BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN ...repository.unj.ac.id/3885/9/9. BAB II.pdfsistem...

33
9 BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kerangka Teori 1. Hakikat Smash Bola Voli Pukulan atau smash disebut juga spike, merupakan bentuk serangan yang paling banyak dipergunakan dalam upaya memperoleh nilai oleh suatu tim (Nuril, 2007). Smash adalah suatu pukulan di mana tangan melakukan kontak langsung dengan bola secara penuh pada bagian atas sehingga jalannya bola terjal dengan kecepatan yang tinggi (Nuril, 2007). Dalam olahraga bola voli, pukulan smash bertujuan untuk menyerang, mengecoh dan memperoleh suatu point dalam pertandingan. Smash merupakan salah satu bentuk serangan dalam permainan bola voli yang paling memikat para pemain dan juga mengundang kekaguman para penonton. Karena apabila seseorang mempunyai teknik melakukan gerakan smash yang baik akan mengundang perhatian penonton, rekan se tim bahkan lawannya tersebut. Konsep dasarnya terbagi ke dalam empat tahapan yaitu: awalan, tolakan, melompat, gerakan memukul dan mendarat (Nuril, 2007). Seluruh gerakan smash dalam permainan bola voli mulai dari awalan sampai dengan mendarat harus dilakukan secara berurutan, tidak boleh terputus-putus. Dalam hal ini diperlukan secara berurutan, tidak boleh menggunakan metode pendekatan bagian (part metod), sebab keterampilan teknik smash dasar

Transcript of BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN ...repository.unj.ac.id/3885/9/9. BAB II.pdfsistem...

  • 9

    BAB II

    KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

    PENGAJUAN HIPOTESIS

    A. Kerangka Teori

    1. Hakikat Smash Bola Voli

    Pukulan atau smash disebut juga spike, merupakan bentuk serangan

    yang paling banyak dipergunakan dalam upaya memperoleh nilai oleh suatu

    tim (Nuril, 2007). Smash adalah suatu pukulan di mana tangan melakukan

    kontak langsung dengan bola secara penuh pada bagian atas sehingga jalannya

    bola terjal dengan kecepatan yang tinggi (Nuril, 2007). Dalam olahraga bola

    voli, pukulan smash bertujuan untuk menyerang, mengecoh dan memperoleh

    suatu point dalam pertandingan.

    Smash merupakan salah satu bentuk serangan dalam permainan bola

    voli yang paling memikat para pemain dan juga mengundang kekaguman para

    penonton. Karena apabila seseorang mempunyai teknik melakukan gerakan

    smash yang baik akan mengundang perhatian penonton, rekan se tim bahkan

    lawannya tersebut. Konsep dasarnya terbagi ke dalam empat tahapan yaitu:

    awalan, tolakan, melompat, gerakan memukul dan mendarat (Nuril, 2007).

    Seluruh gerakan smash dalam permainan bola voli mulai dari awalan sampai

    dengan mendarat harus dilakukan secara berurutan, tidak boleh terputus-putus.

    Dalam hal ini diperlukan secara berurutan, tidak boleh menggunakan metode

    pendekatan bagian (part metod), sebab keterampilan teknik smash dasar

  • 10

    merupakan yang paling sulit dari keseluruhan teknik permainan bola voli dan

    membutuhkan koordinasi motorik yang kompleks. Untuk menghasilkan

    tolakan setinggi mungkin ke atas, sambil memukul bola pada suatu titik yang

    tepat dengan posisi tangan di atas net dan mampu mengarahkan bola pada

    sasaran yang diinginkan, sesuai dengan tujuan, maka dalam hal ini pentingnya

    daya ledak otot tungkai, daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang dan

    semua gerakan tersebut membutuhkan energi yang dikirimkan lewat otot

    sehingga terjadi gerakan smash bola voli.

    Sistem energi utama merupakan hal yang diperlukan dalam mensuplai

    atau mengrim energi ke otot untuk melakukan aktivitas fisik (Dwi Ayu

    Novitasari, M.Zen Rahfiludin, Suroto, 2016). Dalam hal ini sistem energi

    mempunyai peranan pada saat melakukan smash bola voli yang di awali

    dengan berlari kecil menghampiri bola lalu melakukan tolakan ke atas untuk

    melompat persipan melakukan pukulan dan bantuan kelentukan pinggang yang

    meliuk pada saat di udara sehingga terjadi pukulan smash yang baik.

    Dalam teori lain menjelaskan bahwa untuk memasok persediaan energi

    yang dibutuhkan selama aktivitas dilakukan dalam jangka waktu yang lebih

    singkat membutuhkan sistem yang dapat menyediakan ATP lebih cepat dari

    sistem O2-ATP. Maka digunakanlah sistem energi anaerobik, yaitu glikolisis

    parsial untuk menyediakan energi yang dibutuhkan. Aktivitas semacam ini

    disebut dengan ketahanan anaerobik (Adhikarmika Uliyandari, 2009). Smash

    bola voli merupakan aktivitas anaerobik karena smash dilakukan dengan cepat

    dan kuat dengan waktu yang singkat.

  • 11

    Atlet voli menghasilkan energi untuk kontraksi otot yang kuat

    terutama melalui sistem ATP-CP dan glikolisis anaerobik. Olahraga bola

    voli menggunakan sistem energi anaerobik yang berasal dari ATP-PC

    sebesar 70 %. Sistem ATP -CP hanya mampu menyediakan energi untuk

    aktivitas kurang dari 30 detik (Eka Supriatna, 2016). Pada permainan bola

    voli, sistem energi ATP-CP dapat dilihat hampir pada semua aktivitas

    seperti Smash yang dilakukan dengan frekuensi yang tinggi, itensitas yang

    sangat tinggi dan setiap gerakan dilakukan dengan kecepatan yang tinggi

    pula dalam waktu yang sangat singkat.

    Smash merupakan pukulan utama dalam penyerangan untuk

    mencapai kemenangan dan untuk melakukan smash diperlukan kemampuan

    meloncat yang tinggi serta kelentukan yang baik agar keberhasilan dapat

    dicapai dengan gemilang (Rahma Yodi, Romi Mardela, 2019).

    Oleh karena itu, smash dilakukan pada saat seorang atlet bola voli

    melayang di udara lalu melentingkan badan dan menggerakan tangan untuk

    memukul bola ke sassaran yang diinginkan. seseorang dapat memiliki

    kemampuan smash yang baik apabila memiliki kekuatan otot yang baik pula.

    Karena dengan otot-otot tersebut akan menunjang keberhasilan seseorang

    melakukan smash yang baik, ada beberapa otot-otot yang bekerja pada saat

    melakukan smash.

  • 12

    Otot-otot yang berpengaruh pada saat melakukan smash adalah :

    a) Shoulder Joint

    1. Trapezius (upper dan lower)

    2. Seratus anterior

    3. Clavicular portion

    4. Sternal portion (Lynn S. Lippert, MS, , 2006)

    Gambar 2.1 Shoulder Girdle and Joint

    Sumber : (Lynn S. Lippert, MS, PT Clinical Kinesiology and Anatomy, 2006 :

    103-113)

  • 13

    b) Elbow Joint

    1. Biceps (short head dan long head)

    2. Supinator muscle

    Gambar 2.2 : Elbow Joint

    Sumber : (Lynn S. Lippert, MS, PT Clinical Kinesiology and Anatomy, 2006 :

    103-113)

    c) Wrist Joint

    1. Anterior

    Flexor carpi ulnaris

    Flexor carpi radialis

    Palmaris longus (Lynn S. Lippert, MS, , 2006)

    2. Posterior

    Extensor carpi radialislongus

    Extensor carpi radialisbrevis

    Extensor carpi ulnaris

  • 14

    Gambar 2.3 : Wrist Joint

    Sumber : (Lynn S. Lippert, MS, PT Clinical Kinesiology and Anatomy,

    2006 : 137-139)

    Dalam teori lain menjelaskan bahwa otot-otot utama yang kontraksi

    saat melakukan smash (spike) :

    a. Fleksi perg. Tangan : m.Flexor carpi radialis, m. Flexor carpi ulnaris.

    b. Ekstensi siku : m. Triceps.

    c. Ekstensi sendi bahu : m.Pectoralis mayor bag. Sternum, m. Teres

    mayor, m. Latisimus dorsi.

    d. Rotasi kedalam sendi bahu : m. Deltoid bag. Depan, m. Pectoralis

    mayor, m. Latisimus dorsi, m. Teres mayor.

    e. Rotasi togok melawan arah jarum jam : m. Obliqus eksternal kanan, m.

    Obliqus eksternal kiri.

    f. Fleksi togok : m. Rectus abdominis ( Dadang Masnun, 2009).

  • 15

    Gambar 2.4 : Otot-otot saat melakukan smash

    Sumber : (Dadang Masnun,Kinesiologi, 2009 : 113)

    Secara umum, frekuensi gerakan pada saat melakukan smash terdiri

    atas empat tahapan sebagi berikut:

    a. Awalan

    Fase run up atau tahap lari menghampiri. Ini tergantung dari jenis

    bola dan jatuhnya bola. Kita mulai menghampiri kira-kira pada jarak

    2,5 sampai 4 meter dari jatuhnya bola. Kedua langkah terakhirlah

    yang paling menentukan. Pada waktu kita take off (mulai melompat),

    kita harus memperhatikan baik-baik kedudukan kaki. Kaki yang

    akan take off harus berada ditanah terlebih dahulu, dan harus

    merubah lebih dahulu langkah kita sebelum melakukan dua langkah

    terakhir itu. Arah yang diambil harus diatur sedemikian rupa ,

  • 16

    sehingga pemain akan berada di belakang bola pada saat ia akan

    take- off. Dengan kata lain, tubuhnya pada saat itu berada pada posisi

    menghadap net. Lengan-lengan yang menjulur ke depan diayunkan

    ke depan sedemikian rupa sehingga pada saat pemain take- off kedua

    lengan itu tergantung ke bawah di depan tubuh pemain (Dieter

    Beutelsthal, 2008).

    Gambar 2.5 : Awalan

    Sumber : (Dieter Beutelstahl, Belajar Bermain Bola Volley, 2008: 29)

    Awalan tegantung dari lintasan bola umpan, kira-kira 2,5 sampai 4

    meter dari jatuhnya bola. Langkah terakhir paling ditentukan pada waktu mulai

    meloncat sehingga smasher harus memperhatikan baik-baik posisi kaki yang

    akan meloncat dan berada di tanah terlebih dahulu, kaki lain menyusul di

    sebelahnya. Arah yang diambil harus diatur sedemikian rupa, sehingga atlet

    akan berada di belakang bola pada saat meloncat. Tubuh saat itu berada pada

    posisi menghadap net. Kedua lengan yang pertama, kemudian ayunkan ke

  • 17

    depan sehingga pada saat meloncat kedua lengan itu tergantung ke bawah di

    depan tubuh atlet.

    b. Tahap kedua

    Fase take-off atau tahap melompat. Pergerakan harus berlangsung

    dengan lancar dan kontinu, tanpa terputus-putus. Pada waktu take-

    off, kedua lengan yang menjulur harus digerakan ke atas. Bersamaan

    denga n itu, tubuh diluruskan. Kaki yang dipakai untuk melompat

    inilah yang memberikan kekuatan pada take-off tersebut. Lengan

    yang dipakai untuk memukul, juga sisi tubuh bagian tersebut diputar

    sedikit sehingga menjauhi bola. Punggung agak membungkuk dan

    lengan pemukul ditekuk sedikit. Lengan yang lain tetap

    dipertahankan setinggi kepala. Lengan inilah yang mengatur

    keseimbangan secara keseluruhan (Dieter Beutelsthal, 2008).

    Gambar 2.6 : tahap melompat

    Sumber : (Dieter Beutelstahl, Belajar Bermain Bola Volley, 2008: 29)

  • 18

    Untuk memukul right hand (pemukul dengan tangan kanan)

    langkahkan kaki kiri ke depan dengan langkah biasa kemudian diikuti kaki

    kanan yang panjang, diikuti dengan segera oleh kaki yang diletakkan samping

    kaki kanan (untuk pemukul left hand sebaliknya). Langkah pada waktu

    meloncat harus berlangsung dengan lancar tanpa terputus-putus. Pada waktu

    meloncat kedua lengan yang menjulur digerakkan ke atas. Tubuh diteruskan,

    kaki yang digunakan untuk meloncat yang memberikan kekuatan pada saat

    meloncat. Lengan yang dipakai untuk memukul serta sisi badan diputar sedikit

    sehingga menjauhi bola, punggung agak membungkuk dan lengan yang lain

    tetap dipertahankan setinggi kepala yang berguna untuk mengatur

    keseimbangan secara keseluruhan.

    c. Tahap Ketiga

    Fase hit atau tahap memukul. Sesuai dengan jenis smash yang ada,

    cara memukul pun terbagi dalam beberapa jenis pukulan (Dieter

    Beutelsthal, 2008).

    Dalam gerakan memukul dapat disesuaikan dengan jenis smash yang

    ada. Gerakan memukul hasilnya akan lebih baik apabila

    menggunakan lecutan tangan, lengan dan membungkukan badan.

  • 19

    Gambar 2.7 : tahap memukul

    Sumber : (Dieter Beutelstahl, Belajar Bermain Bola Volley, 2008: 29)

    d. Tahap Keempat

    Fase landing atau tahap mendarat. Cara mendarat ini sama bagi

    semua jenis smash yang ada. Sesudah mengadakan smash, maka

    mulailah tahap mendarat ini, yaitu pada saat tubuh bagian atas

    membungkuk ke depan. Kaki-kaki diarahkan ke depan untuk

    mempertahankan keseimbangan. Pemain mendarat pada kedua

    kakinya, lutut ditekukkan sesuai dengan kebutuhan pendaratan

    tersebut (Dieter Beutelsthal, 2008).

  • 20

    Gambar 2.8 : Mendarat

    Sumber : (Dieter Beutelstahl, Belajar Bermain Bola Volley, 2008: 29)

    Pada saat awal melakukan smash, tubuh berdiri dengan sikap normal

    dengan jarak 3 sampai 4 meter dari net. Pada saat akan mengadakan langkah ke

    depan terlebih dahulu melakukan langkah-langkah kecil di tempat. Setelah itu

    atlet melangkah kecil ke depan, kemudian menumpu dengan kudua kaki

    disertai dengan gerakan merendahkan badan dengan cara menekuk lutut.

    Kedua lengan sudah berada disamping belakang-belakang badan diikuti dengan

    tolakan kaki ke atas secara eksposif dan dibantu dengan ayunan kedua lengan

    dari arah belakang ke depan-atas.

    Pada saat melayang bila bola telah berada di atas-depan dan dalam

    jangkauan tangan, maka segeralah tangan kanan dipukulkan ke bola secepat-

    cepatnya. Perkenaan tangan adalah pada telapak tangan pada suatu gerakan

    lecutan, baik dari lengan maupun tangan. Hasil dari pukulan akan lebih

    sempurna lagi apabila lecutan tangan dan lengan juga diikuti gerakan

  • 21

    membungkuk dan tegak. Setelah bola berhasil dipukul, maka smasher segera

    mendarat kembali di tanah atau lantai. Mendarat ditanah atau lantai harus

    dilakukan dengan menggunakan dua kaki untuk diteruskan dengan mengambil

    sikap siap normal.

    Dalam bukunya, Barbara L. Viera, MS dan Bonnie Jill Fergusson, MS

    menyebutkan bahwa:

    Pendekatan untuk ketiga jenis serangan adalah sama. Untuk sebuah

    umpan tinggi, seorang smasher memulai digaris serang, pengumpan,

    dan bergerak ke arah umpan dengan melangkah sesedikit mungkin. Dua

    langkah terakhir adalah yang paling menentukan. Meloncatlah dengan

    kedua kaki dengan melentingkan pinggang pada saat diudara.Tarik

    tangan pemukul, sikut diangkat tinggi dan tangan didekat telinga. Pada

    saat mengayun ke arah bola, jatuhkan lengan yang tidak memukul

    dengan cepat ke pinggang (Barbara L. Viera, MS. Bonnie Jill Ferguson,

    1996).

    Mengingat smash memiliki tingkat kesulitan tersendiri, maka

    dibutuhkan latihan tersendiri untuk dapat menguasainya. Teknik ini terus

    mengalami perkembangan. Dalam prakteknya penguasaan teknik saat ini tidak

    hanya bervariasi dari jenisnya, akan tetapi ini menjadi salah satu faktor penentu

    kemenangan suatu tim dalam pertandingan, selain kondisi fisik prima dan

    teknik serta mental juara.

  • 22

    Bola voli modern saat ini yang sering dilihat, sudah menerapkan

    spesialisasi atau suatu posisi yang ditentukan berdasarkan kemampuan yang

    dimiliki. Bola voli beberapa waktu yang lampau sebenarnya sudah menerapkan

    spesialisasi ini hanya saja spesialisasi hanya terbatas pada setter, spiker, dan

    libero. Spiker pada saat itu bertugas sesuai dengan posisi yang ditempati sesuai

    putaran rotasi, sehingga seorang spiker dituntut untuk memiliki kemampuan

    untuk menyerang dengan berbagai variasi bola dan bertahan disemua daerah

    bertahan dibelakang.

    Sebenarnya pola seperti itu tidak buruk dilihat bahwa seorang pemain

    harus menguasai semua kemampuan teknik dalam bola voli (semua variasi

    serangan dan bertahan), tetapi dengan peraturan yang berubah saat ini maka

    dibutuhkan penguasaan maksimal dari pemain dengan hanya menugaskan

    seorang pemain untuk menguasai satu jenis serangan (open spike, ace spike,

    quicer, all round dll) dengan adanya spesialisasi tersebut maka diharapkan

    permainan bola voli bisa lebih menarik untuk ditonton dan tercipta suatu

    permainan yang sangat dinantikan oleh para penggemarnya.

    Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa smash adalah suatu

    serangan yang ada dalam olahraga bola voli dengan cara awalan berlari dan

    melakukan tolakan untuk melompat, maka smasher menggunakan power otot

    tungkainya agar dapat melompat setinggi – tingginya dan dilanjutkan dengan

    gerakan tubuh yang melenting ke belakang sehingga memberikan tambahan

    tenaga pada saat smasher memukul bola dan mengarahkannya pada bidang

    lawan.

  • 23

    2. Hakikat Power

    Daya ledak otot tungkai merupakan salah satu unsur kondisi fisik

    yang mendasar didalam melakukan aktivitas fisik atau didalam melakukan

    keterampilan gerak olahraga (Aryadi adnan, 2019)”. Sedangkan menurut (Ni

    Luh, 2018) “Daya ledak adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas

    secara tiba-tiba dan dengan menggerakan seluruh kekuatan dalam waktu

    yang singkat”.

    Daya ledak otot atau power adalah kualitas yang memungkinkan otot

    atau sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik secara explosive.

    Penggunaan tenaga oleh otot atau sekelompok otot secara explosive

    berlangsung pada kondisi dinamis, seperti melompat, memukul, dan

    pemindahan tempat sebagian atau seluruh tubuh.

    Daya Ledak merupakan komponen fisik yang sangat penting untuk

    melakukan suatu aktifitas gerak dalam setiap cabang olahraga. Daya Ledak

    otot tungkai dalam bola voli akan menentukan seberapa tinggi seseorang

    melompat untuk melakukan smash (Septo Zainal Ambia, M. Ridwan,, 2019).

    Artinya adalah komponen ini sangat mempunyai kaitan atau hubungan

    yang erat sehingga menentukan kemampuan kekuatan lompatan dan pukulan

    pada saat melakukan smash terkhusus pada permainan bola voli.

    Daya ledak (power) adalah salah satu unsur kondisi fisik yang

    dibutuhkan hampir pada semua cabang olahraga. Hal ini dapat di pahami

    karena daya ledak tersebut mengandung unsur gerak explosive seperti

  • 24

    melompat ketika saat melakukan smash dalam permainan bola voli (Dwi

    Wahyu Santosa, 2015).

    Power otot tungkai dengan hasil smash bola voli dapat dilihat pada saat

    pemain akan melakukan smash, maka power otot tungkai memiliki peran saat

    kaki melakukan tolakan ke atas dan dilanjutkan dengan melakukan pukulan

    bola voli yang keras dan menukik ke bawah. Karena power merupakan

    kemampuan untuk mengerahkan kekuatan dengan cepat dalam waktu yang

    singkat sehingga diharapkan dapat memberikan momentum yang paling baik

    pada tubuh atau objek dalam suatu gerakan yang eksplosif.

    Daya ledak otot tungkai adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

    kekuatan maksimal dengan usahanya yang dikerahkan dalam waktu sependek-

    pendeknya. Jadi daya ledak otot tungkai adalah suatu kemampuan otot tungkai

    untuk melakukan aktivitas secara cepat dan kuat untuk menghasilkan tenaga

    agar dapat mengatasi beban yang diberikan (Ni Kadek Risna Dewi, I Ketut

    Sudiana, Ni Luh Kadek, 2014).

    Dalam permainan bola voli daya ledak tidak lepas dari masalah

    kecepatan dan kekuatan. Daya ledak sebagai pengembangan dari kekuatan dan

    kecepatan banyak dijumpai dalam gerakan melompat ketika seseorang akan

    melakukan smash dalam permainan bola voli. Agar pemain dapat bergerak

    eksplosif, pemain tersebut tidak saja dituntut memiliki kekuatan saja tetapi juga

    kecepatan terutama pada otot-otot kaki.

  • 25

    Daya eksplosif/power adalah gabungan antara kekuatan dan kecepatan

    atau pengerahan gaya otot maksimum dengan kecepatan maksimum

    (Widiastuti, 2011). Sehingga, power otot tungkai merupakan modal dasar yang

    dibutuhkan oleh seorang atlet terutama atlet bola voli untuk dapat melakukan

    loncatan pada saat melakukan gerakan smash secara baik dan sempurna.

    Karena bagi pemain bola voli dapat dikatakan memiiki power otot tungkai

    yang baik apabila pada saat melakukan lompatan, pemain dapat menghasilkan

    lompatan yang tinggi dan menjangkau bola yang akan dipukul. Agar atlet dapat

    melakukan lompatan setinggi – tingginya saat melakukan smash bola voli,

    maka dibutuhkan tolakan yang kuat dan cepat dari otot tungkai. Seorang atlet

    bola voli yang memiliki power otot tungkai yang baik akan lebih cepat untuk

    melakukan tolakan dan melompat lebih tinggi jika dibandingkan dengan atlet

    yang tidak memiliki power otot tungkai yang baik.

    Menurut Harsono dalam bukunya power adalah kemampuan otot untuk

    mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat. Jadi,

    atlet bola voli yang lebih cepat otot-otonya pasti akan dapat melompat

    dengan baik lalu bisa mensmash bola dengan baik (Harsono, 1993).

    Tenaga ledak otot (muscular power) adalah kualitas yang

    memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik

    secara eksplosif. Penggunaan tenaga oleh otot atau sekelompok otot secara

    eksplosif berlangsung dalam kondisi dinamis (Claude Bouchard, 1975).

  • 26

    Dalam hal ini daya ledak otot (muscular power) memberikan suatu

    kontribusi terhadap otot tungkai. Dimana pada saat akan melompat, otot

    tungkai akan menghasilkan kerja secara cepat dan kuat atau secara eksplosif.

    Dan biasanya kerja otot ini berlangsung dalam keadaan yang bergerak atau

    dinamis. Karena pada saat melompat akan bergerak berpindah tempat. Dan

    lompatan yang tinggi dihasilkan dari kerja otot tungkai yang secara eksplosif

    dapat memberikan dampak yang maksimal.

    Penentu-penentu tenaga ledak otot (muscular power) adalah :

    a) Kekuatan otot

    b) Kecepatan rangsang saraf serta kecepatan kontraksi otot (Claude

    Bouchard, 1975).

    Menurut sajoto daya ledak otot (muscular power) adalah kemampuan

    seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara

    terus menerus dalam waktu yang relative lama

    dengan beban tertentu. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya otot

    = kekuatan (strength) x kecepatan (speed) (M. Sajoto, 1995).

    Lalu Harsono menambahkan bahwa daya ledak atau power adalah kemampuan

    otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat

    (Harsono, 1993).

  • 27

    3. Hakikat Otot Tungkai

    Lompatan pada bola voli yang dihasilkan merupakan kemampuan dari

    otot yang bekerja secara cepat dan kuat. Keuntungan dari memiliki power otot

    tungkai yang baik adalah pemain dapat melakukan lompatan dengan cepat dan

    kuat untuk menghasilkan lompatan yang tinggi, sehingga akan memberikan

    peluang kepada pemain untuk melakukan berbagai variasi pukuluan smash dan

    dapat menghindari block block yang dilakukan oleh lawan.

    Pada saat melompat, otot-otot yang bekerja adalah otot-otot tungkai.

    Dimana otot-otot tersebut terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :

    a) Bagian anterior/ ventrales

    b) Bagian medialis

    c) Bagian dorsalis / posterior (Hardianto Wibowo, 1978)

    Bagian anterior atau depan dibagi menjadi empat bagian otot atau musculus,

    yaitu : m. Tensor fasia late, m. Sartorius, m. Artikularis genu, dan m.

    Quadriceps Femoris yang dibagi lagi menjadi empat bagian yaitu : m. Rectus

    Femoris, m. Vastes Medialis, m. Vastes Lateralis, m. Vastes intermedius (

    Dadang Masnun, 2009).

    Bagian kedua yaitu bagian medialis atau tengah dibagi menjadi dua

    bagian yaitu bagian lapis luar yang meliputi otot : m. Pektinus, m. Adduktor

    longus, dan m. Grasilis. Lalu pada lapisan dalam meliputi otot : m. Adduktor

    brevis, m. Adduktor magnus, dan m. Adduktor minimus. Serta pada bagian

    terakhir adalah pada bagian posterior atau belakang yang dibagi menjadi tiga

  • 28

    bagian yaitu : m. Semi tendinosus, m. Semimenbranosus, dan m. Biceps femoris

    ( Dadang Masnun, 2009).

    Gambar 2.9 Struktur otot tungkai tampak depan dan belakang

    Sumber : (Evelyn C. Pearce Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis,

    2009: 135 - 136)

    Pentingnya power otot tungkai dalam cabang olahraga bola voli karena

    otot tungkai merupakan salah satu bagian otot pada tubuh manusia yang

    besar, otot ini mampu menopang tubuh bagian atas. Otot tungkai yang kuat

    memiliki banyak manfaat. Contohnya saja dalam melakukan lompatan yang

    tinggi. Tingginya lompatan diperlukan pada cabang olahraga yang

    menggunakan teknik lompatan. Misalkan saja untuk bola voli. Lompatan

    digunakan untuk membantu teknik smash pada cabang olahraga bola voli.

    Oleh karena itu perlunya seorang atlet bola voli memiliki power otot tungkai

    yang baik karena untuk membantu tingginya lompatan sehingga pemain akan

    dengan mudah melakukan smash ke daerah lapangan lawan.

  • 29

    4. Hakikat Kelentukan

    Kelentukan adalah kemampuan sendi untuk melakukan gerakan dalam

    ruang gerak sendi secara maksimal. Kelentukan menunjukan besarnya

    pergerakan sendi secara maksimal sesuai dengan kemungkinan gerakan (range

    of movement) (Widiastuti, 2011). Menurut Harsono : orang yang mempunyai

    kelentukan adalah orang yang mampu menggerakan anggota-anggota atau

    bagian-bagian tubuh melalui ruang geraknya. Selanjutnya dia menambahkan

    orang yang fleksibel adalah orang yang mempunyai gerak luas dalam sendi-

    sendinya dan mempunyai otot-otot yang elastis (Harsono, 1993).

    Kelentukan merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan latihan

    dan amplitudo gerakan yang besar atau luas. Hal tersebut berarti,

    kelentukan merupakan kemampuan persendian untuk dapat melakukan

    gerakan-gerakan kesemua arah secara optimal, yang mana kelentukan

    pinggang memegang peranan penting ketika melakukan smash bola voli

    diudara (Nila Firmasari, Aryadie Adnan,, 2019). Dalam permainan Bola voli

    kelentukan pinggang digunakan untuk mengefektifkan gerakan saat pemain

    melakukan smash kearah lapangan lawan agar lebih terarah dan

    memberikan lecutan pada bola sehingga bola sampai ke daerah lawan dengan

    baik dan terarah.

    Menurut (Nizar Zamani) menyatakan bahwa kelentukan adalah suatu

    kemungkinan gerak maksimal oleh suatu persendian sehingga dapat leluasa

    melakukan gerakan-gerakan. Kelentukan menunjukan besarnya pergerakan

    sendi secara maksimal sesuai dengan kemungkinan gerakan.

  • 30

    Namun faktor paling besar pengaruhnya pada kelentukan adalah otot

    disekitar persendian tersebut untuk meregang seoptimal mungkin (A.

    HamidsyahNoer, dkk, , 1993)). Hasil –hasil penelitian menunjukkan bahwa

    perbaikan dalam kelentukan akan dapat:

    a. Mengurangi terjadinya cidera-cidera pada otot dan sendi.

    b. Membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan

    kelincahan (agility);

    c. Membantu memperkembang prestasi;

    d. Menghemat pengeluaran tenaga (efisien) pada waktu melakukan

    gerakan-gerakan; dan

    e. Membantu memperbaiki sikap tubuh (Harsono, 1993).

    Dari berbagai definisi di atas sudah tentu kelentukan atau fleksibilitas

    sangat berguna bagi semua cabang olahraga. Setiap gerak yang dilakukan

    memerlukan suatu perluasan sendi, sehingga memudahkan otot menjadi lebih

    elastis dan juga menambahkan gerak yang bebas sesuai dengan anggota tubuh

    yang di gerakkan. Baik dari segi anatomi, segi kesehatan, dan segi efisiensi

    gerak atau teknik dapat memberikan manfaat. Sehingga mampu membantu

    perkembangan seorang atlet dalam berprestasi.

    Menurut Widiastuti, dalam permainan bola voli kelentukan memiliki

    peranan (1) mengurangi cedera, (2) membantu mengembangkan kecepatan, (3)

    membantu mengembangkan keterampilan teknik, (4) membantu efisiensi

    gerakan, anak yang kelentukannya tinggi menggunakan energi lebih sedikit

  • 31

    dengan anak yang kelentukannya rendah, (5) membantu memperbaiki sikap

    tubuh (Widiastuti, 2011).

    Kelentukan yang terjadi adalah adanya kemampuan sendi yang

    bergerak seluas mungkin. Dan kemampuan tersebut dibantu oleh otot-otot yang

    bekerja disekitarnya. Sehingga seorang atlet mampu memperagakan teknik

    yang mempunyai gerakan yang sulit sekalipun. Contohnya pada saat

    melakukan smash bola voli, kelentukan pinggang sangat diperlukan untuk

    menghasilkan smash yang baik dan efisien karena pada saat di udara tidak

    hanya kekuatan tangan saja yang diperlukan akan tetapi kelentukan pinggang

    juga sangat penting untuk menghasilkan hasil smash yang baik dan efisien.

    Seperti yang di katakan Suharno HP, hasil pukulan atau smash akan

    lebih sempurna lagi apabila lecutan lengan dan tangan itu juga diikuti

    gerakan membungkuk dari togok dan pinggang, dalam hal ini gerakan

    lecutan togok dan pinggang merupakan satu kesatuan gerakan yang

    harmonis dan explosif (Suharno HP, 1991).

    Dalam dunia olahraga kemampuan memperagakkan teknik sesuai

    cabang olahraga akan memberikan pengaruh pada penampilan atlet dalam

    bertanding. Dan salah satu kemampuan fisik yang berpengaruh adalah

    kelentukan. Selain itu kelentukan juga dapat mengurangi cidera dalam

    melakukan suatu teknik pada setiap cabang olahraga.

  • 32

    Ada dua jenis fleksibilitas atau kelentukan yaitu:

    a. Fleksibilitas statis meliputi rentangan gerakan sederhana, seperti

    tubduk perlahan-lahan dan sentuh ubin.

    b. Fleksibilitas dinamis adalah kecakapan untuk menggunakan

    rentangan gerakan sendi dalam penampilan kegiatan fisik, dengan

    kecepatan yang diperlukan oleh penampilan (B. Edward

    Rahantoknam, 1988).

    Dalam pengembangannya, fleksibilitas atau kelentukan ini dapat dilatih

    dengan penguluran (stretching). Seperti yang dikatakan oleh B. Edward

    Rahantoknam yaitu “ada beberapa teknik program pengembangan fleksibilitas

    secara umum. Ini termasuk penguluran (stretching) tiap kelompok otot dan

    sendi” (B. Edward Rahantoknam, 1988).

    Contoh penguluran pada pinggang :

    Gambar 2.10 : penguluran pada pinggang

    Sumber : (Roji dan Eva Yulianti Pendidikan Jasmani Olahraga dan kesehatan,

    2017 : 186)

  • 33

    5. Hakikat Otot Pinggang

    Kelentukan juga dapat dilatih sesuai dengan kemampuan masing-

    masing kelompok sendi dan otot tertentu. Seperti pada pernyataan diatas bahwa

    kelentukan dapat dilatih dengan peregengan. Baik secara statis (diam) maupun

    dinamis (bergerak).

    Kelentukan pinggang merupakan gerakan yang berasal dari persendian

    pinggul, yang merupakan salah satu persendian utama pada susunan rangka

    anggota badan bagian bawah. Pete, Mc Clennaghen dan Rotella

    mengidentifikasikan sendi pinggul sebagai berikut :

    Pinggul adalah persendian bola dan rongga yang dibentuk oleh kepala

    setengah lingkaran tulang paha atau kaput femoris dan acetabulum

    pelvis yang berbentuk mangkuk. Untuk menambahkan stabilitas

    susunan persendian pinggul maka kepala tulang paha yang berbentuk

    setengah lingkaran atau kaput femoris masuk ke rongga acetabulum

    lebih dalam. Kondisi demikian mengakibatkan gerakan persendian

    pinggul yang meliputi fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, rotasi dan

    sirkumdasi. (Pete Russel, Mc Clenaghen, Rotella,, 1999).

    Demikian juga dijelaskan oleh Hardianto Wibowo bahwa pinggang bila

    dilihat dari susunan kolumna vertebralis atau tulang belakang, berada pada

    vertebre lumbalies ( Hardianto Wibowo, Anatomi Osteologi Dan Artopologi,

    1977).

  • 34

    Sedangkan otot-otot yang berada disekitarnya adalah:

    (1) M. Sakrospinalis, (2) m. Intertransversalis, (3) m.Obliqus abdominis

    externus dan internus, (4) m. Longus Kolli, (5) m. Rectus Abdominis, (6) m.

    Proas mayor, (7) m. Sternokleidomastoideus dan ditambah dengan (8) m.

    Quadratus lumborum dan (9) m. Levater Skapulas ( Hardianto Wibowo,

    Anatomi Osteologi Dan Artopologi, 1977).

    Gambar 2.11 : Otot disekitar pinggang

    Sumber : (Hardianto Wibowo, Anatomi Osteologi Dan Artopologi, 1977 : 7)

    Dari berbagai referensi di atas. Kelentukan di dalam suatu cabang

    olahraga sangat perlu sekali dibutuhkan. Setiap gerak yang dilakukan

    memerlukan suatu perluasan sendi, sehingga memudahkan otot menjadi lebih

    elastis dan juga menambahkan gerak yang bebas sesuai dengan anggota tubuh

    yang digerakkan. Kelentukan pinggang dibutuhkan agar saat melakukan

    pukulan smash tidak terjadi kegagalan seperti bola tersangkut di net, perkenaan

  • 35

    bola dengan tangan yang tidak tepat, kurangnya tenaga yang diberikan kepada

    bola saat dipukul sehingga bola tidak akurat sampai pada tempat yang

    diinginkan atau tidak dapat mematikan lawan dan mendapatkan angka.

    Kelentukan di dalam cabang olahraga bola voli juga begitu penting,

    karena olahraga ini juga membutuhkan kelentukan (flexibility) dalam setiap

    gerak dasarnya. Contohnya terdapat pada spiker yang memukul bola ketika di

    udara, terdapat juga pada libero yang melakukan sliding. Diperlukan perluasan

    sendi khususnya pada pinggang yang maksimal agar seorang pemain bola voli

    bisa melakukan gerakan yang baik dan benar. Atlet yang mempunyai

    keluwesan gerak yang baik akan sangat beruntung karena tidak terlalu cepat

    menghabiskan energi pada saat bertanding atau saat melakukan gerakan, tidak

    mudah cedera yang terjadi pada pinggang dan akan lebih mudah ketika meliuk

    di udara sehingga akan membantu tangan untuk memukul bola ke arah lawan.

    Jika seorang pemain bola voli memiliki kelentukan pinggang yang baik,

    maka pemain tersebut juga dapat memberikan kontribusi tambahan tenaga

    dalam melakukan pukulan bola ke arah lapangan lawan. Selain itu dengan

    adanya kelentukan otot, dapat menghindari atau mencegah cidera. Dikarenakan

    adanya perluasan atau perpanjangan kesatuan tendon otot.

    Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan jika melakukan pukulan

    dalam artian smash, kelentukan otot sangat diperlukan. Dan pada kelentukan

    pinggang, jika semakin luas persendiannya, maka gerakan dalam mensmash

  • 36

    bola juga akan mudah dilakukan, karena dapat menempatkan bola yang sulit

    dijangkau oleh lawan.

    Menurut Harsono, dengan fleksibilitas yang baik seorang pemain bola

    voli akan dapat melakukan gerakan smash dengan lebih efisien ketika

    saat melayang diudara (Harsono, 1993).

    Dengan begitu untuk melatih kelentukan tersebut, diperlukan suatu

    pengukuran jika ingin mengetahui kemampuan kelentukan pinggang masing-

    masing pemain bola voli. Biasanya pada awal periodisasi latihan diukur tingkat

    perluasan gerak sendi dan otot. Pada otot pinggang dengan melakukan tes

    Trunk Extension.

    Berdasarkan kumpulan teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

    kelentukan adalah: peneliti disini dapat menyimpulkan bahwa untuk

    mendapatkan pukulan keras (smash) yang baik maka atlet harus memiliki

    kelentukan pinggang yang baik pula, agar pada saat melakukan pukulan keras

    (smash) si atlet tidak mengalami cidera dan pukulannya dapat kencang atau

    keras.

  • 37

    B. Kerangka Berfikir

    1. Hubungan power Otot Tungkai terhadap Hasil Smash Bola Voli

    Komponen biomotor power merupakan salah satu komponen yang

    penting dalam suatu cabang olahraga. Karena dengan kemajuan teknologi dan

    ilmu pengetahuan dalam bidang olahraga hampir semua cabang olahraga

    memerlukan komponen biomotor power, agar kualitas gerak suatu cabang

    olahraga tersebut dapat dilakukan dengan baik dan juga maksimal.

    Di dalam olahraga permainan khususnya banyak sekali manfaat jika

    setiap atlet atau pemainnya mempunyai komponen biomotor power ini.

    Misalkan dalam permainan sepak bola, seorang pemain atau atlet sepak bola

    dalam membutuhkan hasil yang maksimal, dia memerlukan power yang

    maksimal untuk menendang bola ke gawang, sama seperti halnya dengan

    lompatan pada saat bermain bola voli.

    Di dalam bola voli komponen biomotor power juga diperlukan dalam

    memaksimalkan kemampuan bergerak pada para atlet dan pemainnya.

    Melompat yang tinggi dan maksimal dalam permainan bola voli sangat

    memerlukan komponen biomotor ini. Karena pada saat melompat dan

    melakukan smash memerlukan waktu yang sangat cepat untuk mensmash bola.

    Sehingga jika seseorang mempunyai power otot tungkai yang sangat baik,

    maka seseorang tersebut bisa melompat dengan tinggi dan memudahkan untuk

    melakukan smash.

    Power otot tungkai terhadap smash bola voli memiliki peran pada saat

    pemain melakukan tolakan ke atas dan melompat setinggi-tingginya untuk

  • 38

    mensmash bola pada titik tertinggi, karena itu dibutuhkan power otot tungkai

    yang kuat dan cepat agar pemain tersebut dapat melompat dengan tinggi

    sehingga memudahkan atlet untuk melakukan smash yang keras dan terarah.

    Selain itu, Otot yang bekerja pada lompatan lebih dominan terjadi pada

    otot tungkai. Dimana otot ini harus berada pada kualitas power yang baik. Otot

    tersebut dapat dilatih dengan cara yang sistematis dimulai dari kekuatan dan

    kecepatan dari otot tersebut, sehingga mampu mempunyai kualitas otot yang

    baik. Sebab dengan adanya kualitas power otot tungkai yang baik dan

    maksimal, akan memperoleh lompatan yang baik dan maksimal juga. Jadi di

    duga semakin baik kualitas power otot tungkai, maka akan semakin baik

    lompatan pada kemampuan melakukan smash.

    2. Hubungan Kelentukan Pinggang terhadap Hasil Smash Bola Voli.

    Sama seperti halnya kemampuan fisik power, kemampuan fisik

    kelentukan juga banyak berpengaruh dalam menghasilkan suatu gerakan yang

    baik dan sempurna. Untuk melakukan suatu teknik tertentu, di dalam cabang

    olahraga memang memerlukan suatu keluwesan gerak sendi tertentu dalam

    setiap gerakan. Karena dalam melakukan gerak, otot dapat berkontraksi

    memanjang atau memendek, sehingga memerlukan suatu keluwesan atau

    kelentukan gerak sendi dan otot. Contohnya ada pada saat melakukan smash.

    Kelentukan ini sangat diperlukan ketika melakukan smash diudara karena

    badan harus meliuk yang baik agar pukulan yang dihasilkan dapat maksimal.

  • 39

    Dalam permainan bola voli, kelentukan juga diperlukan. Bagaimanapun

    juga sama seperti cabang olahraga yang lain, bola voli juga memiliki banyak

    gerak yang memerlukan kelentukan. Pada saat berlari, melakukan passing,

    melompat dan mensmash bola ke arah lapangan lawan.

    Dalam hal ini kelentukan pinggang terhadap smash bola voli

    diperlukan pada saat atlet melayang diudara, dimana seorang atlet yang

    melakukan smash sangat diperlukan kelentukan pinggang guna untuk

    mengefektifkan gerakan saat pemain melakukan pukulan smash ke arah

    lapangan lawan agar lebih terarah dan memberikan tambahan tenaga pada bola

    sehingga bola sampai ke daerah lawan, karena kelentukan otot pinggang yang

    baik akan mempermudah teknik smash itu sendiri dan juga dapat mengurangi

    cidera pada atlet.

    Semakin lentuk persendian seorang pemain atau atlet bola voli, maka

    semakin baik pula gerak untuk melakukan suatu teknik dalam cabang olahraga

    permainan bola voli ini. Dalam hal ini pada saat mensmash bola memerlukan

    keluwesan otot yang baik dan maksimal. Karena pada saat diudara pemain

    harus mensmash bola dengan cepat dan tepat.

    Untuk mensmash bola voli, kelentukan pinggang juga sangat

    diperlukan. Karena semakin baik kelentukan sendi pada pinggang, dapat

    memberikan pengaruh pada penempatan bola. Dalam hal ini mensmash bola

    voli, kelentukan sendi pada pinggang dapat dimaksimalkan geraknya sesuai

    dengan bidang geraknya guna memberikan hasil smash yang baik. Maka

  • 40

    berdasarkan uraian diatas, diduga terdapat hubungan antara kelentukan

    pinggang terhadap hasil smash bola voli.

    3. Hubungan Power Otot Tungkai dan Kelentukan Pinggang secara

    bersama-sama terhadap Hasil Smash Bola Voli.

    Pada dasarnya dalam melakukan smash bola voli diperlukan banyak

    sekali komponen fisik yang menunjang agar gerak ini menjadi maksimal. Dan

    diantaranya yaitu kekuatan dan kecepatan (power) otot tungkai dan kelentukan

    pinggang.

    Pada saat diudara badan melayang tinggi memerlukan kekuatan dan

    kecepatan otot tungkai. Semakin baik dan maksimal kemampuan power otot

    tungkai, maka semakin lama pula seseorang dalam melayang di udara. Lalu

    ketika di udara seorang pemain dapat bebas memilih ke arah mana bola akan di

    smash karena dia melompat tinggi dan sedikit lama untuk melayang di udara.

    Dan dalam mensmash bola, kelentukan pinggang juga digunakan untuk

    membantu mengarahkan bola ke arah yang sulit dijangkau oleh lawan. Karena

    pada saat tersebut tubuh digerakan secara maksimal untuk meliuk ke kanan

    atau ke kiri sesuai dengan arah yang akan mensmash bola.

    Lalu disamping itu, keluwesan atau kelentukan pinggang juga dapat

    mencegah terjadinya cidera pada otot-otot disekitar pinggang. Karena pada

    sendi tersebut mempunyai kemampuan untuk melentukkan sendi secara

    maksimal. Pada saat melompat pinggang dapat bergerak sesuai bidang

  • 41

    geraknya sehingga dapat membantu memaksimalkan gerakan pada teknik

    smash.

    Maka berdasarkan uraian kerangka berfikir tersebut, diduga bahwa

    hubungan antara power otot tungkai dengan kelentukan pinggang terhadap

    hasil smash bola voli mempunyai hubungan yang positif. Keduanya (power)

    otot tungkai dan kelentukan pinggang secara bersama-sama menentukan hasil

    smash bola voli.

    C. Pengajuan Hipotetis

    Berdasarkan kerangka berfikir, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut :

    1. Terdapat hubungan antara power otot tungkai terhadap hasil smash bola

    voli.

    2. Terdapat hubungan kelentukan pinggang terhadap hasil smash bola voli.

    3. Terdapat hubungan power otot tungkai dan kelentukan pinggang secara

    bersama-sama terhadap hasil smash bola voli.