BAB II KONSEP DASAR A. Tahap Perkembangan Keluarga...

download BAB II KONSEP DASAR A. Tahap Perkembangan Keluarga …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-sitikiswat... · 12 mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan

If you can't read please download the document

Transcript of BAB II KONSEP DASAR A. Tahap Perkembangan Keluarga...

  • 8

    BAB II

    KONSEP DASAR

    A. Tahap Perkembangan Keluarga Usia Lanjut

    1. Definisi keluarga

    Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga

    berbeda-beda, tergantung kepada orientasi teoritis pendefinisi yaitu

    dengan menggunakan menjelaskan yang penulis cari untuk

    menghubungkan keluarga. Misal para penulis mengikuti orientasi

    teoritis interaksionalis keluarga, memandang keluarga sebagai suatu

    arena berlangsungnya suatu interaksi kepribadian, dengan demikian

    menekankan karakteristik transaksi dinamika. Para penulis yang

    mendukung suatu perspektif sistem-sistem sosial terbuka ukuran kecil

    yang terdiri dari seperangkat bagian yang sangat tergantung sama lain

    dan dipengaruhi oleh struktur internal dan sistem-sistem yang ekstrem

    (Friedman, 1998).

    Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup

    bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

    mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari

    keluarga (Friedman, 1998)).

  • 9

    2. Tipe dan Bentuk Keluarga

    Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan

    orang yang mengelompokkan menurut (Murwani, 2007) tipe keluarga

    ada 6 yaitu :

    a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri

    dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi

    atau keduanya.

    b. Keluarga besar (Extented Family) adalah keluarga inti ditambah

    anggota keluarga yang lain yang masih mempunyai hubungan darah

    (kakek, nenek, paman, bibi).

    c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari

    wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan

    satu keluarga inti.

    d. Keluarga duda/janda (Single famili), adalah keluarga yang terjadi

    karena perceraian/kematian.

    e. Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga yang

    perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

    f. Keluarga kabitas (Cahabitation Family), adalah dua orang menjadi

    satu tanpa pernikahan membentuk satu keluarga.

    3. Peran keluarga

    a. Peran formal keluarga menurut (Murwani, 2007) antara lain:

    1) Peran parental dan perkawinan

  • 10

    Ada delapan peran dasar yang membentuk posisi sosial

    sebagai suami-ayah dan istri- ibu antara lain yaitu, Peran

    sebagai provider (penyedia), Peran sebagai rumah tangga,

    Peran perawat anak, Peran perawatan anak, Peran rekreasi,

    Peran persaudaraan/kinship (memelihara hubungan keluarga

    paternal dan maternal), Peran terapeutik (Memenuhi

    kebutuhan afektif pasangan), Peran seksual.

    2) Peran perkawinan

    Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan

    perkawinan yang kokoh itu sangat penting. Anak-anak

    terutama dapat mempengaruhi membentuk suatu koalisi

    dengan anak. Memelihara suatu hubungan perkawinan yang

    memuaskan merupakan salah satu tugas perkembangan yang

    vital dari keluarga.

    b. Peran Informal

    1) Pengharmonis : Menengahi perbedaan yang terdapat di

    anatara para anggota, menghibur dan menyatukan kembali

    perbedaan pendapat.

    2) Insiator-kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide-

    ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau

    tujuan-tujuan kelompok.

  • 11

    3) Pendamai : merupakan salah satu dari bagian dari konflik dan

    ketidak sepakatan, pendamai menyatakan kesalahannya, atau

    menawarkan penyelesaian setengah jalan.

    4) Perawat keluarga : Orang yang terpanggil untuk merawat dan

    mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.

    5) Koordinator keluarga : Mengorganisasi dan merencanakan

    kegiatan-kegiatan keluarga, berfungsi mengangkat

    keterikatan/keakraban.

    4. Fungsi Keluarga

    Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) antara lain :

    a. Fungsi Afektif (The affective function) adalah fungsi keluarga yang

    utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan

    anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

    b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan social (sosialisation and social

    placement fungtion) adalah fungsi pengembangan dan tempat

    melatih anak untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan

    rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

    c. Fungsi Reproduksi (reproductive function) adalah fungsi untuk

    mempertahankan generasi menjadi kelangsungan keluarga.

    d. Fungsi Ekonomi (the economic function) adalah untuk memenuhi

    kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

  • 12

    mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan

    untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

    e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care

    function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota

    keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

    5. Tugas Kesehatan Keluarga

    Tugas kesehatan keluarga menurut (Friedman, 1998) yaitu :

    a. Mengenal masalah kesehatan

    Megenal masalah kesehatan dalam mengenal masalah kesehatan

    nyeri sendi karena kurangnya pengetahuan tentang nyeri sendi dan

    rasa takut akibat masalah yang di ketahui.

    b. Ketidak mampuan keluarga dalam mengambil keputusan di

    sebabkan oleh tidak memahami mengeni sifat, berat, dan luasnya

    masalah, maslah tidak begitu menonjol dan tidak sanggup

    memcahkan masalah kurang pengetahuan tentang nyeri sendi.

    c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. Ketidak

    mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit

    nyeri sendi di karenakan oleh ketidak mampuan tentang penyakit,

    misal penyebab, gejala, penyebaran, dan perawatan penyakit.

    d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

    Dikarenakan oleh keluarga dapat melihat keuntungan dan manfaa t

  • 13

    pemeliharaan lingkungan rumah, dan ketidak tahuan tentang usaha

    penyakit nyeri sendi.

    e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas

    kesehatan masyarakat.

    Ketidak mampuan keluarga menggunakan sumber di masyarakat

    guna memelihara kesehatan di sebabkan keluarga tidak memahami

    keuntungan yang di peroleh dan tidak ada dukungan dari

    masyarakat.

    6. Tugas Perkembangan Keluarga Usia Lanjut

    Tugas perkembangan keluarga usia lanjut merupakan bagian

    penting dalam konsep keluarga usia lanjut. Perawat keluarga perlu

    memahami setiap tahap perkembannganya yaitu menerima penurunan

    kemampuan dan keterbatasan, menyesuaikan dengan masa pensiun,

    mengatur pola hidup yang terorganisir, menerima kehilangan dan

    kematian dengan tentram (Mubarak, 2006).

    a. Tugas-tugas perkembangan keluarga usia lanjut.

    1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

    2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

    3) Mempertahankan hubungan perkawinan

    4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

    5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

  • 14

    6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (diadaptasi

    dari caeter dan McGoldrik (1988 ), Duval dan Miller (1985)

    b. Permasalahan yang terjadi pada usia lanjut

    1) Menurunya fungsi dan kekuatan fisik

    2) Sumber-sumber finansial yang tidak memadai

    3) Isolasi sosial

    4) Kesepian

    (kelley et al, 1977 dalam friedman)

    B. Konsep Lansia

    1. Pengertian Lansia

    Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami

    perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan

    memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk

    kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu mendapat

    perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama

    mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuanya

    sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan

    (Mubarak, 2006).

    Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis

    yang tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang.

    Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

    (graduil) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti

  • 15

    dan mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan

    terhadap injuri termasuk adanya infeksi (Paris Contantinides, 1994).

    Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai

    dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot,

    susunan saraf dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi

    sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa

    penampilan seorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi

    fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian

    puncak maupun aat menurunya. Namun umumnya fungsi fisiologis

    tubuh mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun. Setelah mencapai

    puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh

    beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai

    bertambahnya umur.

    a. Batasan-batasan lansia

    Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagiai berikut:

    1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa

    vibrilitas

    2) Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium

    3) Kelompok usia lanjut (65 th >) sebagai senium

    Menurut organisasi kesehatan Dunia lanjut usia dikelompokkan

    menjadi

  • 16

    1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai

    59 tahun.

    2) Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.

    3) Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun.

    4) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun.

    b. Teori menua

    Menurut Wahyudi (2008), Teori proses menua dibagi menjadi

    dua, yaitu teori biologis dan teori sosiologis. Adapun teori biologis

    diantaranya sebagai berikut :

    Teori biologis

    1) Teori biologis

    Teori genetic clock merupakan teori intrinsik yang

    menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang

    mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini

    menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik

    untuk spesies tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya

    memiliki suatu jam genetik atau jam biologis sendiri dan setiap

    spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah

    diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenius ini

    berhenti berputar, maka ia akan mati.

    Teori mutasi somatik. Menurut teori ini, penuaan terjadi

    karena adanya mutasi somatic akibat pengaruh lingkungan

  • 17

    yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA

    atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein atau enzim.

    Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga akhirnya akan

    terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi

    kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami

    mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin

    sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.

    2) Teori nongenetik

    Teori penurunan sistem imun tubuh merupakan mutasi

    yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan

    sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition).

    Jika mutasi yang merusak membrane sel, akan menyebabkan

    sistem imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Dalam

    proses metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus. Ada

    jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut

    sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai

    contoh, tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa

    berinvolusi dan sejak itu terjadi kelainan autoimun.

    Teori kerusakan akibat radikal bebas, teori radikal bebas

    dapat terbentuk di alam bebas dan didalam tubuh karena

    adanya proses metabolisme atau proses pernapasan didalam

    mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau

  • 18

    molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang

    tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau

    molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau

    perubahan dalam tubuh.

    Radikal bebas yang terdapat dilingkungan seperti :

    a) Asap kendaraan bermotor

    b) Asap rokok

    c) Zat pengawet makanan

    d) Radiasi

    e) Sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya

    perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.

    Teori sosiologis

    1) Teori interaksi sosial teori ini mencoba menjelaskan mengapa

    lanjut usia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas

    dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lanjut

    usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci

    mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya

    bersosialisasi.

    2) Teori aktivitas atau kegiatan

    a) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan

    secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut

  • 19

    yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut

    serta dalam kegiatan sosial.

    b) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat

    melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas

    tersebut selama mungkin.

    c) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup

    lanjut usia.

    d) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan

    individu agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai

    lanjut usia.

    3) Teori kepribadian berlanjut

    Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut

    usia. Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan

    sebelumnya. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang

    terjadi pada seorang usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tipe

    personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan

    adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia.

    4) Teori pembebasan atau penarikan diri

    Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan

    masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.

    Menurut teori ini seorang lanjut usia dinyatakan mengalami

    proses menua yang berhasil apabila ia menarikdiri dari

  • 20

    kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan

    pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.

    c. Perubahan sistem muskuloskeletal

    Perubahan pada lansia Menurut Wahyudi (2008),

    Perubahan Fisik meliputi :

    1) Sistem persarafan

    a) Menurun hubungan persarafan

    b) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang

    berkurang setiap harinya)

    c) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya

    terhadap stress

    d) Saraf panca- indra mengecil

    e) Penglihatan berkurang, pendengaran menhilang, saraf

    penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitif terhadap

    perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap

    dingin

    f) Kurang sensitif terhadap sentuhan

    g) Defisit memori

    2) Sistem muskoloskeletal

    Sistem muskuloskeletal bekerja membuat gerakan dan

    tindakan yang harmoni sehingga manusia menjadi seorang

    yang bebas dan mandiri. Sistem muskuloskeletal terdiri dari

  • 21

    kerangka, sendi, otot, ligamentum dan bursa. Kerangka

    membentuk dan menopang tubuh, melindungi organ penting

    dan berperan sebagai penyimpanan mineral tertentu seperti

    kalsium, magnesium, dan fosfat. Rongga medula tulang adalah

    tempat utama yang memproduksi sel darah. Otot memberikan

    kekuatan untuk menggerakkan tubuh, menutup lobang luar dari

    sistem gastrointestinal dan saluran kencing serta meningkatkan

    produksi panas untuk menjaga kontrol temperatur.

    Perubahan pada sistem muskuloskeletal (Surini, 2003)

    a) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen

    sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon,

    tulang, artilago, dan jaringan pengikat mengalami

    perubahan menjadi bentangan cross linking yang tidak

    teratur. Bentangan yang tidak teratur dan penurunan

    hubungan tarikan linier pada jaringan kolagen

    merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas pada

    jaringan kolagen merupakan salah satu alasan

    penurunan mobilitas pada jaringan tubuh. Setelah

    kolagen mencapai puncak fungsi atau daya mekaniknya

    karena penuaan, tensile strength dan kekakuan dari

    kolagen mulai menurun. Kolasen dan elastin yang

    merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung

  • 22

    mengalami perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai

    penuaan. Perubahan pada kolagen itu merupakan

    penyebab turunya fleksibilitas pada lansia sehingga

    menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan

    kemampuan untuk meningkatkan kekakuan otot,

    kesulitan bergerak dari duduk keberdiri, jongkok dan

    berjalan, dan hambatan dalam melakukan aktivitas

    sehari-hari.

    b) Kartilago. Jaringan kartilago pada persendian menjadi

    lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya

    permukaan sendi menjadi rata. Selanjutnya,

    kemampuan kartilago untuk generasi berkurang dan

    degenerasi yang terjadi cenderung ke arah progresif.

    Proteoglikan yang merupakan komponen dasar matriks

    kartilago berkurang atau hilang secara bertahap. Setelah

    matriks mengalami deteriorasi, jaringan fibril pada

    kolagen kehilangan kekuatanya, dan akhirnya kartilago

    cenderung mengalami fibrilasi. Kartilago mengalami

    klasifikasi di beberapa tempat, seperti pada tulang

    rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif,

    tidak hanya sebagai peredam kejut, tetapi juga sebagai

    permukaan sendi berpelumas. Konsekuensinya,

  • 23

    kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap

    gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi

    besar penumpu berat badan. Akibat perubahan itu sendi

    mudah mengalami peradangan, kekakuan, nyeri,

    keterbatasan gerak dan terganggunya aktivitas sehari-

    hari.

    c) Tulang. Berkurangnya kepadatan tulang, setelah

    diobservasi, adalah bagian dari penuaan fisiologis.

    Trabekula longitudinal menjadi tipis dan trabekula

    transversal terabsorbsi kembali. Sebagai akibat dari

    perubahan itu, jumlah tulang spongiosa berkurang dan

    tulang kompakta menjadi tipis. Perubahan lain yang

    terjadi adalah penurunan estrogen sehingga produksi

    osteoklas tidak terkendali, penurunan penyerapan

    kalsium di usus, peningkatan kanal Haversi sehingga

    tulang keropos. Berkurangnya jaringan dan ukuran

    tulang secara keseluruhan menyebabkan kekuatan dan

    kekakuan tulang menurun. Dapak kekurangan

    kepadatan akan mengakibatkan osteoporosis.

    Osteoporosis lanjut akan mengakibatkan nyeri,

    deformitas dan fraktur.

  • 24

    d) Otot. Perubahan otot pada penuaan sangat bervariasi.

    Penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan

    jaringan penghubung, dan jaringan lemak pada otot

    mengakibatkan efek negatif.

    e) Sendi. Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti

    tendon, ligamen dan fasia mengalami penurunan

    elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi, dan klasifikasi

    pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehingan

    fleksibilitasnya sehingga terjadi penurunan luas gerak

    sendi. Beberapa kelainan akibat perubahan pada lansia

    antara lain osteoartritis, artritis reumatoid, gout, dan

    pseudogout. Kelainan tersebut dapat menimbulkan

    gangguan berupa bengkak, nyeri, kekakuan sendi,

    keterbatasan luas gerak sendi, gangguan jalan dan

    aktivitas keseharian lainya. Proses destruksi dari tulang

    rawan pada kondisi arthritis sepsis seperti tampak pada

    Gb. 2.1 berikut :

    Gambar 2.1 Proses destruksi tulang rawan pada kondisi arthritis sepsis

  • 25

    Tampak dari gambar diatas 2.1 kondisi destruksi pada

    tulang rawan. Pertemuan antar tulang taji akan

    menyebabkan mengikisnya pada tulang rawan dan

    meniskus. Berikut adalah gambar dari struktur sendi,

    normal dan tidak normal. Gambar 2.2 Perbedaan Sendi

    Normal dan Artritis

    Tampak dari gambar 2.2 diatas kondisi dari sendi

    normal tulang tidak mengalami bone erosion.

    Sedangkan pada sendi arthritis, akibat dari penekanan

    antar tulang menyebabkan cairan synovial semakin

    menipis dan terjadi gesekan antar tulang sehingga

    tulang meradang, bengkak dan mengalami nyeri pada

    persendian.

    Tulang rawan sendi pada orang dewasa tidak mendapat

    aliran darah, limfe, atau persarafan. Oksigen dan bahan-bahan

    metabolisme lain dibawa oleh cairan sendi yang membasahi

  • 26

    tulang rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen dan

    pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah cedera atau

    ketika usia bertambah. Beberapa kolagen baru pada tahap ini

    mulai membentuk kolagen tipe satu yang lebih fibrosa.

    Proteoglikan dapat kehilangan sebagian kemampuan

    hidrofiliknya. Perubahan-perubahan ini berati tulang rawan

    akan kehilangan kemampuanya untuk menahan kerusakan bila

    diberi beban berat.

    Sendi dilumasi oleh cairan sinovial dan oleh perubahan-

    perubahan hidrostatik yang terjadi pada cairan interstisial

    tulang rawan. Tekanan yang terjadi pada tulang rawan akan

    mengakibatkan pergeseran cairan kebagian yang kurang

    mendapat tekanan. Sejalan dengan pergeseran sendi kedepan,

    cairan yang bergerak ini juga bergeser kedepan mendahului

    beban. Cairan kemudian akan bergerak ke belakang kembali

    kebagian tulang rawan ketika tekanan berkurang. Tulang rawan

    sendi dan tulang-tulang yang membentuk sendi biasanya

    terpisah selama gerakan selaput cairan ini. Selama terdapat

    cukup selaput atau cairan, tulang rawan tidak dapat aus

    meskipun dipakai terlalu banyak. Kapsul sendi terdiri atas

    suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang

    terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah

  • 27

    banyak dan sinovium. Sinovium membentuk suatu kantung

    yang melapisi seluruh sendi dan membungkus tendon-tendon

    yang melintasi sendi. Sinovium tidak meluar melalui

    permukaan sendi, tetapi terlipat sehingga memungkinkan

    gerakan sendi secara penuh. Lapisan- lapisan bursa diseluruh

    persendian membentuk sinovium. Periosteum tidak melewati

    kapsul sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak

    membeku, dan tidak berwarna. Jumlah yang ditemukan pada

    tiap-tiap sendi relative kecil (1-3 ml). hitung sel darah putih

    pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan sebagian

    besar merupakan sel mononuclear. Asam hialuronidase adalah

    senyawa yang bertanggung jawab atas viskositas cairan

    sinovial dan disintesis oleh sel-sel pembungkus sinovial.

    Penurunan progresif pada massa tulang total terjadi sesuai

    proses penuaan. Beberapa kemungkinan penyebab dari

    penurunan ini meliputi ketidak aktifan fisik, perubahan

    hormonal dan reasorbsi tulang aktual. Efek penurunan tulang

    adalah makin lemahnya tulang vertebra lebih lunak dan dapat

    tertekan, dan tulang berbatang panjang kurang tahanan

    terhadap penekukan dan menjadi lebih cenderung fraktur.

    Menyertai penurunan tulang ini dari permukaan dalam

    endosteum adalah penambahan tulang aktual pada permukaan

  • 28

    luar periosteum. Akibatnya, bentuk taji dan tepi, membuat

    beberapa tonjolan tulang lebih menonjol. Klasifikasi kartilago

    artikular, disertai dengan penyimpangan noninflamasi dari

    sendi penyokong berat badan, dapat terjadi. Cairan sinovial

    mengental dan kartilago hialin berdegenerasi. Perubahan-

    perubahan ini dapat mempengaruhi rentang gerak, gerakan

    mudah keseluruhan, dan cara berjalan. Ankilosis dari ligamen

    dan sendi menambah gambaran feksi umum.

    C. Konsep Nyeri Sendi

    1. Pengertian

    Sendi adalah suatu ruangan, tempat satu atau dua tulang berada

    saling berdekatan. Sendi adalah pertemuan antara dua tulang atau

    lebih, sendi memberikan adannya segmentasi pada rangka manusia

    dan memberikan kemungkinan variasi pergerakan di antara segmen-

    segmen serta kemungkinan variasi pertumbuhan (Chairudin Rasjad,

    2007).

    Rasa nyeri pada sendi atau arthralgia, diketahui dapat menyerang

    satu atau beberapa sendi sekaligus. Nyeri sendi adalah keluhan yang

    sangat umum, namun sebenarnya dapat merupakan gejala dari sebuah

    kondisi tertentu, dan sangat mengganggu karena mengekang gerak

    kita.

  • 29

    2. Etiologi

    Penyebab utama penyakit nyeri sendi masih belum diketahui

    secara pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik,

    lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor

    pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikroplasma

    dan virus. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab

    nyeri sendi, yaitu :

    a. Mekanisme imunitas

    Penderita nyeri sendi mempunyai auto anti body di dalam

    serumnya yang di kenal sebagai faktor rhematoid antibody nya

    adalah suatu faktor antigama globulin(IgM) yang bereaksi terhadap

    perubahan IgG titer yang lebih besar 1:100, Biasanaya di kaitkan

    dengan Vaskulitis dan prognosis yang buruk.

    b. Faktor metabolik

    Faktor metabolik dalam tubuh erat hubungannya dengan proses

    autoimun.

    c. Faktor genetik serta faktor pemicu lingkungan

    Penyakit nyeri sendi terdapat kaitannya dengan pertanda genetik.

    Juga dengan masalah lingkungan, Persoalan perumahan dan

    penataan yang buruk dan lembab juga memicu pennyebab nyeri

    sendi.

    d. Faktor usia

  • 30

    Degenerasi dari organ tubuh menyebabkan usia lanjut rentan

    terhadap penyakit baik yang bersifat akut maupun kronik.

    3. Patofisiologi

    Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologis persendian

    diartrodial atau sinovial merupakan kunci untuk memahami

    patofisiologi penyakit nyeri sendi. Fungsi persendian sinovial adalah

    gerakan. Setiap sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati

    masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada

    sendi-sendi yang dapat digerakkan.

    Pada sendi sinovial yang normal. Kartilago artikuler membungkus

    ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta

    ulet untuk gerakan. Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula

    fibrosa dan mensekresikan cairan kedalam ruang antara-tulang. Cairan

    sinovial ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock absorber) dan

    pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas

    dalam arah yang tepat. Sendi merupakan bagian tubuh yang sering

    terkena inflamasi dan degenerasi yang terlihat pada penyakit nyeri

    sendi. Meskipun memiliki keanekaragaman mulai dari kelainan yang

    terbatas pada satu sendi hingga kelainan multi sistem yang sistemik,

    semua penyakit rhematoid meliputi inflamasi dan degenerasi dalam

    derajat tertentu yang biasa terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat

    pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit rhematoid

  • 31

    inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang

    merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan panus

    (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon

    imun (Smeltzer, 2002).

    4. Penatalaksanaan

    Sendi yang meradang di istirahatkan selama eksaserbasi, periode-

    periode istirahat setiap hari, kompres panas dan dingin bergantian,

    aspirin, obat anti- inflamasi nonsteroid lainnya, atau steroid sistemik,

    pembedahan untuk mengeluarkan membran sinovium (Corwin, 2001).

    Dalam anamnesis nyeri, aktifitas rutin sehari-hari serta derajat

    nyeri dari waktu ke waktu serta hubunganya dengan aktifitas akan bisa

    membantu menentukan rejimen dosis bagi penderita tersebut yang

    disesuaikan kegiatan sehari-hari dan tingkat rasa nyerinya. Seorang

    penderita yang mengeluhkan rasa nyeri arthritis terutama pada saat

    aktivitas/kerja dapat diberikan degan analgesik (dosis besar) pada jam

    07.00, dosis kecil pada jam 12.00 dan jam 17.00. rejimen tersebut akan

    mengatasi nyeri pada saat bangun pagi, mandi, makan pagi dan kerja

    ringan diwaktu pagi, serta waktu kerja agak berat di siang hari. Saat

    sore dan malam hari dimana aktivitas tak begitu banyak, penderita

    mungkin tidak merasakan nyeri yang sangat, sehingga analgesik dosis

    kecil sudah mencukupi.

  • 32

    D. Proses Keperawatan Keluarga dengan nyeri sendi

    Pengkajian yang dilakukan pada Asuhan Keperawatan Keluarga

    Dengan nyeri sendi antara lain :

    1. Identitas Data

    a. Jenis kelamin

    Nyeri sendi adalah peradangan yang sistematis, progresif dan lebih

    banyak terjadi pada wanita dengan perbandingan 3:1 dengan kasus

    pada pria.

    b. Pekerjaan

    Pekerjaan yang berat/ kerja yang yang produktif bertahun-tahun

    pada seorang setengah baya (kuli panggul,tukang becak,dll) juga

    mendukung terjadinya penyakit nyeri sendi.

    c. Status sosial ekonomi keluarga

    Penghasilan yang rendah dan sulit memungkinkan adannya konflik

    dalam keluarga termasuk kebutuhan akan biaya perawatan dan

    pengobatan anggota keluarga yang sakit nyeri sendi.

    d. Aktifitas rekreasi dan waktu luang

    Mengidentifikasi aktifitas-aktifitas dan waktu senggang keluarga,

    Penggunaan waktu senggang yang ada menggali perasaan dari

    anggota keluarga tentang aktifitas rekreasi.

    e. Kebiasaan aktifitas

  • 33

    Mengangkat benda-benda berat menimbulkan stres pada sendi,

    kerja tanpa waktu istirahat yang cukup dan seimbang mempunyai

    efek yang signifikan pada nyeri sendi.

    2. Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga

    Riwayat keluarga inti :

    Keluhan yang biasa di rasakan oleh penderita nyeri sendi yaitu

    nyeri pada jari-jari tangan, nyeri pada lutut dan nyeri pada punggung.

    Nyeri dirasakan jika melakukan aktivitas dan berkurang jika klien

    beristirahat.

    Keluarga ini berada pada tahap perkembangan dengan usia lanjut.

    Keluarga yang rentan mengalami penyakit nyeri sendi adalah usia

    lanjut dimana terjadi degenerasi dari organ tubuh khususnya pada

    sistem muskuluskeletal.

    3. Data Lingkungan

    a. Kondisi Rumah

    Faktor lingkungan rumah yang kurang aman dan membahayakan

    juga memperbesar peningkatan resiko untuk jatuh pada penderita

    penyakit nyeri sendi, Misalnya penggunaan keset yang licin, lantai

    yang licin, Pencahayaan yang kurang memadahi, Tangga rumah

    yang terlalu curam, Tidak menggunakan alas kaki, Tempat tidur

    yang terlalu tinggi, Tidak menggunakan alat bantu mobilitas yang

  • 34

    tepat, Tidak ada pengaman atau pegangan dari lokasi- lokasi yang

    tepat, seperti kamar mandi.

    b. Fasilitas dan pelayanan kesehatan : Tingkat ekonomi yang rendah

    dapat mengakibatkan sulitnya pengobatan nyeri sendi. Ketidak

    efektifannya dan keluarga dalam mengunjungi pelayanan

    kesehatan yang ada.

    c. Fasilitas transportasi : Transportasi merupakan sarana yang

    penting dan sangat diperlukan agar penderita mendapatkan

    pelayanan kesehatan dengan segera. Ketiadaan sarana transportasi

    menjadikan masyarakat enggan berkunjung ke pelayanan

    kesehatan sehingga kondisi akan semakin memburuk.

    4. Struktur Keluarga.

    a. Struktur komunikasi : Berkomunikasi dan berinteraksi antar

    sesama anggota keluarga merupakan tugas keluarga, dan dapat

    menurunkan beban masalah (Efendi, 1998).

    b. Struktur kekuasaan : Kekuasaan dalam keluarga dipegang oleh

    pemegang keputusan yang mempunyai hak dalam menentukan

    masalah dan kebutuhan dalam mengatasi masalah kesehatan nyeri

    sendi dalam keluarga (Efendi, 1998).

    c. Struktur peran : Peran antar kelurga menggambarkan perilaku

    interpersonal yang berhubungan dengan masalah kesehatan dalam

    posisi dan situasi tertentu (Efendi, 1998).

  • 35

    d. Nilai kepercayaan : Beban kasus keluarga sangat bergantung pada

    nilai kekuasaan dan kebutuhan akan asuhan keperawatan keluarga

    (Efendi, 1998).

    5. Fungsi Keluarga

    a. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan yang

    disebabkan oleh kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit

    nyeri sendi, anggapan bahwa penyakit nyeri sendi adalah biasa

    yang bisa sembuh dengan sendirinya. Ketidak mampuan keluarga

    dalam mengambil keputusan serta dalam mengambil tindakan

    yang tepat tentang nyeri sendi atau tidak memahami mengenai

    sifat berat dan meluasnya masalah nyeri sendi.

    b. Ketidak mampuan keluarga dalam memecahkan masalah karena

    kurangnya pengetahuan dan sumber daya keluarga seperti : latar

    belakang pendidikan dan keuangan keluarga.

    c. Ketidak mampuan keluarga memilih tindakan diantara beberapa

    alternative perawatan dan pengobatan terhadap nyeri sendi.

    d. Ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota kelurga yang

    sakit berhubungan dengan tidak mengetahui keadaan nyeri sendi

    misal : sifat artritis, penyebab nyeri sendi, dan tanda gejala yang

    menyertai nyeri sendi (Nasrul effendi, 1998).

    Koping keluarga : koping keluarga dipengaruhi oleh situasi

    emosional keluarga, sikap dan pandangan hidup, hubungan kerja

  • 36

    sama antara anggota keluarga serta adanya support system dalam

    keluarga (Efenndy, 1998).

    Diagnosis keperawatan dibedakan menjadi tiga diagnosis

    keperwatan aktual, risiko atau risiko tinggi, dan potensial atau

    wellness.

    1) Diagnosis aktual, menunjukan keadaan yang nyata dan sudah

    terjadi pada saat pengkajian di keluarga : Hambatan mobilitas

    fisik berhungan dengan ketidak mampuan keluarga merawat

    anggota keluarga yang menderita nyeri sendi.

    2) Resiko tinggi, merupakan masalah yang belum terjadi pada

    pengkajian. Namun dapat menjadi masalah aktual bila tidak

    dilakukan pencegahan dengan cepat : Resiko injuri

    berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga mengenal

    masalah nyeri sendi dan memodifikasi lingkungan.

    e. Fokus intervensi

    1) Diagnosa pertama hambatan mobilitas fisik berhungan dengan

    ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

    menderita nyeri sendi.

    a) Pencegahan primer

    a. Berikan penyuluhan tentang pencegahan nyeri

    b. Ajarkan cara untuk kompres hangat

    c. Identifikasi adanya factor-faktor nyeri

    b) Pencegahan sekunder

  • 37

    a. Kaji karakteristik nyeri

    b. Beri kompres hangat dan dingin

    c. Beri obat anti inflamasi seperti aspirin.

    c) Pencegahan tersier

    a. Segera bawa ke pelayanan kesehatan bila

    diketahui nyeri berkelanjutan.

    b. Kolaborasi pemberian obat antianalgesik.

    2) Diagnosa kedua Resiko injuri berhubungan dengan

    Ketidak mampuan keluarga mengenal, masalah nyeri sendi dan

    memodifikasi lingkungan.

    a) Pencegahan primer

    a. Berikan penyuluhan tentang resiko injuri

    b. Ajarkan cara untuk pencegahan jatuh

    c. Identifikasi adanya factor-faktor resiko injuri

    b) Pencegahan sekunder

    a. Kaji resiko injuri

    b. Beri pendidikan kesehatan tentang lingkungan

    yang aman bagi penderita nyeri sendi.

    c. Modifikasi lantai yang licin, pencahayaan yang

    terang dan penataan perabotan rumah tangga

    yang aman bagi penderita nyeri sendi.

    c) Pencegahan tersier

  • 38

    Segera bawa ke pelayanan kesehatan bila kondisi

    pasien semakin memburuk.

    Skala untuk menentukan prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga (Bailon Dan

    Malagya, 1979)

    Skoring :

    a. Tentukan skore untuk setiap kriteria

    b. Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan

    bobot

    Skore

    X bobot

    Angka tertinggi

    c. Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria.

    No KRITERIA BOBOT

    1.

    2.

    3.

    4.

    Sifat masalah

    Skala : tidak/kurang sehat

    Ancaman kesehatan

    Keadaan sejahtera

    Kemungkinan masalah dapat diubah

    Skala : Mudah

    Sebagian

    Tidak dapat

    Potensial masalah untuk dicegah

    Skala : Tinggi

    Cukup

    Rendah

    Menonjolnya masalah

    Skala : masalah berat, harus segera ditangani

    Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani

    Masalah tidak dirasakan

    3

    2

    1

    2

    2

    1

    0

    3

    2

    1

    2

    1

    0

    1

    2

    1

    1