BAB II Konsep dasar teori MEDIK

22
BAB II KONSEP DASAR TEORI 2.1 KONSEP MEDIK 2.1.1 Defenisi Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200-250 gram. Istilah gastroenteritis digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami perkembangan diare dan/atau muntah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses inflamasi dalam lambung dan usus (Syaiful Noer, 1996 dalam Ramadhani, 2012). Diare akut adalah frekuensi defekasi encer lebih dari 3 x sehari dengan atau tanpa darah atau tinja yang terjadi secara mendadak berlangsung kurang dari tujuh hari yang sebelumnya sehat. Diare akut memiliki onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari (Mansjoer, 2008). Sedangkan menurut Suruadi (2001), diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dengan atau tanpa darah yang terjadi secara mendadak berlangsung kurang dari tujuh hari yang sebelumnya sehat. 2.1.2 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan 4

description

BAB II Konsep dasar teori MEDIK

Transcript of BAB II Konsep dasar teori MEDIK

Page 1: BAB II Konsep dasar teori MEDIK

BAB IIKONSEP DASAR TEORI

2.1 KONSEP MEDIK2.1.1 Defenisi

Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana

frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200-250 gram. Istilah

gastroenteritis digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami

perkembangan diare dan/atau muntah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi

proses inflamasi dalam lambung dan usus (Syaiful Noer, 1996 dalam Ramadhani,

2012).

Diare akut adalah frekuensi defekasi encer lebih dari 3 x sehari dengan atau tanpa

darah atau tinja yang terjadi secara mendadak berlangsung kurang dari tujuh hari yang

sebelumnya sehat. Diare akut memiliki onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung

kurang dari 14 hari (Mansjoer, 2008).

Sedangkan menurut Suruadi (2001), diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit

secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan bentuk

tinja yang encer atau cair.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis atau

diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3 kali

perhari dengan atau tanpa darah yang terjadi secara mendadak berlangsung kurang

dari tujuh hari yang sebelumnya sehat.

2.1.2 Anatomi Fisiologi Sistem PencernaanSistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)

adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,

mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran

darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa

proses tersebut dari tubuh.

4

Page 2: BAB II Konsep dasar teori MEDIK

Berikut susunan organ sistem pencernaan :

a. Mulut

Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagian

yaitu 1). bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir

dan pipi. 2). Rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya

oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis, disebelah belakang disambung

dengan faring.

b. Tenggorokan (faring)

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan

(esophagus). Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan

kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan

terhadap infeksi.

c. Kerongkongan (esofagus).

Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,

panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah lambung.

Lapisan dari dalam keluar : lapisan selaput lender (mukosa), lapisan submukosa,

lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan otot memanjanglongitudinal. Esofagus

terletak dibelakangtrakea dan di depan tulang punggung, setelah melalui toraks

menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung.

5

Page 3: BAB II Konsep dasar teori MEDIK

d. Lambung

Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang

paling banyak terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus

uteri berhubungan dengan esophagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah

diafragma di depan pancreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.

Bagian lambung terdiri dari :

1) Fundus ventrikuli : bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteum

kardium dan biasanya penuh berisi gas.

2) Korpus ventrikuli : setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah

kurvatura minor.

3) Antrum pilorus : bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal

membentuk sfingter pylorus

4) Kurvatura minor : terdapat disebelah kanan lambung, terbentang dari osteum

kardiak sampai ke pilorus.

5) Kurvatura mayor : lebih panjang dari kurvatura minor, terbentang dari sisi

osteum kardiak melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus

inferior. Ligamentum gastrolinealis terbentang dari bagian atas kurvatura mayor

sampai ke limfa.

6) Osteum kardiak : merupakan tempat esophagus bagian abdomen masuk ke

lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.

Susunan lapisan dari dalam keluar, terdiri dari :

1) Lapisan selaput lender, apabila lambung ini dikosongkan lapisan ini akan

berlipat-lipat yang disebut rugae.

2) Lapisan otot melingkar (muskulus aurikularis)

3) Lapisan otot miring (muskulus obliqus)

4) Lapisan otot panjang (muskulus longitudinal)

5) Lapisan jaringan ikat/serosa (peritoneum)

Fungsi lambung :

1) Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makalan oleh

peristaltik lambung dan getah lambung.

2) Getah cerna lambung yang di hasilkan :

a) Pepsin : fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan

pepton)

6

Page 4: BAB II Konsep dasar teori MEDIK

b) Asam garam (HCl) : fungsinya mengasamkan makanan, sebagai antiseptic

dan desinfektan dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga

menjadi pepsin

c) Rennin : fungsinya ragi yang membekukan susu dan membentuk kaseuin

dari kasinogen (kasinogen dan protein susu)

d) Lapisan lambung jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak

yang merangsang sekresi getah lambung.

e. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan

yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum sepanjang ± 6 m,

merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil

pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus (lapisan mukosa [sebelah dalam],

lapisan otot melingkar [M.sirkuler], lapisan otot memanjang [M.longitudinal] dan

lapisan serosa [sebelah luar]). Bagian otot halus terdiri dari :

1) Duodenum

Duodenum disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu

kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian

kanan duodenum ini terdapat selaput lender yang membukit disebut papilla

vateri. Pada papilla vaerteri ini bermuara saluran empedu (duktus koledekus)

dan saluran pancreas (duktus wirsungi/duktus pankreatikus).

Empedu dibuat di hati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui duktus koledokus

yang fungsinya mengemulsikan lemak, dengan bantuan lipase. Pancreas juga

menghasilkan amylase yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino

atau albumin dan polipeptida. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa

7

Page 5: BAB II Konsep dasar teori MEDIK

yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebt kelenjar-kelenjar Brunner

berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.

2) Jejunum dan Ileum

Jejunum dan ileum mempunyai panjang sekitar ± 6 m. dua perlima bagian atas

adalah (jejunum) dengan panjang ± 23 cm dan ileum dengan panjang 4-5 m.

lekukan jenjunum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior

perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai

mesenterium. Ujung bawah ileum berhubungan dengan sekum dan perantaraan

lubang yang bernama orifisium ileosekalis. Orifisium ini diperkuat oleh sfingter

ileosekalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula sekalis atau valvula

Baukhini yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam kolon asendens tidak

masuk kembali ke ileum.

3) Mukosa dan usus halus

Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan mukosa dan mikrovili

memudahkan pencernaan dan absopsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan

submukosa yang dapat memperbesar permukaan usus. Pada penampang

melintang, vili dilapisi oleh epitel dan kripta yang menghasilkan bermacam-

macam hormone jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif dalam

pencernaan.

4) Absorpsi

Absorpsi makanan yang sudah dicerna seluruhnya berlangsung didalam usus

halus melalui dua saluran yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan saluran limfe

disebelah dalam permukaan vili usus.

Fungsi usus halus meliputi :

1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-

kapiler darah dan saluran-saluran limfe.

2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino

3) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida

f. Usus besar (kolon)

Usus besar atau intestinum mayor panjangnya ± 1½ m, lebarnya 5 -6 cm. lapisan-

lapisan usus besar dari dalam keluar : selaput lender, lapisan otot melingkar, lapisan

otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah menyerap air dari

makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feses.

8

Page 6: BAB II Konsep dasar teori MEDIK

1) Sekum

Dibawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing

sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm. seluruhnya ditututpi oleh

peritoneum mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesenterium dan dapat

diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.

2) Kolon asendens

Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan, membujur keatas

dari ileum ke bawah hati. Dibawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini

disebut fleksura hepatica, dilanjutkan sebagai kolon transversum.

3) Apendiks (usus buntu)

Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari ujung sekum,

mempunyai pintu keluar yang sempit tetapi masih memungkinkan dapat dilewati

oleh beberapa isi usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminalis

masuk ke dalam rongga pelvis minor, terletak horizontal dibelakang sekum.

Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi kadang apendiks bereaksi

secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan perforasi dindingnya ke

dalam rongga abdomen.

4) Kolon transversum

Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens

berada dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan

sebelah kiri terdapat fleksura linealis.

9

Page 7: BAB II Konsep dasar teori MEDIK

5) Kolon desendens

Panjangnya ± 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membujur dari atas

kebawah dan fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan

kolon sigmoid

6) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring dalam

rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai S, ujung bawahnya

berhubungan dengan rektum.

7) Rektum

Rectum terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor

dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum dan os koksigis.

8) Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum

dengan dunia luar (udara luar). Terletak didasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh

3 sfingter:

a) Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak

b) Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak

c) Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.

g. Pankreas

Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah,

panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum sampai ke limpa, dan

beratnya rata-rata 60-90 gram. Pancreas terbentang pada vertebra lumbalis I dan II

dibelakang lambung.

h. Hati

Hati atau hepar adalah organ yang paling besar didalam tubuh kita, warnanya coklat

dan beratnya ± 1 ½ kg. letaknya bagian atas rongga abdomen disebelah kanan

bawah diafragma. Fungsi hati terdiri dari :

1) Mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang di simpan di suatu

tempat dalam tubuh, dikeluarkan sesuai dengan pemakaiannyadalam jaringan.

2) Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekskresi dalam empedu dan

urin.

3) Menghasilkan enzim glokogenik glukosa menjadi glukogen

10

Page 8: BAB II Konsep dasar teori MEDIK

4) Sekresi empedu, garam empedu dibuat dihati, dibentuk dalam sistem

retikuloendotelium dialirkan ke empedu

5) Pembentukan ureum, hati menerima asam amino diubah menjadi ureum,

dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urin

6) Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air.

i. Kandung empedu

Sebuah kantong empedu berbentuk terong dan merupakan membrane berotot,

letaknya disebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai pinggir depannya,

panjangnya 8-12 cm, berkapasitas 60 cm3. Lapisan empedu terdiri dari lapisan luar

serosa/parietal, lapisan otot bergaris, lapisan dalam mukosa/viseral disebut juga

membrane mukosa.

2.1.3 PatofisiologiSebagian besar GEA disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi

karena infeksi saluran cerna antara lain : pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan

gangguan sekresi dan reabsobsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,

gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan asam basa invasi dan destruksi pada

sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan mikrovilli yang dapat

menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi dan apabila tidak mendapatkan

penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.

Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen karenakan makan dan minuman

yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya GEA adalah gangguan

osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam

rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga

usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi

rongga usus berlebihan sehingga timbul GEA.

Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik akibat dari GEA itu

sendiri adalah kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan asam

basa (asidoses metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output

berlebih, hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

2.1.4 Etiologi Menurut Ngastiyah (2005), faktor penyebab diare pada bayi/anak yaitu :

a. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus

11

Page 9: BAB II Konsep dasar teori MEDIK

(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).

b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-

anak).

c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.

d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran

dimasak kutang matang.

e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.

2.1.5 Manifestasi Klinisa. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu

makan berkurang.

b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.

c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.

d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih

asam akibat banyaknya asam laktat.

e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),

ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan

berat badan.

f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut

jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen,

sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.

g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).

h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat

dan dalam (Kusmaul).

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostika. Pemeriksaan tinja

1) Makroskopis dan mikroskopis

2) PH dan kadar gula dalam tinja

3) Bila perlu diadakan uji bakteri

b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan

menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.

c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

12

Page 10: BAB II Konsep dasar teori MEDIK

2.1.7 Penatalaksanaan a. Medis

Dasar pengobatan diare adalah:

1) Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah

pemberiannya.

a) Cairan per oral

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral

berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk

diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l.

Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang

kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan

larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena

banyak mengandung NaCl dan sukrosa.

b) Cairan parentral

Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian

sebagai berikut:

Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg

1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set

berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20

tetes).

7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset

berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20

tetes).

16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit

Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.

1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts

atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg

1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15

tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15

tts ata u 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

13

Page 11: BAB II Konsep dasar teori MEDIK

6 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg

Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam,

jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.

Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit

(1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).

Untuk bayi berat badan lahir rendah

Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian

glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).

2) Pengobatan dietetic

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat

badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:

a) Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak

tak jenuh.

b) Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).

c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan

misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang

berantai sedang atau tak jenuh.

3) Obat-obatan

Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan

yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

b. Keperawatan

Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya

gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa

aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses

penyakit.

Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan

penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan2.2.1 Pengkajian Keperawatan

a. Identitas pasien

b. Riwayat kesehatan

c. Pemeriksaan fisik

14

Page 12: BAB II Konsep dasar teori MEDIK

1) Pengukuran pertumbuhan: panjang badan, berat badan, lingkar lengan,

lingkar kepala

2) Tanda-tanda vital: suhu, nadi, pernafasan, tekanan darah

3) Kulit:

Lembut, turgor kembali 2 detik, ada luka lecet pada lipatan paha dan anus.

4) Kepala: rambut merata, ubun-ubun cekung.

5) Leher: tidak ada keluhan

6) Mata: Kelopak mata/palpebral cekung, konjungtiva pucat.

7) Telinga: tidak ada keluhan.

8) Hidung: dapat disertai dengan flu.

9) Mulut dan tenggorokan: tidak ada keluhan.

10) Dada: ada penggunaan oto-otot pernapasan, tidak ada lesi.

11) Abdomen: distensi abdomen, peristaltik usus lebih dari 35 kali/menit, nyeri

tekan.

12) Genetalia: iritasi pada anus dan sekitarnya, bahkan sampai di lipatan paha.

13) Ekstremitas: tidak ada keluhan.

15

Page 13: BAB II Konsep dasar teori MEDIK

2.2.2 Pathway

16

Faktor Malabsorbsi - Karbohidrat- Lemak - Protein

Faktor Makanan- Makanan Basi- Beracun- Alergi Makanan

Reabsorbsi di dalam usus besar

terganggu

Terdapatnya zat-zat

yang tidak diserap

Tekanan osmotif meningkat

BAB sering dengan konsistensi cair

Penyerapan sari-sari makanan dalam saluran pencernaan tidak adekuat

Faktor Psikologi- Rasa takut- Cemas

Cairan keluar banyak

Penurunan kesempatan usus menyerap makanan

Dehidrasi

Merangsang usus mengeluarkan isinya

Sekresi cairan dan elektrolit dalam usus meningkat

Gangguan sekresi

Peradangan di usus

Resiko kekurangan

volume cairan

Peradangan pada usus

Inflamasi saluran cerna

Diare

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Faktor mual dan muntah

N.Vagus terangsang

hospitalisasi

Kurang informasi tentang penyakit

hiperperistaltik

Gangguan motilitas usus

Ansietas

Defisit pengetahuan

Nyeri

Page 14: BAB II Konsep dasar teori MEDIK

2.2.3 Diagnosa Keperawatan a. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan   banyak cairan (diare berat dan muntah).

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan

absorbsi nutrient.

c. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit, akskoreasi

fisura oerirektal.

d. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis / rangsang simpatis (proses

inflamasi).

e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat informasi atau

tidak mengenal sumber.

2.2.4 Intervensi Keperawatana. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

banyak cairan (diare berat dan muntah).

Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat.

Intervensi Rasional

1) Awasi masukan dan haluan, karakter dan jumlah feses.

2) Kaji tanda vital 3) Observasi kulit kering

berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor Kulit, pengisapan kapiler lambat.

4) Catat kelemahan otot umum atau disritmia jantung.

5) Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.

6) Berikan obat sesuai indikasi antidiare

1) Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.

2) Hipotensi (termasuk postoral), takikardia demam dapat menunjukkan terhadap efek/ kehilangan cairan.

3) Menunjukkan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi.

4) Kelemahan usus berlebihan dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit.

5) Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memeperbaiki kehilanngan /anemia.

6) Menurunkan kehilangan cairan dari usus

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan

absorbsi nutrient.

17

Page 15: BAB II Konsep dasar teori MEDIK

Tujuan : Menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan

sesuai sasaran.

Intervensi Rasional

1) Timbang berat badan tiap hari.2) Dorong tirah baring dan/atau

pembatasan aktifitas selama fase sakit akut.

3) Anjurkan istirahat sebelum makan.

4) Dorong pasien untuk menyatakan permasalahaan mulai makan.

5) Berikan nutrisi parenteral total, terapi IV sesuai indikasi.

1) Memberikan informasi tentang kebutuhan diet / keefektifan terapi.

2) Menurunkan kebutuhan metabolic untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.

3) Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi untuk makanan.

4) Keragu-raguan untuk makan mungkin dakibatkan oleh takut makanan akan menyebabkan eksaserbasi gejala.

5) Program ini mengistirahatkan saluran GI sementara memberikan,

c. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit, anoreksia

fisura perirektal.

Tujuan : Melaporkan nyeri hilang / terkontrol

Intervensi Rasional1) Dorong klien untuk melaporkan

nyeri.2) Kaji laporan kram abdomen atau

nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10) selidiki dan laporkan perubahan karakteristik nyeri.

3) Ijinkan klien untuk memulai posisi yang nyaman, misalnya ; lutut fleksi.

4) Observasi / catat distensi abdomen, peningkatan suhu, penurunan tekanan darah.

5) Berikan obat sesuai indikasi (Analgesik).

1) Mencoba untuk mentoleransi nyeri dari pada meminta analgesic.

2) Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan penyebaran penyakit/ terjadinya komplikasi, misalnya ;vistula kemih, perforasi, toksik megakolon.

3) Menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control.

4) Dapat menunjukkan terjadinya obtruksi usus karena inflamasi, edema, dan jaringan parut.

5) Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk memudahkan istirahat adekuat

18

Page 16: BAB II Konsep dasar teori MEDIK

dan penyembuhan.

d. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis / rangsang simpatis (proses

inflamasi)

Tujuan : Menurunkan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai

tingkat yang dapat ditangani.

Intervensi Rasional1) Dorong menyatakan

perasaan, berikan umpan balik.

2) Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang diekspresikan orang lain.

3) Bantu klien belajar mekanisme koping baru misalnya tekhnik mengatasi stress, keterampilan organisasi.

4) Berikan lingkungan tenang dan istirahat.

5) Rujuk pada perawat spesialis psikiatri, pelayanan social, penasehat agama.

1) Membuat hubungan teraupetik, membantu pasien / orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress.

2) Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan stress.

3) Belajar cara baru untuk mengatasi masalah dapat membantu dalam menurunkan stress dan ansietas.

4) Memindahkan klien dari stress luar, meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas.

5) Di butuhkan bantuan tambahan untuk meningkatkan control dan mengatasi episode akut.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat informasi atau

tidak mengenal sumber.

Tujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit / pengobatan .

Intervensi Rasional

1) Tentukan persepsi klien tentang peruses penyakit.

2) Kaji ulang proses penyakit, penyebab / efek hubungan factor yang menimbulkan gejala dan mengidentifikasi cara menurunkan factor pendukung.

3) Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosisi, dan kemungkinan efek samping.

4) Tekankan pentingnya perawatan kulit, misalnya : teknik cuci tangan dengan baik dan perawatan parineal

1) Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu.

2) Faktor pencetus/ pemberat individu sehungga kebutuhan klien untuk waspada terhadap makanan, cairan dan factor pola hidup dapan mencetus gejala.

3) Meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program kesehatan.

19

Page 17: BAB II Konsep dasar teori MEDIK

yang baik 4) Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit / kerusakan infeksi

20