BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1059/3/T1_292010619_BAB...

13
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1. Pengertian IPA Puskur, Balitbang Depdiknas (2009: 4) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. 2.1.2. Hakikat IPA Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009: 4), merujuk pada pengertian IPA itu maka disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu: a. Sikap Rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. b. Proses Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi pengukuran dan penarikan kesimpulan. c. Produk Produk berupa fakta, prinsip, teori dan hukum atau dalil. d. Aplikasi Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Keempat unsur tersebut merupakan cirri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memehami fenomena alam melalui pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuan bekerja dalam menemukan fakta baru. 2.1.3. Tujuan Pengajaran IPA Menurut Dede Awan (2009: 1) tujuan pengajaran IPA adalah untuk memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan pengetahuan sehari- hari, memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1059/3/T1_292010619_BAB...

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Ilmu Pengetahuan Alam

2.1.1. Pengertian IPA

Puskur, Balitbang Depdiknas (2009: 4) menyatakan bahwa Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi

peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.2. Hakikat IPA

Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009: 4), merujuk pada pengertian

IPA itu maka disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:

a. Sikap Rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.

b. Proses Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi pengukuran dan penarikan kesimpulan.

c. Produk Produk berupa fakta, prinsip, teori dan hukum atau dalil.

d. Aplikasi Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

Keempat unsur tersebut merupakan cirri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memehami fenomena alam melalui pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuan bekerja dalam menemukan fakta baru. 2.1.3. Tujuan Pengajaran IPA

Menurut Dede Awan (2009: 1) tujuan pengajaran IPA adalah untuk

memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan pengetahuan sehari-

hari, memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan

6

alam sekitar, mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda

serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis,

mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri, mampu menerapakan

berbagai konsep IPA, mamapu menggunakan teknologi sederhana, mengenal dan

memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan

keagungan Tuhsn Yang Maha Esa.

Dalam Permen no 22 Tahun 2006 Mata Pelajaran IPA di SD bertujuan

agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.2. Mengajar dan Metode Pembelajaran

2.2.1. Mengajar

Mengajar adalah memberikan pelajaran kepada anak didik, jadi guru

bertugas untuk memberikan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak

didiknya. Mengajar selalu berlangsung dalam suatu kondisi yang disengaja

diciptakan untuk mengantarkan anak didiknya ke arah kemajuan dan kebaikan.

Oleh karena itu, keefektifan guru dalam mengajar akan banyak tergantung pada

bagaimana guru mampu melaksanakan aktivitas mengajar secara baik.

Sedangkan menurut Gulq W (2002: 8), mengajar adalah usaha untuk

menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar itu

secara optimal. Sistem lingkungan ini terdiri terdiri atas beberapa komponen,

7

termasuk guru, yang saling berinteraksi dalam menciptakan proses belajar yang

terarah pada tujuan tertentu.

Menurut Witherington dalam Marno (2008: 37), Kegiatan mengajar pada

hakikatnya adalah proses yang dilakukan oleh guru dalam mengembangkan

kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa proses mengajar

oleh guru menghadirkan proses belajar pada pihak siswa yang berwujud

perubahan tingkah laku, meliputi perubahan ketrampilan, kebiasaan, sikap,

pengetahuan, pe haman, dan apresiasi.

Dari beberapa pengertian di atas bahwa fungsi mengajar menyediakan

kondisi yang kondusif pada proses belajar, sedangkan yang berperan aktif adalah

siswa sebagai perubahan tingkah laku.

2.2.2. Metode mengajar

Metode menurut Mulyani Soemantri (2001: 114) merupakan cara-cara

yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar

menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya

prestasi belajar anak yang memuaskan.

Wina Sanjaya (2006: 145) menyatakan metode adalah cara yang

digunakan untuk mengiplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan

nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran,

perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang

keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan

tersebut. Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa yang

terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab,

meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi

pembelajaran.

2.3. Metode eksperimen

Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak

didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau

percobaan. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa

diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti

8

suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan

demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau

mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses

yang dialaminya itu.

Dalam Soemantri (2001: 136) metode eksperimen adalah merupakan cara

belajar mengajar yang melibatkan peserta didik dengan mengalami dan

membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu.

Tujuan metode eksperimen dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri.

2) Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh.

3) Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan.

4) Melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan. Adapun alasan penggunaan metode eksperimen menurut Soemantri (2001:

136) adalah sebagai berikut :

a. Metode eksperimen diberikan untuk memberi kesempatan kepada peserta didik agar dapat mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu.

b. Metode eksperimen dapat menumbuhkan cara berfikir rasional dan ilmiah. Metode eksperimen memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan

kekurangan metode eksperimen menurut Soemantri (2001:136-137) adalah

sebagai berikut:

a. Membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.

b. Peserta didik aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi , atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya.

c. Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah.

d. Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif, realistis, dan menghilangkan verbalisme.

e. Hasil belajar menjadi kepemilikan peserta didik yang bertalian lama.

2.4. Prosedur Pemakaian Metode Eksperimen

a. Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003: 82)

meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran

9

diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan

mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah

yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. (2) pengamatan,

merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan

untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3) hipoteis awal, siswa

dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. (4)

verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang

telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan

merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat

dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan

menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini

merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan

kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. Penerapan pembelajaran dengan

metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep.

Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara

lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa

memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh,

dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.

b. Menurut Mujiono dan Moh. Dimyati (1991: 78) untuk mendapatkan hasil yang

optimal dalam memakai metode eksperimen, langkah-langkah berikut ini dapat

diikuti:

1) Mempersiapkan pemakaian metode eksperimen, yang mencakup kegiatan-

kegiatan sebagai berikut:

a) Menetapkan kesesuaian metode eksperimen terhadap tujuan-tujuan

yang hendak dicapai.

b) Menetapkan kebutuhan peralatan, bahan, dan sarana lain yang

dibutuhkan dalam eksperimen sekaligus memeriksa ketersediannya di

sekolah.

c) Mengadakan uji eksperimen (guru mengadakan eksperimen sendiri

untuk menguji ketepatan proses dan hasilnya) sebelum menugaskan

10

kepada siswa, sehingga dapat diketahui secara pasti kemungkinan-

kemungkinan yang akan terjadi.

d) Menyediakan peralatan, bahan, dan sarana lain yang dibutuhkan untuk

eksperimen yang akan dilakukan.

e) Menyediakan lembaran kerja (bila dirasa perlu)

2) Melaksanakan pemakaian metode eksperimen, dengan kegiatan-kegiatan.

a) Mendiskusikan bersama seluruh siswa mengenai prosedur, peralatan

dan bahan untuk eksperimen serta hal-hal yang perlu diamati dan

dicatat selama eksperimen.

b) Membantu, membimbing dan mengawasi eksperimen yang dilakukan

oleh para siswa dimana para siswa mengamati serta mencatat hal-hal

yang dieksperimenkan.

c) Para siswa membuat kesimpulan dan laporan tentang eksperimennya.

3) Tindak-lanjut pemakaian metode eksperimen, meliputi kegiatan-kegiatan.

a) Mendiskusikan hambatan dan hasil-hasil eksperimen.

b) Membersihkan dan menyimpan peralatan, bahan atau sarana lainnya.

c) Evaluasi akhir eksperimen oleh guru.

2.5. Pengertian Hasil Belajar

Gagne dalam Hamzah (2007: 137) menyebutkan bahwa hasil belajar

merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan

berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan pengajaran

tertentu. Sedangkan menurut Reigeluth dalam Hamzah (2007) menyebutkan

bahwa hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagi indikator

tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda.

Degeng dalam Hamzah (2007) hasil belajar biasanya mengikuti pelajaran tertentu

yang harus dikaitkan dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Hasil

belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui suatu kegiatan

belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

suatu kegiatan belajar. Menurut Bloom dalam Abdurrahman (2003) ada tiga ranah

(domain) hasil belajar, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor.

Perinciannya adalah sebagai berikut:

11

1) Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

2) Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuanya itu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan

karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3) Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan dan mengamati).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotor

karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus

menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Dari

beberapa pendapat para ahli tentang hasil belajar dapat diambil beberapa kata

kunci, yaitu: keluaran, masukan, pemrosesan, dan ranah. Jadi dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah keluaran yang dapat ditunjukkan siswa setelah

melakukan kegiatan memproses masukan yang diterima dalam ranah kognitif,

afektif, maupun psikomotor yang bersifat relatif menetap/ bertahan dan dapat

diamati. Kegiatan memproses informasi dalam hal ini pada hakekatnya

merupakan kegiatan belajar yang dilakukan siswa.

2.6. Implementasi Penggunaan Metode Eksperimen Dalam Peningkatan

Hasil Belajar

Penyesuaian metode belajar yang sesuai dengan materi pelajaran sangat

berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar. Seperti pada pendidikan mata

pelajran IPA yang banyak berorientasi pada penumbuh sikap ilmiah dan wawasan

serta Keterampilan proses sangat besar hubungannya dalam pemilihan metode dan

hasil. Lingkungan anak menyediakan fenomena alam yang menarik dan penuh

misteri, maka sebagai anak “young scients” (penelitian muda) mempunyai rasa ke

ingin tahuan (coriosity) yang tinggi. Adalah keharusan bagi guru untuk

menggunakan metode eksperimen dalam pendekatan pembelajaran demi membina

keingintahuan anak. Memotivasinya sehingga mendorong siswa untuk

12

mengajukan keragaman pertanyaan seperti “apa, mengapa dan bagaimana”

terhadap objek dan peristiwa yang ada di alam.

Pada perkembangan lebih lanjut pertanyaan itu ditingkatkan menjadi

pertanyaan yang menanyakan hubungan seperti “bagaimana”, sebagai hasil

eksplorasi terhadap lingkungan siswa diharapkan membentuk dirinya dengan

sikap seorang ilmuan muda. Selama melakukan berbagai kegiatan, perlu

ditumbuhkembangakan kemampuan untuk menggunakan keterampilan proses

seperti mengajukan pertanyaan, menduga jawaban, merancang penyelidikan,

melakukan percobaan, mengelola data, mengevaluasi hasil dan

mengkomunikasikan temuannya kepada beragam orang dengan berbagai cara

yang dapat memberi pemahaman dengan baik.

Melalui pendekatan dan penggunaan metode eksperimen guru dapat

menciptakan pembelajran yang menantang sehingga melahirkan interkasi antara

gagasan yang diyakini siswa sebelumnya dengan suatu bukti baru dari hasil

percobaan untuk mencapai pemahaman baru yang lebih saintifik melalui proses

eksplorasi atau pengujian gagasan baru lewat sebuah percobaan, sudah barang

tentu hal tersebut melibatkan beragam sikap ilmiah seperti menghargai gagasan

orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berpikir kritis, jujur, kreatif, dan

berfikir lateral (berfikir tak lazim, diluar kebiasaan, atau yang mungkin dianggap

aneh), masalah yang dikemukakan tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan

Roestiyah (2001:80). Bahwa penggunaan tehnik eksperimen mempunyai tujuan

agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas

persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri,

sehingga siswa dapat berlatih dalam cara berfikir yang ilmiah (scientivic

thinking), dengan ekperimen siswa menemukan bukti kebenaran terhadap suatu

teori yang dipelajari serta harus menemukan hasil percobannya dan

menyampaikannya ke kelas dan di evaluasi oleh guru. Dengan demikian tehnik

eksperimen merupakan metode mengajar yang dapat menghasilkan pengalaman

belajar, meningkatkan motivasi dan hasil belajar anak.

13

2.7. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

a. Penelitian yang dilakukan oleh Suprianti (2008) yang berjudul “Penggunaan

Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada

Pembelajaran IPA Kelas V SDN Tekung 02 Lumajang”, bahwa hasil observasi

awal menunjukkan kemempuan siswa rendah rata-rata 59,9. Diberikan

tindakan pada siklus I dan II dengan menggunakan metode eksperimen dan

dari setiap siklus diberi Lembar Kerja Siswa berupa laporan hasil kegiatan.

Rata-rata nilai pada siklus I adalah 74,75 dan pada siklus II mencapai 81,50.

Dari prestasi belajar yang dicapai siswa pada siklus I yang memenuhi

ketuntasan individu terdapat 9 siswa ( 45% ) yang tuntas dan memenuhi

ketuntasan individu, 11 siswa (55%) belum memenuhi kriterian ketuntasan

individu. Pada siklus II ada 4 siswa (20%) yang belum mencapai ketuntasan

individu dan yang telah mencapai ketuntasan individu 16 siswa (80%) menurut

ketuntasan kelas sudah dinyatakan tuntas. dan dapat memotivasi siswa untuk

belajar. Suasana pembelajaran jadi menyenangkan dan siswa jadi lebih antusias

dalam menerima pelajaran. Dari penelitian yang dilakukan oleh Dhia Suprianti

tersebut telah terbukti menguatkan teori bahwa dalam pembelajaran dengan

menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Indarwati, 2009. Penggunaan Metode

Eksperimen dan Media Benda Konkret Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar

Siswa Kelas V Tentang Cahaya Putih Dapat Di Uraikan Menjadi Berbagai

Warna.

Adapun hasilnya sebagai berikut:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa pada

siklus I sebesar 71,87% dan pada siklus II menjadi 90,62% peningkatan

persentase sebesar 18,75% ketuntasan nilai rata-rata kelas mencapai 80,93

siswa yang berhasil dalam pembelajaran ada 29 siswa dari 32 siswa. Berarti

tinggal 3 siswa yang belum berhasil dalam perbaikan siklus II ini. Berdasarkan

hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan

penggunaan metode eksperimen dan media konkret dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa serta mampu meningkatkan pengetahuan tentang warna

14

pada pelangi dalam materi cahaya putih terdiri dari beberapa warna pada siswa

kelas V.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Arif, Samsul. 2009. Penerapan Metode

Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Tumbuhan

Hijau Siswa Kelas V SDN Dandanggendis Kecamatan Nguling Kabupaten

Pasuruan. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan

Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Malang.

Adapun hasilnya sebagai berikut:

Dari hasil analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus I dalam

pembelajaran IPA : (1) a) kemampuan guru dalam menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus I memiliki kategori cukup baik (79,41),

b) pada siklus II mencapai 83,82 dengan kriteria (baik), c) dan mengalami

peningkatan pada siklus III memiliki kategori sangat baik (95,58). (2) a) pada

kemampuan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus I

memiliki kategori baik (86,36), b) pada diklus II mencapai 93,18 dengan

kriteria sangat baik, c) pada siklus III mengalami sedikit penurunan dan

memiliki kriteria sangat baik (90,90), hal ini disebabkan oleh sebagian siswa

yang mendominasi proses kerja dalam kelompok sehingga teman yang lain

banyak melakukan aktivitas di luar kegiatan kerja. hasil belajar siswa melalui

tes soal formatif siklus I mencapai (70,48) dengan kategori cukup baik,

mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 75,45 dengan kategori cukup

baik, dan peningkatan kembali terjadi pada siklus III mencapai 82,05 dengan

kategori baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) bahwa Pembelajaran

dengan menerapkan metode eksperimen di SDN Dandanggendis telah berhasil

meningkatkan aktifitas dan kreatifitas belajar siswa. Hal ini terbukti semua

siswa (100%) telah mencapai kriteria yang diharapkan yaitu aktif, kreatif dan

hasil belajar yang baik. Perlakuan atau tindakan yang diberikan melalui

penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran juga telah berhasil

meningkatkan perolehan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti sebagian besar

siswa (82,05 %) telah mencapai ketuntasan individu yang ditetapkan yaitu 70,

15

walaupun masih ada beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan individu,

namun ketuntasan belajar kelas sudah tercapai di atas 80 %.

d. Penelitian yang dilakukan Rumain, Saiful. (2010) yang berjudul “Penggunaan

metode eksperimen berbasis verifikasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa

Kelas IV mata pelajaran IPA konsep Gaya SDN Gejugjati I Kecamatan Lekok

Kabupaten Pasuruan”. Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi siswa

kelas IV SDN Gejugjati I diketahui bahwa hasil belajar siswa masih rendah.

Hal ini disebabkan karena penerapan pembelajaran yang dilaksanakan oleh

guru-guru di SDN Gejugjati I khususnya dikelas IV masih berfokus pada

metode ceramah yang hanya menjadikan siswa sebagai objek belajar bukan

subjek belajar. Berdasarkan permasalahan diatas maka dalam penelitian ini

digunakan metode eksperimen berbasis verifikasi yang bertujuan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dan dampak dari penggunaan metode

eksperimen berbasis verifikasi ini diharapkan dapat meningkatkan kerja ilmiah

siswa. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berbentuk

tindakan kelas dan dirancang dalam 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri

dari 4 tahapan yaitu Planning, action, observation, dan reflection. Subjek

dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Gejugjati I kecamatan lekok

Pasuruan dengan jumlah siswa 37 18 putra dan 19 putri Dalam penelitian ini

siswa mengalami peningkatan hasil kerja ilmiah dari siklus I dengan nilai rata-

rata 67% ke siklus ke-II dengan nilai rata-rata 71%, sehingga dapat diketahui

adanya peningkatan kerja ilmiah sebesar 4%. Begitupun juga dengan hasil

belajar kognitif siswa yang meningkat dari siklus I dengan nilai rata-rata 68 ke

siklus II dengan nilai rata-rata 78. Presentase ketuntasan klasikal pada siklus I

yaitu 62 % dan pada siklus ke-2 meningkat menjadi 89%. Dari hasil penilitian

tersebut metode eksperimen berbasis verifikasi dapat meningkatkan hasil

belajar siswa maupun kerja ilmiah pada mata pelajaran IPA di SD.

16

2.8. Kerangka Berpikir

Metode eksperimen adalah pemberian kesempatan kepada anak didik

perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan.

Dengan metode ini, peserta didik diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan

eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data,

mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapi secara nyata.

Sehingga siswa akan mudah memahami konsep jika disajikan dalam bentuk

konkret.

Berdasarkan beberapa teori mengenai metode eksperimen maka dapat

disimpulkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran siswa harus merasa senang dan

aktif melakukan kegiatan untuk mencari tahu. Dalam kegiatan ini penulis

mempunyai gagasan yang berkaitan dengan eksperimen tersebut dalam

pembelajaran yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1: Kerangka Pikir “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada

Siswa Kelas V SD Cokrowati Kecamtan Todanan Kabupaten

Blora Semester II Tahun Ajaran 2011/ 2012”

Metode Eksperimen

Dalam kerja kelompok siswa mampu mencari dan menemukan persoalan-persoalan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan

Setiap anak dalam kelompok mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan

Hasil Belajar

17

2.9. Hipotesis Penelitian

Melalui metode eksperimen pada mata pelajaran IPA pokok bahasan

cahaya dan sifat-sifatnya, siswa mampu memahami materi dengan baik dan

diduga meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Cokrowati Kec.

Todanan, Kab. Blora.