BAB II Karies

download BAB II Karies

of 26

description

daf

Transcript of BAB II Karies

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori1. Kebiasaana. PengertianKebiasaan adalah perilaku yang sering kita ulang-ulang baik secara sengaja atapun tidak sengaja dan perilaku atau kebiasaan tersebut sudah kita lakukan sejak kecil hingga dewasa (Irfan, 2010).Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kebiasan (folkways) merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang (bentuk yang sama) dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan jelas dan dianggap baik dan benar (KBBI, 2009). Kebiasaan menurut para psikolog didefinisikan sebagai perilaku mendapatkan keterampilan-keterampilan gerak dan kemampuan untuk mempergunakan secara sadar (Sundoro, 2012).b. Macam-macam KebiasaanSeorang psikolog menyatakan bahwa kebiasaan itu terbagi dalam tiga kelompok, yaitu :1) Kebiasaan yang bersifat otomatis seperti gerakan berjalan dan yang sejenis dengannya. Kebiasaan ini sangat menyerupai dengan gerakan reflek, hanya saja ada beberapa hal yang membedakan antara keduanya. Kebiasaan otomatis ini kadang kala berlaku dan muncul sebagai hasil dari proses pengamatan dan berfikir yang kemudian kebiasaan itu terbentuk dengan sendirinya. Hal ini jelas berbeda dengan apa yang sering kita sebut dengan gerakan refleks yang keberadaannya justru tanpa adanya pengaruh pada perasaan serta tanpa disertai proses berfikir sama sekali.2) Kebiasaan gerak indra tubuh. Dalam kebiasaan ini, perasaaan sedikit memerankan perannya, seperti kebiasaan makan, berpakaian dan apa yang menyerupai kebiasaan itu. Dalam hal ini, penglihatan seseorang terhadap makanan akan mendorong ia untuk memakannya. Begitulah pula pada saat seseorang melihat peralatan makan yang ada dihadapannya, maka penglihatannya akan merangsangnya untuk menggunakan peralatan itu. Sama halnya pada saat ia memandang perhiasan, maka akan ada dorongan untuk memakainya.3) Kebiasaan gerakan berfikir. Kebiasaan ini berbeda dengan 2 jenis yang disebutkan diatas. Pendoronganya adalah pikiran atau sesuatu yang bersifat maknawi (bukan materi). Contoh kebiasaan ini seperti kebiasaan berbicara atau berorasi. Seseorang punya kebiasaan seperti ini akan berupaya untuk memilih kalimat dan kata-kata yang sekiranya pantas yang kemudian proses ini mengubahnya menjadi suatu kebiasaan yang ia lakukan pada saat berbicara. Contoh kebiasaan ini sangat banyak, yaitu segala kebiasaan yang motif pendorongnya membutuhkan daya nalar dan kemampuan untuk memilih. Kebiasaan lain yang bisa dikelompokkan kedalam kebiasaan berpikir adalah kebiasaan beretika dan kebiasaan sosial. Contoh kebiasaan ini cukup banyak. Misalnya kebiasaan menjaga kebersihan bersikap jujur, menjalani hidup dengan baik, serta segala bentuk kebiasaan yang memiliki korelasi dengan etika berperilaku dan kebiasaan sosial yang menjadi ciri tersendiri bagi manusia (Irfan, 2010).c. Faktor faktor yang mempengaruhi kebiasaan. Kebiasaan dipengaruhi 3 faktor, yaitu faktor lingkungan:1) LingkunganLingkungan atau tempat tinggal (misalnya rumah) mempengaruhi kita dalam beraktivitas yang akhirnya membentuk suatu kebiasaan. faktor usia. 2) UsiaWalaupun ini bukan faktor penentu, usia dapat mempengaruhi kebiasaan seseorang.

3) PengalamanPengalaman dalam bersosialisasi / pergaulan. Jika seseorang memiliki kematangan emosional yang baik, maka akan terbentuk pribadi yang baik yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan setempat, sehingga dimanapun kita berada dapat terjalin keharmonisan dalam pergaulan dengan masyarakat yang mempengaruhi perilaku kita dalam masyarakat yang mengarah pada kebiasaan (Sundoro,2012).d. Cara merubah kebiasaanAda beberapa cara merubah kebiasaan yang kita miliki yaitu:1) Mengidentifikasi rutinitas kebiasaanPilah dan pilihlah kebiasaan yang bermanfaat untuk anda, identifkasi pentingnya kebiasaan tersebut bagi kehidupan anda dan apa saja kebiasaan yang membuat anda terjerumus ke keadaan yang kurang efektif. Mulailah dengan kesadaran bahwa anda ingin berubah, memiliki tujuan misalnya anda bangun siang di pagi hari, aturlah diri anda dimalam harinya dan miliki tujuan mengapa anda ingin bangun lebih pagi dihari berikutnya.2) Memberi imbalan yang pantasJika anda telah melakukan kebiasaan baik, apresiasi dengan hal-hal yang pantas misalkan dengan memberi hadiah.

3) Saling terikatKebiasaan juga dipengaruhi oleh isyarat dan percobaan telah menunjukkan bahwa hampir semua isyarat masuk kedalam satu dari lima kategori yaitu:a) Lokasib) Waktuc) Keadaan emosionald) Orang laine) Segera sebelum tindakanJika kelima kategori itu diamati dan dievaluasi maka kebiasaan anda dapat dirubah.4) Rencanakan Setelah anda menemukan lingkaran kebiasaan anda segera identifkasi dan geser kebiasaan anda secara perlahan-lahan anda dapat merubah rutinitas dengan perencanaan yang matang.5) Kunci Hidup kita dipenuhi kebiasaan dan waktu yang terbatas. Oleh karena itu bagaimana cara merubah kebiasaan harus dimulai dari diri kita sendiri melalui hal-hal kecil disekeliling kita (Fajrul, 2012).

e. Tahapan tahapan Membentuk KebiasaanAda beberapa tahapan dalam membentuk kebiasaan.1) Memfokuskan perhatian. Kebiasaan seseorang muncul dari perhatian seseorang, yang mana perhatian tersebut akan difokuskan untuk perilaku dan tujuan tertentu yang kemudian perilaku tersebut akan diulang-ulang.2) Mengulang-ulang dan praktik. Kebiasaan terbentuk dari suatu perilaku tertentu yang secara sengaja dilakukkan berulang-ulang dan dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk perbuatan (bukan hanya pikiran).3) Menunaikan pekerjaan tanpa berfikir / merasa. Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan akan membuat seseorang itu akan melakukan suatu pekerjaaan tanpa harus berpikir lagi karena pekerjaan tersebut sudah terbiasa dilakukan, sehingga sudah diluar kepala (Irfan, 2010).2. Sukrosa (Gula-Gula/ Makanan Manis)a. PengertianSukrosa merupakan suatu yang dibentuk dari monomer-monomernya yang berupa unit dan dengan rumus molekul C12H22O11 Senyawa ini dikenal sebagai sumber nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain seperti hewan Penambahan sukrosa dalam media berfungsi sebagai sumber karbon. Sukrosa atau gula dapur diperoleh dari gula. Unit glukosa dan fruktosa diikat oleh jembatan asetal oksigen dengan orientasi alpha. Struktur ini mudah dikenali karena mengandung enam cincin glukosa dan lima cincin fruktosa. Proses fermentasi sukrosa melibatkan mikroorganisme yang dapat memperoleh energi dari substrat sukrosa dengan melepaskan dan produk samping berupa senyawaan alkohol. Penggunaan yeast ini dalam proses fermentasi diduga merupakan proses tertua dalam bioteknologi dan sering disebut dengan Sukrosa (C12H22O11) ialah sejenis iaitu yang bersifat bukan penurun dan tidak menunjukkan fenomena Hidrolisis sukrosa menghasilkan Sukrosa atau gula tebu merupakan disakarida yang paling manis yang terdiri dari glukosa dan fruktosa. Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi karena sukrosa tidak mempunyai atom karbon hemiasetal dan hemiaketal. Sukrosa tidak memilliki atom karbon monomer bebas karena karbon anomer glukosa dan fruktosa berikatan satu dengan yang lain. Sukrosa juga mudah dihidrolisis menjadi D-glukosa dan D-fruktosa. Sumber-sumber sukrosa yang terdapat di alam antara lain: tebu (100% mengandung sukrosa), bit, gula nira (50%), dan jelly ( Almatsier, S. 2012).Sukrosa merupakan gula pasir biasa. Komposisi kimia dari gula adalah sama, satu satuan fruktosa yang digabung dengan satu satuan glukosa. Ikatan glikosida menghubungkan karbon ketal dan asetal dan bersifat dari fruktosa dan dari glukosa. Pada sukrosa kedua atom karbon anomerik digunakan untuk ikatan glikosida. Dalam sukrosa, baik fruktosa maupun glukosa tidak memiliki gugus hemiasetal oleh karena itu, sukrosa didalam air tidak berada dalam kesetimbangan dengan suatu bentuk aldehid atau keto (Arie salam 2010).b. Pembagian sukrosa Sukrosa termasuk golongan Disakarisa adalah merupakan gabungan dua unit monosakarida yang berikatan kovalen terhadap sesamanya. Ikatan ini disebut ikatan glikosida yang dibentuk jika gugus hidroksil pada salah satu gula bereaksi dengan karbon anomer pada gula yang kedua. Disakarida yang banyak ditemukan di alam yaitu laktosa, sukrosa, dan maltosa.1) LaktosaLaktosa sering juga disebut gula susu karena hanya terdapat dalam susu. Bila dihidrolisis, laktosa akan menghasilkan D-galaktosa dan D-glukosa. Laktosa memiliki satu atom karbon hemiasetal dan mempunyai gugus karbonil yang berpotensi bebas pada residu glukosa sehingga laktosa termasuk disakarida pereduksi ( Almatsier, S. 2012).2) SukrosaSukrosa atau gula tebu merupakan disakarida yang paling manis yang terdiri dari glukosa dan fruktosa. Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi karena sukrosa tidak mempunyai atom karbon hemiasetal dan hemiaketal. Sukrosa tidak memilliki atom karbon monomer bebas karena karbon anomer glukosa dan fruktosa berikatan satu dengan yang lain. Sukrosa juga mudah dihidrolisis menjadi D-glukosa dan D-fruktosa. Sumber-sumber sukrosa yang terdapat di alam antara lain: tebu (100% mengandung sukrosa), bit, gula nira (50%), dan jelly ( Almatsier, S. 2012).3) MaltosaMaltosa merupakan disakarida yang paling sederhana. Maltosa terdiri dari dua residu D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Sebuah molekul glukosa dihubungkan melalui atom karbonnya yang pertama dengan gugus hidroksil atom karbon keempat pada molekul glukosa yang lainnya. Kedua residu glukosa tersebut berada dalam bentuk piranosa. Maltosa memilliki gugus karbonil yang berpotensi bebas yang dapat dioksidasi, sehingga maltosa mempunyai sifat gula pereduksi. Di dalam tubuh, maltosa didapat dari hasil pemecahan amilum yang lebih mudah dicerna. Maltosa banyak terdapat kecambah, susu dan pada serealia, misalnya beras (Almatsier, S. 2012).c. Makanan yang mengandung sukrosaMakanan adalah sesuatu yang diperlukan oleh tubuh untuk pertukaran zat, tumbuhan dan pemeliharan dari semua fungsi anggota tubuh kita menurut Tomasowo sedangkan menurut Altono makanan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi keadaan didalam mulut secara lokal selama pengunyahan dan setelah ditelan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan masa pre dan pasca erupsi gigi-gigi dan ada juga menurut Frostel makanan mengatakan bahwa derajat keasaman tergantung dari karbohidrat yang dimakan dan derajat keasaman yang paling tinggi akan dicapai bila mana makanan mengandung sukrosa.Adapun jenis makanan yang mengandung sukrosa antara lain:1) Kentang goreng dan donatKentang goreng dan donat merupakan gula yang digoreng. sebelum dipanaskan pun, kentang dan donat ini adalah gula sederhana. Proses penggorengan semakin memperburuk kandungan gizi. Satu kentang goreng berdampak lebih buruk pada kesehatan dibandingkan sebatang rokok. Jadi, ada baiknya mempertimbangkan ulang sebelum memesan porsi besar. Donat ukuran rata-rata mengandung 200-300 kalori, hampir semuanya dari gula, dan sedikit nutrisi lainnya.2) Kue dan permenPada dasarnya, makanan ini hanya mengandung kalori kosong, kaya gula dan mendatangkan sedikit manfaat. Sebagian besar malah kaya akan lemak trans. Seratus gram kue atau permen mengandung 37-66.6 gram gula. Karena itu, ada baiknya memilih snack yang lebih sehat seperti buah kering atau kacang kacangan (Rasinta, 2011).3. Karies Gigia. PengertianKaries gigi adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi, hingga menjalar kedentin (tulang gigi) struktur email sangat menentukan proses terjadinya karies (Soebroto, 2009).Karies gigi adalah suatu proses kronis, regresif yang dimulai dengan larutan email, sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobal dari substrat (medium makanan bagi bakteri) yang dilanjutkan dengan timbulnya distruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi kavitasi (pembentukan lubang) (Schuurs, 2012).Karies gigi disebabkan oleh bakteri streptococcus mutans dan lactobacili bakteri spesifik inilah yang mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan menjadi asam melalui proses fermentasi (Pratiwi, 2009).b. Proses terjadinya karies gigiProses terjadinya karies gigi menurut Srigupta (2004) adalah sebagai berikut:1) Berbagai bakteri yang ada dalam mulut membentuk asam, dari gula yang terkandung dalam makanan, yang melekat pada permukaan gigi (plak).2) Asam ini dilarutkan email pelapis gigi berwarna putih, yang menghancurkan susunan gigi. Proses ini dikenal dengan karies gigi dan menyebabkan gigi berlubang3) Lebih jauh lagi asam tersebut menyebabkan penetrasi karies dari email ke gigi bagian dalam dibawah gigi kepala.c. Letak kariesAda empat daerah yang sering terkena karies gigi yaitu:1) Permukaan email berfisurFisur sering menjadi karies dalam beberapa waktu setelah erupsi. Fisur merupakan saran plak yang baik dan akan susah membuang plak itu dari tempat ini (Pitford, 2008).2) Permukaan email halusTerjadi pada permukaan yang telah dilekati plak yang luas beberapa waktu lamanya.3) Permukaan akar Banyak terjadi pada orang tua yang ginggilovanya telah mengalami resesi dan dapat terjadi pada akar gigi yang emailnya tidak terkena karies.4) Sekitar tumpatan

d. Kecepatan proses kariesAkumulasi plak pada permukaan gigi utuh dalam dua sampai tiga minggu menyebabkan terjadinya bercak putih. Waktu terjadinya bercak putih menjadi kavitasi tergantung pada umur, pada anak-anak satu setengah tahun, dengan kisaran 6 bulan ke atas dan ke bawah. Pada anak-anak, kemunduran berjalan lebih cepat dibanding orang tua, hal ini menurut Schuurs et.al. (2012) disebabkan :1) Email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang selama belum selesai marturasi setelah erupsi yang berlangsung terutama satu tahun setelah erupsi.2) Remineralisasi yang tidak memadai bagi anak bukan karena perubahan fisiologis tetapi sebagai akibat pola makanannya.3) Lebar tumbuh pada anak anak mungkin menyokong terjadinya sklerotisasi yang tidak memadai4) Diet yang buruke. Tipe karies pada anakAda dua tipe karies yang sering dijumpai pada anak-anak menurut Sigar (2011), yaitu :1) Nursing bottle cariesTerjadi pada anak yang kebiasaan menghisap dot botol berisi susu atau cairan manis lainnya, terutama pada saat ia berbaring hingga tertidur.2) Rampat kariesKaries ini muncul tiba-tiba, menyebar dan berkembang dengan cepat melubangi gigi hingga ruang saraf terbuka.f. Bentuk-bentuk Karies GigiMenurut Tarigan (2012) bentuk-bentuk karies gigi dibagi menjadi :1) Berdasarkan cara meluasnya karies gigia) Penetrierende karies gigiKaries gigi yg keluar dari email ke dentin dalam bentuk kerucut.b) Untermirende kariesKaries yang meluas dari email ke dentin dengan jalan meluas ke arah samping.2) Berdasarkan stadium kariesa) Karies SuperfikiliesKaries baru enamel saja,sedang dentin belum terkena.b) Karies MeditiKaries sudah mengenai dentin,tapi belum melebihi setengah dentin.c) Karies ProfundaKaries sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang sudah nengenai pulpa.

3) Karies Profunda dibagi atas 3 stadium :a) Karies Profunda stadium IKaries telah melewati setengah dentin,biasanya radang pulpa belum dijumpai.b) Karies Profunda stadium IIMasih dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies dengan pulpa.c) Karies Profunda stadium IIIPulpa telah dibuka, dijumpai bermacam-macam radang pulpa.g. Penegakkan Diagnosis Karies GigiKaries dapat diidentifikasi sebagai bercak putih dan coklat serta kavitas pada permukaan bukal dan lingual dapat dilihat jelas denga mata telanjang atau lewat kaca mulut (Schuurs et.al., 2012).Menurut Pitford (2009) diagnosa karies gigi dapat ditegakkan dengan dua cara :1) Pemeriksaan Subyektifyaitu dengan melakukan anomnesa pada pasien.2) Pemeriksaan Obyektifyaitu dengan cara klinik,yaitu terbagi atas :a) Pemeriksaan Visual LangsungSetelah gigi dibersihkan dan dikeringkan dari plak,dapat dilihat tanda karies antara lain :i. Bercak putih diemailii. Hilangnya kontur permukaan gigiiii. dentin karies biasanya berwarna kuning atau coklatb) TransluminasiJika gigi disinari, lesi karies akan terlihat sebagai bayangan hitam.c) Penggunaan SondeSonde dapat digunakan untuk menelusuri permukaan gigi dan mendeteksi pit dan flour yang melunak karena karies.d) Pemakaian Benang GigiBenang gigi dapat dilewatkan diantara permukaan Proksimal dan jika benang gigi menjadi rusak ini menandakan adanya tepi email yang kasar dari suatu kavitas karies.e) RadiografiSinar X akan diserap oleh jaringan keras, sehingga jika sinar X diarahkan ke gigi akan terbentuk suatu gambaran pada film yang ditempatkan di belakangnya.h. Faktor yang Berhubungan dengan KariesFaktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi adalah :1) Faktor penguat (reinforcing factors) yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies antara lain :a) Adanya mikroorganisme streptococcus mutans atau kuman yang mengeluarkan toxin yg tidak dapat dilihat oleh mata biasa. Streptococcus berperan dalam proses awal karies yaitu lebih dulu masuk lapisan luar email. Selanjutnya lactobacilus mengambil alih peranan pada karies yang lebih merusak gigi. Mikroorganisme menempel di gigi bersama plak. Plak terdiri dari mikroorganisme dan bahan antar sel. Plak akan tumbuh bila ada karbohidrat (Suwelo, 2012).b) Terdapatnya sisa-sisa makanan yang terselip pada gigi dan gusi terutama makanan yang mengandung karbohidrat dan makanan yang lengket seperti permen, coklat, biskuit, dan lain-lain (Suwelo, 2012).c) Permukaan gigi dan bentuk gigi. Komposisi gigi sulung terdiri dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan di bawah email. Permukaan email lebih banyak mengandung mineral dan bahan organik dengan air yang relatif lebih sedikit. Permukaan email terluar lebih tahan karies dibanding lapisan bawahnya, karena lebih keras dan lebih padat.d) Derajat Keasaman Saliva. Saliva berperan dalam menjaga gigi. Karena Saliva merupakan pertahanan pertama terhadap karies, ini terbukti pada penderita xerostomia (produksi ludah yang kurang) dimana akan timbul kerusakan gigi menyeluruh dalam waktu singkat (Suwelo, 2012).e) Kebersihan mulut yang buruk akan mengakibatkan prosentase karies lebih tinggi. Untuk mengukur indeks status kebersihan mulut digunakan Oral Hygiene Index Simplifed (OHI-S) dari Green dan Vermilon. Indeks ini merupakan gabungan yang menentukan skor debris dan deposit kalkulus untuk permukaan gigi yang terpilih saja. Debris rongga mulut dan kalkulus dapat diberi skor secara terpisah.f) Plak merupakan lapisan lunak yang tidak berwarna,melekat dengan erat pada permukaan gigi,tambalan atau karang gigi. Plak ini berisikan air, bakteri, lekosit, bahan kimia yang berasal dari ludah dan sisa-sisa.g) Frekuensi makan makanan manis. Frekuensi makan dan minum tidak hanya menimbulkan erosi, tetapi juga kerusakan gigi atau karies gigi. Konsumsi makanan manis pada waktu senggang jam makan akan lebih berbahaya dari pada saat waktu makan utama h) Frekuensi menggosok gigi. Menggosok gigi adalah cara yang umum dianjurkan untuk membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi (Suwelo, 2012).2) Faktor-faktor pendukung(enabling faktor)Faktor pendukung merupakan faktor pemungkin. Faktor ini bisa sekaligus menjadi penghambat atau mempermudah niat suatu perubahan perilaku dan perubahan lingkungan yang baik. Faktor pendukung (enabling factor) mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas. Enabiling factor terjadinya karies gigi berupa tersedianya UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) dan pelayanan kesehatan gigi.3) Faktor luar sebagai faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan peroses tarjadinya karies, antara lain:a) UsiaSejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah kariespun akan bertambah. Hal ini jelas, karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi. Anak yang pengaruh resiko terjadinya karies kecil akan menunjukkan jumlah karies lebih besar dibanding yang kuat pengaruhnya (Suwelo, 2012).

b) Letak geogerafisPerbedaan prevensi karies ditemukan pada penduduk yang geogerafis letak kediamannya berbeda seperti suhu, cuaca , air, keadaan, tanah, dan jarak dari laut (Suwelo, 2012).c) Pengetahuan, sikap dan perilakuPengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek terbantu, (Notoatmodjo, 2010).d) Jenis kelaminKaris gigi tetap wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria demikian juga halnya anak, prevalensinya karies gigi pada anak perempuan sedikit lebih tinggi dibanding anak laki-laki. Hal ini di sebabkan gigi anak anak perempuan lebih cepat dibanding dibanding anak laki-laki (Suwelo, 2012).e) Suku bangsaBeberapa penelitian menunjukkan ada hubungannya suku bangsa dengan prevasi karles, hal ini disebabkan oleh faktor pendidikan, konsumsi makanan, jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berbeda disetiap suku bangsa.

f) Kultur sosial pendudukFaktor yang mempengaruhi perbedaan ini adalah pendidikan dan penghasilan yang berhubungan dengan diet (Suwelo, 2012).4. Hubungan makanan gula-gula terhadap terjadinya karies gigiBila kita lalai membersihkan gigi, maka terbentuklah suatu lapisan plak pada permukaan gigi. Plak seperti yang telah kita ketahui mengandung banyak kuman-kuman. Kuman-kuman plak senang sekali makanan-makanan yang manis-manis, gula adalah makanan dan sumber tenaga kuman, gula menyebabkan mereka tumbuh subur dan makin banyak. Apabila kita makan-makanan yang manis-manis, sisa gula yang melekat pada gigi akan diubah oleh kuman-kuman plak menjadi asam. Permukaan gigi yang terkena oleh asam akan larut menjadi berlubang. Setiap kali kita makan gula atau makanan yang manis, ingatlah agar segera membersihkannya dengan menyikat gigi, atau kumur-kumur agar gigi tetap bersih dan sehat. Menurut Mkinen sebagai berikut: seperti telah dijelaskan mikroba keriogenik Streptococcus yang berada dalam mulut, secara anaerobik melalui enzim yang diproduksinya mampu mencerna atau menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Dari hasil metabolisma jenis gula tersebut, terbentuklah polimer rantai panjang dari glukosa yang disebut dekstran atau polimer rantai panjang dari fruktosa yang disebut levans. Jenis polimer-polimer tersebut kemudian berkembang menjadi noda pada permukaan gigi. Noda-noda tersebut bersifat gel yang sangat lengket sekali. Proses pengeroposan gigi sendiri disebabkan oleh pengaruh asam laktat, yaitu produk hasil sampingan dari metabolisir fruktosa dan levans (Mkinen, 2012).B. Kerangka TeoriDari skema 1 terlihat bahwa kerangka teori mengikuti model analisis Lawrence Green faktor prilaku terjadinya karies gigi pada balita dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu:1. Faktor Predisposisi (Predisposing factors)Usia (sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah kariespun akan bertambah hal ini jelas, karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi), Letak geogerafis (perbedaan prevensi karies ditemukan pada penduduk yang geogerafis letak kediamannya berbeda seperti suhu, cuaca , air, keadaan, tanah, dan jarak dari laut), Pengetahuan, sikap dan perilaku( pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek terbantu), Jenis kelamin (karis gigi tetap wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria demikian juga halnya anak, prevalensinya karies gigi pada anak perempuan sedikit lebih tinggi dibanding anak laki-laki), Suku bangsa (beberapa penelitian menunjukkan ada hubungannya suku bangsa dengan), Kultur sosial penduduk (faktor yang mempengaruhi perbedaan ini adalah pendidikan dan penghasilan yang berhubungan dengan diet).2. Faktor Pemungkin (Enabling factors)Faktor pendukung (enabling factor) mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas. Enabiling factor terjadinya karies gigi berupa tersedianya UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) dan pelayanan kesehatan gigi3. Faktor Penguat (reinforcing factors)Mikroorganisme (streptococcus mutans atau kuman yang mengeluarkan toxin yg tidak dapat dilihat oleh mata biasa ), Sisa-sisa makanan (terselip pada gigi dan gusi terutama makanan yang mengandung karbohidrat dan makanan yang lengket seperti permen, coklat, biskuit),Waktu juga mempengaruhi timbulnya karies, Derajat Keasaman Saliva (saliva berperan dalam menjaga gigi), Kebersihan mulut (kebersihan mulut yang buruk akan mengakibatkan prosentase karies lebih tinggi), Faktor Kebiasaan buruk pada anak (Mengemut makanan), Frekuensi makan makanan manis (frekuensi makan dan minum tidak hanya menimbulkan erosi, tetapi juga kerusakan gigi atau karies gigi), Frekuensi menggosok gigi (menggosok gigi adalah cara yang umum dianjurkan untuk membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi).

Faktor Predisposisi atau penghambat:a. Usiab. Letak geogerafisc. Pengetahuan, dan sikapd. Suku bangsae. Kultur sosial penduduk

Faktor pendukung (enabling factor) mencakup: ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas (Sikat gigi dan pasta gigi).Karies Gigi

FaktorPenguat:a. Adanya mikroorganismeb. Terdapatnya sisa-sisa makanan c. Waktu juga mempengaruhi timbulnya kariesd. Derajat Keasaman Saliva.e. Kebersihan mulut yang buruk f. Faktor Kebiasaan buruk pada anak (Mengemut makanan)g. Frekuensi makan makanan manish. Frekuensi menggosok gigi

Skema 1. Kerangka Teori PenelitianSumber: Modifikasi Lawrence Green (2009)

C. Kerangka Konsepa. Konsistensi makanan b. Kebiasaan ngemut makananc. Makan sayurd. Suka permene. Frekuensi permen f. Frekuensi sikat gigig. Sikat gigi sendiri/ dibantuh. Kebiasaan minum soft--drink

Faktor Perilaku dan gaya hidup anak/ balita:

Karies Gigi

Mencakup: ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas (ketersediaan sikat gigi dan pasta gigi).

Faktor pendukung (enabling factor)

Faktor Dalam sebagai factor predisposisi yang berhubungan secara langsung, seperti :a. Struktur dan morfologi gigib. Plak gigi

Faktor Predisposisi atau penghambat:

Skema 2. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan:

: Variable yang diteliti

: Variable yang tidak ditelitiKerangka konsep penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: Karies gigi anak dipengaruhi oleh faktor perilaku anak, dalam hal ini yang akan diteliti adalah khas anak prasekolah, yaitu konsistensi makanan, kebiasaan ngemut makanan, kebiasaan makan sayur, kebiasaan makan permen, frekuensi permen, frekuensi sikat gigi, sikat gigi malam, sikat gigi sendiri/ dibantu, frekuensi minum susu ditambah gula. Dan faktor Predisposisi (Predisposing factors) yang berhubungan secara langsung, seperti : Struktur dan morfologi gigi, Plak gigi. Faktor Pemungkin (Enabling factors) terjadinya karies gigi berupa tersedianya sikat gigi dan pasta gigi.D. HipotensiHipotesis dalam penelitian ini terdiri atas:1. Hipotesis alternatife (Ha) yaitu:Ada hubungan antara perilaku konsumen makanan gula-gula dengan kejadian karies gigi pada balita di Desa Rejosari Kabupaten Grobogan.2. Hipotesis nol (Ho) yaitu:Tidak ada hubungan antara perilaku mengkonsumsi makanan gula-gula dengan kejadian karies gigi pada balita Desa Rejosari Kabupaten Grobogan.