BAB II Konsep Osteomyelitits

download BAB II Konsep Osteomyelitits

of 40

description

konsep dari osteomielitis

Transcript of BAB II Konsep Osteomyelitits

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Osteomielitis merupakan inflamasi yang terjadi pada sumsum tulang. Secara klinis osteomielitis disebut juga suatu infeksi tulang yang dimulai dari kavitas medula dan sistem Havers, melibatkan tulang kanselus kemudian menyebar ke dalam tulang kortikal dan akhirnya mencapai periosteum tulang. Invasi bakteri ke tulang kanselus, yang dikarenakan oleh inflamasi dan oedema pada rongga sumsum tulang, sebagai akibatnya terjadi tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah sehingga terjadi gangguan suplai darah di dalam tulang. Terjadinya kegagalan mikrosirkulasi pada tulang kanselus merupakan faktor utama terjadinya osteomielitis, karena daerah yang terlibat menjadi iskemia, tulang menjadi nekrose dan akhirnya terjadi sequester yang merupakan tanda umum dari osteomielitis.

Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan pada bayi dan infant. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula. Beberapa faktor etiologi terjadinya osteomielitis, seperti luka karena trauma, radiasi dan bahan-bahan kimia, dapat menyebabkan inflamasi pada rongga tulang, meskipun osteomielitis akut dan kronis sekunder secara umum disebutkan di dalam bidang medis dan pustaka kedokteran gigi, yang sebenarnya infeksi pada tulang disebabkan oleh mikroorganisme piogenik. Pada kasus tertentu perlu dilakukan kultur beberapa kali khususnya pada infeksi yang telah berlangsung sangat lama. Diantara kondisisistemikyangmerupakanpredisposisiosteomyelitiskronisadalahpenyakitpagetpadatulang,atauanemiaselsabit.Padakeduapenyakittersebut,perubahanpatologispadatulangakanmengurangiketabahanlokalnya,sepertiberkurangnyavaskularisasiyangmengakibatkangangguanmekanismepertahananlocal

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana konsep dasar pada paien osteomielitis?

2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien osteomielitis?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Memahami konsep dasar pada pasien osteomielitis.

2. Memahami asuhan keperawatan pada pasien osteomielitis.

1.4 Manfaat

Manfaat yang bisa kita dapat sebagai mahasiswa dalam makalah ini, yaitu:

1. Bisa memahami konsep dasar pada pasien osteomielitis.

2. Bisa memahami asuhan keperawatan pada pasien mastoiditis.osteomielitis.

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 PengertianOsteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan atau korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi masuk dari dalam tubuh). (Reeves, 2001)Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik. (Arif Mansjoer, 2000)Osteomyelitis adalah infeksi jaringan tulang yang dapat bersifat akut maupun kronis. (Price and Wilson, 2005).Jadi Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan atau korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi masuk dari dalam tubuh disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik).2.1.2 Tanda dan GejalaManifestasi Klinis Menurut Smeltzer (2002)1. Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan manifestasi klinis septicemia (Mis. Menggigil, demam tingggi, denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sistemik pada awalnya dapat menututpi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien mengggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang berkumpul.2. Bila osteomyelitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi disekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septicemia. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.3. Pasien dengan osteomyelitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parrut akibat kurangnya asuan darah.Faktor Predisposisi Menurut Arif Muttaqin dkk (2008)1. Usia (terutama mengenai bayi dan anak)

2. Jenis kelamin (lebih sering pada pria daripada wanita dengan perbandingan 1:4)

3. Trauma (hematoma akibat trauma pada daerah metafisis merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya osteomyelitis)

4. Lokasi (osteomyelitits sering terjadi pada daerah metafisis)

5. Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi sebelumnya.2.1.3 Klasifikasi Menurut Arif Muttaqin dkk (2002), Pembagian osteomyelitis yang lazim dipakai adalah:1. Osteomyelisis primer yang disebabkan penyebaaran kuman-kuman mencapai tulang secara langsung melalui luka. Osteomielitis primer dapat dibagi menjadi Osteomyelitis akut dan kronik2. Osteomyelitits sekunder atau Osteomyelitis yang disebabkan penyebaran kuman dan sekitarnya, seperti bisul dan luka.2.1.4 EtiologiMenurut Efendi (2007):Osteomyelitis dapat disebabkan oleh karena bakteri virus, jamur dan mikro organisme lain. Golongan atau jenis pathogen yang sering adalah Staphylococcus aureus menyebabkan 70%-80% infeksi tulang, Penumococcus, Typhus bacil, Proteus Psedomonas, Echerchia Coli, Tuberculose bacil dan Spirochaeta.Menurut Wikipedia, the free encyclopedia (2000)Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara :1. Aliran darahInfeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari focus infeksi ditempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ketulang.

Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat dimana terdapat trauma.2. Penyebaran langung

Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera traumatic seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.

3. Infeksi dari jaringan lunak didekatnya

Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak infeksi pada jaringan lunak disekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah bebrapa hari atai minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul didaaerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kangker, atua ulkus dikulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus decubitus yang terinfeksi).

Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi local yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronnik adalah akibat dari osteomyelitits akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitits kronis akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstrimitas. Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuscular dapat menyebabkan osteomyelitis eksogen. Osteomyelititss akut biasanya disebabkan oleh bakteri maupun virus jamur, dan mikroorganisme lain.

Paien yang beresiko tinggi mengalami Osteomyelitis adalah meraka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artritis rheumatoid, telah dirawat lama dirumah sakit, menjalani pembedahan ortopedi, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.

2.1.4 Patofisiologi

Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi Proteus, Pseudomonas, dan Escherichia coli. Terdapat penigkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobik.Awitan osteomeolitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut, fulminan stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomeolitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi disekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir ke luar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.Faktor penyebab/faktor risiko

Setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi :

Akut fulminan (stadium I), terjadi dalam 3 bulan

Awitan lambat (stadium II), terjadi dalam 4-24 bulan

Awitan lama (stadium III), terjadi dalam 2 tahu, penyebaran hematogen

Respons infeksi; inflamasi, peningkatan vaskularisasi dan edema, 2-4 hari

Trombosis pada pembuluh darah

Peningkatan tekanan jaringan dan medulla

Iskemia dengan nekrosis tulang

Infeksi berkembang ke kavitas medularis dan bawah periosteum

Terbentuk abses tulang

Menyebar ke jaringan lunak atau sendi disekitarnya

Patofisiologi Osteomeilitis, Sumber : Suratun, dkk (2008)Pathway Osteomeilitis, Sumber : Mutaqqin, Arif. 2008

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik untuk pasien osteomielitis meliputi :1. Pada awalnya pemeriksaan sinar-X menunjukkan pembengkakan jaringan lunak. Sekitar 2 minggu terdapat di daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang, pengangkatan periosteum, dan pembentukan tulang baru.2. Pemindaian untuk mengidentifikasi area infeksi.3. MRI dapat membantu diagnosis definitif awal.4. Pemeriksaan darah dapat memperlihatkan peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah.5. Kultur dan abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotik yang sesuai.2.1.6 Penatalaksanaan

Menurut Mutaqqin Arif, 2008 beberapa prinsip penatalaksanaan klien osteomielitis yang perlu diketahui perawat dalam melakukan asuhan keperawatan agar mampu melakukan tindakan kolaboratif adalah sebagai berikut :1. Istirahat dan pemberian analgesik untuk menghilangkan nyeri.2. Pemberian cairan intravena dan kalau perlu transfusi darah.3. Istirahat lokal dengan bidai atau traksi.4. Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan penyebab utama yaitu Staphylococcus aureus sambil menunggu hasil biakan kuman. Antibiotik diberikan selama 3-6 minggu dengan melihta keadaan umum dan laju endap darah klien. Antibiotik tetap diberikan hingga 2 minggu setelah laju endap darah normal.5. Drainase bedah. Apabila setelah 24 jam pengobatan lokal dan sistemik antibiotik gagal (tidak ada perbaikan keadaan umum), dapat dipertimbangkan drainase bedah. Pada drainase bedah, pus subperiosteal dievakuasi untuk mengurangi tekanan intra-oseus. Di samping itu, pus digunakan sebagai bahan untuk biakan kuman. Drainase dilakukan selama beberapa hari dengan menggunakan cairan NaCl dan antibiotik.Menurut Suratun,dkk 2008 penatalaksanaan terhadap osteomielitis adalah :1. Daerah yang terkena diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur.2. Lakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali sehari untuk meningkatkan aliran darah.3. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi.4. Berdasarkan hasil kultur, pemberian antibiotik intravena. Jika infeksi tampak terkontrol dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan.5. Pembedahan dilakukan jika tidak menunjukkan respons terhadap antibiotik.6. Lakukan irigasi dengan larutan salin fisiologis steril 7-8 hari pada jaringan purulen dan jaringan nekrotik diangkat. Terapi antibiotik dilanjutkan.Menurut Brunner & Suddarth, 2002 penatalaksanaan pada osteomielitis yaitu daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh satu patogen.Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena dengan asumsi bahwa dengan infeksi Staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diirigasi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Terapi antibiotika dilanjutkan.Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan permanen.Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan membuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flap otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk meyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, yang kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.2.1.7 Komplikasi

Beberapa komplikasi yang sering terjadi pada osteomielitis hematogen yang perlu diketahui oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik sehingga resiko komplikasi dapat dihindari adalah sebagai berikut :1. Septikemia. Dengan makin tersedianya obat-obat antibiotik yang memadai, kematian akibat septikemia pada saat ini jarang ditemukan.2. Infeksi yang bersifat metastatik. Infeksi dapat bermetastatik ke tulang/sendi lainnya, otak dan paru-paru, dapat bersifat multifokal dan biasanya terjadi pada klien dengan status gizi buruk.3. Artritis supuratif. Artritis surpuratif dapat terjadi pada bayi karena lempeng epifisis bayi (yang bertindak sebagai barier) belum berfungsi dengan baik. Komplikasi terutama terjadi pada osteomielitis hematogen akut di daerah metafisis yang bersifat intra-kapsular (misalnya pada sendi panggul) atau melalui infeksi metastatik.4. Gangguan pertumbuhan. Osteomielitis hematogen akut pada bayi menyebabkan kerusakan lempeng epifisis sehingga terjadi gangguan pertumbuhan, tulang yang bersangkutan menjadi lebih pendek. Pada anak yang lebih besar, akan terjadi hiperemia pada daerah metafisis yang merupakan stimulasi bagi tulang untuk bertumbuh. Pada keadaan ini, tulang bertumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya pemanjangan tulang.5. Osteomielitis kronis. Apabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak dilakukan, osteomielitis akut akan menjadi osteomielitis kronis.2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian1. Anamnesa1) Dilakukan wawancara mengenai data biologis dari identitas pasien secara lengkap khususnya umur pasien, serta identitas penanggung jawab.2) Riwayat kesehatan a. Keluhan Utama: Pada pasien osteomyelitis umumnya keluhan utama pada infeksi tulang ini adalah nyeri pada daerah yang mengalami masalah bisa juga demam dan eritema. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan PQRST.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan gejala akut dapat mengalami pembengkakan, eritema, dan demam. Gejala kekambuhan meliputi keularnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.c. Riwayat Penyakit DahuluAdanya riwayat penyakit diabetes mellitus, artritis rheumatoid, malnutrisi, adiksi obat-obatan, pengobatan dengan imunosupresif, pembedahan sendi, menjalani operasi ortopedi yang lama, mengalami luka yang mengeluarkan pus, mengalami infeksi insisi marginal/dehisensi luka biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Adanya riwayat trauma faktur terbuka (kerusakan pembuluh darah, edema, hematoma, dan hubungan fraktur dengan dunia luar sehingga pada fraktur terbuka umumnya terjadi infeksi), riwayat operasi tulang dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal (invasi bakteri disebabkan oleh lingkungan bedah) dan pada osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga memungkinkan terjadinya proses supurasi di tulang.d. Riwayat Peyakit Keluarga

Biasanya riwayat penyakit keluarga yang menular atau genetic, dari penyakit tulang, diabetes milletus.2. Pemeriksaan FisikPemerikasaan fisik memperlihatkan adanya daerah imflamasi, pembengkakan nyata, hangat yang disertai nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh. Pada osteomielitis kronik, peningkatan suhu tubuh mingkin minimal, yang terjadi pada sore dan malam hari.

1) Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung pada keadaan klien).

2) Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada kasus osteomielitis biasanya akut).

3) Tanda-tanda vital tidak normal terutama pada osteomielitis dengan komplikasi septikimia.

4) Sistem Muskuloskeletal

Pada osteomielitis hematogen akut akan ditemukan gangguan pergerakan sendi karena pembengkakan sendi dan gangguan bertambah berat bila terjadi spasme local. Gangguan pergerakan sendi juga dapat disebabkan oleh efusi sendi atau infeksi sendi (arteritis septik). Secara umum, klien osteomielitis kronis menunjukkan adanya luka khas yang disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening yang berasal dari tulang yang mengalami infeksi dan proses supurasi. Manifestasi klinis osteomielitas akibat fraktur terbuka biasanya berupa demam, nyeri, pembengkakan pada daerah fraktur, dan sekresi pus pada luka.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan1. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan / proses inflamasi2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan bengkak sendi3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan, penurunan kemampuan tonus otot, demam dan malaise.4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kemampuan pergerakan.5. Kerusakan integritas jaringanberhubungan dengan proses pembentukan tulang baru, pengeluaran pus tirah baring lama dan penekanan lokal.

6. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan kemajuan invasi bakteri7. Gangguan citra diri berhubungan dengan deformitas, bau dari adanya luka.8. Kurang pengetahuan tentang kondisi atau prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi9. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit2.2.3 Intervensi Keperawatan

NoDiagnosa KeperawatanPerencanaan

TujuanIntervensiRasional

1.Dx 1Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri berkurang bahkan hilang, dengan kriteria hasil :1) Melaporkan bahwa nyeri hilang / terkontrol.2) Menunjukkan lebih nyaman dan rileks.3) Waktu istirahat dan aktivitas seimbang.1. Kaji tingkat dan intensitas nyeri

2. Tinggikan ekstermitas yang nyeri

3. Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif atau aktif4. Ajarkan teknik relaksasi

5. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan program

1. Untuk dapat mengidentifikasi rasa nyeri dan ketidaknyaman2. Mengurangi nyeri dan spasme otot

3. Mempertahankan kekuatan atau mobilitas otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan yang cedera.4. Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri.5. Diberikan untuk menurunkan nyeri

2.Dx 2Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak ada hambatan dalam mobilitas fisik, dengan kriteria hasil :1) Penggunaan mobilitas dan persendian meningkat.2) Keikutsertaan dalam perawatan diri sendiri meningkat.3) Edema berkurang1. Lakukan mobilisasi dengan menggunakan kursi roda, kruk, atau tongkat.

2. Jelaskan penggunaan alat bantu jika akan melakukan aktivitas

3. Anjurkan pasien dalam rentang gerak pasif atau aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit.4. Kolaborasi dalam pemberian diet tinggi protein, karbohidrat, vitamin dan mineral.1. Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring dan meningkatkan normalisasi fungsi organ.2. Menghindari stres pada tulang akibat tumpuan beban berat badan

3. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan kontrol pasien.

4. Adanya cedera muskuloskeletal, nutrisi yang diperlukan untuk penyembuhan berkurang dengan cepat.

Dx 3Setelah dilakukan tindakan keperawatan keseimbangan nutrisi terpenuhi, dengan kriteria hasil:1) Asupan makanan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan dan metabolisme tubuh,

2) Peningkatan asupan makanan,

3) Tidak ada penurunan BB lebih lanjut,

4) Menyatakan perasaan sejahtera.1. Monitor persentase jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan, timbang BB tiap hari, catat hasil pemerikasaan protein total, albumin, osmolalitas.

2. Berikan perawatan mulut setiap 6 jam. Pertahan kan kesegaran ruangan

3. Dorong klien mengkonsumsi makanan lunak tinggi kalori tinggi protein

4. Berikan makanan lunak dengan porsi sedikit tapi sering yang mudah dicerna.5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu makanan yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama sakit.1. Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan

2. Bau yang tidak menyenangkan dapat mempengaruhi nafsu makan.

3. Peningkatan suhu tubuh meningkatkan metabolisme, asupan protein yang adekuat, vitamin, mineral dan kalori untuk aktivitas anabolic dan sintesis antibody.

4. Makanan lunak dengan porsi sedikit tetapi sering akan mengurangi sensasi nyeri sehingga mempermudah proses menelan.

5. Ahli diet adalah spesialisasi dalam hal nutrisi yang dapat membantu klien yang dapat memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi, dan BB-nya.

Dx 4Setelah dilakukan tindakan keperawatan perawatan diri pasien dapat terpenuhui dengan kriteria hasil :

1) Klien dapat menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri,

2) Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri,

3) Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan1. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

2. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.

3. Ajak klien untuk berpikir positif tentang kelemahan yang dimilikinya.Berikan klien motivasi dan izinkan klien melakukan tugas, beri umpan balik positif.

4. Rencanakan tindakan untuk penurunan gerakan pada sisi yang sakit, seperti tempatkan makanan dan alat di dekat klien.

5. Identifikasi kebiasaan defekasi. Anjurkan klien untuk minum dan meningkatkan latihan.

1. Mebantu mengantisipasi dan merencanakan pertemuan untuk kebutuhan individual.

2. Klien dalam keadaan cemas dan tergantung.Ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan menjaga harga diri klien.

3. Klien memerlukan empati. Tetapi perlu juga mengetahui bahwa dirinya harus menjalani perawatan yang konsisten. Hal tersebut dapat meningkatkan harga diri, memandirikan klien, dan menganjurkan klien untuk terus mencoba.

4. Klien akan lebih mudah mengambil peralatan yang diperlukan karena levih ekat dengan sisi yang sakit.

5. Meningkatkan latihan dapat membantu mencegah konstipasi.

Dx 5Setelah dilakukan tindakan keperwatan integritas jaringan membaik secara optimal dengan kriteria hasil:

1) Pertumbuhan jaringan meningkat,

2) Keadaan luka membaik,

3) Pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup.1. Kaji kerusakan jaringan lunak

2. Lakukan perawatan luka :

Lakukan perawatan luka dengan teknik steril.

3. Rawat luka setiap hari atau setiap kali bila pembalut basah atau kotor.

4. Pemberian antibiotik/antimikroba

1. Menjadi data dasar untuk memberi informasi tentag intervensi perawatan luka, alat, dan jenis larutan apa yang akan digunakan.

2. Perawat luka dengan teknik steril dapat mengurangi kontaminasi kuman langsung kearel luka.

3. Memberi rasa nyaman pada klien dan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan jaringan luka.

4. Antimikroba yang sesuai dengan hasil kultur (reaksi sensitive) dapat membunuh atau mematikan kuman yang menginvasi jaringan tulang.

3.Dx 6Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tanda-tanda infeksi tidak ada, dengan kriteria hasil :1) Menunjukkan tanda vital yang stabil.2) Luka iritasi sembuh tanpa menunjukkan adanya bukti-bukti terjadinya infeksi.1. Observasi kulit, perhatikan keluhan peningkatan nyeri.2. Observasi tanda-tanda vital

3. Berikan perawatan luka dengan steril sesuai standar operasional prosedur.

4. Kolaborasi pemberian antibiotik1. Tanda kemerahan, bengkak dan adanya pus mengindikasikan terjadi infeksi.2. Peningkatan suhu merupakan indikator terjadinya penyebaran infeksi

3. Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi.4. Menurunkan jumlah organisme untuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya.

Dx 7Setelah dilakukan tindakan keperawatan citra diri klien meningkat dengan criteria hasil:

1) Klien mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi,

2) Mampu menyatakan penerimaan diri,

3) Mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat.

1. Kaji perubahan persepsi dan hubungannya dengan ketidakmampuan.

2. Anjurkan klien mengekspresikan perasaan termasuk sikap bermusuhan dan marah.

3. Ingatkan kembali realitas bahwa klien masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sis yang sehat.

4. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan.

5. Anjurkan orang terdekat mengizinkan klien melakukan sebanyak mungkin hal untuk dirinya.

6. Bersama klien mencari aternatif koping yang positif.

7. Dukung perilaku atau usaha, seperti peningkatan minat atau partisispasi dalam aktivitas rehabilitasi.

8. Kolaborasi dengan ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi

1. Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi.

2. Menunjukan penerimaan, membantu klien untuk mengenal, dan memulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut.

3. Membantu klien melihat bahwa perawat menerima kedua bagian sebagai keseluruhan tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.

4. Membantu meningkatkan perasaan harga diridan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.

5. Menghidupkan kembali perasaan mandiri dan membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi.

6. Dukungan perawat kepada klien meningkatkan rasa percaya diri.

7. Klien dapat beradptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu di masa mendatang.

8. Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan

4.Dx 8Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien dapat mengetahui penyakitnya, dengan kriteria hasil:1) Menyatakan kondisi, prognosis dan pengobatan.2) Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan akan tindakan.1. Jelaskan tentang penyakitnya

2. Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi dan pemasukan cairan yang adekuat.3. Buat daftar aktivitas dimana pasien dapat melakukan secara mandiri.1. Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi.2. Memberikan nutrisi optimal dan mempertahankan volume sirkulasi untuk meningkatkan regenerasi jaringan atau proses penyembuhan.3. Penyusunan aktivitas sekitar kebutuhan dan yang memerlukan bantuan.

Dx 9Setelah dilakukan tindakan keperwatan klien tidak merasa cemas dengan kriteria hasil :

1) Klien mengenal perasaanya,

2) Dapat mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhinya,

3) Menyatakan ansietas hilang atau berkurang.

1. Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan dan takut.

2. Kaji tanda verbal dan nonverbal ansietas, dampingi klien, dan lakukan tindakan bila klien menunjukan prilaku merusak.

3. Hindari konfrontasi

4. Mulai lakukan tindakan untuk mengurangi ansietas.Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.

5. Tingkatkan control sensasi klien.6. Orientasi klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.7. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan ansietasnya.8. Beri privasi kepada klien dan orang terdekatnya.

1. Ansietas yang berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung dan selanjutnya.

2. Reaksi verbal/non verbal dapat menunjukan rasa agitasi, marah, dan gelisah.

3. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama, dan mungkin memperlambat penyembuhan.

4. Mengurangi rangsangan eksteral yang tidak perlu.

5. Kontrol sensasi klien (dalam mengurangi ketakutan) dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan penghargaan terhadap sumber-sumber koping(pertahanan diri) yang positif, membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, dan mempersiapkan umpan balik yang positif.6. Orientasi dapat mengurangi ansietas.7. Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan.8. Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan ansietas, dan prilaku adaptasi. Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih klien untuk melakukan aktivitas dan pengalihan perhatian (mis: membaca) akan mengurangi perasaan terisolasi

BAB III

TINJAUAN KASUS3.1 Struktur Tulang yang Rentan Osteomielitis

Pada osteomyelitis hematogen akut tulang yang sering terkena adalah tulang panjang dan tersering femur, diikuti oleh tibia, humerus radius, ulna, dan fibula bagian tulang yang terkena adalah bagian metafisis dan penyebab tersering adalah staphylococcus aureus.Dengan maturasi, ada osifikasi total lempeng fiseal dan ciri aliran darah yang lamban dihilangkan. Sehingga osteomyelitis hematogen pada orang dewasa merupakan suatu kejadian yang tak lazim.Trauma ringan yang menyebabkan terbentuknya hematoma diduga berperan dalam menentukan timbulnya infeksi didaerah metafisis yang kaya akan pembuluh darah. Hematoma tersebut merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri yang mencapai tulang melalui aliran darah.Osteomyelitis selalu dimulai dari daerah metafisis karena pada daerah tersebut peredaran darahnya lambat dan banyak mengandung sinusoid. Penyebaran osteomyelitis dapat terjadi;1. penyebaran ke arah kortek, membentuk abses subperiosteal dan sellulitis pada jaringan sekitarnya2. penyebaran menembus periosteum membentuk abses jaringan lunak. Abses dapat menembus kulit melalui suatu sinus dan menimbulkan fistel. Abses dapat menyumbat atau menekan aliran darah ke tulang dan mengakibatkan kematian jaringan tulangg (sekuester);3. penyebaran ke arah medula; dan4. penyebaran ke persendian, terutama bila lempeng pertumbuhannya intraartikuler misalnya sendi panggul pada anak-anak. Penetrasi ke epifisis jarang terjadi.3.2 Faktor Penyebab Osteomielitis

Osteomyelitis dapat disebabkan oleh karena bakteri virus, jamur dan mikro organisme lain. Golongan atau jenis pathogen yang sering adalah staphylococcus aureus menyebabkan 70%-80% infeksi tulang, penumococcus, typhus bacil, proteus psedomonas, echerchia coli, tuberculose bacil dan spirochaeta. (Efendi, 2007)Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara :

1. Aliran darah

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari focus infeksi ditempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ketulang.

Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat dimana terdapat trauma.

2. Penyebaran langung

Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.

3. Infeksi dari jaringan lunak didekatnya

Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak infeksi pada jaringan lunak disekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah bebrapa hari atai minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul didaaerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kangker, atua ulkus dikulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus decubitus yang terinfeksi).

3.3 Manifestasi Klinis Osteomielitis1. HematogenJika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan manifestasi klinis septicemia (mis. Menggigil, demam tingggi, denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sistemik pada awalnya dapat menututpi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien mengggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang berkumpul.

2. EksogenBila osteomyelitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi disekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septicemia. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.

3. KronikPasien dengan osteomyelitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parrut akibat kurangnya asuan darah. (smeltzer, 2002)

3.4 Proses Terjadinya Involucrum dan Sequestrum

Pada osteomyelitis, bakteri mencapai daerah metafisis tulang melalui darah dan tempat infeksi di bagian tubuh yang lain seperti pioderma atau infeksi saluran nafas atas. Trauma ringan yang menyebabkan terbentuknya hematoma diduga berperan dalam menentukan timbulnya infeksi didaerah metafisis yang kaya akan pembuluh darah. Hematoma tersebut merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri yang mencapai tulang melalui aliran darah. Di daerah hematoma tersebut terbentuk suatu fokus kecil infeksi bakteri sehingga terjadi hyperemia dan edema. Tulang merupakan jaringan yang kaku dan tertutup sehingga tidak dapat menyesuaikan diri dengan pembengkakan yang terjadi akibat edema dan oleh karena itu, edema akibat peradangan tersebut menyebabkan kenaikan tekanan intraseus secara nyata dan menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan menetap, kemudian terbentuk pus, yang semakin meningkatkan tekanan intraseus didaerah infeksi dengan akibat timbulnya gangguan aliran darah. Gangguan aliran darah ini dapat mengakibatkan terjadinya trombosis vaskuler dan kematian jaringan tulang.Infeksi dapat pecah ke bagian tulang diafisis melalui kanalis medularis atau saluran haver. Penjalaran subperiostal ke arah diafisis, sehingga menyebabkan nekrosis tulang yang disebut sekuestrum. Sekuestrum adalah bagian kortek tulang menjadi mati serta terpisah dari jaringan tulang yang hidup. Ini adalah awal dari stadium kronik. Periosteum akan membentuk tulang baru yang menyelubungi tulang mati tersebut. Tulang baru yang menyelubungi sekuestrum disebut involukrum.Infeksi didaerah subperiosteum kemudian dapat menjalar kejaringan lunak menyebabkan sellulitis dan kemudian abses pada jaringan lemak. Pus akhirnya akan keluar menuju ke permukaan kulit melalui suatu fistel. Pada tempat-tempat tertentu, infeksi didaerah metafisis juga dapat meluas ke rongga sendi dan mengakibatkan timbulnya arthritis septik, keadaan semacam ini dapat terjadi pada sendi-sendi dengan tempat metafisis tulang yang terdapat di dalam rongga sendi, seperti pada ujung atas femur dan ujung atas radius, sehingga penyebaran melalui periosteum mengakibatkan infeksi tulang kedalam sendi tesebut. Jika bagian metafisis tidak terdapat di dalam sendi, namun sangat dekat dengan sendi maka biasanya tidak terjadi arthritis septic dan lebih sering berupa efusi sendi steril.Pada bayi, dapat mengenai seluruh tulang dan sendi di dekatnya. Karena masih adanya hubungan aliran darah antara metefisis dan epifisis melintasi gwoth plate, sehingga infeksi dapat meluas dari metafisis ke epifisis serta kemudian kedalam sendi. Pada anak-anak biasanya infeksi tidak meluas ke daerah epifisis karena growth plate dapat bertindak sebagai barier yang elektif, disamping sudah tidak terdapat hubungan aliran darah langsung antara metafisis dan epifisis. Sementara pada orang dewasa growth plate yang menjadi penghalang perluasan infeksi telah menghilang sehingga epifisis dapat terserang, namun jarang terjadi abses subperiosteum, karena periosteum pada orang dewasa telah merekat erat dengan kortek tulang. Infeksi yang luas menyebabkan kerusakan growth plate akan menyebabkan gangguan pertumbuhan yang serius di kemudian hari.

Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan permanen.

3.5 Pengkajian Osteomielitis

Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (misal: nyeri local, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan, dan demam sedang. Pasien dikaji adanya factor resiko (misal: lansia, diabetes, terapi kostikoroid jangka panjang) dan cedera, infeksi, atau bedah ortopedi sebelumnya. Pasien selalu menghindar dari tekanan di daerah tersebut dan melakukan gerakan perlindungan. Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akaibat reaksi sistemik infeksi.

Pemerikasaan fisik memperlihatkan adanya daerah imflamasi, pembengkakan nyata, hangat yang disertai nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh. Pada osteomielitis kronik, peningkatan suhu tubuh mingkin minimal, yang terjadi pada sore dan malam hari.

1. Anamnesis

a. Identitas :

Nama: Tn. D

Usia: 31 tahun

Jenis Kelamin: Laki-Laki

Pekerjaan: Pegawai Swasta

Fokus pada Usia (terutama mengenai bayi dan anak), Jenis kelamin (lebih sering pada pria daripada wanita dengan perbandingan 1:4) dan lingkungan.b. Keluhan utama : klien mengeluh nyeri.

Kaji nyeri dengan menggunakan metode PQRST

provoking incident : hal yang menjadi prseipitasi nyeri adalah proses supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada metafisis, merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen akut.

Quality of pain : rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat menusuk.

Region, radiation, relief : nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar.

Severity (scale) of pain : nyeri yang dirasakan klien subjektif antar 2-3 pada rentang skala pengukuran (0-4).

Time : berapa lama nyeri dirasakan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.

c. Riwayat penyakit sekarang

Tambahkan kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi tulang dengan pemasangan fiksasi internal, dan fiksasi eksternal (invasi bakteri disebabkan oleh bakteri lingkungan bedah) dan pada osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan yang adekuat sehingga memungkinkan terjadinya supurasi tulang.d. Riwayat penyakit dahulu

Klien pernah mengalami patah tulang tibia 3 bulan lalu. Kaji lebih dalam ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra, thorakal, dan lumbal yang terjadi akibat thorakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya riwayat diabetes melitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan, atau pengobatan dengan imunosupresif.e. Riwayat psikospiritual

Pada kasus klien akan dilakukan operasi sequstrectomy/debridement. Perlu dikaji lebih dalam respon emosi klien. Dampak yang timbul pada klien dengan osteomielitis yaitu timbul ketakutan akan kecacatan akibat prognosis penyakitnya, rasa cemas, rasa tidak mampu melakukan aktivitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).

2. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

1) Tingkat kesadaran : kompos mentis

2) Kesakitan atau keadaan : kronis3) Tanda-tanda vital : TD 110/70 mmHgNadi 120x/menitSuhu 38oCtidak normal terutama pada osteomielitis dengan komplikasi septikemia.b. Sistem pernafasan : pada inspeksi tidak mengalami kelainan bernafas, pada palpasi thoraks ditemukan taktil premitu kanan dan kiri seimbang, pada auskulatasi tidak didapatkan suara nafas tambahan.

c. Sistem kardiovaskuler : pada inspeksi tidak tampak iktus cordis. Palpasi menunjukkan nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada asuskultasi didapatkan S1 dan S2 tidak ada murmur.

d. Sistem persyarafan :

1) Kepala : tidak ada gangguan (normosefalik simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada sakit kepala).

2) Leher : tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan, refleks menelan ada).

3) Wajah : terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau bentuk.

4) Mata : tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (pada klien patah tulang tertutup karena tidak ada perdarahan). Pada pasien dengan malnutrisi biasanya terdapat konjungtiva anemis.

5) Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.

6) Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.

7) Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada perdarahan gusi, mukosa mulut tidak pucat.

8) Status mental : observasi penampilan dan tingkah laku pasien, biasanya tidak mengalami perubahan.

9) Pemeriksaan saraf kranial : tidak ada perubahan dalam pemeriksaan saraf kranial.

10) Pemeriksaan refleks : biasanya tidak terdapat refleks patologis.

e. Sistem perkemihan : pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik, dan berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada sistem ini.

f. Sistem pencernaan : inspeksi abdomen bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Pada palpasi turgor baik, hepar tidak teraba. Pada perkusi suara timpani, ada pantulan gelombang cairan. Pada auskultasi peristaltik usus normal (20 kali/menit). Inguinal-genitalia-anus. Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitandefekasi. Pada nutrisi dan metabolisme klien dengan osteomielitis harus mengonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-hari seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C, dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan infeksi tulang.Masalah nyeri pada osteomilitis menyebabkan klien kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang. Pola eliminasi : tidak ada gangguan pola eliminasi, tetapi tetap perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces.

g. Sistem muskuloskeletal :

adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi ditulang dan osteomilitis yang menginfeksi sendi sendi akan mengganggu fungsi motorik klien. kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.

Inspeksi Pembengkakan pada tulang paha kanan bagian distal dekat lutut menyebabkan kaki sulit digerakkan

55

25

pemeriksaan kekuatan otot

Secara umum klien menunjukkan adanya luka khas yang disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening yang berasal dari tulang yang mengalami infeksi dan proses supurasi.

Move

Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (Mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif. Apakah adanya gangguan atau keterbatasan gerak send pada osteomielitis akut.3. Pemeriksaan PenunjangNo.Hari,TanggalPemeriksaanHasilRujukanSatuan

1.Lekosit12.0004000-11000/ul

2.LED30 0-15mm/jam

3.Ca serum79-11mg/dl

4.RontgenInvolcrum

4. Analisa DataNO.DATAETIOLOGIMASALAH

1.DS :

Klien mengatakan sendi lutut kaku dan sulit digerakkan

DO :

kekuatan otot kaki kanan tidak dapat melawan gerakan

pembengkakan pada tulang paha kanan bagian distal dekat lutut

tekanan darah 110/70 mmHgOsteomielitis

Fagositosis

Proses inflamasi:Pembengkakan

Keterbatasan gerak

Penurunan kemampuan pergerakan

Gangguan mobilisasi fisikGangguan Mobilisasi Fisik

2.DS:-

DO:

kalsium serum 7mg/dL

rontgen involucrumOsteomielitis

Peningkatan tekanan jaringan tulang dan medula

Iskemia dan nekrosis tulang

Pembentukan abses tulang

Involuctrum

Kerusakan integritas jaringan

Kerusakan Integritas Jaringan

3.DS

mengeluh nyeri

DO :

pembengkakan pada tulang paha kanan bagian distal dekat lutut

Osteomielitis

Fagositosis

Peningkatan tekanan jaringan tulang dan medula

Iskemia dan nekrosis tulang

Pembentukan abses tulang

NyeriNyeri

4.DS :

mengeluh paha kemerahan

DO :

leukosit 12.000

suhu 38 derajat

nadi 120x/menitFaktor predisposisi

Invasi mikroorganisme dan tempat lain yang beredar melalui sirkulasi darah

Masuk ke juksta epifisis tulang panjang

Invasi kuman ketulang dan sendi

Proses inflamasi

Penurunan daya tahan tubuh primer

Infeksi

Infeksi

5.DS : -

DO : rencana sequestrectomy/debridementRencana sequestrectomy/debridement

Prognosa penyakit

Kurang pengetahuan dan informasi

Ketidakefektifan koping individu

cemasCemas

3.6 Diagnosa Keperawatan dan Rencana

1. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi tulangb. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pembengkakan sendi lututc. Kerusakan integritas jaringanberhubungan dengan proses pembentukan tulang barud. Infeksi berhubungan dengan kemajuan invasi bakteri dan penurunan daya tahan tubuh primere. Cemas sedang berhubungan dengan prognosis penyakit2. Rencana KeperawatanNoDiagnosa KeperawatanPerencanaan

TujuanIntervensiRasional

1.Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi tulang

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri berkurang bahkan hilang, dengan kriteriahasil :1) Melaporkan bahwa nyeri hilang/terkontrol.2) Menunjukkan lebih nyaman dan rileks.3) Waktu istirahat dan aktivitas seimbang.1. Tinggikan ekstermitas yang nyeri

2. Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif atau aktif

3. Ajarkan teknik relaksasi

4. Observasi tingkat dan intensitas nyeri

5. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan program1. Mengurangi nyeri dan spasme otot

2. Mempertahankan kekuatan atau mobilitas otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan yang cedera.3. Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri.

4. Untuk dapat mengidentifikasi rasa nyeri dan ketidaknyaman

5. Diberikan untuk menurunkan nyeri

2.Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pembengkakan sendi lutut

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak ada hambatan dalam mobilitas fisik, dengan kriteria hasil :1) Penggunaan mobilitas dan persendian meningkat.2) Keikutsertaan dalam perawatan diri sendiri meningkat.3) Edema berkurang1. Anjurkan daerah yang terkena diimobilisasi 2. Lakukan mobilisasi dengan menggunakan kursi roda, kruk, atau tongkat.

3. Jelaskan penggunaan alat bantu jika akan melakukan aktivitas

4. Anjurkan pasien dalam rentang gerak pasif atau aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit.

5. Kolaborasi dalam pemberian diet tinggi protein, karbohidrat, vitamin dan mineral.1. Agar mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur.2. Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring dan meningkatkan normalisasi fungsi organ.3. Menghindari stres pada tulang akibat tumpuan beban berat badan4. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan kontrol pasien.

5. Adanya cedera muskuloskeletal, nutrisi yang diperlukan untuk penyembuhan berkurang dengan cepat.

3.Kerusakan integritas jaringanberhubungan dengan proses pembentukan tulang baru

Setelah dilakukan tindakan keperawatan integritas jaringan membaik secara optimal dengan kriteria hasil:

1) Pertumbuhan jaringan meningkat, 2) Keadaan luka membaik,3) Pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup.1. Lakukan perawatan luka :

Lakukan perawatan luka dengan teknik steril.

2. Rawat luka setiap hari atau setiap kali bila pembalut basah atau kotor.

3. Kolaborasi Pemberian antibiotik/antimikroba

4. Kolaborasi tindakan sequestrektomi

5. Observasi kerusakan jaringan lunak

1. Perawat luka dengan teknik steril dapat mengurangi kontaminasi kuman langsung kearel luka.2. Memberi rasa nyaman pada klien dan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan jaringan luka.3. Antimikroba yang sesuai dengan hasil kultur (reaksi sensitive) dapat membunuh atau mematikan kuman yang menginvasi jaringan tulang.4. Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah. Pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum5. Menjadi data dasar untuk memberi informasi tentag intervensi perawatan luka, alat, dan jenis larutan apa yang akan digunakan

4.Infeksi berhubungan dengan kemajuan invasi bakteri dan penurunan daya tahan tubuh primer

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tanda-tanda infeksi tidak ada, dengan kriteria hasil :1) Menunjukkan tanda vital yang stabil.2) Luka iritasi sembuh tanpa menunjukkan adanya bukti-bukti terjadinya infeksi.1. Observasi kulit, perhatikan keluhan peningkatan nyeri.

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Berikan perawatan luka dengan steril sesuai standar operasional prosedur.

4. Kolaborasi pemberian antibiotik/antimikroba1. Tanda kemerahan, bengkak dan adanya pus mengindikasikan terjadi infeksi.2. Peningkatan suhu merupakan indikator terjadinya penyebaran infeksi3. Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi.

4. Menurunkan jumlah organisme untuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya.

5.Cemas sedang berhubungan dengan prognosis penyakit

Setelah dilakukan tindakan keperwatan klien tidak merasa cemas dengan kriteria hasil :

4) Klien mengenal perasaanya,

5) Dapat mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhinya,

6) Menyatakan ansietas hilang atau berkurang.

1. Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan dan takut.2. Observasi tanda verbal dan nonverbal ansietas, dampingi klien, dan lakukan tindakan bila klien menunjukan prilaku merusak.

3. Hindari konfrontasi

4. Mulai lakukan tindakan untuk mengurangi ansietas.Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.

5. Tingkatkan control sensasi klien.

6. Orientasi klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.

7. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan ansietasnya.

8. Beri privasi kepada klien dan orang terdekatnya.

1. Ansietas yang berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung dan selanjutnya.2. Reaksi verbal/non verbal dapat menunjukan rasa agitasi, marah, dan gelisah.

3. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama, dan mungkin memperlambat penyembuhan.4. Mengurangi rangsangan eksteral yang tidak perlu.

5. Kontrol sensasi klien (dalam mengurangi ketakutan) dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan penghargaan terhadap sumber-sumber koping(pertahanan diri) yang positif, membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, dan mempersiapkan umpan balik yang positif.

6. Orientasi dapat mengurangi ansietas.

7. Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan.

8. Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan ansietas, dan prilaku adaptasi. Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih klien untuk melakukan aktivitas dan pengalihan perhatian (mis: membaca) akan mengurangi perasaan terisolasi

3.7 Tindakan Keperawatan yang dapat Dilakukan untuk Mengatasi Gangguan Mobilisasi Fisik dan Mengurangi Nyeri1. Mengatasi Gangguan Mobilisasi Fisik

a. Observasi kemampuan dan tingkat penurunan dalam melakukan mobilisasi.b. Daerah yang terkena diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. c. Lakukan mobilisasi dengan menggunakan kursi roda, kruk, atau tongkat.d. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan yaitu tinggikan kakie. Kolaborasi dengan Occuparional Terapi

2. Mengatasi nyeria. Observasi karakteristik nyeri: lokasi, durasi, intensitas nyeri b. Menagatur posisi imobilisasi pada daerah nyeri sendi atau nyeri di tulang yang mengalami infeksic. Mengajarkanrelaksasi: teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan meningkatan relaksasi masase.d. Mengajarkan metode distraksi selamanyeri akut.e. Kolaborasi pemberian analgetik

BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanOsteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi daridarah )osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen). Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramusculus dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Osteomielitis akut biasanya dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus, jamur, dan mikro-organisme lain.Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses lokal. Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi.

Osteomeilitis dapat terjadi pada bagian tulang panjang yang sedang cepat tumbuh pada anak-anak, atau trauma pada dewasa dan pembedahan, dan diperberat dengan penyakit sebelumnya yang menjadi faktor resiko. Osteomeilitis dapat menyebabkan beberapa masalah keperawatan yang terjadi seeprti, nyeri, gangguan mobilisasi, defisit perawatan diri samapi dengan cemas pada pasien.

Intervensi yang dilakukan seorang perawat dari setiap masalah dilakukan dengan empat cara monitoring, tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi dan pendidikan kesehatan. Tindakan tersebut dilakukan dengan memprioritaskan masalah yang timbul.

4.2 SaranUntuk itu sebagai calon tenaga medis, khususnya untuk calon perawat kita harus mengetahui penyakit osteomeilitis yang dapat menyerang tubuh ataupun pasien yang kita rawat. Agar kita dapat menciptakan kehidupan dimasyarakat yang sehat. Maka dari itu kami membuat makalh ini tidak hanya semata-mata untuk tugas saja namun dapat diaplikasikan dalam kehidupan.Daftar Pustaka

Brunner & Sunddart. (2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC

Doenges, Marylinn E.2000.Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.

Jakarta: EGC.Mansjoer, Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:EGC

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.Mutaqqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.

Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGCPrice Sylvia, A.2005.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Penerbit buku kedokteran. EGC: Jakarta

Reeves, Charlene J.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Smeltzer Suzanne, C 2002. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3. Penerbit buku kedoktera. EGC: Jakarta

Suratun, dkk (2008). Seri Asuahan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloselektal. Jakarta: EGC

www.wikipedia.com

Gangguan citra diri

Deformitas bau dari adanya luka

Involuctrum (pembentukan tulang baru), pengeluaran pus dan luka

Pembentukan abses tulang

Nyeri

Resiko osteomielitis kronis

Prognosis penyakit

fagositosis

Kerusakan integritas kulit

Tirah baring lama, penekanan lokal

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

Kelemahan fisik

Defisit perawatan diri

Ketidakefektifan koping individu dan ansietas

Defisiensi pengetahuan dan informasi

Gangguan pertumbuhan

Kurang pengetahuan dan informasi

Kerusakan lempeng epifisis

septikemia

Komplikasi infeksi

Penyebaran infeksi ke organ penting

Iskemia dan nekrosis tulang

Resiko tinggi trauma

Hambatan mobilitas fisik

Penurunan kemampuan pergerakan

Demam, malaise penurunan nafsu makan, penurunan tonus otot

Peningkatan tekanan jaringan tulang dan medula

Pembentukan pus, nekrosis jaringan

Keterbatasan pergerakan

Proses inflamasi secara umum

Proses inflamasi : hipertermia, pembengkakan, gangguan fungsi, pembentukan pus, dan kerusakan integritas jaringan

OSTEOMIELITIS

Invasi kuman ke tulang dan sendi

Masuk ke juksta epifisis tulang panjang

Kerusakan pembuluh darah dan adanya port the entrance

Invasi mikroorganisme dan tempat lain yang beredar melalui sirkulasi darah

Fraktur terbuka

Faktor predisposisi : usia, virulensi kuman, riwayat trauama, nutrisi, dan lokasi infeksi