BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1059/3/T1_292010619_BAB...
Embed Size (px)
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1059/3/T1_292010619_BAB...
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Ilmu Pengetahuan Alam
2.1.1. Pengertian IPA
Puskur, Balitbang Depdiknas (2009: 4) menyatakan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.2. Hakikat IPA
Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009: 4), merujuk pada pengertian
IPA itu maka disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:
a. Sikap Rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.
b. Proses Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi pengukuran dan penarikan kesimpulan.
c. Produk Produk berupa fakta, prinsip, teori dan hukum atau dalil.
d. Aplikasi Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat unsur tersebut merupakan cirri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memehami fenomena alam melalui pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuan bekerja dalam menemukan fakta baru. 2.1.3. Tujuan Pengajaran IPA
Menurut Dede Awan (2009: 1) tujuan pengajaran IPA adalah untuk
memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan pengetahuan sehari-
hari, memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan
6
alam sekitar, mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda
serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis,
mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri, mampu menerapakan
berbagai konsep IPA, mamapu menggunakan teknologi sederhana, mengenal dan
memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan
keagungan Tuhsn Yang Maha Esa.
Dalam Permen no 22 Tahun 2006 Mata Pelajaran IPA di SD bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2.2. Mengajar dan Metode Pembelajaran
2.2.1. Mengajar
Mengajar adalah memberikan pelajaran kepada anak didik, jadi guru
bertugas untuk memberikan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak
didiknya. Mengajar selalu berlangsung dalam suatu kondisi yang disengaja
diciptakan untuk mengantarkan anak didiknya ke arah kemajuan dan kebaikan.
Oleh karena itu, keefektifan guru dalam mengajar akan banyak tergantung pada
bagaimana guru mampu melaksanakan aktivitas mengajar secara baik.
Sedangkan menurut Gulq W (2002: 8), mengajar adalah usaha untuk
menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar itu
secara optimal. Sistem lingkungan ini terdiri terdiri atas beberapa komponen,
7
termasuk guru, yang saling berinteraksi dalam menciptakan proses belajar yang
terarah pada tujuan tertentu.
Menurut Witherington dalam Marno (2008: 37), Kegiatan mengajar pada
hakikatnya adalah proses yang dilakukan oleh guru dalam mengembangkan
kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa proses mengajar
oleh guru menghadirkan proses belajar pada pihak siswa yang berwujud
perubahan tingkah laku, meliputi perubahan ketrampilan, kebiasaan, sikap,
pengetahuan, pe haman, dan apresiasi.
Dari beberapa pengertian di atas bahwa fungsi mengajar menyediakan
kondisi yang kondusif pada proses belajar, sedangkan yang berperan aktif adalah
siswa sebagai perubahan tingkah laku.
2.2.2. Metode mengajar
Metode menurut Mulyani Soemantri (2001: 114) merupakan cara-cara
yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar
menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya
prestasi belajar anak yang memuaskan.
Wina Sanjaya (2006: 145) menyatakan metode adalah cara yang
digunakan untuk mengiplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran,
perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang
keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan
tersebut. Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa yang
terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab,
meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi
pembelajaran.
2.3. Metode eksperimen
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak
didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau
percobaan. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
8
suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan
demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau
mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses
yang dialaminya itu.
Dalam Soemantri (2001: 136) metode eksperimen adalah merupakan cara
belajar mengajar yang melibatkan peserta didik dengan mengalami dan
membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu.
Tujuan metode eksperimen dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri.
2) Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh.
3) Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan.
4) Melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan. Adapun alasan penggunaan metode eksperimen menurut Soemantri (2001:
136) adalah sebagai berikut :
a. Metode eksperimen diberikan untuk memberi kesempatan kepada peserta didik agar dapat mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu.
b. Metode eksperimen dapat menumbuhkan cara berfikir rasional dan ilmiah. Metode eksperimen memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan
kekurangan metode eksperimen menurut Soemantri (2001:136-137) adalah
sebagai berikut:
a. Membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b. Peserta didik aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi , atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya.
c. Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah.
d. Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif, realistis, dan menghilangkan verbalisme.
e. Hasil belajar menjadi kepemilikan peserta didik yang bertalian lama.
2.4. Prosedur Pemakaian Metode Eksperimen
a. Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003: 82)
meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran
9
diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan
mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah
yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. (2) pengamatan,
merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan
untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3) hipoteis awal, siswa
dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. (4)
verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang
telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan
merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat
dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan
menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini
merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan
kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. Penerapan pembelajaran dengan
metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep.
Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara
lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa
memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh,
dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.
b. Menurut Mujiono dan Moh. Dimyati (1991: 78) untuk mendapatkan hasil yang
optimal dalam memakai metode eksperimen, langkah-langkah berikut ini dapat
diikuti:
1) Mempersiapkan pemakaian metode eksperimen, yang mencakup kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
a) Menetapkan kesesuaian metode eksperimen terhadap tujuan-tujuan
yang hendak dicapai.
b) Menetapkan kebutuhan peralatan, bahan, dan sarana lain yang
dibutuhkan dalam eksperimen sekaligus memeriksa ketersediannya di
sekolah.
c) Mengadakan uji eksperimen (guru mengadakan eksperimen sendiri
untuk menguji ketepatan proses dan hasilnya) sebelum menugaskan
10
kepada siswa, sehingga dapat diketahui secara pasti kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi.
d) Menyediakan peralatan, bahan, dan sarana lain yang dibutuhkan untuk
eksperimen yang akan dilakukan.
e) Menyediakan lembaran kerja (bila dirasa perlu)
2) Melaksanakan pemakaian metode eksperimen, dengan kegiatan-kegiatan.
a) Mendiskusikan bersama seluruh siswa mengenai prosedur, peralatan
dan bahan untuk eksperimen serta hal-hal yang perlu diamati dan
dicatat selama eksperimen.
b) Membantu, membimbing dan mengawasi eksperimen yang dilakukan
oleh para siswa dimana para siswa mengamati serta mencatat hal-hal
yang dieksperimenkan.
c) Para siswa membuat kesimpulan dan laporan tentang eksperimennya.
3) Tindak-lanjut pemakaian metode eksperimen, meliputi kegiatan-kegiatan.
a) Mendiskusikan hambatan dan hasil-hasil eksperimen.
b) Membersihkan dan menyimpan peralatan, bahan atau sarana lainnya.
c) Evaluasi akhir eksperimen oleh guru.
2.5. Pengertian Hasil Belajar
Gagne dalam Hamzah (2007: 137) menyebutkan bahwa hasil belajar
merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan
berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan pengajaran
tertentu. Sedangkan menurut Reigeluth dalam Hamzah (2007) menyebutkan
bahwa hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagi indikator
tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda.
Degeng dalam Hamzah (2007) hasil belajar biasanya mengikuti pelajaran tertentu
yang harus dikaitkan dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Hasil
belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui suatu kegiatan
belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
suatu kegiatan belajar. Menurut Bloom dalam Abdurrahman (2003) ada tiga ranah
(domain) hasil belajar, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor.
Perinciannya adalah sebagai berikut:
11
1) Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
2) Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuanya itu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan
karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3) Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan dan mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotor
karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus
menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Dari
beberapa pendapat para ahli tentang hasil belajar dapat diambil beberapa kata
kunci, yaitu: keluaran, masukan, pemrosesan, dan ranah. Jadi dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah keluaran yang dapat ditunjukkan siswa setelah
melakukan kegiatan memproses masukan yang diterima dalam ranah kognitif,
afektif, maupun psikomotor yang bersifat relatif menetap/ bertahan dan dapat
diamati. Kegiatan memproses informasi dalam hal ini pada hakekatnya
merupakan kegiatan belajar yang dilakukan siswa.
2.6. Implementasi Penggunaan Metode Eksperimen Dalam Peningkatan
Hasil Belajar
Penyesuaian metode belajar yang sesuai dengan materi pelajaran sangat
berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar. Seperti pada pendidikan mata
pelajran IPA yang banyak berorientasi pada penumbuh sikap ilmiah dan wawasan
serta Keterampilan proses sangat besar hubungannya dalam pemilihan metode dan
hasil. Lingkungan anak menyediakan fenomena alam yang menarik dan penuh
misteri, maka sebagai anak young scients (penelitian muda) mempunyai rasa ke
ingin tahuan (coriosity) yang tinggi. Adalah keharusan bagi guru untuk
menggunakan metode eksperimen dalam pendekatan pembelajaran demi membina
keingintahuan anak. Memotivasinya sehingga mendorong siswa untuk
12
mengajukan keragaman pertanyaan seperti apa, mengapa dan bagaimana
terhadap objek dan peristiwa yang ada di alam.
Pada perkembangan lebih lanjut pertanyaan itu ditingkatkan menjadi
pertanyaan yang menanyakan hubungan seperti bagaimana, sebagai hasil
eksplorasi terhadap lingkungan siswa diharapkan membentuk dirinya dengan
sikap seorang ilmuan muda. Selama melakukan berbagai kegiatan, perlu
ditumbuhkembangakan kemampuan untuk menggunakan keterampilan proses
seperti mengajukan pertanyaan, menduga jawaban, merancang penyelidikan,
melakukan percobaan, mengelola data, mengevaluasi hasil dan
mengkomunikasikan temuannya kepada beragam orang dengan berbagai cara
yang dapat memberi pemahaman dengan baik.
Melalui pendekatan dan penggunaan metode eksperimen guru dapat
menciptakan pembelajran yang menantang sehingga melahirkan interkasi antara
gagasan yang diyakini siswa sebelumnya dengan suatu bukti baru dari hasil
percobaan untuk mencapai pemahaman baru yang lebih saintifik melalui proses
eksplorasi atau pengujian gagasan baru lewat sebuah percobaan, sudah barang
tentu hal tersebut melibatkan beragam sikap ilmiah seperti menghargai gagasan
orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berpikir kritis, jujur, kreatif, dan
berfikir lateral (berfikir tak lazim, diluar kebiasaan, atau yang mungkin dianggap
aneh), masalah yang dikemukakan tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan
Roestiyah (2001:80). Bahwa penggunaan tehnik eksperimen mempunyai tujuan
agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas
persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri,
sehingga siswa dapat berlatih dalam cara berfikir yang ilmiah (scientivic
thinking), dengan ekperimen siswa menemukan bukti kebenaran terhadap suatu
teori yang dipelajari serta harus menemukan hasil percobannya dan
menyampaikannya ke kelas dan di evaluasi oleh guru. Dengan demikian tehnik
eksperimen merupakan metode mengajar yang dapat menghasilkan pengalaman
belajar, meningkatkan motivasi dan hasil belajar anak.
13
2.7. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
a. Penelitian yang dilakukan oleh Suprianti (2008) yang berjudul Penggunaan
Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Pembelajaran IPA Kelas V SDN Tekung 02 Lumajang, bahwa hasil observasi
awal menunjukkan kemempuan siswa rendah rata-rata 59,9. Diberikan
tindakan pada siklus I dan II dengan menggunakan metode eksperimen dan
dari setiap siklus diberi Lembar Kerja Siswa berupa laporan hasil kegiatan.
Rata-rata nilai pada siklus I adalah 74,75 dan pada siklus II mencapai 81,50.
Dari prestasi belajar yang dicapai siswa pada siklus I yang memenuhi
ketuntasan individu terdapat 9 siswa ( 45% ) yang tuntas dan memenuhi
ketuntasan individu, 11 siswa (55%) belum memenuhi kriterian ketuntasan
individu. Pada siklus II ada 4 siswa (20%) yang belum mencapai ketuntasan
individu dan yang telah mencapai ketuntasan individu 16 siswa (80%) menurut
ketuntasan kelas sudah dinyatakan tuntas. dan dapat memotivasi siswa untuk
belajar. Suasana pembelajaran jadi menyenangkan dan siswa jadi lebih antusias
dalam menerima pelajaran. Dari penelitian yang dilakukan oleh Dhia Suprianti
tersebut telah terbukti menguatkan teori bahwa dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Indarwati, 2009. Penggunaan Metode
Eksperimen dan Media Benda Konkret Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa Kelas V Tentang Cahaya Putih Dapat Di Uraikan Menjadi Berbagai
Warna.
Adapun hasilnya sebagai berikut:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa pada
siklus I sebesar 71,87% dan pada siklus II menjadi 90,62% peningkatan
persentase sebesar 18,75% ketuntasan nilai rata-rata kelas mencapai 80,93
siswa yang berhasil dalam pembelajaran ada 29 siswa dari 32 siswa. Berarti
tinggal 3 siswa yang belum berhasil dalam perbaikan siklus II ini. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan
penggunaan metode eksperimen dan media konkret dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa serta mampu meningkatkan pengetahuan tentang warna
14
pada pelangi dalam materi cahaya putih terdiri dari beberapa warna pada siswa
kelas V.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Arif, Samsul. 2009. Penerapan Metode
Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Tumbuhan
Hijau Siswa Kelas V SDN Dandanggendis Kecamatan Nguling Kabupaten
Pasuruan. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan
Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Malang.
Adapun hasilnya sebagai berikut:
Dari hasil analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus I dalam
pembelajaran IPA : (1) a) kemampuan guru dalam menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus I memiliki kategori cukup baik (79,41),
b) pada siklus II mencapai 83,82 dengan kriteria (baik), c) dan mengalami
peningkatan pada siklus III memiliki kategori sangat baik (95,58). (2) a) pada
kemampuan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus I
memiliki kategori baik (86,36), b) pada diklus II mencapai 93,18 dengan
kriteria sangat baik, c) pada siklus III mengalami sedikit penurunan dan
memiliki kriteria sangat baik (90,90), hal ini disebabkan oleh sebagian siswa
yang mendominasi proses kerja dalam kelompok sehingga teman yang lain
banyak melakukan aktivitas di luar kegiatan kerja. hasil belajar siswa melalui
tes soal formatif siklus I mencapai (70,48) dengan kategori cukup baik,
mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 75,45 dengan kategori cukup
baik, dan peningkatan kembali terjadi pada siklus III mencapai 82,05 dengan
kategori baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) bahwa Pembelajaran
dengan menerapkan metode eksperimen di SDN Dandanggendis telah berhasil
meningkatkan aktifitas dan kreatifitas belajar siswa. Hal ini terbukti semua
siswa (100%) telah mencapai kriteria yang diharapkan yaitu aktif, kreatif dan
hasil belajar yang baik. Perlakuan atau tindakan yang diberikan melalui
penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran juga telah berhasil
meningkatkan perolehan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti sebagian besar
siswa (82,05 %) telah mencapai ketuntasan individu yang ditetapkan yaitu 70,
15
walaupun masih ada beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan individu,
namun ketuntasan belajar kelas sudah tercapai di atas 80 %.
d. Penelitian yang dilakukan Rumain, Saiful. (2010) yang berjudul Penggunaan
metode eksperimen berbasis verifikasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa
Kelas IV mata pelajaran IPA konsep Gaya SDN Gejugjati I Kecamatan Lekok
Kabupaten Pasuruan. Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi siswa
kelas IV SDN Gejugjati I diketahui bahwa hasil belajar siswa masih rendah.
Hal ini disebabkan karena penerapan pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru-guru di SDN Gejugjati I khususnya dikelas IV masih berfokus pada
metode ceramah yang hanya menjadikan siswa sebagai objek belajar bukan
subjek belajar. Berdasarkan permasalahan diatas maka dalam penelitian ini
digunakan metode eksperimen berbasis verifikasi yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dan dampak dari penggunaan metode
eksperimen berbasis verifikasi ini diharapkan dapat meningkatkan kerja ilmiah
siswa. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berbentuk
tindakan kelas dan dirancang dalam 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri
dari 4 tahapan yaitu Planning, action, observation, dan reflection. Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Gejugjati I kecamatan lekok
Pasuruan dengan jumlah siswa 37 18 putra dan 19 putri Dalam penelitian ini
siswa mengalami peningkatan hasil kerja ilmiah dari siklus I dengan nilai rata-
rata 67% ke siklus ke-II dengan nilai rata-rata 71%, sehingga dapat diketahui
adanya peningkatan kerja ilmiah sebesar 4%. Begitupun juga dengan hasil
belajar kognitif siswa yang meningkat dari siklus I dengan nilai rata-rata 68 ke
siklus II dengan nilai rata-rata 78. Presentase ketuntasan klasikal pada siklus I
yaitu 62 % dan pada siklus ke-2 meningkat menjadi 89%. Dari hasil penilitian
tersebut metode eksperimen berbasis verifikasi dapat meningkatkan hasil
belajar siswa maupun kerja ilmiah pada mata pelajaran IPA di SD.
16
2.8. Kerangka Berpikir
Metode eksperimen adalah pemberian kesempatan kepada anak didik
perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan.
Dengan metode ini, peserta didik diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan
eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data,
mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapi secara nyata.
Sehingga siswa akan mudah memahami konsep jika disajikan dalam bentuk
konkret.
Berdasarkan beberapa teori mengenai metode eksperimen maka dapat
disimpulkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran siswa harus merasa senang dan
aktif melakukan kegiatan untuk mencari tahu. Dalam kegiatan ini penulis
mempunyai gagasan yang berkaitan dengan eksperimen tersebut dalam
pembelajaran yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.1: Kerangka Pikir Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada
Siswa Kelas V SD Cokrowati Kecamtan Todanan Kabupaten
Blora Semester II Tahun Ajaran 2011/ 2012
Metode Eksperimen
Dalam kerja kelompok siswa mampu mencari dan menemukan persoalan-persoalan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan
Setiap anak dalam kelompok mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan
Hasil Belajar
17
2.9. Hipotesis Penelitian
Melalui metode eksperimen pada mata pelajaran IPA pokok bahasan
cahaya dan sifat-sifatnya, siswa mampu memahami materi dengan baik dan
diduga meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Cokrowati Kec.
Todanan, Kab. Blora.