dengan LMS
mengimplementasikan berbagai jenis pelatihan dalam standar pendidikan.
Dengan cara tersebut komunikasi dan kolaborasi akan meningkat dan
pertukaran kompetensi dapat terjadi (Yordanova, 2007).
2.7 Matriks Signifikan Penelitian
Tabel 2.2 Matriks Signifikan Penelitian JURNAL PENULIS METODE KONSEP
RANCANGAN Assesing the Quality of a Web-based Learning System for Nurses
Chi-Yuan Chen, Ray-E Chang, Ming-Chien Hung, Mei-Hsin Lin, Springer Science + Business Media, LLC 2008.
survey and data collection with questionnaire
web-based learning system, mature information systems success model
Effective Lay Outreach and Media_Based Education for Promoting Cervical Cancer Screening Among Viatnemese American Wowan
Jeremiah Mock, Stephen J. McPhee, Thoa Nguyen, Ching Wong, Hiep Doan, Ky Q. Lai, Kim H. Nguyen, Tung T. Nguyen, Ngoc Bui-Tong, American Journal of Public Health, Vol.97, No.9, pp. 1693-1700, September 2007.
postoutreach questioneraires
lay health worker outreach plus media-based education (combined intervention) or media-based education only.
Improving Breast Cancer Education : The Case of an Evolving Multidisciplinary Module for Undergraduate Medical Students (Lausanne Medical School, 1993-2008)
Maryse Fiche, Domenico Lepori, Daniel Guntern, Patrick Jucker-Kupper, Wendy Jeanneret, Khalil Zaman, Sara Vadot, Jean-rancois. Delaloye, J Cans Educ, 25, pp.101-105, Januari 2010.
Kern's framework for curriculum design
integrated course content, the develop of electronic course documents, implementation of computer-aided small group learning
Instructional Design and e-learning
Husnayati Hussin, Fatimah Bunyarit, Ramlah Hussein, Emerald Journal, Campus Wide Information Systems, Emerald Journal, 26 1, 4-19, 2009.
interview, questionnaire based- survey
instructional design elements (content, interaction, feedback, interface design, students involvement), effective e-learning environment
Redesigning Online Learning for International Graduate Seminar Delivery
Michael Power and Norman Vaughan, Journal of Distance Education, Vol.24, No.2, 2010
design research approach, questionaires to measure awareness, knowledge, and pap testing
blended online learning design